Anda di halaman 1dari 12

e-ISSN: 2549-5070

p-ISSN: 2549-8231

Journal of Medives : Journal of Mathematics Education IKIP Veteran Semarang


Volume 3, No. 1, 2019, pp. 21-31
https://doi.org/10.31331/medivesveteran.v3i1.689

Performance Assesment dalam Pembelajaran Berbasis Masalah untuk


Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa SMP
Erik Santoso 1*, Aep Sunendar2
1,2UniversitasMajalengka
*eriksantoso.math07@gmail.com

Diterima: September 2018. Disetujui: Oktober 2018. Dipublikasikan: Januari 2019.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan performance assesment dalam
pembelajaran matematika pada model pembelajaran berbasis masalah dan untuk mengetahui
perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang belajar menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran
konvensional. Desain penelitian menggunakan the non-equivalent control group design, dengan
populasi kelas VII yang berada di SMPN 1, 2, dan 3 Majalengka. Sampel diambil dua kelas untuk
dipilih menjadi kelas yang melaksanakan PBM dan kelas yang melaksanakan pembelajaran
konvensional. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan teknik pengumpulan
data tes kemampuan pemahaman matematik dan instrumen untuk mengukur kinerja siswa.
Pelaksanaan performance assesment dilakukan pada proses pembelajaran berlangsung. Guru
mengobservasi siswa sehingga terlihat kinerja siswa dalam belajar matematika. Hasil menunjukan
bahwa kinerja siswa meningkat selama pembelajaran dilaksanakan dari mulai pertemuan pertama
sampai dengan pertemuan kedelapan. Selain itu, terdapat perbedaan peningkatan kemampuan
pemahaman matematik siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional.
Kata kunci: performance assesment, pembelajaran berbasis masalah, kemampuan pemahaman
matematik.

ABSTRACT

The objective of this study is to know the increase of performance assessment in mathematics
learning on Problem Based Learning (PBL) models and to find out the improvement of student’s
mathematical understanding skills between problem based learning class and conventional learning
class. The research design uses the non-equivalent control group design. The population is 7th grade
students in SMP N 1, 2, and 3 Majalengka. The Samples are two classes which are being selected
as PBL and conventional learning. The study uses a quasi-experimental method. The data has been
collected using mathematical understanding abilities test and students’ performance instruments.
The implementation of performance assessment is carried out in the learning process. The teacher
observes students so that students’ performance in learning mathematics can be analyzed. The study
shows that student performance assessment increased from the first meeting to the eighth meeting.
Furthermore, the improvement of students mathematical understanding ability between problem
based learning class and conventional learning class is significantly different.
Keywords: performance assessment, problem based learning, mathematical understanding ability.

How to Cite: Santoso, E. & Sunendar, A. (2019). Performance Assesment dalam Pembelajaran Berbasis
Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa SMP. Journal of Medives :
Journal of Mathematics Education IKIP Veteran Semarang, 3(1), 21-31.
22 | Erik Santoso, Aep Sunendar - Performance Assesment dalam Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan ....

PENDAHULUAN reason”. Berdasarkan pendapat tersebut


Kurikulum 2013 memberikan arah jelas bahwa pemahaman matematik
perubahan bahwa siswa harus dapat terbagi menjadi dua macam yaitu
belajar aktif sehingga paradigma pemahaman instrumental dan pemaham-
pembelajaran berubah dari guru sebagai an relasional. Pemahaman instrumental
satu satunya sumber belajar dan adalah pemahaman siswa dalam
pembelajaran yang berpusat pada guru menjawab soal menggunakan algoritma
menjadi pembelajaran yang berpusat sederhana tanpa perlu adanya
pada siswa (student center learning). pendalaman dalam soal tersebut.
Oleh karena itu, perlu kesiapan dari guru Berbeda dengan soal jenis pemahaman
agar pembelajaran yang dilaksanakan relasional yaitu pemahaman yang
dapat berlajalan dengan baik sehingga membutuhkan penjelasan dan pemaham-
tujuan pembelajaran dapat tercapai. an dalam menjawab soal yang ada
Kemampuan pemahaman matema- kaitannya dengan soal yang lainnya
tik adalah salah satu tujuan yang hendak sehingga siswa pada tingkat pemahaman
dicapai setelah siswa melaksanakan relasional sudah barang tentu melewati
pembelajaran matematika di kelas. pemahaman instrumental terlebih
Ruseffendi (2006) menyatakan bahwa dahulu.
terdapat tiga jenis pemahaman: (1) On the other hand, mathematical
pengubahan (translation), mampu understanding is very important in
mengubah soal kata-kata ke dalam studying mathematics since it will ease
simbol dan sebaliknya; (2) pemberian mathematical problem solving, even it
arti (interpretation), mampu mengarti- will sharpen problem solving (Minarni,
kan suatu kesamaan: dan (3) pembuatan et al, 2016). Peneliti sepakat dengan
ekstrapolasi (extrapolation), misalnya pendapat tersebut bahwa kemampuan
mampu memperkirakan suatu kecende- pemahaman matematik sebagai gerbang
rungan yang tersirat dalam suatu awal dalam memecahkan masalah
diagram. Berdasarkan dua pendapat matematik. Kita bisa membayangkan
tersebut dapat dikatakan bahwa bagaimana seorang siswa yang kurang
pemahaman adalah sesuatu bentuk memiliki kemampuan pemahaman
kemampuan siswa dalam memahami matematiknya tentu dia merasa kesulitan
materi yang disajikan. Pollastek, Skemp dalam mengembangkan kemampuan lain
(Barmby, Harries, Higgins, & Suggate, termasuk kemampuan pemecahan
2007) identified two types of understand- masalah matematik. Oleh karena itu
ing; relational and instrumental. He kemampuan pemahaman matematik
described relational understanding penting untuk diberikan dan dilatih
as“knowing both what to do and why” kepada siswa pada saat proses
and the process of learning relational pembelajaran.
mathematics as “building up a Pentingnya kemampuan pema-
conceptual structure. Instrumental haman matematik tidak serta merta
understanding, on the other hand, was diiringi dengan peningkatan kemampuan
simply described as “rules without pemahaman matematik di lapangan. Hal
Journal of Medives : Journal of Mathematics Education IKIP Veteran Semarang, Volume 3, No. 1, 2019, pp. 21-31 | 23

ini didasarkan pada observasi awal Uraian mengenai rendahnya


dengan Bapak Nana M.Pd. yang menjadi pemahaman matematik yang dialami
guru matematika di SMPN 3 Majalengka siswa ketika belajar matematika harus
bahwa konsep yang dimiliki siswa ketika segera diatasi melalui pembelajaran
beranjak dari sekolah dasar dan berada di yang dapat memfasilitasi siswa belajar
sekolah menengah pertama masih aktif di kelas. Upaya yang dilakukan
banyak mengalami kendala terutama oleh peneliti melalui penelitian ini
pemahaman konsep. Kemudian adalah dengan menerapkan model
berdasarkan hasil wawancara juga pembelajaran berbasis masalah.
terungkap bahwa jenis soal kemampuan MacMath, Wallace, & Chi, (2009)
pemahaman matematik yang jenis menjelaskan bahwa, “PBL is a promising
relasional masih banyak dijumpai approach not only to build mathematics
kendala terutama siswa dalam understanding but also to test students’
mengkoneksikan kemampuannya antara conceptual knowledge”. Berdasarkan
konsep yang satu dengan yang lainnya. pendapat tersebut terlihat bahwa model
Patricia (Veloo, Md-Ali, & pembelajaran berbasis masalah adalah
Chairany, 2016) mengungkapkan, pendekatan yang tidak hanya mem-
student success in mathematics learning bangun pemahaman matematik tetapi
was constrained by a limited juga konseptual pengetahuan siswa.
understanding of mathematics concepts. Artinya bahwa model pembelajaran ini
Students who were not able to acquire membangun konsep siswa dalam
mathematics concepts viewed memahami materi dalam pembelajaran
mathematics subject as very difficult. matematika.
The students were more inclined to Senada dengan pendapat tersebut,
memorize, they were less creative and menurut Padmavathy & Mareesh (2013),
found it difficult to expand their “Problem-Based Learning (PBL)
cognitive abilities. Berdasarkan describes a learning environment where
pendapat tersebut, salah satu keberhasil- problems drive the learning. That is,
an pembelajaran matematika dikaitkan learning beginswith a problem to be
dengan keterbatasan siswa dalam solved, and the problem is posed is such
memahami konsep matematik sehingga a way that students need togain new
membuat siswa memberikan tanggapan knowledge before they can solve the
terhadap mata pelajaran matematika problem.” Berdasarkan pengertian
adalah mata pelajaran yang sulit. Oleh tersebut pembelajaran ini diawali
karena itu, pendidik, terutama guru, menggunakan masalah sebagai langkah
perlu melatih kemampuan pemahaman awal dalam mengumpulkan dan
matematik agar guru mampu mengem- mengintregasikan pengetahuan baru.
bangkan kemampuan-kemampuan lain Dalam hal ini, problem based learning
dalam belajar matematika karena digunakan untuk merangsang berpikir
kemampuan pemahaman matematika matematis tingkat tinggi dalam situasi
digunakan sebagai dasar dalam memiliki berorientasi masalah.
kemampuan yang lainnya.
24 | Erik Santoso, Aep Sunendar - Performance Assesment dalam Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan ....

Li (2011) mengungkapkan, “PBL kecakapan sepanjang hidupnya dalam


is a learning approach that involves memecahkan masalah, kerja sama tim,
activity on problem-based situations and dan berkomunikasi. Pendapat Donal
utilization of cognitive abilities, and they Woods tersebut menjadi inspirasi yang
work as a group to give meaning to the jauh ke depan yaitu siswa yang
knowledge in building a social learning dilibatkan dalam memecahkan masalah
process.” Berdasarkan pendapat maka akan bermanfaat dan menjadi
tersebut, jelas bahwa pembelajaran terbiasa dalam memecahkan masalah
berbasis masalah digunakan dalam yang dihadapinya serta bisa bekerjasama
rangka membangun proses pembelajaran dengan tim untuk memecahkan masalah
sosial. Hal ini dikarenakan siswa dengan tersebut.
siswa dapat berkomunikasi dan itu Perkembangan assesment (penilai-
merupakan pembelajaran sosial yang an) berkembang dan salah satu kunci dari
baik bagaimana siswa diajarkan untuk keberhasilan kurikulum 2013. Hal yang
menghormati pendapat temannya, dianggap penting dalam penilaian adalah
sehingga model ini dapat memfasilitasi menilai aktivitas siswa yang dikenal
siswa dalam membangun proses dengan kinerja siswa dalam belajar
pembelajaran sosial. matematika. Performance assesment
Pembelajaran berbasis masalah dapat memberikan penilaian yang
dapat memfasilitasi siswa untuk belajar sebenarnya terhadap apa yang dilakukan
lebih aktif dalam berdiskusi dengan oleh siswa selama melaksanakan
siswa pada kelompoknya, pembelajaran pembelajaran dengan menggunakan
ini juga memberikan penanaman pembelajaran berbasis masalah.
tanggung jawab bahwa setiap siswa pada Menurut Mustamin (2010).
kelompok tersebut harus benar-benar Assesmen kinerja (performance
menguasai materi pembelajaran yang assesment) merupakan salah satu
sedang didiskusikan. Adanya pemaham- penilaian dengan guru mengamati dan
an tersebut sangat bagus sehingga sedikit membuat pertimbangan tentang yang
kemungkinan untuk siswa tidak belajar. diketahui dan dapat dilakukan siswa
Peran guru menjadi penting dalam dalam mendemonstrasikan kemampuan.
penelitian ini karena guru harus mampu Pendapat tersebut menunjukkaan bahwa
meyakinkan setiap kelompok terutama yang dikerjakan siswa adalah kinerja
ketua kelompok bahwa ketua kelompok siswa yang sebenarnya sehingga dalam
harus mampu membimbing siswa yang pelaksanaan penelitian nanti dibantu
lainnya ikut berdiskusi sehingga mampu oleh guru matematika dan mahasiswa
meningkatkan pemahaman terhadap untuk mengobservasi siswa dalam
materi yang sedang didiskusikan. pembelajaran matematika.
Donal Woods (Amir, 2009) Berdasarkan uraian tersebut maka
berpendapat bahwa PBL lebih dari tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1)
sekedar lingkungan yang efektif untuk mendeskripsikan pelaksanaan perfor-
mempelajari pengetahuan tertentu. Ia mance assesment dalam pembelajaran
dapat membantu siswa membangun matematika pada model pembelajaran
Journal of Medives : Journal of Mathematics Education IKIP Veteran Semarang, Volume 3, No. 1, 2019, pp. 21-31 | 25

berbasis masalah; dan 2) menelaah dari sekolah dasar sehingga bisa benar-
perbedaan peningkatan kemampuan benar mengetahui pengaruh akibat
pemahaman matematik siswa yang perlakuan yang diberikan. Melalui
belajar menggunakan model pembelajar- random sampling didapat dua sampel
an berbasis masalah dengan siswa yang masing-masing kelas yaitu kelas VII B
belajar menggunakan pembelajaran dan C SMPN 1 Majalengka, VII G dan I
konvensional. SMPN 2 Majalengka serta VII C dan D
SMPN 3 Majalengka.
METODE PENELITIAN Dalam dalam penelitian diambil
Penelitian ini termasuk jenis melalui pretest dan posttest kemampuan
penelitian quasi eksperimen dengan pemahaman matematik dan dilanjutkan
desain kelompok kontrol tidak ekuivalen dengan performance assesment siswa
(the non-equivalent control group dalam pemebelajaran berbasis masalah.
design). Ruseffendi (2005) menyatakan Analisis kemampuan pemahaman mate-
bahwa penelitian kuasi eksperimen ini matik dilakukan menggunakan gain
subjek tidak dikelompokkan secara acak, ternormalisasi. Setelah dilakukan
tetapi peneliti menerima keadaan subjek analisis peningkatannya kemudian diuji
seadanya. Penelitian ini menggunakan menggunakan uji statistik yang sesuai
jenis desain penelitian tersebut karena yaitu uji t independent jika sebaran data
sekolah yang menjadi tempat penelitian berdistribusi normal dan uji mann
memberikan keluluasaan kepada peneliti whitney u jika sebaran data tidak ber-
tetapi tidak mengubah kelas yang sudah distribusi normal.
ada. Desain penelitiannya dapat dilihat
pada Gambar 1. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan pada bagian
ini difokuskan pada pembahasan
mengenai tujuan penelitian yang telah
Gambar 1. Desain Penelitian
diuraikan. Tujuan dari penelitian ini
yaitu menelaah penerapan asesmen
Pada Gambar 1, O pertama adalah kinerja dalam pembelajaran berbasis dan
pretest atau tes awal yang dilakukan oleh membandingkan peningkatan kemampu-
penelitian, X adalah perlakuan yaitu an pemahaman siswa antara kelas yang
penerapan pembelajaran berbasis masa- melaksanakan pembelajaran berbasis
lah dan O yang kedua adalah posttest masalah dan siswa yang melaksanakan
setelah pelaksanaan pembelajaran pembelajaran konvensional. Hasil dari
dilaksanakan. Populasi dalam penelitian pretest dan posttest kemampuan
ini adalah siswa kelas VII SMP di pemahaman matematik antara kedua
Kabupaten Majalengka yaitu SMPN 1, kelas tersaji dalam Tabel 1.
SMPN 2, dan SMPN 3 Majalengka.
Kelas VII dipilih menjadi sampel karena
siswa di kelas VII merupakan peralihan
26 | Erik Santoso, Aep Sunendar - Performance Assesment dalam Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan ....

Tabel 1. Perbandingan Pretest dan Posttes Kelas Eksperimen dan Kontrol


Pretest Posttes
Sekolah Kelas
mean median sd max min mean median sd max min
SMPN 1 Eks 6,85 7,00 1,05 9 5 17,65 18,00 1,95 21 15
Majalengka Kontrol 7,15 7,00 1,48 4 10 14,97 15 3,3 21 1
SMPN 2 Eks 8,37 8 1,46 11 6 18,09 18 2,27 24 15
Majalengka Kontrol 8,47 8 1,42 12 5 16,44 16 2,39 24 11
SMPN 3 Eks 10,58 11 1,96 14 7 20,53 20,5 1,89 24 7
Majalengka Kontrol 10,97 11 1,58 14 8 18,5 18 1,73 24 9

Berdasarkan data tersebut terlihat dasar untuk melihat peningkatan yang


pada pretest baik kelas eksperimen terjadi. Peningkatan dihitung berdasar-
maupun kelas kontrol memiliki nilai kan rumus gain yang ternormalisasi.
pretest yang tidak jauh berbeda sehingga Hasil dari peningkatan antara kelas
dapat dikatakan bahwa kelas yang eksperimen dan kelas kontrol dapat
diambil dalam penelitian ini memiliki dilihat pada Gambar 2.
kemampuan yang relatif sama. Seperti di
SMPN 3 Majalengka skor pretest kelas
eksperimen adalah 8,37 sedangkan di
kelas kontrol adalah 8,47. Pretest untuk
kelas eksperimen di setiap sekolah baik
SMPN 1, 2, dan 3 Majalengka diuji
untuk memastikan apakah memang
sama. Uji dilakukan dengan prasyrat
terlebih dahulu dan didapat bahwa Gambar 2. Rata-Rata n-Gain
kesimpulan setelah uji persamaan bahwa Tiap Kelompok Kelas
kelas eksperimen dan kelas kontrol di
setiap sekolah tidak berbeda, artinya Melalui data tersebut dapat
kelas yang diambil memiliki kemam- memberikan gambaran mengenai
puan awal yang sama sebelum perlakuan peningkatan kemampuan pemahaman
pembelajaran yang dilakukan. matematik antara kelas yang pembela-
Pretest sudah dilakukan uji jarannya menggunakan pembelajaran
langkah selanjutnya adalah melaksana- berbasis masalah dengan kelas yang
kan pembelajaran dengan perlakuan pembelajarannya menggunakan pembe-
yang berbeda satu kelas dilaksanakan lajaran konvensional. Skor tertinggi
dengan pembelajaran berbasis masalah didapat oleh kelas eksperimen di SMPN
dan satu kelas dilaksanakan dengan 3 Majalengka dengan skor rata-rata 0,73
pembelajaran biasa atau pembelajaran dengan kategori tinggi dan terendah
konvensional. Di akhir proses pembela- didapat di kelas kontrol SMPN 1
jaran dilakukan posttest untuk Majalengka dengan skor 0,46 kategori
mengetahui sejauh mana peningkatan sedang.
yang terjadi antara kelas eksperimen dan Untuk menguji dan meyakinkan
kelas kontrol. Hasil dari pretest dijadikan bahwa peningkatan tersebut berbeda
Journal of Medives : Journal of Mathematics Education IKIP Veteran Semarang, Volume 3, No. 1, 2019, pp. 21-31 | 27

signifikan, peneliti membandingkan menyatakan bahwa, “there is strong


antara kedua kelas di setiap sekolah. evidence that problem-based learning
Hasil dari uji yang dilakukan dengan students retain knowledge much longer
signifikansi kurang dari alpha yang than students taught using traditional
ditentukan yaitu 0,000 di SMPN 1 teaching, although their learning may be
Majalengka, 0,003 di SMPN 2 less than that of traditional students”.
Majalengka, dan 0,000 di SMPN 3 Menurut pendapat tersebut, pemahaman
Majalengka dengan demikian dapat yang didapat dari mengonstruksi akan
disimpulkan bahwa peningkatan bertahan lama jika dibandingkan dengan
kemampuan pemahaman matematik pembelajaran tradisional yang berpusat
yang pembelajarannya menggunakan pada guru. Oleh karena itu pembelajaran
pembelajaran berbasis masalah lebih berbasis masalah memungkinkan siswa
baik dibandingkan dengan siswa yang untuk dapat memberikan pemahaman
melaksanakan pembelajaran secara yang baik terhadap materi.
konvensional. Hal ini terbukti dari jawaban siswa
Terdapat beberapa hal yang dalam menjawab soal kemampuan
menjadi alasan bahwa siswa dengan pemahaman matematik dengan kategori
pembelajaran berbasis masalah lebih soal instrumental yaitu siswa memahami
baik jika dibandingkan dengan siswa masalah sederhana. Soal instrumental
yang pembelajarannya menggunakan yang dibuat adalah: Gambarlah belah
pembelajaran konvensional. Hal pertama ketupat KLMN yang berpotongan di titik
yang menjadi catatan peneliti yaitu siswa O! Sebutkan empat buah garis yang sama
pada kelas PBM lebih aktif dan mampu panjang dan sebutkan sumbu-sumbu
mengkontruksi massalah yang diberikan simetrinya serta diagonalnya! Gambar 3
sehingga siswa mamu memahami memperlihatkan salah satu jawaban
dengan baik masalah yang diberikan. Hal siswa dari kelas PBM dan konvensional.
ini sesuai dengan pendapat Cazzola Terlihat bahwa kemampuan
(2008), Problem-based learning (PBL) menguasai konsep kelas PBM jauh lebih
is a constructivist learner-centred baik jika dibandingkan dengan kelas
instructional approach based on the konvensional. Kelas PBM mampu
analysis, resolution and discussion of a memberikan gambar yang baik
given problem. It can be applied to any mengenai belah ketupat dan menyebut-
subject, indeed it is especially useful for kan semua siswa yang sama panjang
the teaching of mathematics. Senada berbeda jika dibandingkan dengan kelas
diucapkan oleh Uden, (2006) yang konvensional menggambar belah ketupat

Gambar 3. Perbandingan Jawaban Siswa antara Kelas PBM (kiri) dan Konvensional (kanan)
pada Soal Instrumental
28 | Erik Santoso, Aep Sunendar - Performance Assesment dalam Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan ....

sudah cukup baik tetapi kebingungan terutama pada soal tes pemahaman
dalam menentukan sumbu simetri ini matematik dengan kategori relasional
menunjukan bahwa PBM memberikan siswa pada kelas PBM jauh lebih baik
pengaruh yang cukup signifikan dalam dari siswa pada kelas kontrol. Soal yang
memahami konsep yang sedang dijawab oleh siswa: Dian membuat suatu
dipelajari oleh siswa. hiasan untuk mading di sekolahnya.
Hal lain yang menjadi perhatian Hiasan tersebut berbentuk belah ketupat
peneliti dalam melaksanakan pem- yang panjang diagonal-diagonalnya ber-
belajaran dengan menggunakan pem- turut-turut adalah 15 cm dan (3x + 2) cm.
belajaran berbasis masalah adalah Jika luas belah ketupat itu 150 cm2.
adanya diskusi dalam pembelajaran di Maka hitunglah: nilai x dan panjang
kelas. Diskusi merupakan kunci utama diagonal yang kedua.
agar siswa dapat belajar dengan baik Berdasarkan jawaban pada
pada kelompoknya masing-masing. The Gambar 3 terlihat bahwa siswa pada
Steps Of Problem Based Learning ... kelas PBM lebih menguasai konsep dan
Subsequent Group Meetings: Report and dapat mengaitkan konsep yang dimiliki
evaluate on self-directed learning. dengan aljabar sebagai tambahan dalam
Refine learning issues and define further menjawab soal tersebut. Berbeda dengan
action ... (Padmavathy & Mareesh, kelas konvensional, jawaban siswa
2013). Siswa dapat berdiskusi dengan terhenti ketika sudah mensubstitusi apa
baik karena mendapatkan arahan yang yang diketahui dalam soal tetapi
baik dari guru dalam melaksanakan kesulitan dalam menyelesaikan langkah
pembelajaran berbasis masalah. Guru terutama pada langkah sebelah kanan
selalu memberikan penguatan bahwa yang mana 15/2 harus dikalikan dengan
ketua kelompok harus mampu mem- (3x + 2) sehingga siswa tersebut belum
bimbing siswa yang lainnya sehingga mampu menjawab dengan baik.
siswa yang kemampuannya kurang dapat Hal lain yang menjadi menarik
terbantu karena ketua kelompok dalam penelitian ini adanya performance
memberikan penjelasan yang baik assesment yang dilaksanakan di kelas
terhadap anggotanya. Langkah diskusi PBM di SMPN 3 Majalengka. Indikator
ini dapat dikatakan baik karena performance assesment dalam penelitian
pemahaman siswa setelah pembelajaran ini adalah aktivitas persentasi tugas

Gambar 3. Perbandingan Jawaban Siswa antara Kelas PBM (kiri) dan Konvensional (kanan)
pada Soal Relasional
Journal of Medives : Journal of Mathematics Education IKIP Veteran Semarang, Volume 3, No. 1, 2019, pp. 21-31 | 29

Tabel 2. Kinerja Siswa dalam Belajar Matematika Melalui PBM

Kriteria Persentase
Pertemuan
Kurang Cukup Baik SB Kurang Cukup Baik SB
Pertemuan 1 32 0 0 0 100 0 0 0
Pertemuan 2 32 0 0 0 100 0 0 0
Pertemuan 3 25 7 0 0 78,13 21,88 0 0
Pertemuan 4 18 13 1 0 56,25 40,63 3,13 0
Pertemuan 5 8 15 8 0 25,81 48,39 25,81 0
Pertemuan 6 4 13 14 1 12,5 40,63 43,75 3,13
Pertemuan 7 0 10 20 2 0 31,25 62,50 6,25
Pertemuan 8 0 8 18 5 0 25,81 58,06 16,13

matematik, aktivitas siswa dalam performance assessment from


pembelajaran dan penilaian hasil dari traditional assessment, they have
apa yang dilakukan oleh siswa. Observer different concerns and focuses. In other
dibantu oleh guru matematikanya dan words, a variety of aspects have been
melalui performance assesment guru connected with the term performance
terbantu karena mampu menilai aktivitas assessment. Berdasarkan pendapat
siswa secara individu. Hasil dari tersebut performance assesment adalah
performance assesment yang diamati untuk menilai apa yang siswa benar-
oleh guru beserta observer yang lainnya benar tahu dan bisa lakukan. Oleh karena
terangkum pada Tabel 2. itu penelitian kinerja akan memberikan
Hasil tersebut memberikan gam- kesempatan kepada siswa untuk mem-
baran performance assesment mampu berikan yang terbaik pada proses pembe-
memberikan pemahaman yang mendasar lajaran yang dilaksanakan. Kinerja siswa
bahwa siswa harus benar benar mengalami peningkatan dikarenakan
melakukan aktivitas yang terbaik karena siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
setiap aktivitas diamati oleh observer. mengikuti intruksi guru, pada awal
Setiap pertemuan memliki peningkatan pembelajaran siswa masih belum
yang cukup signifikan meskipun di awal terbiasa menempatkan diri dalam
pembelajaran siswa mengalami kesulit- pembelajaran berbasis masalah, tetapi
an, namun dengan bantuan guru dan dengan motivasi dari guru siswa
motivasi guru bahwa siswa harus akhirnya merasa termotivasi dan mampu
melakukan terbaik menjadi motivasi dan meningkatkan kinerjanya di dalam
terlihat pada pertemuan delapan 58,06% pembelajaran matematika. Hal ini sesuai
siswa sudah berada kategori baik dan dengan pendapat Arhin (2015). For these
tidak ada siswa yang berada dalam reasons many educational practitioners
kategori kurang have advocated for the use of
Stenmark (Fan & Zhu, 2008) performance assessment. Performance
definition about performance assessment assessment is a type of assessment which
is to assess what students actually know requires students to demonstrate that
and can do. It is clear that while they have mastered specific skills and
researchers tend to differentiate competencies by performing an activity
30 | Erik Santoso, Aep Sunendar - Performance Assesment dalam Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan ....

to reveal what they are capable of doing. kinerja pemecahan masalah setelah
Performance assessment is, therefore, a mengontrol kemampuan awal matema-
clear departure from the traditional test tika siswa.
items because, in performance assess-
ment, students are required to perform a PENUTUP
task rather than select an answer from a Berdasarkan pengolahan dan ana-
ready–made list; it offers students the lisis data yang telah dilakukan, peneliti
opportunity to apply their knowledge dapat menyimpulkan hasil penelitian ini
and skills from several areas to sebagai berikut. 1) Pelaksanaan perfor-
demonstrate that they are capable of mance assesment dilakukan pada proses
reaching a learning target and coming pembelajaran berlangsung. Guru meng-
up with their own solution. Berdasarkan observasi siswa sehingga terlihat kinerja
pendapat tersebut bahwa penilaian siswa dalam belajar matematika. Hasil
kinerja lebih efektif jika dibandingkan menunjukan bahwa kinerja siswa
dengan penilaian tradisional pada meningkat selama pembelajaran dilaksa-
penilaian kinerja siswa menunjukan apa nakan dari mulai pertemuan pertama
yang telah mereka lakukan melalui sampai dengan pertemuan kedelapan. 2)
aktivitas pembelajaran. Melalui kegiatan Terdapat perbedaan peningkatan ke-
itu siswa menjadi termotivasi karena mampuan pemahaman matematik siswa
guru berperan aktif dalam proses yang belajar menggunakan model
bagaimana siswa berani dalam pembelajaran berbasis masalah dengan
mengemukakan pendapatnya dalam siswa yang belajar menggunakan
setiap aktivitas yang dilakukannya. Ini pembelajaran konvensional
baik sebagai proses tukar informasi
antara siswa yang satu dengan siswa DAFTAR PUSTAKA
yang lainnya. Amir, M. T. (2009). Inovasi pendidikan
Hasil penelitian ini sejalan dengan Melalui Problem Based Learning.
penelitian Najoan (2011). Hasil peneliti- Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
an menyebutkan Pada kelompok siswa
yang diberi asesmen pemecahan Arhin, A. K. (2015). The Effect of
masalah, hasil belajar matematika siswa Performance Assessment-Driven
yang belajar dengan model pembelajaran Instruction on the Attitude and
TAI lebih tinggi dibandingkan dengan Achievement of Senior High School
kelompok siswa yang belajar dengan Students in Mathematics in Cape
Coast Metropolis, Ghana. Journal of
model pembelajaran klasikal setelah
Education and Practice, 6(2), 109–
mengontrol kemampuan awal matema- 116.
tika. Untuk kelompok siswa yang belajar
melalui model pembelajaran klasikal, Barmby, P., Harries, T., Higgins, S., &
hasil belajar matematika kelompok Suggate, J. (2007). How can we
siswa yang diberi asesmen kinerja assess mathematical understanding.
In Proceedings of the 31st Conference
pengajuan masalah lebih tinggi dari
of the International Group for the
kelompok siswa yang diberi asesmen
Journal of Medives : Journal of Mathematics Education IKIP Veteran Semarang, Volume 3, No. 1, 2019, pp. 21-31 | 31

Psychology of Mathematics Padmavathy, R. D., & Mareesh, K.


Education (Vol. 2, pp. 41–48). ERIC. (2013). Effectiveness of Problem
Based Learning in Mathematics.
Cazzola, M. (2008). Problem-Based International Multidisciplinary E-
Learning and Mathematics: possible Journal, 2(1), 45–51.
Synergical Actions. ICERI2008
Proceeding, IATED (International Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar
Association of Technology, Education Penelitian Pendidikan dan Bidang
and Development), Valencia, Spain. non-Eksakta Lainnya. Bandung:
Tarsito.
Fan, L., & Zhu, Y. (2008). Using
Performance Assessment in Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar
Secondary School Mathematics: An Kepada Membantu Guru
Empirical Study in a Singapore Mengembangkan Kompetensinya
Classroom. Journal of Mathematics dalam Pengajaran Matematika untuk
Education, 1(1), 132–152. Meningkatkan CBSA. Bandung:
Tarsito.
Li, H.-C. (2011). The Development of
Taiwanese Students’ Understanding Uden, L. (2006). Technology and
of Fractions: A Problem-Based problem-based learning. IGI Global.
Learning Approach. Proceedings of
the British Society for Research into Veloo, A., Md-Ali, R., & Chairany, S.
Learning Mathematics, 31(2), 25–30. (2016). Using Cooperative Teams-
Game-Tournament in 11 Religious
MacMath, S., Wallace, J., & Chi, X. School to Improve Mathematics
(2009). Problem-Based Learning in Understanding and Communication.
Mathematics: A Tool for Developing Malaysian Journal of Learning and
Students’ Conceptual Knowledge. Instruction, 13(2), 97–123.
What Works? Research into Practice
Series, 22, 1–4.

Minarni, A., Napitupulu, E., & Husein,


R. (2016). Mathematical
Understanding and Representation
Ability of Public Junior High School
in North Sumatra. Journal on
Mathematics Education, 7(1), 43–56.

Mustamin, S. H. (2010). Meningkatkan


Hasil Belajar Matematika Melalui
Penerapan Asesmen Kinerja. Lentera
Pendidikan, 13(1), 33–43.

Najoan, R. A. (2011). Assesmen kinerja


berbasis masalah pada Model
Pembelajaran Team Asisted
Individualization (TAI). Jurnal
Evaluasi Pendidikan, 2(2), 193–205.

Anda mungkin juga menyukai