Anda di halaman 1dari 27

A.

Pendahuluan

Pendidikan merupakan instrumen kekuatan sosial untuk dapat


mengembangkan suatu sistem pembinaan anggota masyarakat yang relevan
dengan tuntutan perubahan zaman. Abad globalisasi telah menyajikan nilai-
nilai baru, pengertian-pengertian baru serta perubahan-perubahan diseluruh
ruang lingkup kehidupan manusia. Sehingga dunia pendidikan perlu untuk
membekali diri dengan perangkat pembelajaran yang dapat memproduksi
manusia sesuai dengan tuntutan global dan dapat mempertahankan dan
melestarikan nilai-nilai moral yang sesuai dengan agama dan budaya bangsa.

Salah satu isu pendidikan yang berkembang pada saat ini, berkenaan
dengan rendahnya moral1 peserta didik terhadap kemajuan di bidang
teknologi informasi dan komunikasi. Masih banyaknya peserta didik yang
belum memahami manfaat, tata cara dan sikap pada penggunaan perangkat
teknologi informasi dan komunikasi (misalnya: komputer, smartphone dan
sejenisnya) baik terhadap software maupun hardware secara benar. Sehingga
dengan perangkat tersebut dipergunakan hanya untuk hiburan atau permainan
tak bermutu, sarana obrolan tak bermakna, memberikan informasi yang tidak
benar, menggunakan, menanggapi informasi dan menyebarkan informasi
yang tidak sesuai dengan norma agama dan budaya bangsa Indonesia.
Pengguna perangkat teknologi informasi dan komunikasi umumnya meluas di
seluruh strata sosial dan segala usia tanpa melalui pembelajaran menjadikan
penerapan yang negatif dan akhirnya berkembang menjadi gaya sosialita di
masyarakat tidak memahami dampak buruknya terhadap kehidupan.

Pendidikan dasar dan menengah di Indonesia telah menerapkan


kurikulum 2013 dan dilaksanakan sejak pertengahan tahun 2013. Pendidikan
dengan kurikulum 2013 sebenarnya memiliki ruh pendidikan yang baik,
karena kompetensi lulusan yang dimiliki peserta didik diawali dengan
pembentukan kompetensi sikap (afektif) kemudian dilanjutkan pengetahuan
1
Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. lihat
https://id.wikipedia.org/wiki/Moral

1
(kognitif) dan terakhir memiliki kompetensi keterampilan (psikomotorik) 2.
Namun demikian terdapat tanggapan negatif bagi kalangan pendidik dan
peserta didik. Salah satu masalah dihapusnya pelajaran teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) dalam kurikulum 2013. Kemudian pelajaran teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) diintegrasikan ke dalam mata pelajaran
lainnya, sehingga pendidik diwajibkan untuk menguasai TIK dalam
pembelajaran. Padahal masih banyak peserta didik yang tidak memiliki
kompetensi sikap, pengetahuan maupun keterampilan dalam bidang
penggunaan perangkat teknologi informasi dan komunikasi. Kemampuan
peserta didik pada pelajaran TIK menjadikan dasar pada pembelajaran lain
dengan pembelajaran berbasis e-learning misalnya, sarana internet untuk
mendapatkan informasi yang seluas-luasnya tentang materi pelajaran.
Penyelenggaraan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) sebagai
perbaikan penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) dengan segala kelebihan
dan kekurangannya telah diterapkan yang tentunya menuntut kemampuan
peserta didik dalam menggunakan perangkat komputer.

Hilangnya pelajaran TIK menjadikan permasalahan bagi pendidik TIK


yang termasuk sebagai guru sertifikasi karena harus kehilangan mata
pelajaran wajib yang harus diajarkan. Sehingga mereka harus beralih fungsi
untuk mengajar ke pelajaran lain dan mendapat tugas tambahan sebagai guru
pembina, misalnya menjadi guru pembina Bimbingan Konseling (BP) atau
pembina ekstrakurikuler lainnya untuk dapat memenuhi kewajiban mengajar
sesuai tuntutan regulasi sertifikasi guru.

Pengendalian atau kontrol sosial terhadap hoaks pada jaringan internet


telah dicermati pula dalam seminar yang diselenggarakan oleh Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI). Pendidikan literasi antihoaks perlu dimasukkan

2
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan profil kualifikasi kemampuan
lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi lulusan. Lihat penjelasan pasal 35 UUSN nomor 20
tahun 2003 disebutkan bahwa standar kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan
mancakup sikap, pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau dicapainya
dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah…

2
dalam kurikulum pendidikan nasional.3 Menurut organisasi PWI Salah satu
langkah tepat dalam menyikapi pergeseran nilai-nilai etika dan budaya dalam
dunia pendidikan dapat diterapkannya pendidikan literasi antihoaks.
Pendidikan ini salah satu langkah penting untuk membentengi masyarakat
sejak dini dari membludaknya berita bohong di media sosial. Pendidikan
literasi antihoaks ini untuk memberikan arahan dan pembimbingan kepada
peserta didik dalam berpendapat atau mengomentari terhadap berita-berita
yang ditampilkan dalam media sosial. Hilangnya bidang studi TIK dalam
kurikulum 2013 merupakan langkah yang bertentangan dengan tanggapan
masyarakat dari hasil seminar yang dilaksanakan PWI.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian, penulis


merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat
memperbaiki moral peserta didik?
2. Bagaimana pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang
dibutuhkan pada pembelajaran berbasis e-learning dihapuskan dari
kurikulum 2013?

C. Tujuan Penelitian

Dengan memperhatikan rumusan masalah yang diuraikan diatas maka


tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menggambarkan pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi
dalam upaya memperbaiki moral peserta didik ?
2. Untuk menjelaskan pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi
dibutuhkan dalam pembelajaran berbasis e-learning?

3
Hoaks atau kabar bohong merupakan peristilahan dalam media informasi dan komunikasi yang saat
sekarang sedang booming dibicarakan oleh para ahli IT (teknologi informasi), Selanjutnya menurut
Agus Sudibyo, Direktur Indonesia News Media Watch, Pemerintah perlu memasukkan literasi media
baru (media sosial) ke kurikulum pendidikan nasional. Hoaks sudah menjadi masalah besar yang harus
diselesaikan secara sistematis. Lihat harian Umum Kompas berjudul, Literasi Antihoaks Perlu Masuk
Kurikulum, (Jakarta: PT.Gramedia, 2 Mei 2017), hal. 12

3
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diambil dalam penelitian ini dapat memberikan
konstribusi:
1. Secara teoritis memberikan pengetahuan bahwa pembelajaran teknologi
informasi dan komunikasi dibutuhkan pada pembelajaran berbasis e-
learning dalam upaya memperbaiki moral peserta didik terhadap kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi.
2. Secara praktis:
a. Memberikan masukan bagi pengawas pendidikan, pendidik, dan
penyelenggara pendidikan tentang upaya memperbaiki moral peserta
didik dalam menghadapi kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi.
b. Memberikan motivasi bagi pendidik bidang studi teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) untuk tetap mempertahankan peran dan
eksistensinya dalam pengajarannya.

E. Kajian Pustaka
Dalam penulisan makalah ini, penulis mengkaji beberapa pustaka dari
hasil penelitian terdahulu sebagai berikut:

1. Faisal Nur Iman, 2015 “PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI


DAN KOMUNIKASI PADA PEMBELAJARAN OLEH GURU-GURU
SMP NEGERI 1 UNGARAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI
KURIKULUM 2013”4

Penelitian ini fokus mengkaji tentang pemanfaatan TIK oleh setiap guru
mata pelajaran sebagai implementasi kurikulum 2013 yang mewajibkan
guru memanfaatkan TIK dalam pembelajaran.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survei bersifat


deskriptif, bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena.

4
http://lib.unnes.ac.id/20710/1/1102411084-s.pdf

4
2. Agus Yulianto, 2010, “PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (Studi Situs di SMA
PGRI 1 Karangmalang Sragen)”5

Penelitian ini fokus mengkaji tentang: pengelolaan pembelajaran teknologi


informasi dan komunikasi di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen. Dengan
sub fokus penjelasan 1) pengelolaan materi pembelajaran teknologi
informasi dan komunikasi di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen, 2)
interaksi pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi di SMA PGRI
1 Karangmalang Sragen; 3) evaluasi pembelajaran teknologi informasi dan
komunikasi di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik


pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan
dokumentasi.

3. Johan Widagdo, 2015, “PERSEPSI MAHASISWA DALAM


IMPLEMENTASI e-LEARNING MENGGUNAKAN WEB DI
JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG”6

Penelitian ini fokus mengkaji tentang implementasi perkuliahan e-learning


di jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang
kurang dipahami dan dimengerti oleh para mahasiswa.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik


pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Teknik pemilihan informan menggunakan purposive
sampling yang ditunjukkan pada beberapa mahasiswa dan dosen
pengampu Mata Kuliah Pembelajaran Berbasis Web. Teknik keabsahan
data menggunakan teknik trianggulasi sumber dan metode dengan analisis
data mulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, verifikasi.

5
http://eprints.ums.ac.id/8662/1/Q100070460.pdf
6
http://lib.unnes.ac.id/20683/1/1102411060-s.pdf

5
Perbedaan dengan hasil penelitian diatas dengan penulis; Dalam
penelitian ini fokus mengkaji: pentingnya pembelajaran TIK dalam
pembelajaran berbasis e-learning dan upaya peningkatan moral peserta didik
terhadap kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Penelitian
ini dengan menggunakan metode qualitatif dengan pendekatan
etnometodologi sehingga penelitian ini belum pernah dilakukan pada
penelitian sebelumnya.

F. Landasan teori
Untuk menjelaskan tujuan penelitian pembelajaran teknologi
informasi dibutuhkan pada pembelajaran berbasis e-learning dan upaya
memperbaiki moral peserta didik terhadap kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi. Penulis gunakan landasan teori dari pemikiran aliran filsafat
progressivisme seperti: John Dewey, John Lock dan Jean Jacques Rousseau: 7
dan pemikiran teori belajar konstruktivisme seperti: Jean Piaget, Bruner,
David Ausuble, John Dewey dan Vygostky.8

G. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
qualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor: metode qualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 9 Selanjutnya menurut
Moleong metode qualitatif memiliki ciri-ciri diantaranya adalah dengan
menggunakan analisis data secara induktif. Proses induktif yang digunakan
dengan alasan yaitu: 1) Proses induktif dapat menemukan kenyataan-
kenyataan jamak yang terdapat dalam data; 2) Analisis induktif lebih dapat

7
Pendidikan sebagai wahana yang paling efektif dalam melaksanakan proses pendidikan tentulah
berorientasi pada sifat dan hakikat anak didik sebagai manusia yang berkembang. Usaha-usaha yang
dilakukan adalah sebagaimana menciptakan kondisi edukatif, memberikan motivasi-motivasi dan
stimulli-stimulli sehingga akal dan kecerdasan peserta didik dapat berfungsi dan berkembang; menurut:
Jalaludin, Abdullah Idi, Filsafat pendidikan (manusia, filsafat dan Pendidikan), (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, edisi 1-2, 2011) hal. 86-87
8
Muhammad Fathurrohman, Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013 (Strategi Alternatif
Pembelajaran di Era Global), (Yogyakarta: Kalimedia, cetakan ke-1, 2015), hal.49
9
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017, edisi
revisi), hal. 4, 10 dan 24

6
membuat peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntable;
3) Lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat
keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu latar
lainnya; 4) analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang
mempertajam hubungan-hubungan; dan 5) dapat memperhitungkan nilai-nilai
secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik.

Jenis pendekatan qualitatif yang penulis gunakan dalam penelitian ini


adalah pendekatan qualitatif etnometodologi. Etnometodologi adalah studi
tentang bagaimana individu menciptakan dan memahami kehidupan sehari-
hari dan metodenya untuk mencapai kehidupan sehari-hari.10

Untuk memperoleh data-data dalam penelitian ini, penulis


menggunakan metode:
1. Wawancara
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama, kemudian sumber data
utama ini dicatat melalui catatan tertulis melalui perekaman dan
pengambilan foto.11 Sumber data diperoleh melalui wawancara dengan
informan dan juga diperoleh penulis melalui buku dari perpustakaan dan
buku yang penulis miliki sendiri.

Wawancara ini penulis gunakan untuk menggali data tentang: 1)


Apakah pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat
memperbaiki moral peserta didik?; dan 2) Bagaimana pembelajaran
teknologi informasi dan komunikasi dibutuhkan pada pembelajaran
dengan basis e-learning?

10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif …., hal. 24
11
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif …., hal. 157
Menurut Lofland dan Lofland seperti yang dijelaskan oleh Lexy J. Moleong: sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan

7
2. Pengamatan
Untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan pendidik dan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
3. Dokumentasi
Untuk memperjelas pengamatan dan keabsahan dari penelitian
digunakan dokumentasi berupa foto yang dilampirkan dalam hasil
penelitian.

4. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian adalah Madrasah Aliyah Negeri 3 kabupaten


Cirebon, yang berlokasi di jalan LPI Buntet Pesantren desa Mertapada Wetan
kecamatan Astanajapura kabupaten Cirebon.

5. Subjek penelitian
a. Wakil kepala bidang kurikulum
b. Peserta didik
c. Guru mata pelajaran yang pernah mengajar TIK

H. Temuan penelitian
1. Pengamatan di lokasi penelitian
Dari hasil pengamatan peneliti banyak siswa yang menggunakan
smartphone pada saat jam pelajaran berlangsung. Umumya mereka
menggunakan smartphone digunakan untuk sarana chatting melalui
whatsaap, facebook dan instragram. Bahkan beberapa peserta didik banyak
yang tertangkap saat jam pelajaran membuka smartphone dan tidak sedikit
pada saat ulangan berlangsung diketahui menggunakan smartphone untuk
bertukar jawaban dengan teman lainnya.
2. Wawancara dengan beberapa guru di lokasi penelitian
a. Wawancara dengan peserta didik
Darimanakah Anda mengenal software whatsaap, facebook dan
instragram? Dijawab para siswa bisa dari pergaulan antar teman.
Menurut mereka jarang sekali smartphon digunakan untuk menggali

8
pengetahuan tentang materi yang diajarkan atau pekerjaan rumah (PR)
tugas dari guru. Mereka lebih menyukai buku Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang telah disediakan oleh guru.
Apakah peserta didik menginginkan pembelajaran TIK? Banyak
diantara peserta didik mempertanyakan, mengapa TIK dihapuskan?
Mereka menyadari bahwa dirinya belum terampil mengoperasikan
komputer terutama pada pengoperasian Microsoft office. Bahkan
mereka tidak percaya diri kalau UNBK yang akan berlangsung dapat
sukses, mereka beralasan tidak bisa mengoperasikan komputer.
b. Wawancara dengan Wakil kepala bidang kurikulum
Banyaknya siswa yang membawa handphone berdampak kurang
baik terhadap pembelajaran. Handphone tersebut dipergunakan hanya
untuk sarana mengobrol atau disebut dengan istilah chatting. Madrasah
kami melarang bahkan jika ketahuan membawa dan menggunakan
handphone saat jam pelajaran berlangsung, handphone akan dirampas
dan akan dikembalikan langsung kepada orangtuanya dan mendapat
teguran.
Penggunaan handphone bagi peserta didik sebenarnya secara
moral kurang etis, dan tidak menghormati guru yang sedang
memberikan pelajaran. Bahkan penggunaan handphone dapat
mengganggu konsentrasi belajar siswa. Apakah pelajaran TIK dapat
memperbaiki moral peserta didik? Moral peserta didik telah dibawa dari
lingkungan pergaulan dalam keluarga dan masyarakat. Jika sekolah
memperbaiki moral peserta didik itupun prosentasenya sangat kecil,
karena sekolah ini adalah sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA)
sehingga moral sudah tertanam sejak kecil, begitupun pengaruh media
televisi dan lainnya. Jika dengan pembelajaran TIK berusaha untuk
memperbaiki moral hanya sebatas mengingatkan pentingnya
mengetahui tentang kebaikan dan keburukan penggunaan Teknologi.
Bagaimana pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi
dibutuhkan pada pembelajaran dengan basis e-learning? Bapak Wakil

9
Kepala Bidang Kurikulum menjelaskan: bahwa sangat disayangkan
pembelajaran TIK dihapuskan dalam kurikulum 2013. Padahal
peraturan kementerian Agama melalui direktur jenderal pendidikan
Islam UNBK harus dilaksanakan 100 % untuk siswa tingkat Madrasah
Aliyah. Dan dianggap siswa Madrasah Aliyah sudah dapat
mengoperasikan komputer dengan baik, padahal kondisi di lapangan
sangat sedikit siswa mampu menggunakan komputer. Karena
menurutnya siswa yang ada di madrasah ini umumnya berasal dari desa
atau perkampungan yang umumnya tidak memiliki sarana komputer di
rumahnya bahkan untuk kursuspun harus pergi ke kota yang jauh dari
daerahnya. Jika dikaitkan dengan pembelajaran e-learning, seharusnya
guru sebagai pendidik, harus mampu lebih dahulu menggunakan
komputer tapi kenyataannya masih sedikit yang mampu
mengoperasikannya. Dengan adanya pembelajaran TIK tentunya akan
memberikan dukungan kepada siswa dan guru untuk dapat
mengoperasikan komputer dengan benar.
c. Wawancara dengan guru mata pelajaran yang pernah mengajar TIK
Pelajaran TIK dalam kurikulum 2013 adalah tidak hilang
melainkan terintegrasi dalam pelajaran lainnya. Sehingga guru dalam
kurikulum 2013 sudah layak dan mampu mengoperasikan komputer
begitupun dengan siswanya. Pelajaran TIK memang didalamnya
terdapat materi pelajaran mengenai norma, tentang (Kesehatan,
Keamanan dan Keselamatan) K3 dalam menggunakan komputer
bahkan terdapat aturan secara hukum penggunaan perangkat komputer.
Peserta didik dianggap semua telah mampu menggunakan komputer
karena komputer sekarang sudah bukan merupakan barang mewah.
Koneksi internetpun dapat dengan mudah menggunakan handphone
yang saat sekarang ini sudah banyak yang baik di kalangan orang tua
maupun anak-anak.
Permasalahan yang lebih rumit adalah saat TIK diintegrasikan
dengan pelajaran lain, bagaimana nasib guru yang mengajar TIK?

10
Karena dengan dalih telah mendapatkan sertifikasi guru akhirnya, kami
sebagai guru TIK harus mengajar kewirausahaan yang tidak sesuai
dengan latar belakang pendidikannya. Aturan yang dulu tidak
diperbolehkan pada akhirnya untuk guru TIK dialihfungsi ke guru
kewirausahaan dan ditambah dengan pembinaan kegiatan
ekstrakurikuler.
d. Wawancara dengan guru bidang studi lainnya
Pernah siswa diberi tugas untuk pembelajaran e-learning, yang
maksudnya siswa memperoleh konsep yang akan diajarkan mengenai
praktek kimia. Siswa ditugaskan mencari materi ke youtube dengan
diberi waktu selama seminggu, kemudian materi disimpan dalam
flashdisk. Setelah seminggu siswa ditagih tentang materi tersebut, yang
hanya dapat mengumpulkan meteri tersebut hanya beberapa siswa dan
itupun banyak materi yang sama.
Menurut guru mata pelajaran kimia tersebut menjelaskan: bahwa
mata pelajaran TIK masih dibutuhkan dalam memperkuat mata
pelajaran lainnya, semisal pembelajaran e-learning. Untuk sekolah yang
berada di desa masih sangat jarang mengenal komputer. Walaupun
handphone bahkan smart phone banyak dimiliki masyarakat di desa tapi
kemampuan pemahaman smart phone yang dimiliki hanya untuk
hubungan dengan kerabat, teman dan keluarga melalui chatting dan
sebagainya. Sehingga pemahaman tentang pentingnya sarana teknologi
informasi dan komunikasi sebagai sarana pembelajaran masih kurang
bahkan lebih mengerti bahwa internet adalah sarana negatif.
Kepemilikan handphone atau smartphone sebagai gaya hidup modern
yang dianggapnya dikenal sebagai orang perkotaan dan kaya.

11
I. Pembahasan
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kompetensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.,
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam upaya
untuk mencerdaskan kehidupan manusia. Agar tujuan pendidikan tercapai
dengan baik maka nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya serta ideologi
bangsa harus diterapkan dalam pendidikan. Sehingga nilai-nilai tersebut perlu
dilestarikan, dipelihara, dijaga dan disampaikan kepada setiap generasi
melalui pendidikan.12 Menurut Bruner dan Burns: tujuan pendidikan adalah
tujuan filsafat, yaitu membimbing ke arah kebijaksanan.13 Pendidikan
merupakan realisasi dari ide-ide filsafat yang memberikan kepastian bagi
peranan pendidikan, menjadikan pendidikan sebagai wadah pembinaan
manusia yang melahirkan ilmu pengetahuan, ilmu pendidikan, lembaga
pendidikan dan aktivitas pendidikan.

Untuk merealisasikan keberhasilan tujuan pendidikan tersebut maka


diperlukan metode dan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
perubahan zaman. Menurut pandangan aliran filsafat progressivisme
pembelajaran diarahkan kepada apa yang dirasakan oleh panca indera
manusia.14 Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi akan membuka
hubungan timbal balik antar individu secara global, serta menggambarkan
seluas-luasnya tentang fenomena di alam semesta. Maka manusia mampu
bertindak secara konstruktif membangun pengetahuan dirinya berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang diperoleh semasa hidupnya; Dapat berpikir
inovatif terhadap ide-ide yang diperoleh dari lingkungan sekelilingnya; akan
bersifat reformatif; aktif dan dinamis untuk mengembangkan akal pikirannya
12
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Grup, 2010, edisi pertama), hal. 67
13
Jalaludin, Abdullah Idi, Filsafat pendidikan (manusia, filsafat dan Pendidikan)…., hal. 21.
14
Berdasarkan pandangan ontologis progressivisme alam semesta merupakan kenyataan kehidupan
manusia, sehingga manusia belajar dari pengalaman yang dirasakan melalui panca indera dari objek-
objek yang dirasakannya dan perubahannya. Secara epistemologi progressivisme pengetahuan adalah
informasi, fakta, hukum prinsip, proses, kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses
interaksi dan pengalaman. Dan secara aksiologi progressivisme nilai timbul karena manusia mempunyai
bahasa dan dari sinilah adanya pergaulan. Masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai. Seperti
yang dijelaskan oleh : Jalaludin, Abdullah Idi, Filsafat pendidikan (manusia, filsafat dan Pendidikan)
…., hal. 83

12
serta tidak menghendaki adanya sifat absolutisme dan otoritarianisme15 pada
proses pembelajaran.

Pandangan tokoh-tokoh aliran filsafat progressivisme menjelaskan


tentang pendidikan diantaranya: 1) John Dewey ”Bahwa pendidikan sebagai
proses dan sosialisasi, yang dimaksudkan adalah sebagai proses pertumbuhan
anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan
sekitarnya; 2) John Locke “Bahwa pendidikan hendaknya ditujukan untuk
kepentingan pendidikan anak”; 3) Jean Jacques Rousseau “Bahwa anak harus
dididik sesuai dengan alamnya dan jangan dipandang dari sudut orang
dewasa.16

Dari pemikiran-pemikiran aliran progressivisme yang diuraikan diatas


maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Pendidikan peserta didik dilakukan
dengan pengenalan lingkungan dan alam di luar lingkungan sekolah serta
menumbuhkan potensi, minat, bakat dan kemampuan peserta didik ; 2)
Pendidikan berpusat pada peserta didik (student center learning) dan
mengubah bentuk pembelajaran secara tradisional menjadi pembelajaran yang
memberikan kebebasan kepada peserta didik dengan pembinaan pendidik; 3)
Pendidik mampu memahami perkembangan usia peserta didik; sehingga
pendidik dapat mengetahui materi yang sesuai dengan usia peserta didik.

Berdasarkan kaidah dalam Al-qur’an, peserta didik adalah manusia


yang dianugerahi akal dan kecerdasan oleh Allah SWT. yang melebihi dari
makhluk hidup lainnya. Sehingga manusia mampu melakukan pemahaman
dan pemikiran berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diterima melalui
panca indera sebagai pengetahuan. Sesuai dengan kandungan Alqur’an dalam
(QS: 7-179):17
15
absolutisme adalah pandangan bahwa kebenaran nilai atau realitas secara obyektif nyata, final
dan abadi, sedangkan otoritarianisme berasal dari bahasa Inggris yaitu  authoritarian.
Kata authoritarian sendiri berasal dari bahasa Inggris authority berarti pengaruh, kuasa, wibawa.
Otoritarianisme adalah paham atau pendirian yang berpegang pada otoritas, kekuasaan dan
kewibawaan, yang meliputi cara hidup dan bertindak. lihat https://id.wikipedia.org
16
Jalaludin, Abdullah Idi, Filsafat pendidikan (manusia, filsafat dan Pendidikan)…., hal. 79
17
Bachtiar Surin, Terjemahan & Tafsir Alqur’an 30 Juz huruf arab latin, (Bandung: Fa. Sumatra, 1978)
hal. 348

13
            
           
        

Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan


dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya
untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS: 7-179)
Al-aql adalah masdar dari ‘akala-ya’kilu-‘akalan yang bermakna
‘fahima wa tadabbara’ yang berarti dia paham, mengerti dan memikirkan.18
Sehingga makna ‘aqala adalah kemampuan manusia untuk dapat memahami
dan memikirkan segala sesuatu fenomena yang dapat diterima melalui panca
indera. Al-aql juga dapat diartikan dengan al-qalb yaitu dapat memahami dan
memikirkan (ya’qilu) dengan menggunakan al-qalb. Seperti disebutkan dalam
al-qur’an:
           
            
Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai
hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang
dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata
itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (QS: 22 - 7).
Sehingga pembelajaran merupakan pekerjaan hati untuk mengerti dan
memahami sesuatu yang ditangkap oleh pendengaran dan penglihatan dan
menghasilkan sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berpengaruh pada


proses kegiatan pembelajaran yang melibatkan pendidik, peserta didik,
sumber belajar dan media pembelajaran yang digunakan. Sehingga pola pikir
yang dibangun pendidik dalam melaksanakan pembelajaran mengalami
18
Akal adalah sesuatu yang halus (latifah) yang mempunyai daya kemampuan untuk memperoleh,
menyimpan dan mengeluarkan pengetahuan lihat Amari Ma’ruf dkk., Kementerian Agama, Buku Siswa
Akhlak kelas XI MA, (Semarang: CV. Gani&Son, 2016), hal. 7

14
perubahan, dari cara mengajar tradisional menuju ke cara yang lebih modern
sesuai perkembangan zaman. Peserta didik sebagai makhluk sosial pada
zaman sekarang ini telah banyak mendapatkan informasi-informasi yang
diperoleh melalui lingkungan hidupnya.

Untuk memberikan arah dalam suatu proses pembelajaran maka


ditetapkan suatu kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Kurikulum19 yang diterapkan pada saat sekarang ini adalah kurikulum 2013
yang berlandaskan teori konstruktivisme dengan pendekatan saintifik 20.
Pendekatan saintifik dimaksudkan bahwa kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan merupakan proses ilmiah dan mencari kebenaran secara
universal dan terhindar dari sifat-sifat non-ilmiah.21 Peserta didik dituntut
untuk menemukan sendiri materi yang akan dipelajari, memahami secara
kritis dan menghubungkannya dengan pengetahuan yang pernah diperoleh
sebelumnya. Pembelajaran dilakukan berpusat pada peserta didik (student
center learning), sehingga fungsi guru lebih menekankan sebagai fasilitator
dan bukan mengajar secara langsung, lebih pada keterlibatan, inisiatif dan
interaksi sosial peserta didik. Pendidik mampu memiliki kecakapan dalam
memahami materi pembelajaran kepada peserta didik yang sedemikian
hingga dapat menghubungkannya dengan pendekatan ilmiah.

19
Kurikulum berasal dari bahasa Latin “Currere” berarti lapangan perlombaan lari, yang berarti jalur pacu
yang terdapat garis start dan finis. Menurut Grayson: Kurikulum adalah suatu perencanaan untuk
mendapatkan keluaran (Outcome) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. UUSPN no.20 tahun 2003
pasal 1, ayat 19 mengatakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan pendidikan tertentu seperti yang dijelaskan oleh Syaiful Sagala,
Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, cetakan ke-4, 2013), hal.
141
20
Muhammad Fathurrohman, Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013 (Strategi Alternatif
Pembelajaran di Era Global….., hal. 6 dan 49
Menurut American Heritage Distionary: mendefinisikan belajar adalah upaya untuk mendapatkan
pengetahuan, pemahaman atau penguasaan melalui pengalaman atau studi. Muhammad Fathurrohman
menjelaskan, bahwa landasan teoritik proses pembelajaran dalam perspektif kurikulum 2013 teori belajar
konstruksivisme. Para tokoh teori konstruksivime, antara lain: teori perkembangan kognitif, Jean Piaget,
Teori belajar Bruner, teori belajar authentic David Ausuble, teori belajar John Dewey dan dan Vigostky.
21
Pendekatan non ilmiah dimaksud meliputi semata-mata berdasarkan intuisi, akal sehat, prasangka,
penemuan melalui trial & error dan asal berpikir kritis lihat: Muhammad Fathurrohman, Paradigma
Pembelajaran Kurikulum 2013 (Strategi Alternatif Pembelajaran di Era Global…..,, hal.110

15
Paradigma pembelajaran pada kurikulum 2013 menganut landasan
teoritik konstruktivisme diantaranya teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget
dan Vygotsky.22 Menurut teori kontruktivisme Jean Piagat bahwa dalam
bahasa setiap individu terdapat egosentris, dengan menggunakan bahasanya
setiap individu membentuk skema dan mengubah skema. Selanjutnya
menurut Muhammad Fathurrahman:23 Skema adalah suatu struktur mental
atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual
beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Setiap individu dapat
mengkonstruksi pengetahuannya ketika berinteraksi dengan pengalaman dan
objek yang sedang dihadapinya. Sedangkan menurut Vygotsky bahasa
merupakan aspek sosial; Egosentris adalah pembentukan inner speech
merupakan kemampuan bicara yang pokok yang digunakan sebagai alat
dalam berpikir untuk mampu berkomunikasi dengan orang lain di lingkungan
sosial. Kemudian individu dengan kemampuan inner speech berusaha
mengungkapkan pengertian dengan simbol yang sesuai untuk berkomunikasi
dengan orang lain.

Pada teori belajar konstruksivisme menurut Jerome S. Bruner belajar


didefinisikan dengan, memandang bahwa manusia sebagai pemroses, pemikir
dan pencipta informasi.24 Proses untuk memperoleh pengetahuan dalam
belajar diantaranya: 1) informasi: proses perolehan informasi baru; 2)
transformasi: proses mentransformasikan informasi yang diterima; dan 3)
evaluasi: menguji relevansi dan ketepatan. Sehingga belajar melalui kegiatan
membaca, mendengar atau audiovisual adalah proses memperoleh informasi,
diproses, diubah menjadi informasi yang diterima, dianalisis menjadi konsep

22
Agus Prijono, Cooperative Learning (teori & aplikasi), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cetakan IX,
2012), hal.31. Menjelaskan: Pengetahuan adalah hasil konstruksi dari kegiatan atau tindakan seseorang.
Pengetahuan ilmiah berevolusi, berubah dari waktu ke waktu. Pemikiran ilmiah adalah sementara, tidak
statis dan merupakan proses. Pemikiran ilmiah adalah proses konstruksi dan reorganisasi secara terus-
menerus. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang ada di luar, tetapi ada di dalam diri seseorang yang
membentuknya. Setiap pengetahuan mengandaikan suatu interaksi dengan pengalaman. Tanpa interaksi
dengan obyek, seseorang tidak dapat mengkonstruksi pengetahuan.
23
Muhammad Fathurrohman, Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013 (Strategi Alternatif
Pembelajaran di Era Global….., hal. 55
24
Muhammad Fathurrohman, Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013 (Strategi Alternatif
Pembelajaran di Era Global….., hal. 75

16
selanjutnya pada suatu saat kelak akan dimanfaatkan oleh peserta didik.
Kemudian teori belajar menurut David Ausuble dengan mendefinisikan
pembelajaran bermakna, merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru
pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif meliputi
fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi- generalisasi yang telah dipelajari
dan diingat siswa.25 Pembelajaran bermakna yang terjadi pada peserta didik,
jika seseorang atau peserta didik belajar dengan menggabungkan fenomena
baru ke dalam struktur pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya.

Selanjutnya pembelajaran konstruktivisme menurut John Dewey


dinyatakan dengan teori kognitif, yaitu: bahwa setiap orang telah mempunyai
pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya serta pengalaman dan
pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Sehingga teori kognitif
mengandung pengertian bahwa gejala kognitif sering dikaitkan dengan proses
belajar seseorang yang didapat dari pengamatan termasuk pengalaman yang
diterima alat indera dan pada akhirnya dapat digunakan untuk memecahkan
masalah.

Teori konstruksivisme sebagai paradigma26 kurikulum 2013,


menekankan pembelajaran berpusat pada peserta didik: bahwa peserta didik
telah memiliki pengetahuan (akal) yang diperoleh dari kehidupan
sebelumnya. Kemudian peserta didik mengkonstruksi pengetahuan tersebut
dengan berkolaborasi dengan pengetahuan baru yang ditangkap inderanya
untuk diolah dan diproses untuk membentuk konsep yang akan digunakan
pada tahap selanjutnya. Konstruksivisme menekankan pembelajaran operatif
yang tidak sekedar pengetahuan deklaratif melainkan pengetahuan prosedural
dan bukan merupakan pembelajaran figuratif. Pembelajaran konstruksivisme
25
Muhammad Fathurrohman, Paradigma Pembelajaran Kurikulum 2013 (Strategi Alternatif
Pembelajaran di Era Global….., hal. 81-92
Dijelaskan bahwa: Teori kognitif yaitu suatu upaya manusia dalam mengenal berbagai macam informasi
(stimulus) yang masuk dalam alat inderanya, menyimpan, menghubung-hubungkan, menganalisis dan
memecahkan suatu masalah berdasarkan informasi (stimulus) tersebu”
26
Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang
akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif) lihat:
https://id.wikipedia.org/wiki/Paradigma

17
termasuk pembelajaran authentic dan bukan pembelajaran artificial. Selain
pembelajaran operatif dan authentic konstruktivisme secara sosiologis, bahwa
pembelajaran yang dikehendaki adanya interaksi sosial dan lingkungan,
yakni: hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok serta individu dengan
lingkungannya.27

Sehingga pendidik (guru) dalam proses pembelajaran 28 bukan satu-


satunya sebagai sumber belajar, tetapi guru berperan mengarahkan tujuan
pembelajaran, sub-sub materi pembelajaran, kedalaman materi pembelajaran,
membahas konsep secara logis-normatif berdasarkan tanggapan peserta didik
dan berbagai referensi yang dimiliki dari berbagai sumber pembelajaran.
Pendidik lebih berperan sebagai fasilitator untuk memberikan pelayanan dan
memudahkan peserta didik dalam pembelajaran, memahami, mengorganisir,
memanfaatkan berbagai jenis media dan sumber belajar, serta mampu
berkomunikasi dengan peserta didik. Sehingga pada pembelajaran
konstruksivisme, pembelajaran lebih mengutamakan penyelesaian masalah,
mengembangkan konsep dan konstruksi solusi dari pada menghafal prosedur
dan menggunakannya untuk memperoleh satu jawaban benar. Maka
pembelajaran konstruksivisme membutuhkan sumber belajar dan media
pembelajaran yang mendukung peserta didik memperoleh informasi yang
lebih luas dan mendalam serta mengkomunikasikan informasi tersebut untuk
mendapatkan pembenaran dari individu ataupun kelompoknya.

27
Agus Prijono, Cooperative Learning (teori & aplikas)…, hal. 39
Belajar operatif adalah belajar memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang
dapat digunakan pada berbagai macam situasi.
Pengetahuan deklaratif (Pengetahuan tentang apa), pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang
bagaimana)
Pembelajaran figuratif yaitu pembelajaran berdasarkan teks-teks (tekstual)
Belajar authentic adalah proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara nyata
(kontekstual).
Pembelajaran artificial adalah pembelajaran yang tidak nyata.
28
Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan), (Jakarta: Prenamedia
Group, edisi pertama, 2014), hal. 22. Menjelaskan tentang peran guru dalam pembelajaran yaitu : 1) Guru
sebagai sumber belajar, 2) guru sebagai fasilitator 3) guru sebagai pengelola pembelajaran, 4) guru
sebagai demonstrator, 5) guru sebagai pembimbing, 6) guru sebagai motivator, dan 7) guru sebagai
evaluator’

18
Kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi pada saat
sekarang ini sangat pesat dan tidak dapat dihindarkan pengaruhnya bagi
pendidikan. Berbagai media, teks, audio, visual atau audiovisual dengan
mudah diperoleh melalui media internet yang dapat diakses melalui
komputer, smartphone dan sebagainya. Media tersebut mudah dilakukan oleh
siapapun, kapanpun dilakukan dengan cepat serta dapat berhubungan secara
langsung dengan orang-orang secara global. Kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi akan berdampak positif memudahkan dalam proses
pembelajaran dan berdampak negatif jika tanpa pembinaan, pembimbingan
dan pembelajaran dalam menggunakan sarana teknologi informasi dan
komunikasi.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam bahasa Inggris


dikenal dengan istilah Information and Communication Technologies (ICT)
merupakan terminologi yang mencakup seluruh perangkat teknis untuk input
(masukan), memproses dan menyampaikan informasi (output)29. TIK terdiri
dari dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi.
Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses,
penggunaan alat bantu untuk manipulasi, dan pengelolaan informasi.
Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari
perangkat yang satu ke lainnya dalam rangka menyebarkan informasi.

Penguasaan TIK menjadi sebuah bangunan sangat penting dalam


perkembangan ilmu pengetahuan. Pembelajaran TIK meliputi: memahami
TIK, menguasai keterampilan dasar TIK, serta memiliki konsep dasar TIK
merupakan bagian inti pembelajaran. Penguasaan bidang TIK merupakan
sesuatu yang sejajar dengan proses membaca, menulis dan numerisasi. Begitu
29
Rusman, Deni Kurniawan, Cepi Riyana, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi, (Depok: PT. Rajagrafindo Persada, cetakan ke-3, 2013), 79
teknologi adalah cara dimana kita menggunakan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah
praktis…informasi adalah fakta atau apapun yang dapat digunakan yang dapat digunakan sebagai input
dalam menghasilkan informasi… dan komunikasi merupakan suatu proses pemindahan dan penerimaan
lambang-lambang yang mengandung makna. Komunikasi mengandung makna menyebarkan informasi,
pesan, berita, pengetahuan dan norma/ nilai-nilai dengan tujuan untuk menggugah partisipasi, agar yang
diberitahukan tersebut menjadi milik bersama (sama makna) antara komunikator dan komunikan.

19
pentingnya pembelajaran TIK, sehingga menurut UNESCO semua negara
maju dan berkembang perlu mendapatkan akses TIK dan menyediakan
fasilitas pendidikan yang terbaik, sehingga diperoleh generasi muda yang siap
berperan penuh dalam masyarakat modern dan mampu berperan dalam negara
pengetahuan.30 Maka TIK sebagai bagian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) adalah semua perangkat keras (hardware), perangkat lunak
(software), kandungan isi dan infrastruktur komputer maupun komunikasi
merupakan proses pembelajaran.

Menurut Rusman, Deni Kurniawan dan Cepi Riyana, tujuan


pembelajaran TIK bagi peserta didik, diantaranya: a) Aspek kognitif: dapat
mengetahui, mengenal atau memahami teknologi informasi dan komunikasi.
Meningkatkan pengetahuan dan minat peserta didik pada bidang teknologi,
serta meningkatkan kemampuan berpikir ilmiah sekaligus persiapan untuk
pendidikan, pekerjaan dan peran masyarakat pada masa yang akan datang; b)
Aspek psikomotorik: dapat terampil memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk proses pembelajaran dan dalam kehidupan sehari-hari.
Membentuk kemampuan dan minat peserta didik terhadap teknologi; dan c)
Aspek afektif: dapat bersikap kritis, kreatif, apresiatif dan mandiri dalam
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu juga dapat
menghargai karya cipta di bidang teknologi informasi dan komunikasi.

Dengan demikian pembelajaran TIK sangat dibutuhkan pada teori


pembelajaran konstruksivisme sebagai landasan teori kurikulum 2013. TIK
berperan bagi peserta didik: untuk menggunakan perangkat TIK, untuk
memilih informasi yang tepat, mengolah dan memperoleh informasi serta
mengkomunikan materi pelajaran yang sedang dihadapi. Media pembelajaran
adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam pembelajaran sebagai
sarana fisik untuk menyampaikan materi dan sarana komunikasi dalam
30
Rusman, Deni Kurniawan, Cepi Riyana, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi….., hal. 87-90
Menurut Menristek seperti yang dijelaskan oleh Rusman, Deni Kurniawan dan Cepi Riyana bahwa:
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian IPTEK secara umum adalah semua
teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan,
penyebaran dan penyajian informasi.

20
bentuk cetak (teks-teks), audio dan visual atau audiovisual.31 Pembelajaran ini
disebut dengan pembelajaran berbasis komputer (CBI), terdiri dari:
pembelajaran berbasis Web (e-learning), pembelajaran berbantukan komputer
(CAI), pembelajaran berbasis audio visual (AVA) dan pembelajaran berbasis
multimedia merupakan pembelajaran dengan pemanfaatan komputer sebagai
media pembelajaran.

Secara normatif pembelajaran berbasis web (e-learning) dengan


mengumpulkan informasi, mengobservasi, mengidentifikasi, mengklasifikasi,
mengkomparasi, menyimpulkan dan memverifikasi antara individu dengan
kelompok yang terlibat dalam proses pembelajaran. Semua kegiatan ini
terkait dengan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan untuk
dipelajari dan mengkomunikasikannya sehingga menjadi konsep
pengetahuan, sesuai dengan (QS: ‘alaq 1- 5):32

           
           


(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (2) Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah (3) Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah (4) Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.

31
Rusman, Deni Kurniawan, Cepi Riyana, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi….., hal. 95 menjelaskan tentang media pembelajaran seperti yang dijelaskan Rusman, Deni
Kurniawan, Cepi Riyana bahwa: Menurut Gagne: media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat memberikan rangsangan untuk belajar. CBI (Computer Based
Instruction), merupakan istilah umum untuk segala kegiatan belajar yang menggunakan komputer baik
sebagian maupun secara keseluruhan; CAI (Computer Assisted Instruction) pembelajaran dapat
dilakukan secara mandiri oleh peserta didik dan pendidik dapat membimbing pada proses
pembelajarannya; AVA (Audio Visual Aids), yaitu jenis media yang digunakan untuk pembelajaran
audiovisual, yang termasuk diantaranya adalah Televisi dan Video dan pembelajaran multimedia yaitu
dengan menggunakan software seperti: power point, macromedia dan sebagainya.
32
Abudin Nata, Manajemen Pendidikan (Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia),
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, edisi keempat, 2012), hal. 319-322
Dijelaskan oleh Abudin Nata, menurut: Pendapat A. Baiquni yang mengatakan bahwa kata membaca
yang terdapat dalam surat al-Alaq tersebut berati mengobservasi, mengidentifikasi, mengklasifikasi,
mengkomparasi, menyimpulkan dan memverifikasi . Semua kegiatan ini terkait dengan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan.’

21
Dari ayat tersebut terdapat kaitan yang sangat erat mengenai
pembelajaran dengan berbasis web, yakni: a) iqro’ berarti ‘membaca’ dalam
ayat tersebut tidak disebutkan objek (maf’ul) mengenai apa yang harus
dibaca. Sehingga mengandung pengertian yang harus dibaca amat luas,
membaca ayat-ayat Allah, membaca segala perilaku manusia dan sosial;
membaca perasaan orang lain dengan segala permasalahannya; membaca
termasuk pula mengamati, mengobservasi, termasuk membaca data
(informasi) yang terdapat dalam internet, meneliti untuk menghasilkan
berbagai ilmu pengetahuan dan mengkonstruksinya untuk dikembangkan
serta dimanfaatkan demi kepentingan kesejahteraan umat manusia; b)
perintah membaca dilanjutkan dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
berarti segala kegiatan pembelajaran untuk memperkuat keimanan dan
mengagungkan Tuhan; c) al-qalam, berarti ‘pena’ yang dimaksudkan dalam
pembelajaran dibutuhkan sumber, sarana dan prasarana dalam proses
pembelajaran d) ‘allama berarti ‘mengajarkan’, terjadinya proses
pembelajaran untuk memperoleh informasi (pengetahuan) dengan berbagai
bentuk pendekatan dan metode pembelajaran. e) al-isan berarti manusia, yaitu
melibatkan manusia sebagai pendidik dan peserta didik. Manusia adalah
makhluk yang memiliki: hati nurani, potensi berpikir, bakat, minat, motivasi,
intuisi, sehingga menunjukkan makhluk yang dapat dididik dan diajarkan.

Pembelajaran berbasis web adalah kegiatan pembelajaran yang


memanfaatkan situs (website) yang dapat diakses melalui internet. Web
based learning merupakan salah satu jenis penerapan dari pembelajaran
elektronik yang dikenal e-learning ; yaitu “e” yang merupakan singkatan
dari elektronik dan “learning” yang berarti 'pembelajaran'. e-learning
berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat
elektronik. Sehingga e-learning adalah pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, video
dengan transmisi satelit atau komputer. 33 Pembelajaran e-learning dapat
33
Rusman, Deni Kurniawan, Cepi Riyana, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi….. hal. 263 dijelaskan menurut The American society for training and Development
(ASTD): ‘e-learning merupakan proses dan kegiatan penerapan pembelajaran berbasis web (web based

22
dilaksanakan pada waktu yang bersamaan (synchronously), yaitu
pembelajaran yang terjadi dimana pada waktu yang sama pendidik dan
peserta didik sedang melaksanakan pembelajaran. Hal tersebut
memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik dengan
pendidik, baik melalui internet maupun intranet. e-learning dengan
metode synchronous hanya bisa dilaksanakan pada e-learning yang
bersifat dinamis, dimana terdapat aktifitas pembelajaran berupa diskusi
dan chat yang bisa dilakukan secara langsung antar peserta didik atau
dengan pendidik. Dan (asynchronously) yaitu pembelajaran dimana ketika
pengajar memberikan pelatihan dan peserta didik tidak harus
mengambilnya pada waktu yang sama. Jadi, peserta didik bebas untuk
mengambil/ mengakses pelatihan kapanpun dan dimanapun sesuai
dengan kehendaknya, e-learning ini bersifat statis bisa menggunakan

Pembelajaran e-learning berbeda dengan pembelajaran secara


tradisional, guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan bertugas
untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Sedangkan
pada pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah peserta didik.
Pembelajaran akan menuntut peserta didik aktif dalam pembelajaran,
seperti membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha dan
inisiatif sendiri. Menurut Cisco34 Hakikat e-learning sebagai berikut: a) e-
learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan,
pelatihan secara on-line; b) e-learning menyediakan seperangkat alat yang
dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar
konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM dan pelatihan berbasis
komputer) sehingga menjawab tantangan perkembangan globalisasi; c) e-
learning tidak berarti menggantikan belajar konvensional, tetapi
memperkuat pembelajaran konvensional dengan memperkaya content dan

learning), computer based learning, kelas virtual (virtual classroom) dan/atau kelas digital (digital
classroom)
34
Rusman, Deni Kurniawan, Cepi Riyana, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi….. hal. 289-291 Dalam pembelajaran e-learning, seperti yang dijelaskan oleh Rusman,
Deni Kurniawan, Cepi Riyana: menurut Haughey tentang pengembangan e-learning, ada tiga
pembelajaran e-learning yaitu: web course, web centric course dan web enhanced course.

23
pengembangan teknologi pendidikan; d) kapasitas siswa amat bervariasi
tergantung pada bentuk, isi dan cara penyampaiannya. Semakin banyak
keselarasan antar content dan alat penyampaian gaya belajar, maka akan
lebih baik kapasitasnya sehingga memberikan hasil yang lebih baik.

Pengembangan pembelajaran berbasis e-learning dengan


penggunaan komputer terdapat tiga sistem pembelajaran. 1) Web Course,
yaitu: penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, peserta didik dan
pendidik terpisah dan tidak terjadi tatap muka. Seluruh bahan ajar,
penugasan, latihan dan ujian dan kegiatan pembelajaran disampaikan
melalui internet. Model pembelajaran ini sering disebut dengan
pembelajaran jarak jauh; 2) Web Centric Course adalah memadukan
antara pembelajaran jarak jauh dengan pembelajaran tatap muka.
Sebagian materi disampaikan dengan melalui internet, dan sebagian lagi
melalui tatap muka. Pendidik memberikan petunjuk untuk mempelajari
materi melalui Web yang telah dibuatnya terlebih dahulu, kemudian
peserta didik diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs
yang relevan. Kemudian dalam setiap tatap muka, pendidik dan peserta
didik saling berdiskusi dengan temuan materi yang telah dipelajari; 3)
Web Enhanced Course adalah pemanfaatan internet sebagai penunjang
pembelajaran. Internet memberikan pengayaan materi dan komunikasi
antara pendidik dan peserta didik, sesama peserta didik, antar kelompok
kelas dengan sumber pembelajaran. Pendidik harus menguasai teknik
mencari informasi dalam situs-situs yang relevan dengan materi
pembelajaran, menyajikan materi melalui web, mengarahkan, menyajikan
dan bimbingan serta komunikasi melalui internet.

Penggunaan pembelajaran menggunakan e-learning memiliki


kelebihan dan kekurangan.35 Kelebihan penggunaan e-learning diantaranya:
a) tersedianya e-moderating, sehingga pendidik dan peserta didik
berkomunikasi dengan mudah melalui fasilitas internet tidak dibatasi jarak,
35
Rusman, Deni Kurniawan, Cepi Riyana, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi…., hal. 293

24
waktu dan tempat; b) pendidik dan peserta didik dapat menggunakan materi
pembelajaran yang terstruktur melalui internet, sehingga keduanya dapat
menilai sejauh mana materi yang dipelajari; c) peserta didik dapat mereview
pembelajaran kapan dan dimanapun berada karena tersimpan dalam komputer
atau jaringan; d) Jika peserta didik membutuhkan informasi yang mendalam
maka peserta didik dapat mengakses melalui internet; e) peserta didik dan
pendidik dapat melakukan diskusi melalui internet diikuti oleh seluruh peserta
didik, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas; f)
perubahan sikap pada peserta didik, sehingga lebih aktif dan mandiri; dan g)
relatif lebih effisien bagi penyelenggara pendidikan jarak jauh. Kekurangan
pembelajaran e-learning, yaitu: a) kurang interaksi antar pendidik dan peserta
didik, sehingga memperlambat terbentuknya penilaian dalam proses
pembelajaran; b) kecenderungan mengabaikan aspek psikomorik dan afektif;
c) proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan; d)
Berubahnya peran guru yang semula secara konvensional menjadi harus
mengenal teknik pembelajaran berbasis ICT; e) jika siswa yang kurang
termotivasi dalam belajar cenderung gagal; f) tidak semua sekolah memiliki
fasilitas internet atau jaringan; dan g) kurangnya tenaga profesional dalam
mengoperasikan komputer, dan menguasai bahasa pemrograman komputer.

Namun demikian pembelajaran TIK akan sangat dibutuhkan untuk


memberikan pengarahan dan pemahaman kepada peserta didik, tentang
manfaat dan pembiasaan menggunakan perangkat TIK dalam kehidupan
sehari-hari untuk pembelajaran. Disamping itu pula pembelajaran TIK dapat
mendukung pembelajaran e-learning dan untuk meningkatkan kompetensi
psikomotorik peserta didik yang digunakan kelak setelah menamatkan
pendidikannya.

Pembiasaan dalam kegiatan sehari-hari melalui pembelajaran TIK


akan menghadirkan moral pentingnya manfaat komputer untuk mendapatkan
informasi, pendidikan dan pemecahan masalah dalam pembelajaran. Moral
adalah kelakuan yang sesuai dengan ukuran (nilai-nilai) masyarakat, yang

25
timbul dari hati bukan paksaan dari luar dan disertai dengan rasa tanggung
jawab atas kelakuan atau tindakan tersebut. Moral dalam agama Islam sering
disebut dengan akhlak, seperti dijelaskan Murthada Muthahari; 36 akhlak
mengacu kepada suatu perbuatan yang bersifat manusiawi, yaitu perbuatan
yang lebih bernilai daripada perbuatan sekedarnya atau alami seperti makan,
minum, ngobrol dan sebagainya. Menurut Ibnu Miskawaih: akhlak adalah
sebuah perbuatan yang lahir dengan mudah dan jiwa yang tulus, tanpa
memerlukan pertimbangan dan pemikiran lagi.37 Sehingga dengan pernyataan
tersebut akhlak memiliki ciri, yaitu: a) perbuatan tersebut tertanam menjadi
sebuah kebiasaan; b) perbuatan yang dilakukan mudah dilakukan, tanpa
merupakan pemikiran (reflek); c) perbuatan tersebuat atas kemauan sendiri
dan tidak ada paksaan dari orang lain; dan d) perbuatan tersebut dilakukan
sebenarnya bukan rekayasa, pura-pura sandiwara dan sebagainya.

J. Penutup
Madrasah telah menyediakan sarana dan prasarana pada proses
pembelajaran untuk memberikan kemudahan pada proses pembelajaran
berbasis komputer. Pembelajaran TIK di madrasah membimbing peserta didik
untuk menggunakan sarana internet dan menggali lebih jauh materi yang
sedang dipelajari peserta didik. Setelah diterapkannya kurikulum 2013 sarana
prasarana internet sepenuhnya diatur oleh guru untuk digunakan sebagai
media pembelajaran, karena terintegrasinya pelajaran TIK dengan pelajaran
lain. Sedangkan pendidik TIK diarahkan untuk mengajar pelajaran lain untuk
memenuhi jam wajib mengajar sesuai tuntutan sertifikasi.
Peserta didik secara umum memiliki smartphone dan terhubung sarana
wifi yang disediakan madrasah. Tetapi banyak peserta didik menggunakan
sarana tersebut hanya untuk melakukan chatting melalui facebook dan media
sosial lainnya. Sering ditemukan peserta didik menggunakan handphone pada

36
Murthada Muthahari, Falsafah Akhlak, (Bandung: Pustaka Hidayah, cet. 1, 1995) hal.30-32
37
Ibnu Miskawaih, Tahdzib al-Akhlaq wa Tathhir al-Araq, (Mesir: Dar al-Kutub,tt), hal. 143, dan
Ensiklopedia Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), cet.6, hal. 102-103

26
saat jam pelajaran berlangsung, bukan sebagai sarana belajar melainkan
sekedar menjawab sms atau chat yang masuk.
Pada saat pembelajaran dengan metode inquiri, peserta didik
diarahkan untuk mendapatkan informasi dan menggali tentang materi
percobaan yang diperoleh dari internet (youtube). Tujuan pembelajaran agar
siswa mampu melakukan percobaan yang sama seperti yang diperolehnya
dari internet tetapi kenyataannya peserta didik mengalami kesulitan untuk
mendapatkan informasi tersebut. Pada akhirnya pendidik dengan
menggunakan multimedia yang disusun sendiri pada proses pembelajarannya.
Pelajaran TIK di madrasah hanya untuk memperoleh kompetensi
psikomotorik, agar peserta didik mampu menggunakan komputer. Sehingga
pada suatu saat kompetensi tersebut dapat digunakan setelah menyelesaikan
pendidikan untuk bekerja. Siswa dianggap mampu menggunakan sarana TIK
yang diperoleh dari lingkungannya. Jika kurikulum menerapkan pembelajaran
TIK, tentunya hanya berlaku pada sekolah/ madrasah yang memiliki sarana
tersebut. Padahal pada saat simulasi UNBK berlangsung banyak siswa yang
tidak siap mengoperasikan komputer dengan benar.

27

Anda mungkin juga menyukai