Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI
MEDIA KARTU PECAHAN DI KELAS III SD NEGERI
WONOREJO 02

DOSEN PENGAMPU :
Ana Rokhmawati S.Pd., M.Pd

Disusun oleh :
1. Dwi Mentari (201003944)
2. Muchammad Rifqi Fitriyanto (201003904)
3. Putri Ayu Wulandari (201003957)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PGRI LUMAJANG
Jl. Pisang Gajih No. 2, Lumajang, Jawa Timur
2022
Daftar Isi
COVER............................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah..............................................................................................2
C. Pembatasan Masalah.............................................................................................2
D. Rumusan Masalah.................................................................................................2
E. Tujuan Penelitian...................................................................................................2
F. Manfaat Penelitian.................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................................3


A. Kajian Teori...........................................................................................................3

BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................15


A. Jenis Penelitian.....................................................................................................15
B. Desain Penelitian..................................................................................................15
C. Langkah-langkah Penelitian.................................................................................16
D. Setting Penelitian..................................................................................................18
E. Subjek Penelitian..................................................................................................18
F. Objek Penelitian...................................................................................................18
G. Teknik Pengumpulan Data...................................................................................18
H. Instrumen Penelitian.............................................................................................20
I. Teknik Analisis Data............................................................................................21
J. Indikator Keberhasilan.........................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang penting pada masa era globalisasi seperti
sekarang ini dimana seseorang dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK). Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
mempunyai peran yang strategis bagi keberhasilan dan kelanjutan pembangunan
nasional. Pendidikan terdiri dari berbagai jenjang, namun jenjang pendidikan yang
paling utama dan paling dasar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
(SDM) adalah pendidikan sekolah dasar (SD). Sekolah Dasar merupakan salah satu
penyelenggara tingkat pendidikan yang mengembangkan potensi siswa pada aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Sistem Pendidikan Nasional
(Depdiknas, 2006:3), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan
fungsi pendidikan tersebut, maka pendidikan bukan sesuatu yang terjadi secara
kebetulan, tetapi dengan adanya perencanaan untuk mencapai tujuan tertentu.
Mata pelajaran matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dasar
mempunyai peran penting dalam pembangunan iptek karena mempelajari
matematika sama halnya melatih siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
Matematika di sekolah dasar adalah hal yang konkret. Siswa di sekolah dasar belum
bisa diajari secara definisi, sehingga guru harus menyiapkan strategi atau
perencanaan mengajar secara matang. Pembelajaran matematika diharapkan
mengembangkan potensi siswa, sehingga siswa dapat mengkonstruksikan
pemahamannya sendiri dengan peran guru sebagai fasilitator bukan sebagai sumber
utama pembelajaran. Kenyatannya masih banyak kita jumpai pembelajaran yang
dilakukan oleh pendidik dengan cara konvensional, yang kurang memberikan
kesempatan siswa berpikir kritis.
Pada pembelajaran matematika guru seharusnya banyak menggunakan media
pembelajaran supaya materi dapat lebih mudah tersampaikan terutama di kelas

1
rendah karena siswa berada dalam tahap operasional konkret. Pada kenyatannya
penggunaan media pembelajaran matematika tidak digunakan secara maksimal,
sehingga aktifitas yang dilakukan oleh siswa dalam pelajaran matematika monoton.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, akan muncul beberapa permasalahan
di kelas yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Pemahaman siswa kelas III SD Negeri Wonorejo 02 terhadap konsep
membandingkan pecahan sederhana masih rendah.
2. Antusiasme siswa kelas III SD Negeri Wonorejo 02 dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran masih kurang.
3. Penggunakan metode pembelajaran yang masih konvensional.
4. Penggunakan media untuk pembelajaran dalam menjelaskan materi pecahan
sederhana masih kurang.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka peneliti membatasi masalah pada upaya
meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan sederhana melalui media
kartu pecahan di kelas III SD Negeri Wonorejo 02.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari pembatasan masalah diatas, masalah dalam penelitian ini
dirumuskan : “Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar matematika materi
pecahan sederhana melalui media kartu pecahan pada siswa kelas III SD Negeri
Wonorejo 02?”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan sederhana siswa kelas III
SD Negeri Wonorejo 02 melalui media kartu pecahan.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa
a. Siswa mampu membandingkan pecahan sederhana dengan benar.
b. Siswa dapat belajar sambil bermain dengan suasana yang menyenangkan.
c. Hasil belajar siswa materi membandingkan pecahan sederhana dapat
meningkat.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kajian Teori
A. Hakikat Matematika
Menurut Fahrurrozi & Syukrul (2017: 3) matematika adalah suatu disiplin ilmu
yang sistematis menelaah pola hubungan, pola berpikir, seni dan Bahasa yang
semuanya dikaji dengan logika serta bersifat deduktif, matematika berguna untuk
membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi
dan alam. Artinya matematika pada dasarnya adalah ilmu yang hampir selalu
digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Sejalan dengan pendapat tersebut, Rohmah (2021: 7) menyatakan
bahwa matematika dasarnya itu merupakan ilmu yang bersifat deduktif. Setiap
preposisi diturunkan dari aksioma yang telah disepakati dan prinsip yang
diturunkan darinya untuk membentuk teorema, kemudian diaplikasikan dalam
mengeksploitasi fenomena alam. Artinya matematika melatih manusia untuk
berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan fakta yang ada. Definisi tentang
matematika menurut Badriyah dkk (2020:11) merupakan salah satu ilmu dapat
meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi
dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dunia kerja, serta memberikan
dukungan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut definisi
ini dapat diketahui bahwa matematika memiliki peran dalam penyelesaian masalah
sehari-hari manusia bahkan hampir selalu berguna dalam setiap proses pemecahan
masalah. Selain itu matematika merupakan jantung perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

B. Pembelajaran Matematika di SD
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar.
Menurut Ruseffendi dalam Heruman (2016: 1), matematika merupakan ilmu
tentang pola keteraturan, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang
didefiniskan kemudian ke aksioma, dan akhirnya ke dalil. Dalam matematika
terdapat sebuah pola yang teratur kemudian dapat disusun menjadi sebuah rumus
matematika yang dapat dipelajari oleh semua orang. Dalam mengajarkan

3
matematika di sekolah, guru harus menyadari bahwa setiap siswa memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dan ada beberapa siswa yang
tidak menyenangi pelajaran matematika. Dengan demikian guru hendaknya
menyajikan pembelajaran yang aktif dan kreatif sehingga siswa merasa senang
dalam belajar matematika. Heruman (2016: 2) membagi konsep-konsep kurikulum
matematika Sekolah Dasar sebagai berikut.
1) Penanaman konsep dasar yaitu pembelajaran yang diterima siswa mengenai
suatu konsep baru matematika yang belum pernah dipelajari sebelumnya.
Dalam kegiatan ini diperlukan sebuah media atau alat peraga yang dapat
memudahkan siswa berpikir dari yang konkret ke konsep matematika yang
abstrak.
2) Pemahaman konsep memiliki dua pengertian yang berbeda. Pertama
pemahaman konsep merupakan sebuah pertemuan yang didalamnya berisi
penanaman konsep dasar dan dilanjutkan pemahaman konsep. Selain itu
pemahaman konsep dapat dilakukan pada pertemuan yang berbeda tetapi
merupakan kelanjutan dari penanaman konsep dasar. Untuk memahami
sebuah konsep dibutuhkan pengetahuan konsep dasarnya terlebih dahulu.
3) Pembinaan keterampilan memiliki dua pengertian yang berbeda. Pertama
pembinaan keterampilan dilakukan pada sebuah pertemuan yang
didalamnya berisi penanaman konsep dasar dilanjutkan pemahaman konsep
dan dilanjutkan kembali pembinaan keterampilan. Selain itu pembinaan
keterampilan juga dapat dilakukan pada pertemuan yang berbeda tetapi
merupakan kelanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. Dalam
pembinaan keterampilan memiliki tujuan supaya siswa memiliki
keterampilan menggunakan konsep matematika pada kehidupan sehari- hari.
Pembelajaran matematika di SD memiliki tujuan dan fungsi tersendiri. Menurut
Hudoyo (dalam Lentera, 2011) fungsi dari pembelajaran matematika di SD adalah
untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan
dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas
dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan seharihari. Simbol-simbol itu
penting untuk membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang
ditetapkan. Simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan
keterangan untuk membentuk suatu konsep baru. Konsep baru terbentuk karena
4
adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya, sehingga matematika itu konsep-
konsepnya tersusun secara hirarkis. Dengan demikian simbol-simbol itu dapat
digunakan untuk mengkomunikasikan ide-ide secara efektif dan efisien. Agar
simbol-simbol itu berarti, kita harus memahami ide yang terkandung di dalam
simbol tersebut. Karena itu hal terpenting adalah bahwa itu harus dipahami sebelum
ide itu disimbolkan.
Lentera (2011) menyatakan ada beberapa tujuan pembelajaran matematika di
SD. Tujuan tersebut antara lain (1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi
perubahan keadaan dalam kehidupan melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran
logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif; (2) Mempersiapkan siswa agar dapat
menggunakan matematika dan pola piker matematika dalam kehidupan sehari-hari
dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan; (3) Menambah dan
mengembangkan ketrampilan berhitung dengan bilangan sebagai alat dalam
kehidupan sehari-hari; (4) mengembangkan pengetahuan dasar matematika dasar
sebagai bekal untuk melanjutkan kependidikan menengah dan (5) membentuk sikap
logis, kritis, kreatif, cermat dan disiplin.
Mata pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sangat penting, sehingga
perlu diberikan kepada siswa mulai dari jenjang sekolah dasar. Mengingat hakikat
matematika berkenaan dengan konsep abstrak sementara tingkat perkembangan
kognitif siswa sekolah dasar pada umumnya masih berada pada tahap operasional
konkret. Berdasarkan tingkat perkembangan siswa tersebut maka guru sebaiknya
menggunakan media dalam pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran sangat
diperlukan terutama dalam pembelajaran matematika agar konsep yang bersifat
abstrak menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa.
Media dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena dalam
penggunaannya mempertimbangkan karakteristik siswa. Pembelajaran matematika
akan lebih baik jika disajikan dalam suasana yang menyenangkan yaitu dalam
bentuk bermain sehingga siswa termotivasi dan ikut terlibat aktif dalam proses
pembelajaran matematika.

C. Materi Pecahan di Kelas III SD


1. Pengertian Pecahan

5
Pecahan merupakan salah satu dari materi pelajaran matematika yang diajarkan
di sekolah dasar. Menurut Dahrim (1991:163), kata pecahan itu diartikan berbeda-
beda. Ada yang mengartikan bilangan rasional ada pula yang mengartikan lambang
bilangan untuk bilangan rasional. Namun pada matematika SD telah disepakati
bahwa pecahan itu merupakan bilangan rasional. Heruman (2016: 43) menyebutkan
bahwa pecahan dapat diartikan sebagai bagian sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi
gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya
ditandai dengan arsiran. Bagian tersebut dinamakan pembilang. Adapun bagian
yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut.
Dari pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pecahan adalah
bagian dari sesuatu yang utuh, dimana pembilang dan penyebut dari keduanya dapat
dibandingkan. Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah pada kompetensi
dasar membandingkan pecahan sederhana. Suatu pecahan dikatakan sederhana
apabila pembilang lebih kecil dari penyebutnya. Pecahan yang pembilang dan
penyebutnya tidak mempunyai fakor persekutuan lagi, kecuali 1 disebut sebagai
pecahan paling sederhana. Pecahan sederhana diperoleh dengan membagi
pembilang dan penyebutnya dengan FPB
kedua pembilang tersebut. Selanjutnya Depdiknas dalam Kurikulum 2006 (2006:
149) disebutkan bahwa pecahan sederhana adalah materi-materi yang menyajikan
konsep-konsep pecahan dengan kompetensi dasar mengenal pecahan,
membandingkan pecahan, dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan
pacahan. Dalam penelitian ini materi yang dipilih adalah membandingkan pecahan
sederhana.
2. Membandingkan Dua Pecahan Sederhana
Membandingkan dua pecahan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
gambar dan dengan garis bilangan Sulardi (2008: 150-154). Uraian materi
membandingkan pecahan sederhana akan dijelaskan sebagai berikut.
a) Membandingkan pecahan dengan gambar
Membelajarkan materi matematika akan lebih mudah diawali dengan benda yang
konkret dahulu, lalu dilanjutkan dengan cara semi konkret melalui gambar, dan
abstrak. Berikut dijelaskan cara membelajarkan matematika materi membandingkan
pecahan sederhana dengan cara semi konkret. Dua bilangan dapat dibandingkan
dengan menggunakan tanda sebagai berikut.
6
1) Tanda >, misalnya a > b, artinya bilangan a lebih besar dari bilangan b.
2) Tanda <, misalnya a < b, artinya bilangan a lebih kecil dari bilangan b.
3) Tanda =, misalnya a = b, artinya kedua bilangan (a dan b), nilainya sama
besar.

Contoh 1

Daerah yang diarsir adalah 1 dari 2 bagian, maka daerah yang diarsir

menunjukkan pecahan 1. Lambang pecahan 1 dibaca satu per dua atau seperdua.
2 2

Daerah yang diarsir adalah 1 dari 4 bagian, maka daerah yang diarsir
1 1
menunjukkan pecahan . Lambang pecahan
dibaca satu per empat atau
4 4

seperempat. Hal tersebut membuktikan bahwa 1 lebih besar dari 1. Perbandingan


2 4

pecahan tersebut dapat ditulis 1 > 1 .


2 4

7
Contoh 2

1
Dari gambar di atas kita dapat melihat bahwa bagian yang diarsir lebih
4

kecil dari 3 bagian yang diarsir. Pecahan ini dapat ditulis sebagai berikut 1 < 3
4 4 4

Gambar di atas menunjukkan 2 bagian yang sama besar yaitu 1 bagian. Hal
2

1
tersebut menunjukkan bahwa
2 sama dengan 1. Perbandingan pecahan tersebut
2
1
dapat ditulis 1 =
2 2

a) Membandingkan pecahan dengan garis bilangan

Dari beberapa contoh garis bilangan di atas dapat kita lihat pecahan yang

letaknya segaris ke bawah menyatakan nilai bilangan-bilangan tersebut sama

besar. Bilangan yang letaknya di sebelah kanannya menyatakan lebih besar.


8
Bilangan pecahan yang letaknya di sebelah kirinya menyataka lebih kecil.

Misalnya:

1 terletak segaris dengan 2, 3, 4 dan 5


, maka 2= 3= 4 = 5
2 4 6 8 10 4 6 8 10

2 terletak di sebelah kanan 1, maka 2 > 1


3 2 3 2

2
terletak di sebelah kiri 3, maka 2 < 3
4 5 4 5

Berdasarkan penjelasan di atas, membandingkan dua pecahan dengan

menggunakan garis bilangan adalah sebagai berikut.

1) Jika pecahan A terletak di sebelah kiri pecahan B, maka pecahan A lebih kecil

dari pecahan B, ditulis A< B,

2) Jika pecahan A terletak di sebelah kanan pecahan B, maka pecahan A lebih

besar dari pecahan B, ditulis A> B,

3) Jika pecahan A sejajar dengan pecahan B, maka pecahan A sama

dengan pecahan B, ditulis A= B

Pembelajaran matematika di kelas III terdapat berbagai bab yaitu letak

bilangan pada garis bilangan, operasi hitung penjumlahan dan pengurangan,

operasi hitung perkalian dan pembagian, masalah yang melibatkan uang,

pengukuran waktu, panjang dan berat, hubungan antar satuan, pecahan sederhana,

unsur dan sifat bangun datar yang sederhana, jenis dan besar sudut, serta keliling

dan luas persegi dan persegi panjang. Materi pecahan sederhana pada

pembelajaran matematika di kelas III terdapat pada semester dua. Materi pecahan

sederhana tersebut dibagi terdiri dari 3 kompetensi dasar yaitu mengenal pecahan,

membandingkan pecahan sederhana dan memecahkan masalah yang melibatkan

pecahan sederhana.

9
D. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2010:22). Kemampuan tersebut dapat
berupa kemampuan membaca, menulis, menghitung, dan sebagainya sesuai dengan
apa yang telah dipelajari siswa. Sedangkan menurut Winkel (dalam Purwanto,
2010: 45), hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah
dalam sikap dan tingkah lakunya. Setelah mengalami proses belajar, manusia akan
mengalami perubahan sikap seperti menjadi disiplin, mandiri, bertanggung jawab,
jujur, dan sebagainya. Hasil belajar juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan
peserta dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor
yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Hasil
belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh
seseorang menguasai bahan yang diajarkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang
telah dicapai setelah melakukan suatu kegiatan belajar dalam jangka waktu tertentu
yang dinyatakan dalam bentuk angka,huruf, simbol maupun kalimat.

E. Karakteristik Siswa Kelas III SD


Perkembangan seseorang terjadi dari beberapa tahap. Menurut Izzaty (2008:4)
perkembangan seseorang dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu perkembangan
prenatal, perkembangan masa bayi, perkembangan masa kanakkanak awal,
perkembangan masa kanak-kanak akhir, masa remaja, masa dewasa awal dan
madya serta masa lanjut usia. Siswa kelas III SD termasuk pada masa kanak-kanak
akhir sebab rentang usia pada masa kanak-kanak akhir adalah 7-12 tahun. Menurut
Jean Piaget ( dalam Siswoyo, 2013:100) Perkembangan seseorang terjadi dari
beberapa tahap empat tahap yaitu (1) tahap sensori motor, (2) tahap praoperasional,
(3) tahap operasional konkret dan (4) tahap operasional formal. Siswa
kelas III SD termasuk dalam tahap operasional konkret karena pada tahap ini
rentang usia anak 7-12 tahun. Pada tahap operasional konkret peserta didik sudah
mulai memahami aspek aspek kumulatif materi. Selain itu peserta didik sudah
mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang
konkret.
Menurut Izzaty (2008: 116) ciri-ciri anak pada masa kelas rendah sebagai berikut.

10
1. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah,
2. Suka memuji diri sendiri,
3. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan itu dianggap
tidak penting,
4. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan
dirinya, dan
5. Suka meremehkan orang lain.
Dalam merencanakan proses pembelajaran harus disesuaikan dengan
karakteristik yang dimiliki siswa. Oleh karena itu guru membutuhkan strategi yang
tepat dalam penyusunan proses pembelajaran. Menurut March (dalam Izzaty,
2008:118) strategi guru dalam pembelajaran pada masa kanak-kanak akhir adalah
sebagai berikut.
1. Menggunakan bahan-bahan yang konkret,
2. Menggunakan alat visual,
3. Gunakan contoh-contoh yang sudah akrab dengan anak dari hal yang
bersifat sederhana ke yang bersifat kompleks,
4. Menjamin penyajian yang singkat dan terorganisasi dengan baik, dan beri
latihan nyata dalam menganalisis masalah atau kegiatan.
Kelas rendah di sekolah dasar termasuk dalam masa kanak-kanak akhir. Oleh
karena itu siswa masih membutuhkan alat bantu yang konkret dalam memahami
sebuah konsep baru terutama pada pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran
matematika pada materi pecahan sederhana siswa sangat membutuhkan alat bantu
dalam memahami materi tersebut. Media kartu pecahan merupakan salah satu
media pembelajaran yang tepat digunakan untuk membantu menjelaskan materi
pecahan sederhana dengan kompetensi dasar membandingkan pecahan karena
media kartu pecahan membantu siswa untuk dapat membandingkan pecahan dengan
cepat. Selain itu media kartu pecahan juga sesuai dengan karakteristik siswa kelas
III SD yaitu belajar sambil bermain.

F. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Secara umum media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar.
Gerlarch & Elly (dalam Arsyad 2014: 3) mengatakan bahwa media apabila
11
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun
kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau
sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan
media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual
atau verbal. Kustandi & Sutjipto (2013: 8) berpendapat bahwa media pembelajaran
adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk
memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna. Dari beberapa pendapat di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah seperangkat alat bantu
yang digunakan oleh guru untuk menunjang proses pembelajaran. Selain itu media
pembelajaran juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan atau
sikap siswa.
2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Sudjana & Rivai (dalam Arsyad 2014: 28) mengemukakan manfaat media
pembelajaran dalam proses belajar siswa, sebagai berikut.
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar,
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan pembelajaran,
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, sehingga siswa tidak bosan dan guru
tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam
pelajaran, dan
d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan pembelajaran sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.
Media kartu pecahan yang digunakan dalam penelitian ini juga memiliki beberapa
manfaat sebagai berikut.
a. Pembelajaran akan lebih menarik karena siswa akan diajak bermain dengan
menggunakan media kartu pecahan,

12
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya karena pada kartu pecahan
selain bertuliskan angka pecahan, kartu pecahan juga terdapat gambar yang
menjelaskan tentang angka pecahan yang terdapat pada kartu tersebut.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi karena guru tidak hanya
menggunakan media ceramah namun juga menggunakan metode permainan.
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan karena siswa tidak hanya
mengerjakan soal dan mendengarkan penjelasan guru tetapi siswa dilatih
untuk mengamati dan belajar sambil bermain.
3. Macam-Macam Media Pembelajaran
Menurut Djamarah (2005: 213) klasisifikasi media pembelajaran antara lain
sebagai berikut.
a. Dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam:
1) Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara
saja,
2) Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan penglihaatannya saja,
3) Media audio visual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar.
b. Dilihat dari daya liputnya, media dibagi ke dalam :
1) Media yang mempunyai daya liput yang luas dan serentak. Penggunaan
media tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta menjangkau jumlah siswa
dalam waktu yang sama.
2) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat
yaitu media yang dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat
yang khusus
3) Media untuk pengajaran individual seperti modul berprogram dan
pengajaran melalui komputer.
c. Dilihat dari bahan dan pembuatannya, media dibagi ke dalam:
1) Media yang sederhana yaitu media yang bahan dasarnya mudah diperoleh
dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaanya tidak
sulit.
2) Media yang kompleks yaitu media yang bahan dan alat pembuatannya sulit
diperoleh sertta harganya mahal.

13
Berdasarkan pendapat di atas, media kartu pecahan termasuk dalam jenis media
visual karena hanya mengandalkan indera penglihatan. Media kartu pecahan
termasuk dalam media yang daya liputnya luas karena penggunaan media tidak
terbatas oleh tempat dan ruang serta menjangkau jumlah siswa dalam waktu yang
sama. Media kartu pecahan juga termasuk dalam media yang sederhana karena
pembuatannya cukup mudah dan barangbarang yang digunakan untuk membuat
media kartu pecahan harganya cukup murah.
4. Pemilihan media pembelajaran
Dalam pemilihan media pembelajaran harus memperhatikan beberapa kriteria.
Kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian
dari sistem instruksional secara keseluruhan. Menurut Arsyad (2014: 74) kriteria
yang patut diperhatikan dalam memilih media sebagai berikut.
a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip
atau generalisasi,
c. Praktik, luwes dan bertahan,
d. Guru terampil menggunakannya,
e. Pengelompokkan sasaran, dan
f. Mutu teknis
Berdasarkan pendapat di atas, maka media kartu pecahan sudah memenuhi
syarat dalam pemilihan media pembelajaran yang baik. Hal tersebut dikarenakan
media kartu pecahan dibuat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media kartu
pecahan sesuai dengan isi materi pecahan sederhana kompetensi dasar
membandingkan pecahan sederhana. Media kartu pecahan juga dapat mendukung
proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

G. Media Kartu Pecahan


1. Pengertian Media Kartu Pecahan
Menurut Shamsudin (2002: 62) kartu pecahan digunakan sebagai alat peraga
yang memuat gambar pecahan suatu benda dengan pecahan yang sesuai. Salah satu
contoh alat peraga kartu bilangan adalah kartu permainan pecahan. Media kartu
pecahan adalah media pembelajaran yang digunakan untuk membantu guru dalam
menjelaskan konsep pecahan sederhana dengan kompetensi dasar membandingkan
pecahan sederhana. Media kartu pecahan yang digunakan berbentuk persegi
14
panjang yang dibuat dari kertas karton dan dilapisi oleh kertas hvs berwarna serta
dilaminating dengan tujuan supaya media kartu pecahan dapat terjaga kualitasnya.
Media kartu pecahan ini berukuran panjang 5 cm dan lebar 10 cm. Kartu pecahan
ini terbagi menjadi dua bagian atas dan bawah. Bagian atas terdapat angka pecahan
sedangkan bagian bawah terdapat gambar yang menjelaskan tentang angka pecahan
tersebut
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kusumah
dan Dwitagama (2012:9) mengungkapkan bahwa PTK merupakan penelitian yang
dilakukan oleh guru di kelasnya dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan
merefleksikan tindakan dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

B. Desain Penelitian
Penelitian tindakan ini merupakan model PTK dari Kemmis dan McTaggart.
Menurut Kemmis dan McTaggart (dalam Kusumah dan Dwitagama, (2012:20-21)
bahwa desain ini berupa untaian-untaian yang masing-masing terdiri dari empat
komponen, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat
komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, siklus
merupakan putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan
dan refleksi. Kemudian, tindakan dan pengamatan dilaksanakan dalam satu
kesatuan waktu yang tidak terpisahkan. Berikut ini adalah bentuk
desain pelaksanaan penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart
(dalam Kusumah dan Dwitagama, 2012:21).
Adapun penjelasan dari komponen penting dalam penelitian tindakan kelas adalah
sebagai berikut.
1. Perencanaan (planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh
siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Perencanaan adalah kegiatan
awal yang dilakukan setelah diketahui bagaimana situasi dan kondisi pembelajaran
di dalam kelas. Dalam tahap ini yang dilakukan adalah sebagai berikut.

15
a. Menyiapkan materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat
serangkaian kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media kartu
pecahan.
c. Menyiapkan media pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan
materi pelajaran Matematika.
d. Menyusun instrumen penelitian yang berupa lembar tes dan lembar
observasi.
e. Menyusun postes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang
dicapai setelah melaksanakan tindakan penelitian. Postes diberikan pada
setiap akhir siklus.
2. Tindakan dan Observasi (action)
Setelah melakukan perencanaan, tahap selanjutnya adalah tindakan dan
observasi. Kegiatan ini dilaksanakan secara bersamaan selama praktik
pembelajaran. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru mengajar siswa
atau melaksanakan tindakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Sedangkan
peneliti mengamati aktivitas guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
lembar observasi yang sebelumnya telah dibuat. Selain itu, peneliti melakukan
dokumentasi terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang dilakukan. Data yang
dikumpulkan melalui lembar obsevasi dan dokumentasi tersebut digunakan oleh
guru sebagai dasar dalam melakukan refleksi.
3. Refleksi (reflection)
Reflection adalah kegiatan mengulas secara kritis (reflective) tentang perubahan
yang terjadi pada siswa, suasana kelas dan guru. Pada tahap ini, peneliti bersama
guru menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa jauh
(to what extent) tindakan telah menghasilkan perubahan secara signifikan.
Tahapan ini merupakan tahapan untuk menganalisis data yang didapat dari
lembar observasi, kemudian dilakukan refleksi. Refleksi dilakukan dengan diskusi
antara peneliti dan guru. Diskusi ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
persoalan penting yang muncul saat pelaksanaan tindakan sedang berlangsung.
Selain itu, mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan dengan cara
melakukan penilaian terhadap proses yang terjadi dan segala hal yang berkaitan
dengan tindakan yang dilakukan pada saat pembelajaran. Apabila hasil yang
16
diharapkan belum tercapai maka tahap-tahap siklus diulang dengan perencanaan
yang telah direvisi.
C. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus dan dalam setiap siklusnya
terdiri dari empat komponen. Pada siklus pertama siswa diminta untuk mengerjakan
soal mengenai materi membandingan pecahan untuk mengetahui hasil dari
pelaksanaan tindakan. Apabila dalam siklus pertama hasil yang didapatkan tidak
sesuai dengan indikator keberhasilan, maka penelitian dilanjutkan pada siklus
berikutnya. Namun jika hasil yang didapatkan pada siklus pertama diperoleh hasil
yang sesuai dengan indikator keberhasilan, maka tidak perlu dilanjutkan pada siklus
berikutnya.
Secara detail, tahapan-tahapan yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Tahap Prasiklus
a. Permohonan izin
b. Observasi pelaksanaan pembelajaran dari perilaku siswa di luar kelas. Hal
ini diperlukan untuk memberikan gambaran awal bagi peneliti.
c. Wawancara dengan wali kelas III tentang kendala-kendala dalam
melaksanakan pembelajaran matematika materi pecahan.
d. Menentukan media pembelajaran yang akan digunakan.
e. Menyusun langkah dan jadwal kegiatan.
2. Tahap siklus
Sebelum dilaksanakan penelitian, maka telah disusun tahapan-tahapan kegiatan.
Tahapan-tahapan tersebut adalah:
a. Tahap perencanaan
1) Pembuatan desain pembelajaran,
2) Persiapan media pembelajaran kartu pecahan,
3) Menyusun soal, dan
4) Menyusun lembar observasi pelaksana tindakan.
b. Tahap pelaksanaan tindakan
Untuk mempermudah pelaksanaan tindakan penelitian, maka penelitian ini
diawali dengan menyusun skenario pembelajaran atau Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan materi pecahan. Adapun desain pembelajaran yang
17
dilaksanakan adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya
menjelaskan sedikit tentang konsep pecahan. Kemudian siswa bermain tentang
pecahan menggunakan media kartu pecahan.
Pembelajaran matematika tetap dilaksanakan sesuai dengan materi yang sudah
direncanakan oleh guru sesuai dengan program semester yang mengacu pada SKL.
Pembelajaran matematika dengan materi pecahan dilakukan sesuai dengan jadwal
yang sudah disepakati bersama antara guru dengan peneliti.
c. Tahap observasi
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung.
Hal-hal yang diamati adalah penyampaian materi yang dilakukan oleh guru dan
perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Pada dasarnya penelitian
tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah penerapan media kartu pecahan sudah
seperti yang seharusnya atau belum.
d. Tahap refleksi
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data penelitian dari mulai siklus pertama
tahap pertama sampai dengan tahap terakhir. Data diperoleh dari hasil diskusi
dengan guru kelas. Diskusi tersebut membahas tentang kekurangan dan kelebihan
proses pembelajaran yang sudah dilakukan dengan menggunakan media kartu
pecahan. Kemudian seluruh data yang sudah terkumpul dikonsultasikan dengan
dosen pembimbing STKIP PGRI Lumajang untuk mendapatkan masukan tentang
hal-hal yang sudah dilakukan oleh peneliti. Refleksi bertujuan untuk mengetahui
kekurangan-kekurangan maupun kelebihan-kelebihan yang terjadi selama
pembelajaran. Apabila telah diketahui letak keberhasilan dan hambatan pada siklus
pertama, dapat ditentukan rencana yang dilakukan pada siklus berikutnya.
D. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di SD Negeri Wonorejo 2
E. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Wonorejo 02
F. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah hasil belajar siswa setelah pembelajaran matematika
materi pecahan sudah dilakukan dengan menggunakan media kartu pecahan.
G. Teknik Pengumpulan Data

18
Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian tindakan kelas ini

adalah tes, observasi dan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara

sebagai berikut.

1. Tes

Menurut Kusumah & Dwitagama (2012: 78) tes merupakan alat pengukur

data yang berharga dalam penelitian. Tes ialah seperangkat rangsangan yang

diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban

yang dijadikan penetapan skor angka. Tes yang digunakan pada penelitian ini

berupa tes tertulis dan bersifat essay. Setelah pemberian tindakan berupa

penjelasan dari guru dan melakukan permainan kartu pecahan, siswa ditugaskan

untuk mengerjakan soal yang menitikberatkan pada materi yang diajarkan pada

setiap akhir siklus.

2. Observasi

Menurut Kusumah & Dwitagama (2012: 66) pengamatan atau observasi

adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti atau pengamat

melihat situasi penelitian. Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pengamatan secara langsung. Observasi digunakan untuk mengetahui

19
penerapan media kartu pecahan sudah dilaksanakan seperti seharusnya atau

belum. Hal-hal yang diamati yaitu aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa foto-foto

yang relevan. Foto-foto tersebut menjelaskan tentang kegiatan pembelajaran yang

dilakukan guru di kelas III SD Negeri Wonorejo 02 dengan menggunakan media

kartu pecahan. Selain foto-foto yang relevan, dokumentasi yang digunakan adalah

hasil tugas-tugas yang sudah dikerjakan dan dikumpulkan oleh siswa.

H. Instrumen Petelitian

Bentuk instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Soal Tertulis

Tes digunakan untuk mengetahui nilai hasil belajar siswa setelah

dilakukan pembelajaran matematika materi membandingkan pecahan dengan

menggunakan media kartu pecahan. Soal tes yang diujikan berupa soal essay yang

terdiri dari 18 soal. Kisi-kisi tes adalah seperti tabel di bawah ini.

Tabel 1. Kisi-kisi Soal Tes Tertulis

Kompetensi Jumlah Nomor


No Indikator
Dasar butir soal
1 Membandingkan Membandingkan 10 1a, 1b, 1c,
pecahan pecahan sama 1d, 1e, 2a,
sederhana penyebutnya 2b, 2c, 3a,
3b
Membandingkan 8 1f, 1g, 1h,
pecahan beda 1i, 1j, 2d,
penyebutnya 2e, 3c

20
2. Lembar Observasi

Instrumen observasi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai

terlaksananya kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa dalam pembelajaran

dengan menggunakan media kartu pecahan. Kisi-kisi lembar observasi untuk guru

dan siswa dapat dilihat pada lampiran

I. Teknik Analisis Data

Menurut Wina Sanjaya (2009: 106), menganalisis data adalah suatu proses

mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai

informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas

sesuai dengan tujuan penelitian.

Dalam penelitian tindakan kelas terdapat dua analisis data yakni analisis

data deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif (Suharsimi Arikunto, 2006:

131). Analisis data deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data yang

berupa angka seperti hasil tes belajar. Sedangkan analisis data deskriptif kualitatif

untuk menganalisis data yang berupa kalimat seperti hasil observasi aktivitas

siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.

1. Analisis Data Tes Tertulis

Hasil tes yang telah diperoleh dari siswa dianalisis secara deskriptif

kuantitatif untuk mengolah data dari hasil uji tes yang digunakan untuk

mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar matematika materi pecahan

pada siswa kelas III SD Negeri Wonorejo 02 dibuktikan dengan peningkatan hasil

evaluasi yang dilaksanakan sebanyak siklus yang dilakukan.

21
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung skor nilai hasil tes

adalah sebagai berikut.

∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


Nilai = ∑ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 x 100

Selanjutnya berdasarkan nilai yang diperoleh, dicari presentase siswa

yang telah mencapai KKM. Untuk menghitung presentase siswa yang telah

mencapai KKM dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 ≥75


Nilai = ∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 x 100

2. Analisis Data Observasi

Data yang diperoleh pada setiap kegiatan observasi dari setiap siklus,

dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk menganalisis data hasil observasi

kegiatan guru dan siswa. Data hasil observasi yang telah diperoleh dihitung

kemudian dipersentase, dengan demikian diketahui peningkatan yang dicapai

dalam pembelajaran.

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur persentase

adalah sebagai berikut:

Persentase skor = x 100%

Analisis data ini dilakukan pada saat tahapan refleksi, dan hasilnya sebagai

bahan refleksi untuk perencanaan lanjut dalam siklus berikutnya sekaligus juga

dijadikan bahan refleksi memperbaiki pembelajaran. Hasil pengamatan

didistribusikan dalam tabel kriteria nilai persentase. Kriteria nilai persentase yang

digunakan adalah kriteria sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2011: 250):

22
Tabel 2. Kriteria Keberhasilan Proses Pembelajaran Aktivitas Guru
dan Siswa dalam %
Tingkat Keberhasilan (%) Kategori

81% - 100% Sangat baik

61% - 80% Baik

41% - 60% Cukup

21% - 40% Kurang

0% - 20% Kurang sekali

J. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dari penelitian ini apabila:

1. Sejumlah 90% siswa memperoleh nilai di atas KKM yaitu 75.

2. Aktivitas guru dan siswa mencapai minimal 75%.

23
Daftar Pustaka
Arsyad, A.(2014). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Dahrim. (1991). Materi Pokok Pendidikan Matematika 2. Jakarta: Departeman
Pendidikan dan Kebudayaan
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Djamarah, S.B.(2005). Guru Dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta :PT
Rineka Cipta.
Heruman. (2016). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Izzaty, R.E., dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Kustandi, C. & Sutjipto, B.(2013).Media Pembelajaran.Bogor : Ghalia Indonesia
Kusumah, W. & Dwitagama, D.(2012).Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:
Indeks
Purwanto.(2010). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Shamsudin, Baharin. (2002). Kamus Matematika Bergambar untuk Sekolah Dasar.
Jakarta: Grasindo.
Sudjana, N.(2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Siswoyo, D., dkk.(2013). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.
Sulardi (2008). Pandai Berhitung Matematika. Jakarta: Erlangga.

24

Anda mungkin juga menyukai