Nama kelompok :
1. Farah Hanun Mubarokah (19190013)
2. Khofifatur Rohmah (19190015)
3. Iffa Abdillah Kinasih (19190033)
4. Nadila Choirunnisa’ Intsani (19190037)
5. Hidayatul Qusaini (19190056)
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan hambanya rahmat dan
hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengembangan
Modul dan LKS (Lembar Kerja Siswa)” ini dengan tepat waktu. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak M. Islahul Mukmin, M.Si., M.Pd. yang telah membimbing dan
memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menulis makalah ini tanpa banyak mengalami
kesulitan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
penulisan makalah ini.
Dengan membaca makalah ini, penulis berharap pembaca bisa mendapatkan ilmu
pengetahuan dan wawasan baru. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum
sepenuhnya sempurna. Makalah ini juga tidak lepas dari kesalahan baik dari segi penulisan
maupun isinya. Masih banyak kesalahan yang terdapat dalam makalah ini baik disengaja
maupun tidak yang perlu dibenahi. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca agar dapat lebih baik dalam menulis makalah
maupun karya tulis lainnya.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II ISI..................................................................................................................................2
2.1 Pengembangan Bahan Ajar Modul..............................................................................2
2.2 Pengembangan Bahan Ajar LKS (Lembar Kerja Siswa)........................................15
BAB III PENUTUP..................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................19
3.2 Saran.........................................................................................................................19
Daftar Pustaka..........................................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan ajar merupakan materi pelajaran yang disusun secara lengkap dan sistematis
berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan siswa dan guru dalam proses
pembelajaran. Bahan ajar dapat terstruktur dengan baik apabila mencakup tujuan, strategi
pengajaran yang terkait, dan evaluasi (Moore dan Kearsley, 1996)
Pengembangan bahan ajar sangat penting dilakukan oleh pendidik guna membantu
siswa dalam memahami materi pembelajaran, khususnya materi Matematika. Peraturan
pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 pasal 20 dijelaskan bahwa guru diharapkan
mengembangkan materi pembelajaran, lalu diperkuat oleh Permendiknas Nomor 41 Tahun
2007 tentang standar proses, dimana guru diharuskan mengembangkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang salah satu elemen dari RPP adalah sumber belajar yang akan
memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa lebih terbantu dalam belajar
(Depdiknas, 2008).
Bahan ajar cetak merupakan salah satu jenis bahan ajar yang dapat dikembangkan.
Bahan ajar cetak bukan hanya bahan ajar yang disusun oleh individu atau kelompok,
melainkan seperti handout, modul, LKS, dan sebagainya. Dengan di kembangkanya bahan
ajar di harapkan agar pembelajaran lebih efesien dan mempermudah keberlangsungan belajar
mengajar.
1.3 Tujuan
1
BAB II
ISI
2.1 Pengembangan Bahan Ajar Modul
Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa
yang mudah dipahami oleh siswa, sesuai usia dan tingkat pengetahuan mereka agar
mereka dapat belajar secara mandiri dengan bimbingan minimal dari pendidik.
Penggunaan modul dalam pembelajaran bertujuan agar siswa dapat belajar mandiri
tanpa atau dengan minimal dari guru. Di dalam pembelajaran, guru hanya sebagai
fasilitator. modul adalah bagian kesatuan belajar yang terencana yang dirancang untuk
membantu siswa secara individual dalam mencapai tujuan belajarnya. Siswa yang
memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menguasai materi. Sementara
itu, siswa yang memiliki kecepatan rendah dalam belajar bisa belajar lagi dengan
1
mengulangi bagian-bagian yang belum dipahami sampai paham. Sementara dalam
pandangan lainnya, modul dimaknai sebagai seperangkat bahan ajar yang disajikan
secara sistematis sehingga penggunaannya dapat belajar dengan atau tanpa seorang
fasilitator atau guru.
Dengan demikian, maka sebuah modul harus dapat dijadikan sebuah bahan ajar sebagai
pengganti fungsi guru. Jika guru mempunyai fungsi menjelaskan sesuatu maka modul
harus mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima siswa sesuai
dengan tingkat pengetahuandan usianya.2
Dari beberapa penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa modul pada
dasarnya merupakan sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan tingkat
pengetahuan dan usianya agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan
atau bimbingan yang minimal dari guru, Kemudian dengan modul, siswa juga dapat
mengukur sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang dibahas pada setiap satu
satuan modul sehingga jika telah menguasainya, maka mereka dapat melanjutkan pada
satu satuan modul tingkat berikutnya. Dan sebaliknya, jika siswa belum mampu maka
mereka akan diminta untuk mengulangi dan mempelajari kembali. Sementara itu, untuk
1
A. Anggun, Pengertian dan Karakteristik Modul (Bandung: 2008) hlm.6
2
Dikutip dari Tim penyusun Direktorat Pembinaa Sekolah Menengah Atas Dirjen Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas dalam Buku Andi Prastowo, Pengembangan Bahan
Ajar Tematik Cet.I, (Jakarta:Kencana, 2014) hlm. 208
2
menilai baik tidaknya atau bermakna tidaknya suatu modul ditentukan oleh mudah
tidaknya modul digunakan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran.3
Modul ialah suatu kesatuan yang utuh, terdiri dari serangkaian kegiatan
belajar, yang secara nyata telah memberikan hasil belajar yang efektif dalam mencapai
tujuan yang telah dirumuskan secara jelas dan spesifik (Mbulu. 2001: 89).
1. Karakteristik Modul
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode,
batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan
menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat
kompleksitasnya. Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat
karakteristik sebagai berikut:
1. Self Instructional; yaitu melalui modul tersebut seseorang atau peserta belajar
mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Untuk
memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul harus:
3
Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, Cet. I, (Jakarta:Kencana, 2014) hlm. 209
3
i. terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau
mengevaluasi tingkat penguasaan materi
2. Self Contained; yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau
sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan
dari konsep ini adalah memberikan kesempatan pembelajar mempelajari materi
pembelajaran yang tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang
utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit
kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan
kompetensi yang harus dikuasai.
3. Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung
pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media
pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, pebelajar tidak tergantung dan
harus menggunakan media yang lain untuk mempe lajari dan atau mengerjakan
tugas pada modul tersebut. Jika masih menggunakan dan bergantung pada media
lain selain modul yang digunakan, maka media tersebut tidak dikategorikan
sebagai media yang berdiri sendiri.
4
menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user
friendly.4
4
Penulisan Modul, Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, (Jakarta: 2008) hlm. 3-5
5
Ulfa Khairunnisa, Pengembangan E-Modul Materi Coreldraw X6 Pada Mata Pelajaran Prakarya Dan
Kewirausahaan Untuk Siswa Sekolah Menengah Atas Kelas X, (Universitas negeri Yogyakarta:
Yogyakarta, 2016) hlm. 22-23
5
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi/ tujuan
untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk mencapai suatu
kompetensi tersebut. Penetapan judul modul didasarkan pada kompetensi yang
terdapat pada garis-garis besar program yang ditetapkan. Analisis kebutuhan modul
bertujuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan judul modul yang
harus dikembangkan. Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
pengembangan
2. Penyusunan Draft
b. Tetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik
setelah selesai mempelajari satu modul
c. Tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir
6
Kegiatan penyusunan draft modul hendaknya menghasilkan draft modul yang sekurang-
kurangnya mencakup:
a. Judul modul; menggambarkan materi yang akan dituangkan di dalam modul;
b. Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah menyelesai kan
mempelajari modul;
c. Tujuan terdiri atas tujuan akhir dan tujuan antara yang akan dicapai peserta
didik setelah mempelajari modul;
d. Materi pelatihan yang berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik;
e. Prosedur atau kegiatan pelatihan yang harus diikuti oleh peserta didik untuk
mempelajari modul;
f. Soal-soal, latihan, dan atau tugas yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh
peserta didik;
3. Uji Coba
Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada peserta
terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam pembelajaran
sebelum modul tersebut digunakan secara umum.
7
a. Siapkan dan gandakan draft modul yang akan diuji cobakan sebanyak peserta
yang akan diikutkan dalam uji coba.
d. Informasikan kepada peserta uji coba tentang tujuan uji coba dan kegiatan yang
harus dilakukan oleh peserta uji coba.
4. Validasi
8
c. ahli metode instruksional untuk penggunaan instruksional guna mendapatkan
masukan yang komprehensif dan obyektif.
Untuk melakukan validasi draft modul dapat diikuti langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Siapkan dan gandakan draft modul yang akan divalidasi sesuai dengan
banyaknya validator yang terlibat.
d. Informasikan kepada validator tentang tujuan validasi dan kegiatan yang harus
dilakukan oleh validator.
Dari kegiatan validasi draft modul akan dihasilkan draft modul yang
mendapat masukkan dan persetujuan dari para validator, sesuai dengan bidangnya.
Masukkan tersebut digunakan sebagai bahan penyempurnaan modul.
5. Revisi
9
Komponen yang ada di dalam Modul:
Syarat-syarat pendahuluan:
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Penulisan Modul, (Jakarta: 2008) hlm. 12-16
10
b. Urutan sajian yang logis
c. Mudah dicerna dan enak dibaca
3. Kegiatan Belajar
Kegiatan belajar merupakan inti dari materi yang akan dibahas selama
pembelajaran berlangsung. Materi yang akan dibahas dibagi kedalam subbab subbab
yang disusun secara sistematis untuk mempermudah siswa dalam memahami materi .
Uraian penjelasan materi biasanya dilakukan secara rinci dan diikuti dengan contoh
konkrit maupun non konkrit, selain itu dapat berupa gambaran, bagan ataupun grafik
yang digunakan sehingga materi tersampaikan dengan baik.
Penyajian materi dalam modul menggunakan elemen uraian dan contoh yang disusun
untuk menumbuhkan proses belajar siswa. Berikut kedua elemen dasar dalam kegiatan
belajar modul.
a. Uraian
fakta/data,
konsep,
prinsip,
generalisasi/dalil,
teori,
nilai,
prosedur/metode,
keterampilan,
hukum, dan
masalah.
b. Contoh
Latihan adalah salah cara pemantapan pemahaman materi yang telah disajikan
sebelumnya. Banyak sekali bentuk dari latihan ini, seeprti pemberian soal-soal yang
berkaitan dengan materi, atau praktik-praktik yang membantu siswa dalam
pengembangan dan pemantapan materi yang dipahami sebelumnya. Tujuan dari latihan
ini adalah agar siswa benar-benar telah memahami dan mengerti konsep materi
pembelajaran. Latihan tidak hanya dilakukan di akhir materi pembelajaran tetapi kuga
dapat dilakukan disela-sela penyampaian materi.
12
5. Rambu-rambu Jawaban latihan
6. Rangkuman
Rangkuman adalah inti sari dari uraian materi pembelajaran. Rangkuman bisanya
berupa kesimpulan dari uraian sebelumnya. Rangkuman juga lebih berfokus pada inti
pembelajaran dan tidak bertele-tele penjelasannya, sehingga siswa lebih mudah
memahami kembali penjelasan sebelumnya. Rangkuman biasanya dalam bentuk
paragraf singkat atau poin-poin penting per subbab materi.
7. Tes Formatif
Tes formatif biasanya berupa lembar evaluasi (evaluasi formatif) brupa soal-soal
pilihan ganda maupun esai. Evaluasi ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepahaman
siswa atau seberapa besar tercapainya penguasaan siswa terhadap materi yang telah
diuraikan sebelumnya sesuai indikator yang telah ditentukan.Hasil tes formatif dapat
digunakan sebagai dasar untuk melanjutkan ke pokok bahasan selanjutnya.
13
b. Materi tes benar dan logis, baik dari segi pokok masalah maupun pilihan
jawaban yang ditawarkan
c.Pokok masalah yang ditanyakan cukup penting
d. Butir tes harus memenuhi syarat-syarat penulisan butir soal
Kunci jawaban tes formatif pada umumnya diletakkan di bagian paling akhir suatu
modul. Tujuannya agar siswa dapat melihat hasil oencapaian belajarnya sendiri melalui
kunci jawaban yang diberikan di akhir halaman. Selain itu, siswa dapat dengan
mencocokkan hasil jawaban mereka dan mengetahui letak kesalahannya agar bisa lebih
baik kedepannya. Siswa juga bisa mengetahui skor yang didapat setelah menjawab tes
formatif.
Tindak lanjut berisi kegiatan lanjutan yang harus dilakukan siswa setelah
melakukan tes formatifnya. Siswa diberi arahan untuk melakukan kegiatan lanjutan,
silakan mempelajari materi selanjutnya siswa diharapkan untuk mengulangi materi
sebelumnya apabila siswa mendapat nilai yang kurang memuaskan.
Bagi siswa-siswa yang selesainya lebih cepat dalam memahami modul daripada
temannya maka dapat melanjutkan ke modul pengayaan untuk dipelajarinya dalam sisa
waktu yang tersedia. Kemudian setelah itu dilakukan evaluasi baik individu maupun
bersama-sama
14
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembar kerja yang berisi informasi,
perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar
dalam bentuk kerja, praktek atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk
mencapai suatu tujuan.7 Didalam panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif,
mengungkapkan bahwa LKS merupakan sesuatu bahan ajar cetak berupa lembar-
lembar kertas berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas
pembelajaran yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai.
15
b. Fungsi Media pembelajaran LKS
LKS memiliki setidaknya 4 fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih
mengaktifkan peserta didik.
2. Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang
diberikan.
3. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, serta
4. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.
c. Tujuan Media Pembelajaran LKS
Dalam hal ini, paling tidak ada 4 poin yang menjadi tujuan penyusunan LKS yaitu :
1. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan
materi yang diberikan.
2. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaaan peseta didik terhadap
materi yang diberikan.
3. Melatih kemandrian belajar peserta didik, dan
4. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.
d. Kegunaan Media Pembelajaran LKS
Mengenai kegunaan LKS bagi kegiatan pembelajaran, tentu saja ada cukup
banyak kegunaan. Bagi kita selaku pendidik, melalui LKS, kita mendapat
kesempatan untuk memancing peserta didik agar secara aktif terlibat dengan materi
yang dibahas. Salah satu metode yang bisa diterapkan untuk mendapatkan hasil
optimal dari pemanfaatan LKS adalah metode”SQ3R” atau survey, question, read,
recite and review (menyurvei, pertanyaan, membaca, meringkas, dan mengulang).
Dari segi struktur bahan ajar LKS terdiri atas 6 unsur utama, meliputi:
1. Judul
2. Petujuk belajar
3. Kompetensi dasar dan materi pokok
4. Informasi pedukung
a. Tugas atau langkah kerja
b. Penilaian
16
Sedangkan jika berdasarkan dari formatnya, LKS memuat paling tidak 8 unsur,
yaitu:
a. Judul
b. Kompetensi dasar yang akan dicapai
c. Waktu penyelesaian
d. Peralatan atau bahan yang diperlukan untuk penyelesaian tugas
e. Informasi singkat
f. Langkah kerja
g. Tugas yang harus dilakukan
h. Laporan yang harus dikerjakan
Dengan mecemati, baik dari segi struktur maupun formatnya, sekarang kita dapat
mengetahui unsur-unsur yang dibutuhkan untuk peyusunan bahan ajar.
Adapun bentuk-bentuk LKS yang umumnya digunakan oleh peserta didik, antara
lain:
Dalam rangka mengembangkan LKS yang “kaya manfaat” maka kita perlu
memperhatikan desain Pengembangan dan langkah-langkah pengembangannya. Antara
lain :
17
1. Menentukan Desain Pengembangan LKS
Adapun batasan umum yang dapat kita jadikan pedoman pada saat menentukan
desain LKS adalah sebagai berikut :
a) Ukuran
b) Kepadatan Halaman
c) Penomoran
d) Kejelasan
Pada langkah pertama ini, kita harus menentukan desain menurut tujuan
pembelajaran yang kita acu. Perhatikan variabel ukuran, kepadatan halaman, penomoran
halaman, dan kejelasan.
b) Pengumpulan Materi
Dalam pengumpulan materi ini, hal yang perlu kita lakukan adalah menentukan
materi dan tugas yang akan kita masukkan kedalam LKS. Oleh karena itu pastikan
bahwa materi dan tugas yang kita tentukan sejalan dengan tujuan pembelajaran.
Pada bagian inilah, saatnya kita mengintegrasikan desain (hasil dari langkah
pertama) dengan tugas (sebagai hasil dari langkah kedua).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengembangan bahan ajar penting dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas dan
efisiensi pembelajaran. Bahan ajar yang dikembangkan tersebut memiliki peran penting
baik bagi guru maupun siswa. Dalam mengembangkan bahan ajar khususnya modul guru
perlu memperhatikan prosedur dan komponen-komponen modul. Komponen- komponen
18
tersebut meliputi tinjauan mata pelajaran, pendahuluan, kegiatan belajar, latihan,
rangkuman, tes formatif, dan kunci jawaban tes formatif dan tindak lanjut. Pemanfaatan
modul dalam proses pembelajaran disuatu kelas dapat dilakukan pada sistem
pembelajaran individual maupun klasikal.
LKS merupakan sesuatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas berisi materi,
ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang mengacu pada
kompetensi dasar yang harus dicapai.
Salah satu fungsi LKS adalah Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran
pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik, dan sebagai bahan ajar yang
mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan. Tujuan
penyusunan LKS yaitu , Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk
berinteraksi dengan materi yang diberikan.
3.2 Saran
a. Bagi penulis : hendaknya penulis dapat menggunakan dan memanfaatkan hasil
penulisannya sebagai bahan penambah wawansan serta dapat memperbaiki hal-hal
yang dianggap kurang dan salah
b. Bagi Pembaca : hendaknya pembaca menjadikan dan memanfaat hasil penulisan ini
sebagai bahan pembelajaran dan penambah wawasan serta pengetahuan.
Daftar Pustaka
Andi Prastowo, 2011, Panduan Kreatif membuat bahan ajar inovatif, Yogyakarta : DIVA
press
19
Sungkono, dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP UNY.
Tian Belawati, dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar . Jakarta: Pusat Penerbitan UT.
20