Proposal Skripsi
Oleh:
20800120067
DAFTAR ISI
JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang masalah di atas, maka adapun
masalah yang dapat di identifikasi adalah:
1. Bagaimana pengaruh media belajar berbasis multimedia pada mata
pelajaran Matematika di kelas V MIN 2 GOWA?
2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan media belajar
berbasis multimedia di kelas V MIN 2GOWA T.A. 2020/2021?
3. Apakah terdapat pengaruh signifikan penggunaan media belajar
berbasis multimedia terhadap hasil belajar siswa kelas V MIN 2
GOWA T.A. 2020/2021?
2
Syafaruddin, Nurgaya Pasya, Ilmu Pendidikan Islam (Cet: Kedua, Jakarta: Hijri Pustaka Utama,
2008), h. 53.
3
Daryanto, Media Pembelajaran (Bandung: Satu Nusa, 2010), h. 49.
C. Hipotesis
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian untuk mengetahui:
1. Pengaruh media belajar berbasis multimedia pada mata pelajaran
Matematika di kelas V MIN 2 GOWA.
2. Hasil belajar siswa dengan menggunakan media belajar berbasis
multimedia di kelas V MIN 2 GOWA T.A 2020/2021.
3. Pengaruh signifikan penggunaan media belajar berbasis multimedia
terhadap hasil belajar siswa kelas V MIN 2 GOWA T.A 2020/2021.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
baik secara teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak, sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi khasanah ilmu pengetahuan
sebagai kepustakaan bagi peneliti lain yang bermaksud mengadakan
penelitian yang sama atau berhubungan dengan permasalah yang
diteliti.
2. Manfaat praktis kepada beberapa pihak:
a. Sekolah, sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran
khususnya mata pelajaran Matematika.
b. Guru, diharapkan dari hasil penelitiann ini mampu menjadi
rujukan dan solusi bagi guru untuk membuat proses pembelajaran
lebih bermakna dan menciptakan suasana belajar yang aktif dan
partisifasi.
c. Peneliti, bermanfaat bagi peneliti sebagai sarana dalam
menetapkan media belajar secara sistematis dan terkontrol serta
mengukurnya untuk mengatasi masalah yang berkaintan dengan
proses pembelajaran.
F. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan suatu peroses perubahan dari segala aspek
tingkah laku yang relatif menetap pada seorang individu sebagai hasil
pengalaman. Perubahan ini ditunjukkan sebagai keahlian, kebiasaan,
sikap, pemahaman sebagai ilmu pengetahuan atau apresiasi. Rendah
tingginya hasil belajar siswa telah menjadi permasalahan didunia
pendidikan. Termasuk di dalamnya rendah hasil belajar Matematika
sebagai satu mata pelajaran pokok di sekolah.
Bidang studi Matematika yang dianggap sebagai pelajaran yang
sulit, membosankan, dan tidak disukai oleh beberapa siswa sehingga hasil
belajar Matematika cenderung rendah. Oleh karena itu dibutuhkan
perubahan pembelajaran yang sesuai agar proses pembelajaran menjadi
aktif, menyenangkan dan mampu menumbuhkan keterampilan siswa pada
Matematika. Usaha untuk menyikapi berbagai permasalahan pembelajaran
Matematika berujung pada munculnya inovasi pembelajaran Matematika.
Salah satu inovasi tersebut adalah pembelajaran Matematika dengan
menggunakan media belajar berbasis multimedia. Secara keseluruhan isi
penelitian in dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1
Skema Kerangka Berpikir
Guru
Siswa
Minat Belajar Rendah
Hasil Belajar
Matematika (Y2)
G. Kajian Pustaka
1. Minat Belajar
Sujanto (2004) mendefenisikan “minat sebagai sesuatu pemusatan
perhatian yang tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya
dan tergantung dari bakat dan lingkungannya”. Slameto (2010)
menyatakan bahwa “minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang”. Dari kedua
defenisi tersebut dapat dikatakan bahwa minat belajar merupakan suatu
dorongan yang dimiliki oleh seorang siswa untuk memperhatikan
pembelajaran yang dihadapi dengan sukarela tanpa adanya paksaan
karena ditunjukkan dengan perasaan senang dan hal itu terjadi terus
menerus selama pembelajaran tersebut berlangsung.
Djamarah (2008) mengungkapkan bahwa minat dapat diekpresikan
anak didik melalui :
a. Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya,
b. Partisipasi aktif dalam suatu kegiatan yang diminati, serta
c. Memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang
diminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus)
4
Djaali, Psikologi Pendidikan (Cet. VII; Jakrta: Bumi Aksara, 2013), h. 121.
5
Fatwal Harsyad, dkk “Studi Komparasi Penggunaan Ice Breaking dan Brain Gym terhadap Minat
Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 21 Makassar”, MaPan: Jurnal Matematika dan
Pembelajaran. http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Mapan/article/view/3237/3081 (12
Maret 2018)
6
Slameto, “Psikologi Belajar” dalam Makmun Khairani, ed., Psikologi Belajar, h. 145.
7
Aritonang, “Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa,” Jurnal Pendidikan
Penabur. http://www.bpkpenabur.or.id>uploads>2015/10 (23 Juli 2017).
penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi belajar siswa.8
Artinya:
“Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang
yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena
takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?" Sebenarnya hanya orang yang
berakal sehat yang dapat menerima pelajaran” (QS. Az-zumar: 9)9
Tafsir Ayat 9 dari Surat Az-Zumar ini adalah kondisi belawanan
antara orang yang taat pada Allah dengan yang lainnya (yang tidak
taat) dan antara orang yang berilmu dengan orang jahil. Ini sudah
merupakan perkara yang sudah pasti perbedaannya menurut akal yang
sehat dan telah diketahui secara pasti perbedaannya yang jauh. Maka
tidakla sama orang yang paling degan ketaatan pada RabbNya, yang
selalu mengikuti hawa nafsunya dengan orang-orang yang gemar
beribadah, yakni taat kepada Allah dan melakukan ibadah-ibadah yang
paling utama.
8
Oemar Hamalik, “Media Pendidikan,” dalam Azhar Arsyad, ed., Media Pembelajaran, h. 19.
9
Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan (Jakarta: Maktabah Al-Fatih Rasyid Media,
2016), h. 60.
Berkaitan dengan ayat ini maka jelas kita ketahui bahwa orang
berilmu itu sudah jelas berbeda dengan prangai yang tidak berilmu,
maka dari itu kita sebagai mulim dianjurkan dan diwajibkan dalam
belajar atau menuntut ilmu. Menurut Usiono dalam buku Filsafat
Pendidikan Islam, Allah SWT disini membedakan orang yang berilmu
dengan orang yang tidak berilmu keduanya tidaklah sama. Tanpa
memandang ilmu apa saja itu namun yang penting tidaklah sama
antara orang yang alim dan yang jahil. Sama hal tidaklah sama antara
orang yang melihat dengan yang buta atau antara kegelapan dan
cahaya. Jelas keutamaan ilmu membedakan satu manusia dengan
manusia lainnya dengan mengutamakannya dari selainnya.10
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu hal yang berhubungan dengan
kegiatan belajar karena belajar merupakan proses, sedangkan hasil
belajar adalah sebagian hasil yang dicapai seseorang yang mengalami
proses belajar mengajar, dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi
dan proses belajar yang dilakukan untuk memahami pengertian hasil
belajar maka harus bertitik tolak dari pengertian belajar itu sendiri.11
Keberhasilan belajar siswa merupakan hal penting yang harus
dipikirkan oleh guru agar setiap yang disampaikan tidak sia-sia.
Karena berhasil atau tidaknya guru dalam mengajar sangat erat
kaitannyadengan dapat atau tidaknya siswa menerima pelajaran yang
disampaikan guru. Setelah siswa memiliki pengetahuan diharapkan
dapat mengubah tingkah lakunya dan perubahan itu dinamakan hasil
belajar siswa. “Hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk perubahan
tingkah laku, bentuk tingkah laku itu dinyatakan dalam perumusan
tujuan intruksional”.12
10
Usiono, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Citapustaka Media, 2015), h. 37.
11
Khadijah, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Citra Pustaka, 2016), h. 79.
12
Zakiah Drajat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.
197.
Menurut teori Gesalt, belajar merupakan merupakan suatu proses
perkembangan. Artinya bahwa secara kodrati jiwa raga anak
mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu
baik yang berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh
lingkungannya. Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa dipengaruhi
oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya.
Siswa dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku
intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani dan
rohani. Lingkungan yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru,
kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan
lingkungan, keluarga, dan lingkungan.13 Proses pembelajaran
melibatkan dua subjek, yaitu guru dan siswa akan menghasilkan suatu
perubahan pada diri siswa sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran.
Perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai akibat kegiatan
pembelajaran bersifat non-fisik seperti perubahan sikap, pengetahuan
maupun kecakapan.14
Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor yang memengaruhi. Secara perinci,
uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:15
a. Faktor internal, merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri
peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor
internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi
belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan
kesehatan.
b. Faktor eksternal, berasal dari luar diri peserta didik yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar
13
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta: Kencana, 2013), h.
12.
14
Eko Putra Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran (Cet. VI; Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2014), h. 25.
15
Wasliman, IimProblematika Pendidikan Dasar (Bandung: SPs-UPI, 2017), h. 158.
siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya,
pertengkaran suami istri, perhatian orangtua yang kurang terhadap
anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berprilaku yang kurang baik
dari orangtua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam
hasil belajar peserta didik.
Hasil belajar matematika merupakan tingkat keberhasilan siswa
dalam memahami dan menguasai bahan mata pelajaran matematika
setelah memperoleh pengalaman belajar matematika dalam suatu
kurun waktu tertentu.16 Pendapat ini dapat ditegaskan bahwa salah satu
faktor eksternal yang sangat berperan memengaruhi hasil belajar siswa
adalah guru. Guru dalam proses pembelajaran memegang peranan
yang sangat penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada usia sekolah
dasar, tak mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti siswa
adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan
bimbingan dan bantuan orang dewasa.17
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah hasil dari serangkaian proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru bersama siswanya berupa perubahan sikap (afektif), pengetahuan
(kognitif) maupun kecakapan (psikomotorik).
Fungsi penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan guru
adalah:
Menggambarkan seberapa dalam seorang peserta didik telah
menguasai suatu kompetensi tertentu. Dengan penilaian maka
akan diperoleh informasi tingkat pencapaian kompetensi peserta
didik (tuntas atau belum tuntas)
Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan peserta didik sera sebagai alat diagnosis yang
16
Anita Purnama Putri, dkk, “Pengaruh Penguasaan materi Prasyarat terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 1 Sinjai Timur”, MaPan: JurnalMatematika dan
Pembelajaran. http://journal.uin-alauddin.ac.id/ (19 Maret 2018)
17
Wina, Sanjaya, Strategi Pembelajaran berbasis Standar Proses Pendidkan (Bandung: Alfabeta,
2005), h. 51.
membantu guru menentukan apakah peserta didik perlu mengikuti
remedial atau pengayaan
Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu
peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang
langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program,
pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan (sebagai
bimbingan)
Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran
yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran
berikutnya
Kontrol bagi guru dan sekolah tentang kemajuan peserta didik
dengan melakukan penilaian hasil pembelajaran, maka guru dan
sekolah dapat mengontrol tingkat kemajuan hasil belajar peserta
didik.18
3. Media Belajar
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfia
berarti “tengah”. ‘perantara’ atau ‘pengantar’.19 Dalam bahasa Arab,
media disebut dengan kata ‘wasilah’. Menurut Association For
Education and Communication Technology (AECT), dalam Asnawir
dan M. Basyiruddin Usman, media adalah segala bentuk yang
dipergunakan untuk suatu proses penyaluran pesan atau informasi.
National Education Association (NEA) mendefinisikan media sebagai
benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau
dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam
kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program
instruksional.20
18
Kunandar, Penilaian Autentik (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), h. 68-69.
19
Azhar Arsyd, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 3.
20
H. Asnawir dan M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.
11.
Berdasarkan jurnal Tarbiyah media merupakan alat bantu
pembelajaran yang dapat mengantarkan atau mengantarkan pesan-
pesan pembelajaran dari guru kepada peserta didik sesuai dengan
tujuan yang telah dirumuskan.21 Perngertian yang dikemukakan para
ahli diatas dapat dipahami bahwa media adalag alat yang sengaja
digunakan dan diajarkan oleh guru kepada siswa untuk menyampaikan
pesan-pesan pelajaran agar pembelajaran dikelas aktif dan
menyenangkan. Pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar,
sebaiknya seorang guru mempergunakan media belajar, karena dengan
menggunakan media pembelajaran anak dapat dengan mudah
memahami pelajaran yang guru telah sajikan. Disini anak juga jadi
lebih mengerti bentuk, rupa, warna, objek yang sedang diamati. Salah
satu faktor yang dapat menjaga kelangsungan proses belajar mengajar
adalah dengan digunakannya media dalam belajar mengajar.
Pengembangan variasi mengajar dilakukan oleh guru, salah
satunya adalah dengan memanfaatkan variasi alat bantu, baik dalam
hal ini variasi media pandang, variasi media dengar, dalam variasi
mengajar tentu saja tidak sembarangan, tetapi ada tujuan yang hendak
dicapai, yaitu meningkatkan dan memelihara perhatian anak didik
terhadap relevansi proses belajar mengajar, memberikan kesempatan
kemungkinan berfungsinya motivasi membentuk sikap positif terhadap
guru dan sekolah, memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar
individual, dan mendorong anak didik untuk belajar. Mempelancar
proses belajar mengajar di sekolah peranan media sangat penting
karena merupakan hal yang sangat mendukung, sebagian besar yang
sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian
integral demi tercapainya proses pendidikan dan pengajaran disekolah.
Sebenarnya media belajar tidak sekedar menjadi alat bantu
pembelajaran, melainkan juga merupakan suatu strategi dalam
21
Tarbiyah, Jurnal Pendidikan dan Keislaman, Vol. XIV No.2 (Juli-Desember 2007), diterbitkan
oleh Fakultas Tarbiyah IAIN Sumatera Utara Medan, h. 216.
pembelajaran. Sebagai strategi, media belajar memilikibanyak fungsi,
sebagaimana diuraikan oleh Asyhar dibawah ini:22
Media sebagai sumber belajar (belajar adalah proses aktif dan
kontruktif melalui suatu pengalaman dalam memperoleh
informasi)
Fungsi sumantik (sumantik berkaitan dengan “meaning” atau arti
dari suatu kata istilah, tanda atau simbol)
Fungsi manulatif (fungsi manulatif adalah kemampuan media
dalam menampilkan kembali suatu benda / peristiwa dengan
berbagai cara, sesuai kondisi, situasi, tujuan dan sasarannya)
Fungsi fiksatif (fungsi fiksatif adalah fungsi yang berkenaan
dengan kemampuan suatu media untuk menangkap, menyimpan,
menampilkan kembali objek atau kejadian yang sudah lama
terjadi)
Fungsi distributive (fungsi manifulatif media pembelajran berarti
bahwa dalam sekali penggunaan satu materi, objek atau kejadian,
dapat diikuti oleh peserta didik dalam jumlah besar dan dalam
jangka yang sangat luas sehingga dapat meningkatkan efesiensi
baik waktu maupun biaya)
Fungsi psikologis (dari segi psikologis, media pembelajaran
memiliki beberapa fungsi seperti fungsi atensi, fungsi afektif,
fungsi kognitif, fungsi imajinatif dan fungsi motivasi).
4. Pembelajaran Multimedia
Pembelajaran melalui multimedia adalah pembelajaran yang
didesain dengan menggunakan berbagai media secara bersamaan
seperti teks, gambar (poto), film (video), dan lain sebagainya yang
kesemuanya saling bersinergi untuk mencapai tujuan pembelajran
22
Rayandra Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran (Jakarta: Gaung Persada,
2011), h. 29.
yang dirumuskan sebelumnya. Menurut Sanjaya ada tiga hal yang
harus kita pahami dalam konsep di atas yaitu:23
a. Pembelajaran melalui multimedia menggunakan bermacam media
seperti teks, gambar (foto), animasi, film (video), audio, dan lain
sebagainya yang digunakan secara bersamaan. Dengan demikian,
dalam satu proses pembelajaran melalui multimedia, siswa belajar
tidak hanya dari satu jenis media saja, akan tetapi dari berbagai
macam media secara bersamaan atau satu kesatuan dirancang
secara utuh.
b. Bermacam-macam media yang yang digunakan, dirancang untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang spesifik dirumuskan
sebelumnya. Artinya, tujuan yang spesifik merupakan fokus dalam
merancang berbagai media yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Setiap media yang akan digunakan berfungsi dan
berkontribusi dalam mencapai tujuan.
c. Pembelajaran melalui multimedia didesain secara khusus. Karena
itulah, pemakaian berbagai macam media bukanlah dilaksanakan
secara kebetulan, akan tetapi dilaksanakan melalui proses
perencanaan, pengembangan dan uji coba terlebih dahulu sebelum
digunakan.
5. Bentuk Multimedia
Dalam pengembangannya multimedia dapat dibagi dua, yakni:
a. Multimedia Linear, multimedia yang bersifat sekuensial atau
berurutan, setiap siswa atau pemakai multimedia ini menggunakan
sesuai dengan urutan setahap demi setahap sesaui dengan
pengemasan materi yang ditentukan. Siswa belajar berdasarkan
bagian-bagian yang didesain semedikian rupa secara berurutan
dengan waktu yang telah ditentukan.
23
Wina Sanjaya, Media Komunikasi Pembelajaran (Jakarta: Kecana, 2012)
b. Multimedia pembelajaran aktif yaitu yang tidak bersifat linier,
namun siswa memiliki pilihan sesuai dengan menu yang
ditawarkan.
Melatih cara belajar yang baik, banyak model dan alat bantu yang
digunakan dalam proses pembelajaran itu sendiri, sehingga nantinya
dapat menuntun siswa dapat melakukan belajar sendiri melalui media
pembelajaran apa saja, misalnya Internet (ICT), Multimedia, TV edukasi,
pengamatan lingkungan dan sebagainya. Terlepas dari model apapun,
selama hal itu mendukung bagi pelaksanaan pembelajaran semuanya
adalah baik dalam artian membantu mempercepat pemahaman kepada
siswa tentang objek yang sedang dipelajari.
H. Rancangan Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, bertujuan untuk
mengetahui pengaruh suatu perlakuan terhadap subjek penelitian.
Penelitian eksperimen dapat dilakukan untuk mengetahui hubungan
sebab-akibat dari dilakukannya perlakuan. Penelitian dengan
pendekatan eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan
sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti
(Suharsimi Arikunto, 2011: 9).
Pada penelitian ini termasuk eksperimen semu (quasi
experimental), karena pada desain tersebut mempunyai kelompok
kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Menurut
Hadjar (1996: 334) bahwa pada dasarnya kerangka desain penelitian
ini sama dengan desain penelitian eksperimen sejati pre test-post test,
hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol bisa dipilih secara random. Menurut Sugiyono bahwa Quasi
Eksperimen digambarkan sebagai berikut:25
O1 X O2
…………………
O3 O4
Gambar 1.2 Desain Eksperimen
Keterangan :
X : Perlakuan media belajar berbasis multimedia
O1 : Pre-test sebelum diberi perlakuan pada kelompok eksperimen
O2 : Post-test setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen
O3 : Pre-test pada kelompok kontrol
O4 : Post-test pada kelompok kontrol
25
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2017), h. 116.
Berdasarkan gambar 1.2 di atas, mengilustrasikan bahwa desain
ini menggunakan dua kelompok, yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Pelaksanaan pretest yang dilakukan sebelum melakukan
perlakuan, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol (O1, O3) dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan
perubahan. Pemberian posttest pada akhir perlakuan akan
menunjukkan seberapa jauh akibat dari perlakuan. Hal ini dilakukan
dengan cara melihat perbedaan nilai (O 2- O4) sedangkan pada
kelompok kontrol tidak diperlakukan apapun.
Lokasi penelitian ini adalah di MIN 2 GOWA yang berada di
Jalan Pendidikan, Kelurahan Panakkukang, Kecamatan Pallangga,
Kabupaten Gowa.
2. Desain Penelitian
Eksperimen semu (quasi experimental) mempunyai tiga bentuk
desain.Yang pertama adalah Posttest Only Non Equivalent Kontrol
Group Design. Desain penelitian ini terdiri dari satu atau beberapa
kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok yang
digunakan merupakan intact group dandependent variable diukur satu
kali, yaitu setelah perlakuan (treatment) eksperimen diberikan.Yang
kedua adalah Pretest-Posttest Non Equivalent Kontrol Group Design.
Desain ini dibedakan dengan adanya pre-test sebelum perlakuan
(treatment) diberikan. Karena adanya pre-test, maka pada desain
penelitian tingkat kesetaraan kelompok turut diperhitungkan. Dan yang
ketiga adalah Time-Series Design. Desain time-series sebagai kuasi
eksperimen memiliki ciri adanya pengukuran yang berulang-ulang,
baik sebelum maupun sesudah perlakuan (treatment) terhadap satu atau
beberapa intact group. Dalam penelitian ini menggunakan desain
Pretest-Posttest Non Equivalent Kontrol Group Design. Dalam
penelitian ini digunakan pre-test dan post-test untuk mengukur
kemampuan awal dan akhir siswa.
3. Populasi dan Sampel
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V
MIN 2 GOWA dengan jumlah 30 siswa.
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi data pada
penelitian. Sugiyono mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Artinya
sampel merupakan bagian dari populasi. Penulis menentukan sampel
pada penelitian ini menggunakan teknik random sampling.
Berdasarkan data populasi sebanyak dua kelas dengan jumlah 30
siswa, penulis mengambil sampel seluruh kelas V MIN 2 GOWA
dengan jumlah 30 siswa, yang terbagi menjadi kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kelas V.
4. Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
mengenai hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam
penelitian ini, peneliti melibatkan 1 variabel yaitu variabel independen
(bebas) dan 2 variabel dependen (terikat). Variabel independen (bebas)
dalam penelitian ini yaitu media pembelajaran berbasis multimedia
yang digunakan dalam pembelajaran matematika. Kelompok
eksperimen diberikan pembelajaran menggunakan media, sedangkan
kelompok kontrol diberikan pembelajaran tanpa menggunakan media.
Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah minat dan hasil
belajar siswa kelas V MIN 2 GOWA.
Minat belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
kecenderungan hati atau ketertarikan yang lebih untuk mempelajari
matematika untuk mendapatkan informasi, pengetahuan,
kecakapannya melalui usaha dan pengalaman. Untuk mengukur
tingkat minat belajar matematika siswa, peneliti memberikan kuesioner
minat yang diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kontrol yang
disusun berdasarkan indikator minat belajar. Indikator minat belajar
yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Perasaan senang
b. Ketertarikan untuk belajar
c. Menunjukkan perhatian saat belajar
d. Keterlibatan dalam belajar
27
Hartono, Analisis Item Instrumen (Cet. I; Pekanbaru Riau: Zanafa Publishing, 2015), h. 83.
28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 133.
29
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Cet. XII; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 77.
30
ana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, h. 80.
31
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran (Cet. I; Yogyakarta: Multi Pressindo, 2012
), h. 67.
menjadi 3 macam yaitu tes tertulis, tes lisan dan tes keterampilan.
Bentuk tes tertulis terdiri atas bentuk objektif dan bentuk uraian.
Bentuk uraian meliputi uraian terbatas dan uraian bebas. Penelitian
ini menggunakan tes dalam bentuk uraian. Peneliti membuat
alternatif kunci pokok jawaban yang mungkin dijawab siswa untuk
setiap soalnya agar data hasil belajar pada ranah kognitif yang
didapat bisa mengukur hasil belajar yang memang seharusnya
diukur. Cara pengumpulan data dengan tes ini akan digunakan
sebelum dan setelah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
diberikan perlakuan yang berbeda.
c. Observasi
Observasi adalah suatu teknik atau cara pengumpulan data
dengan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung.32 Cara yang paling bagus untuk menggunakan metode
observasi yaitu melengkapinya dengan format pengamatan sebagai
instrumen. Format tersebut yang disusun berisi item-item tentang
kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. 33
Metode ini digunakan dalam penelitian bertujuan untuk
mengamati secara langsung pembelajaran matematika di dalam
kelas yang menggunakan media pembelajaran berbasis multimedia
dengan kelas yang tidak menggunakan media pembelajaran
berbasis multimedia.
d. Dokumentasi
Cara pengumpulan data ini dengan mengambil data siswa
yang terdapat di MIN 2 GOWA. Data yang dimaksud berupa nilai
ujian semester genap Matematika kelas V tahun ajaran 2016/2017
dan nilai ujian semester ganjil Matematika kelas V tahun ajaran
2017/2018 kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
32
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), h. 57.
33
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Cet. XIII; Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 272.
6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam
pengumpulan data atau informasi yang digunakan untuk menjawab
rumusan masalah penelitian.34 Penulis membutuhkan beberapa
instrumen penelitian untuk memperoleh data yang dibutuhkan.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa lembar
kuesioner, lembar butir-butir soal dan pedoman observasi.
a. Lembar kuesioner
Lembar kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data
tentang minat belajar matematika. Lembar kuesioner diberikan dua
kali, yaitu sebelum melakukan perlakuan yang berbeda kepada
kedua kelompok dan setelah dilakukan perlakuan yang berbeda.
Jumlah butir pernyataan yang harus ditanggapi oleh siswa adalah
20 item.
b. Lembar Butir Soal
Instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini berupa
butir-butir soal uraian. Tes diberikan dua kali yaitu saat pretest
dan posttest. Pretest dilakukan untuk memperoleh data hasil
belajar peserta didik di antara dua kelompok sebelum mereka
diberi perlakuan yang berbeda. Jumlah soal pada pretest adalah 4
butir soal. Posttest dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar
peserta didik di antara dua kelompok setelah mereka diberi
perlakuan yang berbeda. Jumlah soal pada pretest adalah 6 butir
soal.
Soal yang baik adalah yang tidak terlalu mudah atau tidak
terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa
untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya, soal yang
terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar
jangkauannya. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya
34
Hartono, Analisis Item Instrumen, h. 74.
suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya
indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 0,1. Indeks kesukaran
ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks
kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar.
c. Pedoman Observasi
Pedoman observasi ini digunakan untuk mengamati
keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan
diamati oleh dua orang pengamat.
7. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Penggunaan instrumen yang valid dan realibel dalam
pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi
valid dan realibel.35 Instrumen sebelum digunakan untuk
mengumpulkan data harus diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih
dahulu. Jika instrumen dikatakan tidak valid atau tidak reliabel, maka
instrumen akan diperbaiki, hingga instrumen tersebut dapat dikatakan
valid dan reliabel. Berikut penjelasan lebih lanjut terkait validitas dan
reliabilitas.
a. Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan
validitas eksternal.36 Validitas internal instrumen yang berupa test
harus memenuhi construct validity (validitas konstruksi) dan
content validity (validitas isi). Sedangkan untuk instrumen yang
nontest yang digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi
validitas konstruksi (construct).
Untuk menguji validitas konstruk, dapat digunakan
pendapat dari ahli (judgment experts). Para ahli diminta
pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Jumlah
35
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 173.
36
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 174
tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya
mereka yang telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang
diteliti. Setelah pengujian konstak dari ahli dan berdasarkan
pengalaman empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan
uji coba instrumen.
Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas
konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan
mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan
mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.
b. Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama.
Reliabilitas instrumen mengarah pada kekonsistenan hasil
pengambilan data jika instrumen tersebut digunakan oleh orang
atau kelompok orang yang sama dalam waktu yang berlainan
atau kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok
orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau dalam
waktu yang berlainan.37
8. Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian yaitu data minat belajar dan hasil belajar
Matematika siswa kelas V MIN 2 GOWA. Data minat dan hasil belajar
tersebut dikumpulkan pada awal penelitian dan pada akhir penelitian.
a. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah suatu teknik pengolahan data
yang tujuannya untuk menggambarkan kelompok data tanpa
membuat atau menarik kesimpulan atas populasi yang diamati. 38
Teknik ini digunakan untuk mendeskripsikan data tentang minat
37
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Cet. XXV; Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 58
38
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan (Cet. II;
Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 107
belajar dan hasil belajar siswa sebelum dan setelah kedua kelas
dilakukan sebuah perlakuan yang berbeda.
b. Analisis Statistik Inferensial
Statistik inferensial adalah teknik statistika di mana
pembuatan keputusan tentang populasi yang diteliti berdasarkan
kepada data yang diperoleh dari sampel.39 Statistik inferensial ini
digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dibuat.
Statistik inferensial terbagi menjadi statistik parametris
dan nonparametris. Statistik parametris digunakan untuk
menganalisis data interval dan rasio, jumlah sampel besar, serta
berlandaskan pada ketentuan bahwa data yang akan dianalisis
berdistribusi normal. Sedangkan statistik nonparametris
digunakan untuk menganalisis data yang berbentuk nominal dan
ordinal, jumlah sampel kecil, dan tidak harus berdistribusi normal.
39
Sukardi, Evaluasi Pendidikan (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 154