Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS METAKOGNISI SISWA DALAM MATA

PELAJARAN DESAIN MEDIA INTERAKTIF SISWA KELAS


XII MULTIMEDIA SMKN 1 BOJONEGORO

SKRIPSI

GALUH ADI PRABOWO

170631100078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN INFORMATIKA

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi

sumber daya manusia dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar.

Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No.20 tahun 2003). Setiap

warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan tentunya

turut mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan menjadi kemewahan yang

harus didapatkan oleh seluruh warga Indonesia.

Secara umum dalam pembelajaran dalam Sekolah Menengah Atas (SMA)

pembelajarannya mengandung pembelajaran normatif dan adaptif. Dalam

pembelajaran sekolah menengah kejuruan dan sekolah menengah atas ikut serta

dalam menumbuhkan sumber daya manusia dengan memfasilitasi siswanya dalam

kegiatan belajar mengajar. Namun, dalam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

sistem pendidikannya berbeda dengan Sekolah Menengah Awal (SMA).

Pendidikan dalam sekolah menengah kejuruan ada ditambah pelajaran produktif.

Pendidikan sekolah menengah awal cenderung untuk siap melanjutkan pendidikan

ke jenjang selanjutnya, sedangkan sekolah meneangah kejuruan tujuannya bukan

hanya mempersiapkan ke jenjang lebih tinggi, namun sekolah menengah kejuruan

juga mempersiapkan kompetensi kerja sesuai dengan Standar Kompetensi


Nasional (SKN). Pelajaran normatif guna membentuk peserta didik yang memiliki

kepribadian yang memiliki norma-norma kehidupan yang nantinya akan

digunakan dalam kehidupan bersosialnya. Pelajaran adaptif merupakan pelajaran

yang nantinya akan membentuk karakter peserta didik sebagai individu yang

memiliki pengetahuan yang luas dan siap menyesuaikan diri dengan perubahan

sosial.

Dalam mewujudkan cita-cita bangsa dalam mengembangkan sumber daya

manusia dan memfasilitasi kegiatan belajar, tentu saja diperlukan adanya pendidik

yang profesional terutama guru di sekolah-sekolah. Guru yang memiliki kesiapan

dalam pembelajaran dalam kondisi apapun akan meningkatkan kualitas guru.

Selain itu, kesiapan seorang guru dalam menghadapi pembelajaran berpengaruh

dalam keberhasilan program pendidikan di sekolah dan guru memiliki kesiapan

yang baik akan meningkatkan belajar anak( Arini & Kurniawati, 2020; Dewi &

Suryana, 2020; Mundia Sari & Setiawan, 2020; Sum & Taran, 2020). Berbagai

pendapat tersebut bahwa kesiapan guru dalam pembelajaran sangatlah penting

untuk mendapatkan hasil belajar siswa yang baik. Selain itu, juga diperlukan sikap

dari siswa untuk menyadari dan siap belajar supaya mencapai dari tujuan dari

belajar.

Proses menyadari kemampuan dan mengatur berpikir siswa dalam

memecahkan masalah dikenal dengan metakognisi. Metakognisi pada hakikatnya

memberikan penekanan pada kesadaran berpikir seseorang tentang proses

berpikirnya sendiri. Metakognisi sebagai proses seseorang berpikir dalam rangka


membangun strategi untuk memecahkan masalah. Beberapa ahli mendefinisikan

metakognisi sebagai “ berpikir mengenai berpikir ” sementara beberapa ahli lain

mendefinisikan sebagai mengetahui tentang mengetahui. Kemampuan refleksi diri

dari proses kognitif yang berlangsung merupakan keunikan bagi individu dan

memainkan peran penting dalam kesadaran manusia. Ini menunjukan bahwa

metakognisi mengikut sertakan pemikiran seseorang.

Metakognisi juga didefinisikan sebagai pengetahuan atau aktifitas yang

meregulasi kognisi ( Scheinder dan Lockl, 2007). Konsep ini keseluruhannya

mencangkup pengetahuan setiap individu mengenai keberadaan dasarnya sebagai

individu yang memiliki kemampuan mengenali, pengetahuan mengenai

pengetahuan dari tugas dan pengetahuan mengenai strategi – strategi yang

memungkinkan untuk menghadapi tugas.

Menurut Sinar dalam Aprida (2020) penilaian hasil belajar adalah proses

pemberian nilai terhadap hasil belajar siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar

dapat berupa perubahan tingkah laku setelah melaksanakan pembelajaran yang

dapat dilihat dari kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik

(keterampilan) siswa ke arah yang lebih baik dengan menggunakan acuan

penilaian (Saputra, dkk 2008). Dalam meningkatkan hasil belajar, siswa harus

mampu dalam memahami tujuan belajar. Siswa juga harus bisa mengatur kegiatan

belajarnya dan mampu mengatur kemampuan berpikirnya untuk meningkatkan

hasil belajarnya.
Perkembangan teknologi saat ini sangatlah pesat dan signifikan

pengaruhnya terhadap individu dan komunitas. Segala kehidupan dalam

aktivitasnya, cara kerja, metode belajar, gaya hidup hingga cara berpikir

memerlukan teknologi dalam pemanfaatnya. (Osman, 2010). Akibat dari pesatnya

teknologi inilah yang mendorong masyarakat berlomba dalam belajar tentang

ilmu teknologi. Semakin pesatnya teknologi juga mendorong sekolah menengah

kejuruan untuk membuat jurusan ilmu teknologi seperti : teknik komputer

jaringan, multimedia dan broadcasting, rekayasa perangkat lunak hingga ilmu

telekomunikasi.

Menurut Turban (2002), multimedia merupakan kombinasi dari minimal

dua media input atau output data, media ini dapat audio, animasi , teks, grafik dan

gambar. Multimedia berguna untuk menyampaikan informasi. Selain, multimedia

mempermudah informan menyampaian informasinya. Multimedia juga berguna

untuk menarik perhatian para pembaca informasi. Multimedia Interaktif

merupakan alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif

yang saling mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan gambar video

(Robin dan Linda, 2001). Multimedia interaktif memiliki bentuk yang sangat

sederhana tetapi dalam menjalankannya sangatlah kompleks karena, harus banyak

yang dipelajari dan dipahami. Multimedia interaktif terdapat adanya pengguna

yang nantinya dapat beinteraksi dan berkomunikasi dengan sistem secara baik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang guru produktif multimedia

di SMKN 1 Bojonegoro menyebutkan bahwa hasil belajar siswa masihlah rendah.

Hasil yang rendah merupakan salah satu hal yang perlu diperbaiki.

Dengan adanya latar belakang tersebut, maka peneliti membuat judul

penelitian “Analisis Metakognisi Siswa Dalam Mata Pelajaran Desain Media

Interaktif Siswa Kelas X Multimedia Smkn 1 Bojonegoro ”. Diharapkan bisa

meningkatkan metakognisi peserta didik dalam belajar desain media interaktif,

supaya hasil belajar siswa lebih tinggi dari sebelumnya.

B. Rumusan Masalah

A. Bagaimana kemampuan metakognisi siswa dalam mata pelajaran media

interaktif yang ditinjau dari hasil belajar siswa dengan kategori tinggi di

kelas XII multimedia SMKN 1 Bojonegoro?

B. Bagaimana kemampuan metakognisi siswa dalam mata pelajaran media

interaktif yang ditinjau dari hasil belajar siswa dengan kategori sedang di

kelas XII multimedia SMKN 1 Bojonegoro?

C. Bagaimana kemampuan metakognisi siswa dalam mata pelajaran media

interaktif yang ditinjau dari hasil belajar siswa dengan kategori rendah di

kelas XII multimedia SMKN 1 Bojonegoro?


C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian

pengembangan adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui kemampuan metakognisi siswa dalam mata

pelajaran media interaktif ditinjau dari hasil belajar siswa dengan

kategori tinggi di kelas XII multimedia SMKN 1 Bojonegoro.

b. Untuk mengetahui kemampuan metakognisi siswa dalam mata

pelajaran media interaktif ditinjau dari hasil belajar siswa dengan

kategori sedang di kelas XII multimedia SMKN 1 Bojonegoro.

c. Untuk mengetahui kemampuan metakognisi siswa dalam mata

pelajaran media interaktif ditinjau dari hasil belajar siswa dengan

kategori rendah di kelas XII multimedia SMKN 1 Bojonegoro.

D. Batasan Penelitian

Untuk membatasi permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini agar

tidak meluas ke permasalahan lain dan lebih rinci dalam penjelasannya, maka

penelitian ini dibatasi oleh :

a. Penelitian ini hanya berfokus dalam analisis kemampuan metakognisi

siswa yang ditinjau dari hasil belajar siswa dalam mata pelajaran media

interaktif.
b. Penelitian ini untuk pengambilan datanya menggunakan kemampuan awal

dalam mempelajari materi pengenalan media interaktif.

b. Sasaran penelitian adalah siswa kelas XII multimedia SMKN 1

Bojonegoro.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa

a) Untuk mengetahui hasil belajarnya dalam mata pelajaran media

interaktif.

b) Untuk meningkatkan metakognisinya dalam mata pelajaran media

interaktif.

2. Bagi guru

a) Untuk memberikan informasi tentang metakognisi siswanya terhadap

mata pelajaran media interaktif.

b) Untuk meningkatkan metakognisi siswa dalam mata pelajaran media

interaktif.

3. Bagi peneliti

a) Untuk digunakan sebagai bahan rujukan penelitian berikutnya

b) Untuk digunakan sebagai pertimbangan hasil penelitian lainnya


F. Definisi Istilah

A. Metakognisi

Menurut Kuhn (2000), metakognisi merupakan kesadaran dan

memanajemen suatu proses dan produk kognitif yang dimiliki seseorang, atau

cara sederhananya sering disebut “ berpikir tentang berpikir ” . Secara umumnya,

metakognisi merupakan suatu konstruk multidimensi. Metakognisi juga

didefinisikan sebagai pengetahuan atau segala aktivitas yang meregulasi dan

memenajemen kognisi (Scheinder dan Lockl , 2007). Setiap proses dalam

metakognisi menggambarkan cara – cara yang berbeda – beda sepanjang masa

dan akan dapat terasah ketika usia anak – anak.

B. Hasil belajar

Hasil belajar adalah segala sesuatu yang nantinya menjadi milik siswa

sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan (Aminoto, 2014).

Hasil merupakan pola, perbuatan, nilai – nilai, pengertian – pengertian , sikap –

sikap , apresiasi , dan interaksi dalam pembelajaran ( dimyati dan Mujiono, 2006).

C. Desain Media Interaktif

Multimedia interaktif adalah media yang menggabungkan teks, grafik,

video, animasi, dan suara. Guna menyampaikan suatu pesan dan informasi,

melalui media elektronik seperti komputer dan perangkat elektronik lainnya.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

a. Metakognisi

Berbagai pengertian tentang metakognisi yang banyak dikemukakan oleh

para ahli yang beragam. Menurut wikipedia (2012), metakognisi berasal dari

bahasa Inggris yaitu metacognition yang berasal dari dua kata yang dirangkai

yaitu meta dan cognition. Meta dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan after,

beyond, with, adjacent, yang berarti setelah. Sedangkan cognition berasal dari

bahasa Latin yaitu “cognosore” yang berarti mengetahui. Para ahli filsafat biasa

menggunakan istilah ini untuk memberikan pemahaman terhadap cara berfikir

manusia.

Pengertian metakognisi untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Flavell dari

Universitas Stamford sekitar tahun 1975. Flavell menjelaskan bahwa metakognisi

merupakan pengetahuan seseorang yang berhubungan dengan proses berpikirnya,

antara lain belajar tentang hubungan sifat - sifat dari informasi atau data.

Metakognisi juga menekankan hal lainnya, untuk pemantauan aktif dan

kosekuensi dalam regulasi dan menyatukan dalam proses kognisi khususnya

dalam mencapai tujuan kognisi.


Menurut Flavell (2002), ada dua komponen dalam metakognisi yang perlu

dipelajari guna menjadi pembelajar yang sukses. Adapun penjelasannya :

a) Pengetahuan Metakognisi (Metacognition Knowledge)

Pengetahuan metakognisi diartikan juga pengetahuan yang telah dimilki

seorang dan tersimpan dalam memori jangka panjang yang dapat diaktifkan

atau dipanggil kembali sebagai hasil dari suatu pencarian memori yang sadar

atau diaktifkan tanapa sengaja atau otomatis ketika ada suatu permasalahan.

Pengetahuan metakognisi merupakan gabungan dari proses kognitif yaitu

pengetahuan yang digunakan untuk mengontrol proses kognitif.

Terdapat tiga jenis pengetahuan dalam metakognisi, yaitu :

1. Pengetahuan Deklaratif

Pengetahuan deklaratif merupakan pengetahuan tentang fakta yang

dimiliki seseorang atau faktor yang mempengaruhi pemikirannya dan

perhatiannya dalam memecahkan masalah.

2. Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan prosedural adalah bagaimana kita melakukan sesuatu, dengan

langkah-langkah atau strategi-strategi dalam suatu proses pemecahan masalah

yang ada.

3. Pengetahuan Kondisional

Pengetahuan yang mengacunya ke arah pada kesadaran yang

mempengaruhi seseorang yang nantinya dapat digunakan untuk memecahkan

permasalahan.
b) Pengalaman Metakognisi (Metacognition experience)

Pengalaman metakognisi merupakan suatu regulasi atau pengaturan

kognisi dalam pengalaman belajar yang telah melibatkan serangkaian aktivitas

yang membantu mengontrol dalam kegiatan belajarnya. (Desmita,2009)

Dalam pengalaman metakognisi terdapat tiga proses, yaitu :

1. Proses Perencanaan

Merupakan suatu keputusan yang akan dipergunakan untuk menyelesaikan

masalah. Proses perencanaan juga digunakan untuk mrngatur hal apa saja yang

nantinya akan dilaksanakan untuk memecahkan masalah.

2. Proses Pemantauan

Merupakan kesadaran tentang bagaimana kita melakukan aktivitas

kognitif.

3. Proses Evaluasi

Proses yang dilaksanakan saat memuat pengambilan keputusan tentang

proses yang dihasilkan berdasar pemikiran dan pembelajaran.

Menurut Matlin dalam Nugrahaningsih (2012) menyatakan bahwa :

metacognition is our knowledge, awarness and control of our cognitive

processes, artinya metakognisi adalah pengetahuan, kesadaran dan kontrol

terhadap proses kognitif. Metakognisi merujuk pada cara untuk meningkatkan

kesadaran mengenai proses berpikir dan belajar yang dilakukan. Dalam

kesadaran ini akan terwujud apabila seseorang dapat mengawali berpikirnya


dengan merencanakan, memantau dan mengevaluasi hasil dan aktivitas

berpikirnya. (Wolfok dalam Sudia, 2015).

Menurut Swartz dan Perkins (Mahromah,2012), Kemampuan metakognisi

seseorang terdiri dari :

1. Tacit Use

Pemikiran yang pengambilan keputusannya tanpa berpikir tentang

keputusan tersebut. Biasanya, digunakan siswa dalam menerapkan strategi

meningkatkan keterampilan tanpa sadar dan khusus melalui coba-coba dan asal

menjawab.

2. Aware Use

Pemikiran yang berkaitan dengan kesadaran siswa mengenai apa dan

mengapa siswa melakukan pemikiran tersebut. Dalam penggunaannya satu

langkah penyelesaian dengan memberikan penjelasan dan alasan memilih

tersebut.

3. Strategic Use

Jenis pemikiran yang individu dalam proses berpikirnya secara sadar dan

menggunakan strategi khusus agar mendapatkan ketepatan.

4. Reflective Use

Jenis pemikiran yang dalam prosesnya berpikirnya sebelum dan sesudah.

Dalam prosesnya slalu mempertimbangkan kelanjutan dan perbaikan dalam

hasil pemikirannya.
Kemampuan metakognisi menjadikan siswa mampu mengelola kecakapan

kognitif dan mampu melihat kelemahannya sehingga dapat dilakukan

perbaikan dalam setiap tindakannya. Kemampuan metakognisi pada dasarnya

sudah dimiliki setiap individunya. Dalam keadaan tertentu seseorang akan

mereflesikan kemampuan dirinya dalam hal belajar dan memikirkan serta

melakukan strategi – strategi untuk menyelesaikan tugas atau menyelesaikan

tugas atau memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajarnya.

Tetapi, masih sedikit yang sadar akan adanya metakognisi. Tingkat

kemampuan metakognisi yang dimiliki individu yang satu dengan yang lainnya

berbeda tergantung fari aktivitas belajar yang dilakukannya (Novitasari, 2015).

Berdasarkan kajian teoritis tentang metakognisi yang dimiliki siswa yang

telah dijelaskan diatas, maka dapat dinyatakan bahwa metakognisi memiliki

peran penting dalam belajar, sehingga belajar dapat dilakukan berjalan lebih

efektif.

b. Hasil Belajar

Salah satu indikator dalam suksesnya pembelajaran dalam lingkungan

sekolah adalah dengan melihat hasil dalam belajar siswa. Hasil belajar merupakan

sebuah cerminan tingkat keberhasilan dari pencapaian tujuan belajar yang telah

dilaksanakan. Hasil belajar merupakan apa yang telah didapatkan dari

pembelajaran dan bisa dilihat dari bidang kognitif (pengetahuan), afektif (sikap),

dan psikomotor (keterampilan). Hasil belajar yang akan membawa kognitif,

afektif dan psikomotor ke lebih baik lagi dengan menggunakan kriteria tertentu

(Saputra dkk, 2009). Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki
siswa setelah melaksanakan pengalamanya dalam belajar. Hasil belajar dapat

diketahui dari kegiatan evaluasi yang tujuannya mendapatkan data pembuktian

yang nantinya akan menunjukkan tingkat kemampuam siswa dalam mencapai

tujuan pembelajaran (Hasibuan, 2015). Menurut Woordworth, hasil belajar

merupakan perubahan yang terjadi dikarenakan adanya proses belajar.

Woordworth juga menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan

aktual yang diukur secara langsung. Hasil dari pengukuran inilah yang nantinya

sebagai acuan untuk sejauh mana tujuan dari pendidikan dan pengajaran yang

telah dicapai.

Dari banyak penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada

garis besarnya adalah sebuah proses perubahan perilaku dalam pengalaman dan

pengetahuan. Ketercapaian dari belajar merupakan hasil dari perubahan tingkah

laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap bahkan meliputi

segenap aspek pribadi.

c. Desain Media Interaktif

Multimedia interaktif adalah media yang menggabungkan teks, grafik,

video, animasi, dan suara. Guna menyampaikan suatu pesan dan informasi,

melalui media elektronik seperti komputer dan perangkat elektronik lainnya.


Pengertian Multimedia Interaktif menurut beberapa ahli dijelaskan sebagai

berikut:

a. Menurut Robin dan Linda (seperti dikutip Benardo, 2011), Multimedia

interaktif adalah alat yang dapat menciptakan persentasi yang dinamis dan

interaktif, yang mengombinasikan teks, grafik, animasi, audio, dan gambar video.

b. Menurut Hofstetter (seperti dikutip Benardo, 2011), Multimedia interaktif

adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafi,

audio, gambar bergerak (video dan animasi) dengan menggabungkan link dan tool

yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berintraksi, berkreasi, dan

berkomunikasi.

Media Interaktif biasanya digunakan dalam dunia pendidikan sebagai

berikut :

a. Menarik minat proses pembelajaran

b. Manambah interaktif dalam pembelajaran

c. Jumlah waktu dapat dipersingkat dan memperjelas materi

d. Meningkatkan kualitas belajar siswa dalam proses pembelajaran

Banyak keunggulan yang dimiliki media interaktif yang dapat

dimanfaatkan untuk menarik perhatian pencari informasi. Adapun keunggulan

dalam penggunaan media interaktif, antara lain sebagai berikut :

a. Menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit dan sedang berlangsung cepat

ataupun lambat. Seperti mekanisme sebuah mesin.


b. Menyajikan benda berbahaya seperti letusan gunung berapi, racun dan

lain-lain.

c. Menyajikan benda yang terlalu jauh, seperti bulan, bintang, planet dan

lain-lain

d. Memperkecil benda yang besar dan tidak mungkin dihadirkan, seperti

gajah, jerapah, dan lain-lain

e. Memperbesar benda yang terlalu kecil dan tidak nampak seperti kuman,

bakteri, dan lain-lain.

f. Bisa digunakan untuk menarik minat anak dalam proses belajar mengajar.

Media interaktif merupakan salah satu mata pelajaran Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) dan dikategorikan dalam mata pelajaran produktif. Media

interaktif diajarkan di jurusan multimedia. Dalam jurusan multimedia memiliki

tujuan memberikan pemahaman, penguasaan, dan pengalaman serta keterampilan

kepada siswa yang diharapkan nantinya menguasai apa yang telah dipelajari

dalam kegiatan belajar di dalam sekolah. Mata pelajaran media interaktif juga

merupakan mata pelajaran wajib paket keahlian multimedia yang harus dicapai

dalam pembelajaran.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa media interaktif

merupakan mata pelajaran yang wajib dikuasai siswa multimedia, yang nantinya

dapat digunakan bersaing di dunia kerja.


B. Penelitian yang relevan

Penilitian yang relevan merupakan penelitian yang digunakan sebagai

bahan acuan dan perbandingan penelitian ini. Selain itu, untuk menghindari

kesamaan dalam hasil penelitian. Maka dalam kajian pustaka peneliti

mencantumkan hasil penelitian terdahulu.

a. Penelitian ini dirujuk dari penelitian terdahulu, salah satunya berjudul

Peningkatan Kemampuan Metakognisi dan Hasil belajar dengan

Pendekatan Keterampilan Proses Melalui Think Pair Share Siswa kelas X

- 3 SMAN Yosowilangun Lumajang Tahun 2014/2015 oleh Indri dkk .

Dalam penilitian ini menyatakan bahwa ada ikatan positif terhadap

kemampuan metakognisi dan hasil belajar siswa.

b. Penelitian ini juga mengacu dari penelitian sebelumnya yaitu :

Hubungan Antara Kemampuan Metakognisi, Motivasi dan Kesiapan

Mental dengan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri di

Kabupaten Gowa oleh Asnir Andriani dkk. Dalam peniltian ini

menyatakan bahwa metakognisi, motivasi dan kesiapan mental

mempunyai kaitan erat yang berpengaruh dalam hasil belajar siswa.

c. Penelitian ini dirujuk juga dari penelitian Linda Rismayanti dkk yang

berjudul Pengaruh Kemampuan Metakognisi terhadap Hasil Belajar

Matematika di SMP Negeri 2 Leuwimunding Kabupaten Majalengka.


Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa kemampuan metakognisi

siswa yang dimiliki berpengaruh terhadap hasil belajarnya.

C. Kerangka Berpikir

Hasil belajar siswa kelas XII


multimedia SMKN 1 Bojonegoro pada
Masalah mata pelajaran media interaktif masih
rendah

a. Menurut Matlin dalam


Nugrahaningsih (2012) metacognition is
Teori – teori our knowledge, awarness and control of
penelitian our cognitive processes artinya
metakognisi adalah pengetahuan,
kesadaran dan kontrol terhadap proses
kognitif.
b. Menurut Woordworth, hasil
belajar merupakan perubahan yang terjadi
dikarenakan adanya proses belajar.
c. . Menurut Hasibuan (2015), hasil
belajar dapat diketahui dari kegiatan
evaluasi yang tujuannya mendapatkan data
pembuktian yang nantinya akan
menunjukkan tingkat kemampuam siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran.

a. Memberikan soal tes kepada


Solusi
siswa untuk mencari data yang
dipergunakan untuk penelitian
b. Mencari data dengan
wawancara

Adanya peningkatan hasil belajar dan


Harapan
kemampuan metakognisi siswa
BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini adalah penelitian kualitatif dengan studi

atau kajian pada fokus tententu, sehingga peneliti berharap memperoleh data yang

relatif lengkap dan mendalam, juga bisa dilakukan interpretasi terhadap berbagai

fenomena yang ditemui di lapangan. Ditinjau dari permasalahan penelitian ini,

yaitu tentang rendahnya hasil dari belajar siswa pada mata pelajaran media

interaktif, maka jenis penelitian ini bersifat kualitatif dengan desain penelitiannya

deskriptif.

Menurut (Mahmud 2011: 100) Penelitian deskriptif merupakan penelitian

yang mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat terhadap suatu fakta

dan sifat objek tertentu. Konsep istilah deskriptif bukan sekadar pengumpulan

data, tabulasi dan penuturan data. Sebenarnya sebagai metode penelitian deskriptif

memiliki pengertian yang lebih luas dan ciri khas yakni memusatkan diri pada

masalah masa sekarang dan aktual dan data yang diperoleh disusun, dijelaskan

dan dianalisis dalam metode analitik.

Menurut Sugiyono (2007), metode kualitatif dapat diguanakan untuk

mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Metode

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, yang sering digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek


alamiah (sebagai lawan adalah eksperimen) penelitian (Sugiyono, 2016). Metode

penelitian ini sering digunakan untuk mencari data dengan tujuan tertentu. Dalam

penelitian ini untuk menganalisa kemampuan metakognisi siswa yang belajar

mata pelajaran media interaktif yang ditinjau dari hasil belajar siswa.

B. Subjek penelitian

a. Populasi dan Sampel

a) Populasi dan Subjek Penelitian

Menurut Sugiyono (2017), Populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulan. Sedangkan menurut Indiriantoro

dan Supomo (2014) populasi yaitu sekelompok orang, kejadian, atau

segala sesuatu yang memiliki karakterisktik tertentu.

Subjek penelitian atau responden adalah pihak – pihak yang

nantinya dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian

(Wikipedia, 2022). Subjek penelitian inilah yang nantinya sebagai

sasaran yang akan diteliti. Subjek penelitian ini yang akan menjadi

informan atau yang akan memberikan informasi dalam penelitian.

Berdasarkan pendapat diatas, populasi dan subjek penelitian pada

penelitian ini adalah semua siswa kelas XII Multimedia SMKN 1

Bojonegoro.

b) Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut, artinya sebagian anggota yang mewakili dari

populasi dan dijadikan subjek penelitian. (Sugiyono, 2017).

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak

semua siswa kelas XII multimedia SMKN 1 Bojonegoro yang

dijadikan informan atau responden untuk mencari data, melainkan

diambil sebagian.

b. Prosedur dan Teknik Pengambilan Sampel

Margono (2004) ialah cara untuk menentukan sampel yang

jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber

data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran

populasi agar diperoleh sampel yang representatif.

Dalam pengambilan sampel ini dengan cara membaginya

beberapa tingkatan. Bagian – bagian tersebut adalah hasil belajar

siswa rendah sebanyak 2 anak, hasil belajar siswa sedang sebanyak 2

anak dan hasil belajar siswa tinggi sebanyak 2 anak.

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa sampel pada

penelitian ini sebanyak 6 anak.

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali ini peneliti memilih

jenis penelitian kualitatif maka data yang diperoleh haruslah mendalam, jelas dan

spesifik. Selanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono (2009: 225) bahwa pengumpulan

data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan

gabungan/triangulasi.

a) Observasi

Observasi adalah pengumpulan data dengan mengamati, mencermati atau

meninjau lapangan yang akan dilakukan penelitian untuk mengetahui kondisi

guna membuktikan kebenaran dari desain penelitian (Tjetjep, 2011).

b) Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

percakapan antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan informasi. Dalam

penelitian ini menggunakan wawancara mendalam, yang tujuannya untuk

mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat,

sikap, dan pengalaman pribadi (Arikunto, 2006).

c) Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses kerja atau kegiatan yang memberikan bukti

kebenaran tentang penelitian. (liputan6.com, 2022). Proses dokumentasi

merupakan langkah penting dalam mengabadikan proses kerja. Selain sebagai


bukti dokumentasi juga digunakan sebagai bahan untuk mengevaluasi kegiatan

penelitian.

d) Triagulasi

Triagulasi atau penggabungan merupakan gabungan atau kombinasi

berbagai metode yang akan digunakan penelitian. (Denkin et al,). Sejarahnya,

triangulasi merupakan teknik yang dipakai untuk melakukan survei dari tanah

daratan dan laut untuk menentukan satu titik tertentu dengan menggunakan

beberapa cara yang berbeda. Ternyata teknik semacam ini terbukti mampu

mengurangi bias dan kekurangan yang diakibatkan oleh pengukuran dengan

satu metode atau cara saja. Pada masa 1950’an hingga 1960’an, metode

tringulasi tersebut mulai dipakai dalam penelitian kualitatif sebagai cara untuk

meningkatkan pengukuran validitas dan memperkuat kredibilitas temuan

penelitian dengan cara membandingkannya dengan berbagai pendekatan yang

berbeda. (uin-mlg.com, 2010).

Dalam penelitian ini pada pengumpulan data nya dengan menggunakan

gabungan berbagai metode pengumpulan data penilitian seperti : observasi,

wawancara, dokumentasi serta triangulasi atau gabungan.

D. Instrument Penelitian

Instrument penelitian merupakan alat untuk mengukur variabel yang akan

diteliti Sugiyono (2017). Instrumen dalam penelitian ini sebagai berikut :


a. Soal Tes Hasil Belajar

Soal yang digunakan adalah soal dari soal mata pelajaran

media interaktif kelas XII. Soal ini berisikan soal uraian yang

nantinya akan dianalisi. Soal ini terdiri dari 5 soal yang memiliki

tingkat kesulitan yang bervariasi. Tes ini merupakan tes tulis. Pada

saat tes siswa memberikan jawabannya secara tertulis. Tes tulis

inilah yang nantinya dapat dijadikan bahan ukuran / dinyatakan

seberapa besar kemampuan , prilaku dan kompetensi siswa.

b. Wawancara

Wawancara diguanakn sebagai teknik pengmpulan data

apabila peneliti akan melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan masalah yang akan diteliti, apabila peneliti ingin

mengetahui hal – hal dari responden lebih mendalam. (Sugiyono,

2018). Menurut Susan Stainback, menyatakan dengan wawancara

akan mengetahui hal –hal yang lebih mendalam tentang partisipan

dalam menginterosentasikan situasi dan fenomena yang terjadi.

Dalam penelitian ini juga menggunakan metode

pengumpulan data dengan cara wawancara.

E. Teknik Analisis Data

Tahapan analisis data dalam penelitian ini, yaitu :

a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan penyederhanaan, penggolongan, dan

membuang yang tidak perlu data sedemikian rupa sehingga data tersebut

dapat menghasilkan informasi yang bermakna dan memudahkan dalam

penarikan kesimpulan.

b. Display Data

Bentuk penyajian data kualitatif bisa berupa teks naratif (berbentuk

catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan ataupun bagan. Melalui

penyajian data tersebut, maka nantinya data akan terorganisasikan dan

tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.

c. Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dan verifikasi data merupakan tahap akhir

dalam teknik analisis data kualitatif yang dilakukan melihat hasil reduksi

data tetap mengacu pada tujuan analisis hendak dicapai.

F. Prosedur Penelitian

a. Tahap Persiapan
a) Mempersiapkan instrumen yang diperlukan penelitian.
1) Soal tes tulis uraian C3 untuk analisis kemampuan metakognisi

mata pelajaran media interaktif kelas XII.

2) Pedoman wawancara.

3) Mengujikan kevalidan soal dan pedoman wawancara ke validator.

b) Meminta ijin ke pihak sekolah untuk melaksanakan penelitian.

c) Konsultasi dengan guru - guru di sekolah terkait apa saja yang

dibutuhkan dalam penelitian.

b. Tahap Pelaksanaan

a) Meminta nilai semua siswa kelas XII multimedia mata pelajaran media

interaktif di sekolah

b) Mengelompokan hasil belajar siswa dengan 3 bagian, hasil belajar

tinggi, hasil belajar sedang dan hasil belajar rendah dengan

menggunakan standar deviasi.

c) Memilih subjek 2 siswa dengan hasil belajar tinggi, 2 siswa dengan

hasil belajar sedang, dan 2 siswa dengan hasil belajar tinggi.

d) Memberikan soal tes kepada subjek

e) Melakukan wawancara terkait jawaban yang telah diberikan siswa

f) Membuat kesimpulan

c. Tahap Analisis Data


Menganalisis data yang telah diperoleh dari instrumen yang telah

berikan ke siswa untuk mengambil kesimpulan yang nantinya akan

dijadikan hasil dari penelitian

G. Pengujian Pengabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian menggunakan triangulasi. Wiliam

Wiersma, mengatakan triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai waktu. Dengan demikian

terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu

(Sugiyono, 2007:273).

a. Triangulasi Sumber Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data

yang diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu

kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan

tiga sumber data (Sugiyono, 2007:274).

b. Triangulasi Teknik Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Misalnya untuk mengecek data bisa melalui wawancara, observasi,

dokumentasi. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut

menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti 73 melakukan diskusi

lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan untuk memastikan data

mana yang dianggap benar (Sugiyono, 2007:274).


c. Triangulasi Waktu Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di

pagi hari pada saat narasumber masih segar, akan memberikan data lebih

valid sehingga lebih kredibel. Selanjutnya dapat dilakukan dengan

pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu

atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda,

maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan

kepastian datanya (Sugiyono, 2007:27).

Anda mungkin juga menyukai