Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

MEDIA PEMBELAJARAN (ALAT PERAGA) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Matematika Sekolah
yang diampu oleh Dr. H. Imam Sujarwo, M. Pd dan Dr. Marhayati, M.P.Mat

Oleh :
Andini Endah Sri Mulyani 220108210005
Nurmalia Khoirunisa Zain 220108210008
Nadila Choirunnisa’ Intsani 220108210009
Muhammad Maulidani 220108210011

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan


belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru
atau dosen dan siswa/mahasiswanya bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan
pengertian. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-
penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain
disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa/mahasiswa,
kurangnya minat dan kegairahan, dan sebagainya. Berbagai media pembelajaran yang
beraneka ragam jenis tentunya tidak akan digunakan secara serentak atau dalam
waktu yang bersamaan. Oleh sebab itu di perlukan pemilihan media yang tepat. Agar
dapat tepat dalam memilih media pembelajaran maka di perlukan pertimbangan
kriteria dan langkah-langkah dalam pemilihan media. Pemilihan media pembelajaran
harus di sesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa seorang guru memilih salah satu media dalam
kegiatannya di kelas atas dasar pertimbangan antara lain (a) merasa sudah akrab
dengan media itu seperti papan tulis/proyektor transpararansi,(b) merasa bahwa media
yang di pilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik daripada dirinya sendiri
misalnya, diagram pada flip chart,atau (c) media yang di pilihnya dapat menarik minat
dan perhatian siswa,serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan
terorganisasi. Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan
proses belajar mengajar. Karena beraneka ragamnya media tersebut, maka masing-
masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.

Kecermatan dan ketepatan dalam memilih media pembelajaran dipengaruhi


oleh banyak faktor seperti luas sempitnya pengetahuan dan pemahaman tenaga
pengajar tentag kriteria dan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan serta prosedur
pemilihan media pembelajaran. Seiring dengan perkembangan teknologi, maka
berbagai model pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas juga mengalami
perkembangan. Seorang pendidik memang masih tetap merupakan salah satu sumber
belajar tetapi tidak lagi satu-satunya sumber belajar bagi para peserta didiknya.
Pendidik menggunakan sumber belajar lain yang disebut sebagai media untuk
pembelajaran peserta didiknya. Oleh karena itu sebelum pendidik menggunakan
media dalam proses belajar mengajar, maka pendidik dituntut untuk mengetahui
bagaimana teknik pemilihan media pembelajaran agar media yang digunakan dapat
berfungsi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Selain itu pendidik juga
dituntut untuk memahami pengembangan, tujuan, dan model-model pengembangan
media pembelajaran. Pendidik juga dituntut untuk memahmi klasifikasi dan
karakteristik media pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

a. Bagaimana pemilihan dan pengembangan media pembelajaran?

b. Bagaimana klasifikasi dan karakteristik media pembelajaran?

c. Apa saja contoh dari media pembelajaran berupa alat peraga dalam
matematika?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam makalah ini adalah:

1. Mengetahui pemilihan dan pengembangan media pembelajaran.

2. Mengetahui klasifikasi dan karakteristik media pembelajaran.

3. Mengetahui contoh dari alat peraga sebagai media pembelajaran matematika


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemilihan dan Pengembangan Media Pembelajaran


A. Pemilihan Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran

Dalam pendidikan dan pengajaran, untuk mencapai tujuan agar terdapat


efisiensi dan efektifitas, maka diperlukan suatu alat bantu yang dikenal dengan istilah
“media belajar”. Secara etimologi, media berasal dari kata “medium” yang berarti
perantara atau pengantar . media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan. Sedangkan menurut para ahli lain, menggunakan istilah
media pembelajaran sebagai “teaching material” atau instruksional material, artinya
identik dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata “raga”, yaitu suatu
benda yang dapat diraba, dilihat, didengar dan yang dapat diamati melalui indera kita.

Sedangkan pengertian media pendidikan secara definitive, para ahli memberi


rumusan yang berbeda, masing-masing memiliki wawasan dan orientasi yang
berlainan, namun demikian pada prinsipnya ada kesamaan pengertian yang mendasar.
Dan dapat diambil kesimpulan bahwa media pendidikan atau pengajaran adalah
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengiriman ke si
penerima guna merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga
terjadi dapat mendorong terjadinya proses belajar. Sebagai pembawa (penyalur)
pesan, media pengajaran tidak hanya digunakan oleh guru, tetapi yang lebih penting
dapat pula digunakan oleh siswa. Dengan demikian penggunaan media dalam
pembelajaran sangat penting dilakukan, karena media pada hakekatnya merupakan
salah satu komponen sistem pembelajaran. Sebagai komponen, media hendaknya
merupakan bagian integral dan harus sesuai dengan proses pembelajaran secara
menyeluruh. Ujung akhir dari pemilihan media adalah penggunaaan media yang
memungkinkan siswa dapat berinteraksi dengan media yang kita pilih.

Apabila kita telah menentukan alternatif media yang akan kita gunakan dalam
pembelajaran, maka pertanyaan berikutnya adalah sudah tersediakah media tersebut di
sekolah atau di pasaran ? Jika tersedia, maka kita tinggal meminjam atau membelinya
saja. Itupun jika media yang ada memang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
telah kita rencanakan, dan terjangkau harganya. Jika media yang kita butuhkan
ternyata belum tersedia, mau tak mau kita harus membuat sendiri program media
sesuai keperluan tersebut.

Jadi, pemilihan media itu perlu kita lakukan agar kita dapat menentukan media
yang terbaik, tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sasaran didik. Untuk itu,
pemilihan jenis media harus dilakukan dengan prosedur yang benar, karena begitu
banyak jenis media dengan berbagai kelebihan dan kelemahan masing-masing.

2. Pendekatan Proses Pemilihan Media Pembelajaran


Anderson (1976) mengemukakan adanya dua pendekatan/ model dalam proses
pemilihan media pembelajan, yaitu : model pemilihan tertutup dan model pemilihan
terbuka.
a. Pemilihan tertutup, terjadi apabila alternatif media telah ditentukan “dari
atas” (misalnya oleh Dinas Pendidikan), sehingga mau tidak mau jenis media
itulah yang harus dipakai. Kalau pun kita memilih, maka yang kita lakukan
lebih banyak ke arah pemilihan topik/ pokok bahasan mana yang cocok untuk
dimediakan pada jenis media tertentu. Misalnya saja, telah ditetapkan bahwa
media yang digunakan adalah media audio. Dalam situasi demikian, bukanlah
mempertanyakan mengapa media audio yang digunakan, dan bukan media
lain? Jadi yang harus kita lakukan adalah memilih topik-topik apa saja yang
tepat untuk disajikan melalui media audio.
b. Model pemilihan terbuka, merupakan kebalikan dari pemilihan tertutup.
Artinya, kita masih bebas memilih jenis media apa saja yang sesuai dengan
kebutuhan kita. Alternatif media masih terbuka luas. Proses pemilihan terbuka
lebih luwes sifatnya karena benar-benar kita sesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi yang ada. Namun proses pemilihan terbuka ini menuntut kemampuan
dan keterampilan guru untuk melakukan proses pemilihan. Seorang guru
kadang bisa melakukan pemilihan media dengan mengkombinasikan antara
pemilihan terbuka dengan pemilihan tertutup.
3. Dasar Pertimbangan Pemilihan Media Pembelajaran
Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang
akan digunakan dalam proses pembelajaran itu juga memerlukan perencanaan yang
baik. Meskipun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa seorang
pendidik memilih salah satu media dalam kegiatannya di kelas atas dasar
pertimbangan :
a. Pendidik merasa sudah akrab dengan media tersebut.
b. Pendidik merasa bahwa media yang dipilih dapat sesuai dengan materi yang akan
diajarkan.
c. Media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian peserta didik, serta
menuntutnya pada penyajian yang lebih testruktur dan terorganisir.
d. Ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkret.
Jadi dengan dasar pertimbangan inilah yang diharapkan oleh pendidik agar
dapat memenuhi kebutuhannya dalam mengajar. Beberapa faktor perlu
dipertimbangkan, misalnya tujuan instruksional yang ingin dicapai, karakteristik
peserta didik atau sasaran, jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual,
gerak, dan seterusnya), keadaan lingkungan, kondisi setempat dan luasnya jangkauan
yang ingin dilayani. Faktor-faktor tersebut pada akhirnya harus diterjemahkan dalam
keputusan pemilihan media.

Adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media


pembelajaran yang tepat menurut Rasimin, dkk., antara lain :

a. Acces, artinya media yang diperlukan dapat tersedia, mudah, dan dapat
dimanfaatkan siswa.
b. Cost, artinya media yang akan dipilih atau digunakan, pembiayaannya dapat
dijangkau.
c. Technology, artinya media yang akan digunakan apakah teknologinya tersedia
dan mudah menggunakannya.
d. Interactivity, artinya media yang akan dipilih dapat memunculkan komunikasi
dua arah atau interaktivitas. Sehingga siswa akan terlibat (aktif) baik secara fisik,
intelektual dan mental.
e. Organization, artinya dalam memilih media pembelajaran tersebut, secara
organisatoris mendapatkan dukungan dari pimpinan sekolah (ada unit organisasi
seperti pusat sumber belajar yang mengelola).
f. Novelty, artinya media yang dipilih tersebut memiliki nilai kebaruan, sehingga
memiliki daya tarik bagi siswa yang belajar.
4. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Kriteria pemilihan media haruslah dikembangkan sesuai dengan tujuan


yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat
kemampuan dan sifat-sifat khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan.
Prof. Ely dalam kuliahnya di Fakultas Pascasarjana IKIP Malang tahun 1982
mengatakan bahwa pemilihan media seyogyanya tidak terlepas dari konteknya
bahwa media merupakan komponen dari sistem intruksional secara keseluruhan,
karena itu meskipun tujuan dan isinya sudah diketahui, faktor-faktor lain seperti
karakteristik peserta didik, strategi belajar mengajar, organisasi kelompok belajar,
alokasi waktu dan sumber, serta prosedur penilainnya juga perlu
dipertimbangkan.

Memilih media hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan,


melainkan didasarkan atas kriteria tertentu. Kesalahan pada saat pemilihan, baik
pemilihan jenis media maupun topik yang dimediakan, akan membawa akibat
panjang yang tidak kita inginkan dikemudian hari. Ada beberapa kriteria umum
yang perlu diperhatikan dalam memilih media yaitu :

a. Kesesuaian dengan Tujuan (intructional goals)


b. Kesesuaian dengan Materi Pembelajaran (intructional content)
c. Kesesuaian dengan Karakteristik Pembelajaran atau Peserta didik
d. Kesesuaian dengan Teori
e. Kesesuaian dengan Gaya Belajar Peserta didik
f. Kesesuaian dengan Kondisi Lingkungan, Fasilitas Pendukung, dan Waktu
yang Tersedia

5. Prinip-prinsip Pemilihan Media Pembelajaran

Pemilihan media pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi dan


indikator yang ditetapkan pada dasarnya merupakan suatu perluasan
keterampilan berkomunikasi yang membutuhkan suatu proses yang rinci,
sistematis dan khusus. Memilih media pembelajarn yang terbaik untuk standar
kompetensi dan indikator suatu pembelajaran bukan suatu pekerjaan yang
mudah. Karena pemilihan media tersebut didasarkan pada berbagai prinsip dan
faktor yang saling mempengaruhi.

Ada beberapa prinsip dalam memilih media pembelajaran yang harus


diperhatikan oleh pendidik, yang terpenting dalam pemilihan media
pembelajaraan dimaksud adalah adanya patokan yang digunakan pada proses
pemilihan media itu. Pemilihan dan penggunaan suatu media pembelajaran
harus melibatkan tenaga yang mampu, terampil, dan profesional untuk
memanfaatkannya disetiap lembaga pendidikan. Biaya yang dibutuhkan juga
harus tersedia dan terjangkau oleh suatu lembaga pendidikan yang
bersangkutan. Secara garis besar beberapa prinsip yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu :

a. Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media


pembelajaran. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk
informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu
kosong. Lebih khusus lagi, apakah untuk pembelajaran kelompok atau
individu, apakah sasarannya peserta didik TK, SD, SMA, atau peserta didik
Sekolah Dasar Luar Biasa, masyarakat pedesaan ataukah masyarakat
perkotaan.
b. Karakteristik Media Pembelajaran. Setiap media pembelajaran memiliki
karakteristik tertentu, baik dilihat dari keunggulannya, cara pembuatan
maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik media pembelajaran
merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki dalam kaitannya dengan
pemilihan media pembelajaran. Disamping itu, hal ini memberikan
kemungkinan bagi kita untuk menggunakan berbagai media pembelajaran
secara bervariasi.
c. Alternatif Pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan
atau dikompetisikan. Dengan demikian kita bisa menentukan pilihan media
pembelajaran mana yang akan dipilih.

Selanjutnya perlu diingat bahwa tidak ada satu mediapun yang


sifatnya bisa menjelaskan semua permasalahn atau materi pembelajaran
secar tuntas. Dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip
psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan media
adalah sebagai berikut:

a. Motivasi
b. Perbedaan Individual
c. Tujuan Pembelajaran
d. Organisasi Isi
e. Persiapan Sebelum Belajar
f. Emosi
g. Partisipasi
h. Umpan Balik
i. Penguatan
j. Latihan dan Pengulangan
k. Penerapan

6. Prosedur Pemilihan Media Pembelajaran

Secara umum prosedur pemilihan media pembelajaran Anderson (1976)


mengemukakan ada enam langkah, yaitu :

a. Menentukan apakah pesan yang akan disampaikan itu merupakan tujuan


pembelajaran atau hanya sekedar merupakan informasi atau hiburan.
b. Menetapkan apakah media itu di rancang untuk keperluan pembelajaran atau
instruksional atau alat bantu mengajar (peraga).
c. Menetapkan apakah dalam usaha mendorong kegiatan belajar tersebut akan
digunakan strategi afektif, kognitif atau psikomotorik.
d. Menetukan media yang sesuai dari kelompok media yang cocok untuk
strategi yang di pilih dengan mempertimbangkan ketentuan atau criteria,
kebijakan, fasilitas, kemampuan produksi dan biaya.
e. Mereview kembali kelemahan dan kelebihan media yang dipilih, bila perlu
mengkaji kembali alternatif-alternatif yang ada.
f. Perencanaan pengembangan dan produksi media tersebut.
7. Tips Dalam Memilih Media Pembelajaran
Sebelum memutuskan untuk memanfaatkan media dalam kegiatan
pembelajaran di dalm kelas, hendaknya pendidik melakukan seleksi terhadap
media pembelajaran mana yang akan digunakan untuk mendampingi dirinya
dalam membelajarkan peserta didiknya. Berikut ini beberapa tips atau
pertimbangan-pertimbangan yang dapat digunakan pendidik dalam melakukan
seleksi terhadap media pembaelajaran yang akan digunakan.

a. Menyesuaikan Jenis Media dengan Materi Kurikulum

Sewaktu akan memilih jenis media yang akn dikembangkan atau


diadakan maka perlu yang diperrhatiakan adalah jenis materi pelajaran yang
mana yang terdapat di dalam kurkulum yang dinilai perlu ditunjang oleh
media pembelajaran. Kemudian, dilakukan telaah tentang jenis media apa
yang diniai tepat untuk menyajikan materi pelajaran yang dikehendaki
tersebut.

Sebagai contoh misalnya, pelajaran Bahasa Arab, untuk kemampuan


berbahasa mendengarkan atau menyimak (maharah istima’), media yang
lebih tepat digunakan adalah media kaset audio. Sedangkan untuk
kemampuan menulis atau tata bahasa, maka media yang lebih tepat
digunakan adalah media cetak. Sedangkan untuk mengajarkan kepada
peserta didik tentang cara-cara menggunakan organs of spech untuk
menuturkan kata atau kalima (pronounciation), mak media video akan lebih
tepat digunakan.

b. Keterjangkauan dalam Pembiayaan

Dalam pengembangan atau pengadaan media pembelajaran


hendaknya juga mempertimbngakan ketersediaan anggaran yang ada. Kalau
seandainya pendidik harus membuat sendiri media pembelajaran, maka
hendaknya dipikirkan apakah ada diantara sesama pendidik yang
mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan media
pembelajaran yang dibutuhkan. Kalau tidak ada, maka perlu dijajaki berapa
besar biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan mediannya.
c. Ketersediaan Perngkat Keras untuk Pemanfaatan Media
Pembelajaran

Tidak ada gunannya merancang dan mengembangkan media


secanggih apapun kalau tidak didukung oleh ketersediaan peralatan
pemanfaatannya di kelas. Apa artinya tersedia media pembelajaran online
apabila, disekolah tidak tersedia perangkat komputer dan fasilitas koneksi
ke internet yang juga di dukung oleh Lokal Area Network (LAN).
Sebaliknya, pemilihan media pembelajaran sederhana(seperti misalnya
media kaset audio) untuk dirancang dan dikembangkan akan sangat
bermanfaat karena peralatan / fasilitas pemanfaatannya tersedia di sekolah
atau mudah diperoleh di masyarakat, selain itu sumber energi yang
diperlukan untuk mengoperasikan peralatan pemanfaatan media sederhana
juga cukup mudah yaitu hanya dengan menggunakan baterai kering. Dari
segi ekspertis atau keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
mengembangkan media sederhana seperti media kaset audio atau
transparasi misalnya tidaklah terlalu sulit untuk mendapatkannya. Tidaklah
juga terlalu sulit untuk mempelajari cara-cara perancangan dan
pengembangan media sederhana.

d. Ketersediaan Media Pembelajaran di Pasaran

Karena promosi dan peragaan yang sangat mengagumkan/ mempesona


atau menjanjikan misalnya, sekolah langsung tertarik untuk membeli media
pembelajarn yang ditawarkan. Namun sebelum membeli media
pembelajrannya (program), sekolah harus terlebih dahulu membeli
perangkat keras untuk pemanfaatannya. Setelah peralatan pemanfaatan
media pembelajarannya dibeli ternyata di antara pendidik ada atau belum
tanu bagaimana cara-cara mengoperasikan peralatan, pemanfaatan media
pembelajaran media pembelajaran yang akan diadakan tersebut. Di samping
itu media pembelajarannya (program) sendiri ternyata sulit didapatkan di
pasaran sebab harus dipesan terlebih dahulu untuk jangka waktu tertentu.

Kemudian, dapat saja terjadi bahwa media pembelajaran yang telah


dipesan dan dipelajri, kandungan materi pelajarannya sedikit sekali relevan
dengan kebutuhan peserta didik (sangat dangkal). Sebaliknya, dapat juga
terjdi bahwa materi yang dikemas di dalam media pembelajaran sangat
cocok dari membantu mempermudah peserta didik memahami materi
pelajaran. Namun, yang menjadi masalah adalah bahwa media
pembelajaran tersebut sulit didapatkan di pasaran.

e. Kemudahan Memanfaatkan Media Pembelajaran

Aspek lain yang juga tidak kalh pentinnya untuk dipertimbangkan


dalam pengembangan atau pengadaan media pembelajaran adalah
kemudahan pendidik atau peserta didik memanfaatkannya. Tidak akan
terlalu bermanfaat apabila media pembelajaran dikembangkan sendiri atau
yang dikontrakkan pembuatannya ternyata tidak mudah dimanfaatkan, baik
oleh pendidik maupun oleh peserta didik. Media yang dikembangkan atau
dibeli tersebut hanya akan berfungsi sebagai pajangan di sekolah.
B. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika
1. Pengertian Pengembangan
Pengembangan merupakan aktivitas yang terdiri dari lima kategori yaitu (1)
menganalisis kebutuhan pembelajaran dan kondisi yang terjadi, (2) mendesain
seperangkat spesifikasi lingkungan belajar yang efektif dan efisien, (3)
mengembangkan aspek-aspek yang sesuai dengan peserta didik dan
pengelolaan materi, (4) implementasi materi yang dikembangkan, (5)
mengevaluasi formatif dan sumatif terhadap hasil pengembangan (Gustafson,
1991). Bahri (2017) menjelaskan bahwa pengembangan merupakan aktivitas
atau proses mendesain pembelajaran secara sistematis dan logis dengan
memperhatikan potensi dan kemampuan peserta didik sehingga mencapai hasil
yang maksimal. Pengembangan juga didefinisikan dengan kegiatan
menghasilkan suatu produk tertentu yang dapat diuji keefektifannya dalam
kegiatan pembelajaran (sugiyono, 2008)
Dalam dunia pendidikan, pegembangan didefinisikan dengan sebagai suatu
kegiatan mengembangkan dan memvalidasi suatu produk pendidikan (Borg
dan Gall, 1889). Gay (1990) juga menjelaskan jika pengembangan merupakan
suatu aktivitas mengembangkan suatu produk yang berguna dalam kegiatan
pembelajaran, baik itu media, strategi, model dalam pembelajaran dan bukan
untuk menguji suatu teori.
2. Tujuan Pengembangan
Terdapat beberapa tujuan pengembangan diantaranya adalah (Akter,
1999) :
a. Menjembatani kesenjangan antara sesuatu yang terjadu dalam penelitian
pendidikan dengan praktik pendidikan
b. Menghasilkan produk pengembangan yang tepat dan dapat digunakan
untuk mengembangkan kualitas pembelajaran
Punaji Setyosari (2015) menjelaskan bahwa pengembangan memiliki
tujuan untuk menilai dan mengevaluasi perubahan - perubahan yang terjadi
dalam kurun waktu tertentu.
3. Prinsip - Prinsip Pengembangan
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan
media pembelajaran, yaitu:
a. Prinsip Efektifitas dan Efisiensi

Efektivitas yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah


keberhasilan pembelajaran yang dapat diukur berdasarkan tingkat
ketercapaian tujuan yang dapat dilihat setelah pembelajaran telah
selesai dilakukan. Sementara itu efisiensi merupakan pencapaian tujuan
pembelajaran dengan sumber daya seminimal mungkin. Materi yang
disampaikan melalui media ini akan lebih mudah dipahami oleh siswa
(Arsyad, 2013:75-76).

b. Prinsip Taraf Berpikir Siswa

Seperti yang kita ketahui bahwa sebenarnya media hanyalah


berfungsi sebagai sebagai alat bantu di dalam kegiatan belajar
mengajar. Dalam hal ini media hanya sebagai sarana yang bisa
memberikan pengalaman visual pada siswa dalam upaya memotivasi
dalam belajar, memperjelas materi yang disampaikan, mempermudah
konsep yang masih abstrak atau kompleks menjadi suatu hal yang lebih
sederhana, nyata (konkrit) dan juga nantinya dengan mudah dipahami
oleh siswa (Baharun, 2015). Media pembelajaran yang dipilih oleh
guru hendaknya berdasarkan prinsip taraf berfikir dari masing-masing
siswa secara menyeluruh. Media pembelajaran yang sifatnya nyata
lebih baik digunakan dalam pembelajaran dibandingkan dengan media
yang sifatnya abstrak. Sama halnya dengan media pembelajaran
kompleks yang dapat dilihat dari struktur atau tampilan, maka akan
sangat sulit dipahami siswa dibandingkan dengan media pembelajaran
sederhana yang mampu membuat siswa paham materi yang
disampaikan.

c. Prinsip Interaktivitas Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang dikembangkan hendaknya


mempertimbangkan kemungkinan besar terciptanya interaksi,
komunikasi dan partisipasi siswa sebagai subjek pembelajar.

d. Ketersediaan Media Pembelajaran

Guru hendaknya juga bisa melihat tersedia atau tidaknya media


pembelajaran yang nantinya akan digunakan. Tujuan pembelajaran
tidak akan tercapai manakala media pembelajaran yang akan dipakai
tidak tersedia di sekolah. Dengan demikian guru juga bisa meminjam
atau juga membuat sendiri media pembelajaran yang dimaksud.
Apabila kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara berkelompok,
maka media pembelajaran yang tersedia pun juga harus tercukupi.

e. Kemampuan Guru menggunakan Media Pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran diharapkan bisa merangsang


siswa untuk belajar. Adapun media pembelajaaran tersebut juga bisa
menjadi suatu stimulus guna meningkatkan kemauan siswa, sehingga
mereka bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar sebaik mungkin
(Baharun, 2015). Media yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan
kemampuan dari guru yang bersangkutan, baik dari segi pengayaan
ataupun pengoperasian medianya.

f. Alokasi Waktu
Guru seringkali dikejar dengan waktu untuk bisa menyelesaikan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan tuntuntan kurikulum yang
berlaku. Oleh sebab itu, pemakaian media pembelajaran yang
sebenarnya sangat efektif guna mencapai tujuan pembelajaran dan juga
kelebihan lain kadang kala dengan sangat terpaksa dikesampingkan
oleh guru apabila alokasi waktu tidak sesuai. Bagi seorang guru
seringkali ketersediaan waktu tersebut dapat mereka siasati dengan
berbagai cara berdasarkan pengalaman mereka.

g. Fleksibiltas Media Pembelajaran

Suatu media pembelajaran dapat dikatakan fleksibel manakala


media tersebut bisa dipakai diberbagai situasi. Pada saat tertentu proses
pembelajaran yang berlangsung terjadi perubahan situasi dan
berdampak pada media pembelajaran tidak bisa digunakan. Oleh
karena itulah perlunya media pembelajaran yang fleksibel di segala
situasi kondisi.

h. Keamanan Penggunaan

Penggunaan media pembelajaran juga harus memperhatikan


prinsip keamanan dari si pengguna. Apabila tidak hati-hati dalam
penggunaan media tersebut, maka bisa menyebabkan kecelakaan
tertentu contohnya siswa menjadi terluka. Dengan demikian media
pembelajaran yang dipakai haruslah media yang aman, sehingga tidak
terjadi hal yang tidak diinginkan selama kegiatan belajar-mengajar
berlangsung.

4. Prosedur Pengembangan
Pengembangan media pembelajaran memiliki tahapan prosedur yang mesti
dilakukan oleh guru. Adapun prosedur pengembangan yang dimaksud dipaparkan
dalam uraian berikut:

1. Perencanaan Media Pembelajaran

Sadiman, dkk. (2006:100) menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan


dan dipertimbangkan dalam merencanakan pengembangan media
pembelajaran yaitu menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa;
merumuskan kompetensi dan indikator hasil belajar; merumuskan butir-butir
materi secara terperinci yang mendukung tercapainya kompetensi;
mengembangkan alat pengukur keberhasilan; menulis naskah media; dan
mengadakan tes dan revisi.

2. Produksi Media Pembelajaran

Produksi media pembelajaran menempatkan naskah sebagai kebutuhan


utama yang mesti dihadirkan. Naskah adalah rancangan produksi. Dengan
naskah itu peneliti menyusun rancangan desain dalam kegiatan pengembangan
untuk kemudian dipergunakan dalam mengembangkan suatu produk
pembelajaran.. Semua kegiatan tersebut disebut dengan kegiatan produksi
(Sadiman, dkk., 2006: 165).

3. Evaluasi Media Pembelajaran

Menurut Stufflebeam yang dikutip oleh Widoyoko (2009: 3), evaluasi


pada dasarnya merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat
dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the word
and merit) dari tujuan yang ingin dicapai, desain, implementasi, dampak
untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggungjawaban dan
meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut pengertian ini dapat
dipahami bahwa pada intinya evaluasi itu merupakan suatu proses yang
sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan, mengolah, dan
menganalisis data yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan serta penyusunan dan penyempurnaan program/kegiatan
selanjutnya. Ada dua macam bentuk evaluasi media yang dikenal, yaitu
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif (Arief S. Sadiman, dkk., 2006:185).
Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
data tentang efektivitas dan efisiensi media pembelajaran. Tujuannya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data tersebut dimaksudkan
untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar
lebih efektif dan efisien. Evaluasi sumatif adalah kegiatan untuk
mengumpulkan data dalam rangka untuk menentukan apakah media yang
dibuat patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu. Di samping itu, tujuan
evaluasi sumatif adalah untuk menentukan apakah media tersebut benar-
benar efektif seperti yang dilaporkan.

B. Klasifikasi dan Karakteristik Media Pembelajaran

Berdasarkan pembahasan pada materi sebelumnya, berikut akan dijelaskan desain,


klasifikasi dan karakteristik dari salah satu media pembelajaran dalam bentuk fisik, yaitu alat
peraga.
A. Desain Alat Peraga
Desain dapat diartikan sebagai hasil suatu ide atau pikiran yang dituangkan dalam
bentuk lisan, tulisan, maupun gambar. Hasil ide dapat dalam bentuk ciptaan, rekaan, atau
modifikasi. Briggs dalam Noehi Nasution (2004) berpendapat bahwa harus ada sesuatu
untuk mengkomunikasikan materi (Pesan Kurikuler) supaya terjadi proses belajar. Karena
itu dia mendefinisikan alat peraga sebagai alat peraga sebagai ; “Wahana Fisik Yang
Mengandung Materi Pembelajaran”. Menurut Estiningsih (1994) alat peraga merupakan
media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang
dipelajari. Alat peraga adalah suatu benda asli dan benda tiruan yang digunakan dalam
proses belajar mengajar yang menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir abstrak bagi
peserta didik.
Dengan demikian mendesain alat berarti mencipta, mereka-reka dan memodifikasi
alat dalam bentuk uraian lisan, tulisan, maupun gambar. Pembuatan adalah proses
membuat yang dapat pula berarti menyusun atau merakit dari komponen-komponen yang
telah ada (telah jadi) menurut desain yang telah dibuat. Jadi pembuatan tidak hanya
dimaksudkan bahwa seluruh komponen alat peraga yang akan dibuat harus dibuat sendiri,
yang karena suatu hal memerlukan suatu bahan yang sulit didapat atau memerlukan
teknik tinggi, komponen alat dapat diperoleh dengan membeli atau dari barang yang
sudah jadi. Pembuatan tidak diartikan pula bahwa semua proses membuat itu harus
dilakukan sendiri.
Mencipta berarti menghasilkan alat baru yang terjadinya belum pernah ada.
Mereka-reka dapat diartikan menghasilkan alat baru yang idenya berasal dari barang yang
sudah pernah ada, sedangkan memodifikasi adalah mengubah alat yang sudah ada
menjadi baru agar dapat memenuhi kebutuhan. Tujuan memodifikasi dan mereka-reka
alat peraga agar alat memenuhi keinginan yang diharapkan, ialah sebagai berikut.
a. Alat dapat dibuat dengan teknik, bahan dan cara kerja yang lebih sederhana
dibandingkan alat yang telah ada.
b. Alat lebih mudah digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual anak
didik.
c. Alat sesuai dengan tuntutan dalam proses belajar-mengajar.
d. Biaya pengadaannya yang lebih murah.
Adapun kelebihan penggunaan alat peraga antara lain:
a. Menumbuhkan minat belajar peserta didik karena pelajaran menjadi lebih menarik
b. Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga peserta didik lebih mudah
memahaminya
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga peserta didik tidak akan mudah
bosan
d. Membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti : mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan sebagainya.
Sedangkan kekurangan penggunaan alat peraga antara lain:
a. Mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntut guru.
b. Banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan
c. Perlu kesediaan berkorban secara materi
B. Klasifikasi dan Karakteristik Alat Peraga
1. Alat Peraga 3 Dimensi
a. Realita, yaitu benda yang sebenarnya, misal guru menggunakan pintu untuk
menjelaskan bentuk bangun persegi panjang maka alat peraga pintu disebut
realita. Dengan realita siswa akan dapat mengamati, mendengar suaranya,
mencium baunya dan merabanya. Menurut teori Pendidikan, pengalaman nyata
yang diperoleh secara langsung melalui panca inderanya akan tidak mudah untuk
dilupakan oleh siswa. Tidak semua realita dapat dihadirkan di dalam ruang
belajar, tetapi pengalaman nyata dapat diperoleh siswa dengan cara siswa hadir ke
tempat peraga berada. Kendala lain berkaitan dengan realita adalah efisiensi
pelaksanaan. Tujuan pembelajaran, efisiensi pelaksanaan pembelajaran, keamanan
dan kenyamanan pembelajaran harus menjadi bahan pertimbangan untung atau
rugi dalam menentukan pemilihan alat peraga realita, jika lebih banyak
kerugiannya, lebih baik digunakan alat peraga bentuk lain.
b. Spesimen, yaitu barang contoh benda yang sebenarnya. Spesimen biasa digunakan
digunakan untuk pengajaran IPA seperti hewan dan tumbuhan yang telah
diawetkan. Karena spesimen adalah benda sebenarnya yang telah mati maka
spesimen tidak dapat menunjukkan sifat-sifat benda yang sebenarnya.
c. Model, yaitu tiruan dari benda yang sebenarnya. Bentuknya ada yang lebih besar
daripada benda yang sebenarnya, misal bentuk konkret piramida yang digunakan
untuk menunjukkan bentuk limas segi empat. Model dapat pula dibuat persis
seperti benda yang sebenarnya; tetapi pada umumnya model tidak dapat bekerja
atau menunjukkan sifat-sifat seperti benda yang sebenarnya.
d. Diorama, yaitu adegan dalam bentuk miniatur tiga dimensi untuk menggambarkan
keadaan sebenarnya. Diorama banyak ditemui di museum museum. Biasanya
digunakan untuk mengungkapkan peristiwa penting yang telah lalu dan perlu
diingat. Misalnya diorama tentang sejarah penemuan angka, penemuan gravitasi
bumi, dan lain-lain.
e. Bak pasir dapat berfungsi seperti diorama, bedanya bak pasir dapat dilihat dari
segala jurusan. Keunggulan yang lain adalah bak pasir mudah membuatnya dan
bahan yang digunakan lebih sederhana dibandingkan dengan diorama.
Kekurangannya adalah susunan pada bak pasir tidak tahan lama dan tidak mudah
untuk dipindah-pindah. Bak pasir sangat baik untuk menjelaskan proses terjadinya
erosi akibat banjir dan penebangan hutan. Bak pasir juga baik untuk menunjukkan
lingkungan hidup hewan., hewan darat, amfibi, hewan air tawar dan hewan air
laut. Pembuatan bak pasir tak jauh bedanya dengan pembuatan diorama.
2. Alat Peraga 2 Dimensi
Alat peraga dua dimensi dapat dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu
Alat peraga dua dimensi pada bidang yang tidak transparan dan transparan.
Contoh yang tidak transparan gambar foto, bagan, grafik, diagram dan poster.
Sedang contoh Alat peraga dua dimensi pada bidang yang transparan ialah slide
Film dan lembaran transparan.
a. Alat Peraga Dua Dimensi pada Bidang yang tidak Transparan.
Yang termasuk kelompok ini adalah gambar, foto, poster dan charta (adalah
grafik, diagram dan bagan)
i. Gambar Dan Foto
Tulisan-tulisan pada gambar akan memberi penjelasan singkat dan
menambah informasi tentang makna gambar, sehingga gambar menjadi
lebih komunikatif. Gambar yang baik ialah gambar yang dapat
memberikan informasi, penjelasan, atau petunjuk tentang hal-hal yang
terkandung pada gambar. Gambar dan foto merupakan alat peraga
dapat memberikan informasi tentang benda atau masalah yang
berkaitan dengan benda yang digambar atau di foto, gambar berfungsi
sebagai pengganti benda aslinya jika benda yang sebenarnya tidak
mungkin didatangkan di ruang belajar; Dipilih gambar sebagai benda
pengganti karena gambar mudah didapat dan mudah membuatnya.
Ukuran gambar yang digunakan sebagai alat peraga sebaiknya tidak
kurang dari 50 x 70 cm agar siswa yang duduk dibagian belakang
ruang belajar dapat melihat gambar dengan jelas.
Syarat suatu gambar sebagai alat peraga.
a. Jelas dan menarik, isinya tidak rumit tetapi cukup rinci hingga
mudah dimengerti.
b. Menunjukkan keadaan yang sebenarnya, cukup sederhana tidak
membingungkan bagi yang memperhatikannya.
c. Sesuai dengan perkembangan intelektual anak didik yang akan
menggunakan gambar itu. Perlu diingat bahwa perbedaan tingkat
intelektual akan memberikan interpretasi yang berbeda terhadap
gambar yang sama
d. Menarik dan dapat membangkitkan minat belajar siswa, sebaiknya
gambar berwarna.
e. Proporsional artinya benda yang besar digambar besar dan benda
yang kecil digambar kecil secara sebanding.
ii. Poster
Poster tidak jauh beda dengan gambar atau carta, bedanya terletak pada
isi dan misi yang dibawanya. Isi dalam poster selain tulisan juga ada
gambar. Masing–masing saling ditonjolkan pada poster tulisan itu
mempunyai misi sendiri gambar pada poster kadang–kadang tidak
menunjukkan gambar benda aslinya, sebagian dalam bentuk gambar
kartun. Sebagai alat peraga pendidikan, poster selain digunakan untuk
memberikan informasi juga digunakan untuk memberikan keyakinan
dan untuk menyampaikan himbauan. Yang disampaikan oleh poster
ialah hal-hal yang berkaitan dengan ranah afektif sedangkan yang
disampaikan oleh gambar berkaitan dengan ranah kognitif . Jika tulisan
pada gambar merupakan keterangan gambar, tetapi tulisan pada poster
dibuat mencolok agar dalam waktu sesaat orang dapat tertarik untuk
melihatnya .
b. Alat Peraga Dua Dimensi Pada Bidang Yang Transparan
Yang termasuk kelompok alat peraga dua dimensi pada bidang yang
transparan ialah: slaid, film strik, film dan transparansi. Transparansi
mempunyai fungsi ganda. Lembaran transparansi yang kosong berfungsi
sebagai papan tulis, sedangkan transparansi yang telah ada isinya (tulisan atau
gambar) berfungsi seperti gambar, carta, atau poster. Bedanya, transparansi itu
harus diproyeksikan lebih dulu dengan demikian isi yang di dalamnya menjadi
diperbesar dan dapat dilihat oleh seluruh siswa dalam kelas. Penggunaan
transparansi sebagai media pendidikan perlu adanya alat bantu overhead
projector (OHP). Oleh karena itu jika ingin menggunakan transparansi guru
harus tahu juga teknik penggunaan OHP. OHP bagi dunia pendidikan sudah
tidak asing lagi, dan kini sekolah-sekolah sudah banyak yang memiliki OHP.

C. Contoh Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika


Sedangkan media pendidikan matematika yang lebih cenderung disebut alat
peraga (manipulative materials) matematika dapat didefinisikan sebagai suatu alat
peraga yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang telah
dituangkan dalam GBPP bidang studi matematika dan bertujuan untuk mempertinggi
mutu kegiatan belajar mengajar. Dengan kata lain alat peraga matematika adalah alat
yang digunakan untuk mempermudah menjelaskan konsep matematika.
Hal ini diperlukan karena pelaksanaan pembelajaran menurut kurikulum 2013
hendaknya menggunakan pendekatan saintifik, yang terdiri atas kegiatan observing
(mengamati), questioning (menanya), associating (mengaitkan/menalar), experimenting
(mencoba), dan networking (menjalin kerja sama/jejaring). Dengan demikian,
penggunaan alat peraga hendaknya diawali dengan aktivitas yang meminta siswa
mengamati masalah/kasus. Ataupun contoh dalam kehidupan sehari-hari, yang
selanjutnya dikembangkan dan diselidiki dengan bantuan alat peraga.
1. Tangram
Tangram ini berasal dari Cina kuno. Tangram dapat dibeli di pasaran, tetapi dapat
juga dengan mudah dibuat sendiri. Biasanya, tangram ini terdiri dari 7 buah potongan
yang terdiri dari 5 buah segitiga, 1 persegi, dan 1 jajargenjang. Penyusunan tangram
ini terdapat 13 bentuk yang mungkin terdiri dari 1 segitiga, 6 segiempat, 2 segilima,
dan 4 segienam. Aktivitas tangram ini untuk melatih anak-anak dalam pemecahan
masalah tertentu seperti cara coba-coba.
2. Menara Hanoi
Fungsi atau kegunaan dari menara Hanoi adalah untuk menemukan barisan bilangan
dengan cara bermain. Cara penggunaanya adalah: Pindahkan susunan cakram dari
satu tiang ke tiang yang lain dengan susunan seperti semula dengan aturan: Pindahkan
hanya satu cakram pada setiap pemindahan Cakram yang lebih besar tidak boleh
diletakkan di atas cakram yang lebih kecil
3. Batu
Batu adalah alat peraga paling sederhana yang dapat digunakan dalam operasi
bilangan dan peluang.
4. Kuadrat
Jumlah Kuadrat jumlah berfungsi membantu siswa dalam memahami pengertian
jumlah kuadrat dua variabel dengan menggunakan luasan bangun datar. Kuadrat
jumlah digunakan sebagai alat peraga pada materi persamaan kuadrat. Cara
penggunaanya adalah:
a. Susun dan letakkan bangun yang terdiri dari persegi dan persegi panjang
papan persegi yang panjang sisinya a+ b
b. Tunjukkan bahwa panjang sisi persegi dari bingkai tersebut adalah (a+ b)
dengan melihat batasan-batasan dari potongan
c. Tunjukkan bahwa luas dari bingkai adalah (a+ b)(a+b)
d. Kemudian amati luasan bingkai yang terbentuk dari potongan potongan:
a 2 , ab , ab dan b 2 e) Dari pengamatan dapat disimpulkan bahwa
( a+ b ) ( a+b )=a 2+2 ab+ b2 ; ( a+b )2=a2 +2 ab+ b2
5. Model Phytagoras
Alat peraga yang digunakan untuk menunjukkan kebenaran rumus phytagoras bahwa
kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat siku-sikunya. Cara penggunaannya
adalah:
a. Buatlah potongan-potongan tripleks kemudian ditranslasikan potongan-
potongan tripleks tersebut pada bujur sangkar kecil dan sedang ke bujur
sangkar besar (sisi miring segitiga)
b. Setelah potongan-potongan tersebut tepat memenuhi luasan bujur sangkar sisi
miring maka telah terbukti kebenaran rumus phytagoras.
6. Volume Kubus
Volume kubus berfungsi untuk membantu siswa dalam memahami konsep volume
kubus dan menunjukkan bagaimana cara memperoleh volum kubus. Cara
penggunaannya:
a. Mula-mula isikan satu persatu kubus-kubus kecil ke dalam kubus besar
sehingga penuh sambil membilang, ternyata kubus besar dapat dipenuhi oleh
27 buah kubus kecil.
b. Hitunglah banyaknya kubus kecil pada bagian panjang, bagian lebar, dan pada
bagian tinggi.
c. Ternyata banyaknya kubus kecil untuk ketiga bagian tersebut sama yaitu
masing-masing 3 buah dan jika dikalikan 3 x 3 x 3=27 . Hasilnya sama dengan
jumlah kubus-kubus kecil yang memenuhi kubus besar.
7. Klinometer
Klinometer merupakan alat pengukur sudut. Dengan bantuan peraga klinometer, kita
dapat mengukur tinggi suatu benda di sekitar kita, misalnya pohon, gedung, tiang, dll.
Klinometer sendiri berfungsi dalam membantu menentukan besarnya sudut elevasi
dan klinometer dapat digunakan sebagai alat peraga pada materi trigonometri. Cara
penggunaannya adalah: Penggunaan klinometer sebaiknya dilakukan oleh dua orang,
satu orang memegang dan membidik sasaran yang akan diukur dan satu orang yang
lain melakukan pengamatan dengan membaca sudut dan mencatat hasilnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Memilih media hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan, melainkan


didasarkan atas kriteria tertentu. Kesalahan pada saat pemilihan, baik pemilihan jenis media
maupun topik yang dimediakan, akan membawa akibat panjang yang tidak kita inginkan
dikemudian hari. Ada beberapa prinsip dalam memilih media pembelajaran yang harus
diperhatikan oleh pendidik, yang terpenting dalam pemilihan media pembelajaraan dimaksud
adalah adanya patokan yang digunakan pada proses pemilihan media itu. Pemilihan dan
penggunaan suatu media pembelajaran harus melibatkan tenagan yang mampu, terampil, dan
profesional untuk memanfaatkannya disetiap lembaga pendidikan. Biaya yang dibutuhkan
juga harus tersedia dan terjangkau oleh suatu lembaga pendidikan yang bersangkutan.Setiap
media pembelajaran memiliki keunggulan masing-masing, maka dari itulah kita diharapkan
dapat memilih media yang sesuai dengan kebutuhan atau tujuan pembelajaran. Dengan
harapan bahwa penggunaan media akan mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan
pembelajaran.
Pengembangan media pembelajaran adalah serangkaian proses atau kegiatan yang
dilakukan untuk menghasilkan suatu media pembelajaran berdasarkan teori pengembangan
yang telah ada. Media yang dimaksud adalah media pembelajaran sehingga teori
pengembangan yang digunakan adalah teori pengembangan pembelajaran. Terdapat beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan media pembelajaran, yaitu:a) prinsip
efektifitas dan efisiensi, b) prinsip taraf berpikir siswa, c) prinsip interaktivitas media
pembelajaran, d) ketersediaan media pembelajaran, e) kemampuan guru menggunakan media
pembelajaran, f) alokasi waktu, g) fleksibiltas media pembelajaran, h) keamanan penggunaan.
Pengembangan media pembelajaran memiliki tahapan prosedur yang mesti dilakukan oleh
guru. Adapun prosedur pengembangan yang dimaksud adalah perencanaan media
pembelajaran, produksi media pembelajaran, dan evaluasi media pembelajaran.

Selain itu, dalam pengembangan media pembelajaran juga perlu untuk memerhatikan
terkait dengan klasifikasi dan karakteristik dari media yang dikembangkan agar media tepat
sasaran dan sesuai dengan kebutuhan.

B. Saran
Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, kami sebagai penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan pada makalah ini agar
dapat lebih baik lagi dalam menambah wawasan terkait dengan “Pemilihan dan
Pengembangan Media Pembelajaran, Klasifikasi Media Pembelajaran, Karakteristik Media
Pembelajaran, dan Beberapa contoh Alat Peraga Pembelajaran Matematika”
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2010.

Nurhasnawati. Media Pembelajaran. Pekanbaru: Pusaka Riau. 2011.

Rasimin, dkk. Media Pembelajaran : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Trust Media
Publishing. 2012.

Sadiman, Arif S., dkk. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012.

http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/07/pemilihan-media-pembelajaran.html
Bahri, S. (2017). Pengembangan Kurikulum Dasar dan Tujuannya. Jurnal Ilmiah Islam
Futura, 11(1), 15–34.

Gustafson, K. L. (1991). Survey of Instructional Development Models. ERIC Clearinghouse


on Information & Technology

Suyitno, I. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing
(BIPA) berdasarkan Hasil Analisis Kebutuhan Belajar. Wacana, Journal of the Humanities of
Indonesia, 9(1)

Hasan, Muhammad dkk. (2021). Media Pembelajaran. Klaten: Penerbit Tahta Media Group.

Baharun, Hasan. (2015). Penerapan Pembelajaran Active Learning Untuk Meningkatkan


Hasil Belajar Siswa Di Madrasah. Jurnal Pendidikan Pedagogik 1, 34–46.

Arsyad, Azhar. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Sadiman, Arief S. (2006). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan


Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Widoyoko, S. Eko Putro. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi
Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arsyad , Azhar. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Indriana, Dina. (2011). Ragam Alat Bantu Pengajaran, Mengenal, Merancang dan
Mempraktikannya . Yogyakarta: DIVA Press.
Niken dan Dany Haryanto Ariani, Pembelajaran Multimedia di Sekolah ( Jakarta: Prestasi
Pustakarya, 2010), h. 11.

Anitah, Sri. (2010). Media Pembelajaran . Surakarta: Yuma Pustaka.

Purnasiwi, Rona Guines., dan Kurniawan, Mei P. (2013). Perancangan dan Pembuatan
Animasi 2D “Kerusakan Lingkungan” Dengan Teknik Masking. (Ilmiah DASI 14, 2013). h.
4:54 – 57.

Pradinta, Rangga. (2014). Perancangan Motion Comic Thandara dan Arsip Gundala. Jurnal
Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa dan Desain,
ITB,http://jurnals1.fsrd.itb.ac.id/index.php/viscom/a rticle/view/431, (diakses tanggal 12
Oktober 2022).

Muslimin, Nurul. (2017). Bikin Film, Yuk!. Tutorial Asyik Bikin Film Kamu Sendiri.
Yogyakarta: Araska.

Anda mungkin juga menyukai