Anda di halaman 1dari 11

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Belajar Siswa

Menggunakan Model Pembelajaran Means-Ends Analysis


Rahimatul Islami Elmujahidah1, Mulyono2, Humuntal banjarnahor2

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) peningkatan kemampuan komunikasi dan motivasi belajar matematis
siswa yang memperoleh pembelajaran Means ends Analysis (MeA) dan pembelajaran biasa, (2) interaksi antara model
pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi dan motivasi
belajar matematis siswa. Penelitian ini dilaksanakan di MTs. Al-Washliyah Tembung Kabupaten Deli serdang. Jenis
penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari seluruh siswa MTs. Al-
Washliyah Tembung, sedangkan sampelnya terbagi dua jenis yaitu VIII-1 sebagai kelas eksperimen dan VIII-2 sebagai
kelas kontrol yang masing-masing beerjumlah 32 siswa. Pengambilan sampel dilakukan melalui teknik purposive
sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan komunikasi matematis dan angket motivasi
belajar matematis siswa. Analisis data dilakukan dengan analisis kovarian (ANAKOVA) dan N-Gain. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan motivasi belajar matematika siswa yang
memperoleh model pembelajaran Means ends Analysis (MeA) lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan
komunikasi matematis dan motivasi belajar matematika siswa yang memperoleh model pembelajaran biasa. Hasil rerata
peningkatan kemampuan komunikasi matematis yang diberi model pembelajaran Means ends Analysis (MeA) dan
model pembelajaran biasa masing-masing sebesar 0,46 dan 0,13, dan rerata peningkatan motivasi belajar matematis
siswa masing-masing sebesar 0,52 dan 0,18. (2) Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan
awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan motivasi belajar matematika
siswa.
Kata Kunci: pembelajaran means ends analysis (MeA), kemampuan komunikasi matematis, motivasi belajar.

PENDAHULUAN Menurut Sanjaya (2009) ada tiga fungsi yang harus


Matematika merupakan subjek yang dianggap sulit dilakukan guru dalam mengajar yaitu guru sebagai
dan membosankan bagi banyak siswa, sehingga dalam perencana, penyampai informasi, dan guru sebagai
pembelajaran sangat diperlukan bagaimana cara evaluator. Pendapat ini sejalan dengan apa yang
mengkonstruksikan dan mengkreasikan model dikemukakan oleh Hamalik (2003), bahwa secara
matematis menjadi suatu penyelesaian masalah yang opersional ada lima variabel utama yang berperan
baik. dalam proses belajar mengajar, yaitu: tujuan
Menurut Soejadi (2004) pendidikan matematika pengajaran, materi pelajaran, metode dan tekhnik
memiliki dua tujuan besar yaitu: (1) Tujuan yang mengajar, guru, murid dan logistik.
bersifat formal yang memberikan tekanan pada Kemampuan komunikasi matematika perlu dikuasai
penalaran anak dan pembentukan pribadi anak, (2) siswa karena dalam dunia pendidikan tidak terlepas
Tujuan yang bersifat material yang memberikan dari peran komunikasi. Saragih (2007) menyatakan
tekanan pada penerapan matematika serta kemampuan kemampuan komunikasi dalam pembelajaran
memecahkan masalah matematika. Hal ini sesuai matematika perlu untuk diperhatikan, ini disebabkan
dengan tujuan pembelajaran matematika yang komunikasi matematik dapat mengorganisasikan dan
dirumuskan oleh National Council of Teacher of mengkonsolidasikan berpikir matematis siswa baik
Mathematics (2000) yaitu: (1) belajar untuk secara lisan maupun tulisan. Baroody (Ansari, 2009)
berkomunikasi (mathematical comminication), (2) sedikitnya ada 2 alasan penting yang menjadikan
belajar untuk bernalar (mathematical reasoning), (3) komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu
belajar untuk memecahkan masalah (mathematical menjadi fokus perhatian yaitu (1) mathematics as
problem solving), (4) belajar untuk mengaitkan ide language (matematika sebagai bahasa); matematika
(mathematical connections), (5) pembentukan sikap tidak hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid
positif terhadap matematika (positive attitudes toward thinking), alat untuk menemukan pola, atau
mathematics). menyelesaikan masalah namun matematika juga “an
invaluable tool for communicating a variety of ideas
———————————————— clearly, precisely, and succintly, dan (2) mathematics
1Corresponding Author: Rahimatul Islami Elmujahidah
Program Magister Pendidikan Matematika, Universitas Negeri
learning as social activity; sebagai aktivitas sosial,
Medan, Medan, 20221, Indonesia dengan adanya interaksi antar siswa, dengan guru
E-mail: rahimatulislami@gmail.com dalam mengkomunikasikan ide matematika.
2
Sementara Greenes dan Schulman (Ansari; 2009)
Co-Author: Mulyono & Humuntal Banjarnahor
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Medan,
bahwa komunikasi matematik merupakan (1) kekuatan
Medan, 20221, Indonesia sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan
strategi matematika (2) modal keberhasilan bagi siswa

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Means-Ends Analysis
Page 1
PARADIKMA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
Vol. 11, No. 2, Desember 2018

terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam Analysis (MeA). MeA adalah pembelajaran yang
eksplorasi dan investigasi matematika (3) wadah bagi memberikan kesempatan kepada siswa belajar dengan
siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk aktif mengkontruksi pengetahuannya sendiri, dan dapat
memperoleh informasi, membagi pikiran dan membantu siswa untuk menyelesaikan masalah
penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam matematis. MeA merupakan suatu proses atau cara
ide. yang dapat dilakukan untuk memecahkan suatu
Hal senada juga dikemukakan oleh Greenes dan masalah kedalam dua atau lebih subtujuan dan
Schulman (Ansari;2009) yang menyatakan bahwa kemudian dikerjakan berturut-turut pada masing-
kemampuan komunikasi matematik dapat terjadi ketika masing subtujuan tersebut. Tahap-tahap MeA
siswa (1) Menyatakan ide matematika melalui ucapan, melibatkan proses pemecahan masalah dan komunikasi
tulisan, demonstrasi, dan melukiskannya secara visual di setiap langkahnya. Pada tahap pertama, pemecahan
dalam tipe yang berbeda, (2) Memahami, menafsirkan, masalah dituntut untuk membaca dan menafsirkan
dan menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan, makna dan masalah. Pada tahap kedua, ia harus
atau dalam bentuk visual, (3) Mengkonstruksi, mengamati dan membuat dugaan, lalu mengumpulkan
menafsirkan dan menghubungkan bermacam-macam informasi. Pada tahap ketiga, siswa dituntut untuk
representasi ide dan hubungannya. Namun kenyataan mengkomunikasikan dan menjelaskan pemikirannya
di lapangan, dari penelitian Ansari (2009) menjelaskan tentang ide matematika, menggunakan bahasa
bahwa “siswa Sekolah Menengah Atas di Propinsi matematika untuk menyajikan ide yang
Aceh rata-rata kurang terampil didalam berkomunikasi menggambarkan hubungan dan pembuatan model.
untuk menyampaikan informasi seperti menyampaikan Choridah (2013) mengemukakan bahwa
ide dan mengajukan pertanyaan serta menanggapi kemampuan komunikasi sangat penting untuk
pertanyaan atau pendapat orang lain. dimunculkan agar siswa terlibat aktif dalam
Selain kemampuan komunikasi salah satu hal yang pembelajaran dan menghilangkan kesan matematika
perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan.
pembelajaran adalah motivasi belajar. Banyak siswa Setiap anak yang lahir memiliki motivasi belajar
yang kurang berprestasi bukan. Hilgard (Sanjaya; Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa komunikasi
2009) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu merupakan alat bantu dalam memotivasi pembelajaran
keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang matematika. Selain faktor pembelajaran, ada faktor lain
menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu juga yang dapat berkontribusi terhadap kemampuan
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kegiatan belajar matematis siswa dan terhadap sikap belajar matematika
mengajar, motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya siswa, yaitu kelompok Kemampuan Awal Matematik
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan (KAM) siswa, yang digolongkan ke dalam kelompok
kegiatan belajar, yang akan menjamin kelangsungan tinggi, sedang dan rendah. Kemampuan awal
kegiatan belajar siswa dan memberikan arah pada matematik merupakan prasyarat yang harus dimiliki
kegiatan belajarnya, sehingga tujuan yang diinginkan siswa agar dapat mengikuti pelajaran dengan lancar.
siswa dapat tercapai, dengan demikian motivasi
muncul dari dalam diri seseorang karena dorongan KAJIAN TEORITIS
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu
Motivasi yang tinggi dapat menggiatkan aktivitas informasi dari satu orang ke orang lain, cara untuk
belajar matematika siswa. Slavin (2009) menyebutkan berbagi (sharing) ide, gagasan dan mengklarifikasi
motivasi adalah proses internal yang mengaktifkan pemahaman kepada sesama sehingga mereka
menuntun dan mempertahankan prilaku dari waktu mempunyai makna yang sama terhadap informasi
kewaktu. Menurut Sanjaya (2009) indikator tersebut. Komunikasi secara umum dapat diartikan
membangkitkan motivasi belajar siswa dapat sebagai suatu peristiwa saling menyampaikan pesan
diklasifikasikan sebagai berikut: (a) memperjelas yang berlangsung dalam suatu komunitas dan konteks
tujuan yang ingin dicapai, (b) membangkitkan minat budaya. Komunikasi dimaknai sebagai proses
siswa, (c) menciptakan suasana yang menyenangkan penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada
dalam belajar, (d) pujian yang wajar terhadap setiap penerima pesan melalui saluran tertentu untuk tujuan
keberhasilan siswa, (e) penilaian, (f) komentar terhadap tertentu.
hasil pekerjaan siswa, (g) ciptakan persaingan dan Komunikasi merupakan bagian yang sangat
kerjasama. Sehingga dengan adanya semanagat bagi mendasar dari matematika dan pendidikan matematika,
siswa akan menjadikan pembelajaran yang optimal. yaitu cara untuk berbagi gagasan dan menjelaskan
Selain dari motivasi belajar itu sendiri, model pemahaman. Pada saat proses pembelajaran di kelas,
pembelajaran juga sangat berperan agar materi dapat komunikasi terjadi antara guru dan siswa, antara siswa
dipahami dan mudah dipahami oleh siswa. Model dan siswa, juga antara siswa dengan sumber belajar
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang lainnya, seperti buku dan media pembelajaran.
menggambarkan prosedur sistematik dalam Komunikasi yang terjadi antara siswa dengan teman
pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai sebaya dan guru, serta kesempatan bagi siswa untuk
tujuan belajar tertentu. Salah satu model pembelajaran menjelaskan, membuat dugaan, mempertahankan
matematika yang dapat digunakan untuk gagasan, baik secara lisan maupun tulisan dapat
mengembangkan kemampuan komunikasi dan motivasi menstimulasi pemahaman yang lebih dalam mengenai
belajar adalah model pembelajaran Means-ends pengetahuan konsep-konsep matematika. Komunikasi
Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Means-Ends Analysis
Page 2
PARADIKMA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
Vol. 11, No. 2, Desember 2018

matematis merefleksikan pemahaman matematis dan tulisan, oral, maupun visual; (c) menggunakan kosa
merupakan bagian dari daya matematis. Siswa-siswa kata, notasi, dan struktur untuk merepresentasikan ide-
mempelajari matematika seakan-akan mereka berbicara ide, menggambarkan hubungan, dan memodelkan
dan menulis tentang apa yang mereka sedang kerjakan. situasi.
Mereka dilibatkan secara aktif dalam mengerjakan Pendapat lainnya dikemukakan oleh Baroody
matematika, ketika mereka diminta untuk memikirkan (dalam Hasratuddin, 2015:118) yang mengemukakan
ide-ide mereka, atau berbicara dan mendengarkan lima aspek komunikasi, yaitu: (1) Representasi
siswa lain, dalam berbagi ide, strategi dan solusi. (representing); yaitu membentuk kembali suatu ide tau
Sejumlah pakar mengemukakan beberapa pendapat masalah dalam bentuk baru, misalnya menerjemahkan
tentang komunikasi matematis. Misalnya, Greenes dan masalah kedalam bentuk konkrit dengan bagan atau
Schulman yang menyatakan bahwa komunikasi gambar, menyajikan persoalan atau masalah kedalam
matematis merupakan kekuatan sentral bagi siswa model matematika yang berupa digram, persamaan
dalam merumuskan konsep dan strategi, modal atau pertidaksamaan matematika, grafik, tabel, tau
keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan sejumlah kalimat yang sederhana. 2) Mendengar
penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi (listening); yaitu menerima suara dengan telinga yang
matematika, wadah bagi siswa dalam berkomunikasi akan meberikan respon terhadap apa yang didengar.
dengan temannya untuk memperoleh informasi, Siswa mendengar dengan seksama dan memanfaatkan
berbagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai informasi yang didengar untuk mengkonstruksi
dan mempertajam ide untuk meyakinkan yang lain. pengetahuan matematika yang lengkap ataupun stretegi
(Hasratuddin, 2015:115). matematika yang lebih efektif. 3) Membaca (reading);
Pengertian lebih luas tentang komunikasi matematis didalamnya terkait aspek mengingat, melihat dan
dikemukakan oleh Romberg dan Chair (Hasratuddin, memahami, membandingkan, manganalisis serta
2015:117), yaitu : (1) menghubungkan benda nyata, mengorganisasikan apa yang terkandung dalam bacaan.
gambar, dan diagram ke dalam ide matematika; (2) Siswa menggunakan buku matematika sebagai sumber
menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik secara informasi dan ide-ide, tidak hanya dari guru dan
lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik pekerjaan rumah. 4) Berdiskusi (discussing); di dalam
dan aljabar; (3) menyatakan peristiwa sehari-hari dalam diskusi siswa dapat mengungkapkan dan merefleksikan
bahasa atau simbol matematika; (4) mendengarkan, pikiran-pikiran yang berkaitan dengan materi yang
berdiskusi, dan menulis tentang matematika; (5) dipelajari. Siswa juga masih dapat menanyakan hal-hal
membaca dengan pemahaman suatu presentasi yang masih tidak diketahui atau raagu-ragu. 5)
matematika tertulis, membuat konjektur, menyusun Menulis (Writing); menulis merupakan kegiatan yang
argumen, merumuskan definisi dan generalisasi; (6) dilakukan secara sadar untuk mengungkapkan dan
menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang merefleksikan pikiran, yang dituang dalam media, baik
matematika yang telah dipelajari. kertas, komputer, maupun media lainnya.
Kemampuan komunikasi matematis (mathematical Komunikasi matematis terdiri atas, komunikasi
communication) dalam pembelajaran matematika lisan (talking) dan komunikasi tulisan (writing).
sangat perlu untuk dikembangkan. Hal ini karena Komunikasi lisan (talking) dapat diartikan sebagai
melalui komunikasi matematis siswa dapat suatu peristiwa saling interaksi (dialog) yang terjadi
mengorganisasikan berpikir matematisnya baik secara dalam suatu lingkungan kelas atau berkelompok kecil,
lisan maupun tulisan. Di samping itu, siswa juga dapat dan terjadi pengalihan pesan berisi tentang materi
memberikan respon yang tepat antar siswa dan media matematik yang sedang dipelajari baik antar guru
dalam proses pembelajaran. Kemampuan komunikasi dengan siswa maupun antar siswa itu sendiri, seperti
matemaatis juga mampu menunjang kemampuan- membaca (reading), mendengar (listening), diskusi
kemampuan matematis yang lain, misalnya (discussing), menjelaskan (explaining), serta membagi
kemampuan pemecahan masalah. Dengan kemampuan (sharing). Sedangkan komunikasi tulisan (writing)
komunikasi yang baik maka suatu masalah akan lebih adalah kemampuan atau keterampilan siswa dalam
cepat bisa direpresentasikan dengan benar dan hal ini menggunakan kosa kata-nya, notasi, dan struktur
akan mendukung untuk penyelesaian masalah. matematik baik dalam bentuk penalaran, koneksi,
Kemampuan komunikasi matematis merupakan syarat maupun dalam problem solving, seperti
untuk memecahkan masalah, artinya jika siswa tidak mengungkapkan ide matematika dalam fenomena
dapat berkomunikasi dengan baik memaknai dunia nyata melalui grafik/gambar, tabel, persamaan
permsalahan maupun konsep matemaatika maka ia aljabar, ataupun bahasa sehari-hari (written words).
tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan Sejalan dengan hal di atas, Ansari (2016:11)
baik. mengemukakan “Komunikasi tulisan adalah
National Council of Teachers of Mathematics kemampuan atau keterampilan siswa dalam
(NCTM) menyatakan penilaian kemampuan menggunakan kosa katanya, notasi, dan struktur
komunikasi matematis siswa harus dapat menunjukkan matematik baik dalam bentuk penalaran, koneksi,
siswa mampu: (a) menyatakan ide-ide matematika maupun dalam problem solving”.
dengan berbicara, menulis, mendemonstrasikan, dan Selain kemampuan komunikasi salah satu hal yang
menggambarkan ide-ide tersebut secara visual; (b) perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan
memahani, menginterpretasikan, dan mengevaluasi pembelajaran adalah motivasi belajar. Banyak siswa
ide-ide matematika yang terwujud dalam bentuk yang kurang berprestasi bukan. Hilgard (Sanjaya;
Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Means-Ends Analysis
Page 3
PARADIKMA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
Vol. 11, No. 2, Desember 2018

2009) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang eksperimen. Dalam penelitian eksperimen peneliti
menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu menginginkan adanya kepastian untuk memperoleh
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kegiatan belajar informasi tentang variabel mana yang menyebabkan
mengajar, motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya sesuatu terjadi dan variabel yang memperoleh akibat
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan dari terjadinya perubahan suatu kondisi eksperimen.
kegiatan belajar, yang akan menjamin kelangsungan Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kegiatan belajar siswa dan memberikan arah pada MTs Al-Washliyah Tembung tahun pelajaran
kegiatan belajarnya, sehingga tujuan yang diinginkan 2018/2019. Teknik pengambilan sampel dalam
siswa dapat tercapai, dengan demikian motivasi penelitian ini adalah menggunakan teknik purpose
muncul dari dalam diri seseorang karena dorongan sampling dari keseluruhan siswa kelas VIII yaitu kelas
untuk mencapai tujuan pembelajaran. VIII-1 sebagai kelas eksperimen dengan perlakuan
Motivasi yang tinggi dapat menggiatkan aktivitas model pembelajaran Means-ends Analysis (MeA) dan
belajar matematika siswa. Slavin (2009) menyebutkan kelas VIII-2 sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran
motivasi adalah proses internal yang mengaktifkan konvensional.
menuntun dan mempertahankan prilaku dari waktu Data penelitian ini diperoleh dari tes kemampuan
kewaktu. Menurut Sanjaya (2009) indikator awal matematika, pretest dan posttest kemampuan
membangkitkan motivasi belajar siswa dapat komunikasi matematis, serta pretest dan posttest angket
diklasifikasikan sebagai berikut: (a) memperjelas motivasi belajar siswa. Analisis data dalam penelitian
tujuan yang ingin dicapai, (b) membangkitkan minat ini terdiri dari pengujian normalitas, pengujian
siswa, (c) menciptakan suasana yang menyenangkan homogenitas, dan pengujian hipotesis. Pengujian
dalam belajar, (d) pujian yang wajar terhadap setiap hipotesis statistik dalam penelitian ini menggunakan
keberhasilan siswa, (e) penilaian, (f) komentar terhadap rumus ANAKOVA, seluruh perhitungan statistik
hasil pekerjaan siswa, (g) ciptakan persaingan dan menggunakan bantuan program komputer SPSS 17.
kerjasama. Sehingga dengan adanya semanagat bagi Data yang diperoleh dari hasil pretest dan postest
siswa akan menjadikan pembelajaran yang optimal. dianalisis untuk mengetahui peningkatan skor
Selain dari motivasi belajar itu sendiri, model kemampuan komunikasi matematis dan skor angket
pembelajaran juga sangat berperan agar materi dapat motivasi belajar siswa. Skor yang diperoleh dari hasil
dipahami dan mudah dipahami oleh siswa. Model tes siswa sebelum dan setelah diberi perlakuan
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang pembelajaran dengan menggunakan model Means-ends
menggambarkan prosedur sistematik dalam Analysis (MeA) dianalisis dengan cara
pengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai membandingkan skor siswa yang diperoleh dari hasil
tujuan belajar tertentu. Salah satu model pembelajaran tes siswa sebelum dan setelah diberi perlakuan
matematika yang dapat digunakan untuk pembelajaran konvensional. Besarnya peningkatan
mengembangkan kemampuan komunikasi dan motivasi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan
belajar adalah model pembelajaran Means-ends rumus gain ternormalisasi (normalized gain).
Analysis (MeA). MeA adalah pembelajaran yang Berdasarkan teknik pengumpulan data yang
memberikan kesempatan kepada siswa belajar dengan digunakan, maka data yang diperoleh dari hasil
aktif mengkontruksi pengetahuannya sendiri, dan dapat penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif
membantu siswa untuk menyelesaikan masalah diperoleh dari data tes kemampuan awal matematis
matematis. MeA merupakan suatu proses atau cara siswa, tes kemampuan komunikasi matematis siswa,
yang dapat dilakukan untuk memecahkan suatu dan skala motivasi belajar matematika siswa.
masalah kedalam dua atau lebih subtujuan dan Analisis data dilakukan dengan Analysis of
kemudian dikerjakan berturut-turut pada masing- Covariance (ANCOVA). Menurut Syahputra (2016:
masing subtujuan tersebut. Tahap-tahap MeA 197), Analysis of Covariance adalah prosedur
melibatkan proses pemecahan masalah dan komunikasi pengolahan data statistik dengan persyaratan memiliki
di setiap langkahnya. Pada tahap pertama, pemecahan variabel pengiring (concomitant variable). Variabel
masalah dituntut untuk membaca dan menafsirkan pengiring (concomitant variable) ini harus merupakan
makna dan masalah. Pada tahap kedua, ia harus variabel yang bebas dari perlakuan yang dikenakan
mengamati dan membuat dugaan, lalu mengumpulkan pada sampel penelitian, namun diduga memiliki
informasi. Pada tahap ketiga, siswa dituntut untuk pengaruh yang besar terhadap hasil pengukuran
mengkomunikasikan dan menjelaskan pemikirannya variabel dependen. Untuk menghilangkan pengaruh
tentang ide matematika, menggunakan bahasa variabel pengiring terhadap variabel dependen tersebut
matematika untuk menyajikan ide yang digunakan model regresi linear sebagai esensi dari
menggambarkan hubungan dan pembuatan model. ANCOVA. Atau dapat dikatakan ANCOVA
merupakan kombinasi dari Analysis of Variance
METODE PENELITIAN (ANOVA) dan analisis regresi.
Penelitian kuantitatif ini merupakan penelitian Berkaitan dengan pertanyaan penelitian, data hasil
eksperimen semu (quasi experiment). Dalam quasi belajar kemampuan komunikasi matematis dan
experiment Sugiyono (2013:114) mengatakan bahwa motivasi belajar siswa dianalisis dengan statistik
desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak inferensial. Pengolahan data diawali dengan menguji
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol persyaratan statistik yang diperlukan sebagai dasar
Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Means-Ends Analysis
Page 4
PARADIKMA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
Vol. 11, No. 2, Desember 2018

dalam pengujian hipotesis dan selanjutnya, dilakukan Keseluruhan hasil analisis dan kemampuan komunikasi
analisis kovariat (ANAKOVA). matematis siswa dapat dilihat pada lampiran. Dari hasil
analisis perhitungan tes komunikasi matematis siswa
HASIL PENELITIAN kedua kelompok pembelajaran disajikan pada tabel 2.
Tes kemampuan awal matematika diberikan untuk Berdasarkan tabel 2 diperoleh nilai signifikan faktor
mengelompokkan siswa berdasarkan KAM tinggi, pembelajaran sebesar (0,000 < 0,05) berarti H0 ditolak
sedang dan rendah dan juga untuk memeriksa sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan
kesetaraan kedua kelas sampel yaitu kelas eksperimen komunikasi matematis siswa yang memperoleh model
dan kelas kontrol. Pengelompokkan kemampuan pembelajaran Means ends Analysis (MeA) lebih tinggi
matematika siswa (tinggi, sedang, dan rendah) daripada kemampuan komunikasi matematis siswa
dibentuk berdasarkan nilai KAM siswa. Untuk siswa yang memperoleh model pembelajaran biasa.
yang memiliki nilai KAM >𝑋̅ + 𝑆𝐷 dikelompokkan Selanjutnya, data motivasi belajar siswa
dalam kemampuan matematika tinggi, siswa yang dikumpulkan dan dianalisis untuk mengetahui motivasi
memiliki nilai KAM diantara kurang dari𝑋̅ + 𝑆𝐷 dan belajar siswa sebelum dan sesudah pemberian
lebih dari 𝑋̅ − 𝑆𝐷 dikelompokkan dalam kemampuan perlakuan pembelajaran. Hasil analisis perhitungan
matematika sedang, sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar siswa kedua kelompok pembelajaran
nilai KAM ≤ 𝑋̅ + 𝑆 dikelompokkan dalam disajikan pada tabel 3. Berdasarkan table 3 di atas
kemampuan rendah. Hasil hasil rangkumannya dapat diperoleh nilai signifikan sebesar (0,000 < 0,05) berarti
dilihat pada Tabel 1 berikut: H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kemampuan motivasi belajar matematis siswa yang
Tabel 1. Sebaran Kemampuan Awal Matematika diajarkan dengan model pembelajaran Means ends
Siswa Analysis (MeA) lebih tinggi daripada siswa yang
KAM Statistik Pembelajaran diajarkan dengan model pembelajaran biasa.
Pembelajaran Pembelajaran Tabel 2. Hasil ANAKOVA Kemampuan Komunikasi
Means ends Biasa Matematis Siswa
Analysis Source Type Df Mean F Sig.
(MeA) III Squar
Tinggi N 7 7 Sum of e
Rata- 69,05 70,24 Square
rata s
Simp. 4,07 4,45 Corrected 18563. 6 3093.8 170. .000
Baku Model 125a 54 417
Sedang N 18 18 Intercept 5.516 1 5.516 .304 .584
Rata- 50,93 48,61 Nilai_KA 2982.5 1 2982.5 164. .000
rata M 37 37 285
Simp. 6,94 7,70 KAM 43.710 2 21.855 1.20 .308
Baku 4
Rendah N 7 7 Model 2385.2 1 2385.2 131. .000
48 48 385
Rata- 29,76 29,76
rata Model * 30.863 2 15.432 .850 .433
KAM
Simp. 4,45 4,45
Baku Error 1034.8 57 18.155
12
Data kemampuan komunikasi matematis Total 265366 64
dikumpulkan dan dianalisis untuk mengetahui .000
kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum dan Corrected 19597. 63
sesudah pemberian perlakuan pembelajaran. Data ini Total 937
diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan
komunikasi matematis siswa serta N-Gainnya. Tabel 3. Hasil ANAKOVA Kemampuan Motivasi
Belajar Matematis Siswa

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Means-Ends Analysis
Page 5
PARADIKMA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
Vol. 11, No. 2, Desember 2018

memecahkan masalah kemudian menarik kesimpulan


Hasil analisis deskriptif terhadap data kemampuan dari masalah itu. Model pembelajaran Means ends
komunikasi matematis siswa kedua kelompok Analysis (MeA) merupakan model pembelajaran yang
pembelajaran berdasarkan pengelompokkan kategori dimulai dengan mengangkat suatu permasalahan
kemampuan awal matematika (KAM) disajikan pada menjadi focal poin untuk keperluan usaha-usaha
table 2 di atas. Berdasarkan table 2 terllihat bahwa investigasi peserta didik. Model pembelajaran Means
untuk faktor model pembelajaran dan KAM, diperoleh ends Analysis (MeA) itu dirancang untuk membantu
nilai signifikansi sebesar 0,433. Karena nilai signifikan mencapai tujuan-tujuan seperti meningkatkan
lebih besar dari nilai taraf signifikan 0,05 maka tolak keterampilan intelektual dan investigative, memahami
Ha dan terima H0, yang berarti tidak terdapat interaksi peran orang dewasa, dan membantu siswa untuk
antara model pembelajaran dengan KAM terhadap menjadi pelajar yang mandiri. Dengan menyajikan
kemampuan komunikasi matematis siswa. Ini masalah yang berhubungan dengan dunia nyata akan
menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh secara mendorong siswa untuk membuat suatu hubungan
bersama yang diberikan oleh model pembelajaran dan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
KAM. Lebih jelasnya, tidak terdapat interaksi antara penerapannya dalam kehidupan sosial sebagai anggota
model pembelajaran dan kemampuan awal matematika keluarga dan masyarakat.
siswa terhadap peningkatan kemampuan komunikasi Model pembelajaran biasa menghadirkan suatu
matematis siswa. suasana belajar yang membuat guru mendominasi
Dari table 3 terlihat bahwa untuk faktor model kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran biasa
pembelajaran dan KAM diperoleh signifikansi sebesar menjadikan guru sebagai sumber belajar bagi siswa,
0,451 artinya tidak terdapat interaksi model dan KAM. guru mengambil peran besar dalam proses transfer ilmu
kepada siswa, guru menjelaskan pengetahuan yang
PEMBAHASAN dipelajari, sebaliknya siswa dengan tenang akan
Dari hasil penelitian yang diperoleh maka akan mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru.
dibahas hubungannya dengan tujuan yang telah Jika ada beberapa hal yang kurang dimengerti siswa
ditetapkan. Pembahasan dilakukan berdasarkan maka proses tanya jawab pun terjadi antara siswa dan
beberapa faktor yaitu faktor model pembelajaran, guru. Setelah serangkaian materi dijelaskan, maka guru
KAM, kemampuan komunikasi matematis, dan memberikan beberapa latihan mengenai hal yang telah
motivasi belajar matematika siswa. dipelajari tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan Runtutan kegiatan yang dilakukan siswa pada
kemampuan komunikasi matematis dan motivasi model pembelajaran biasa akan membuat siswa tidak
belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model
Source Type III Df Mean F Sig.
pembelajaran Means ends Analysis (MeA) lebih tinggi
Sum of Square
daripada peningkatan kemampuan komunikasi
Squares
matematis dan motivasi belajar matematika siswa yang
Correct 4682.146 6 780.358 34.479 .000
memperoleh model pembelajaran biasa. Hal ini a
ed
dikarenakan model pembelajaran Means ends Analysis
Model
(MeA) memiliki keunggulan dibandingkan dengan
model pembelajaran biasa. Model pembelajaran Means Interce 4096.272 1 4096.27 180.98 .000
ends Analysis (MeA) adalah suatu pembelajaran yang pt 2 6
membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran Nilai_ 8.626 1 8.626 .381 .539
yang dimulai dengan masalah sehingga orientasi siswa KAM
pada masalah merupakan karakteristik pertama dari KAM 2.617 2 1.309 .058 .944
model pembelajaran Means ends Analysis (MeA). Model 4006.076 1 4006.07 177.00 .000
Dalam model pembelajaran Means ends Analysis 6 1
(MeA) siswa akan dihadapkan pada suatu permasalahan Model 36.584 2 18.292 .808 .451
yang harus diselesaikan, kemudian dengan melakukan * KAM
proses analisis, siswa dituntut untuk menduga Error 1290.088 57 22.633
penyelesaian dari masalah tersebut. Dari kegiatan- Total 348051.0 64
kegiatan tersebut, siswa memerlukan suatu 00
pengetahuan baru yang bisa digunakan dalam Correct 5972.234 63
menyelesaikan permasalahan tertentu. Suatu masalah ed
itu menjadi titik tolak pembelajaran untuk memahami Total
konsep, prinsip dan mengembangkan keterampilan a. R Squared = ,784 (Adjusted R Squared = ,761)
memecahkan masalah sehingga mengantarkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Siswa hanya
untuk mengetahui prosedur dari kemampuan menerima saja semua hal yang dijelaskan oleh guru,
komunikasi matematis. mendengarkan dan kemudian mencatat penjelasan yang
Serangkaian kegiatan model pembelajaran Means diberikan guru. Hal ini akan mengakibatkan siswa
ends Analysis (MeA) tersebut mengakibatkan siswa tidak benar-benar memahami suatu pengetahuan
untuk aktif dalam belajar, dengan mencari informasi tertentu. Pengetahuan yang diberikan itu hanya sekadar
dari masalah yang diberikan, mengolah informasi, hapalan bagi siswa.

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Means-Ends Analysis
Page 6
PARADIKMA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
Vol. 11, No. 2, Desember 2018

Hal inilah yang menjadi perbedaan besar pada contoh tersebut untuk dikerjakan masing-masing siswa,
siswa yang mendapatkan model pembelajaran Means sehingga disaat anak dihadapkan pada masalah yang
ends Analysis (MeA) dan siswa yang mendapatkan non rutin kesulitan untuk menyelesaikannya. Siswa
model pembelajaran biasa. Siswa yang mendapatkan pada kelas kontrol mengalami kesulitan dalam
model pembelajaran Means ends Analysis (MeA) akan memahami soal, karena siswa tidak terbiasa dalam
lebih aktif bertanya, lebih aktif berpikir, lebih aktif menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
bekerja untuk mengkonstruksi pengetahuan tertentu, demikian juga dalam mengevaluasi kembali hasil yang
lain halnya dengan siswa yang mendapatkan model diperolehnya siswa juga mengalami kesulitan.
pembelajaran biasa, mereka akan lebih cenderung Sehingga disimpulkan berdasarkan dari hasil uji
untuk menerima dan mendengarkan penjelasan guru, ANAKOVA yang diperoleh nilai signifikan sebesar
tidak ada tuntutan untuk siswa lebih aktif berpikir, 0,000 lebih kecil dari taraf signifikasi 0,05. Maka dapat
lebih aktif berdiskusi atau lebih aktif bekerja. Selain disimpulkan bahwa dalam penelitian ini peningkatan
itu, ketika siswa yang mendapatkan model kemampuan komunikasi matematis siswa yang
pembelajaran biasa hanya sekadar mengetahui suatu diajarkan dengan model pembelajaran Means ends
ilmu tertentu, maka siswa yang mendapatkan model Analysis (MeA) lebih tinggi dibandingkan dengan
pembelajaran Means ends Analysis (MeA) akan lebih siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
memahami dan benar-benar menguasai pengetahuan. biasa. Hal ini diperkuat dengan teori Dewey (dalam
Arends, 2008:46) yang mendeskripsikan pandangan
 Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa tentang pendidikan dengan sekolah sebagai cermin
Kemampuan komunikasi matematis siswa dapat masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi
diukur melalui kemampuan siswa dalam laboratorium untuk penyelidikan dan pengatasan
menyelesaikan suatu masalah sesuai dengan indikator masalah kehidupan nyata. Pedagogik Dewey
kemampuan komunikasi yaitu kemampuan mendorong guru melibatkan siswa di berbagai proyek
mengekspresikan, mendemonstrasikan dan melukiskan berorientasi masalah dan membantu mereka
ide-ide matematika ke dalam bentuk gambar, tabel, menyelidiki berbagai masalah sosial dan intelektual
grafik atau model matematika lain; kemampuan penting. Hasil temuan ini senada dengan penelitian
menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda yang dilakukan oleh Marzuki (2012) yang
nyata ke dalam bahasa, simbol, ide atau model menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan
matematik; kemampuan menggunakan keahlian komunikasi matematis siswa yang diajarkan
membaca, menulis dan menelaah untuk pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada
menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide serta siswa yang diajarkan dengan pembelajaran langsung.
informasi matematika.  Interaksi Antara Pembelajaran dan Kemampuan
Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata skor gain Awal Matematika Siswa terhadap Peningkatan
ternormalisasi kemampuan komunikasi matematis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
siswa yang diberi model pembelajaran Means ends Interaksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
Analysis (MeA) sebesar 0,46 lebih tinggi dibandingkan interaksi antara faktor model pembelajaran dan
dengan siswa yang diberi model pembelajaran biasa kemampuan awal matematika siswa dalam peningkatan
sebesar 0,13. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi siswa. Selanjutnya, faktor
rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi siswa model pembelajaran dan kemampuan awal matematika
yang diajarkan dengan model pembelajaran Means siswa tidak berpengaruh secara bersama-sama terhadap
ends Analysis (MeA) lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan kemampuan komunikasi, hal ini terlihat
siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran dari hasil penelitian yang menunjukkan tidak terdapat
biasa. Merupakan hal yang wajar jika terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa awal matematika siswa dalam meingkatkan
yang diberi model pembelajaran Means ends Analysis kemampuan komunikasi.
(MeA) dengan siswa yang diberi model pembelajaran Hasil penelitian memperoleh rata-rata gain
biasa. ternormalisasi kemampuan komunikasi berdasarkan
Pada model pembelajaran Means ends Analysis model pembelajaran Means ends Analysis (MeA) untuk
(MeA), siswa diberi masalah berupa LKS yang kelompok tinggi (0,68), sedang (0,42) dan rendah
permasalahannya diangkat dari kehidupan sehari-hari (0,34). Sedangkan model pembelajaran biasa rata-rata
anak dan lebih mudah dipahami oleh anak, karena gain ternormalisasi untuk kelompok tinggi (0,20),
nyata, terjangkau oleh imajinasinya dan dapat sedang (0,13) dan rendah (0,05). Berdasarkan selisih
dibayangkan, sehingga lebih mudah baginya untuk rata-rata, bahwa tidak terdapat interaksi antara model
mencari kemungkinan penyelesaian dengan pembelajaran dan kemampuan awal matematika
menggunakan kemampuan komunikasi yang telah terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.
dimilikinya. Sedangkan pada model pembelajaran Dalam hal ini, KAM tidak berpengaruh terhadap
biasa, pemasalahan yang diberikan senantiasa asing peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa,
bagi anak karena saat proses pembelajaran siswa karena siswa dengan kategori KAM tinggi mempunyai
dijelaskan terlebih dahulu materinya kemudian peningkatan lebih besar dibandingkan KAM kategori
diberikan contoh soal yang dikerjakan secara sedang dan rendah. Sehingga tidak terdapat interaksi
demonstrasi di papan tulis, setelah itu guru antara model pembelajaran dan kemampuan awal
memberikan soal di buku latihan yang sesuai dengan
Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Means-Ends Analysis
Page 7
PARADIKMA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
Vol. 11, No. 2, Desember 2018

matematika siswa terhadap kemampuan komunikasi Hal yang membuat motivasi belajar matematika
matematis siswa. siswa kelas eksperimen lebih baik daripada motivasi
Pembelajaran dengan menggunakan model belajar matematika siswa kelas kontrol salah satunya
pembelajaran Means ends Analysis (MeA) membuat adalah karena pembelajaran dengan model
siswa lebih aktif, karena masalah yang diberikan pembelajaran Means ends Analysis (MeA) yang
merupakan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal diberikan kepada siswa kelas eksperimen merupakan
itu sejalan dengan pendapat Rusman (2012) bahwa hal baru yang mengkordinir siswa pada kelompok-
model pembelajaran Means ends Analysis (MeA) kelompok kecil sehingga pembelajaran menjadi
merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam menyenangkan bagi siswa, siswa diberikan kesempatan
model pembelajaran Means ends Analysis (MeA) untuk menuangkan ide dan gagasan secara mandiri,
kemampuan berpikir siswa betul-betul serta siswa juga diberikan kesempatan dan didorong
dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau untuk berani mempresentasikan hasil kerjanya di depan
tim yang sistematis, sehingga siswa dapat kelas, sehingga siswa merasa percaya diri akan hasil
memberdayakan, mengasah, menguji, dan yang diperolehnya.
mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara Dari hasil N-gain menunjukkan adanya peningkatan
berkesinambungan dalam pemecahan masalah. hasil belajar siswa yang lebih tinggi terhadap motivasi
Adanya pembentukan pembelajaran kelompok ini belajar matematika siswa untuk kelas eksperimen.
akan membangun keinginan dan keingintahuan pada Hasil penelitian kemampuan motivasi belajar
diri siswa, sehingga kemampuan komunikasi matematika siswa dalam interaksi antara faktor model
matematis siswa yang rendah akan menjadi lebih pembelajaran dengan faktor kemampuan awal
tinggi. Siswa yang kurang aktif akan menjadi lebih matematika siswa dapat diketahui dari hasil uji
aktif karena pembelajaran melibatkan siswa dalam ANAKOVA yang diperoleh dari nilai signifikansi
kelompok belajar dan masalah yang diberikan dalam sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05.
bentuk kehidupan sehari-hari. Interaksi sosial dengan Maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini
teman sebaya, khususnya berargumentasi dan peningkatan kemampuan motivasi belajar matematika
berdiskusi membantu memperjelas pemikiran dan pada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran
akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis Means ends Analysis (MeA) lebih baik dibandingkan
(Trianto,2009). Berdasarkan penjelasan tersebut jelas dengan siswa yang diajarkan dengan model
dikatakan bahwa model pembelajaran Means ends pembelajaran biasa. Hasil temuan ini senada dengan
Analysis (MeA) lebih berperan dalam meningkatkan penelitian yang dilakukan oleh Choridah (2013) yang
kemampuan komunikasi matematis siswa dan menunjukkan bahwa peningkatan motivasi belajar
kemampuan awal matematika siswa tidak memberikan matematika siswa yang diajarkan dengan model
pengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis pembelajaran Means ends Analysis (MeA) lebih baik
siswa. daripada siswa yang diajarkan dengan model
Selanjutnya, hasil penelitian kemampuan pembelajaran biasa.
komunikasi matematis siswa dalam interaksi antara  Interaksi Antara Pembelajaran dan Kemampuan
faktor model pembelajaran dengan faktor kemampuan Awal Matematika Siswa (Tinggi, Sedang, Rendah)
awal matematika siswa dapat diketahui dari hasil uji terhadap Peningkatan Kemampuan Motivasi
ANAKOVA yang diperoleh dari nilai signifikansi Belajar Matematika Siswa
sebesar 0,433 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian rata-rata gain ternormalisasi
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini motivasi belajar berdasarkan model pembelajaran
tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran Means ends Analysis (MeA) untuk kelompok tinggi
Means ends Analysis (MeA) dan Biasa) dengan tingkat (0,30), sedang (0,42) dan rendah (0,43). Sedangkan
kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang dan untuk model pembelajaran biasa, rata-rata gain
rendah) terhadap peningkatan kemampuan komunikasi ternormalisasi untuk kelompok tinggi (0,09) sedang
matematis siswa. Hasil temuan ini senada dengan (0,39) dan rendah (0,27). Berdasarkan selisih rata-rata,
penelitian yang dilakukan oleh Marzuki (2012) yang bahwa tidak terdapat interaksi antara model
menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa
pembelajaran dan kemampuan awal matematika terhadap peningkatan motivasi belajar matematika
terhadap peningkatan kemampuan komunikasi siswa. Dalam hal ini, KAM tidak berpengaruh terhadap
matematis siswa. peningkatan motivasi belajar matematika siswa, karena
 Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa siswa dengan kategori KAM tinggi mempunyai
Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata skor gain peningkatan lebih besar dibandingkan KAM kategori
ternormalisasi motivasi belajar matematika siswa yang sedang dan rendah. Hal ini berarti bahwa peningkatan
diberi model pembelejaran Means ends Analysis (MeA) motivasi belajar yang mendapatkan model
sebesar 0,52 lebih besar dibandingkan dengan siswa pembelajaran Means ends Analysis (MeA) lebih
yang diberi model pembelajaran biasa sebesar 0,18. berpengaruh dalam mencapai motivasi belajar
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata matematika karena skor rataan yang diperoleh siswa
peningkatan motivasi belajar matematika siswa yang pada model pembelajaran Means ends Analysis (MeA)
diberi model pembelajaran Means ends Analysis (MeA) lebih tinggi dibandingkan dengan skor rataan yang
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi diperoleh pada model pembelajaran biasa.
model pembelajaran biasa. Pembelajaran dengan menggunakan model
Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Means-Ends Analysis
Page 8
PARADIKMA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
Vol. 11, No. 2, Desember 2018

pembelajaran Means ends Analysis (MeA) membuat 3. Tidak terdapat interaksi antara model
siswa lebih aktif. Selanjutnya, hasil penelitian pembelajaran dan kemampuan awal matematika
kemampuan motivasi belajar matematika siswa dalam (KAM) terhadap peningkatan kemampuan
interaksi antara faktor model pembelajaran dengan komunikasi matematis siswa. Dalam hal ini
faktor kemampuan awal matematika siswa dapat diartikan bahwa interaksi antara pembelajaran
diketahui dari hasil uji ANAKOVA yang diperoleh (model pembelajaran Means ends Analysis (MeA)
nilai signifikansi sebesar 0,451 lebih besar dari taraf dan model pembelajaran biasa) dan kemampuan
signifikansi 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa awal matematika siswa (tinggi, sedang dan
dalam penelitian ini tidak terdapat interaksi antara rendah) tidak memberikan pengaruh secara
model pembelajaran dan kemampuan awal matematika bersama-sama yang signifikan terhadap
siswa (tinggi, sedang, rendah) terhadap peningkatan peningkatan kemampuan komunikasi matematis
kemampuan motivasi belajar matematika siswa. siswa. Perbedaan peningkatan kemampuan
Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Choridah komunikasi matematis siswa disebabkan oleh
(2013) yaitu tidak terdapat interaksi antara model model pembelajaran yang digunakan bukan
pembelajaran dan kemampuan awal matematika siswa karena kemampuan awal matematika siswa.
dalam meningkatkan motivasi belajar matematika 4. Tidak terdapat interaksi antara model
siswa. pembelajaran dan kemampuan awal matematika
(KAM) terhadap peningkatan motivasi belajar
KESIMPULAN matematis siswa. Dalam hal ini diartikan bahwa
Berdasarkan hasil analisis, pembelajaran interaksi antara model pembelajaran (model
matematika baik dengan model pembelajaran Means pembelajaran Means ends Analysis (MeA) dan
ends Analysis (MeA) maupun dengan model model pembelajaran biasa) dan kemampuan awal
pembelajaran biasa dapat meningkatkan kemampuan matematika siswa (tinggi, sedang dan rendah)
komunikasi matematis dan motivasi belajar matematis tidak memberikan pengaruh secara bersama-sama
siswa. Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, yang signifikan terhadap peningkatan motivasi
dan pembahasan seperti yang telah dikemukan pada belajar matematis siswa. Perbedaan peningkatan
bab sebelumnya diperoleh beberapa simpulan yang motivasi belajar matematis disebabkan oleh
berkaitan dengan faktor model pembelajaran, model pembelajaran yang digunakan bukan
kemampuan awal matematika, kemampuan komunikasi karena kemampuan awal matematika siswa.
matematis dan motivasi belajar matematika siswa,
kesimpulan tersebut sebagai berikut: UCAPAN TERIMA KASIH
1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-
Means ends Analysis (MeA) lebih tinggi daripada tingginya kepada semua pihak yang telah membantu
peningkatan kemampuan komunikasi matematis penulis: Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M. Pd, selaku
siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri
biasa. Siswa yang diajarkan dengan pembelajaran Medan, Bapak Dr. Mulyono, M.Si, selaku Sekretaris
Means ends Analysis (MeA) memperoleh rata- Prodi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas
rata kemampuan komunikasi matematis sebesar Negeri Medan dan juga sebagai pembimbing serta
71,35 sebelumnya 50,26 (N-Gain kemampuan Bapak Dr. Humuntal banjarnahor, M.Pd selaku dosen
komunikasi matematis sebesar 0,46), sementara pembimbing II I yang telah memberikan banyak
siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran masukan demi selesainya penelitian ini.
biasa memperoleh rata-rata kemampuan
komunikasi matematis sebesar 49,22 sebelumnya REFERENSI
54,95 (N-Gain kemampuan komunikasi Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak
matematis sebesar 0,13). Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. GrafindoPersada.
2. Peningkatan kemampuan motivasi belajar Ansari, B.I. 2003. Menumbuh kembangkan
matematis siswa yang diajarkan dengan model Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi
pembelajaran Means ends Analysis (MeA) lebih Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Think-
tinggi daripada peningkatan kemampuan motivasi Talk-Write (Studi Eksprimen pada Siswa Kelas I
belajar matematis siswa yang diajarkan dengan SMUN di Kota Bandung). Disertasi tidak
model pembelajaran biasa. Siswa yang diajarkan diterbitkan. Bandung:Sekolah Pascasarjana UPI,
dengan model pembelajaran Means ends Analysis Bandung.
(MeA) memperoleh rata-rata motivasi belajar Ansari, B. I. 2009. Konsep dan Aplikasi Matematik.
matematis sebesar 81,45 sebelumnya 56,69 (N- Banda Aceh: Yayasan PeNA Banda Aceh Divisi
Gain motivasi belajar matematis siswa sebesar Penerbitan.
0,52), sementara siswa yang diajarkan dengan Antonius, Cahya Prihandoko. 2006. Memahami
model pembelajaran baisa memperoleh rata-rata Konsep Matematika secara Benar dan
motivasi belajar matematis siswa sebesar 55,94 Menyajikannya dengan Menarik. Jakarta:
sebelumnya 64,65 (N-Gain kemampuan Depdiknas.
komunikasi matematis sebesar 0,18). Anwar, M. N., Aness, M., Khizar, A., Naseer, M.,
&Muhammad, G. 2014. Relationship of Creative
Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Means-Ends Analysis
Page 9
PARADIKMA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
Vol. 11, No. 2, Desember 2018

Thinking with the Academic Achievements of Pembelajaran Means-ends Analysis (MeA). Jurnal
Secondary School Students. Pakistan: International Kreano ISSN: 2086-2334.
Interdisciplinary Journal of Education – April Li, Nan. Learning Hierarchical Skill From Problem
2012, Volume 1, Issue 3.Arends, R. 2007. Learning Sulution Using Means-Ends Analysis, USA.
to Teach. Terjemahan oleh Helly Prajinto Soetjipto Maisyaroh Ritonga, E. Surya, E. Syahputra, E. 2017.
2008. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Improving the Students’ Mathematical Problem
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Solving Ability by Applying Problem Based
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Learning Model in VII Grade at SMPN.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi International Journal of Sciences: Basic and
Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Applied Research (IJSBAR) (2017) Volume 33, No
Aryan, B. 2007. Kemampuan Membaca dalam 3, pp 42-5.
Pembelajaran Matematika. (online) Magdalena, T, Surya, E. 2017. Pengaruh Model
Tersedia Pembelajaran Means Ends Analysis Terhadap
A. Hery Qusyairi, L, Wathoni, S. 2017. Penggunaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Model Means Ends Analysis (MEA) dengan Siswa. See discussions, stats, and author profiles
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. STIT for this publication at:
Palapa nusantara, Jurnal Pendidikan dasar. https://www.researchgate.net/publication/32183195
Baroody, A.J. 1993. Problemsolving, Reasoning, 1
and Communicating, K-8, Helping Children M. Mc. Grath, Jhon. 2010. Using Means- Ends
Think Mathematically. New York: Merril, an Analysis t Test Integrated Marketing
in print of Macmillan Publishing, Company. Comunications Effects. USA. Journal of Pomotion
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Management.
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi
Menengah (Standar Kompetensi dan Kompetensi Kurikulum 2013. Bandung: Rosda.
Dasar SMP/MTs). Jakarta: BSNP. Munandar, U. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak
Choridah, D.T. 2013. Peran Pembelajaran Berbasis Berbakat. Jakarta: RinekaCipta.
Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan M. Saija, Louise. 2014. The Effect of Mathematical
Komunikasi dan Berfiir Kreatif serta Disposisi Problems Domain to the Students Mathematical
Matematis Siswa SMA, artikel dalam INFINITY Problem Solving Enhancement. Mathematics
Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Education Department Faculty of Teachers
Siliwangi Bandung, Vol 2(2), pp. 194-202. Edisi Training and Educational Science
September. Online jurnal di http://e- Universitas Advent Indonesia.
journal.stkipsiliwangi.ac.id/ Nata, Abuddin. 2009. Perspektif Islam tentang
index.php/infiity/article/view/35/34 Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar National Council of Teachers of Mathematics
Kompetensi Mata Pelajaran Matematika untuk (NCTM). 1989. Curriculum and Evaluation
Sekolah Lanjutan Tingkat. Jakarta: Departemen Standard for School Mathematics. Reston. VA:
Pendidikan Nasional. NCTM.
Fitriani, A.D. 2009. Peningkatan Kemampuan National Council of Teachers of Mathematics
Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis (NCTM). 2000. Principles and Standards for
Siswa Melalui Model Pembelajaran MeA. School Mathematics. Reston. VA: NCTM.
Proceeding 2nd International Seminar 2010 Nurhadi, Moh. 2017. Pengaruh Strategi Means Ends
Practice Pedagogic in Global Education Analysis dalam Meningkatkan Kemampuan
Perspective Monday, 17th of may 2010. Vol.II Penalaran Matematis Siswa SMP. JPPM Vol. 10
No.2/Mei 2010. Hal 521-528 No. 1 (2017)
Glass dan Holyoak (1998). Means-Ends Analysis: A Prayitno, Sudi, St. Suwarsono, Tatag Yuli Eko
Mathematical Proble Solving Strategy. Official Siswono. 2013. Komunikasi Matematis Siswa SMP
Journal of The Science a Mathematics 238-246. dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berjenjang
Hamalik, O., 2006, Proses Belajar Mengajar, Bumi Ditinjau dari Perbedaan Gender. Prosiding
Aksara, Jakarta. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Hamzah B, Uno. 2009. Model Pembelajaran Matematika FMIPA UNY.
Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Razak, Firdha. 2016. The Effect of Cooperative
Kreatfi dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Learningon Mathematics Learning Outcomes
Hamzah B. Uno. 2010. Model Pembelajaran. Jakarta: Viewed from Students’ Learning Motivation.
Bumi Aksara. Journal of Research and Advances in Mathematics
Jihad, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum Education. ISSN: 2503-3697 Vol. 1, No. 1, 49-55,
Matematika (Tinjauan Teoritis dan Historis). January 2016
Yogyakarta: Multi Presindo. Sanjaya, W. 2010. Strategi Pembelajaran
Juanda, M, Johar, R & Ikhsan, M. 2014. Peningkatan Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Jakarta:Prenada Media Group.
Matematis Siswa SMP Melalui Model Sanjaya, W. 2009. Kurikulumdan Pembelajaran.
Teori dan Praktik Kurikulum Tingkat Satuan
Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Means-Ends Analysis
Page 10
PARADIKMA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
Vol. 11, No. 2, Desember 2018

Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenada Media


Group.
Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan
Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa
Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan
Matematika Realistik. Disertasi tidak diterbitkan.
Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung.
Shadiq, F., (2008) Pentingnya Pemecahan Masalah,
Http://Educare.e_fkipunla.net (accessed 02 Mei
2008)
Slavin, Robert E. 2009. Psikologi Pendidikan, Teori
dan Praktik. Jakarta: PT Indeks.
Soedjadi, R., (2004), Kiat Pendidikan Matematika di
Indonesia, Dirjen Dikti, Jakarta.
Soejadi, R. 2007. Masalah Kontekstual Sebagai Batu
Sendi Matematika Sekolah. Surabaya: Pusat Sains
dan Matematika Sekolah, UNESA.

Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Motivasi Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Means-Ends Analysis
Page 11

Anda mungkin juga menyukai