Anda di halaman 1dari 15

Scholaria, Vol. 4, No.

3, September 2014: 13-27

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES PEMECAHAN MASALAH


DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL PBL
TERINTEGRASI PENILAIAN AUTENTIK PADA SISWA KELAS VI
SDN 2 BENGLE, WONOSEGORO

Sri Giarti
sgiarty@gmail.com
SD Negeri Bengle 2, Wonosegoro, Boyolali

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan proses


pemecahan masalah, hasil belajar Matematika siswa kelas VI SD Negeri 2 Bengle
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terintegrasi
penilaian autentik. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas, yang terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus terdiri
atas tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Instrumen pengumpulan data menggunakan rubrik penilaian keterampilan proses
pemecahan masalah, dan soal tes Matematika materi Debit air. Analisis data dilaku-
kan dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan
kondisi awal sebelum dilakukan tindakan, hasil siklus 1, dan siklus 2. Hasil
penelitian menunjukkan temuan bahwa model PBL terintegrasi penilaian autentik
dapat: a) meningkakan keterampilan proses pemecahan masalah matematika siswa
kelas VI SD Negeri 2 Bengle, Wonosegoro - Boyolali. Persentase kenaikan kete-
rampilan pemecahan masalah matematika sebesar 28,54% untuk siklus 1 dan 35,46
% untuk siklus 2. b) Meningkatkan persentase jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar minimal (KKM) berikut: pada kondisi awal, persentase
pencapaian KKM sebesar 30,77% (4 siswa), pada siklus 1 persentase meningkat
menjadi 53,84% (7 siswa), dan pada siklus 2 persentase jumlah siswa yang
mencapai KKM meningkat menjadi 84,61% (11 siswa).
Kata kunci: keterampilan proses pemecahan masalah, hasil belajar, model
pembelajaran PBL, penilaian autentik

rik. Matematika dianggap sebagai


PENDAHULUAN pelajaran yang sulit sehingga kurang
Matematika merupakan salah diminati. Lampiran Permendiknas no-
satu matapelajaran bidang ke-SD-an mor 22 tahun 2006 tentang standar isi
yang menjadi muatan utama dalam ku- mata pelajaran matematika SD/MI
rikulum SD/MI Tahun 2006. Namun, menjelaskan bahwa pembelajaran Ma-
pandangan siswa terhadap pelajaran tematika diberikan untuk membekali
matematika secara umum kurang terta- peserta didik untuk berpikir logis, ana-

13
Peningkatan Keterampilan Proses Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar Matematika
Menggunakan Model PBL (Sri Giarti)

litis, sistematis, kritis dan kreatif serta Pada pembelajaran pokok bahasan me-
kemampuan kerja sama dikutip dari nyelesaikan masalah penggunaan akar
(Depdiknas, 2006). Sehingga peserta dan pangkat, hanya 4 siswa (30,77%)
didik mampu memperoleh, mengelola, menunjukkan keterampilan proses pe-
dan memanfaatkan informasi untuk mecahan masalah matematika pada
bertahan hidup pada keadaan yang kategori tinggi, 65 siswa (38,46%) pa-
selalu berubah, tidak pasti dan kom- da kategori sedang, dan 4 siswa
petitif. Dari penjelasan tersebut jelas- (30,77%) pada kategori rendah.
lah bahwa karakteristik matematika Rendahnya keterampilan proses
yang memiliki objek kajian abstrak, pemecahan masalah matematika ini
berkaitan dengan karakteristik siswa berdampak pada hasil belajar siswa.
SD yaitu senang merasakan atau mela- Data awal tingkat kompetensi hasil
kukan/memperagakan sesuatu secara belajar siswa dengan KKM 60 ternyata
langsung. hanya ada 3 siswa (30,77%) yang telah
Kenyataannya tujuan matematika mencapai KKM dan rerata skornya
agar siswa mampu berpikir logis, berada pada kategori tinggi. Sedangkan
analitis, sistematis, kritis dan kreatif 9 siswa (69,23%) belum mencapai
serta kemampuan kerja sama masih KKM, dengan rincian 5 siswa
jauh dari harapan. Hasil observasi pe- (38,46%) pada rerata skor kategori
neliti dan teman sejawat pada pembe- sedang dan 4 siswa (30,77%) pada
lajaran di kelas 6 SD N 2 Bengle rerata skor kate- gori rendah.
menemukan permasalahan bahwa pem- Dari hasil studi pendahuluan ten-
belajaran matematika masih berpusat tang keterampilan proses pemecahan
pada guru. Guru masih menggunakan masalah matematika dan hasil belajar
metode konvensional, dimana guru ha- siswa, dapat disimpulkan bahwa masih
nya memberikan ceramah, pemberian terjadi kesenjangan yang cukup tinggi
contoh, dan pemberian tugas. Sehingga dalam hal keterampilan pemecahan
siswa kurang terlibat dalam proses masalah matematika dan hasil belajar
pembelajaran, cenderung pasif, hanya siswa. Besarnya kesenjangan penca-
mendengarkan penjelasan guru dan paian hasil belajar siswa yang telah
mengerjakan soal-soal tanpa ada kegia- mencapai KKM sebesar 69,23%. Meli-
tan yang melibatkan siswa secara hat kondisi seperti ini, peneliti
langsung. berupaya melakukan perbaikan pembe-
Kondisi pembelajaran Matemati- lajaran dalam rangka meningkatkan
ka yang pasif dan hanya mendengarkan keterampilan proses pemecahan masa-
tersebut berdampak pada rendahnya lah matematika dan hasil belajarnya.
keterampilan proses pemecahan masa- Kajian pustaka yang dilakukan peneliti
lah matematika dan hasil belajarnya. menemukan informasi berbagai model

14
Scholaria, Vol. 4, No. 3, September 2014: 13-27

yang sangat potensial untuk mening- abstrak dan dibangun melalui konsep
katkan keterampilan proses pemecahan penalaran deduktif, yaitu kebenaran
masalah matematika dan hasil belajar suatu konsep diperoleh sebagai akibat
siswa logis dari kebenaran sebelumnya sudah
Slameto (2011: 7) menyebutkan diterima sehingga keterkaitan antara
model pembelajaran inovatif dian- konsep dalam matematika sangat luas
taranya; Cooperative Learning, Con- dan jelas”.
textual Teaching and Learning, Rea- Menurut Wahyudi (2012:10),
listik Mathematics Education, Problem “matematika berkenaan dengan ide
Based Learning, Problem Promting, (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hu-
Cycle Learning, Examples and Non- bungan-hubungan, yang diatur secara
Examples. Dari berbagai model pem- logis sehingga matematika berkaitan
belajaran yang ada, model PBL me- dengan konsep-konsep abstrak. Mate-
rupakan model pembelajaran yang sa- matika merupakan pengetahuan yang
ngat potensial untuk meningkatkan disusun secara deduktif dan dapat
hasil belajar dan meningkatkan kete- digunakan untuk mendidik dan melatih
rampilan proses pemecahan masalah untuk berpikir secara logik”. Sejalan
matematika. Potensi PBL tersebut oleh dengan Wahyudi, Heruman (2007:27)
karena sintak pembelajarnnya relevan mengemukakan “matematika merupa-
dengan keterampilan proses pemeca- kan ilmu pengetahuan yang mempe-
han masalah matematika. lajari struktur yang abstrak dan pola
Berdasarkan latar belakang seper- hubungan yang ada didalamnya”. Hal
ti tersebut di atas, permasalahan pene- ini berarti belajar matematika pada
litian yang akan dipecahkan dalam hakekatnya adalah belajar konsep,
PTK ini adalah apakah model pembe- struktur konsep dan mencari hubungan
lajaran PBL terintegrasi penilaian antar konsep dan strukturnya.
autentik dapat meningkakan keteram- Berdasarkan beberapa pendapat
pilan proses pemecahan masalah Mate- yang telah dikemukakan, penulis me-
matika dan seberapa tinggi peningka- nyimpulkan bahwa matematika meru-
tan keterampilan proses pemecahan pakan suatu pelajaran yang tersusun
masalah matematika dan hasil belajar secara beraturan, logis, berjenjang dari
siswa tersebut bisa tercapai. yang paling mudah hingga ke paling
KAJIAN PUSTAKA rumit. Sedangkan pembelajaran mate-
Hakikat Matematika dan Pembela- matika pada hakikatnya adalah proses
jaran Matematika yang sengaja dirancang dengan tujuan
Depdiknas (2006) menjelaskan untuk menciptakan suasana lingkungan
bahwa hakikat matematika merupakan memungkinkan seseorang (siswa) me-
“bahan kajian yang memiliki konsep laksanakan kegiatan belajar matemati-

15
Peningkatan Keterampilan Proses Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar Matematika
Menggunakan Model PBL (Sri Giarti)

ka, dan proses tersebut berpusat pada masalah dan mengkomunikasikan ide
guru mengajar matematika. Pembela- atau gagasan dengan menggunakan
jaran matematika seharusnya mampu simbol, tabel, diagram, dan media lain.
menanamkan konsep matematika seca- Pendekatan pemecahan masalah
ra jelas, tepat dan akurat kepada siswa merupakan fokus dalam pembelajaran
sesuai dengan jenjang kelasnya. matematika yang mencakup masalah
Tentang hakikat Matematika ini, tertutup dengan solusi tunggal, masa-
lebih lanjut lampiran Permendiknas lah terbuka dengan solusi tidak
No. 22 Tahun 2006, menjelaskan bah- tunggal, dan masalah dengan berbagai
wa Matematika merupakan ilmu uni- cara penyelesaian. Untuk meningkat-
versal yang mendasari perkembangan kan kemampuan memecahkan masalah
tekno- logi modern, mempunyai peran perlu dikembangkan keterampilan
penting dalam berbagai disiplin dan memahami masalah, membuat model
mema- jukan daya pikir manusia matematika, menyelesaikan masalah,
(Depdiknas, 2006). Perkembangan dan menafsirkan solusinya.
pesat teknologi informasi dan komu- Pembelajaran matematika hen-
nikasi dewasa ini dilandasi oleh daknya dimulai dengan pengenalan
perkembangan matematika di bidang masalah yang sesuai dengan situasi
teori bilangan, aljabar, analisis, teori (contextual problem). Dengan menga-
peluang dan matematika diskrit. Untuk jukan masalah kontekstual, peserta
menguasai dan mencipta teknologi di didik secara bertahap dibimbing untuk
masa depan diperlukan penguasaan menguasai konsep matematika. Untuk
matematika yang kuat sejak dini. Mata meningkatkan keefektifan pembelaja-
pelajaran Matematika perlu diberikan ran, sekolah diharapkan menggunakan
kepada semua peserta didik mulai dari teknologi informasi dan komunikasi
sekolah dasar untuk membekali peserta seperti komputer, alat peraga, atau
didik dengan kemampuan berpikir media lainnya.
logis, analitis, sistematis, kritis, dan Melihat hakikat dan karakterisik
kreatif, serta kemampuan bekerjasama. pembelajaran matematika seperti telah
Kompetensi tersebut diperlukan agar diuraikan diatas, maka para guru perlu
peserta didik dapat memiliki kemam- mempertimbangkan rancangan tentang
puan memperoleh, mengelola, dan me- keterampilan proses pemecahan masa-
manfaatkan informasi untuk bertahan lah matematika, memberikan pengala-
hidup pada keadaan yang selalu man autentik pada siswa, menggu-
berubah, tidak pasti, dan kompetitif. nakan model yang dapat meningkatkan
Selain itu dimaksudkan pula untuk keterampilan proses misalnya PBL dan
mengembangkan kemampuan menggu- merancang penilaian yang dapat
nakan matematika dalam pemecahan mengukur proses keterangan secara

16
Scholaria, Vol. 4, No. 3, September 2014: 13-27

autentik misalnya penilaian autentik. ngelompokkan atau menggolongkan


Uraian secara medalam atau mendetail sesuatuyang berupa benda, informasi,
tentang keterampilan proses pemeca- fakta dan gagasan. 5) memenukan
han masalah matematika, PBL dan pe- hubungan, merupakan kemampu-
nilaian autentik pada bagian tersendiri. an menentukan hubungan antara
Keterampilan Proses Pemecahan sikap dan tindakan yang sesuai. 6)
Masalah Matematika membuat prediksi, merupakan ke-
Menurut Wahyudi & Kriswan- mampuan menyusun hipotesis atau
dani (2010:53) Keterampilan proses suatu perkiraan untuk menerangkan
merupakan kegiatan belajar mengajar suatu kejadian atau pengamatan
yang berfokus pada penelitian siswa tertentu. 7) melaksanakan penelitian,
secara aktif dan kreatif dalam proses merupakan kegiatan penyelidikan
memperoleh hasil belajar. Hasil belajar untuk menguji gagasan-gagasan
yang diperoleh siswa tidak hanya melalui kegiatan eksperimen praktis.
terbatas pada aspek pengetahuan saja 8) mengumpulkan dan menganalisis
melainkan bagaimana proses mencapai data, merupakan kemampuan menge-
tujuan pembelajaran yang diharapkan nai bagaimana cara-cara mengumpul-
dapat terpenuhi. kan data dalam penelitian baik
Nyimas Aisyah (2008:5) menye- kuantitatif maupun kualitatif. 9)
butkan prinsip-prinsip keteram- pilan menginterprestasikan data, merupa-
proses matematika meliputi: 1) menga- kan kemampuan untuk menafsirkan
mati, yaitu kegiatan yang terarah untuk data yang telah dikumpulkan dari
menangkap gejala atau fenomena berbagai kegiaan. 10) mengkomuni-
sehingga mampu membedakan yang kasikan hasil, merupakan kegiatan
sesuai dan yang tidak sesuai dengan untuk mengkomunikasikan proses dari
pokok permasalahan menggunakan hasil perolehan kepada berbagai pihak
indera secara optimal dalam rangka yang berkepentingan, baik dalam
memperoleh informasi yang lengkap bentuk kata-kata, grafik, bagan mau-
atau memadai. 2) menghitung, merupa- pun tabel secara lisan maupun tertulis.
kan keterampilan dasar yang diguna- Berdasarkan uraian diatas terlihat
kan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil bahwa pada prinsipnya pendekatan
dari perhitungan dapat disajikan dalam keterampilan proses pemecahan masa-
bentuk tabel, grafit dan atau histogram. lah memberikan kesempatan kepada
3) mengukur, merupakan keterampilan setiap siswa untuk menemukan dan
dimana seseorang dapat mengetahui mengkontruksi sendiri pemahaman ide
sesuatu yang diamati dengan mengu- dan konsep matematika melalui kegia-
kur apa yang diamatinya. 4) mengkla- tan pemecahan masalah matematika.
sifikasi, merupakan kemampuan me- Tantangan bagi guru SD dalam

17
Peningkatan Keterampilan Proses Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar Matematika
Menggunakan Model PBL (Sri Giarti)

mengampu mata pelajaran Matematika didik untuk belajar. Model PBL dila-
adalah seberapa tinggi tingkat pema- kukan dengan pemberian rangsangan
haman terhadap hakikat dan karakteris- berupa masalah-masalah yang kemu-
tik Matematika, dimensi-dimensi Ma- dian dilakukan pemecahan masalah
tematika dan konsisten dalam me- oleh peserta didik yang diharapkan
milih model pembelajaran yang tepat. dapat menambah keterampilan peserta
Apabila tantangan ini dijawab dengan didik dalam pencapaian materi pembe-
tepat, maka dimensi-dimensi Matema- lajaran. Lebih lanjut Permendikbud
tika, yaitu Keterampilan proses peme- (2014), menjelaskan bahwa langkah-
cahan masalah matematika, dan hasil langkah atau sintak model PBL meli-
belajar siswa dapat ditingkatkan. puti orientasi permasalahan, pengor-
ganisasian atau perancangan kegiatan
Model Pembelajaran Problem Based
penyelidikan, melakukan penyelidikan
Learning (PBL)
untuk memecahkan masalah, mempre-
Menurut Slameto (2011:7) Model
sentasikan hasil penyelidikan, dan
PBL merupakan model pembelajaran
mengevaluasi proses pemecahan masa-
model pembelajaran yang melatih dan
lah. Dalam model pembelajaran PBL,
mengembangkan kemampuan untuk
berawal dari guru mengajukan masalah
menyelesaikan masalah yang berorien-
autentik ataupun mengorientasikan sis-
tasi pada masalah autentik dari
wa kepada masalah. Selanjutnya, akan
kehidupan aktual siswa, untuk merang-
memfasilitasi penyelidikan pada saat
sang kemampuan berpikir tingkat
eksperimen/pengamatan,memfasilitasi
tinggi.
dialog antara siswa, juga mendukung
Senada dengan Slameto, Hosnan
proses belajar siswa.
(2014: 295) mengemukakan bahwa
PBL merupakan pembelajaran,
Model Problem PBL merupakan model
penyelidikan autentik, kerja sama dan
pembelajaran dengan pendekatan pem-
menghasilkan karya serta peragaan
belajaran siswa pada masalah autentik
sehingga pembelajaran tidak hanya
sehingga siswa dapat menyusun
pada perolehan yang menggunakan
sendiri, menumbuhkan kembangkan
masalah autentik yang tidak terstruktur
keterampilan yang lebih tinggi dan
dan bersifat terbuka dalam mengem-
inquiry, memandirikan siswa dan
bangkan keterampilan menyelesaikan
meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
masalah dan berpikir kritis dan
Simpulan ini senada dengan
membangun pengetahuan baru. Ber-
ketentuan dalam Kemendikbud (2014),
kaitan dengan hakikat dan langkah-
yang menyatakan bahwa Model PBL
langkah PBL ini, Aisyah (2011:7)
merupakan sebuah pendekatan pembe-
menyebutkan keunggulan model PBL
lajaran yang menyajikan masalah kon-
berikut: 1) memungkinkan siswa
tekstual sehingga merangsang peserta

18
Scholaria, Vol. 4, No. 3, September 2014: 13-27

menjadi melek teknologi, melengkapi tentang penerapan model Problem


siswa dengan keterampilan dan rasa Based Learning SD Negeri 8 Kesiman
percaya diri untuk sukses dalam menemukan hasil bahwa model
kompetisi global, dan juga mengajar- Problem Based Learning dapat me-
kan inti kurikulum dengan cara ningkatkan aktivitas dan hasil belajar
interdisiplin. 2) Meningkatkan kualitas IPA. Wulandari, Budi & Suryandari
pembelajaran, mengubah pola menga- (2013) melakukan PTK dan menemu-
jar dari memberitahu ke melakukan, kan hasil bahwa penerapan Model PBL
menyediakan kesempatan bagi siswa dapat meningkatkan proses dan hasil
untuk belajar sesuai dengan minat dan belajar IPA siswa kelas V SD Negeri
membuat keputusan sendiri, serta Mudal Purworejo. Apriani, Riska
memberi kesempatan bagi siswa untuk (2013) melaporkan hasil penelitian
berdiskusi tentang bagaimana mereka berikut: a) penggunaan Model Problem
akan menemukan jawaban pertanyaan Based Learning dapat meningkatkan
atau memecahkan. 3) Menciptakan performansi guru, b) aktivitas siswa
kondisi siswa menjadi aktif. 4) kelas IV SD Negeri Randugunting 3
Menggali kreatifitas siswa dalam Kota Tegal. dan hasil belajar siswa
memecahkan masalah. Namun demi- pada mata pelajaran IPA. Lohman &
kian, PBL juga memiliki kelemahan, Finkelstein (2002) melakukan peneli-
terutama perlu waktu yang lama untuk tian dengan judul Designing Cased in
menyelesaikan satu siklus pembela- Problem Learning to Foster Problem-
jaran. Solving Skill melaporkan bahwa model
Berdasarkan hakikat Matematika, Problem Based Learning dapat
karakteristik pembelajaran Matematika meningkatkan keterampilan pemeca-
seperti telah diuraikan di atas, maka han masalah.
model pembelajaran PBL dapat Uraian tentang hakikat PBL dan
dijadikan salah satu alternatif model temuan berbagai penelitian tersebut di
pembelajaran Matematika di SD. atas berimplikasi pada desain pembe-
Implementasi model pembelajaran lajaran dan penilaian pembelajaran.
PBL, secara teoretik dapat meningka- Para guru perlu melakukan peran-
tkan kompetensi keterampilan proses cangan pembelajaran dan penilaian
peme- cahan masalah matematika para dengan baik. Penilaian tidak hanya
siswa yang nantinya akan berdampak cukup dengan tes melainkan melalui
pada penguasaan konsep-konsep penilaian autentik yang mencangkup
matematika. Berbagai penelitian ranah sikap, keterampilan dan pengeta-
tindakan mem- buktikan potensi PBL huan. Uraian tentang Penilaian autentik
tersebut secara empirik. Siswantara, dalam pembelajaran martematika akan
Manuaba & Meter (2013), meneliti dibahas pada bagian selanjutnya.

19
Peningkatan Keterampilan Proses Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar Matematika
Menggunakan Model PBL (Sri Giarti)

Tujuan dari Model Problem Based dekatan saintifik dan kegiatan orientasi
Learning (PBL) untuk membantu permasalahan dalam PBL. Kegiatan
siswa memperoleh pengalaman dan pengorganisasian atau perancangan ke-
mengubah pengetahuan, keterampilan, giatan penyelidikan dalam sintak PBL
dan nilai atau norma sebagai pengen- merupakan kegiatan yang relevan
dali sikap dan prilaku siswa. dengan kegiatan menghitung, mengu-
Mencermati uraian tentang kete- kur, mengklasifikasi, menemukan hu-
rampilan proses pemecahan masa- lah, bungan, dan memprediksi. Kegiatan
sintak PBL dan potensi PBL seperti di melakukan penyelidikan dalam lang-
atas, sebenarnya dapat disepadankan kah PBL berhubungan dengan kegiatan
dengan keterampilan proses ilmiah melaksanakan penelitian serta me-
dalam pendekatan saintifik. Langkah ngumpulkan, menganalisis dan meng-
orientasi permasalahan dilakukan interpretasikan data dalam keteram-
dengan cara mengamati permasalahan pilan proses pemecahan masalah
dalam pembelajaran matematika. matematika. Aktivitas mempresentasi-
Kegiatan menanya sejalan dengan kan dan mengevaluasi hasil penye-
aktivitas pengorganisasian atau peran- lidikan sejalan dengan kegiatan meng-
cangan kegiatan penyelidikan dengan komunikasikan dalam keterampilan
merumuskan permasalahan penelitian. proses pemecahan masalah matema-
Kegiatan pembelajaran dengan mela- tika.
kukan penyelidikan untuk memecah- Dalam penelitian PTK ini lima
kan masalah dalam sintak PBL relevan pembelajaran didesain berdasarkan sin-
dengan mengumpulkan informasi dan tak dari PBL dan komponen-komponen
mengasosiasikan. Kegiatan mempre- keterampilan proses pemecahan masa-
sentasikan hasil penyelidikan dan me- lah matematika menjadi obyek amatan
ngevaluasi proses pemecahan masalah dalam proses pembelajaran.
merupakan kegiatan yang relevan
Penilaian Autentik
dengan kegiatan mengkomunikasikan
Menurut Endang Poerwanti
dalam pendekatan saintifik.
(2008:3) Penilaian autentik atau peni-
Kesepadanan sintak PBL dengan
laian alternatif merupakan upaya mem-
keterampilan proses ilmiah dalam
perbaiki dan melengkapi tes, sehingga
pendekatan saintifik nampaknya juga
penilaian hasil belajar tidak hanya
relevan dengan keterampilan proses
berhubungan dengan hasil akhir tetapi
pemecahan masalah dalam pembe-
merupakan bagian penting dalam
lajaran matematika. Kegiatan menga-
proses pembelajaran.
mati dalam proses keterampilan peme-
Berbeda dengan definisi Endang
cahan masalah matematika sejalan de-
Poerwanti, Hosnan (2014:387) mende-
ngan proses mengamati dalam pen-
finisikan penilaian autentik sebagai

20
Scholaria, Vol. 4, No. 3, September 2014: 13-27

pengukuran yang bermakna secara praktik, projek, dan penilaian


signifikan atas hasil belajar peserta portofolio.
didik untuk ranah sikap, keterampilan, Simpulan ini senada dengan ke-
dan pengetahuan. tentuan dalam lampiran Permendiknas
Dari definisi penilaian autentik No 81a Tahun 2013, yang menyatakan
yang dikemukakan oleh Endang bahwa penilaian autentik merupakan
Poerwanti (2008:3) dan Hosnan (2014: penilaian dan pembelajaran secara
387) tersebut di atas, ada benang merah terpadu. Penilaian autentik harus men-
tentang definisi penilaian autentik yaitu cerminkan masalah dunia nyata, bukan
pengukuran hasil belajar siswa meng- dunia sekolah. Menggunakan berbagai
gambarkan peningkatan hasil belajar cara dan kriteria holistik (kompetensi
peserta didik, baik dalam rangka utuh merefleksikan pengetahuan, kete-
mengobservasi, menalar, men- coba, rampilan, dan sikap). Penilaian auten-
membangun jejaring, dan lain- lain. tik tidak hanya mengukur apa yang
Menurut Muslich (2009:47) diketahui oleh peserta didik, tetapi
menyebutkan bahwa penilaian autentik lebih menekankan mengukur apa yang
merupakan proses pengumpulan berba- dapat dilakukan oleh peserta didik
gai data yang bisa memberikan gamba- (Permendiknas, 2013:56).
ran atau informasi tenang perkemba- Berpijak pada permasalahan
ngan pengalaman belajar siswa. kesenjangan proses dan hasil pem-
Gambaran pengalaman belajar siswa belajaran matematika dan potensi PBL
perlu diketahui oleh guru agar siswa serta keterampilan proses pemecahan
mengalami proses belajar yang benar. masalah matematika seperti telah
Hosnan (2014:396) mengungkap- diuraikan di atas, maka kerangka pikir
kan bahwa teknik penilaian autentik PTK ini dapat dirumuskan seperti da-
terdiri dari tiga aspek penilaian yaitu: lam uraian berikut. Temuan awal
1) penilaian sikap, penilaian yang tentang kondisi pembelajaran Matema-
dilaku- kan menggunakan lembar tika kelas VI di SD N Bengle 2
observasi kinerja saat siswa bekerja Wonosegoro - Boyolali menunjukkan
kelompok, bekerja individu, berdiskusi bahwa para siswa kurang memiliki
maupun saat presentasi menggunakan. keterampilan proses pemecahan masa-
2) penilaian pengetahuan, penilaian lah Matematika dan berdampak pada
yang dilakukan menggunakan instru- hasil belajar yang belum maksimal. Di
men tes tertulis, instrumen tes lisan dan sisi lain model pembelajaran yang
instrumen penugasan. 3) penilaian digunakan guru belum menggunakan
proses atau keterampilan, yaitu model pembelajaran yang sesuai de-
penilaian yang dilakukan mengguna- ngan karakteristik Matematika. Oleh
kan penilaian kinerja melalui tes karena itu permasalahan ini akan

21
Peningkatan Keterampilan Proses Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar Matematika
Menggunakan Model PBL (Sri Giarti)

diatasi dengan menggunakan model ka pikir di atas, tujuan dari model


Problem Based Learning dan penilaian pembelajaran PBL akan tercapai.
autentik. Tujuan tersebut adalah meningkatnya
Langkah-langkah pembelajaran kompetensi keterampilan proses
pada kegiatan awal, kegiatan inti dan pemecahan masalah maematika dan
kegiatan akhir pembelajaran dirancang peningkatan penguasaan konsep-
sesuai dengan langkah-langkah model konsep hasil belajar Matematika.
pembelajaran PBL. Pada kegiatan ini,
METODE PENELITIAN
para siswa diajak untuk melakukan
kegiatan: 1) mengorientasi peserta Penelitian tindakan kelas (PTK)
didik terhadap masalah yaitu mem- ini dilakukan di SD Negeri 2 Bengle,
prediksi dan mengajukan hipotesis Kecamatan Wonosegoro - Boyolali
berdasarkan perkiraan atas kecenderu- pada mata pelajaran Matematika kelas
ngan atau pola hubungan antar data VI Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/
atau informasi tentang Kompetensi 2015. Pelaksanaan penelitian tindakan
Dasar menyelesaikan masalah yang kelas ini dilakukan melalui tahapan
berkaitan dengan satuan debit. 2) penyusunan proposal penelitian, penyu-
Kemudian para siswa diajak mengor- sunan instrument, pelaksanaan tindakan
ganisasikan masalah dengan mencari dalam rangka pengumpulan data, anali-
alternatif strategi untuk menyelesaikan sis data dan pembahasan hasil pene-
masalah mengenaisatuan debit. 3) litian serta penyusunan laporan PTK.
Selanjutnya siswa melakukan perco- Waktu pelaksanaan setiap tahap PTK
baan secara kelompok untuk mengum- adalah sebagai berikut: 1) penyusunan
pulkan data atau informasi. Kegiatan proposal penelitian dilakukan pada Juni
berikutnya 4) mengembangkan dan tahun 2014; 2) Penyusunan instrumen
menyajikan hasil karya, yaitu PTK dilakukan pada Agustus minggu
mengkomuni- kasikan secara tertulis ke -3 tahun 2014; 3) Pelaksanaan tinda-
laporan dari proses merumuskan kan siklus 1 dilakukan pada Agustus
hipotesis sampai dengan menyim- minggu ke-4 tahun 2014. Siklus 2
pulkan hasilnya. 5) Kemudian kegiatan dilakukan pada September minggu ke-1
terakhir, siswa diminta menganalisis tahun 2014. Penentuan tindakan ini
dan mengevaluasi proses pemecahan karena pertimbangan urutan pokok
masalah yaitu guru dan siswa bahasan pada kelas VI dan kalender
mengevaluasi dan mengevaluasi proses pendidikan di SDN 2 Bengle.
pemecahan masalah yang dipresentasi- Subyek yang dilibatkan dalam
kan setiap kelompok. penelitian tindakan kelas ini adalah
Dengan langkah-langkah pembe- siswa kelas VI yang berjumlah 13
lajaran seperti diuraikan dalam kerang- yaitu 7 laki-laki dan 6 perempuan.

22
Scholaria, Vol. 4, No. 3, September 2014: 13-27

Sumber data primer berasal dari hasil percobaan untuk menemukan rumus
pengukuran variabel penelitian tinda- debit, volume dan waktu (item no. 3, 5,
kan kelas berikut: 1) skor hasil belajar dan 8) menghitung besar debit (item
siswa sebagai cerminan dari pengua- no. 2, 4, 6,7, 9, dan 10).
saan konsep matematika, 2) skor ting- Analisis data yang digunakan
kat keterampilan proses pemecahan adalah teknik analisis deskriptif
masalah. Sumber data sekunder berasal komparatif. Data kuantitatif yang
dari hasil pengamatan teman sejawat diperoleh di deskripsikan dalam bentuk
terhadap aktivitas pembelajaran, yang kata-kata atau penjelasan. Baik data
terdiri dari: 1) tingkat aktivitas guru yang diperoleh dari hasil tes siswa.
dan 2) tingkat aktivitas siswa dalam Rubik keterampilan proses siswa.
pembelajaran. Selanjutkan dilakukan komparasi data
Teknik pengumpulan data dalam setiap siklus untuk memastikan ada
penelitian ini menggunakan teknik tes tidaknya peningkatan hasil belajar
dan non tes. Instrumen non tes berupa: siswa, peningkatan keterampilan pro-
1) instrumen pengumpulan data hasil ses pemecahan masalah matematika.
belajar Matematika meng- gunakan test Sebagai tolok ukur keberhasilan
hasil belajar, 2) instrumen pengumpu- pelaksanaan penelitian tindakan kelas
lan data mengenai keterampilan proses ini ditetapkan indikator kinerja sebagi
pemecahan masalah menggunakan berikut: 1) Persentase jumlah siswa
rubik keterampilan proses pemecahan yang mencapai KKM sebesar 50%
masalah. Kisi-kisi instrumen pengu- untuk siklus 1, dan siklus 2 sebesar
kuran keterampilan proses pemecahan 75%; 2) meningkatnya keterampilan
masalah mencakup mencakup 10 item proses sains minimal sebesar 20%
dari 10 komponen, yaitu komponen untuk setiap siklus.
keterampilan mengamati (item no. 5), Prosedur PTK ini terdiri dari
mengihitung (item no. 3), mengukur (no. empat tahapan yang saling terkait
7), mengklasifikasi (item no. 1), dan berkesinambungan, yaitu perenca-
menemukan hubungan (no. 9), membuat naan (planning), tindakan (action),
prediksi (item no. 6), melaksanakan observasi (observe), serta refleksi
penelitian (item no 10.), mengumpulkan (reflect). (Ditjen Dikti, 1999:25).
dan menganalisa data (item no. 4),
menginterpretasikan data (item no. 2), HASIL DAN PEMBAHASAN
mengkomunikasikan hasil (item no. 8). Deskripsi Hasil Tiap Siklus dan
Kisi-kisi instrumen pengukuran hasil Antar Siklus
belajar Matematika mencakup 10 item Setelah melakukan analisa terha-
soal, terdiri dari: menjelaskan penger- dap data yang diperoleh dari dua siklus
tian debit (item no. 1), melakukan yang dilaksanakan, maka dapat disim-

23
Peningkatan Keterampilan Proses Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar Matematika
Menggunakan Model PBL (Sri Giarti)

pulkan bahwa penggunaan model PBL tingkat Keterampilan Proses Pemeca-


materi Debit air menunjukkan pening- han Masalah dari kondisi awal, siklus 1
katan Keterampilan proses pemecahan sampai siklus 2
masalah dan ketuntasan hasil belajar
siswa. Tabel 1 merangkum komparasi
Tabel 1 Komparasi Keterampilan proses pemecahan masalah
Pembelajaran Tingkat Keterampilan Pemecahan Masalah
Matematila
Mean % Kenaikan
KondisiAwal 23,62 -
Siklus 1 28,54 20,83
Siklus 2 35,46 23,55

Dari data dalam Tabel 4.9 Kenaikan mean hasil belajar dan
diatas, diperoleh temuan: a) pada persentase jumlah ketuntasan belajar
kondisi awal, rata-rata tingkat keteram- siswa dirangkum dalam Gambar 1.
pilan proses pemecahan masalah mate- Dari Gambar 1 diperoleh data berikut:
matika siswa baru mencapai 23,62 a) pada kondisi awal, mean hasil
(skor maksimal ideal 40); b) pada belajar baru 40, sedangkan persentase
siklus 1, rata-rata tingkat keterampilan jumlah siswa yang mencapai KKM
proses pemecahan masalah matematika hanya 23,07% (3 siswa); b) pada siklus
siswa mencapai 28,54. Capaian ini 1, mean hasil belajar menjadi 62,31
menunjukkan peningkatan keterampi- dan persentase meningkat menjadi
lan sebesar 20,83%; c) pada siklus 2, 53,84% (7 siswa); c) pada siklus 2,
rata-rata keterampilan proses pemeca- mean hasil belajar meningkat menjadi
han masalah matematika mencapai 75,38 dan persentase jumlah siswa
35,46. Data ini menunjukkan pening- yang mencapai KKM meningkat
katan keterampilan proses sains menjadi 84,61% (11 siswa)
sebesar 23,55%.

Gambar 1. Komparasi Mean dan Ketuntasan Belajar Siswa

24
Scholaria, Vol. 4, No. 3, September 2014: 13-27

Temuan Penelitian dan Pembahasan Data pada grafik 1 hasil belajar


1. Keberhasilan model PBL dalam siswa kondisi awal, siklus 1 dan
meningkatkan keterampilan siklus 2 menunjukkan temuan
proses pemecahan masalah kondisi awal, mean 40, pada siklus
matematika 1 mean 62,31, pada siklus 2 mean
Data pada tabel keterampilan 75,38. Temuan ini mengindikasikan
proses pemecahan masalah mate- adanya peningkatan hasil belajar
matika kondisi awal, siklus 1 dan siswa. Besaran peningkatan 53,84%
siklus 2 menunjukkan temuan rerata pada siklus 1 dan 84,61% pada
keterampilan proses pemecahan siklus 2. Jika dibandingkan dengan
masalah matematika pada kondisi indikator kinerja 50% untuk siklus
awal 23,62 pada siklus 1 28,54 dan 1, 75% untuk siklus 2 ternyata
siklus 2 35.46. Temuan ini mengin- temu- an siklus 1 dan 2 tersebut
dikasikan adanya peningkatan ting- telah mencapai keberhasilan.
kat keterampilan proses pemecahan
Hasil Temuan ini sejalan de-
masalah matematika. Besaran
ngan penelitian Siswantara, Manu-
peningkatan 20,83% pada siklus 1
aba & Meter (2013), Budi & Sur-
dan 23,556% pada siklus 2. Jika
yandari (2013), Apriani, Riska
dibandingkan dengan indikator
(2013).
kinerja 20% ternyata temuan siklus
Keampuhan model PBL mampu
1 dan 2 tersebut telah mencapai
meningkatkan keterampilan pemeca-
keberhasilan.
han masalah matematika dan hasil
Keberhasilan penelitian ini
belajar siswa. Keampuhan ini terbukti-
bermakna bahwa siswa mampu
nya dalam sintak/langkah pembela-
mengamati, mengukur, mengklasi-
jaran, 1) sintak satu memberikan orien-
fikasi, menemukan hubungan, mem-
tasi permasalahan pada siswa terbukti
buat prediksi, melaksanakan peneli-
siswa mampu mengamati. 2) sintak
tian, mengumpulkan dan mengana-
kedua Mengorganisir siswa untuk
lisis data, menginterprestasikan data,
meneliti terbukti siswa mampu menga-
mengkomunikasikan hasil Temuan
mati. 3) sintak ketiga melakukan
ini sejalan dengan penelitian Siswan-
penyelidikan terbukti siswa meng-
tara, Manuaba & Meter (2013),
hitung, mengukur, mengklasifikasi,
Wulandari, Budi & Suryandari
menemukan hubungan, memprediksi,
(2013), Apriani, Riska (2013) dan
melaksanakan penelitian, mengumpul-
Lohman & Finkelstein (2002).
kan dan menganalisis data, mengin-
2. Keberhasilan model PBL dalam
terpertasikan data. 4) sintak keempat
meningkatkan hasil belajar siswa
mempresentasikan hasil pemecahan

25
Peningkatan Keterampilan Proses Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar Matematika
Menggunakan Model PBL (Sri Giarti)

terbukti siswa mampu mengkomunika- 2. Meningkatkan hasil belajar siswa


sikan hasil. 5) sintak kelima meng- kelas VI SD Negeri 2 Bengle
evaluasi proses pemecahan masalah Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten
terbukti siswa mampu mengkomuni- Boyolali 53,84% pada siklus 1 dan
kasikan hasil. pada siklus 2 sebesar 84,61%.
Temuan ini sejalan dengan
penelitian Siswantara, Manuaba & Saran
Meter (2013), Wulandari, Budi & Saran yang diajukan dalam
Suryandari (2013), Apriani, Riska penelitian ini adalah, para guru
(2013) dan Lohman & Finkelstein hendaknya: a) menggunakan model
(2002). pembelajaran PBL dalam pembelajaran
matematika, b) melatih siswa untuk
SIMPULAN DAN SARAN berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
Simpulan di kelas dan c) mengembangkan kete-
Berdasarkan hasil penelitian dan rampilan proses pemecahan masalah
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa matematika.
Model Pembelajaran PBL dan penilai-
an autentik dapat:
1. Meningkakan keterampilan proses
pemecahan masalah Matematika
siswa kelas VI SD Negeri 2 Bengle,
Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten
Boyolali sebesar 28,54% pada
siklus 1 dan pada siklus 2 sebesar
35.46%.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, (2011). Perbedaan Problem Based Learning dan Problem Solving.


http://susantojk.blogspot.com/2011/07/problem-based-learning-dan-
problem.html. Diakses tanggal 11 Agustus 2014.
Apriani Riska (2013). Peningkatan Pembelajaran Perubahan Lingkungan
Melaui Model Problem Based Learning pada Siswa Kelas IV Sekolah
Dasar Negeri Randugunting 3 Kota Tegal. Skripsi UNNES Semarang
Tidak diterbitkan.
Depdiknas. (2006). Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi Kurikulum SD/MI tahun 2006. Jakarta: Depdiknas.

26
Scholaria, Vol. 4, No. 3, September 2014: 13-27

Heruman. (2007). Model pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya
Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad
21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Kemendikbud, (2014). Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan
dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Lohman & Finkelstein. (2002). Designing Cased in Problem Learning to Foster
Problem-Solving Skill. Research in Dental Education Jurnal, 6 (1):121–
127.
Muslich, M. (2009). KTSP, Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.
Jakarta: Bumi Aksara.
Nyimas Aisyah. (2008). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi..
Siswantara, Manuaba & Meter (2013). Penerapan Model Problem Based Learning
(PBL) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV
SD Negeri 8 Kesiman. Jurnal Garuda Portal,(1):1-10.
Slameto (2011). Sertifikasi Guru Bahan Ajar. Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Wahyudi & Kriswandani. (2010). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.
Salatiga: UKSW
Wahyudi. (2012). Matematika realistik dan implementasinya dalam proses
pembelajaran matematika. Salatiga: UKSW.
Wulandari, Budi & Suryandari. (2013). Penerapan Model PBL (Problem Based
Learning) Pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas V SD. Jurnal Kalam
Cendekiawan PGSD Kebumen,( 1):13-17.

27

Anda mungkin juga menyukai