Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Pengembangan Modul dan LKS (Lembar Kerja Siswa)


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Sumber dan
Media Pembelajaran
Dosen Pengampu : M. Islahul Mukmin, M.Si., M.Pd

Nama kelompok :
1. Farah Hanun Mubarokah (19190013)
2. Khofifatur Rohmah (19190015)
3. Iffa Abdillah Kinasih (19190033)
4. Nadila Choirunnisa’ Intsani (19190037)
5. Hidayatul Qusaini (19190056)

PRODRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan hambanya rahmat dan
hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengembangan
Modul dan LKS (Lembar Kerja Siswa)” ini dengan tepat waktu. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak M. Islahul Mukmin, M.Si., M.Pd. yang telah membimbing dan
memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menulis makalah ini tanpa banyak mengalami
kesulitan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
penulisan makalah ini.

Dengan membaca makalah ini, penulis berharap pembaca bisa mendapatkan ilmu
pengetahuan dan wawasan baru. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum
sepenuhnya sempurna. Makalah ini juga tidak lepas dari kesalahan baik dari segi penulisan
maupun isinya. Masih banyak kesalahan yang terdapat dalam makalah ini baik disengaja
maupun tidak yang perlu dibenahi. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca agar dapat lebih baik dalam menulis makalah
maupun karya tulis lainnya.

Malang, 3 Februari 2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II ISI..................................................................................................................................2
2.1 Pengembangan Bahan Ajar Modul..............................................................................2
2.2 Pengembangan Bahan Ajar LKS (Lembar Kerja Siswa)........................................15
BAB III PENUTUP..................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................19
3.2 Saran.........................................................................................................................19
Daftar Pustaka..........................................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bahan ajar merupakan materi pelajaran yang disusun secara lengkap dan sistematis
berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan siswa dan guru dalam proses
pembelajaran. Bahan ajar dapat terstruktur dengan baik apabila mencakup tujuan, strategi
pengajaran yang terkait, dan evaluasi (Moore dan Kearsley, 1996)

Pengembangan bahan ajar sangat penting dilakukan oleh pendidik guna membantu
siswa dalam memahami materi pembelajaran, khususnya materi Matematika. Peraturan
pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 pasal 20 dijelaskan bahwa guru diharapkan
mengembangkan materi pembelajaran, lalu diperkuat oleh Permendiknas Nomor 41 Tahun
2007 tentang standar proses, dimana guru diharuskan mengembangkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang salah satu elemen dari RPP adalah sumber belajar yang akan
memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa lebih terbantu dalam belajar
(Depdiknas, 2008).

Bahan ajar cetak merupakan salah satu jenis bahan ajar yang dapat dikembangkan.
Bahan ajar cetak bukan hanya bahan ajar yang disusun oleh individu atau kelompok,
melainkan seperti handout, modul, LKS, dan sebagainya. Dengan di kembangkanya bahan
ajar di harapkan agar pembelajaran lebih efesien dan mempermudah keberlangsungan belajar
mengajar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Modul dan LKS?


2. Bagaimana karakteristik yang ada dalam Modul dan LKS?
3. Bagaimana langkah-langkah penyususnan Modul LKS?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui yang dimaksud dengan Modul dan LKS


2. Mengetahui Karakteristik Modul dan LKS
3. Mengetahui Langkah-langkah penyusunan Modul dan LKS

1
BAB II
ISI
2.1 Pengembangan Bahan Ajar Modul

Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa
yang mudah dipahami oleh siswa, sesuai usia dan tingkat pengetahuan mereka agar
mereka dapat belajar secara mandiri dengan bimbingan minimal dari pendidik.
Penggunaan modul dalam pembelajaran bertujuan agar siswa dapat belajar mandiri
tanpa atau dengan minimal dari guru. Di dalam pembelajaran, guru hanya sebagai
fasilitator. modul adalah bagian kesatuan belajar yang terencana yang dirancang untuk
membantu siswa secara individual dalam mencapai tujuan belajarnya. Siswa yang
memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menguasai materi. Sementara
itu, siswa yang memiliki kecepatan rendah dalam belajar bisa belajar lagi dengan
1
mengulangi bagian-bagian yang belum dipahami sampai paham. Sementara dalam
pandangan lainnya, modul dimaknai sebagai seperangkat bahan ajar yang disajikan
secara sistematis sehingga penggunaannya dapat belajar dengan atau tanpa seorang
fasilitator atau guru.

Dengan demikian, maka sebuah modul harus dapat dijadikan sebuah bahan ajar sebagai
pengganti fungsi guru. Jika guru mempunyai fungsi menjelaskan sesuatu maka modul
harus mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima siswa sesuai
dengan tingkat pengetahuandan usianya.2

Dari beberapa penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa modul pada
dasarnya merupakan sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan tingkat
pengetahuan dan usianya agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan
atau bimbingan yang minimal dari guru, Kemudian dengan modul, siswa juga dapat
mengukur sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang dibahas pada setiap satu
satuan modul sehingga jika telah menguasainya, maka mereka dapat melanjutkan pada
satu satuan modul tingkat berikutnya. Dan sebaliknya, jika siswa belum mampu maka
mereka akan diminta untuk mengulangi dan mempelajari kembali. Sementara itu, untuk

1
A. Anggun, Pengertian dan Karakteristik Modul (Bandung: 2008) hlm.6
2
Dikutip dari Tim penyusun Direktorat Pembinaa Sekolah Menengah Atas Dirjen Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas dalam Buku Andi Prastowo, Pengembangan Bahan
Ajar Tematik Cet.I, (Jakarta:Kencana, 2014) hlm. 208

2
menilai baik tidaknya atau bermakna tidaknya suatu modul ditentukan oleh mudah
tidaknya modul digunakan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran.3

Modul ialah suatu kesatuan yang utuh, terdiri dari serangkaian kegiatan
belajar, yang secara nyata telah memberikan hasil belajar yang efektif dalam mencapai
tujuan yang telah dirumuskan secara jelas dan spesifik (Mbulu. 2001: 89).

1. Karakteristik Modul

Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode,
batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan
menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat
kompleksitasnya. Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat
karakteristik sebagai berikut:

1. Self Instructional; yaitu melalui modul tersebut seseorang atau peserta belajar
mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Untuk
memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul harus:

a. berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas

b. berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil/spesifik


sehingga memudahkan belajar secara tuntas

c. menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan


materi pembelajaran

d. menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan


pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasaannya

e. kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau


konteks tugas dan lingkungan penggunanya

f. menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif

g. terdapat rangkuman materi pembelajaran

h. terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan penggunaan


diklat melakukan “self assessment”;

3
Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, Cet. I, (Jakarta:Kencana, 2014) hlm. 209

3
i. terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau
mengevaluasi tingkat penguasaan materi

j. terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya mengetahui


tingkat penguasaan materi, dan

k. tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang


mendukung materi pembelajaran dimaksud.

2. Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau
sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan
dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pembelajar mempelajari materi
pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang
utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit
kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan
kompetensi yang harus dikuasai.

3. Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung
pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media
pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, pebelajar tidak tergantung dan
harus menggunakan media yang lain untuk mempe lajari dan atau mengerjakan
tugas pada modul tersebut. Jika masih menggunakan dan bergantung pada media
lain selain modul yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan
sebagai media yang berdiri sendiri.

4. Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap


perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat
menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel
digunakan. Dengan memperhatikan percepatan perkembangan ilmu dan teknologi
pengembangan modul multimedia hendaknya tetap “up to date”. Modul yang
adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun
waktu tertentu.

5. User Friendly; modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi


dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan
pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai
dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta

4
menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user
friendly.4

2. Cara Pengembangan Modul

Pengembangan modul dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain


adaptasi, kompilasi, dan menulis sendiri.

1. Modul adaptasi adalah modul yang dikembangkan dengan menentukan salah


satu buku yang ada dipasaran, kemudian menggunakannya secara utuh atau
sebagian materi yang relevan untuk dipembelajarannya.

2. Modul kompilasi adalah modul yang dikembangkan berdasarkan materi dalam


buku-buku yang ada di pasaran, artikel jurnal ilmiah, atau modul yang sudah
ada sebelumnya dengan menggunakan garisgaris besar program pembelajaran
atau silabus yang disusun oleh penulis sebelumnya.

3. Modul dengan menulis sendiri yaitu penulis menulis sendiri modul


yang dipergunakan dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dalam
suatu mata pelajaran (Purwanto & dkk, 2007). Dalam pengembangan modul ini
penulis menggunakan metode kompilasi, karena masih menggunakan beberapa
referensi untuk menyusun kegiatan pembelajaran.5

3. Langkah-langkah Pengembangan Modul

Penulisan modul merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang


dikemas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh pebelajar untuk mencapai
kompetensi atau sub kompetensi. Penyusunan modul belajar mengacu pada kompetensi
yang terdapat di dalam tujuan yang ditetapkan.

Terkait dengan hal tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Analisis Kebutuhan Modul

4
Penulisan Modul, Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: 2008) hlm. 3-5
5
Ulfa Khairunnisa, Pengembangan E-Modul Materi Coreldraw X6 Pada Mata Pelajaran Prakarya Dan
Kewirausahaan Untuk Siswa Sekolah Menengah Atas Kelas X, (Universitas negeri Yogyakarta:
Yogyakarta, 2016) hlm. 22-23

5
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi/ tujuan
untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk mencapai suatu
kompetensi tersebut. Penetapan judul modul didasarkan pada kompetensi yang
terdapat pada garis-garis besar program yang ditetapkan. Analisis kebutuhan modul
bertujuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan judul modul yang
harus dikembangkan. Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:

a. Tetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar program


pembelajaran yang akan disusun modulnya;

b. Identifikasi dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut;

c. Identifikasi dan tentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang


dipersyaratkan;

d. Tentukan judul modul yang akan ditulis

e. Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode awal

pengembangan

2. Penyusunan Draft

Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan


pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub kompetensi
menjadi satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan draft modul bertujuan
menyediakan draft suatu modul sesuai dengan kompetensi atau sub kompetensi
yang telah ditetapkan. Penulisan draft modul dapat dilaksanakan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :

a. Tetapkan judul modul

b. Tetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik
setelah selesai mempelajari satu modul

c. Tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir

d. Tetapkan garis-garis besar atau outline modul

e. Kembangkan materi pada garis-garis besar

f.Periksa ulang draft yang telah dihasilkan

6
Kegiatan penyusunan draft modul hendaknya menghasilkan draft modul yang sekurang-
kurangnya mencakup:
a. Judul modul; menggambarkan materi yang akan dituangkan di dalam modul;

b. Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah menyelesai kan
mempelajari modul;

c. Tujuan terdiri atas tujuan akhir dan tujuan antara yang akan dicapai peserta
didik setelah mempelajari modul;

d. Materi pelatihan yang berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik;

e. Prosedur atau kegiatan pelatihan yang harus diikuti oleh peserta didik untuk
mempelajari modul;

f. Soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh
peserta didik;

g. Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan peserta didik


dalam menguasai modul;

h. Kunci jawaban dari soal, latihan dan atau pengujian

3. Uji Coba

Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada peserta
terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam pembelajaran
sebelum modul tersebut digunakan secara umum.

Uji coba draft modul bertujuan untuk;

a. mengetahui kemampuan dan kemudahan peserta dalam memahami dan


menggunakan modul;

b. mengetahui efisiensi waktu belajar dengan menggunakan modul; dan

c. mengetahui efektifitas modul dalam membantu peserta mempelajari dan


menguasai materi pembelajaran.

Untuk melakukan uji coba draft modul dapat diikuti langkahlangkah


sebagai berikut.

7
a. Siapkan dan gandakan draft modul yang akan diuji cobakan sebanyak peserta
yang akan diikutkan dalam uji coba.

b. Susun instrumen pendukung uji coba.


c. Distribusikan draft modul dan instrumen pendukung uji coba kepada peserta uji
coba.

d. Informasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang
harus dilakukan oleh peserta uji coba.

e. Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen uji coba.

f. Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukan yang dijaring melalui


instrumen uji coba.

Dari hasil uji coba diharapkan diperoleh masukan sebagai bahan


penyempurnaan draft modul yang diuji cobakan. Terdapat dua macam uji coba
yaitu uji coba dalam kelompok kecil dan uji coba lapangan. Uji coba kelompok
kecil adalah uji coba yang dilakukan hanya kepada 2 - 4 peserta didik, sedangkan
uji coba lapangan adalah uji coba yang dilakukan kepada peserta dengan jumlah 20
– 30 peserta didik.

4. Validasi

Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap


kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan penga kuan kesesuaian
tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak praktisi yang ahli
sesuai dengan bidang-bidang terkait dalam modul. Validasi modul bertujuan untuk
memperoleh pengakuan atau pengesahan kesesuaian modul dengan kebutuhan
sehingga modul tersebut layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran. Validasi
modul meliputi: isi materi atau substansi modul; penggunaan bahasa; serta
penggunaan metode instruksional.

Validasi dapat dimintakan dari beberapa pihak sesuai dengan keahliannya


masing-masing antara lain;

a. ahli substansi dari industri untuk isi atau materi modul;

b. ahli bahasa untuk penggunaan bahasa; atau

8
c. ahli metode instruksional untuk penggunaan instruksional guna mendapatkan
masukan yang komprehensif dan obyektif.
Untuk melakukan validasi draft modul dapat diikuti langkah-langkah sebagai
berikut.

a. Siapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai dengan
banyaknya validator yang terlibat.

b. Susun instrumen pendukung validasi.

c. Distribusikan draft modul dan instrumen validasi kepada peserta validator.

d. Informasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan kegiatan yang harus
dilakukan oleh validator.

e. Kumpulkan kembali draft modul dan instrumen validasi.

f. Proses dan simpulkan hasil pengumpulan masukkan yang dijaring melalui


instrumen validasi.

Dari kegiatan validasi draft modul akan dihasilkan draft modul yang
mendapat masukkan dan persetujuan dari para validator, sesuai dengan bidangnya.
Masukkan tersebut digunakan sebagai bahan penyempurnaan modul.

5. Revisi

Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul setelah


memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi. Kegiatan revisi draft
modul bertujuan untuk melakukan finalisasi atau penyempurnaan akhir yang
komprehensif terhadap modul, sehingga modul siap diproduksi sesuai dengan
masukkan yang diperoleh dari kegiatan sebelumnya, maka perbaikan modul harus
mencakup aspekaspek penting penyusunan modul diantaranya yaitu; a.
pengorganisasian materi pembelajaran;

b. penggunaan metode instruksional;

c. penggunaan bahasa; dan

d. pengorganisasian tata tulis dan perwajahan.


Mengacu pada prinsip peningkatan mutu berkesinambungan, secara terus menerus
modul dapat ditinjau ulang dan diperbaiki.6
6
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga

9
Komponen yang ada di dalam Modul:

1. Tinjauan Mata Pelajaran


Tinjauan mata pelajaran adalah gambaran umum/deskripsi singkat yang membahas
keseluruhan isi materi yang akan dipelajari. Letak pokok pembelajaran dalam modul ini
tergantung pada pembagian pokok pembahasan materi pembelajaran. Tinjauan mata
pelajaran ini memuat:

a. Deskripsi mata pelajaran


b. Kegunaaan mata pelajaran
c. Kompetensi dasar
d. Bahan pendukung lainnya (kaset, kit, dll)
e. Petunjuk Belajar
2. Pendahuluan

Pendahuluan adalah sebagai pengantar menuju pembahasan mata pelajaran.


Pendahuluan memuat:

a. Cakupan isi modul dalam bentuk deskripsi singkat


b. Indikatoryang ingin dicapai melalui sajian materi dan kegiatan modul
c. Deskripsi perilaku awal (entry behaviour) yang memuat pengetahuan dan
keterampilan yang sebelumnya sudah diperoleh atau dimilikisebagai dasar
(anchoring) dari pembahasan modal itu.
d. Relevansi, yang terdiri atas:
1) Keterkaitan pembahasan materi dan kegiatan dalam modul itu dengan materi
dan kegiatan dalam modul lain dalarn satu mata pelajaran atau dalam mata
pelajaran(cross reference)
2) Pentingnya mempelajari materi mod ul itu dalam pengembangan dan
pelaksanaan tugas guru secara profesional
e. Urutan butir sajian modul (kegiatan belajar) secara logis
f. Petunjuk belajar berisi panduan teknis mempelajari modul itu agar berhasil
dikuasai dengan baik

Syarat-syarat pendahuluan:

a. Memenuhi dan merangsang rasa ingin tahu

Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Penulisan Modul, (Jakarta: 2008) hlm. 12-16

10
b. Urutan sajian yang logis
c. Mudah dicerna dan enak dibaca

3. Kegiatan Belajar

Kegiatan belajar merupakan inti dari materi yang akan dibahas selama
pembelajaran berlangsung. Materi yang akan dibahas dibagi kedalam subbab subbab
yang disusun secara sistematis untuk mempermudah siswa dalam memahami materi .
Uraian penjelasan materi biasanya dilakukan secara rinci dan diikuti dengan contoh
konkrit maupun non konkrit, selain itu dapat berupa gambaran, bagan ataupun grafik
yang digunakan sehingga materi tersampaikan dengan baik.

Penyajian materi dalam modul menggunakan elemen uraian dan contoh yang disusun
untuk menumbuhkan proses belajar siswa. Berikut kedua elemen dasar dalam kegiatan
belajar modul.

a. Uraian

Uraian yang dimaksud adalah paparan materi-materi pelajaran. Paparan tersebut


dapat dituangkan secara naratif atau piktoria yang berfungsi menumbuhkan dan
meningkatkan proses pengalaman belajar (learning experience) seperti pengalaman
konkret, observasireflektif, konseptualisasi abstrak dan eksperimen aktif. Paparan
tersebut berupa:

 fakta/data,
 konsep,
 prinsip,
 generalisasi/dalil,
 teori,
 nilai,
 prosedur/metode,
 keterampilan,
 hukum, dan
 masalah.

Prinsip dalam penyajian uraian harus memenuhi syarat-syarat:


1) Materi harus relevan dengan esensikompetensi.
11
2) Materi berada dalam cakupan topik inti
3) Penyajiannya bersifat logis, sistematis, komunikatif/interaktif, dan tidak kaku
4) Memperhatikan latar/ settingkondisi siswa
5) Menggunakan teknik, metode penyajian yang menarik dan menantang

b. Contoh

Contoh merupakan bentuk implementasi materi yang sering ditemukan dalam


kehidupan nyata sehari-hari, contoh dapat berupa benda, ilustrasi, angka, gambar dan
lain-lain yang sesuai dengan penyajian konsep materi. Contoh dapat membantu
pemahaman uraian-uraian kegiatan belajar sebelumnya.

Prinsip dalam penyajian contoh hendaknya:


1) Relevan dengan isi uraian
2) Konsistensi istilah, konsep, dalil, dan peran
3) Jumlah dan jenisnya memadai
4) Logis (masuk akal)
5) Sesuai dengan realitas
6) Bermakna
4. Latihan

Latihan adalah salah cara pemantapan pemahaman materi yang telah disajikan
sebelumnya. Banyak sekali bentuk dari latihan ini, seeprti pemberian soal-soal yang
berkaitan dengan materi, atau praktik-praktik yang membantu siswa dalam
pengembangan dan pemantapan materi yang dipahami sebelumnya. Tujuan dari latihan
ini adalah agar siswa benar-benar telah memahami dan mengerti konsep materi
pembelajaran. Latihan tidak hanya dilakukan di akhir materi pembelajaran tetapi kuga
dapat dilakukan disela-sela penyampaian materi.

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan latihan:

a. Relevan dengan materi yang disajikan


b. Sesuai dengan kemampuan siswa
c. Bentuknya bervariasi, misalnya tes, tugas, eksperimen, dsb
d. Bermakna (bermanfaat)
e. Menantang sis wa untuk berpikir dan bersikap kritis
f. Penyajiannya sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran

12
5. Rambu-rambu Jawaban latihan

Rambu-rambu jawaban latihan merupakan petunjuk pengerjaan soal latihan atau


batasan jawaban/hasil latihan yang diharapkan. Hal ini bertujuan untuk membantu
mengarahkan siswa dalam mencapai kompetensi pembelajaran.

6. Rangkuman

Rangkuman adalah inti sari dari uraian materi pembelajaran. Rangkuman bisanya
berupa kesimpulan dari uraian sebelumnya. Rangkuman juga lebih berfokus pada inti
pembelajaran dan tidak bertele-tele penjelasannya, sehingga siswa lebih mudah
memahami kembali penjelasan sebelumnya. Rangkuman biasanya dalam bentuk
paragraf singkat atau poin-poin penting per subbab materi.

Rangkuman hendaknya memenuhi ketentuan:

1) Berisi ide pokok yang telah disajikan


2) Disajikan secara berurutan
3) Disajikan secara ringkas
4) Bersifat menyimpulkan
5) Dapat dipahami dengan mudah (komunikatif)
6) Memantapkan pemahaman pembaca
7) Rangkuman diletakkan sebelum tes fonnatif pada setiap kegiatan belajar
8) Menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan bahasa yang mudah
dipahami

7. Tes Formatif

Tes formatif biasanya berupa lembar evaluasi (evaluasi formatif) brupa soal-soal
pilihan ganda maupun esai. Evaluasi ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepahaman
siswa atau seberapa besar tercapainya penguasaan siswa terhadap materi yang telah
diuraikan sebelumnya sesuai indikator yang telah ditentukan.Hasil tes formatif dapat
digunakan sebagai dasar untuk melanjutkan ke pokok bahasan selanjutnya.

Tes formatif secara prinsip harus memenuhi syarat-syarat:

a.Mengukur kompetensi dan indikator yang sudah dirumuskan

13
b. Materi tes benar dan logis, baik dari segi pokok masalah maupun pilihan
jawaban yang ditawarkan
c.Pokok masalah yang ditanyakan cukup penting
d. Butir tes harus memenuhi syarat-syarat penulisan butir soal

8. Kunci Jawaban Tes Formatif dan Tindak Lanjut

Kunci jawaban tes formatif pada umumnya diletakkan di bagian paling akhir suatu
modul. Tujuannya agar siswa dapat melihat hasil oencapaian belajarnya sendiri melalui
kunci jawaban yang diberikan di akhir halaman. Selain itu, siswa dapat dengan
mencocokkan hasil jawaban mereka dan mengetahui letak kesalahannya agar bisa lebih
baik kedepannya. Siswa juga bisa mengetahui skor yang didapat setelah menjawab tes
formatif.

Tindak lanjut berisi kegiatan lanjutan yang harus dilakukan siswa setelah
melakukan tes formatifnya. Siswa diberi arahan untuk melakukan kegiatan lanjutan,
silakan mempelajari materi selanjutnya siswa diharapkan untuk mengulangi materi
sebelumnya apabila siswa mendapat nilai yang kurang memuaskan.

Pelaksanaan pembelajaran secara mandiri di rumah biasanya dapat dilakukan


dengan menggunakan modul. Sehingga siswa dapat mengetahui seberapa cepat dan
seberapa prosentasi siswa dalam belajar secara mandiri dirumah dan bisa
menyelesaikan materi secepat mungkin sesuai kemampuannya. Namundapat pula
digunakan pada sistem tatap muka dikelas ataupun secara klasikal. Biasanya siswa
memiliki kecepatan yang berbeda neda dalam menyelesaikan materi dalam modul,
sehingga dalam kelas klasikal biasanya ini bisa dipelajari secara bersama-sama. Namun
teknik ini akan lebih efektif jika siswa dalam kelas tersebut jumlahnya sedikit agar
lebih efektif dan efisien.

Bagi siswa-siswa yang selesainya lebih cepat dalam memahami modul daripada
temannya maka dapat melanjutkan ke modul pengayaan untuk dipelajarinya dalam sisa
waktu yang tersedia. Kemudian setelah itu dilakukan evaluasi baik individu maupun
bersama-sama

2.2 Pengembangan Bahan Ajar LKS (Lembar Kerja Siswa)

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)

14
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembar kerja yang berisi informasi,
perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar
dalam bentuk kerja, praktek atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk
mencapai suatu tujuan.7 Didalam panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif,
mengungkapkan bahwa LKS merupakan sesuatu bahan ajar cetak berupa lembar-
lembar kertas berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas
pembelajaran yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai.

Adapun pengertian LKS menurut para ahli adalah sebagai berikut :


1. Fahrie (2012) mengemukakan Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran-
lembaran yang digunakan sebagai pedoman di dalam pembelajaran serta berisi tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta didik dalam kajian tertentu.
2. Andi Prastowo (2011:204) mengemukakan Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan
suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan,
dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh
peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai.8
3. Sutanto (2009:1) mengemukakan LKS Lembar Kegiatan Siswa merupakan materi
ajar yang dikemas sedemikian rupa agar siswa dapat mempelajari materi tersebut
secara mandiri.
4. Trianto (2007:73) berpendapat Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan suatu
bahan ajar cetak berupa lembaran berisi tugas yang di dalamnya berisi petunjuk,
langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas. LKS dapat berupa panduan untuk
latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua
aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen dan demonstrasi.
5. Menurut Dhari dan Haryono (1988) yang dimaksud dengan lembar kerja siswa
adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang
terprogram. Setiap LKS berisikan antara lain: uraian singkat materi, tujuan kegiatan,
alat/ bahan yang diperlukan dalam kegiatan, langkah kerja pertanyaan – pertanyaan
untuk didiskusikan, kesimpulan hasil diskusi, dan latihan ulangan.
Jadi, Lembar Kerja Siswa ( LKS) bisa diartikan lembaran-lembaran yang
digunakan peserta didik sebagai pedoman dalam proses pembelajaran, serta berisi
tugas yang dikerjakan oleh siswa baik berupa soal maupun kegiatan yang akan
dilakukan peserta didik.
7
http://www.kajianteori.com/2014/02/pengertian-lks-lembar-kegiatan-siswa.html
8
Andi Prastowo, Panduan Kreatif membuat bahan ajar inovatif, 2011, Yogyakarta : DIVA press hal 204

15
b. Fungsi Media pembelajaran LKS
LKS memiliki setidaknya 4 fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih
mengaktifkan peserta didik.
2. Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang
diberikan.
3. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, serta
4. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.
c. Tujuan Media Pembelajaran LKS
Dalam hal ini, paling tidak ada 4 poin yang menjadi tujuan penyusunan LKS yaitu :
1. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan
materi yang diberikan.
2. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaaan peseta didik terhadap
materi yang diberikan.
3. Melatih kemandrian belajar peserta didik, dan
4. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.
d. Kegunaan Media Pembelajaran LKS

Mengenai kegunaan LKS bagi kegiatan pembelajaran, tentu saja ada cukup
banyak kegunaan. Bagi kita selaku pendidik, melalui LKS, kita mendapat
kesempatan untuk memancing peserta didik agar secara aktif terlibat dengan materi
yang dibahas. Salah satu metode yang bisa diterapkan untuk mendapatkan hasil
optimal dari pemanfaatan LKS adalah metode”SQ3R” atau survey, question, read,
recite and review (menyurvei, pertanyaan, membaca, meringkas, dan mengulang).

e. Unsur-unsur dan Bentuk Media Pembelajara LKS

Dari segi struktur bahan ajar LKS terdiri atas 6 unsur utama, meliputi:

1. Judul
2. Petujuk belajar
3. Kompetensi dasar dan materi pokok
4. Informasi pedukung
a. Tugas atau langkah kerja
b. Penilaian

16
Sedangkan jika berdasarkan dari formatnya, LKS memuat paling tidak 8 unsur,
yaitu:

a. Judul
b. Kompetensi dasar yang akan dicapai
c. Waktu penyelesaian
d. Peralatan atau bahan yang diperlukan untuk penyelesaian tugas
e. Informasi singkat
f. Langkah kerja
g. Tugas yang harus dilakukan
h. Laporan yang harus dikerjakan

Dengan mecemati, baik dari segi struktur maupun formatnya, sekarang kita dapat
mengetahui unsur-unsur yang dibutuhkan untuk peyusunan bahan ajar.

Adapun bentuk-bentuk LKS yang umumnya digunakan oleh peserta didik, antara
lain:

1. LKS yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep.


LKS jenis ini memuat apa yang harus dilakukan peserta didik, meliputi
melakukan, mengamati, dan menganalisis.
2. LKS yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasi berbagai
konsep yang telah ditemukan.
3. LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar.
LKS bentuk ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada didalam buku.
4. LKS yang berfungsi sebagai penguatan.
LKS bentuk ini diberikan setelah peserta didik selesai mempelajari topik
tertentu.
5. LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum.
Alih-Alih memisahkan petunjuk pratikum kedalam buku tersendiri, kita dapat
menggabungkan petunjuk pratikum kedalam kumpulan LKS.
f. Mengembangkan dan Membuat Media Pembelajaran LKS

Dalam rangka mengembangkan LKS yang “kaya manfaat” maka kita perlu
memperhatikan desain Pengembangan dan langkah-langkah pengembangannya. Antara
lain :

17
1. Menentukan Desain Pengembangan LKS

Adapun batasan umum yang dapat kita jadikan pedoman pada saat menentukan
desain LKS adalah sebagai berikut :

a) Ukuran

b) Kepadatan Halaman

c) Penomoran

d) Kejelasan

2. Langkah-langkah Pengembangan LKS

a) Menentukan Tujuan Pelajaran yang akan Di-breakdown dalam LKS

Pada langkah pertama ini, kita harus menentukan desain menurut tujuan
pembelajaran yang kita acu. Perhatikan variabel ukuran, kepadatan halaman, penomoran
halaman, dan kejelasan.

b) Pengumpulan Materi

Dalam pengumpulan materi ini, hal yang perlu kita lakukan adalah menentukan
materi dan tugas yang akan kita masukkan kedalam LKS. Oleh karena itu pastikan
bahwa materi dan tugas yang kita tentukan sejalan dengan tujuan pembelajaran.

c) Penyusunan Elemen atau unsur-unsur

Pada bagian inilah, saatnya kita mengintegrasikan desain (hasil dari langkah
pertama) dengan tugas (sebagai hasil dari langkah kedua).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengembangan bahan ajar penting dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas dan
efisiensi pembelajaran. Bahan ajar yang dikembangkan tersebut memiliki peran penting
baik bagi guru maupun siswa. Dalam mengembangkan bahan ajar khususnya modul guru
perlu memperhatikan prosedur dan komponen-komponen modul. Komponen- komponen

18
tersebut meliputi tinjauan mata pelajaran, pendahuluan, kegiatan belajar, latihan,
rangkuman, tes formatif, dan kunci jawaban tes formatif dan tindak lanjut. Pemanfaatan
modul dalam proses pembelajaran disuatu kelas dapat dilakukan pada sistem
pembelajaran individual maupun klasikal.

LKS merupakan sesuatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas berisi materi,
ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang mengacu pada
kompetensi dasar yang harus dicapai.

Salah satu fungsi LKS adalah Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran
pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik, dan sebagai bahan ajar yang
mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan. Tujuan
penyusunan LKS yaitu , Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk
berinteraksi dengan materi yang diberikan.

3.2 Saran
a. Bagi penulis : hendaknya penulis dapat menggunakan dan memanfaatkan hasil
penulisannya sebagai bahan penambah wawansan serta dapat memperbaiki hal-hal
yang dianggap kurang dan salah
b. Bagi Pembaca : hendaknya pembaca menjadikan dan memanfaat hasil penulisan ini
sebagai bahan pembelajaran dan penambah wawasan serta pengetahuan.

Daftar Pustaka

Andi Prastowo, 2011, Panduan Kreatif membuat bahan ajar inovatif, Yogyakarta : DIVA
press

Iier. 2012. Pembuatan LKS (Lembar Kerja Siswa).


http://iierrrr.blogspot.com/2012/05/pembuatan-lks-lembar-kerja-siswa.html (diakses tanggal
6 Februari 2021)

19
Sungkono, dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP UNY.

Tian Belawati, dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar . Jakarta: Pusat Penerbitan UT.

Anggun, A. 2008. Pengertian dan Karakteristik Modul . Bandung.


Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan
Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Penulisan Modul.
Jakarta.
Khairunnisa, Ulfa. 2016. Pengembangan E-Modul Materi Coreldraw X6 Pada Mata
Pelajaran Prakarya Dan Kewirausahaan Untuk Siswa Sekolah Menengah Atas Kelas
X, Yogyakarta: Universitas negeri Yogyakarta.
Muslim, Bahtiar. 2014. Efektivitas Penggunaan Modul Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Dalam Upaya Pencapaian Hasil Belajar Siswa Kelas IX SMP
Negeri 4 Kalasan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Prastowo, Andi . 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik, Cet. I. Jakarta: Kencana.
Shofan, Moh. dkk. 2010. Pengembangan Modul Pembelajaran Bilangan Bulat Dengan
Pendekatan Kontekstual Untuk Siswa Kelas IV SD/MI. Malang: Universitas Negeri
Malang.

20

Anda mungkin juga menyukai