Anda di halaman 1dari 31

Media pembelajaran sangatlah krusial untuk menunjang kegiatan belajar dan

mengajar dalam sektor pendidikan. Dunia pendidikan saat ini dibentuk untuk

mengembangkan pendekatan media pembelajaran sesuai dengan negara kita. Namun,

memilih media pembelajaran yang tepat tidaklah semudah membalikkan telapak

tangan. Selain, memerlukan analisis mendalam dengan mempertimbangkan berbagai

aspek, juga dibutuhkan prinsip tertentu.

Media pembelajaran yang terstruktur dapat membantu peran pendidik dalam

melaksanakan tugas-tugasnya. Tak hanya itu saja, dalam proses pembelajaran

hendaknya berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, serta memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif sesuai dengan bakat dan minat mereka. Dalam

ini bisa terlihat bahwa hasil belajar juga akan dipengaruhi oleh kualitas media

pembelajaran yang digunakan. Untuk mendapatkan kualitas media pembelajaran yang

baik, diperlukan pemilihan dan perencanaan penggunaan media yang tepat.

Lantas, bagaimana cara memilih media pembelajaran yang tepat? Kuncinya adalah

memilih sesuai dengan kemampuan peserta didik. Penyesuaian ini alangkah baiknya

dilihat dari aspek umur ataupun kemampuan peserta didik. Ingin tahu lebih detailnya?

Mari simak ulasannya di bawah ini!

Menurut Oemar, media pembelajaran ialah sebuah alat dan bahan, dapat berupa

manusia atau benda mati yang memiliki beragam manfaat sebagai alat bantu

komunikasi belajar peserta didik dengan pendidik di dalam kelas untuk

mempermudah dalam memahami suatu materi pelajaran. Sedangkan menurut Gerlach,

pembelajaran itu bukan hanya benda dan alat saja, akan tetapi bisa berupa manusia

atau suatu pengalaman pribadi. Dengan hal tersebut siswa bisa belajar melalui

pengalamannya sendiri. Sehingga, siswa dapat meningkatkan kemampuan dan

mengubah perilakunya menjadi lebih baik.


Pengertian media di atas dapat diasumsikan bahwa proses belajar mengajar lebih

membutuhkan adanya komunikasi antara pendidik dan peserta didik. Di dalam

komunikasi tersebut, ada seorang pendidik dan peserta didik yang nantinya akan

melakukan kegiatan tanya jawab.

Cara Memilih Media Pembelajaran

Tenaga Pengajar (Pixebay)

Setelah mengetahui pengertian dari media pembelajaran, kita juga harus mengetahui

bagaimana cara memilih media yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari oleh

peserta didik. Secara umum, kriteria yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan

media pembelajaran diuraikan sebagai berikut:

1. Sesuaikan Jenis Media Dengan Materi Kurikulum

Ketika akan memilih jenis media yang ingin dikembangkan atau diadakan, hal yang

perlu diperhatikan adalah jenis materi pelajaran mana yang terdapat di dalam

kurikulum sekolah dan dapat ditunjang oleh media pembelajaran. Kemudian,


dilakukan telaah tentang jenis media apa yang dinilai tepat untuk menyajikan materi

pelajaran yang dikehendaki tersebut. Salah satu prinsip umum pemilihan media yakni

tidak ada satu jenis media yang cocok atau tepat untuk menyajikan semua materi

pelajaran.

Sebagai contoh, pelajaran bahasa Inggris. Untuk kemampuan mendengarkan atau

menyimak (listening skill), baiknya menggunakan media kaset audio. Sedangkan

untuk kemampuan menulis atau tata bahasa, media yang lebih tepat digunakan adalah

media cetak. Untuk mengajarkan kepada peserta didik tentang cara

menggunakan “organs of speech”, media video akan lebih tepat untuk digunakan.

2. Keterjangkauan Dalam Pembiayaan

Kalau seandainya pendidik harus membuat sendiri media pembelajarannya,

hendaknya dipikirkan terlebih dahulu apakah ada di antara sesama pendidik yang

mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan media

pembelajaran yang dibutuhkan atau tidak. Kalau tidak ada, maka perlu riset berapa

besar biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan media tersebut.

Pilihan lain adalah mengirimkan pendidik untuk mengikuti pelatihan pembuatan

media yang dikehendaki. Dalam kaitan ini, perlu dipertimbangkan mengenai besarnya

biaya yang dibutuhkan untuk mengirimkan sang pendidik mengikuti pelatihan terkait.

3. Ketersediaan Perangkat Keras Untuk Segala Pemanfaatan

Tidak ada gunanya merancang dan mengembangkan media secanggih apa pun kalau

tidak didukung oleh ketersediaan peralatan untuk digunakan dalam proses mengajar

dalam kelas. Pemilihan media pembelajaran yang sederhana untuk dirancang dan
dikembangkan akan sangat bermanfaat karena peralatan atau fasilitas pemanfaatannya

telah tersedia di sekolah.

4. Ketersediaan Media Pembelajaran Di Pasaran

Sebelum membeli media pembelajaran, sekolah harus terlebih dahulu membeli

perangkat keras untuk pemanfaatannya. Pastikan pihak sekolah harus mencari tahu

media apa yang bisa dimanfaatkan dan akan digunakan. Bisa saja menggunakan

media pembelajaran yang telah kita pelajari sebelumnya dan relevan dengan

kebutuhan peserta didik.

5. Kemudahan Memanfaatkan Media Pembelajaran

Tidak akan ada manfaatnya apabila media pembelajaran yang dikembangkan ternyata

sulit dimanfaatkan, baik oleh pendidik maupun peserta didik. Media tersebut hanya

akan berfungsi sebagai pajangan saja di sekolah sehingga dibutuhkan waktu yang

memadai untuk melatih pendidik tertentu agar dapat terampil mengoperasikan

peralatan yang tersedia.

Model Pemilihan Media Pembelajaran

Metode Pembelajaran (Pixebay)


Anderson (1976) mengemukakan 2 model dalam proses pemilihan media

pembelajarannya, yakni :

1. Pemilihan Tertutup

Pemilihan tertutup akan terjadi apabila alternatif media telah ditentukan oleh pihak

atas seperti dari Dinas Pendidikan. Dalam situasi demikian, yang harus kita lakukan

adalah memilih topik apa saja yang tepat untuk disajikan melalui media yang sudah

ditentukan tersebut.

2. Model Pemilihan Terbuka

Sementara itu, pemilihan terbuka merupakan kebalikan dari pemilihan tertutup.

Maksudnya apa, ya? Artinya, kita masih bebas memilih jenis media apa saja yang

sesuai dengan kebutuhan kita. Alternatif media harus disesuaikan dengan kebutuhan

dan kondisi yang ada. Namun, proses pemilihan terbuka ini menuntut kemampuan

dan keterampilan khususnya sang pendidik untuk melakukan proses pemilihan.

Seorang pendidik terkadang bisa melakukan pemilihan media dengan

mengombinasikan antara pemilihan terbuka dan pemilihan tertutup.

Menurut Arif S. Sadiman (2003:87), ada juga beberapa model dan prosedur dalam

pemilihan media, di antaranya :

A. Model Flowchart

Menggunakan sistem pengguguran (eliminasi) dalam pengambilan keputusan

pemilihan. Model flowchart dapat digunakan untuk menggambarkan proses pemilihan

media rancangan yang akan digunakan.


B. Model Matriks

Menangguhkan proses pengambilan keputusan pemilihan sampai seluruh kriteria

pemilihannya diidentifikasi. Model matriks lebih serasi untuk digunakan dalam

pemilihan media rancangan.

C. Model Checklist

Model ini juga menangguhkan keputusan pemilihan sampai semua kriterianya

dipertimbangkan. Jenis model checklist lebih sesuai untuk membakukan prosedur

pemilihan media yang sudah jadi.

Mengimplementasikan pemilihan media untuk proses pembelajaran merupakan suatu

keharusan yang wajib dilakukan oleh pendidik. Hal itu berguna untuk

keberlangsungan proses belajar dan mengajar.

A. Pendahuluan

1. Deskripsi Singkat

Desain atau perencanaan merupakan sesuatu hal yang begitu penting bagi seseorang

yang akan melaksanakan tugas atau pekerjaannya, termasuk dosen yang memiliki

tugas/pekerjaan mengajar (mengelola pengajaran), Agar dosen dapat menyusun

perencanaan pengajaran dengan baik, maka harus memperhatikan prinsip-prinsip

pengajaran dan memahami strategi pengajaran. Oleh sebab itu harus dipahami terlebih

dahulu, yang dimaksud dengan desain pembelajaran.


2. Kemampuan Akhir yang Diharapkan

Setelah memahami bab ini, Anda diharapkan dapat memilih model desain

pembelajaran yang sesuai dengan kondisi belajar.

B. Penyajian

1. Pengertian Desain Pembelajaran

Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai

disiplin, disiplin ilmu, sebagai sistem dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain

pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses

pengembangan pembelajaran pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran

merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan,

penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas layanan pembelajaran

dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mahasiswa pada berbagai tingkatan

kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem

pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk

meningkatkan mutu belajar.

Sementara itu desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala (2005:136)

adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus

teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut

mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan

konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.

Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek penyusunan

media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer
pengetahuan secara efektif antara dosen dan mahasiswa. Proses ini berisi penentuan

status awal dari pemahaman mahasiswa, perumusan tujuan pembelajaran, dan

merancang “perlakuan” berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi.

2. Model-model Desain Pembelajaran 

Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para

ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model

berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model

berorientasi prosedural dan model melingkar.

Model berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level

mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya

adalah model ASSURE. Model berorientasi produk adalah model desain

pembelajaran untuk menghasilkan suatu produk, biasanya media pembelajaran,

misalnya video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh

modelnya adalah model Hannafin and Peck. Satu lagi adalah model berorientasi

sistem yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem

pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum

sekolah, dll. Contohnya adalah model ADDIE. Selain itu ada pula yang biasa kita

sebut sebagai model prosedural dan model melingkar. Contoh dari model prosedural

adalah model Dick and Carey sementara contoh model melingkar adalah model

Kemp.

Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan kita,

beberapa keuntungan itu antara lain adalah kita dapat memilih dan menerapkan salah

satu model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di
lapangan, selain itu juga, kita dapat mengembangkan dan membuat model turunan

dari model-model yang telah ada, ataupun kita juga dapat meneliti dan

mengembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki.

Beberapa contoh dari model-model di atas akan diuraikan secara lebih jelas berikut ini

1) Model Dick and Carrey

Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick and Carey (1985). Model

ini termasuk kedalam model prosedural.

Langkah-langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah :

1. Mengidentifikasikan capaian pembelajaran

2. Melaksanakan analisis pembelajaran 

3. Mengidentifikasikan tingkah laku masukan dan karakteristik siswa

4. Merumuskan kemampuan akhir yang diharapkan

5. Mengembangkan butir-butir te acuan patokan 

6. Mengembangkan strategi pembelajaran

7. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran 

8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif

9. Merevisi bahan pembelajaran

10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

Model Dick and Carey terdiri dari 20 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud

dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk

mempelajari model desain yang lain. Sepuluh langkah pada model Dick and Carey

menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu
dengan yang lainnya. Dengan kata lain, sistem yang terdapat pada Dick and Carey

sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari suatu urutan ke urutan berikutnya.

Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata kuliah dimaksud

managar (1) pada awal proses pembelajaran, mahasiswa dapat mengetahui dan

mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran, (2)

adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil

pembelajaran yang dikehendaki, (3) menerangkan langkah-langkah yang perlu

dilakukan dalam perencanaan desain pembelajaran.

2) Model Kemp

Model Kemp termasuk kedalam contoh model melingkar jika ditunjukkan dalam

sebuah diagram. Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah dalam

penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu :

1. Menentukan tujuan dan daftar topik, menetapkan capaian pembelajaran tiap

topiknya;

2. Menganalisis karakteristik mahasiswa, untuk siapa pembelajaran tersebut

didesain;

3. Menetapkan capaian pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat

dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku mahasiswa;

4. Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan;

5. Pengembangan pra penilaian/penilaian awal untuk menentukan latar belakang

mahasiswa dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik; Memilih

aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang menyenangkan atau


menentukan strategi belajar mengajar, jadi mahasiswa akan mudah

menyelesaikan tujuan yang diharapkan

6. Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi

personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk melaksanakan

rencana pembelajaran.

7. Mengevaluasi pembelajaran mahasiswa dengan syarat mereka menyelesaikan

pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan kembali

beberapa fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan yang terus

menerus, evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi

sumatif.

3) Model ASSURE

Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas.

Menurut Heinich et al (2005) model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:

1. Analyze Learners

2. States Objectives

3. Select Methods, Media, and Material

4. Utilize Media and Materials

5. Require Learner Participation

6. Evaluate and Revise                                                                                                                           

1. Analisis Mahasiswa

Menurut Heinich et al (2005) jika sebuah media pembelajaran akan digunakan secara

baik dan disesuaikan dengan ciri-ciri mahasiswa, isi dari pelajaran yang akan

dibuatkan medianya, media dan bahan pelajaran itu sendiri. Lebih lanjut Heinich
2005, menyatakan sukar untuk menganalisis semua ciri mahasiswa yang ada, namun

ada tiga hal penting dapat dilakukan untuk mengenal mahasiswa. Berdasarkan ciri-ciri

umum, keterampilan awal khusus dan gaya belajar.

2. Menyatakan Tujuan

Menyatakan tujuan adalah tahapan ketika menentukan tujuan pembelajaran baik

berdasarkan buku atau kurikulum Tujuan pembelajaran akan menginformasikan

apakah yang sudah dipelajari anak dari pengajaran yang dijalankan. Menyatakan

tujuan harus difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru

dipelajari

3. Pemilihan Metode, media dan bahan

Heinich et al (2005) menyatakan ada tiga hal penting dalam pemilihan metode, bahan

dan media yaitu menentukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran,

dilanjutkan dengan memilih media yang sesuai untuk melaksanakan media yang

dipilih, dan langkah terakhir adalah memilih dan atau mendesain media  yang telah

ditentukan.

4. Penggunaan Media dan bahan

Menurut Heinich Et Al (2005) terdapat lima langkah bagi penggunaan media yang

baik yaitu, preview bahan, sedia bahan, tersedia di sekitar, mahasiswa dan

pengalaman pembelajaran.

5. Partisipasi Mahasiswa didalam kelas


Sebelum mahasiswa dinilai secara formal, mahasiswa perlu dilibatkan dalam aktivitas

pembelajaran seperti memecahkan masalah, simulasi, kuis atau presentasi.

d. Penilaian dan Revisi

Sebuah media pembelajaran yang telah siap perlu dinilai untuk menguji keberkesanan

dan dampak pembelajaran. Penilaian yang dimaksud melibatkan beberapa aspek

diantaranya menilai pencapaian mahasiswa, pembelajaran yang dihasilkan, memilih

metode dan media, kualitas media, penggunaan dosen dan penggunaan mahasiswa.

4) Model ADDIE

Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu model

ADDIE (Analysis-Design-Development-Implement-Evaluate). ADDIE muncul pada

tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya

ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur

program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.

Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni:

1. Analysis (analisa)

2. Design (desain/perancangan)

3. Development (pengembangan)

4. Implementation (implementasi/eksekusi)

5. Evaluation (evaluasi/umpan balik)

Langkah 1 : Analisis

Tahapan analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari

oleh peserta belajar, yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan),


mengidentifikasikan masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task

analysis). Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik

atau profil calon peserta pelajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan

analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.

Langkah 2: Design

Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat

bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancangan (blueprint) diatas kertas harus

ada terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini? Pertama

merumuskan tujuan pembelajaran yang SMART (spesifik, measurable, applicable,

dan realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi

pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam

hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode metode dan media yang dapat kita pilih

dan tentukan yang paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-sumber

pendukung lain, misalnya sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang

seperti apa seharusnya, dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam suatu dokumen

bernama blue-print yang jelas dan rinci.

Langkah 3 : Pengembangan

Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi

kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia

pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Atau diperlukan modul

cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan
lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran. Semuanya harus

disiapkan dalam tahap ini.

Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum

diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu

langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya

digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang kita kembangkan.

Langkah 4 : Implementasi

Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang

sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau

diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa

diimplementasikan. Misal, jika memerlukan software tertentu maka software tersebut

harus sudah diinstal. Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau

setting tertentu tersebut juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario

atau desain awal.

Langkah 5 : Evaluasi

Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang

dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi

bisa terjadi pada setiap empat tahap diatas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat

tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan

revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk

evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan

yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk

yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lain-lain.
5) Model Hanafin and Peck

Model Hannafin dan Peck adalah model desain pengajaran yang terdiri daripada tiga

fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, fase pengembangan dan implementasi

(Hannafin & Peck 1988). Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu

dijalankan dalam setiap fase. Model ini adalah model desain pembelajaran

berorientasi produk.

Fase pertama dari model Hannafin dan Peck adalah analisis kebutuhan. Fase ini

diperlukan untuk mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan dalam mengembangkan

suatu media pembelajaran termasuk di dalamnya tujuan dan objektif media

pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh

kelompok sasaran, peralatan, dan keperluan media pembelajaran. Setelah semua

keperluan diidentifikasikan Hannafin dan Peck (1988) menekankan untuk

menjalankan penilaian tersebut hasil itu sebelum meneruskan pembangunan ke fase

desain.

Fase yang kedua dari model Hannafin dan Peck adalah fase desain. Di dalam fase ini

informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi

tujuan pembuatan media pembelajaran. Hannafin dan Peck (1988) menyatakan fase

desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaidah yang paling

baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang

dihasilkan dalam fase ini adalah dokumen story board yang mengikuti urutan aktivitas

pengajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media pembelajaran seperti

yang diperoleh dalam fase analisis keperluan. Seperti halnya fase pertama, penilaian

perlu dijalankan dalam fase ini sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan dan

implementasi.
Fase ketiga dari model Hannafin dan Peck adalah fase pengembangan dan

implementasi. Hannafin dan Peck (1988) menyatakan aktivitas yang dilakukan pada

fase ini adalah penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif dan

penilaian sumatif. Dokumen storyboard akan dijadikan landasan bagi pembuatan

diagram alur yang dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran. Untuk

menilai kelancaran media yang dihasilkan seperti kesinambungan link, penilaian dan

pengujian dilaksanakan pada fase ini. Hasil dari proses penilaian dan pengujian ini

digunakan dalam proses mengubah sesuai untuk mencapai kualitas media yang

dikehendaki. Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan

pengulangan harus mengikuti sertakan proses-proses pengujian dan penilaian media

pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan Lebih lanjut

Hannafin dan Peck (1988) menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian formatif

dan penilaian sumatif. Penilaian formatif adalah penilaian yang dilakukan sepanjang

proses pengembangan media sedangkan penilaian sumatif dilakukan setelah media

telah selesai dikembangkan.Selain model desain tersebut di atas, Atwi Suparman

mengembangkan desain pembelajaran yang diharapkan dapat mengatasi kendala-

kendala pembelajaran. Model yang disebut Model Pengembangan

Instruksional/Pembelajaran (MPI) ini berlandaskan teori belajar dan pembelajaran

(aliran psikologi: humanisme, behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme, dan

cybernetisme), prinsip-prinsip pembelajaran, dan pendekatan sistem. Berikut ini

penjelasan terkait model tersebut.

6) Model Pengembangan Instruksional /Pengembangan (MPI).

Model Pengembangan Instruksional (MPI) terdiri dari 3 tahap yakni:

1. Definisi, langkah-langkah adalah :


      1. Mengidentifikasikan kebutuhan instruksional dan menulis tujuan instruksional

umum.

      2. Melakukan analisis instruksional

      3. Mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik

2. Analisis dan pengembangan prototype sistem, langkah-langkahnya adalah :

     a. Menulis tujuan instruksional umum

     b. Menulis alat penilaian belajar

     c. Menyusun Strategi Instruksional 

     d. Mengembangkan bahan instruksional  

3. Melaksanakan evaluasi formatif, langkah-langkahnya adalah :

     a. Penelaahan oleh pakar dan revisi

     b. Evaluasi oleh 1-3 peserta dan revisi

     c. Uji coba dalam skala terbatas dan revisi

     d. Uji coba lapangan dengan melibatkan semua komponen dalam sistem

sesungguhnya.

Gambar 1. Model Pengembangan Instruksional (MPI)

C. Penutup

1. Rangkuman
Model-model pengembangan Pembelajaran semakin lama semakin banyak. karena

setiap ahli setiap institusi cenderung menciptakan model sendiri sesuai dengan

kebutuhan institusi yang akan menggunakannya dan kebutuhan populasi sasaran.

Tetapi  pada garis besarnya setiap model dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu: tahap

definisi, tahap analisis daftar pengembangan sistem, dan tahap evaluasi. Setiap tahap

terdiri dari beberapa langkah.

Setiap model desain pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan suatu sistem

pembelajaran. Prosedur yang mirip digunakan antara satu dengan yang lain, tetapi

mereka menggunakan penjelasan urutan dan bahasa yang tidak selalu sama. Seorang

pengembang pembelajaran dapat memilih salah satu di antaranya yang dianggapnya

sesuai, atau mungkin pula mengkombinasikan beberapa di antaranya untuk menyusun

suatu model.

2. Evaluasi

Coba anda cari desain pembelajaran yang menurut anda cocok dengan perkembangan

pendidikan di masa sekarang, dimana teknologi sudah bisa digunakan untuk

membantu pembelajaran di kelas.

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PROSES BELAJAR-

MENGAJAR

Upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar para siswa di setiap

jenjang dan tingkat perlu diwujudkan agar diperoleh kualitas sumber daya

manusia Indonesia yang dapat menunjang pembangunan nasional.Upaya

tersebut menjadi tugas dan tanggung jawab semua tenaga

kependidikan.Sungguhpun demikian kita akan sependapat bahwa peranan guru

sangat menentukan, sebab gurulah yang langsung dalam membina para siswa
disekolah melalui proses pembelajaran.Oleh sebab itu upaya meningkatkan

kualitas pendidikan harus lebih banyak dilakukan para guru dalam

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik dan pengajar.

Salah satu upaya yang dimaksud adalah penggunaan media pembelajaran

dalam proses belajar dan mengajar.Penggunaan media pembelajaran dapat

mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang pada akhirnya dapat

meningkatkan kualitas hasil belajar para siswa. Pada bahasan artikel ini akan

menjelaskan media pembelajaran baik yang berkenaan dengan penggunaanya

dalam proses belajar dan mengajar maupun pembuatannya sepanjang itu

dimungkinkan oleh para guru.

Proses belajar-mengajar atau proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan

melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi

para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan

pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-

perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup

mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut

siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses

pembelajaran.

Lingkungan belajar yang diatur oleh guru mencakup tujuan pembelajaran,

bahan pembelajaran, metodologi pembelajaran dan penilaian pembelajaran.

Unsur-unsur tersebut biasa dikenal dengan komponen-komponen pembelajaran.

Tujuan pembelajaran adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dimiliki

para siswa setelah ia menempuh berbagai pengalaman belajarnya (pada akhir

pembelajaran).
Bahan pembelajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas

fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari

kurikulum dan dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Metodologi

pembelajaran adalah metode dan teknik yang digunakan guru dalam

melakukan interaksinya dengan siswa agar bahan pembelajaran sampai kepada

siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pembelajaran.

Dalam metodologi pembelajaran ada dua aspek yang paling menonjol

yakni metode mengajar dan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar.

Sedangkan penilaian adalah alat untuk mengukur atau menentukan taraf

tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kedudukan media pembelajaran

sebagai alat bantu mengajar ada dalam komponen metodologi, sebagai salah

satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru.

1. Nilai dan Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam

pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil

belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan, mengapa media pembelajaran

dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama berkenaan dengan

manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa antara lain:

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar;


b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih

dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan

pembelajaran lebih baik;

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan

dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk

setiap jam pelajaran;

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Contoh sederhana, guru akan mengajarkan masalah kepadatan penduduk

sebuah kota. Ia menggunakan berbagai media pembelajaran antara lain gambar

atau foto suatu kota yang padat penduduknya dengan segala permasalahannya.

Gambar dan atau foto tersebut akan lebih menarik bagi siswa dibandingkan

dengan cerita guru tentang padatnya penduduk kota tersebut. Kemudian guru

menyajikan suatu grafik pertumbuhan jumlah penduduk kota tersebut dari

tahun ke tahun, sehingga jelas betapa cepatnya pertumbuhan penduduk kota

tersebut.

Grafik tersebut dapat memperjelas pemahaman siswa terhadap pertumbuhan

penduduk dari tahun ke tahun. Para siswa dapat melakukan analisis data

penduduk, sebab-sebab pertumbuhan penduduk, melakukan proyeksi jumlah

penduduk tahun berikutnya, dan aspek lain dari grafik tersebut. Ia juga dapat

membuat grafik penduduk dan memberi interpretasinya. Ini berarti kegiatan

belajar siswa lebih banyak dan lebih mendalam.


Sementara itu guru lebih mudah mengatur dan memberi petunjuk kepada siswa

apa yang harus dilakukannya dari media yang digunakannya, sehingga tugasnya

tidak semata-mata menuturkan bahan melalui kata-kata (ceramah).

Penggunaan gambar dan foto serta grafik dalam contoh di atas adalah salah

satu cara pembelajaran dengan media pembelajaran.

Alasan kedua mengapa penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi

proses dan hasil pembelajaran adalah berkenaan dengan taraf berpikir siswa.

Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir

kongkret menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju

ke berpikir kompleks. Penggunaan media pembelajaran serta kaitannya dengan

tahapan berpikir tersebut sebab melalui media pembelajaran hal-hal yang

abstrak dapat dikongkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat

disederhanakan.

Sebagai contoh penggunaan peta atau globe dalam pelajaran Ilmu Bumi, pada

dasarnya merupakan penyederhanaan dan pengkongkretan dari konsep

geografis, sehingga dapat dipelajari siswa dalam wujud yang jelas dan nyata.

Demikian pula penggunaan diagram yang melukiskan hubungan dan alur-alur

terjadinya bel listrik atau bunyi radio merupakan gambaran dan

penyederhanaan konsep berpikir abstrak dalam wujud yang mudah dipelajari

oleh para siswa.

Penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan media pembelajaran dalam

proses belajar-mengajar sampai kepada kesimpulan, bahwa proses dan hasil

belajar para siswa menunjukkan perbedaan yang berarti antara pembelajaran

tanpa media dengan pembelajaran menggunakan media. Oleh sebab itu


penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran sangat dianjurkan

untuk mempertinggi kualitas pembelajaran.

2. Jenis dan Kriteria Memilih Media Pembelajaran

Ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses

pembelajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau

diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut

media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar.

Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid

model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama dan

lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP

dan lain-lain. Keempat, penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran.

Penggunaan media di atas tidak dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan

medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan peranannya dalam

membantu mempertinggi proses pembelajaran.

Sebuah poster sederhana yang dapat mengunggah pentingnya memelihara

kebersihan lingkungan, jauh lebih berharga daripada pemutaran film mengenai

gambaran sebuah kota yang bersih untuk sekedar mencapai tujuan

pembelajaran berkenaan dengan sikap siswa terhadap kebersihan lingkungan.

Demikian juga gambar peta Jawa Barat yang dibuat guru di papan tulis

mempunyai manfaat yang tinggi dibandingkan dengan glbe yang mahal

harganya, apabila tujuannya hanya menunjukkan letak kota kabupaten di Jawa

Barat.
Oleh sebab itu, penggunaan media pembelajaran sangat bergantung kepada

tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, kemudahan memperoleh media

yang diperlukan serta kemampuan guru dalam menggunakannya dalam proses

pembelajaran.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan media

pembelajaran untuk mempertinggi kualitas pembelajaran. Pertama, guru perlu

memiliki pemahaman media pembelajaran antara lain jenis dan manfaat media

pembelajaran, kriteria memilih dan menggunakan media pembelajaran,

menggunakan media sebagai alat bantu mengajar dan tindak lanjut penggunaan

media dalam proses belajar siswa. Kedua, guru terampil membuat media

pembelajaran sederhana untuk keperluan pembelajaran, terutama media dua

dimensi atau media grafis, dan beberapa media tiga dimensi, dan media

proyeksi. Ketiga, pengetahuan dan keterampilan dalam menilai keefektifan

penggunaan media dalam proses pembelajaran. Menilai keefektifan media

pembelajaran penting bagi guru agar ia bisa menentukan apakah penggunaan

media mutlak diperlukan atau tidak selalu diperlukan dalam pembelajaran

sehubungan dengan prestasi belajar yang dicapai siswa. Apabila penggunaan

media pembelajaran tidak mempengaruhi proses dan kualitas pembelajarannya,

sebaiknya guru tidak memaksakan penggunaannya, dan perlu mencari usaha

lain di luar media pembelajaran.

Dalam memilih media untuk kepentingan pembelajaran sebaiknya

memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut.

a. Ketepatannya dengan tujuan pembelajaran; artinya media pembelajaran

dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.


Tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis lebih memungkinkan digunakannya media

pembelajaran.

b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran yang

sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan

bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.

c. Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah

diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu

mengajar. Media grafis umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya mahal,

di samping sederhana dan praktis penggunaannya.

d. Keterampilan guru dalam menggunakannya; apa pun jenis media yang

diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam

proses pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada

medianya, tetapi dampak dari penggunaan oleh guru pada saat

terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya. Adanya OHP,

proyektor film, komputer, dan alat-alat canggih lainnya, tidak

mempunyai arti apa-apa, bila guru tidak dapat menggunakannya dalam

pembelajaran untuk mempertinggi kualitas pembelajaran.

e. Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut dapat

bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran berlangsung.

f. Sesuai dengan taraf berpikir siswa; memilih media untuk pendidikan dan

pembelajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna

yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa.

Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau proporsi dalam

bentuk persen bagi siswa SD kelas-kelas rendah tidak ada manfaatnya.


Mungkin lebih tepat dalam bentuk gambar atau poster. Demikian juga

diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu konsep atau prinsip

hanya bisa dilakukan bagi siswa yang telah memiliki kadar berpikir yang

tinggi.

Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih mudah menggunakan

media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas-

tugasnya sebagai pengajar. Kehadiran media dalam proses pembelajaran jangan

dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru, tapi harus sebaliknya yakni

mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pembelajaran. Oleh sebab itu

media bukan keharusan tetapi sebagai pelengkap jika dipandang perlu untuk

mempermudah tinggi kualitas belajar dan mengajar.

Dalam hubungan dengan penggunaan media pada waktu berlangsungnya

pembelajaran setidak-tidaknya digunakan guru pada situasi sebagai berikut.

a. Perhatikan siswa terhadap pembelajaran sudah berkurang akibat

kebosanan mendengarkan uraian guru. Penjelasan atau penuturan

secara verbal oleh guru mengenai bahan pembelajaran biasanya sering

membosankan apalagi bila cara guru menjelaskannya tidak menarik.

Dalam situasi ini tampilnya media akan mempunyai makna bagi siswa

dalam menumbuhkan kembali perhatian belajar pada siswa.

b. Bahan pembelajaran yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa.

Dalam situasi ini snagat bijaksana apabila guru menampilkan media

untuk memperjelas pemahaman siswa mengenai bahan pembelajaran.

Misalnya menyajikan bahan dalam bentuk visual melalui gambar, grafik,

bagan atau model-model yang berkenaan dengan isi bahan pembelajaran.


c. Terbatasnya sumber pembelajaran. Tidak semua sekolah mempunyai

buku sumber, atau tidak semua bahan pembelajaran ada dalam buku

sumber. Situasi ini menuntut guru untuk menyediakan sumber tersebut

dalam bentuk media. Misalnya peta atau globe dapat dijadikan sumber

bahan belajar bagi siswa, demikian juga model, diorama, media grafis

dan lain-lain.

d. Guru tidak bergairah untuk menjelaskan bahan pembelajaran melalui

penuturan kata-kata (verbal) akibat terlalu lelah disebabkan telah

mengajar cukup lama. Dalam situasi ini guru dapat menampilkan media

sebagai sumber belajar bagi siswa. Misalnya guru menampilkan bagan

atau grafik dan siswa diminta memberi analisis atau menjelaskan apa

yang tersirat dari gambar atau grafik tersebut, baik secara individual

maupun secara kelompok.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan media dalam proses

pembelajaran dapat ditempatkan sebagai:

a. Alat untuk memperjelas bahan pembelajaran pada saat guru

menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media digunakan guru sebagai

variasi penjelasan verbal mengenai bahan pembelajaran.

b. Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih

lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya. Paling

tidak guru dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau

stimulasi belajar siswa.

c. Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-

bahan yang harus dipelajari para siswa baik individual maupun


kelompok. Dengan demikian akan banyak membantu tugas guru dalam

kegiatan mengajarnya.

Sungguhpun demikian media sebagai alat dan sumber pembelajaran tidak bisa

menggantikan guru sepenuhnya, artinya media tanpa guru suatu hal yang

mustahil dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Peranan guru masih tetap

diperlukan sekalipun media telah merangkum semua bahan pembelajaran yang

diperlukan oleh siswa.

Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada siswa tentang apa yang harus

dipelajarinya, bagaimana siswa mempelajarinya serta hasil-hasil apa yang

diharapkan diperolehnya dari media yang digunakannya. Harus diingat, bahwa

media adalah alat dan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran, serta media

bukanlah tujuan. Dari situlah dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar dengan

menggunakan media mampu membuat siswa senang. Dan pada akhirnya,  siswa

mampu menangkap materi. Media pembelajaran juga dapat memperlancar

pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang

terkandung dalam gambar tersebut. Kegiatan belajar mengajar pun cenderung

menjadi lebih menarik serta siswa akan ketagihan dengan model pembelajaran

yang telah diterapkan guru.

Rangkuman

Kedudukan media pembelajaran ada dalam komponen metode mengajar

sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru-siswa dan

interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya. Oleh sebab itu fungsi utama dari
media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar, yakni menunjang

penggunaan metode mengajar yang dipergunakan guru.

Melalui penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat mempertinggi

kualitas proses belajar-mengajar yang pada akhirnya dapat mempengaruhi

kualitas hasil belajar siswa. Beberapa jenis media yang biasa digunakan dalam

kegiatan pendidikan dan pembelajaran dapat digolongkan menjadi media grafis,

media fotografis, media tiga dimensi, media proyeksi, media audio dan

lingkungan sebagai media pembelajaran.

Media merupakan salah satu bentuk alat untuk membantu guru dalam proses

belajar mengajar di kelas. Media mampu menyalurkan pesan serta merangsang

perasaan dan kemauan siswa sehingga ada mendorong terjadinya proses belajar

pada setiap siswa. Akan tetapi penggunaan media setidaknya dikemas sekreatif

mungkin oleh seorang guru. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan proses

belajar mengajar yang menyenangkan.

Lingkungan sebagai media dan sumber belajar para siswa dapat dioptimalkan

dalam proses pembelajaran untuk memperkaya bahan dan kegiatan belajar

siswa di sekolah.Prosedur belajar untuk memanfaatkan lingkungan sebagai

media dan sumber belajar ditempuh melalui beberapa cara antara lain

survey,berkemah, karyawisata pendidikan, praktek lapangan, pelayanan pada

masyarakat, manusia sumber belajar. Ada tiga macam lingkungan belajar yakni

lingkungan sosial, lingkumgan alam dan lingkungan buatan.

Agar penggunaan lingkungan sebagai media dan sumber belajar berhasil baik

hendaknya dipersiapkan secara seksama melalui tiga tahapan kegiatan yaitu


tahapan persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Dalam setiap tahapan diatas

hendaknya dilibatkan guru dan siswa sehingga semua kegiatan belajar dan

pemanfaatan lingkungan belajar menjadi tanggung jawab para siswa itu sendiri.

Sumber :

https://news.okezone.com/read/2014/02/05/95/936297/media-pembelajaran-

dalam-proses-belajar-mengajar

http://pd.pps.uny.ac.id/berita/penerapan-media-pembelajaran-dalam-kegiatan-

belajar-mengajar-di-sekolah-dasar.html

Nana Sudjana. 2015. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar

Baru Algensindo

Nana Sudjana.2002 .Media Pengajaran. Bandung: PT Sinar Baru Algensindo

Anda mungkin juga menyukai