Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS ICT DENGAN MODEL

ADDIE PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN KARAKTERISTIKNYA UNTUK SISWA SMP

Siti Rahmi Afwa, Muhammad Nasir


Program Studi Magister Pendidikan IPA Universitas Riau, Indonesia
E-mail : siti.rahmi6964@grad.unri.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis ICT
pada pokok bahasan zat dan karakteristiknya untuk siswa SMP kelas VII; (2) mengetahui
kelayakan media pembelajaran interaktif berbasis ICT berdasarkan validasi/penilaian dari ahli
materi dan ahli media (3) mengetahui penilaian siswa terhadap media pembelajaran interaktif
berbasis ICT. Jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development) ini menggunakan
model pengembangan ADDIE hanya sampai tahap ketiga yaitu Development. Pada tahap
Development, media pembelajaran interaktif berbasis ICT dinilai kelayakannya oleh 2 ahli materi
yakni Doctoral Student Universitas Teknologi Malaysia (UTM) dan guru IPA SMPN 1 Koto Gasib
dan 1 ahli media yakni guru TIK SMKN 1 Koto Gasib .Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1)
Media Pembelajaran Berbasis ICT dikembangkan diadopsi dari desain pengembangan ADDIE
yakni: (a) Analisis (Analysis), b) Desain (Design), c) Pengembangan (Development) d)
Impelementasi (Implementation) dan e) Evaluasi (Evaluation); (2) tingkat kelayakan media
pembelajaran interaktif berbasis ICT berdasarkan penilaian ahli materi diperoleh rata-rata 4,27
yang termasuk dalam kategori layak, ahli media diperoleh rata-rata 4,46 yang termasuk dalam
kategori layak. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, media pembelajaran interaktif berbasis
ICT yang dikembangkan ini layak digunakan sebagai media pembelajaran IPA di SMP.
Kata kunci: Pengembangan, Media Pembelajaran Interaktif, ICT, Sains, ADDIE

Abstract
This research aims to: (1) develop ICT-Based Interactive Learning Media on the subject of
substances and their characteristics for seventh grade junior high school students; (2)
determine the feasibility of interactive learning media based on ICT based on
validation/assessment from material experts and media experts (3) determine student
assessments of interactive learning media based on ICT. This type of research and development
uses the ADDIE development model only until the third stage, namely Development. At the
Development stage, the appropriateness of the ICT-based interactive learning media was
assessed by 2 material experts namely the UNRI Chemistry Education Lecturer and the Science
teacher at SMPN 1 Koto Gasib, 1 media expert namely the ICT teacher at SMKN 1 Koto Gasib.
The results showed that (1) ICT-Based Learning Media was developed adopted from the ADDIE
development design, namely: (a) Analysis, b) Design, c) Development d) Implementation and e)
Evaluation; (2) the feasibility level of ICT-based interactive learning media based on the
assessment of material experts obtained an average of 4.27 which is included in the appropriate
category, media experts obtained an average of 4.46 which is included in the appropriate
category. Based on the results of the study, the developed ICT-based interactive learning media
is suitable for use as a science learning media in junior high school.
Keyword: Development, Interactive learning media,ICT, Science, ADDIE
I. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu proses yang membantu manusia dalam belajar, sehingga
hasil dari proses tersebut dapat digunakan dalam menghadapi permasalahan tertentu.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan sebagai peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan merupakan
suatu usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk melakukan kegiatan pengembangan peserta
didik dengan tujuan mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai manusia yang
berpendidikan, serta membentuk kepribadian peserta didik sesuai dengan ukuran-ukuran
tertentu. (Kompri,2015:15).
Tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 bahwa “Tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Revolusi industri 4.0 yang digagas oleh Profesor Klaus Schawb menjadi tantangan bagi
semua kalangan. Berbagai lembaga dan industri mengalami disruptif teknologi yang begitu
cepat. Perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan memiliki pengaruh yang besar
dalam berbagai bidang kehidupan manusia, salah satunya yaitu dibidang pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan dikatakan berhasil jika kualitas pendidikan yang telah ditetapkan
dapat tercapai dan berdampak pada meningkatnya kualitas sumber daya manusia. Terutama
dijenjang pendidikan menengah pertama. Pendidikan di era 4.0 harus bisa memanfaatkan
teknologi dalam proses pembelajaran. Hal ini bisa memberikan solusi bahwa pembelajaran
dapat dilakukan secara continue. Guru sebagai tiang utama dalam pendidikan harus bisa
mengikuti era industri 4.0 dengan cara memperdalam kompetensi. Pernyataan Jack Ma (CEO
Alibaba Group). dalam World Economic Forum 2018 menyatakan bahwa pendidikan pada abad
ini mempunyai tantangan besar. Jika guru tidak bisa mengikuti perkembangan dan tidak
mengubah cara mendidik dan belajar mengajar, maka 30 tahun mendatang akan mengalami
kesulitan.
Guru era 4.0 harus memiliki kompetensi tentang teknologi informasi. Teknologi dapat
membantu guru untuk mengelola materi lebih efisien dan fokus sehingga proses pembelajaran
dapat berjalan efektif. Proses pembelajaran berlangsung karena adanya interaksi antara guru
dan peserta didik. Interaksi antara keduanya akan dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya
pemahaman peserta didik, bahan pembelajaran, sumber belajar, media pembelajaran dan
fasilitas yang tersedia di lembaga sekolah. Guru memiliki peranan penting dalam keberhasilan
proses pembelajaran. Namun, pembelajaran yang dilaksanakan di Indonesia ternyata masih ada
beberapa masalah. “Permasalahan pembelajaran di Indonesia terjadi karena beberapa faktor
yaitu pendekatan dalam pembelajaran, faktor perubahan kurikulum dan faktor kompetensi
guru” (Afifah N, 2015:43). Guru masih 60% terfokus menggunakan pendekatan pembelajaran
konvensional. Perubahan kurikulum yang diterapkan di Indonesia membuat guru dituntut bisa
mengikuti setiap kurikulum yang berlaku. Dalam era industri 4.0, peningkatan kompetensi guru
diperlukan.
Media pembelajaran merupakan alat bantu yang mempermudah penyampaian pesan
pembelajaran dari guru kepada peserta didik. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2017: 1)
mengartikan “media pembelajaran adalah sebuah alat bantu mengajar yang ada dalam
komponen metodologi sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru”. Pengertian
tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Suryani dkk (2018: 5) “media pembelajaran
adalah segala bentuk dan sarana penyampaian informasi yang dibuat atau dipergunakan sesuai
dengan teori pembelajaran, dapat digunakan untuk tujuan pembelajaran dalam menyalurkan
pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali”. Berdasarkan
pendapat ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk komunikasi tidak akan berjalan
tanpa bantuan sarana untuk menyampaikan pesan. Bentuk-bentuk stimulus dapat dipergunakan
sebagai media, diantaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, realitas, gambar atau
tidak, tulisan, dan suara direkam. Dengan kelima bentuk stimulus ini, akan membantu peserta
didik mempelajari bahan pelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang efektif akan
membantu menumbuhkan motivasi dan mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
Hal ini diungkapkan dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Kartika Bunga N.N (2018:
8) yang menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran interaktif berbasis Lectora Inspire
terdapat perbedaan motivasi belajar antara pembelajaran menggunakan media pembelajaran
interaktif rata-rata 6,00 dengan tidak menggunakan media pembelajaran interaktif rata-rata
1,90. Hal serupa diungkapkan oleh Kyong-Jee Kim (2011: 1) bahwa dari 368 pelajar yang
disurvei, prediktor terbaik dari peningkatan motivasi selama proses pembelajaran adalah
penggunaan media e-learning dalam pembelajaran awal Pembuatan media pembelajaran harus
dikemas secara inovatif dan variatif. Jenis media pembelajaran yaitu media visual, media audio,
media audiovisual, multimedia dan sebagainya. Arif S. Sadiman. dkk (2014: 17), “penggunaan
media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif peserta didik”.
Manfaat penggunaan media pembelajaran selain itu, Daryanto (2016: 56) mengungkapkan
manfaat media pembelajaran antara lain adalah: 1) memperjelas pesan agar tidak terlalu
verbalistis; 2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra; 3) menimbulkan
gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar; 4) memungkinkan
anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya; 5)
memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi
yang sama; 6) Proses pembelajaran mengandung ilmu komponen komunikasi, guru
(komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, peserta didik (komunikan) dan
tujuan pembelajaran.
Media pembelajaran yang interaktif akan membantu peserta didik untuk aktif dan
termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Pengembangan media pembelajaran yang
interaktif dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pemanfaatan fasilitas sekolah yang sudah ada
menjadi alternatif penunjang dalam pengembangan media pembelajaran yang dapat digunakan
oleh guru. Fasilitas atau sarana prasarana sekolah diwujudkan dengan adanya ruang teori, ruang
praktik, perpustakaan, laboratorium komputer, peralatan praktik, media pembelajaran dan
sebagainya. Berdasarkan fasilitas yang sudah ada di sekolah, media pembelajaran interaktif
dapat dikembangkan dengan berbasis komputer. “Media berbasis komputer adalah penggunaan
komputer dalam penyampaian bahan ajar kepada peserta didik sehingga peserta didik mampu
memberikan umpan balik. Media berbasis komputer bisa berbentuk tutorial, drills and practice,
simulasi dan permainan” (Arsyad, 2017: 150).
Media interaktif dapat memberikan bantuan kepada guru dalam penyampaian materi,
evaluasi serta umpan balik dari peserta didik. Pembuatan media dengan konten berbasis
komputer harus sesuai dengan kurikulum dan mengikuti pedoman yang ditetapkan. Guru harus
menemukan formulasi khusus terhadap pembelajaran dan materi yang akan disampaikan bisa
dengan mudah diakses oleh peserta didik dengan menggunakan berbagai perangkat.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai
alam beserta isinya. IPA sangat berkaitan dengan manusia dalam kehidupan sehari-harinya.
Mempelajari IPA tidak hanya ditanamkan ketika seseorang beranjak dewasa, akan tetapi sudah
ditanamkan dari TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Pada jenjang SD peserta didik
sudah mempelajari beberapa mata pelajaran, salah satunya mata pelajaran IPA. Untuk itu
diperlukan keberlanjutan pembelajaran IPA ditingkat menengah pertama.
Mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran yang berperan penting di sekolah
dasar. Mata pelajaran IPA bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan konsep IPA yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik,
menimbulkan sikap positif, dan kesadaran bahwa adanya kaitan antara IPA dengan lingkungan,
dapat mengembangkan keterampilan proses peserta didik seperti dalam memecahkan suatu
permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan, dapat menyadarkan peserta didik untuk tetap
menjaga lingkungan dengan baik. Mata pelajaran IPA dikatakan sulit karena banyak yang
menganggap bahwa mata pelajaran IPA hanya membahas tentang teori-teori, dan rumus-
rumus saja yang dipelajari. Salah satu materi pemelajaran IPA yang sulit dipahami peserta didik
yaitu zat dan karakteristiknya. Maka dari itu sebagai guru harus dapat menyediakan media
pembelajaran interatif yang menyenangkan, sehinga dapat merubah pola pikir peserta didik
tentang mata pelajaran IPA yang dianggap sulit menjadi suatu pembelajaran yang
menyenangkan dengan menvisualisasikan konsep-konsep pembelajaran yang abstrak.
Untuk mengembangkan media pembelajaran interaktif diperlukan sebuah model
pengembangan yang akan digunakan untuk mengembangkan suatu produk. Terdapat beberapa
jenis model penelitian pengembangan, seperti Model Dick and , Model Pengembangan ADDIE,
Model Pengembangan ASSURE, dan Model Pengembangan 4D. Model Pengembangan yang
digunakan pada penelitian pengembangan ini yaitu model ADDIE (Analysis, Design,
Development, Implementation or Delivery and Evaluations). Model ADDIE merupakan salah
satu model desain pembelajaran sistematik (Tegeh dan Kirna, 2010).Pemilihan model ini
didasari atas pertimbangan secara sistematis dan berpijak pada landasan teoritis suatu
pembelajaran. Model ini tersusun secara terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang
sistematis dalam upaya pemecahan masalah belajar yang berkaitan dengan suatu sumber
belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik pebelajar yang dalam hal ini
adalah peserta didik.Menurut Instruktional Design Expert (2009) dalam Pramono (2012) model
ADDIE sangat memandu para peneliti melalui proses menciptakan suatu program pendidikan
yang efektif bagi audiens. Audiens yang dimaksud yaitu peserta didik.
Model pengembangan ADDIE dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. (Wiyani 2013)
menyatakan bahwa model pengembangan ADDIE dapat menjadi pedoman dalam membangun
perangkat program pelatihan yang efektif, dinamis, dan mendukung kinerja pelatihan tersebut.
Adapun tahap-tahap dalam model ADDIE (Tegeh dan Kirna, 2010: 81) yaitu (1) Tahap Analisis
(Analyze), (2) Tahap Perancangan (Design), (3) Tahap Pengembangan (Development), (4) Tahap
Implementasi, dan (5) Tahap Evaluasi. Pada tahap analysis peneliti melakukan analsis
kebutuhan, analisis tugas, dan mengidentifikasi masalah pembelajaran. Sehingga didapatkan
data tentang karakteristik peserta didik, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas secara rinci.
Pada tahap design peneliti membuat rancangan pembelajaran, merumuskan tujuan
pembelajaran, dan perlu mempertimbangkan sumber belajar yang relevan, pada tahap ini
peneliti perlu mengevaluasi desian media pembelajaran yang telah dibuat. Tahap berikutnya
adalah tahap development, pada tahap ini peneliti mengembangkan media pembelajaran yang
sudah dirancang pada tahap design, pada tahap ini media pembelajaran yang sudah dibuat juga
perlu dievaluasi oleh peneliti.. Selanjutnya adalah tahap implementation, pada tahap ini peneliti
menerapkan system pembelajaran yang dibuat. Sebelum peneliti mengimplementasikan media
pebelajaran yang telah dibuatnya, peneliti harus melakukan uji coba dan mengevaluasi media
pembelajaran yang telah dibuat, setelah itu peneliti dapat mengimplementasikan media
pembelajaran yang telah dibuat Tahap evaluation dilakukan disetiap tahap oleh peneliti dimulai
dari Analyze, Design, Development dan Implementasi.
Peneliti menilai bahwa penggunan model pengembangan ADDIE sebagai model
pembelajaran sangat efektif untuk meningkatkan proses belajar peserta didik yang akan
menghasilkan hasil belajar yang diharapkan. Dalam penelitian ini media yang dikembangkan
adalah media pembelajaran interaktif yaitu media yang digunakan untuk menyampaikan pesan
atau informasi pembelajaran dengan unsur audio dan visual yang terdapat dalam media
pembelajaran tersebut sehingga pesan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik. Dengan
adanya media pembelajaran interaktif akan merangsang peserta didik untuk belajar sehingga
hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA dapat mengalami peningkatan. Sehingga
dalam penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif terutama dalam hal
penyediaan media pembelajaran interaktif yang berimplikasi pada hasil belajar IPA kelas VII di
SMP N 1 Koto Gasib.
Berdasarkan studi lapangan penulis menemukan bahwa pembelajaran IPA disekolah
masih student center. Sehingga banyak peserta didik yang kesulitan dalam memahami
pembelajaran IPA, selain itu media pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional.
Menurut Putu Agus (2020) dalam jurnalnya yang berjudul ”Analisis Kebutuhan Pengembangan
Multimedia Interaktif Berbasis Konteks Budaya Lokal Untuk Pembelajaran IPA SMP menyatakan
bahwa media pembelajaran Interaktif mampu memberikan jenis pembelajaran yang intinya
sama akan tetapi dengan pengalaman yang berbeda, dengan menggunakan media interaktif
peserta didik dalam kelas dapat mengikuti pembelajaran dengan tertib, hal ini akan
mempengaruhi iklim kelas yang positif dan yang jelas akan berpengaruh terhadap hasil belajar
peserta didik. Selain itu guru juga menjadi mampu mengelola kelas dengan baik, sehingga
tercipta suasana yang kondusif dan peserta didik dapat melakukan belajar dikelas. Media
interaktif dapat digunakan dalam penyampaian materi sangat mempengaruhi kemampuan baik
sikap maupun cara berfikir peserta didik.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertatik untuk melakukan penelitian dengan
judul” Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis ICT Dengan Model Addie Pada
Pokok Bahasan Zat dan Karakteristiknya di SMPN1 Koto Gasib”
II. METODE PENELITIAN
Media Pembelajaran Interaktif Berbasis ICT pada pokok bahasan zat dan karakteristiknya
dikembangkan menggunakan model pengembangan ADDIE yang dikembangkan oleh Dick and
Carey meliputi lima tahapan yaitu Analysis, Design, Development, Implementation dan
Evaluation. Yang telah dimodifikasi sehingga menghasilkan sebuah model pengembangan yang
lebih sederhana.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pasca Sarjana FKIP UNRI. Peneliti dilaksanakan dari bulan
Februari-Juni 2021 sesuai dengan pengembangan media pembelajaran.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah satu orang ahli materi, satu orang ahli media dan dua orang
ahli materi. Objek penelitian yang akan diteliti adalah kelayakan media pembelajaran interaktif
berbasis ICT berdasarkan aspek kelayakan media dan materi.
Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis ICT ini mengacu pada
langkah-langkah adopsi pengembangan ADDIE dalam penerapannya dengan kebutuhan dari
produk dan materi pembelajaran yang dikembangkan . “Model ADDIE dapat digunakan untuk
berbagai bentuk pengembangan seperti model, strategi pembelajaran, metode pembelajaran,
metode pembelajaran, media dan bahan ajar”. Tahapan pengembangan ADDIE yaitu (1) Tahap
Analisis (Analyze), (2) Tahap Perancangan (Design), (3) Tahap Pengembangan (Development), (4)
Tahap Implementasi, dan (5) Tahap Evaluasi. dengan alur pengembangan seperti Gambar.

Gambar 1. Tahapan ADDIE


Berikut kegiatan yang dilakukan setiap tahap:
a. Tahap Analisis (Analyze),
Tahap ini dilakukan dengan menganalisis kebutuhan untuk memperoleh informasi dan
kebutuhan media pembelajaran yang bisa digunakan di dalam kelas
b. Tahap Desain (Design)
Tahap desain ini peneliti mulai merancang konsep desain media pembelajaran,
menyusun materi, soal interaktif serta memilih background, gambar, karakter dan
pengkodingan halaman login.
c. Tahap Pengembangan (Development)
Tahap ini peneliti mulai melakukan pembuatan produk media pembelajaran dan
melakukan validasi kepada ahli materi dan ahli media ,Setelah validasi akan dilakukan
revisi sesuai saran;
Data, Instrumen dan Teknik Pegumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif adalah data tentang proses pengembangan media pembelajaran berupa kritik dan
saran dari validator media. data kuantitatif adalah data pokok dalam penelitian ini berupa
penilaian tentang media pembelajaran oleh validator. Instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah menggunakan angket/kuisioner. Penilaian pada
angket ini menggunakan skala Likert (skala 5). Alternatif jawaban dari penilaian angket tersebut
adalah SB (Sangat Baik) = 5, B (Baik) = 4, C (Cukup) = 3, K (Kurang Baik) = 2, dan SK (Sangat
Kurang Baik) = 1 (Sugiyono, 2015: 93). Angket ini tidak memiliki pertanyaan negatif karena untuk
menilai kelayakan media pembelajaran.

Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh akan dianalisis untuk mengetahui penilaian dan pendapat dari produk yang
dihasilkan.
a. Mengubah data penilaian kualitatif menjadi kuantitaif dengan ketentuan:
Tabel 1. Kriteria Penskoran
Kriteria Skor
Sangat Baik 5
Baik 4
Cukup 3
Kurang Baik 2
Sangat Kurang Baik 1
Sumber: Sugiyono (2015:93)
b. Menghiting nilai rerata skor tiap indikator dengan rumus:

X̅ = 𝑁
∑K

Keterangan :
X̅ = skor rata-rata
∑X= Jumlah skor
N = Jumlah subjek uji coba
(Eko Putro W, 2017:237)
c. Interpretasi secara kualitatif nilai rata-rata tiap aspek dengan kriteria berikut:
Tabel 2. Pedoman Konversi Nilai
Skor Rumus Klasifikasi
5 X > 4,20 Sangat Layak
4 3,40 < X ≤ 4,20 Layak
3 2,60 < X ≤ 3,40 Cukup
2 1,80 < X ≤ 2,60 Tidak Layak
1 1 < X ≤ 1,80 Sangat Tidak
Layak
Sumber: Eko Putro Widoyoko (2018:112)
Berdasarkan tabel konversi diatas diperoleh standar kelayakan media pembelajaran
interaktif berbasis ICT dari setiap aspek sebagai berikut:
a. Media pembelajaran interaktif berbasis ICT dinyatakan Sangat Layak apabila rata-rata
skor yang diperoleh adalah pada rentang 4,21 – 5,00.
b. Media pembelajaran interaktif berbasis ICT dinyatakan Layak apabila ratarata skor yang
diperoleh adalah pada rentang 3,40-4,20.
c. Media pembelajaran interaktif berbasis ICT dinyatakan Cukup apabila rata- rata skor
yang diperoleh pada rentang 2,61 – 3,40.
d. Media pembelajaran interaktif berbasis ICT dinyatakan Tidak Layak apabila rata-rata skor
yang diperoleh pada rentang 1,81 – 2,60.
e. Media pembelajaran interaktif berbasis ICT dinyatakan Sangat Tidak Layak apabila rata-
rata skor yang diperoleh pada rentang 1 – 1,80.
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis ICT
Pengembangan media pembelajaran berbasis ICT ini merupakan adaptasi dan modifikasi dari
langkah penelitian dan pengembangan model ADDIE yaitu: 1) Analisis (analysis): 2) Desain
(design); 3) Pengembangan (development).
a. Tahap Analisis (Analysis)
Pada tahap analisis, peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA SMPN 1
Koto Gasib. Berdasarkan wawancara dengan guru Mata Pelajaran IPA mengenai pentingnya
penggunaan media pembelajaran, selama ini guru hanya menggunakan media power point
sederhana, buku paket dan soal latihan. Kegiatan pembelajaran yang cenderung monoton
mengakibatkan siswa bosan. Hal ini ditandai dengan banyaknya siswa yang duduk dibagian
belakang tidak memperhatikan penjelasan guru dan asik mengobrol dengan teman sebangku.
Mereka terlihat kurang antusias mengikuti proses pembelajaran. Pemanfaatan fasilitas
seharusnya digunakan semaksimal mungkin, contohnya penggunaan LCD dan proyektor sebagai
penunjang penyampaian materi. Menurut Anis Mahmud, 2019 Media pembelajaran yang
interaktif akan membantu siswa untuk aktif dan termotivasi dalam mengikuti proses
pembelajaran. Pengembangan media pembelajaran yang interaktif dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Pemanfaatan fasilitas sekolah yang sudah ada menjadi alternatif penunjang
dalam pengembangan media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru. Tetapi dalam
proses pembelajaran tersebut penggunaan fasilitas belum maksimal. Berdasarkan analisis
tersebut dilakukanlah pengembangan media pembelajaran interaktif berbasis ICT.
b. Tahap Desain (Design)
Pada tahap desain rancangan yang dilakukan peneliti antara lain:
1) Rancangan awal media interaktif berbasisi ICT
Perancangan media interaktif tentunya memperhatikan luaran dari berbagai hasil
analisis yang telah dilakukan, karakteristik dan stuktur media ICT yang diharapkan.
2) Instrumen berupa lembar validasi oleh validator media dan materi
Adapun kegiatan pada fase desain meliputi: Pengumpulan alat dan bahan berupa
teks, gambar, ilustrasi, yang berkaitan dengan media interaktif berbasis ICT. Selain itu,
juga dilakukan pengumpulan literatur relevan yang berkaitan dengan instrumen.
a. Desain outline atau garis besar terhadap:
a) Media ICT yang secara sistematis memuat konten-konten sebagai berikut:
1. Halaman depan
2. Halaman login
3. Tampilan awal , dengan menu-menu yang meliputi:
i. Kompetensi Dasar (KD)
ii. Tujuan pembelajaran
iii. Materi
iv. Video Pembelajaran
v. Latihan soal
4. Tombol-tombol navigasi:
i. Home
ii. Next
iii. Back
b) Instrumen, lembar validasi oleh validator media dan materi.
Pada tahap ini juga dilakukan evaluasi mandiri yang dilakukan oleh peneliti.
b. Tahap Pengembangan (Development)
Pada tahap pengembangan, peneliti membuat media pembelajaran berbasis ICT. Seluruh
komponen yang telah dipersiapkan di storyboard kemudian dirangkai menjadi satu kesatuan
media pembelajaran berbasis ICT. Tampilan dari media ini terdiri dari kompetensi dasar, tujuan
pembelajaran, materi, video pembelajaran, dan latihan soal. Media pembelajaran ini dilakukan
dua kali validasi. Validasi I dilakukan oleh 2 orang ahli materi dan 1 orang ahli media, ahli materi
yakni Doctoral Student Universitas Teknologi Malaysia (UTM), Guru IPA SMPN 1 Koto Gasib dan
Guru TIK SMKN 1 Koto Gasib sebagai ahli media .Peneliti melakukan revisi I atas saran dan
pendapat dari ahli materi dan ahli media, kemudian produk direvisi dan dilakukan validasi II.
Adapun produk akhir media pembelajaran yang sudah validasi adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Tampilan Media Sebelum Dan Sesudah Divalidasi


c. Tahap Implementasi (Implementation)
Tabel 3. Kelayakan Media Setiap Tahapan
No Tahapan Jumlah Skor Rata-rata Skor Kategori
Penelitian
1 Ahli Materi 94 4,27 Sangat Layak
2 Ahli Media 58 4,46 Sangat Layak
Rata-rata Keseluruhan 76 4,37 Sangat Layak
Berdasarkan tabel 3 di atas kelayakan media pembelajaran dari seluruh tahapan
mendapatkan skor 4,37 yang menyatakan bahwa media pembelajaran interaktif berbasis ICT
tersebut sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran.

Hasil Penilaian Kelayakan Media Pembelajaran Berbasis ICT


Media pembelajaran interaktif Berbasis ICT dinilai kelayakannya oleh dua orang ahli
materi (Doktoral Studen Universitas Teknologi Malysia dan guru IPA SMPN 1 Koto Gasib) dengan
memperoleh hasil skor ratarata 4,27 yang masuk dalam kategori “Sangat Layak”. Selanjutnya
dinilai oleh satu orang ahli media (Guru TIK SMKN 1 Koto Gasib) dengan memperoleh hasil rata-
rata keseluruhan 4,26 yang masuk dalam kategori “Sangat Layak”. Hasil rekapitulasi penilaian
oleh seluruh ahli adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Rekapitulasi Penilain Ahli
No. Tahapan Rata-rata Kategori
Penilaian
1 Ahli Materi 4,27 Sangat Layak
2 Ahli Media 4,46 Sangat Layak
Rata-rata keseluruhan 4,37 Sangat Layak

Berdasarkan penilaian seluruh ahli diperoleh skor rata-rata 4,37 yang masuk dalam rentang X >
4,21 sehingga mendapatkan kategori “Sangat Layak”.

Pembahasan
Penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa pengembangan media pembelajaran
interaktif berbasis ICT sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran oleh siswa. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Menurut Putu Agus (2020) dalam jurnalnya yang
berjudul ”Analisis Kebutuhan Pengembangan Multimedia Interaktif Berbasis Konteks Budaya
Lokal Untuk Pembelajaran IPA SMP”. Prosedur penelitian dan pengembangan pada penelitian
ini mengadaptasi dari wdrangkuman Instructional Design dengan pendekatan ADDIE Robert
Maribe Branch (2009) dalam Sugiyono (2017: 38-39) yang terdiri dari lima tahap yaitu 1)
Analysis, 2) Design, 3) Development, 4) Implementation dan 5) Evaluation. Media Pembelajaran
Interaktif Berbasis ICT melalui tahap penilaian kelayakan yang dilakukan oleh dua orang ahli
materi (Wimbi Apriwanda,S.Pd, M.Ed., Ph.D (cand) dan Riska Wulandari, S.Pd), satu orang ahli
media (Nuraini Muarofah, S.Kom). Berdasarkan rekapitulasi penilaian keseluruhan ahli pada
tabel 4 diperoleh skor rata-rata keseluruhan sebesar 4,37 yang terletak pada rentang X > 4,20
sehingga mendapatkan kategori “Sangat Layak”. Hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa
Media Pembelajaran Interaktif Berbasis ICT sangat layak untuk digunakan sebagai media
pembelajaran di SMP. Namun, peneliti hanya sampai pada tahap pengembangan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis ICT pada pokok bahasan zat dan
karakteristiknya menggunakan model pengembangan ADDIE. Tahap analisis merupakan
tahap awal untuk analisis kebutuhan siswa dan analisis materi yang untuk media
pembelajaran yang akan dikembangkan. Tahap desain terdiri dari perancangan konsep
desain media pembelajaran, menyusun materi, soal interaktif serta memilih background,
gambar, karakter dan pengkodingan halaman login. Tahap pengembangan meliputi
pembuatan media pembelajaran, penilaian oleh ahli materi dan ahli media. Media hasil
revisi dari saran ahli, maka Media Pembelajaran Interaktif Berbasis ICT pada pokok
bahasan zat dan karakteristiknya sudah siap dikembangkan selanjutnya.
b. Penilaian kelayakan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis ICT pada pokok bahasan zat
dan karakteristiknya berdasarkan Ahli Materi diperoleh nilai rata-rata seluruh aspek
sebesar 4,27 yang termasuk dalam kategori “Sangat Layak” digunakan sebagai media
pembelajaran Akuntansi, berdasarkan Ahli Media diperoleh nilai rata-rata seluruh aspek
sebesar 4,46 yang termasuk dalam kategori “Sangat Layak” digunakan sebagai media
pembelajaran, berdasarkan penilaian ahli media dan materi tersebut maka, media
pembelajaran interaktif berbasis ICT pada pokok bahasan Zat dan Karakteristiknya
sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran di SMP.

Saran
Berdasarkan kualitas produk yang dikembangkan, kelemahan dan keterbatasan penelitian yang
telah dibahas sebelumnya, peneliti memberikan saran pemanfaatan dan pengembangan media
lebih lanjut sebagai berikut:
a. Pengembangan media dapat mengikuti tahapan model ADDIE namun peneliti hanya
sampai pada tahap pengembangan
b. Media Pembelajaran Interaktif Berbasis ICT perlu dikembangkan dari segi materi agar
bisa meluas dan tidak hanya sekedar pada materi jurnal penyesuaian.
c. Media pembelajaran interaktif berbasis ICT perlu dikembangkan dengan output yang
bisa diterapkan di smartphone sehingga siswa lebih mudah untuk bisa menggunakan
belajar mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, A., & Wiryokusumo, I. (2021). PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN
INTERAKTIF. Jurnal Education And Development, 09, 426-432.

Dwipayana, P. (2020). ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF. Jurnal


Pendidikan Dan Pembelajaran Sains Indonesia, 3, 49-60.

Mahmudah, A. (2019). PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF. Jurnal Pendidikan


Akutansi Indonesia, XVII, 97-111.

Nababab, N. (2020). DEVELOPMENT OF GEOGEBRA-BASED LEARNING. Jurnal Inspiratif, 37-50.

Nababan, N. (2021). PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN. Jurnal Inspiratif, 6, 37-50.

Nazfiah, N. (2021). Nazfiah. ANALISIS UKURAN EFEK PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR
TERHADAP KEMAMPUAN 16(03), 288-295.

Putra, I. (2014). PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN DENGAN MODEL ADDIE.


Jurnal Teknologi Pendidikan, 2, 1-10.

Sumarsono, A., & Sianturi, M. (2019). Peluang Media Interaktif Dalam Menunjang Efektivitas
Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan EDUTAMA, 06, 101-109.

Anda mungkin juga menyukai