PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk mempersiapkan atau memberi
bekal pada peserta didik agar kelak dikemudian hari mereka dapat hidup mandiri di
Pendidikan untuk setiap disiplin ilmu selain membantu siswa belajar berpikir, juga
matematika sangat layak untuk menerima tanggung jawab ini, sebab matematika mulai dari
tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah.
Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang berperan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Matematika dan cara berpikir matematika mendasari
bangunan pendidikan disiplin ilmu yang lain dan bahkan mengembangkannya. Matematika
dapat tumbuh dan berkembang secara "mandiri" tetapi juga tidak dapat dipungkiri bahwa
ia berkembang karena adanya beberapa tuntutan perkembangan ilmu dan pengetahuan lain.
Semua pihak menyadari bahwa pendidikan dewasa ini berorientasi pada siswa sekurang-
pendidikan mereka dapat menjalani kehidupannya dengan berhasil. Ini berarti bahwa bahan
ajar yang diberikan harus sudah dipilih yang memang dapat bermanfaat bagi siswa kelak.
Dengan kata lain diperlukan kemampuan antisipasi masa depan. Satu aspek penting dalam
rangka antisipasi, khususnya dalam hal matematika sekolah, adalah menentukan orientasi
masa depan matematika sekolah di Indonesia. Ada tiga aspek orientasi matematika sekolah,
yaitu (1) Orientasi kepada kompetensi yang diharapkan, (2) Orientasi tentang bahan
Kurikulum Merdeka telah diupayakan secara ramping ditinjau dari materi atau
bahan ajar karena itu perlu kita upayakan agar kompetensi (pengetahuan, sikap dan
keterampilan) yang dimiliki siswa di sekolah dapat diterapkan pada situasi nyata dalam
kehidupan sehari-hari maupun situasi lain. Untuk itu siswa perlu diberi kesempatan dan
kemudian berlatih dalam pemecahan masalah terutama yang berkaitan dengan pengalaman
belajar mereka.
komprehensif, berbasis kompetensi, dan disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks siswa,
sebagai bagian dari upaya pemulihan pembelajaran. Kurikulum merdeka yang sebelumnya
kualitas peserta didik serta menawarkan kerangka kurikulum yang fleksibel yang berfokus
mengembangkan kurikulum yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa dan masyarakat di
sekitarnya (Fianingrum, Novaliyosi, & Nindiasari, 2023). Dengan adanya kebebasan ini,
penerapan matematika dalam kehidupan nyata, sehingga siswa akan lebih memahami
siswa untuk mengembangkan model pembelajaran berpikir dan logis yang dibuat oleh guru
tumbuh secara maksimal, serta siswa mampu belajar lebih efektif dan efisien. Matematika
merupakan salah satu ilmu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Matematika
sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah berkontribusi terhadap
terwujudnya tujuan pendidikan nasional dan membangun bangsa Indonesia yang produktif,
yang tepat. Proses pembelajaran matematika mulai SD sampai dengan SMP harus dimulai
dari bahan-bahan yang konkret. Konsep matematika akan dibangun dan dikonstruksi dari
mendapat perhatian khusus dari guru. Perhatian ini bukan hanya dalam hal cara menyajikan
materinya, tetapi perlu dipelajari lebih dini tentang kesalahan yang umumnya dilakukan
siswa, faktor yang menyebabkannya dan terutama alternatif cara mengatasinya. Kesalahan
yang umumnya dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal cerita adalah siswa kurang
terampil dalam mendapatkan informasi dari soal cerita, menemukan hal yang ditanyakan,
kenyataan yang ada, peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian dalam pembelajaran
matematika yang peneliti pilih yaitu materi soal cerita tentang penjumlahan dan
pengurangan sampai dengan bilangan 500 di kelas III pada semester gasal 2023/2024.
cerita matematika pada siswa kelas III dapat menggunakan media kartu kerja karena kartu
kerja tersebut dapat menjadi panduan Langkah-langkah siswa dalam menyelesaikan soal
cerita, sehingga siswa memiliki pemahaman yang jelas tentang informasi dan operasi
hitung apa yang diperlukan untuk menyelesaikan soal cerita. Karena itu dalam penelitian
ini peneliti akan menggunakan media kartu kerja sebagai upaya meningkatkan
pada siswa kelas III SDN Barengkrajan 2, maka tepatlah kiranya apabila peneliti
2023/2024”
B. Rumusan Masalah
menyelesaikan soal cerita matematika pada siswa kelas III SDN Barengkrajan 2
2. Tujuan Khusus
meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas III SDN
kehidupan sehari-hari.
2. Bagi guru, sebagai tambahan wawasan tentang pentingnya penggunaan media dalam
yang tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
matematika.
pengadaan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, dan
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan peneliti uraikan kajian teoretik tentang soal cerita matematika dan
media kartu kerja beserta hal-hal yang terkait dengan masalah tersebut:
berhitung. Kemampuan ini merupakan modal yang sangat mendasar untuk proses belajar
khususnya di SD masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil penilaian prestasi
belajar matematika yang masih belum memuaskan. Berdasarkan hasil pengalaman dan
pengamatan permasalahan umum yang dijumpai ternyata siswa banyak yang mengalami
Pemecahan masalah (termasuk soal cerita) merupakan bagian yang sangat penting
pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan
Soal cerita merupakan uraian kalimat yang dituangkan dalam bentuk cerita atau
rangkaian kata-kata yang menguraikan suatu pertanyaan yang harus dipecahkan mengenai
masalah kehidupan sehari-hari maupun masalah lainnya (Sholihah, 2008). Soal cerita
matematika berdasarkan Raharjo dan Astuti (2001) dalam Rahmania & Rahmawati (2006)
merupakan soal yang berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari yang mana untuk
sebagai cara untuk melatih siswa menyelesaikan masalah. Dalam soal cerita siswa dituntut
untuk dapat memahami maksud dari permasalahan dan menemukan cara penyelesaiannya.
Soal pemecahan masalah atau soal cerita mempunyai tingkat kesulitan yang lebih tinggi
jika dibandingkan dengan soal-soal biasa yaitu soal-soal yang langsung dikemukakan
Dalam belajar matematika siswa harus banyak berlatih mengerjakan soal-soal latihan,
dapat memperlancar kemampuan operasi hitung sebagai kemampuan dasar dalam belajar
matematika. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Reber yang dikutip dalam Muhibbin
Syah (2008:127) bahwa salah satu asumsi penting yang mendasari Hukum Jost (Jost’s
Law) adalah siswa yang lebih sering mempraktikkan materi pelajaran akan lebih mudah
memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang ia tekuni.
Selanjutnya berdasarkan asumsi Hukum Jost’s maka belajar dengan kiat 5 x 3 adalah lebih
baik daripada 3 x 5 walaupun hasil perkalian kedua kiat tersebut sama. Untuk itulah peneliti
latihan soal-soal terutama soal cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga
Dari beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa soal cerita adalah soal
Hambali (1995:68) mengemukakan bahwa dalam menyelesaiakan soal cerita siswa harus:
b. Dapat menuliskan kalimat matematikanya dalam bentuk kalimat bilangan dengan salah
c. Mencari bilangan yang membuat kalimat itu menjadi benar (berapakah n?)
d. Menjawab pertanyaan dalam soal cerita itu menggunakan bilangan yang diperoleh.
Menurut Polya dalam Solichan (2004) memberikan empat langkah pokok cara
penyelesaian, (3) melaksanakan rencana penyelesaian itu, dan (4) memeriksa kembali
Sehubungan dengan hal itu Mardjono dalam Solichan (2004) merinci langkah-
a. Memahami soal/masalah
harus dibaca berulangkali sehingga dapat diketahui: informasi yang diberikan, apa
yang harus dicari, arti kata-kata atau istilah yang ada, soal sejenis yang pernah
dikerjakan.
b. Menentukan hubungan yang ada dengan soal yang pernah diselesaikan dan
pengertian-pengertian yang pernah dimiliki. Dalam hal ini kita harus mengingat
mencari sifat yang sama dalam situasi yang berbeda, dan sebagainya. Sedapat
sesuai, induktif atau deduktif, langsung atau tidak langsung. Kemudian menentukan
e. Menafsirkan hasil yang diperoleh. Hasil itu kemudian dicoba pada situasi lain
yang logis, menunjukkan informasi yang didapat dari penalaran yang digunakan.
Dari beberapa uraian pendapat para ahli terkait dengan soal cerita, peneliti dapat
menyampaikan beberapa usaha yang seharusnya dilakukan guru dalam membantu siswa
apa yang diketahui, informasi-informasi yang ada, apa yang ditanyakan. Dalam tahapan
ini diharapkan siswa membaca secara berulang-ulang permasalahan yang ada. Guru
b. Membuat iklim yang sehat untuk belajar, antara lain siswa diberikan waktu yang
cukup untuk berfikir, menganalisa, dan mungkin memecahkan masalah. Guru bersifat
terbuka dan dengan senang menerima pertanyaan siswa, serta bersifat sabar terhadap
sama.
yang sesuai.
berorientasi pada hasil saja tetapi juga pada cara penyelesaian soal cerita.
modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
kedudukan penting mata pelajaran dalam pendidikan yang diwajibkan. Hal ini didukung
oleh pendapat Abidin, dkk. (2017) bahwa matematika merupakan sumber dari seluruh
ilmu. Matematika juga berguna dalam kehidupan memajukan daya pikir manusia oleh
sebab itu bisa dikatakan jika matematika adalah sebuah ilmu universal (Permendikbud,
dengan pengolahan materi oleh guru secara aktif (Abidin, dkk., 2017). Sesuai dengan
pendapat Susanto (2015) bahwa guru merupakan pihak yang dapat memberi pengaruh
terhadap proses maupun hasil pembelajaran. Pengaruh ini bisa dilakukan melalui
hingga inovasi lainnya supaya keterampilan dan hasil peserta didik mampu tercapai secara
dikarenakan melalui media dapat dijadikan sebagai alat bantu ketika mengajar yang
dimanfaatkan oleh guru dalam penyampaian pesan dari sumber kepada penerima materi
belajar (Suryani, 2018). Sesuaidengan pendapat Aulisia (2019) pemanfaatan media yang
baik mampu memacu siswa dalam berpikir kritis. Sehingga media tersebut mampu
dimanfaatkan guru sebagai daya tarik terhadap keterampilan bukan sebatas penyampaian
informasi dari suatu materi pelajaran. Melihat kondisi tersebut, penggunaan produk inovasi
media yang akan dikembangkan oleh peneliti diharapkan dapat menjadi sebuah upaya
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui keterampilan berpikir kritis.
2003 pasal 37 tentang kurikulum Pendidikan dasar dan Menengah, wajib memuat mata
pelajaran antara lain matematika. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini
telah berkembang sangat pesat baik materi maupun kegunaannya. Dengan demikian, dalam
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Matematika yang diajarkan di sekolah dasar
merupakan matematika sekolah yang terdiri dari bagian-bagian matematika yang dipilih
bahwa matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika yang dipilih antara
Sejalan dengan pengertian dan ruang lingkup matematika di atas maka fungsi dan
a. Fungsi Matematika
simbol juga untuk mengembangkan ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dan
kehidupan sehari-hari.
matematika sekolah adalah sebagai salah satu unsur masukan instrumental yang
memiliki objek dasar abstrak yang berlandaskan kebenaran konsistensi dalam sistem
b. Tujuan Matematika
siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia
yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,
rasional, kritis, cermat, jujur, efisien dan efektif, dan (2) mempersiapkan siswa agar
dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-
mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat
pernyataan matematika.
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta
Keterampilan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, keterampilan berasal dari kata terampil yang
artinya cakap dalam menyelesaikan tugas; mampu dan cekatan. Keterampilan sendiri
melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan
sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi
gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif.
Konotasinyapun luas sehingga sampai pada mempengaruhi atau mendayagunakan orang
lain. Artinya orang yang mampu mendayagunakan orang lain secara tepat juga dianggap
proses untuk mencari (memperoleh) hasil tertentu. Contoh keterampilan matematika adalah
proses mencari jumlah dua bilangan, proses mencari kelipatan persekutuan terkecil dari
matematika.
B. Media Kartu Kerja.
Untuk menghindari salah penafsiran tentang media kartu kerja yang dimaksudkan
dalam penelitian ini, peneliti akan menguraikan konsep-konsep yang berkaitan dengan
1. Media.
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ”tengah”,
”perantara” atau ”pengantar”. Dalam bahasa arab media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely dalam Azhar
Arsyad (2002:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku
teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus pengertian media
dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis,
atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual
atau
verbal.
sebagai berikut:
Dari uraian tentang beberapa pengertian media, dapat peneliti simpulkan bahwa
media dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk proses
komunikasi, penanaman konsep (dari yang abstrak ke yang konkrit) agar siswa
memperoleh pengetahuan,
tradisional buku pelajaran, papan tulis, dan gambar dinding merupakan media
pengajaran visual yang seringkali digunakan. Namun dewasa ini, media pengajaran
telah mengalami perluasan yang pesat. Disamping buku pelajaran, digunakan stensilan,
fotokopi, buku kerja, ensiklopedi, kamus, majalah, dan surat kabar; disamping papan
tulis, digunakan papan flanel, papan spidol, papan magnetis, dan kertas flap yang besar;
disamping gambar dinding digunakan papan pameran (display), model, dan makette.
dengan barang-barang yang mahal dan baru, tetapi dapat memanfaatkan bahan-bahan
bekas yang ada di sekitar lingkungan siswa, yang terpenting adalah dengan media
pembelajaran yang ada siswa termotivasi untuk belajar dan efektivitas pencapaian
menyajikan pendapat Sudjana dan Rivai dalam Azhar Arsyad (1996: 24-25) yang
b. Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
lain.
Sejalan dengan manfaat media pembelajaran di atas, maka secara khusus media
pembelajaran menurut Wina Sanjaya (2006: 170-171) memiliki fungsi dan berperan
untuk:
Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat diabadikan dengan foto,
film, atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa itu dapat disimpan
Melalui media pembelajaran guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat
verbalisme. Misalkan untuk bahan pelajaran sistem peredaran darah pada manusia
dapat disajikan melalui film. Untuk memanipilasi keadaan, media peljaran dapat
menampilkan suatu proses yang cepat menjadi lambat, dan yang lambat menjadi
cepat, atau benda yang besar menjadi kecil, dan yang kecil menjadi lebih besar.
Wina Sanjaya (2006: 173) menyampaikan bahwa agar media pemelajaran benar-
benar dapat membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan,
diantaranya:
a. Media yang digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
c. Media yang digunakan harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi
siswa.
mengoperasikannya.
Kemp dan Dayton dalam Azhar Arsyad (1996: 37) mengelompokkan media
kedalam delapan jenis, yaitu (1) media cetakan, (2) media pajang, (3) overhead
transparacies, (4) rekaman audiotape, (5) seri slide dan filmstrips, (6) penyajian multi-
image, (7) rekaman video dan film hidup, dan (8) komputer.
Karena luasnya ragam media tersebut maka peneliti membatasi penjelasan ragam
media hanya pada media cetakan sesuai dengan fokus media yang akan diteliti.
Pemilihan fokus media ini didasarkan pada alasan kesesuaian dengan karakteristik
indikator dan langkah-langkah yang akan dilakukan siswa menyelesaikan soal cerita
pengajaran dan informasi. Disamping buku teks atau buku ajar, termasuk pula lembaran
Lembaran penuntun tersebut dapat berupa urutan langkah yang harus dikerjakan atau
Salah satu kelebihan media cetakan adalah siswa dapat belajar dan maju dengan
mampu memenuhi kebutuhan siswa, baik yang cepat maupun yang lamban membaca
dan memahami. Namun, pada akhirnya semua siswa diharapkan dapat menguasai
materi pelajaran itu. Disamping dapat mengulangi materi dalam media cetakan, siswa
dapat mengikuti urutan pikir secara logis yang diantaranya berisikan langkahlangkah
2. Kartu Kerja.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kartu adalah kertas tebal, berbentuk
persegi panjang untuk berbagai keperluan, hampir sama dengan karcis (Depdikbud:
392).
Kartu kerja adalah kartu yang berisikan soal cerita dan urutan langkah-langkah
penyelesaian soal. Kartu kerja pada penelitian ini memuat soal-soal cerita yang
dapat dilakukan sebagai bagian dari pembelajaran dengan kompetensi dasar melakukan
terampil dalam topik tersebut mereka dapat dihadapkan dengan soal cerita yang termuat
Agar penyusunan kartu kerja dapat menjadi media pembelajaran matematika yang
dijadikan pedoman bagi siswa untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah (soal
cerita), seperti yang dinyatakan oleh Sutawidaja (1992:50) yaitu (1) temukan (cari) apa
yang ditanyakan oleh soal cerita tadi, (2) cari informasi (keterangan) yang esensial, (3)
pilih operasi yang sesuai, (4) tulis kalimat matematika, (5) selesaikan kalimat
matematika, (6) nyatakan jawaban itu dalam suatu kalimat sehingga menjawab
Contoh soal cerita dan cara penyelesaiannya dengan menggunakan kartu kerja
Ida membeli jeruk sebanyak 500 buah. Jeruk tersebut diberikan kepada kakaknya
200 buah. Lalu Ayah membelikan Ida buah jeruk lagi sebanyak 50 buah. Berapa jumlah
3. Setelah diberikan pada kakaknya, jumlah jeruk yang dimiliki Ida menjadi
2. Jumlah buah jeruk yang diberikan Ida pada kakaknya adalah 200 buah.
= 300 buah.
= 350 buah.
5. Jadi, jumlah jeruk yang dimiliki Ida sekarang adalah 350 buah.
Dalam penelitian ini uraian dan langkah-langkah menyelesaikan soal cerita dapat
disusun dalam sebuah kartu kerja sebagai berikut:
Kartu Kerja
Bacalah soal di bawah ini !
Ida membeli jeruk sebanyak 500 buah. Jeruk tersebut diberikan kepada
kakaknya 200 buah. Lalu Ayah membelikan Ida buah jeruk lagi sebanyak
50 buah. Berapa jumlah buah jeruk yang dimiliki oleh Ida sekarang?
Selanjutnya jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut !
1. Berapa jumlah jeruk Ida?
2. Berapa jumlah jeruk Ida yang diberikan pada kakaknya?
3. Setelah diberikan pada kakaknya, jumlah jeruk Ida
menjadi berapa buah? Tuliskan perhitungannya!
4. Berapa jumlah Jeruk yang Ayah belikan untuk Ida?
5. Berapa jumlah jeruk Ida sekarang? Tuliskan
pengitungannya !
6. Jadi berapa jumlah jeruk Ida?
masalah yang berbentuk soal cerita, padahal kemampuan siswa dalam operasi hitung
bilangan yang berkaitan dengan soal cerita tersebut sudah dikuasai. Dari identifikasi
masalah salah satu penyebab kurangnya keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita adalah siswa kurang memiliki keterampilan menemukan informasi dalam soal cerita,
keterampilan menemukan hal yang ditanyakan dalam soal cerita, ketepatan menentukan
hitung dan menemukan hasil dan keterampilan menyimpulkan jawaban. Salah satu
penyebab kurangnya keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita adalah guru
selama ini jarang melatih siswa untuk menguasai cara-cara atau langkah-langkah untuk
memahami masalah dari informasi-informasi yang disajikan dalam soal cerita, menentukan
secara tepat hal yang ditanyakan dalam soal cerita, mengubah dari kalimat yang ada dalam
soal cerita ke dalam bentuk kalimat matematika, menentukan model penyelesaian, dan
Media kartu kerja yang berisi tuntunan langkah-langkah penyelesaian soal cerita,
siswa dalam menyelesaikan soal cerita, karena dengan media kartu kerja siswa dilatih dan
menentukan apa yang harus dicari, menemukan arti kata-kata atau istilah yang ada;
menemukan hubungan yang ada dengan soal yang pernah diselesaikan dan pengertian-
dan sebagainya dan menggunakan model yang telah ditentukan untuk memperoleh
penyelesaian.
Media kartu kerja ini belum pernah dilaksanakan pada pembelajaran di SDN
Barengkrajan 2 Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo, karena itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan menggunakan media kartu kerja tersebut dengan dilandasi
oleh teori-teori tentang media kartu kerja, dan prosedur penggunaan media kartu kerja.
D. Hipotesis Tindakan
Jika penggunaan media kartu kerja dilaksanakan dengan baik maka dapat