Anda di halaman 1dari 14

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BERDASARKAN PERBEDAAN GENDER

MINI RISET

Diajukan Untuk Memenuhi


Syarat Matakuliah Pasca Sarjana
Universitas Negeri Medan

OLEH:

NAMA : NURUL ADELIA (NIM. 8196172018)


ENDAH DWI ATIKA (NIM. 8196172019)
TALITHA SIKALEI (NIM. 8196172020)

KELAS : B-1 DIKMAT

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nyalah makalah mini riset yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Berdasarkan Perbedaan Gender” ini dapat disusun dan diselesaikan.
Makalah mini riset ini disusun sebagai syarat tugas mata kuliah Arah Kecenderungan dan Isu
dalam Pendidikan Matematika. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu,
Bapak Mangaratua M. Simanjorang, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan
memotivasi penulis sehingga dapat menyelesaikan mini riset ini.

Penulis menyadari benar bahwa mini riset ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan agar mini riset ini dapat
diperbaiki dan disempurnakan kembali di kemudian hari. Semoga mini riset ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi para mahasiswa/i program studi Pendidikan
Matematika, Pasca Sarjana, Universitas Negeri Medan dan semoga kita tetap dalam
lindungan-Nya.

Medan, Oktober 2019

                       

  Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Kemampuan komunikasi matematika penting pada bidang matematika dan juga pada
bidang lain. Kemampuan komunikasi matematika adalah kemampuan menyampaikan
gagasan/ide matematika, baik secara lisan maupun tulisan serta kemampuan memahami dan
menerima gagasan/ide matematika orang lain secara cermat, analitis, kritis, dan evaluatif
yang mempertajam pemahaman. Dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi
matematika merupakan kemampuan mengemukakan gagasan/ide matematika (simbol, tabel,
diagram, atau ekspresi matematika) secara cermat dan tepat.
Kemampuan komunikasi matematis menunjang kemampuan-kemampuan matematis
yang lain, misalnya kemampuan pemecahan masalah. Dengan kemampuan komunikasi yang
baik maka suatu masalah akan lebih cepat bisa direpresentasikan dengan benar dan hal ini
akan mendukung untuk penyelesaian masalah. Kemampuan komunikasi matematis
merupakan syarat untuk memecahkan masalah, artinya jika siswa tidak dapat berkomunikasi
dengan baik memaknai permasalahan maupun konsep matematika maka ia tidak dapat
menyelesaikan masalah tersebut dengan baik. Berkaitan dengan hal tersebut, agar siswa bisa
terlatih kemampuan komunikasi matematisnya, maka dalam pembelajaran siswa perlu
dibiasakan untuk memberikan argumen atas setiap jawabannya serta memberikan tanggapan
atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa yang sedang dipelajari menjadi
lebih bermakna baginya.
Komunikasi yang efektif dalam suatu pembelajaran akan berefek pada peningkatan
kualitas diri setiap manusia yang terlibat di dalamnya. Pernyataan tersebut memperkuat
anggapan bahwa komunikasi matematika saat ini perlu dikembangkan di kalangan siswa laki-
laki maupun siswa perempuan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi dari siswa-siswa
tersebut. Siswa laki-laki dan siswa perempuan memiliki aktivitas sosial yang berbeda,
sehingga memerlukan penanganan yang berbeda pula. Penanganan yang berbeda tersebut
dilakukan karena adanya konsep perbedaan gender.
Para peneliti saat ini menyadari bahwa perbedaan hasil belajar matematika siswa yang
dipengaruhi perbedaan gender adalah tidak mutlak, sering tertukar, hal ini juga dipengaruhi
latar belakang sosial ekonominya. Secara umum perbedaan gender dalam prestasi belajar
matematika tergantung pada isi tugas, sifat pengetahuan dan keterampilan yang ditugaskan,
serta kondisi saat mengerjakan tugas.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah
dalam mini riset ini adalah apakah ada perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa
jika ditinjau berdasarkan gender?

1.3. Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah dipaparkan di
atas, adapun yang menjadi tujuan dalam mini riset ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa jika ditinjau berdasarkan gender.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Kemampuan Komunikasi Matematis


2.1.1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis
Proses pembelajaran matematika merupakan proses interaksi antara guru dan siswa
yang melibatkan pengembangan pola berfikir dan mengolah logika dengan berbagai metode
agar kegiatan belajar terlaksana secara efektif dan efisien. Salah satu tujuan pembelajaran
matematika yaitu mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dengan tepat atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram,
dalam menjelaskan gagasan. Dengan belajar matematika seseorang mampu
mengomunikasikan gagasan. Kemampuan berkomunikasi menjadi kemampuan yang penting
dalam pembelajaran matematika dan bidang ilmunya.
Komunikasi merupakan bagian penting dalam setiap kegiatan manusia. Setiap saat
orang melakukan kegiatan komunikasi. Untuk dapat berkomunikasi secara baik, orang
memerlukan bahasa. Matematika merupakan salah satu bahasa yang juga dapat digunakan
dalam berkomunikasi. Tetapi kenyataannya banyak siswa/mahasiswa yang mengalami
kesulitan dalam bermatematika. Matematika dianggap sebagai barang mewah, dimana wajar
kalau banyak orang yang tidak mampu memilikinya. Dilain pihak, siswa-siswa yang cerdas
dalam matematika seringkali kurang mampu menyampaikan hasil pemikirannya. Mereka
kurang mampu berkomunikasi dengan baik, seakan apa yang mereka pikirkan hanyalah untuk
dirinya sendiri. Suatu keadaan yang sangat kontradiksi, dimana matematika itu sendiri
merupakan bahasa, tatapi banyak siswa yang kurang mampu berkomunikasi dengan
matematika. Keadaan ini tidak saja berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi.
Komunikasi matematika bukanlah kemampuan yang sudah ada, tetapi kemampuan itu perlu
dikembangkan dalam pembelajaran. Untuk dapat mengembangkian kemampuan tersebut
perlu dikaji apa dan bagaimana kemampuan komunikasi matematis yang dimaksud secara
teoritis.
Keterampilan berkomunikasi merupakan kemampuan siswa untuk mengekspresikan
ide-ide mereka, menjelaskan, dan , mendiskusikan konsep-konsep matematika secara jelas.
Ini adalah kemampuan siswa untuk menjelaskan dan membenarkan tindakan dalam prosedur
dan proses baik secara lisan maupun tulisan. Tantangan siswa untuk berkomunikasi baik
secara lisan maupun tulisan di kelas matematika dapat membantu memperdalam pemahaman
konseptual mereka. Ketika siswa didorong untuk berinteraksi dengan orang lain, mereka
mampu membangun pemahaman individu dan pembentukan konsep.
Kemampuan komunikasi merupakan dasar untuk aktifitas manusia, begitu pula dalam
ilmu pengetahuan. Adapun komunikasi yang digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah
grafik, bagan, peta, lambang atau simbol, diagram, dan persamaan matematik.
Menurut Susanto (2013), komunikasi matematis dapat didefinisikan sebagai dialog di
mana dalam dialog tersebut terjadi pengalihan pesan matematis yang berisikan materi
matematika berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian masalah baik secara lisan
maupun tulisan. Selain itu, kemampuan komunikasi matematis sangat penting bagi siswa
dengan beberapa alasan, yaitu: (1) kemampuan komunikasi matematis merupakan kekuatan
sentral bagi siswa untuk merumuskan konsep dan strategi dalam pembelajaran matematika;
(2) sebagai model bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam pengembangan
dan penelitian matematika; (3) sebagai wadah berkomunikasi bagi siswa untuk mendapatkan
informasi dan berbagi pikiran.

2.1.2. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis


Kemampuan mengemukakan ide matematika baik dalam bentuk lisan maupun tulisan
merupakan bagian penting dari standar komunikasi matematik yang perlu dimiliki setiap
siswa. Menurut NCTM terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk melihat kemampuan
komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan
mendemonstrasikannya serta menggambarkan secara visual
2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide
matematis secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya
3. Kemampuan dalam menggunakan istilah, notasi matematika dan struktur-
strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan dan model situasi
Menurut Sumarmo (dalam Susanto. 2013) kemampuan komunikasi matematis siswa dapat
dilihat dari kemampuan dalam hal-hal sebagai berikut.
1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika
2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi (hubungan) matematika secara lisan atau
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar.
3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa dan simbol matematika
4. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
5. Membaca dengan pemahaman dari suatu presentasi matematika tertulis
6. Menyusun pendapat dan merumuskan definisi
7. Menjelaskan dan membuat pertanyaan matematika yang telah dipelajari
Indikator kemampuan komunikasi matematis menurut Wijaya, Sujadi, dan Riyadi (2016)
adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui tulisan,
mendemonstrasikan serta menyampaikannya secara visual
2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide
matematis secara tertulis, maupun dalam bentuk visual lainnya
3. Kemampuan dalam menggunakan istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-
strukturnya untuk menyampaikan ide-ide dan hubungan dengan model situasi
secara tertulis.

2.2. Gender
Kata gender berasal dari bahasa latin “genus” yang berarti tipe atau jenis. Gender
adalah perbedaan laki-laki dan perempuan berdasarkan jenis kelamin dalam hal sifat, peran,
posisi, tanggungjawab, akses, fungsi, kontrol yang dibentuk atau dikontruksi secara sosial.
Oleh karena itu, gender merupakan karakteristik yang melekat pada setiap individu di
masyarakat.
Perbedaan perempuan dan laki-laki hampir terjadi di segala bidang termasuk di
dalamnya tentang prestasi hasil belajar. Santrock menyatakan bahwa gender adalah jenis
kelamin yang mengacu pada dimensi sosial budaya seseorang sebagai laki-laki atau
perempuan. Perbedaan gender dalam matematika belajar terutama disebabkan oleh faktor-
faktor sosial dan budaya, khususnya sekolah pendidikan yang memainkan peran penting
dalam sosialisasi jenis kelamin anak-anak.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat studi pustaka yang
menggunakan buku-buku atau literatur-literatur lainnya sebagai objek yang utama. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan
informasi berupa catatan dan data deskriptif yang terdapat di dalam teks yang diteliti.

3.2. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian kepustakaan, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian berupa data-data kepustakaan yang telah dipilih, dicari, disajikan, dan dianalisis.
Sumber data penelitian ini mencari data-data kepustakaan yang substansinya membutuhkan
tindakan pengolahan secara filosofis dan teoritis. Studi pustaka di sini adalah studi pustaka
tanpa disertai uji empirik. Data yang disajikan adalah data yang berbentuk kata yang
memerlukan pengolahan supaya ringkas dan sistematis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk melihat kemampuan komunikasi matematis siswa
berdasarkan perbedaan gender.
Berdasarkan hasil studi literatur yang telah dilakukan oleh Tonnie Hari Nugraha dan
Heni Pujiastuti (2019) dengan judul “Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Berdasarkan Perbedaan Gender”, yang dalam hasil penelitiannya menunjukkann bahwa
kemampuan komunikasi matematis siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan kemampuan
matematis siswa laki-laki. Hal ini ditunjukkan baik secara keseluruhan maupun pada aspek
tertentu. Pada aspek menggambar dan ekspresi matematika kemampuan komunikasi
matematis siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan kemampuan komunikasi matematis
siswa laki-laki. Sedangkan pada aspek menulis kemampuan komunikasi matematis siswa
laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan. Untuk siswa perempuan, aspek
menggambar lebih tinggi dibandingkan dengan aspek ekspresi matematika dan aspek
menulis, sedangkan untuk siswa laki-laki aspek menulis lebih tinggi dibandingkan dengan
aspek menggambar dan aspek eksresi matematika.
Penelitian yang sama sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Suswigi, Ulfa Septiani,
dkk (2019) dengan judul penelitian “Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP
Berdasarkan Gender”. Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh hasil mengenai pengaruh
gender terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas VII di salah satu SMP
di kota Cimahi dengan jumlah siswa 30 orang yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 15
siswa perempuan. Hasil pretes kemampuan komunikasi matematis siswa yang diberikan,
diperoleh bahwa secara keseluruhan persentase pada tiap butir soal yang diberikan diperoleh
rata-rata sebesar 57,47% untuk siswa laki-laki dan 65,73% untuk siswa perempuan. Nilai
rata-rata siswa perempuan lebih unggul 8,26%. Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa
kemampuan komunikasi matematis siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan
kemampuan komunikasi matematis siswa laki-laki.
Penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh Dinny Novianti Azhari, Tina
Rosyana, dan Heris Hendriana (2018) dengan judul “Analisis Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa SMP Berdasarkan Gender dan Self-Concept”. Dari hasil analisis data yang
dilakukan, dapat diketahui bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa laki-laki tidak
lebih baik dibandingkan siswa perempuan. Hal ini, terlihat dari nilai rata-rata komunikasi
matematis siswa laki-laki yang hanya memperoleh 4,38 atau sekitar 3,35 lebih rendah
dibandingkan nilai rata-rata komunikasi matematis siswa perempuan yang memperoleh nilai
7,73. Artinya, berdasarkan gender terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis
siswa. Dari tes yang diberikan terlihat bahwa siswa laki-laki kurang memahami apa yang
dimaksud pada soal, mereka masih belum mampu menempatkan unsur-unsur yang diketahui
dan ditanyakan, menjawab soal dengan menduga-duga tanpa memperhatikan konsep yang
harus dipakai. Sedangkan siswa perempuan lebih baik dalam memahami apa yang dimaksud
dalam soal. Hal ini terlihat dari jawaban siswa yang menuliskan unsur-unsur yang diketahui
dan ditanyakan, menuliskan penyelesaian lebih sistematis walaupun dalam perhitungan masih
banyak yang keliru. Dalam hal ini siswa laki-laki belum mampu melukiskan atau
mempresentasikan benda nyata, gambar, dan diagram dalam bentuk ide atau simbol
matematika. Adapun siswa perempuan sudah mampu melukiskan atau mempresentasikan
benda nyata, gambar, dan diagram dalam bentuk ide atau simbol matematika. Selanjutnya
pada indikator menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematis secara lisan dan tulisan
menggunakan benda nyata, gambar, grafik, dan ekspresi aljabar. Saat diberi tes, terlihat
bahwa jawaban siswa laki-laki kebingungan dalam mengerjakan soal komunikasi matematis
yang berkaitan dengan operasi hitung aljabar, siswa tersebut hanya menuliskan unsur-unsur
yang diketahui saja tanpa mencoba untuk mengerjakannya. Pada siswa perempuan juga
mengalami kesulitan dalam menghitung soal komunikasi matematis yang berkaitan dengan
operasi hitung aljabar. Tetapi siswa tersebut mencoba untuk mengerjakannya walaupun
dalam pengerjaannya banyak yang keliru. Dengan demikian siswa laki-laki dan perempuan
belum mampu mengerjakan soal operasi aljabar. Hasil dalam penelitian ini memberikan
gambaran kasar mengenai perbedaan komunikasi matematis antara siswa laki-laki dan
perempuan. Dalam menuliskan jawaban siswa laki-laki cenderung tidak akurat dan tidak
mendetail dalam mengekspresikan ide matematisnya, hanya menuliskan jawaban yang
penting-penting saja, jarang menuliskan unsur-unsur yang diketahuinya, tetapi langsung pada
penyelesaian soal tanpa menuliskan tujuan dari penyelesaian tersebut apakah mencari luas
suatu bangun datar atau mencari kelilingnya. Berbeda halnya dengan siswa laki-laki, siswa
perempuan cenderung menuliskan jawaban siswa secara mendetail dalam mengekspresikan
ide matematisnya, dan menggunakan langkah yang urut, menuliskan unsur-unsur yang
diketahui dan apa yang dimaksud dan tujuan pada soal, walaupun dalam perhitungan masih
belum tepat.
Pada akhir 2017, penelitian yang sama mengenai gender juga pernah dilakukan oleh
Dian Fitri Ekasari yang berjudul “Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Ditinjau dari
Gender Kelas VII SMP Negeri 2 Kembang Tahun Ajaran 2016/2017”. Pada penelitian ini,
kemampuan komunikasi matematis yang digunakan yaitu kemampuan komunikasi
berdasarkan gender meliputi mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis, dan
mendemonstrasikan serta menggambarkannya melalui visual; memahami,
menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan maupun dalam
bentuk visual lainnya; menggunakan istilah-istilah dan notasi-notasi matematika serta
strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model
situasi. Pada indikator pertama yaitu mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan,
tertulis, dan mendemonstrasikan serta menggambarkannya secara visual, hasil yang diperoleh
adalah siswa laki-laki diklasifikasikan mampu dalam mengekspresikan ide secara lisan
sedangkan siswa perempuan baik pada kemampuan tertulis dan visual. Pada indikator kedua
yaitu kemampuan memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide matematika
baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya. Hasil yang diperoleh adalah siswa
laki-laki dan perempuan mampu memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide
matematika baik secara lisan. Indikator ketiga yaitu kemampuan menggunakan istilah-istilah
dan notasi-notasi matematika serta strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan
hubungan-hubungan dan model-model situasi. Hasil yang didapat adalah siswa laki-laki
mampu menggunakan istilah-istilah, sedangkan siswa perempuan lebih mampu dalam
menggunakan istilah-istilah dan notasi-notasi matematika serta strukturnya untuk menyajikan
ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi. Berdasarkan
pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa laki-laki dengan kemampuan
komunikasi sedang mampu menyebutkan informasi secara lengkap dan jelas. Selain itu,
siswa perempuan dengan kemampuan sedang lebih konsisten dalam menuliskan apa saja
informasi yang diketahui, sangat baik dalam menyebutkan apa yang ditanyakan dalam
informasi yang diberikan.
Pada November 2016, penelitian serupa mengenai gender juga pernah dilakukan oleh
Henry Putra Imam Wijaya, Imam Sujadi, dan Riyadi, dengan judul “Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa Sesuai dengan Gender dalam Pemecahan Masalah pada Materi
Balok dan Kubus”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi
matematis pada siswa gender laki-laki cukup baik dan hampir memenuhi semua indikator
komunikasi matematis, baik itu komunikasi matematis tertulis maupun komunikasi matematis
lisan. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dengan gender laki-laki mampu mengekspresikan
ide-ide mereka untuk menjawab pertanyaan mengenai matematika secara tertulis maupun
secara lisan. Satu hal yang menarik dari kemampuan komunikasi matematis tertulis pada
subjek gender laki-laki pada subjek penelitian cenderung menggunakan langkah yang tidak
urut, kemudian banyak coretan baik itu jawaban yang diganti atau coretan tidak penting,
menulis jawaban yang penting-penting saja, tidak terlalu memperhatikan estetika dan urutan.
Hal yang menarik yang ditemukan pada kemampuan komunikasi matematis lisan subjek laki-
laki adalah cenderung tidak bertele-tele dan banyak penjelasan, menjawab dengan tegas,
percaya diri, banyak bercanda, banyak menggunakan pemisalan atau imajinasi, kemudian
juga tidak terlalu jelas dalam menjawab pertanyaan. Sedangkan kemampuan komunikasi
matematis pada gender perempuan cukup baik dan memenuhi semua indikator komunikasi
matematis, baik itu komunikasi matematis tertulis maupun komunikasi matematis lisan. Hal
tersebut bisa dilihat dari hasil pekerjaan siswa dan hasil transkrip wawancara subjek
perempuan beserta dengan catatan lapangan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa subjek
dengan gender perempuan mampu mengekspresikan ide-ide mereka untuk menjawab
pertanyaan mengenai matematika secara tertulis maupun secara lisan. Satu hal yang menarik
yang ditunjukkan dalam komunikasi matematis tertulis subjek gender perempuan pada subjek
penelitian cenderung menggunakan langkah yang urut dan sistematis, penulisan rapi serta
jelas, kemudian coretan pada jawaban hampir tidak ada, coretan-coretan yang tidak penting
juga hampir tidak ada, menulis jawaban dengan cukup lengkap, memperhatikan estetika dan
urutan. Hal yang menarik yang ditemukan pada kemampuan komunikasi matematis
lisansubjek perempuan adalah cenderung bertele-tele dan tidak memberikan banyak
penjelasan, menjawab dengan lemah lembut, kurang percaya diri, serius, menjawab dengan
urutan yang sistematis dan langkah-langkah yang kaku, kemudian juga melakukan penjelasan
yang mendalam menjawab pertanyaan.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan
komunikasi matematis siswa ditinjau berdasarkan gender dari berbagai hasil penelitian
literatur yang telah dibaca peneliti. Dari berbagai penelitian-penelitian sebelumnya atau dari
berbagai literatur yang telah dibaca, hasil semua penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa ditinjau berdasarkan gender. Di setiap
indikator kemampuan komunikasi matematis, masing-masing gender memiliki kelebihan dan
kekurangan. Namun, jika dilihat secara umum dari semua hasil penelitian dari berbagai
literatur yang telah dibaca, kaum perempuan lah yang memiliki kemampuan komunikasi
matematis lebih baik dibandingkan kaum laki-laki.
DAFTAR PUSTAKA

Azhari, D.N., Rosyana, T., dan Hendriana, H. 2018. Analisis Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa SMP Berdasarkan Gender dan Self Concept. Jurnal Pembelajaran
Matematika Inovatif. 1(2)

Ekasari, D.F. 2017. Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Ditinjau dari Gender Kelas
VII SMP Negeri 2 Kembang Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Nugraha, T.H., dan Pujiastuti, H. 2019. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Berdasarkan Perbedaan Gender. Edumatica. 9(1)

Suswigi, dkk. 2019. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Berdasarkan Gender.
Journal on Education. 1(3): 81-86

Wijaya, H.P.I., Sujadi, I., dan Riyadi. 2016. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Sesuai dengan Gender dalam Pemecahan Masalah Pada Materi Balok dan Kubus.
Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. 4(9): 778-788

Anda mungkin juga menyukai