Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD BERBASIS DIGITAL

“PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG TERINTEGRASI DENGAN


KETERAMPILAN ABAD 21”

Kelompok 1
Adeliana Pratiwi (21129150)
Dwi Puja Aprilia (21129191)
Fidrathul Husna (21129207)
Sri Fauzia Z. (21129122)

Dosen Pengampu :
Drs. Syafri Ahmad, S.Pd., M.Pd., Ph. D.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembelajaran Matematika yang
Terintegrasi dengan Keterampilan Abad 21” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Inovasi Pembelajaran Matematika SD Berbasis Digital. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Drs. Syafri Ahmad, S.Pd., M.Pd., Ph. D. selaku dosen mata kuliah Inovasi
Pembelajaran Matematika SD Berbasis Digital yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Kami juga mengucapkan terima kasih atas
segala bantuan dari pihak yang telah bekerja sama dengan memberikan tambahan baik berupa
materi maupun pikirannya.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun sangat dibutuhkan guna
kelengkapan dan kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca.

Padang, 02 September 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN ......................................................................................................... 2

2.1 Tujuan Pembelajaran Matematika .................................................................................... 2

2.2 Literasi Matematika .......................................................................................................... 3

2.3 Keterampilan Abad-21......................................................................................................6

2.4 Menjabarkan KD menjadi Indikator dan Tujuan Pembelajaran........................................9

BAB III. PENUTUP ............................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 11

3.2 Saran ............................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan abad 21 adalah pendidikan mengaitkan atau mengintegrasikan antara
kecakapan pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan penguasaan IT sehingga sistem
pembelajaran abad 21 dari teacher centered learning ke student centered learning (SCL)
(Patta & Muin,2021). Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan aspek penting bagi kehidupan
manusia. Numerasi menjadi salah satu hal yang tak kalah penting di kehidupan sehari-
hari (Ashri & Pujiastuti, 2021). Literasi numerasi yang dipelajari melalui matematika
merupakan mata pelajaran yang berkontribusi dalam praktik kehidupan seharihari
(Wulandari, 2021).

Strategi yang dapat dilakukan dalam memajukan pengembangan pendidikan


adalah salah satunya dengan diterapkannyaa literasi. Dalam literasi matematika terdapat
berbagai macam literasi, salah satunya adalah literasi numerik atau dikenal juga literasi
numerasi (Putri et al., 2021) . Literasi merupakan kata serapan dalam bahasa Inggri yaitu
literacy, yang memiliki arti kemampuan untuk membaca dan menulis (Siskawati et al.,
n.d.). Saat ini, kemampuan literasi siswa sangat berhubungan erat dengan tuntutan
kemampuan membaca yang ujungnya bermuara pada kemampuan pemahaman informasi
secara kritis dan mendalam. Selain itu, perlu adanya penguasaan dasar literasi yang belum
terwujud pada suatu sekolah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa tujuan pembelajaran matematika?
2. Apa yang dimaksud dengan literasi matematika?
3. Bagaimana dengan keterampilan abad 21?
4. Bagaimana penjabaran KD menjadi indikator dan tujuan pembelajaran?
1.3 Tujuan
1. Agar dapat mengetahui tujuan pembelajaran matematika.
2. Agar dapat mengetahui literasi matematika.
3. Agar dapat mengetahui keterampilan abad 21.
4. Agar dapat mengetahui penjabaran KD menjadi indikator dan tujuan pembelajaran.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Pembelajaran Matematika


Matematika adalah mata pelajaran pokok yang ada di setiap jenjang
pendidikan. Hal tersebut dirumuskan dalam permendiknas nomor 22 Tahun 2006, yang
mengatakan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan di setiap jenjang
pendidikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, kritis,
analitis, sistematis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Matematika mempunyai
peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dalam mengembangkan daya pikir manusia,
dengan mempelajari matematika siswa lebih kritis dalam memahami suatu permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, pelajaran matematika perlu diberikan
kepada semua siswa mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi.
Matematika merupakan ilmu universal yang mampu memberi peluang bagi terbentuknya
kemampuan berkomunikasi, berfikir, memecahkan masalah dan bernalar bagi siswa.
Menurut Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 dijelaskan bahwa mata
pelajaran matematika bertujuan agar siswa mampu: (1) memahami konsep matematika;
(2) memecahkan masalah; (3) menggunakan penalaran matematis; (4) mengomunikasikan
masalah secara sistematis; dan (5) memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai
dalam matematika. Sejalan dengan National Council of Teachers of Mathematics(dikutip
oleh Sari, 2017) juga merumuskan tujuan pembelajaran matematika terdiri dari lima
kemampuan dasar matematika yang merupakan standar yakni pemecahan masalah
(Problem Solving), penalaran dan bukti (reasoning and proof), komunikasi
(communication), koneksi (connections), dan representasi (representation).
Berdasarkan tujuan di atas yang menjadi fokus penting di dalam pembelajaran
matematika di SD adalah pemecahan masalah, seperti yang disebut Cockroft (Ismawati,
2014: 2) menyatakan bahwa: Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu
digunakan dalam segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan matematika yang
sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat
digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan
kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran ruangan, dan (6) memberikan
kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah.

2
Tujuan pembelajaran Matematika dapat digolongkan menjadi beberapa
bagian, yaitu:
(a) Tujuan yang bersifat formal, menekankan kepada menata penalaran dan membentuk
kepribadian peserta didik.
(b) Tujuan yang bersifat material menekankan kepada kemampuan memecahkan masalah
dan menerapkan matematika.
(c) Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam
memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah yang berkaitan
dengan kehidupan nyata dan dapat dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir
kritis, logis, sistematis, bersifat obyektif, jujur, disiplin dalam memandang dan
menyelesaikan suatu masalah.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
tujuan daripada mempelajari matematika yaitu untuk membetuk kepribadian peserta
didik seperti jujur, berbicara sesuai dengan fakta yang ada, selain itu juga siswa
diharapkan bisa memberikan jalan keluar dari setiap permasalahan yang dihadapi oleh
setiap siswa, seperti bisa menyelesaikan masalah-masalah yang sesaui dengan caracara
seperti ilmu matematika.

2.2 Literasi Matematika


Literasi matematika dalam Programme for International Student Assessment
(PISA) adalah fokus pada kemampuan siswa dalam menganalisa, memberikan alasan, dan
menyampaikan ide secara efektif, merumuskan, memecahkan, dan menginterpretasikan
masalah-masalah matematika dalam berbagai bentuk dan situasi. Penilaian yang
digunakan adalah fokus kepada masalah-masalah dalam kehidupan nyata, diluar dari
situasi atau masalah yang sering di bahas di kelas, dan hal-hal lain di mana penggunaan
(qualitatif and spatial reasoning) atau kemampuan matematika lainnya merupakan alat
bantu yang dapat menjelaskan dan memecahkan masalah. Sesuai dengan sifat dan
karakteristik pembelajaran matematika, Wahyudin (2008: 69) memaknai literasi (melek)
matematika (mathematically literacy) sebagai kemampuan seseorang untuk
mengeksplorasi, menduga, dan bernalar secara logis dalam menggunakan berbagai
metode matematis secara efektif untuk menyelesaikan masalah. Pada pandangan ini
literasi matematika merupakan suatu cara prosedural yang efektif untuk menyelesaikan
suatu permasalahan. Sikap dan emosi (seperti percaya diri keingintahuan, perasaan akan

3
ketertarikan dan relevansi, hasrat untuk melakukan atau memahami sesuatu) adalah bukan
merupakan komponen dari literasi matematika. Namun demikian, hal tersebut merupakan
prasyarat yang penting untuk literasi matematika. Pada prinsipnya, bisa saja seseorang
memunculkan kemampuan literasi matematika tanpa menampilkan sikap dan emosi pada
saat yang sama. Literasi matematika berhubungan dengan masalah “real”. Hal ini berarti
bahwa masalah tersebut biasanya muncul pada sebuah situasi. Sebagai kesimpulan, siswa
harus mampu menyesuaikan masalah nyata (real world problem) yang mensyaratkan
mereka untuk menggunakan kemampuan dan kompetensi yang telah mereka peroleh
melalui pengalaman langsung di kehidupan nyata sehari-hari dan di sekolah. Proses yang
mendasar dari hal ini adalah “matematisasi”. Proses ini membawa siswa berubah dari
masalah konteks dari dunia nyata ke dunia matematika yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah tersebut.
Matematisasi membawa siswa dalam menginterpretasi dan mengevaluasi
masalah serta merefleksi solusinya untuk meyakinkan bahwa solusi yang ditemukan
sesuai dengan situasi nyata yang menimbulkan masalah tersebut. Dalam hal ini, literasi
matematika melangkah jauh dari kurikulum matematika. Namun demikian, penilaian
literasi matematika tidak dapat dipisahkan dari kurikulum dan pengajaran yang ada
karena pengetahuan dan kemampuan siswa sangat bergantung pada apa dan bagaimana
mereka belajar di sekolah dan bagaimana pembelajaran tersebut di evaluasi.
Literasi matematika dalam kerangka PISA matematika didefinisikan sebagai
kemampuan individu untuk merumuskan, menggunakan dan menafsirkan matematika
dalam berbagai konteks. Termasuk kemampuan melakukan penalaran secara matematis
dan menggunakan konsep, prosedur, fakta, sebagai alat untuk mendeskripsi, menjelaskan
serta memprediksi suatu fenomena atau kejadian. Literasi matematika dapat membantu
individu untuk mengenal peran matematikadi dunia nyata dan sebagai dasar pertimbangan
serta penentuan keputusan yang dibutuhkan oleh masyarakat (OECD, 2010: 4). Literasi
matematika melibatkan kemampuan dasar yang harus dimiliki (OECD, 2010: 18-19),
yaitu sebagai berikut:
1. Communication, kemampuan untuk mengkomunikasikan masalah;
2. Mathematising, kemampuan untuk mengubah permasalahan dari dunia nyata ke
bentuk matematika ataupun sebaliknya;
3. Representation, kemampuan untuk menyajikan kembali suatu permasalahan
matematika;
4. Reasoning and Argument, kemampuan menalar dan memberi alasan;
4
5. Devising Strategies for Solving Problems, kemampuan menggunakan strategi
memecahkan masalah;
6. Using Symbolic, Formal and Technical Language and Operation, kemampuan
menggunakan bahasa simbol, bahasa formal dan bahasa teknis;
7. Using Mathematics Tools, kemampuan menggunakan alat-alat matematika (misalnya
dalam pengukuran).
Soal-soal dalam literasi matematika pada survei PISA dan TIMSS (Trends
International Mathematics and Science Study) menuntut kemampuan penalaran dan
pemecahan masalah yang menekankan pada berbagai masalah dan situasi dalam
kehidupan sehari-hari yang ditemui oleh siswa. Kemampuan yang diujikan dalam PISA
dikelompokkan dalam komponen proses (OECD, 2010: 14), yaitu kemampuan
pemahaman dan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan penalaran
(reasoning), dan kemampuan komunikasi (communication). Sedangkan kemampuan yang
diujikan dalam TIMSS dikelompokkan dalam dimensi kognitif (Mullis, dkk., 2012: 30),
yaitu mengetahui fakta dan konsep (knowing), menggunakan konsep dan prosedur
(applying), serta melakukan penalaran dalam memecahkan masalah (reasoning).
(Wardhani, 2011: 22). Berdasarkan uraian di atas, literasi matematika secara khusus
dalam penelitian ini dapat ditinjau dalam 4 aspek kemampuan, yaitu pemahaman,
penarapan, penalaran, dan komunikasi. Hal ini didasarkan pada definisi literasi
matematika yang mengacu pada kemampuan individu untuk dapat:
a) Mengetahui fakta dan konsep serta menafsirkan matematika ke dalam berbagai
konteks (aspek pemahaman);
b) Menggunakan konsep, fakta, dan prosedur dalam merumuskan, menyajikan, dan
menyelesaikan masalah matematika (aspek penerapan);
c) Kemampuan melakukan penalaran dalam memberikan penjelasan dan pembenaran
(aspek penalaran); dan
d) Mampu mengkomunikasikan penjelasan (argumen) dan penyelesaian masalah (aspek
komunikasi).
Penilaian literasi matematis siswa hendaknya mengarah pada informasi yang
bisa didapatkan mengenai sejauh apa kemampuan literasi matematis yang dimiliki siswa
yang dapat ditinjau dari keempat aspek tersebut. Menurut National Council of Teacher of
Mathematics (NCTM) dalam buku yang berjudul Principle and Standards for School
Mathematics(2000: 22), penilaian harus mendukung pembelajaran dan memberi
informasi yang berguna bagi guru dan siswa. Penilaian hendaknya diberikan secara
5
formatif, yaitu penilaian yang mengarah pada perbaikan kualitas pembelajaran dan dapat
dimanfaatkan untuk mengarahkan siswa tentang apa yang sudah dikuasai dan belum
dikuasainya dalam proses pembelajaran.

2.3 Keterampilan Abad-21


Untuk bisa berperan secara bermakna pada era globalisasi di abad ke-21 ini
maka setiap warga negara dituntut untuk memiliki kemampuan yang dapat menjawab
tuntutan perkembangan zaman. Hal ini menuntut peran pendidik untuk mengembangkan
keterampilan baik hard skill maupun soft skill pada peserta didik dalam pembelajaran di
sekolah agar dapat terjun ke dunia pekerjaan dan siap berkompetisi dengan negara lain.
Guru menyiapkan segala perangkat seperti kurikulum, Rencana Pelaksaan Pembelajaran
(RPPP), dan model atau metode yang diintergrasikan dengan pembelajaran abad 21.
Dengan mengembangkan keterampilan abad ke-21 dalam pembelajaran, diharapkan
setiap individu memilki keterampilan untuk hidup di abad ke-21 dengan berbagai peluang
dan tantangan yang akan di hadapi di era kemajuan teknologi dan informasi. Adapun
keterampilan yang harus dimiliki pada abad 21 adalah:
1. Communication (komunikasi)
Communication (komunikasi) adalah proses pertukaran bahasa yang
berlangsung dalam dunia manusia. Oleh sebab itu komunikasi selalu melibatkan
manusia baik dalam konteks intrapersonal, kelompok maupun massa. Peneliti
komunikasi membuktikan bahwa hingga saat ini bahasa diakui sebagai media paling
efektif dalam melakukan komunikasi pada suatu interaksi antar individu seperti
halnya kegiatan penyuluhan dan pembinaan, proses belajar mengajar, pertemuan
tempat kerja dan lain-lain. (Muhtadi, 2012). Tujuan dari komunikasi yang efektif
sebenarnya adalah memberi kan kemudahan dalam memahami pesan yang
disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang
digunakan oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik oleh penerima informasi.
Dalam proses pembelajaran guru harus membiasakan siswanya untuk saling
berkomunikasi baik tentang pelajaran maupun hal lain, baik dengan guru maupun
dengan siswa. Penggunaan kata yang tidak baik dalam komunikasi membawa dampak
negative, begitupun dengan penggunaan kata-kata positif akan membawa dampak
positif bagi anak.

6
2. Collaborative (kolaborasi)
Beberapa peneliti membuktikan bahwa peserta didik akan belajar dengan lebih
baik jika mereka secara aktif terlibat pada proses pembelajaran dalam suatu
kelompok-kelompok kecil. Peserta didik yang bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil cenderung belajar lebih banyak tentang materi ajar dan mengingatnya lebih lama
dibandingkan jika materi ajar tesebut dihadirkan dalam bentuk lain, misalnya bentuk
dalam ceramah, tanpa memandang bahan ajarnya (Warsono dan Hariyanto, 2012: 66-
67).
Pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
suatu kelompok untuk membangun pengetahuan dan mencapai tujuan pembelajaran
bersama melalui interaksi sosial di bawah bimbingan pendidik baik di dalam maupun
di luar kelas, sehingga terjadi pembelajaran yang penuh makna dan siswa akan saling
menghargai kontribusi semua anggota kelompok. Dalam menggali informasi dan
membangun makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-
teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu produk, siswa perlu dibelajarkan
bagaimana menghargai kekuatan dan kemampuan setiap orang serta bagaimana
mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
3. Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah).
Berpikir kritis merupakan suatu proses yang terarah dan jelas yang digunakan
dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan,
membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis
adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis
merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi
dan pendapat orang lain (Elaine B. Johnson, 2009: 182).
Berpikir kritis secara esensial adalah proses aktif dimana seseorang
memikirkan berbagai hal secara mendalam, mengajukan pertanyaan untuk diri sendiri,
menemukan informasi yang relevan untuk diri sendiri daripada menerima berbagai hal
dari orang lain (John Dewey dalam Alec Fisher, 2009: 2). Elaine B. Johnson (2009:
185) mengatakan bahwa tujuan berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman
yang mendalam. Berpikir kritis terdiri dari 4 hal yaitu :
a. Penalaran yang efektif
b. Sistem berpikir
c. Membuat keputusan
d. Keterampilan pemecahan masalah.
7
4. Creativity and innovation (kreativitas dan inovasi)
Lawrence dalam Suratno, 2005: 24 menyatakan kreativitas merupakan ide atau
pikiran manusia yang bersifat inovatif, berdaya guna dan dapat dimengerti. Berbeda
dengan Lawrence, Chaplin dalam Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, 2010: 16)
mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam
bidang seni atau dalam persenian, atau dalam memecahkan masalah-masalah dengan
metode-metode baru. Suratno mengemukakan bahwa kreativitas adalah suatu ativitas
yang imajinatif yang memanifestasikan (perwujudan) kecerdikan dari pikiran yang
berdaya guna menghasilkan suatu produk atau menyelesaikan suatu persoalan dengan
cara tersendiri (Suratno, 2005:24). Menurut Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati
(2010: 30-31) kreativitas anak dapat berkembang dengan baik bila didukung oleh
beberapa faktor seperti berikut:
a. Memberikan rangsangan mental yang baik
Rangsangan diberikan pada aspek kognitif maupun kepribadiannya serta suasana
psikologis anak.
b. Menciptakan lingkungan kondusif
Lingkungan kondusif perlu diciptakan agar memudahkan anak untuk mengakses
apapun yang dilihatnya, dipegang, didengar, dan dimainkan untuk
mengembangkan kreativitasnya.
c. Peran serta guru dalam mengembangkan kreativitas
Guru yang kreatif akan memberikan stimulasi yang tepat pada anak agar anak
didiknya menjadi kreatif.
d. Peran serta orangtua
Orangtua yang dimaksud disini adalah orangtua yang memberikan kebebasan anak
untuk melakukan aktivitas yang dapat mengembangkan kreativitas.
Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan
atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat), baik itu berupa hasil invention maupun diskoveri. Inovasi diadakan
untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu
(Sa’ud, 2008: 3).

8
2.4 Menjabarkan KD menjadi Indikator dan Tujuan Pembelajaran
a. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi
dalam suatu mata pelajaran. Pada bagian ini dituliskan kompetensi dasar yang harus
dimiliki peserta didik setelah proses pembelajaran berakhir, cukup dengan cara
mengutip pada standar isi atau silabus pembelajaran yang telah dibuat guru.
b. Indikator Kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi
untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Contoh kata kerja operasional antara lain
mengidentifikasi, menghitung, membedakan, menyimpulkan, menceritakan kembali,
mempraktikkan, mendemonstrasikan, dan mendeskripsikan.
Indikator pencapaian hasil belajar dikembangkan oleh guru dengan
memperhatikan perkembangan dan kemampuan setiap peserta didik. Setiap
kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi dua atau lebih indikator pencapaian
hasil belajar dan disesuaikan dengan keluasan dan kedalaman kompetensi dasar
tersebut. Indikator dikembangkan oleh guru sekolah sesuai dengan kondisi daerah dan
sekolah masing-masing. Dalam membuat indikator ini, guru juga perlu melihat KD
yang sama di kelas sebelum dan sesudahnya agar lebih tepat dalam menentukan
indikator sesuai dengan kelas di mana KD tersebut diajarkan.
c. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan
pembelajaran dibuat berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan.
Tujuan ini difokuskan tergantung pada indikator yang dirumuskan dari SK dan KD
pada Standar Isi mata pelajaran matematika yang akan dipelajari siswa.
d. Contoh penjabaran kd manjadi indikator dan tujuan pembelajaran
Kompetensi Dasar
2.3. Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan
terbesar (FPB)

9
Indikator:
1. Menentukan KPK dari 2 bilangan.
2. Menentukan KPK dari 3 bilangan.
3. Menentukan FPB dari 2 bilangan.
4. Menentukan FPB dari 3 bilangan.

Tujuan pembelajaran:
Pertemuan 1
a. Dengan diskusi kelompok siswa dapat menyelesaikan permasalahan yang
berkaitan dengan KPK.
b. Dengan diskusi kelompok siswa dapat menentukan KPK dari 2 atau 3 bilangan.
Pertemuan 2
a. Dengan diskusi kelompok siswa dapat menyelesaikan permasalahan kontekstual
yang berkaitan dengan FPB.
b. Dengan diskusi kelompok siswa dapat menentukan FPB dari 2 atau 3 bilangan.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Matematika adalah mata pelajaran pokok yang ada di setiap jenjang
pendidikan. Hal tersebut dirumuskan dalam permendiknas nomor 22 Tahun 2006, yang
mengatakan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan di setiap jenjang
pendidikan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, kritis,
analitis, sistematis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama.
Literasi matematika dalam Programme for International Student Assessment
(PISA) adalah fokus pada kemampuan siswa dalam menganalisa, memberikan alasan, dan
menyampaikan ide secara efektif, merumuskan, memecahkan, dan menginterpretasikan
masalah-masalah matematika dalam berbagai bentuk dan situasi. Penilaian yang
digunakan adalah fokus kepada masalah-masalah dalam kehidupan nyata, diluar dari
situasi atau masalah yang sering di bahas di kelas, dan hal-hal lain di mana penggunaan
(qualitatif and spatial reasoning) atau kemampuan matematika lainnya merupakan alat
bantu yang dapat menjelaskan dan memecahkan masalah.
Untuk bisa berperan secara bermakna pada era globalisasi di abad ke-21 ini
maka setiap warga negara dituntut untuk memiliki kemampuan yang dapat menjawab
tuntutan perkembangan zaman. Hal ini menuntut peran pendidik untuk mengembangkan
keterampilan baik hard skill maupun soft skill pada peserta didik dalam pembelajaran di
sekolah agar dapat terjun ke dunia pekerjaan dan siap berkompetisi dengan negara lain.
Adapun keterampilan yang harus dimiliki pada abad 21 adalah:
1. Communication (komunikasi)
2. Collaborative (kolaborasi)
3. Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah).
4. Creativity and innovation (kreativitas dan inovasi)
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi
dalam suatu mata pelajaran. Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur
dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang
menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian hasil belajar
dikembangkan oleh guru dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan setiap

11
peserta didik. Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan
pembelajaran dibuat berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan kepada pembaca agar lebih
memahami mengenai pembelajaran matematika yang terintegrasi dengan keterampilan
abad-21 sehingga meningkatkan rasa penasaran dan ingin tahu pada diri pembaca untuk
mempelajari lebih dalam lagi. Selain itu, penulis juga berharap agar pembaca sekalian
memberikan masukan dan saran terhadap makalah yang penulis tulis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22,23, dan
24 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas

Hudojo. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika (Malang: UNM Press,


2008), hlm. 201

Husna, N.M., Isnarto, I., Suyitno, A., Shodiqin, A. (2022). Integrasi Literasi Numerasi dalam
Pembelajaran Matematika di Sekolah. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana,
2022, 841-845.

Marsudi Raharjo. 2005. Bilangan Asli, Cacah, dan Bulat. (Bahan Ajar Diklat Matematika
SD). Yogyakarta: PPPG Matematika

Septikasari, R & Frasandy, R, N. (2018). Keterampilan 4C Abad 21 dalam Pembelajaran


Pendidikan Dasar. Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VIII Edisi 02 2018.

13

Anda mungkin juga menyukai