Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

MEMAHAMI DAN MEMBUAT SOAL KOMUNIKASI, KONEKSI, DAN


REPRESENTASI MATEMATIKA BERDASARKAN NCTM (MATEMATIC
POWER)
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran Matematika
Dosen Pengampu : I. Dra., Hj., Nunung Sobaningsih, M.Pd
II. Rikrik Nurdiansyah, M.Pd

Disusun Oleh :
Farda Lu’luah 1202050042
Firni Widiastuti 1202050140
Fitri Nur Annisa 1202050047
Habib Mujahid Wicaksono 1202050054
Lala Salis 1202050066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan karunia rahmat hidayah, serta nikmat sehat sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “Memahami dan Membuat Soal Matematika
Berdasarkan NCTM (mathematic power)”. Makalah ini merupakan salah satu tugas
pada mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika yang diampu oleh Dra. Hj.
Nunung Sobarningsih, M. Pd. Dan Rikrik Nurdiansyah, M. Pd.
Kami menyampaikan terimakasih kepada Ibu Dra. Hj. Nunung
Sobarningsih, M. Pd. Dan Bapak Rikrik Nurdiansyah, M. Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Evaluasi Pembelajarran Matematika. Berkat tugas yang
diberikan ini, kami dapat menambah wawasan yang berkaitan dengan topik yang
diberikan. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari, bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih banyak
kesalahan. Oleh karena itu kami mohon maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah yang kami susun.
Kami juga mengharapkan adanya kritikan serta saran dari pembaca apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan pada umumnya dan
bagi penulis pada khususnya.

Bandung, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Isi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 5

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 5

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 5

1.3. Tujuan ..................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 7

2.1 Komunikasi Matematis .......................................................................... 7

2.2 Koneksi Matematis ............................................................................... 16

2.3 Representasi Matematis ....................................................................... 22

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 30

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 30

3.2 Saran ...................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 31

iii
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Departemen pendidikan nasional (2006) dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), menyatakan bahwa matematika merupakan suatu alat dalam
mengembangkan cara berfikir siswa. Khususnya melatih penggunaan pikiran secara logis,
analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta memiliki kemampuan kerjasama dalam
menghadapi berbagai masalah dan mampu memanfaatkan informasi yang diterimanya.
Matematika juga dapat menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari secara cepat. Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yang dirumuskan
National Council of Teacher of Mathematics NCTM (2000, hlm. 29) yaitu: (1) belajar
untuk berkomunikasi; (2) belajar untuk bernalar; (3) belajar untuk memecahkan masalah;
(4) belajar untuk mengaitkan ide; dan (5) belajar untuk merepresentasikan ide-ide.
Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Menyikapi tujuan pembelajaran matematika di sekolah untuk semua jenjang
pendidikan, maka siswa seharusnya memiliki kemampuan matematis di antaranya
kemampuan pemecahan masalah, kemampuan penalaran, kemampuan berkomunikasi.
Siswa yang memiliki kemampuan matematis tersebut akan membuat siswa mampu
menyelesaikan masalah, tugas di kelas dan dapat diselesaikan dengan baik. Semakin sering
siswa mampu menyelesaikan permasalahan pada matematika, maka proses berfikir siswa
akan berkembang bagus dan siswa juga kaya dengan variasi dalam menyelesaikan soal-
soal matematika dengan baik.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Komunikasi Matematis berdasarkan NCTM?
2. Apa yang dimaksud dengan Koneksi Matematis berdasarkan NCTM?
3. Apa yang dimaksud dengan Representasi Matematis berdasarkan NCTM?

1.3. Tujuan
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Komunikasi Matematis berdasarkan
NCTM.

5
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Koneksi Matematis berdasarkan
NCTM.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Representasi Matematis berdasarkan
NCTM.

6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Komunikasi Matematis
a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis
Secara umum, komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan yang
dilakukan oleh satu pihak kepada pihak lain agar pesan yang disampaikan dapat
dipahami oleh penerima pesan. Melalui proses komunikasi juga, peserta didik dapat
bertukar pikiran dan mengklarifikasikan pemahaman serta pengetahuan yang mereka
peroleh dalam pembelajaran. Menurut Maulyda (2020) komunikasi matematis adalah
kemampuan dalam matematika yang meliputi penggunaan keahlian membaca,
menulis, menyimak, menelaah, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide, simbol,
istilah serta informasi matematika. Dalam hal ini, peserta didik yang memperoleh
kesempatan untuk berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan dalam
pembelajaran matematika mendapatkan dua hal sekaligus, yaitu berkomunikasi untuk
mempelajari matematika serta belajar untuk berkomunikasi secara matematis.
Fitriana, Isnarto, & Ardhi Prabowo (2018) juga berpendapat bahwa komunikasi
matematis adalah kecakapan seseorang dalam mengungkapkan pikiran mereka, dan
bertanggungjawab untuk mendengarkan, menafsirkan, bertanya, dan
menginterpretasikan antara ide satu dengan ide-ide yang lain dalam memecahkan
masalah baik itu pada kelompok diskusi maupun di kelas (dalam Maulyda, 2020). Hal
tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh NCTM (2000) bahwa komunikasi
matematis merupakan kecakapan peserta didik dalam mengungkapkan ide-ide
matematika secara lisan, tertulis, gambar, diagram, menggunakan benda nyata, atau
menggunakan simbol matematika. Peserta didik yang memiliki kemampuan untuk
mengkomunikasikan ide atau gagasan matematisnya dengan baik cenderung
mempunyai pemahaman yang baik terhadap konsep yang dipelajari dan mampu
memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari.
Pikiran serta kemampuan mengenai matematika peserta didik selalu ditantang
untuk terus berproses selama pembelajaran berlangsung, sehingga komunikasi
merupakan bagian penting dari peserta didik untuk menyampaikan hasil berpikir
mereka. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Azizah dan Maulana (2018) yang
menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan peserta
didik dalam membaca dan membuat kata-kata dalam bahasa matematika sesuai dengan
pemahaman masing-masing peserta didik. Selanjutnya, Hodiyanto (2017) berpendapat
bahwa Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan peserta didik dalam

7
menyampaikan ide matematika baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan
komunikasi matematis peserta didik dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran
di sekolah, salah satunya adalah proses pembelajaran matematika. Hal ini tersebut
dapat terjadi karena salah satu unsur dari matematika adalah ilmu logika yang mampu
mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Dengan kemampuan komunikasi
matematis yang baik, maka akan mempermudah peserta didik untuk penyelesaian dari
masalah matematis sesuai dengan pemahaman yang dimilikinya.
Berdasarkan beberapa pengertian kemampuan komunikasi matematis yang
telah dikemukaan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis
merupakan kemampuan peserta didik dalam menyampaikan, memahami, dan
menerima gagasan/ ide matematis baik dalam bentuk gambar, tabel, diagram ataupun
rumus baik secara lisan maupun tulisan.
b. Standar Kemampuan Komunikasi Matematis
Terkait dengan komunikasi matematika, NCTM (2005) membuat standar
kemampuan yang seharusnya dicapai siswa.
1. Mengorganisasikan dan mengkonsolidasi pemikiran matematika untuk
mengkomunikasikan kepada siswa lain
2. Mengekspresikan ide‐ide matematika secara koheren dan jelas kepada siswa
lain, guru, dan lainnya.
3. Meningkatkan atau memperluas pengetahuan matematika siswa dengan
cara memikirkan pemikiran dan strategi siswa lain.
4. Menggunakan bahasa matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi
matematika.
c. Bentuk-bentuk Komunikasi Matematika

Berikut ini juga merupakan bentuk‐bentuk komunikasi matematika


(http://teams.lacoe.edu)

1. Merefleksi dan mengklarifikasi pemikiran tentang ide‐ide matematika


2. Menghubungkan bahasa sehari‐hari dengan bahasa matematika yang
menggunakan simbol‐simbol
3. Menggunakan keterampilan membaca, mendengarkan,
menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide‐ide matematika
4. Menggunakan ide‐ide matematika untuk membuat dugaan (conjecture) dan
membuat argumen yang meyakinkan

8
Komunikasi matematika juga merupakan salah satu tujuan pembelajaran
matematika, sebagaimana tertuang dalam Permen 22, Tahun 2006, yaitu:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan


mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

Komunikasi matematika melibatkan 3 aspek (Vermont Department of


Education, 2004), yaitu: (1) Menggunakan bahasa matematika secara akurat dan
menggunakannya untuk mengkomunikasikan aspek‐aspek penyelesaian masalah, (2)
Menggunakan representasi matematika secara akurat untuk mengkomunikasikan
penyelesaian masalah, dan (3) Mempresentasikan penyelesaian masalah yang
terorganisasi dan terstruktur dengan baik.

d. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis


Untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis peserta didik diperlukan
indikator-indikator kemampuan komunikasi matematis. Indikator kemampuan
komunikasi matematis menurut Triana & Zubainur (dalam Maulyda, 2020) yang
diantaranya yaitu:
1) Mengubah benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika
2) Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan atau tulisan dengan
benda nyata, gambar, grafik dan aljabar.
3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika
4) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
5) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.

9
6) Menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi.
Sedangkan menurut Maulyda (2020) indikator komunikasi matematis adalah
sebagai berikut:
1) Menyatakan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, serta menggambarkan
secara visual.
2) Menganalisis dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan maupun
tulisan.
3) Menggunakan istilah-istilah, bahsa atau simbol matematika dan strukturnya
untuk memodelkan situasi permasalahan matematika.
Selanjutnya Sumarmo (dalam Hendriana & Sumarmo, 2019) mengidentifikasi
indikator kemampuan komunikasi matematis meliputi:
1) Melukis atau merepresentasikan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam
bentuk ide maupun simbol matematika.
2) Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematis secara lisan dan tulisan dengan
menggunakan benda nyata, gambar, grafik, dan ekspresi ajabar.
3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika atau
menyusun model metematika suatu peristiwa.
4) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
5) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika.
6) Menyusun konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan
genaralisasi.
7) Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa
sendiri.
Indikator tersebut terdiri atas indikator kemampuan komunikasi matematis
secara lisan dan tulisan. Pada indikator melukis atau merepresentasikan benda nyata,
gambar, dan diagram ke dalam bentuk ide maupun simbol matematika; menjelaskan
ide, situasi, dan relasi matematis secara lisan dan tulisan dengan menggunakan benda
nyata, gambar, grafik, dan ekspresi ajabar; menyatakan peristiwa sehari-hari dalam
bahasa atau simbol matematika atau menyusun model metematika suatu peristiwa; dan
menyusun konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, serta genaralisasi
merupakan indikator kemampuan komunikasi matematis secara tertulis, sedangkan
pada indikator mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; membaca
dengan pemahaman suatu presentasi matematika; dan mengungkapkan kembali suatu
uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri merupakan indikator
10
kemampuan komunikasi matematis secara lisan yang dapat dikembangkan selama
proses pembelajaran.
Pendapat para ahli yang telah dipaparkan diatas pada dasarnya memiliki makna
yang hampir sama. Kemampuan komunikasi matematis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis tertulis. Kemampuan
komunikasi secara tertulis adalah kemampuan peserta didik dalam menulis notasi atau
simbol secara sistematis sesuai penerapannya hingga menemukan hasil akhir.
Sedangkan untuk indikator yang digunakan pada penelitian ini mengacup indikator
kemampuan komunikasi matematis secara tertulis menurut Sumarmo yaitu:
1) Merepresentasikan benda nyata atau gambar ke dalam bentuk ide maupun
simbol matematika.
2) Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematis secara tulisan dengan
menggunakan ekspresi ajabar.
3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.
4) Menyusun konjektur dan menyusun argumen.
e. Contoh Soal Komunikasi Mtematis
Berikut contoh soal kemampuan komunikasi matematika pada materi Barisan
dan Deret:
Indikator 1: Merepresentasikan benda nyata atau gambar ke dalam bentuk ide
maupun simbol matematika
Peserta didik mampu merepresentasikan gambar ke dalam bentuk ide atau simbol
matematika.
Contoh Soal: Sebuah kertas yang berbentuk persegi dilipat menjadi 2 bagian yang sama
besar sampai lipatan ke-5. Dari hasil lipatan tersebut, terbentuk pola hasil lipatan dari
kertas seperti gambar berikut:

11
Berdasarkan pola yang terbentuk, tentukan berapa banyak bagian dari lipatan ke-10!
Jawab:
Diketahui: Sebuah kertas yang berbentuk persegi Kertas dilipat menjadi 2 bagian yang
sama besar
Ditanyakan: Banyak bagian pada lipatan Ke-10?
Jawab:
Berdasarkan gambar di atas diperoleh:
Lipatan kertas ke- 1 2 3 4 5
Banyak bagian 2 4 8 16 32
Dari tabel diatas, diperoleh susunan biangan: 1, 4, 8, 16, 32
Banyak kertas yang terbagi dari lipatan pertama adalah sebagai berikut:
Lipatan ke-1 : 𝑈1 = 𝑎 = 2
Lipatan ke-2 : 𝑈2 = 2 × 2 = 2 × 21 = 4
Lipatan ke-3 : 𝑈3 = 2 × 2 × 2 = 2 × 22 = 8
Lipatan ke-4 : 𝑈4 = 2 × 2 × 2 × 2 = 2 × 23 = 16
Lipatan ke-5 : 𝑈5 = 2 × 2 × 2 × 2 × 2 = 2 × 24 = 32
Dan seterusnya dikali 2 untuk banyak bagian berikutnya sehingga pola lipatan ke-n:
𝑈𝑛 = 2 × 2(𝑛−1)
Banyak bagian di lipatan ke-10:
𝑈𝑛 = 2 × 2(𝑛−1)
𝑈10 = 2 × 2(10−1)
𝑈10 = 2 × 29
𝑈10 = 2 × 512
𝑈10 = 1024
Jadi, banyak bagian pada lipatan ke-10 berdasarkan pola yang terbentuk adalah 1024
bagian.
Indikator 2: Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematis secara tulisan dengan
menggunakan ekspresi ajabar
Pada Januari tahun 2019 populasi sapi di Kota Tasikmalaya 1.600 ekor sedangkan
populasi sapi di Kota Garut 500 ekor. Setiap bulan terjadi peningkatan pertumbuhan 25
ekor di Kota Tasikmalaya dan 10 ekor di Kota Garut. Jika pada saat populasi sapi di

12
Kota Tasikmalaya sama dengan tiga kali populasi sapi dikota Garut, maka berapa ekor
populasi sapi di Kota Tasikmalaya?
Jawab :
Diketahui : 𝑎 𝑇 = 1.600 𝑎𝐺 = 500
𝑏𝑇 = 25 𝑏𝐺 = 10
Ditanyakan: Jika pada saat populasi sapi di Kota Tasikmalaya sama dengan tiga kali
populasi sapi dikota Garut, maka berapa ekor populasi sapi di Kota Tasikmalaya?
Penyelesaian:
Populasi sapi di kota Tasikmalaya pada bulan ke-n adalah:
𝑇𝑛 = 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏
𝑇𝑛 = 1.600 + (𝑛 − 1)25
𝑇𝑛 = 1.600 + 25𝑛 − 25
𝑇𝑛 = 1.575 + 25𝑛
Populasi sapi di kota Garut pada bulan ke-n adalah:
𝐺𝑛 = 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏
𝐺𝑛 = 500 + (𝑛 − 1)10
𝐺𝑛 = 500 + 10𝑛 − 10
𝐺𝑛 = 490 + 10𝑛
Karena populasi sapi di Kota Tasikmlaya tiga kali populasi sapi di Kota Garut, maka
diperoleh:
𝑇𝑛 = 3𝐺𝑛
1.575 + 25𝑛 = 3(490 + 10𝑛)
1.575 + 25𝑛 = 1.470 + 30𝑛
1.575 − 1.470 = 30𝑛 − 25𝑛
105 = 5𝑛
𝑛 = 21
Ini bertarti, populasi sapi pada saat 21 bulan kemudian dari bulan Januari 2019 populasi
sari di Kota Tasikmalaya akan menjadi 3 kali populasi sapi di Kota Garut, sehingga
populasi sapi di kota Tasikmalaya:
𝑇𝑛 = 1.575 + 25𝑛
𝑇21 = 1.575 + 25(21) = 1.575 + 525 = 2100
Jadi, jumlah populasi sapi di Kota Tasikmalaya pada saat populasi sapi di Kota
Tasikmalaya sama dengan tiga kali populasi sapi dikota Garut adalah 2.100 ekor.

13
Indikator 3: Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika
Peserta didik mampu menyatakan peristiwa yang berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari ke dalam bahasa atau simbol matematika.
Contoh Soal :
Rendi menabung di bank dengan selisih kenaikan tabungan antarbulan tetap. Pada bulan
pertama sebesar Rp50.000,00, bulan kedua Rp55.000,00, bulan ketiga Rp60.00,00, dan
seterusnya. Berapa besar tabungan rendi setelah dua tahun?
Jawab :
Diketahui : 𝑈1 = 𝑎 = 50.000
𝑈2 = 55.000
𝑈3 = 60.000
Ditanyatakan: Berapa besar tabugan Rendi setelah dua tahun (𝑆𝑛)?
Penyelesaian :
• 𝑛 dalam bulan
𝑛 = 2 tahun
𝑛 = 2 × 12
𝑛 = 24 bulan
𝑛
• Besar tabungan dapat dicari dengan rumus 𝑆𝑛 = 2(2𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏), maka:
24
𝑆24 = (2(50.000) + (24 − 1)5.000)
2

𝑆24 = 12(100.000 + (23)5.000)


𝑆24 = 12(100.000 + 115.000)
𝑆24 = 12(215.000)
𝑆24 = 2.850.000
Jadi, besar tabungan Rendi selama dua tahun adalah Rp2.850.000,00
Indikator 4: Menyusun konjektur dan menyusun argumen
Peserta didik mampu membuat menyusun konjektur dan memyusun argumen.
Contoh Soal:
Suatu ruang pertunjukan memiliki 6 baris kursi. Terdapat 5 kursi pada baris pertama
dan 11 kursi dibaris keempat. Satu kursi hanya bisa ditempati oleh satu orang. Harga
tiket pada baris pertama Rp30.000,00. Selisih harga tiket baris dibelakang kurang
Rp2.500,00 dari harga tiket pada baris di depannya. Jika semua tiket terjual habis,
buatlah perkiraan baris mana yang dapat mengumpulkan jumlah uang paling banyak!

14
Kemudian hitungkan jumlah uang yang dikumpulkan tiap barisnya untuk membuktikan
perkiraan tersebut.
Jawab:
Diketahui : 𝑛 = 6 𝐻1 = 30.000
𝑎 = 5 𝑏ℎ = −2.500
𝑈4 = 11
Ditanyakan: Buatlah perkiraan baris mana yang dapat mengumpulkan jumlah uang
paling banyak! Kemudian hitungkan jumlah uang yang dikumpulkan tiap barisnya
untuk membuktikan perkiraan tersebut
Penyelesaian:
Baris yang dapat mengumpulkan jumlah uang paling banyak adalah baris ke 6 karena
mempunyai jumlah kursi paling banyak.
Untuk mencari jumlah kursi tiap barisnya, kita harus mencari beda atau selisih jumlah
kursi pada tiap barisnya
𝑈𝑛 = 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏
𝑈4 = 5 + (4 − 1)𝑏
11 = 5 + 3𝑏
3𝑏 = 6
𝑏=2
Jumlah kursi tiap barisnya:
Baris ke-1 = 𝑎 = 5
Baris ke-2 = 𝑎 + 𝑏 = 5 + 2 = 7
Baris ke-3= 𝑎 + 2𝑏 = 5 + 2 × 2 = 9
Baris ke-4 = 𝑎 + 3𝑏 = 5 + 3 × 2 = 11
Baris ke-5 = 𝑎 + 4𝑏 = 5 + 4 × 2 = 13
Baris ke-6 = 𝑎 + 5𝑏 = 5 + 5 × 2 = 15
Harga satu tiket kursi pada tiap barisnya dengan 𝑏 = −2.500:
Baris ke-1 = 𝑎 = Rp 30.000
Baris ke-2 = 30.000 − 2.500 = Rp27.500
Baris ke-3 = 27.500 − 2.500 = Rp25.000
Baris ke-4 = 25.000 − 2.500 = Rp22.500
Baris ke-5 = 22.500 − 2.500 = Rp20.000
Baris ke-6 = 20.000 − 2.500 = Rp19.500

15
Jumlah uang yang dapat dikumpulkan pada tiap barisnya:
Jumlah kursi baris ke − 𝑛 × harga satu tiket kursi baris ke − 𝑛
Baris ke-1 = 5 × 30.000 = Rp150.000
Baris ke-2 = 8 × 27.500 = Rp220.000
Baris ke-3 = 11 × 25.000 = Rp275.000
Baris ke-4 = 14 × 22.500 = Rp315.000
Baris ke-5 = 17 × 20.000 = Rp340.000
Baris ke-6 = 20 × 17.500 = Rp350.000
Jadi, baris yang mengumpulkan uang paling banyak adalah baris ke-6 karena
mempunyai jumlah kursi paling banyak meskipun harga tiket paling rendah.

2.2 Koneksi Matematis


a. Pengertian Kemampuan Koneksi Matematis
Menurut NCTM (2000), Kemampuan koneksi matematika adalah kemampuan
siswa dalam mencari hubungan suatu representasi konsep dan prosedur, memahami
antar topik matematika, mengaitkan ide-ide matematika dankemampuan siswa
mengaplikasikan konsep matematikadalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-
hari. Berdasarkan hal tersebut, koneksi matematika tidak hanya menghubungkan antar
topik dalam matematika, tetapi juga menghubungkan matematika dengan berbagai
ilmu lain dan dengan kehidupan. Kusuma (2008) kemampuan koneksi matematika
adalah kemampuan seseorang dalam memperlihatkan hubungan internal dan eksternal
matematika, yang meliputi koneksi antar topic matematika, koneksi dengan disiplin
ilmu lain, dan koneksi dengan kehidupan seharihari.
Kemampuan koneksi matematika diperlukan oleh siswa dalam mempelajari
beberapa topik matematika yang memang saling terkait satu sama lain. Menurut
Ruspiani (dalam Romli, 2016), jika suatu topik diberikan secara tersendiri maka
pembelajaran akan kehilangan momen yang sangat berharga dalam usaha
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam belajar matematika seacara umum. Tanpa
kemampuan koneksi matematika, siswa akan mengalami kesulitan mempelajari
matematika.
Kemampuan koneksi matematika merupakan hal yang penting. NCTM (2000)
menyebutkan pentingnya koneksi matematika bagi siswa, yaitu digunakan untuk
membantu siswa memperluas perspektif mereka, untuk melihat matematika sebagai
suatu keseluruhan yang utuh bukan sebagai serangkaian topik yang terpisah dan

16
mengakui relenfasi dan kegunaan baik dalam dan luar sekolah. Pemahaman siswa akan
lebih mendalam jika siswa dapat mengaitkan anatara konsep yang telah diketahui siswa
dengan konsep baru yang akan dipelajari siswa.
Sumarmo (2006) menyebutkan terdapat tiga tujuan koneksi disekolah, yaitu:
pertama, memperluas wawasan pengetahuan siswa. Dengan koneksi matematika,
siswa diberikan suatu materi yang dapat menjangkau ke berbagai aspek permasalahan
baik didalam maupun diluar sekolah, sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa tidak
bertumpu pada materi yang sedang dipelajari.Kedua, memandang matematika sebagai
suatu keseluruhan yang padu bukan sebagai materi yang berdiri sendiri.Ketiga,
menyatakan relevansi dan manfaat baik disekolah maupun diluar sekolah.Melalui
koneksi matematika siswa yang di ajarkan konsep dan keterampilan dan
menyelesaikan masalah dari berbagai bidang yang relevansi, baik dengan bidang
matematika itu sendiri maupun dengan bidang diluar matematika secara umum.
b. Standar Kemampuan Koneksi Matematis
NCTM (dalam Romli, 2000) menguraikan proses standar kemampuan koneksi
matematika dalam pengajarannya yaitu:
a) Mengenali dan menggunakan koneksi antar ide-ide matematika
Pada tahap ini, kemampuan koneksi antar ide-ide dalam matematika adalah
sanggup untuk mengaitkan antaride yang ada dalam satu materi. Diharapkan sebelum
siswa bisa menggunakan konsep yang sudah dimiliki, maka siswa harus terlebih dahulu
bisa mengenali ide matematika yang ada pada masalah kemudian baru siswa
menggunakan konsep yang sudah dimiliki dengan cara menghubungkan dengan konsep
baru yaitu dengan cara menghubungkan antara konsep satu dengan konsep yang
lainnya, kemampuan ini dilihat berdsarkan kecakapan dan ketepatan siswa dalam
menggunakan konsep dasar untuk mendapatkan hubungan yang ditanyakan dengan
memanfaatkan hubungan yang sudah diketahui pada soal dengan materi yang sama.
b) Memahami bagaimana ide-ide matematika saling berhubungan dan membangun
satu sama lain untuk menghasilkan satu keutuhan yang koheran.
Kemampuan koneksi ide matematika satu dengan yang lain sehingga
menghasilkan suatu keterkaitan yang menyeluruh adalah mengkaitkan antar prinsip
matematika dengan materi yang berbeda. Sehingga yang dimaksud dengan
kemampuan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga meghasilkan suatu
ketekaitan yang menyeluruh adalah dapat mengkaitkan antar prinsip yang ada dalam
materi satu dan dengan materi matematika selain materi atau ilmu yang lainnya. Oleh
17
karena itu siswa diharapkan mampu melihat struktur matematika yang sama dalam
keadaan yang berbeda sehingga terjadi peningkatan pemahaman tentang hubungan
antara konsep yang satu dengan konsep yang lain.
c) Mengenali dan menerapkan konsep matematika pada konteks diluar matematika
Kemampuan koneksi matematika ke dalam kehdupan seharihari adalah
menggunakan konsep matematika untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan masalah sehari-hari.Sehingga yang dimaksud dengan mengaplikasikan
matematika ke dalam kehidupan sehari-hari adalah dapat menyelesaikan masalah
realistis dengan membentuk model matematika.Kemampuan ini dapat dilihat dengan
kecakapan siswa dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari.
c. Jenis-jenis Koneksi Matematis
Ada dua tipe umum koneksi matematik menurut NCTM (2008), yaitu modeling
connections dan mathematical connections. Dalam penelitian ini menggunakan
jenis koneksi matematis.
a. Modeling connections merupakan hubungan antara situasi masalah yang
muncul di dalam dunia nyata atau dalam disiplin ilmu lain dengan representasi
matematiknya. Tipe ini lebih mengarah koneksi antar ilmu lain yaitu
bagaimana siswa mengkoneksikan ilmu matematika dengan ilmu selain
matematika dan koneksi antar dunia nyata yaitu bagaimana siswa dapat
mengkoneksikan matematika dengan ilmu nyata. Koneksi ini biasa juga
disebut koneksi eksternal.
b. Mathematical connections adalah hubungan antara dua representasi yang
ekuivalen, dan antara proses penyelesaian dari masing-masing representasi.
Koneksi atau biasa disebut koneksi antar topik matematika yaitu bagaimana
siswa bisa mongkoneksikan antar materi-materi matematika. Koneksi ini biasa
juga disebut koneksi internal.
d. Indikator Kemampuan Koneksi Matematis
Untuk mengukur kemampuan koneksi matematis peserta didik diperlukan
indikator-indikator kemampuan koneksi matematis Adapun indikator kemampuan
koneksi matematika menurut NCTM (2000) ialah :
1) Mengenal dan menggunakan keterhubungan diantara ide-ide matematika.
2) Memahami bagaimana ide-ide matematika dihubungkan dan dibangun satu
sama lain sehingga bertalian secara lengkap.
18
3) mengenal dan menggunakan metamatika dalam konteks di luar matematika
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematika
adalah kemampuan seseorang untuk mengaitkan antar topik matematika, mengaitkan
antaramatematika dengan disiplin ilmu yang lain dan mengaitkan matematika
dengandunia nyata atau dalam kehidupan sehari-hari.
e. Contoh soal koneksi matematika
Indikator 1 : Mengenal dan menggunakan keterhubungan diantara ide-ide matematika.
1
1. Sebuah balok ABCD.EFGH memiliki panjang AB = 𝑎 cm, lebar BC = 2 cm, dan
3
tinggi CG = cm. Volume balok tersebut adalah 300 𝑐𝑚3 . Jika luas sisi ABFE 60 𝑐𝑚2 ,
5

tentukanlah panjang diagonal ruang balok tersebut.


Indikator 2 : Memahami bagaimana ide-ide matematika dihubungkan dan dibangun satu
sama lain sehingga bertalian secara lengkap.
2. Aji Biju, dan Cuji berbelanja di sebuah toko alat tulis. Aji membeli dua buah buku tulis,
sebuah pensil, dan sebuah penghapus. Aji harus membayar Rp4.700, Biju membeli
sebuah buku tulis, dua buah pensil. dan sebuah penghapus. Biju harus membayar
Rp4.300. Cuji membeli tiga buah buku tulis, dua buah pensil, dan sebuah penghapus.
Cuji harus membayar Rp7.100. Berapa harga untuk sebuah buku tulis, sebuah pensil
dan sebuah penghapus?
Indikator 3 : mengenal dan menggunakan metamatika dalam konteks di luar
matematika
3. Dalam larutan NaOH, [OH] ialah 2,9 x 10 M. Hinanglah pH larutan tersebut!
Penyelesaian:
1. Dik :
1
- Balok ABCD.EFGH dengan panjang AB = 𝑎 cm, lebar BC = 2 cm, dan
3
tinggi CG = 5 cm

- Volumenya 300 cm³


- Lus ABFE 60 𝑐𝑚2
Dit : Panjang diagonal nang balik ABCD.EFGH?
Jawab:
Menemukan panjang BC :
𝑉 𝐴𝐵𝐶𝐷. 𝐸𝐹𝐺𝐻 = 𝐴𝐵 × 𝐵𝐶 × 𝐶𝐺
Karena CG=BF, maka

19
𝑉 𝐴𝐵𝐶𝐷. 𝐸𝐹𝐺𝐻 = (𝐴𝐵 × 𝐵𝐹) × 𝐵𝐶

20
2. Diketahui :
Misalkan bahwa:
- Harga untuk sebuah buku tulis adalah x rupiah,
- Harga untuk sebuah pensil adalah y rupiah dan
- Harga untuk sebuah penghapus adalah z rupiah.
Dengan demikian, model matematika yang persoalan di atas adalah
2x + y + z = 4.700 …(1)
x + 2y + z = 4.300…(2)
3x + 2y + z = 7.100…(3)
yaitu merupakan SPLTV dnegan variabel x, y, dan z. sesuai dnegan data
Dit : Berapakah harga sebuah buku tulis, sebuah persil, dan sebuah penghapus?
Jawab:
Kita dapat menggunakan metode subtitusi-eliminasi
Eliminasi variabel z
2x + y + z = 4.700 x + 2y + z = 4.300
x + 2y + z = 4.300 – 3x + 2y + z = 7.100 -
𝑥−𝑦 = 400 -2x = -2.800
𝑥 = 1.400
Subtitusikan nilai x = 1.400 ke persamaan x - y = 400 , sehingga diperoleh:
x - y = 400
1.400 – y = 400
y = 1.400 – 400
y = 1000
Subtitusikan nilai x = 1.400 dan y = 1.000 ke persamaan 2x + y + z = 4.700, sehingga
diperoleh

21
2x + y + z = 4.700
2(1.400) + 1.000 + z = 4.7000
2.800 + 1.000 + z = 4.7000
3.800 + z = 4.700
z = 4.700 – 3.800
z = 900
Jadi, harga untuk sebuah buku tulis adalah Rp1.400, harga untuk sebuah pensil adalah
Rp1.000, dan harga untuk sebuah penghapus adalah Rp900.
3. Diketahui [𝑂𝐻 −] = 2,9 × 102
Ditanyakan : 𝑝𝐻 … . ?
Jawab :
[𝑝𝑂𝐻] = − log[𝑂𝐻 −]
= − log 2,9 × 104
= 4 − log 2.9
𝑝𝐻 = 14 − 𝑝𝑂𝐻
= 14 − (4 − log 2,9)
= 10 + log 2,6

2.3 Representasi Matematis


a. Pengertian Representasi
Kemampuan matematis yang perlu dikembangkan di antaranya adalah
kemampuan representasi matematis. National Council of Teachers of Mathematics
(NCTM, 2000) menyebutkan bahwa kemampuan pemahaman dan representasi
matematis merupakan aspek yang sangat penting dalam prinsip pembelajaran
matematika. Siswa dalam belajar matematika harus disertai dengan pemahaman yang
merupakan tujuan dari belajar matematika (Yang, Kabir, & Hoque, 2016). Siswa dapat
mengembangkan dan memahami konsep matematis lebih dalam dengan menggunakan
representasi yang bermacam-macam. Kemampuan representasi yang digunakan dalam
belajar matematika seperti menggambar grafik maupun simbol akan membantu
komunikasi dan berpikir siswa (Ramziah, 2016).
Siswa dapat mengembangkan dan memperdalam pemahaman konsep
matematis mereka dan hubungannya seperti membuat, membandingkan, dan
menggunakan variasi representasi. Representasi meliputi bentuk objek, gambar,
diagram, grafik, dan simbol yang juga dapat membantu siswa mengkomunikasikan
22
pikiran mereka (Sajadi, Amiripour, & Rostamy-malkhalifeh, 2013);(Yuanita, 2018).
Siswa yang telah diajar dengan standar ini dalam pikiran akan belajar untuk mengenal,
membandingkan, dan menggunakan suatu aturan bentuk representasi untuk pecahan,
desimal, persen, dan bilangan bulat.
Mereka juga akan belajar menggunakan bentuk representasi seperti eksponen
dan notasi ilmiah ketika bekerja dengan angka-angka besar dan kecil serta
menggunakan suatu variasi grafis untuk merepresentasikan dan menganalisis
himpunan data (NCTM, 2000).
Representasi pada hakekatnya bukan menunjukkan kepada produk atau hasil
yang terwujud dalam bentuk konstruksi baru, tetapi juga proses berpikir yang
dilakukan dalam menangkap dan memahami konsep, operasi, dan hubungan-hubungan
matematis dari suatu konfigurasi (Dahlan dan Juandi, 2011);(Ningsih, 2018).
Dengan kata lain representasi berlangsung dalam dua tahap, yaitu representasi
internal dan eksternal. Representasi internal didefinisikan sebagai proses berpikir
tentang ide-ide matematis yang memungkinkan pikiran seseorang bekerja atas ide
tersebut (Yang et al., 2016). Sedangkan representasi eksternal adalah perwujudan
untuk menggambarkan apa yang dikerjakan secara internal. Menurut Kartini (2009),
anak dapat diekspos pada sejumlah perwujudan fisik, misalnya ”lima” dan kemudian
mulai mengabtraksikan konsep lima tersebut. Dalam proses ini, anak tersebut dapat
membangun sebuah representasi internal (representasi mental, representasi kognitif,
gambaran mental, skema) (Kurhan & Kurhan, 2017). Dapat disimpulkan bahwa
representasi matematis adalah ungkapan-ungkapan dari ide-ide matematika yang
digunakan untuk memperlihatkan (mengkomunikasikan) hasil kerjanya dengan cara
tertentu sebagai hasil interpretasi dari pikirannya.
b. Standar Kemampuan Representasi Matematis
Standar kemampuan representasi matematis yang ditetapkan oleh National Council
of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) untuk program pembelajaran dari pra-
taman kanak-kanak sampai kelas 12 adalah sebagai berikut:
a) membuat dan menggunakan representasi untuk mengatur, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide-ide matematika,
b) memilih, menerapkan, dan menterjemahkan antar representasi matematika
untuk memecahkan masalah.
c) menggunakan representasi untuk memodelkan dan menginterpretasikan
fenomena fisik, sosial, dan matematika. Representasi merupakan salah satu
23
penunjang terbentuknya kemampuan matematis. Representasi juga dapat
membuat siswa mengkomunikasikan informasi kepada guru tentang
bagaimana cara berpikir siswa mengenai suatu konteks atau ide-ide
matematika. Guru harus dapat menemukan cara mengembangkan kemampuan
representasi siswa dalam pembelajaran matematika.
c. Bentuk-bentuk Representasi Matematis
Representasi berguna untuk menyelesaikan masalah atau memperjelas, atau
memperluas ide-ide matematika. Mulai dari proses mengumpulkan fakta (data),
menyusun tabel atau grafik, sampai pada pengembangan representasi simbolik
(aljabar). Kartini (2009) mengungkapkan bahwa pada dasarnya bentuk-bentuk
representasi digolongkan menjadi representasi visual (gambar, diagram grafik, atau
tabel), representasi simbolik (pernyataan/notasi matematik, numerik/simbol aljabar),
dan representasi verbal (teks tertulis/katakata) (Ratnasari, Tadjudin, Syazali, &
Andriani, 2018). Bentuk-bentuk representasi tersebut dijadikan sebagai dasar dan
indikator dalam menilai kemampuan representasi siswa. Dasar/standar kemampuan
representasi yang dikemukakan National Council of Teachers of Mathematics (2000)
yaitu sebagai berikut.
1. Membuat dan menggunakan representasi untuk mengorganisir,nmencatat,
dan mengkomunikasikan ide-ide matematis.
2. Memilih, menerapkan, dan menerjemahkan representasi matematis untuk
memecahkan masalah.
3. Menggunakan representasi untuk memodelkan dan menginterpretasikan
fenomena fisik, sosial, dan fenomena matematis.
Pada pembelajaran matematika, representasi merupakan dasar bagaimana
seorang siswa dapat memahami dan menggunakan ide-ide matematika. Seperti yang
dikemukakan oleh Hwang dkk (2007) bahwa ketika menyelesaikan masalah aplikasi
matematika, siswa perlu mengamati dan menemukan pola-pola khusus yang ada di
dalam masalah tersebut. Siswa perlu untuk memformulasi masalah tersebut menjadi
bentuk masalah matematika yang abstrak atau model matematika. Dalam proses
memformulasi inilah, siswa harus mempunyai keterampilan representasi ganda
(multiple representation) untuk menginterpretasi masalah yang sama dalam bentuk atau
pandangan yang berbeda (Juandi dan Dahlan, 2011);(Yang et al., 2016).
d. Indikator Kemampuan Representasi Matematis

24
Untuk mengukur kemampuan representasi matematis peserta didik diperlukan
indikator-indikator kemampuan representasi matematis. adapun indikator dari
kemampuan representasi adalah sebagai berikut:
1) use representation to model and interpret physical, social, and
mathematical phenomena (menggunakan representasi (verbal, simbolik
dan visual) untuk memodelkan dan menafsirkan fenomena fisik, sosial, dan
matematika);
2) create and use representation to organize, record, and communicate
mathematical ideas (membuat dan menggunakan representasi verbal,
simbolik dan visual) untuk mengatur mengkomunikasikan ide-ide
matematika dan);
3) select, apply, and translate to slove problems (memilih menerapkan dan
menerjemahkan representasi (verbal, simbolik dan visual) matematika
untuk memecahkan masalah).
e. Soal Kemampuan Representasi Matematis
1. Indikator representasi visual
Dalam suatu ujian, penilaianya ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut. Setiap
jawaban yang benar akan diberikan nilai 2, jika jawaban salah akan diberikan nilai -1
dan untuk soal yang tidak dijawab diberikan nilai 0. Berikut tabel penilaian ujian
siswa tersebut.
Jumlah Jawaban Jumlah Jawaban
Nama Siswa Tidak Dijawab
Benar Salah
Andi 19 6 5
Erik 25 5 5
Diana 13 10 7
Reni 22 5 3
Tiara 10 10 10

a. Berapakah nilai yang berhasil didapatkan oleh Reni ?


b. Nilai terbesar di dapatkan oleh ?
c. Buatlah kembali tabel diatas dengan mengurutkan nama siswa yang mendapat
nilai tertinggi sampai dengan terendah

2. Indikator representasi ekspresi matematis


1
Seorang nelayan rata-rata dapat menangkap 9 4 kg ikan setiap hari. Berapa kg ikan
yang dapat ditangkap selama 6 hari?

Jawaban Skor Penjelasan


Skor dari jawaban siswa diatas
Tidak Dijawab 0 adalah 0, yang artinya tidak ada
jawaban, kalaupun ada hanya

25
memperlihatkan ketidakpahaman
tentang konsep. Siswa belum
mmpu menggunakan representasi
untuk memperoleh jawaban.
Skor dari jawaban siswa diatas
adalah 1, yang artinya hanya
sedikit dari model matematika
(visual/ekspresi matematika/teks
tertulis) yang benar. Dari hasil
jawaban siswa menunjukkan
Ikan yang dapat ditangkap selama 6 hari bahwa siswa mampu melibatkan
adalah simbol matematika yaitu
1 37 1 37 1 perkalian. Namun, dalam proses
9 = × = pemecahan masalah siswa
4 4 6 24
mengalami kekeliruan
representasi perkalian sehingga
mengakibatkan hasil jawaban
yang kurang tepat. Siswa
melibatkan ekspresi matematis
tetapi tidak mendapatkan
jawaban yang tepat.
Ikan yang dapat ditangkap selama 6 hari Skor dari jawaban siswa diatas
adalah adalah 2, yang artinya siswa
1 6 mampu menentukan model
9 × 6 = 35
4 24 matematika (visual/ekspresi
matematika/teks tertulis) dengan
benar, namun salah dalam
mendapatkan solusi Dari hasil
jawaban siswa menunjukkan
bahwa siswa mampu melakukan
pemecahan soal matematika
dengan melibatkan simbol
2 matematika yaitu perkalian
sehingga siswa dapat menjawab
berat ikan yang ditangkap selama
6 hari. Namun, jawaba diatas
keliru dalam melakukan operasi
perkalian pada pecahan yang
mengakibatkan jawaban yang
diperoleh kurang tepat. Siswa
mampu melibatkan ekspresi
matematis dalam menjawab soal
namun hasil jawabannya belum
tepat.
Skor dari hasil jawaban siswa
Ikan yang dapat ditangkap selama 6 hari diatas adalah 3. yang artinya
adalah siswa mampu menentukan model
1 37 222 1 3
matematika (visual/ekspresi
9 ×6= ×6 = = 55 𝐾𝑔 matematika/teks tertulis) dengan
4 4 4 4
benar, kemudian melakukan

26
perhitungan atau mendapatkan
solusi yang benar namun terdapat
sedikit kesalahan. Dari hasil
jawaban diatas menunjukkan
bahwa siswa mampu
menggunakan simbol matematika
berupa perkalian untuk menjawab
soal matematika. Representasi
simbol matematika yang
digunakan sudah tepat yaitu
perkalian dan membantu siswa
untuk memperoleh jawaban berat
ikan yang ditangkap selama 6
hari. Siswa mampu melakukan
pemecahan masalah namun solusi
yang terakhirnya tidak

Skor dari hasil jawaban diatas


adalah 4. yang artinya siswa
mampu menentukan model
matematika (visual, ekspresi
matematika/teks tertulis) dengan
benar. kemudian melakukan
perhitungan atau mendapatkan
solusi yang benar dan lengkap.
Dari hasil jawaban siswa diatas
menunjukkan bahwa siswa sudah
Ikan yang dapat ditangkap selama 6 hari
mampu menyelesaikan soal
adalah
1 37 222 2 1 4 matematika dengan melibatkan
×6= ×6= = 55 = 55 𝑘𝑔 simbol matematika.
4 4 4 4 2
Representasi simbol matematika
yang digunakan sudah tepat yaitu
perkalian dan membantu siswa
untuk memperoleh jawaban berat
ikan yang ditangkap selama 6
hari Siswa mampu memperoleh
jawaban secara lengkap dan tepat
dengan melibatkan representasi
ekspresi matematika

3. Indikator representasi verbal


Pada pukul 07.00 pagi suhu kota D -2°C. Jika setiap 3 jam suhu di kota tersebut naik
2°C, berapakah suhu kota D pada pukul 01.00 siang?
Jawaban Skor Penjelasan
4 Derajat Skor dari hasil jawaban adalah 0,
0 yang artinya tidak ada jawaban
kalaupun ada hanya

27
memperlihatkan ketidakpahaman
tentang konsep. Dari hasil jawaban
siswa tidak menunjukkan adanya
keterlibatan representasinya dalam
menjawab soal. Siswa
belum mampu menjawab soal
dengan representasi verbalnya.
Skor dari hasil jawaban siswa
adalah 1, yang artinya hanya sedikit
dari model matematika
(visual/ekspresi matematika/teks
-2°C tertulis)yang benar. Dari hasil
2°C jawaban siswa menunjukkan bahwa
siswa belum mampu meliatkan
3 jam representasi verbal untuk
1
memperoleh jawaban. Tetapi siswa
−2 × 2 = −4 menggunakan representasi
−4 + 3 = −1 verbalnya untuk menyimpulkan.
Jawaban yang diperoleh siswa juga
belum tepat. Siswa belum mampu
menggunakan representasi
verbalnya dengan baik dalam
menjawab soal matematika.
Skor dari hasil jawaban diatas
adalah 2, yang artinya siswa
mampu menentukan model
Suhu jam 07.00 pagi = -2°C
matematika (visual/ekspresi
Setiap 3 jam suhu naik 2°C
matematika/teks tertulis) dengan
Selisih jam 7 - jam 1 = 6 jam
benar, namun salah dalam
Suhu kota D pada jam 01.00 siang adalah 2
mendapatkan solusi. Dari hasil
−2 + (6 × 2) = −2 + 12 = 10
jawaban mampu menjawab
Jadi suhu di kota D jam 01.00 siang adalah
matematika dengan kata-kata
10°C
tertulis. Namun jawaban yang
dibuat tidak menjawab dari
pertanyaan.
Skor dari hasil jawaban diatas
adalah 3, yang artinya siswa
mampu menentukan model
Suhu jam 07.00 pagi = -2°C matematika (visual/ekspresi
Setiap 3 jam suhu naik 2°C Selisih jam 7 - matematika/teks tertulis) dengan
jam 1 = 6 jam Suhu kota D pada jam 01.00 benar, kemudian melakukan
siang adalah 3 perhitungan atau mendapatkan
−2 + (6 − 3 × 2) = 2 + 4 = 6 solusi yang benar namun terdapat
Jadi suhu di kota D jam 01.00 siang adalah sedikit kesalahan. Dari hasil
6°C jawaban mampu menjawab
matematika dengan kata-kata
tertulis. Namun pada solusi akhir
jawaba siswa salah.
Suhu jam 07.00 pagi = -2°C Skor dari hasil jawaban diatas
4
Setiap 3 jam suhu naik 2°C adalah 4, yang artinya siswa

28
Selisih jam 7-jam 1 = 6 jam mampu menentukan model
Suhu kota D pada jam 01.00 siang matematika (visual/ekspresi
adalah matematika/teks tertulis) dengan
−2 + (6 − 3 × 2) = −2 + 4 = 2 benar, kemudian melakukan
Jadi suhu di kota D jam 01.00 siang perhitungan atau mendapatkan
adalah 2°C solusi yang benar dan lengkap. Dari
hasil jawaban mampu
menjawab matematika dengan kata-
kata tertulis. Siswa mampu
memperoleh jawaban dengan
beberapa kata yang ditampilkan
secara tepat dengan melibatkan
representasi verbal berupa
kata-kata tertulis.

29
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan peserta didik
dalam menyampaikan, memahami, dan menerima gagasan/ ide matematis baik dalam
bentuk gambar, tabel, diagram ataupun rumus baik secara lisan maupun tulisan.
Menurut NCTM (2000), Kemampuan koneksi matematika adalah kemampuan
siswa dalam mencari hubungan suaturepresentasi konsep dan prosedur, memahami
antar topik matematika, mengaitkan ide-ide matematika dankemampuan siswa
mengaplikasikan konsep matematikadalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-
hari. Berdasarkan hal tersebut, koneksi matematika tidak hanya menghubungkan antar
topik dalam matematika, tetapi juga menghubungkan matematika dengan berbagai
ilmu lain dan dengan kehidupan. Kusuma (2008) kemampuan koneksi matematika
adalah kemampuan seseorang dalam memperlihatkan hubungan internal dan eksternal
matematika, yang meliputi koneksi antar topic matematika, koneksi dengan disiplin
ilmu lain, dan koneksi dengan kehidupan seharihari.
Kemampuan matematis yang perlu dikembangkan di antaranya adalah
kemampuan representasi matematis. National Council of Teachers of Mathematics
(NCTM, 2000) menyebutkan bahwa kemampuan pemahaman dan representasi
matematis merupakan aspek yang sangat penting dalam prinsip pembelajaran
matematika. Siswa dalam belajar matematika harus disertai dengan pemahaman yang
merupakan tujuan dari belajar matematika (Yang, Kabir, & Hoque, 2016).
3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

30
DAFTAR PUSTAKA

Dianti Wulan,Zubaidah,Hamdani.(2017) KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS


SISWA DALAM MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII SMP NEGERI 7 KUBU
RAYA. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Pontianak
Maulyda Mohammad Archi.(2020) Paradigma Pembelajaran Matematika Berbasis NCTM.
Malang:CV IRDH.
NURHANIFAH, N. (2021, JULI 08). ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PESERTA DIDIK DITINJAU DARI SELF-ESTEEM. Retrieved from
http://repositori.unsil.ac.id/5824/5/BAB%202.pdf
Saiful Bahri, Kartono,Dewi.(2019) Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Melalui Model
Pembelajaran Peer Tutoring Cooperative Learning. Prosiding Seminar Nasional
Matematika 2, 754-758
Supriadi Eko Wahyu Andrechiana, Suharto , Hobr.(2017) ANALISIS KEMAMPUAN
KONEKSI MATEMATIS BERDASARKAN NCTM (NATIONAL COUNCIL OF
TEACHERS OF MATHEMATICS) SISWA SMK KELAS XI JURUSAN
MULTIMEDIA PADA POKOK BAHASAN HUBUNGAN ANTAR GARIS.
Kadikma, Vol. 8, No. 1

31

Anda mungkin juga menyukai