Anda di halaman 1dari 18

IMPLIKASI MEDIA ULAR TANGGA TERHADAP KEMAMPUAN

NUMERASI MATEMATIKA DI KELAS RENDAH

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan yang diampu oleh Dr. Dr. Hj. Leli Halimah, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 5

E Silmi Kaaffah 2317693

Fida Madani 2317689

Fitri Apriliyani 2317911

Nahdiyah Nur Faidah 2317727

Sulis Nurqori’ah 2317870

SEKOLAH PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sebuah usaha secara sadar Titik awal dari pendidikan
formal di Indonesia yaitu Sekolah Dasar (SD). Di mana, dari pendidikan sekolah dasar
nantinya akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar Menengah (Dirjen Dikdasmen) terus menekankan bahwa
pentingnya keberadaaan SD dan menekankan untuk melakukan peningkatan kualitas
di SD. Diharapkan siswa-siswa SD dapat meningkatkan kemampuan dasarnya dalam
membaca, menulis, dan berhitung, semua itu telah termuat pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia dan Matematika.
Kemampuan numerasi dapat dipahami sebagai kemampuan menganalisis
informasi dalam bentuk angka (Resti, et al, 2020). Kemampuan numerasi adalah
kemampuan yang menerapkan konsep bilangan, keterampilan operasi hitung, dan
kemampuan menjelaskan informasi atau masalah mengunakan Matematika.
Matematika memegang peranan penting sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah,
matetikan juga memegang peranan rasional, kritis, cermat, efektif, dan efisien dalam
kegiatan pembelajaran (Anggraini & Pramudita, 2021). Matematika merupakan ilmu
universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peranan
penting dalam berbagai aspek kehidupan dan salah satu mata pelajaran yang ada pada
jenjang pendidikan dasar hingga tingkat perguruan tinggi (Firdareza & Hapsari, 2019).
Adanya teknologi mempermudah pembelajaran (Rachmah & Huda, 2021). Mata
pelajaran Matematika sendiri merupakan ketakutan bagi siswa dalam setiap kegiatan
pembelajaran yang dikarenakan materinya yang sulit. Akibatnya, prestasi belajar
Matematika siswa rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Prestasi
belajar Matematika siswa rendah dikarenakan motivasi belajar numerasi merekapun
juga rendah, dikarenakan siswa terlebih dahulu berperspektif bahwa Matematika
adalah mata pelajaran yang sulit.
Media pembelajaran merupakan salah satu bentuk contoh dari strategi
pembelajaran yakni belajar sambil bermain. Menurut Miftah (2013) media
pembelajaran merupakan segala sesuatu (dapat berupa alat, bahan, atau keadaan) yang
digunakan sebagai perantara komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh
karena itu, perlunya pengembangan dan mengelola teknologi dalam dunia pendidikan
(Ariyani et al., 2020). Media pembelajaran memiliki manfaat bagi siswa diantaranya
yaitu, dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa sehingga siswa dapat
berpikir dan menganalisis materi pelajaran yang diberikan oleh guru dengan baik
dengan situasi yang menyenangkan dan siswa dapat memahami materi pelajaran
dengan mudah.
Media permainan ular tangga merupakan media yang disertai dengan bermain,
sehingga cocok dengan karakteristik siswa yang suka bermain. Media permainan ular
tangga adalah suatu media yang menyerupai permainan ular tangga, namun setiap
petak berisi soal dimana setiap pemain harus melewati dan menjawab soal tersebut
(Kurniasih and Watini 2022). Permainan ular tangga adalah permainan yang
dimainkan oleh 2 orang atau lebih dengan menggunakan dadu dan terdapat
kotak-kotak serta gambar tangga dan ular. Pada permainan ini peserta didik diajak
untuk melakukan dan menemukan sendiri hasil belajar yang akan dicapai sehingga
peserta didik secara aktif melakukan pembelajaran ini (Wati 2021).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Novia Iswari (2019) yang
menyatakan bahwa pada pengembangan permainan ular tangga ini tumbuh
kembang anak dapat di optimalkan dengan mengikuti prosedur dan
langkah-langkah dalam permainan. Hal ini juga diperkuat dengan pendapat Siti
Istiqomah (2017) menyatakan bahwa dengan meningkatnya kognitif anak pada
saat penerapan pengembangan permainan ular tangga ini dilihat dari
perkembangan anak yang mulai dari Mulai Berkembang (MB) sampai dengan
Berkembang Sangat Baik (BSB), Selain itu hal ini juga dapat didukung oleh pendapat
dari Rizka Hariyati (2019) dengan menyatakan bahwa pada pengembangan
permainan ular tangga ini hasilnya yang optimal dengan menerapkan aturan dan
langkah main yang akan diterpakan saat melakukan observasi.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi penggunaan media ular tangga dalam pembelajaran
matematika terhadap kemampuan numerasi matematika siswa di kelas rendah?
2. Bagaimana dampak penggunaan media ular tangga terhadap kemampuan numerasi
matematika siswa di kelas rendah?
3. Bagaimana respon siswa dan guru terhadap media ular tangga sebagai alat bantu
terhadap kemampuan numerasi pada siswa kelas rendah?
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis tindakan
pada penelitian ini yaitu:
H0: Tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan dari Implikasi Media Ular
Tangga Terhadap Kemampuan Numerasi di Kelas Rendah
Ha: Terdapat pengaruh positif yang signifikan dari Implikasi Media Ular
Tangga Terhadap Kemampuan Numerasi di Kelas Rendah
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan penelitian sebagai berikut.
1. Mengetahui bagaimana implementasi penggunaan media ular tangga dalam
pembelajaran matematika terhadap kemampuan numerasi matematika siswa di kelas
rendah.
2. Menganalisis dampak penggunaan media ular tangga terhadap kemampuan
numerasi matematika siswa di kelas rendah.
3. Mengetahui respon siswa dan guru terhadap media ular tangga sebagai alat bantu
terhadap kemampuan numerasi pada siswa kelas rendah.

E. Manfaat Penelitian
Berikut ini adalah manfaat penelitian antara lain:
1. Memberikan kontribusi terhadap literatur mengenai penggunaan media dalam
pembelajaran matematika, khususnya untuk tingkat pendidikan dasar.
2. Memperkaya wawasan bagi pendidik dan peneliti mengenai potensi media ular
tangga dalam meningkatkan kemampuan numerasi matematika siswa kelas rendah.
3. Menyediakan rekomendasi praktis bagi guru dalam merancang dan
mengimplementasikan pembelajaran matematika yang lebih interaktif dan menarik
menggunakan media ular tangga.
4. Memotivasi pengembangan media pembelajaran kreatif dan inovatif lainnya untuk
meningkatkan efektivitas proses pembelajaran matematika

F. Definisi Istilah
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan pada penelitian merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan
sistematis dan teliti dengan tujuan untuk mendapatkan pengetahuan baru atau mendapatkan
susunan atau tafsiran baru dari pengetahuan yang telah ada, dimana sikap orang bertindak ini
harus kritis dan prosedur yang digunakan harus lengkap (Muhaimin, 2022). Dalam penelitian
pendekatan terbagi menjadi dua, yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kuantitatif dan kualitatif merupakan satu pendekatan pada metode ilmiah yang
beroperasi menurut hukum-hukum kerja satu ilmu pengetahuan.
Pada penelitian ini, pendekatan yang akan digunakan oleh penulis adalah pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif yang akan digunakan oleh penulis digunakan
untuk menjelaskan sumber data berupa perhitungan angka-angka pada data yang diperoleh.
Sedangkan pada pendekatan penelitian kualitatif penulis akan menggunakannya untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan data yang lain secara deskriptif.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode PTK. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu bentuk metode
penelitian praktis yang digunakan untuk dapat memperbaiki masalah yang ada di dalam suatu
kelas selama proses pembelajaran berlangsung (Salahudin, 2015). Pendapat lain mengatakan
bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu bentuk penelitian yang mana
pada pengaplikasiannya akan dilakukan oleh seorang pendidik atau calon pendidik dengan
tujuan untuk dapat memperbaiki beberapa masalah yang berkaitan dengan pembelajaran
siswa di kelas dengan melewati beberapa tindakan refleksi yang berbentuk siklus
(Tampubolon, 2014).
Selain itu PTK juga dapat dikatakan sebagai bentuk pemeriksaan yang memiliki sifat
relektif yang dilakukan oleh para praktikkan, sehingga dapat meningkatkan kemantapan yang
didaptkan secara rasional dan dalam penerapannya ia akan memperdalam pemahaman pada
tiap tindakan yang dilakukan serta dapat memperbaiki kondisi para praktikkan dalam
melakukan pembelajaran. Untuk dapat mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK dapat
dilakukan melalui beberapa tahapan yang mana pada pelaksanaannya akan dibagi menjadi 4
tahapan, yaitu merencanakan (cyclical), melakukan tindakan (action), mengamati
(observation), dan melakukan refleksi (reflection). Setelah melakukan kegiatan refleksi atau
melihat kembali tindakan yang telah dilakukan maka praktikkan akan menyadari ada
beberapa masalah atau kesalahan yang mencuri perhatian para praktikkan tersebut (Asmani,
2011). Adapun tahapan-tahapan terkait empat tahapan pokok dalam melakukan Penelitian
Tindakan Kelas, yaitu sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart

3. Jenis dan Sumber Data


a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis data kualiatif dan
kuantitatif. Jenis data kuantitatif adalah data yang dimiliki oleh penulis yang
berhubungan dengan angka-angka dengan tujuan memperoleh informasi data dari
hasil belajar siswa pada implikasi media ular tangga yang telah dilakukan. Adapun
jenis data kuantitatif pada penelitian ini yaitu sebuah data yang didapatkan dari
perhitungan hasil observasi. Hasil observasi tersebut diambil dari aktivitas belajar
siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
Sedangkan jenis data kualitatif merupakan kumpulan data yang berhubungan
dengan deskripsi perencanaan dan pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan
sebagai penujang untuk memberikan gambaran pada proses pembelajaran di kelas.
Data kualitatif ini dikumpulkan dengan tujuan untuk dapat menjawab beberapa
masalah yang sekiranya nanti memerlukan pemahaman yang mendalam dalam waktu
yang telah ditentukan dan wajar sesuai dengan situasi objektif yang ada dilapangan.
Data kulitatif juga diperlukan untuk memaparkan beberapa data yang didapatkan
dari data kuantitatif guna menjelaskan kembali maksud dari data kuantitatif itu
sendiri.
b. Sumber Data
● Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan sebuah sumber data yang didapatkan dari
sumber pertama, contohnya seperti hasil wawancara antara penulis dengan
narasumber atau hasil pengisian kuisioner yang telah dilakukan oleh penulis, yang
mana nantinya penulis akan melakukan observasi dilapangan maupun di
laboratorium yang sekiranya dibutuhkan untuk pengumpulan data penelitian. Data
primer yang dimiliki oleh penulis dalam penelitian ini didapat dari hasil wawancara
dan penelitian yang dilakukan oleh penulis dari SD Bakti Nusantara.
● Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sebuah sumber data primer yang diperoleh
oleh penulis dari pihak lain, yang mana data tersebut telah diolah lebih lanjut dan
disajikan oleh pihak lain, dengan tujuan untuk dapat memberikan gambaran
tambahan, gambaran pelengkap, ataupun untuk diproses lebih lanjut. Dalam
penelitian ini penulis mengutip sumber data berbagai macam buku, jurnal ilmiah,
internet dan lain-lain yang berisikan informasi pembelajaran tematik dan
pembelajaran dengan bantuan media ular tangga.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan oleh penulis maka penulisan dalam
melakukan penelitian ini ada berbagai macam jenis penelitian, yaitu dengan menggunakan
field research (penelitian lapangan), dan menggunakan penelitian case study (studi kasus) di
antaranya multiple sourches, document, recording, interview, observation dan file document
(Creswell, 2013).

Selain itu dalam penelitian kualitatif, penulis mengandalkan pengumpulan data dari
sumber data sekunder yang diperoleh melalui buku, jurnal ilmiah, majalah, dokumen
pemerintah, media elektronik, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
beberapa teknik mengumpulkan data yang berkaitan dengan pembahasan sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dapat digunakan sebagai teknik mengumpulkan data secara lebih spesifik
jika dibandingkan dengan teknik pengumpulan data yang lain. Observasi tidak hanya dapat
dilakukan kepada seseorang saja, namun bisa kepada keadaan objek-objek yang ada di
lapangan atau lokasi penelitian. Hadi mengatakan dalam Sugiono (2006) observasi
merupakan proses pemgumpula data yang dilakukan dengan kompleks yang memiliki
susunan proses psikologis maupun biologis. Bagian penting dalam melakukan observasi
adalah melakukan proses pengamatan yang melibatkan ingatan.
Observasi pada penelitian ini digunakan untuk menilai proses pembelajaran. Adapun
yang berperan sebagai pengamatnya (observer) yaitu kolaborasi antara mahasiswa dengan
guru wali kelas. Guru wali kelas akan melakukan pengamatan kepada penulis yang mana
penulis disini akan berperan sebagai pengajar. Mahasiwa akan melakukan sebuah pengamatan
kepada aktivitas siswa sesuai dengan pembelajaran yang telah direncanakan penulis.
2. Wawancara
Wawancara adalah salah satu teknik mengumpulkan suatu data dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan kepada para narasumber yang akan dijadikan sumber data
dalam melaksanakan proses wawancara tersebut. Kegiatan wawancara akan dijawab oleh
narasumber dengan menggunakan lisan maupun tulisan. Wawancara juga masuk ke dalam
bentuk komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mendapatkan informasi.
Informasi didapatkan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan dengan tujuan atau
maksdu tertentu (Mulyana, 2004).
Secara garis besar wawancara terbagi menjadi dua macam, yaitu wawancara
terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur sering juga disebut
dengan istilah wawancara baku, yang mana pada susunan pertanyaannya sudah ditetapkan
sebelumnya dengan pilihan jawaban yang telah disediakan oleh pewawancara itu sendiri.
Sedangkan wawancara tidak terstruktur memiliki sifat yang luwes, atau dengan kata lain
susunan pertanyaannya dan kata-kata pada tiap pertanyaan dapat diubah pada saat
wawancara, sehingga pada wawancara tidak terstruktur ini dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi sedang melakukan wawancara (Mulyana, 2004).
Narasumber pada kegiatan wawancara ini adalah wali kelas dari kelas rendah dan
kepala sekolah. Selain wali kelas kelas rendah, penulis juga akan mewawancarai beberapa
guru yang sekiranya nanti diperlukan dalam pengumpulan data penelitian.
3. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2011) dalam bukunya ia mengatakan bahwasannya teknik
pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi merupakan salah satu metode yang
dilakukan dengan cara mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, transkip,
surat kabar,prasasti, majalah, notulen rapat, agenda serta foto-foto kegiatan. Alasan
dokumentasi dijadikan sebagai salah satu teknik pengumpulan data adalah untuk
membuktikan bahwa penelitian yang telah dilakukan ini merupakan sumber data yang stabil,
dan dapat berguna sebagai bukti untuk pengujian nantinya.
Dalam hal ini penulis akan melakukan penelusuran data dengan cara mengumpulkan
sumber data dari buku-buku, jurnal ilmiah, dokumen atau arsip data sekolah, notulensi
wawancara, catatan harian penelitian, gambar, dan lain-lain. Penelusuran data ini dilakukan
guna melengkapi kebutuhan penulis dalam memperoleh sumber data yang lebih lengkap lagi.
4. Tes
Tes merupakan proses pengisian soal atau pertanyaan yang digunakan sebegai alat
ukur untuk mengetahui keterampilan atau pemahaman siswa akan suatu pembahasan. Dalam
rangkaian tes ini juga terdapat alat ukur yang berstandar. Sasaran objek yang akan dievaluasi
dapat dibedakan dari adanya beberapa macam tes dan alat ukurnya (Hikmawati, 2017).
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tes dapat dikatan sebagai
seperangkat pertanyaan atau ujian yang lain untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
literasi numerasi siswa terhadap suatu materi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tes
berupa soal mata pelajaran Matematika pada peserta didik. Bentuk tes yang akan diberikan
kepada peserta didik adalah tes subjektif, yakni sebuah tes yang akan dibagikan oleh guru
kepada siswa berupa tes uraian dan isian singkat . Tes ini akan diberikan secara individu
kepada siswa di akhir pembelajaran. Tes ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
bagaimana peningkatkan hasil pemahaman literasi numerasi siswa setelah adanya penerapan
media ular tangga pada tiap siklus.
4. Teknik Analisis Data
Berikut ini merupakan teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam
melakukan penelitian ini:

a. Observasi
Analisis ini dilakukan untuk melihat aktivitas yang dilakukan oleh guru dan aktivitas
siswa selama proses pembelajaran Matematik berlangsung dengan menggunakan
media ular tangga yang ada pada lembar analisis observer. Untuk menghitung
aktivitas guru selama pelaksanaan pembelajaran perlangsung menggunakan rumus:
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑜𝑟
Hasil observasi = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
× 100% (Tampubolon, 2014)

Dengan ketentuan:
Tabel Konversi Nilai Observasi

(Purwanto, 2008)
Sedangkan untuk menghitung aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa
menggunakan rumus:
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑜𝑟
Hasil observasi = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
× 100% (Tampubolon, 2014)

Tabel Konversi Nilai Observasi

(Purwanto , 2008)
b. Tes Hasil Literasi Numerasi Siswa
Kemampuan peserta didik dalam berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan
alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks
yang relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia. Hasil literasi
numerasi siswa akan dihitung dengan pemberian tes. Hasil tes dihitung dengan
menggunakan kriteria skor yang di peroleh dari hasil tes yang telah didapatkan
menggunakan penerapan media ular tangga. Kriteria skor Setelah diberikan tes kepada
siswa, selanjutnya dilakukan pengukuran nilai terhadap hasil tes, agar mengetahui
kemampuan literasi siswa dapat diketahui. Hasil ini diperoleh dengan melihat dari
perolehan hasil yang didasarkan pada hasil belajar dengan menggunakan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Data hasil test tersebut skornya akan dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Hasil Akhir = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
× 100

Tabel Konversi Nilai Rata-Rata Kelas


Tingkat
Nilai Huruf Bobot Predikat
Penguasaan
86 – 100 A 4 Sangat baik
76 – 85 B 3 Baik
60 – 75 C 2 Cukup
55 – 59 D 1 Kurang
≤54 E 0 Kurang sekali
5. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian yang akan dilakukan olehh penulis yaitu di
SD Bakti Nusantara Jl. Percobaan Cileunyi Km 17,1 No,65 Cileunyi, Cimekar, Kec.
Cileunyi, Kab. Bandung Prov. Jawa Barat.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama kegiatan PPL berlangsung yaitu ada tahun ajaran
2023/2024 semester genap. Waktu penelitian akan disesuaikan dengan kalender
akademik sekolah dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan di kelas.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Media Pembelajaran
Media dalam prespektif pendidikan merupakan instrumen yang sangat
strategis dalam ikut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Sebab
keberadaannya secara langsung dapat memberikan dinamika tersendiri terhadap
peserta didik. Menurut batubara (2020. hlm.1) secara bahasa, kata "media" dan
"pembelajaran" berasal dari bahasa latin yang artinya adalah medius atau perantara.
Selain itu, media adalah sarana untuk menyampaikan pesan atau informasi. Media
pembelajaran dianggap sebagai jenis pembelajaran yang melibatkan benda dan alat
yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Menurut Muhammad Taufik
Syastra (2015) dalam Tafonao (2018, hlm. 105) yaitu sebagai media belajar dengan
segala sesuatu yang baik untuk digunakan berupa material dan teknis dalam prosesnya
belajar dapat membantu guru untuk mempermudah dalam menyampaikan materi
pembelajaran dan dapat menciptakan kondisi yang memudahkan dalam pencapaian
tujuan pembelajaran yang telah diinterpretasikan. Menurut azikiwe (dalam hasan,
2021. hlm. 28) Menurut yumi (2017 hlm.18) Media merupakan alat komunikasi yang
dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada penerima pesan. Media dapat
mempengaruhi proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan dapat meningkatkan
minat belajar siswa, dapat menciptakan ide-ide baru dalam perspektif pembelajaran.
Tujuan dari media pembelajaran ini yaitu dapat menciptakan pembelajaran yang
efektif dan efisien dalam proses pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran yaitu media pembelajaran yang dapat mempengaruhi proses belajar
siswa menjadi lebih baik selain itu dapat memberikan dan meningkatkan motivasi dan
minat belajar siswa menjadi lebih efisien.
B. Fungsi Media Pembelajaran
Miftah (2013, hlm. 100) mengutip bahwa menurut McKown dalam “Audio Visual
Aids To Instruction” mengemukakan bahwa ada 4 fungsi media pembelajaran, yaitu:
1. Mengubah fokus pendidikan formal, tujuan dari bagian ini adalah untuk
mengeksplorasi media pembelajaran yang awalnya abstrak menjadi konkrit,
pembelajaran yang sebelumnya teoritis menjadi praktis dan fungsional.
2. Menciptakan motivasi pembelajaran, Media dijadikan sebagai motivasi ekstrinsik bagi
siswa agar pembelajaran lebih menarik dan menjadi pusat perhatian siswa.
3. Media pembelajaran, dapat memberikan kejelasan informasi dan pengalaman siswa
agar materi dapat menjadi lebih jelas dan lebih mudah .
4. Memberikan stimulasi proses belajar siswa, terutama rasa ingin tahu siswa. dengan
adanya media pembelajaran akan membangkinkan rasa keingintahuan dan keinginan
untuk belajar dalam diri siswa
C. Ciri-ciri Media Pembelajaran
Ciri-ciri Media Pembelajaran Menurut Gerlach dan Ely, Ciri-ciri media pembelajaran
ada 3, diantaranya sebagai berikut: (hasan dkk. 2021, hlm. 29) .
1. Ciri Fiksatif yaitu media pembelajaran yang dapat menyimpan dan menampilkan
kembali sesuatu objek atau kejadian yang telah terjadi. selain itu, dengan ciri ini
memungkinkan rekaman suatu peristiwa atau objek yang terjadi pada waktu tertentu
untuk dipindahkan tanpa batas waktu. Fungsi ciri fiksatif sangat penting bagi pendidik
karena peristiwa atau benda dapat direkam atau disimpan menggunakan format media
yang dapat digunakan setiap hari.
2. Ciri Manipulatif yaitu kejadian yang memakan waktu cukup lama bisa sampai
berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan dapat diimplementasikan kepada siswa dalam
waktu yang lebih singkat selama 5 menit bahkan 10 menit. Contoh dari ciri
manipulative adalah proses terjadinya puting beliung yang hanya kurang dari
beberapa menit dapat diperlambat sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa
bagaimana proses terjadinya puting beliung tersebut.
3. Ciri Distributif yaitu ciri dari media yang memungkinkan suatu objek yang
ditransportasikan melalui ruang, pada saat yang sama peristiwa kejadian tersebut
disampaikan kepada siswa dengan pengalaman yang relatif dengan kejadian tersebut.
contoh dari ciri distributif adalah vidio, audio yang dapat disebarkan.

D. Permainan Ular Tangga


Menurut Yumarlin (2013) hlm. 79. Permainan Ular Tangga merupakan permainan
papan yang dimainkan oleh dua orang atau lebih, di mana setiap pemain memiliki
pion dan melemparkan dadu dengan nomor 1 sampai 6. Papan permainan terbagi
menjadi kotak-kotak kecil, dengan beberapa kotak memiliki gambar tangga atau ular
yang menghubungkannya dengan kotak lain. Permainan ini pertama kali diciptakan
pada tahun 1870, dan tidak ada standar yang tetap untuk papan permainannya. Setiap
orang dapat membuat papan permainan sendiri dengan variasi jumlah kotak, tangga,
dan ular. Setiap pemain mulai dengan pionnya di kotak awal, dan secara bergiliran
melemparkan dadu, lalu memindahkan pion sesuai dengan jumlah mata dadu yang
keluar. Jika pemain mendarat di ujung bawah tangga, mereka naik ke ujung tangga
lainnya, tetapi jika mendarat di kotak dengan ular, mereka turun ke kotak ujung ular
tersebut. Pemenangnya adalah pemain yang pertama mencapai kotak terakhir.
Biasanya, jika pemain mendapatkan angka 6, mereka mendapat giliran tambahan, jika
tidak, giliran berpindah ke pemain berikutnya. Seorang siswa akan meletakkan pion
sesuai dengan banyak angka yang diperolehnya. Jika pion mereka berada di tangga
maka pion tersebut akan menaiki tangga namun sebalikknya jika berada di ekor ular
maka harus turun kebawah, jadi mereka menggunakan proses matematika dalam
permainan ini yaitu penjumlahan dan pengurangan. Tujuan permainan ular tangga ini
adalah untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa agar senantiasa mempelajari
atau mengulang kembali materi-materi yang telah dipelajari sebelumnya yang
nantinya akan diuji melalui permainan, sehingga terasa menyenangkan bagi siswa.
Sistem permainan ular tangga dapat dirincikan sebagai berikut:
1. Tiap kelompok permainan terdiri 2 sampai 6 orang
2. Permainan dimulai dari melempar dadu.
3. Nilai dadu yang keluar menentukan berapa langkah yang harus dijalankan oleh anak
tersebut
4. Setelah melangkah, dan berhenti di satu kotak maka siswa harus menjawab
pertanyaan yang ada di kotak tersebut
5. Apabila siswa tidak dapat menjawab, maka siswa kehilangan kesempatan untuk
mengacak dadu lagi sampai dua putaran permainan
6. Apabila siswa dapat menjawab maka siswa diberi kesempatan untuk mengacak dadu
pada putaran permainan selanjutnya
7. Jika siswa mendapatkan angka dadu 6, maka siswa mendapat kesempatan untuk
mengacak dadu 1 kali lagi
8. Apabila siswa memperoleh kotak yang bergambar tangga, maka siswa berhak untuk
naik ke kotak sesuai dengan tingginya tangga tersebut
9. Apabila siswa memperoleh kotak yang bergambar ular, maka siswa harus turun ke
kotak sesuai dengan mulut ular itu berada
10. Permainan dimenangkan oleh siswa yang berhasil mencapai puncak ular tangga
tersebut.

E. Permainan Ular Tangga dalam Mata Pelajaran Matematika


Ferryka (2017) hlm. 63-64 menyatakan bahwa permainan ular tangga dapat disatukan
dengan pembelajaran matematika karena membantu siswa memahami konsep
penjumlahan dan pengurangan. Konsep ini diperkenalkan kepada siswa sejak kelas 1
sekolah dasar, di mana mereka belajar melakukan penjumlahan dan pengurangan
dengan angka 1 hingga 100. Guru harus mengemas materi ini dalam konteks nyata
agar mudah dimengerti oleh siswa. Permainan ular tangga dapat dimainkan oleh dua
hingga empat siswa, di mana setiap siswa memiliki pion dan kesempatan untuk
melempar dadu secara bergiliran. Setiap angka yang muncul dari dadu memungkinkan
siswa untuk melangkah maju sejauh itu. Jika pion berhenti di dasar tangga, mereka
naik tangga hingga ke ujungnya; tetapi jika berhenti di ekor ular, mereka turun ke
bawah sesuai dengan mulut ular tersebut.
Melalui permainan ular tangga, diharapkan siswa dapat memperoleh pemahaman yang
lebih baik tentang konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan. Permainan ini juga
memberikan contoh konkret dalam penerapan operasi bilangan dua digit. Sebagai
hasilnya, siswa cenderung lebih tertarik dalam belajar materi tersebut karena terlibat
dalam aktivitas matematika yang menyenangkan. Permainan ular tangga dapat
berperan sebagai alat pembelajaran untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.
Selain itu, permainan ini dapat membangun karakter siswa dalam nilai-nilai kejujuran,
dengan melatih mereka untuk berperilaku sportif tanpa melakukan manipulasi atau
kecurangan saat bermain. Permainan ini juga dapat membantu siswa dalam
menghadapi kegagalan dan meraih kemenangan. Penggunaan permainan ular tangga
sebagai alat pembelajaran matematika dapat disesuaikan dengan tujuan dan materi
pembelajaran yang ingin dicapai. Misalnya, dalam pembelajaran tematik, papan
permainan ular tangga dapat dirancang dengan gambar-gambar menarik yang
memberikan pengetahuan tambahan kepada siswa. Selain itu, permainan ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terus mengasah keterampilan mereka
dengan lincah dan cepat. Pendekatan ini sesuai dengan prinsip ilmu Thorndike yang
menekankan pentingnya memberikan latihan dan praktik kepada siswa untuk
menguasai konsep dan prosedur, dengan suasana yang menyenangkan. Semakin sering
siswa berlatih, semakin meningkat kemampuan mereka dalam menyelesaikan
soal-soal matematika.

F. Numerasi
Numerasi merupakan kemampuan untuk memahami dan menggunakan angka dalam
berbagai situasi. Ini mencakup pemahaman tentang konsep angka, kemampuan untuk
melakukan operasi matematika dasar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian, serta kemampuan untuk menerapkan pengetahuan tentang angka
dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan numerasi juga mencakup pemahaman
tentang urutan angka, pengenalan pola angka, keterampilan membaca dan menulis
angka, serta kemampuan untuk mengukur dan membandingkan kuantitas.
Keterampilan numerasi sangat penting dalam membantu seseorang dalam
memecahkan masalah, mengelola keuangan, dan berpartisipasi secara efektif dalam
masyarakat yang semakin terkoneksi digital. Nunes, Bryant, dan Barros (2012)
menggambarkan numerasi sebagai pemahaman tentang angka dan relasinya,
kemampuan dalam operasi matematika dasar, serta keterampilan menggunakan serta
memahami konsep-konsep matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari. Menurut
Torbeyns dan rekan-rekannya (2014), numerasi merujuk pada kemampuan untuk
memahami, menggunakan, menafsirkan, dan menerapkan angka serta operasi
matematika dengan pemikiran kritis, baik dalam situasi kehidupan nyata maupun
konteks lainnya. Numerasi yaitu matematika. Matematika memiliki peranan vital
dalam pendidikan dasar karena relevansinya dalam pemecahan masalah sehari-hari
yang melibatkan bilangan. Sujono (2009) hlm. 4 mengemukakan bahwa matematika,
sebagai studi tentang konsep abstrak dan masalah-masalah bilangan, memiliki
signifikansi yang besar dalam kehidupan. Oleh karena itu, pengajaran matematika di
sekolah perlu mempertimbangkan implikasinya untuk masa depan. Berk (2012) hal.
416 menekankan bahwa tujuan utama pengajaran matematika di tingkat dasar adalah
untuk mengembangkan pemahaman informal tentang konsep angka dan perhitungan.
Menurut Bruner (Pitadjeng, 2006) hlm. 29 Proses pembelajaran melibatkan
pengalaman langsung individu dalam materi yang dipelajarinya untuk memfasilitasi
pemahaman yang lebih baik. Oleh karena itu, perencanaan dan persiapan lingkungan
belajar harus disusun dengan cermat agar siswa dapat menikmati proses pembelajaran.
Pengajaran matematika diharapkan dapat mengaktifkan siswa dengan menyampaikan
pengetahuan informal yang sesuai dengan karakteristik masing-masing. Sri Wardani
(2010) hlm. 3-7 menegaskan bahwa belajar matematika melibatkan pemahaman
tentang struktur abstrak dan hubungan antar konsep dan struktur tersebut.
Pembangunan konsep matematika harus disesuaikan dengan perkembangan kognitif
siswa, baik secara mandiri maupun kolaboratif.
Kesempatan ini harus digunakan untuk menciptakan lingkungan yang memperhatikan
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa sehingga interaksi antara
guru, siswa, dan materi pembelajaran dapat terjadi secara efektif. Tujuan pengajaran
matematika adalah mengasah kemampuan berpikir sistematis, logis, kritis, kreatif, dan
konsisten, serta membangun motivasi yang tinggi pada siswa. Pembelajaran
matematika tingkat SD menurut Heruman (2008: 4) diharapkan terjadi reinvention
(penemuan kembali)”. Penemuan kembali dilakukan dengan menemukan cara
penyeleseian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Pembelajaran matematika
SD menekankan kepada siswa untuk menghubungkan atau mengkaitkan informasi
pada pengetahuan berupa konsep-konsep yang telah dimilikinya,, siswa membangun
pengetahuan sendiri dan guru sebagai fasilitator. Sehingga kualitas pembelajaran
tampak ketika siswa mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Guru dalam
menyampaikan pelajaran harus dipersiapkan dengan baik dikolaborasikan dengan
model pembelajaran yang tepat agar hasil belajar siswa sesuai dengan yang
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, P. D., & Pramudita, D. A. (2021). Peningkatan Kemampuan Belajar Matematika


melalui Penerapan Pendekatan Problem Solving. Buletin Pengembangan Perangkat
Pembelajaran, 3(1). https://doi.org/10.23917/bppp.v3i1.19386
Firdareza, R. M., & Hapsari, S. N. (2019). Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas X
SMK Negeri Pedan Tahun Pelajaran 2019/2020. Buletin Pengembangan Perangkat
Pembelajaran, 1(2), 18–24.
Kurniasih, and Sri Watini. 2022. “Penerapan Model Atik Untuk Meningkatkan Literasi
Numerasi Anak Usia Dini Melalui Media Permainan Ular Tangga Raksasa Di POS PAUD
Pelangi.” Edukasia: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran 3 No. 2:145–56.
Novia Iswari. (2019). Pengaruh Penerapan Permainan Ular Naga Terhadap Tumbuh
Kembang Anak Di Kelompok B1 Tk It Generasi Muslim Cendekia Tahun 2019.
Universitas Mataram Lombok: Mataram
Rachmah, S., & Huda, M. (2021). Realisasi Pembelajaran dalam Jaringan pada Pelajaran
Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, 11(3), 338– 345.
Resti, Y., Zulkarnain, Z., Astuti, A., & Kresnawati, E. S. (2020). Peningkatan Kemampuan
Numerasi Melalui Pelatihan dalam Bentuk Tes untuk Asesmen Kompetensi Minimum
Bagi Guru SDIT Auladi Sebrang Ulu II Palembang. Applicable Innovation of Engineering
and Science Research (AVoER), 670-673.
Rizka Haryati. (2018). Pengembangan Permainan Ular Tangga Untuk Meningkatkan
Kemampuan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun Di RA AL-AKHYAR BAGIK POLAK
TAHUN AJARAN 2018/2019. Universitas Matam
Wati, Anjelina. 2021. “Pengembangan Media Permainan Ular Tangga Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar.” MAHAGURU: Jurnal Pedidikan Guru Sekolah Dasar
2 No. 1:68–73.
Batubara, H. H. (2020). Media Pembelajaran Efektif. Semarang: Fatawa Publishing
Tafonao, T. (2018). Peranan media pembelajaran dalam meningkatkan minat belajar
mahasiswa. Jurnal komunikasi pendidikan, 2(2), 103-114.
Hasan, Muhammad, et al. (2021). Media pembelajaran.
Miftah, M. (2013). Fungsi, dan peran media pembelajaran sebagai upaya peningkatan
kemampuan belajar siswa. Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan , 1 (2), 95-105.
Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung : Citra Aditya, 1989), hlm. 12
Mahfud Shalahuddin, Media Pendidikan Agama (Bandung : Bina Islam, 1986), hlm. 4
Berk, L. E (2012). Development throught the lifespan (4th ed.). (Terjemahan Daryanto).
Boston: Pearson education, Inc. (Buku asli diterbitkan tahun 2007)
Pitadjeng. (2006). Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas.
Ferryka, P. Z. (2017). Permainan ular tangga dalam pembelajaran matematika di sekolah
dasar. Magistra, 29(100).
Nunes, T., Bryant, P., Sylva, K., & Barros, R. (2009). Development of maths capabilities and
confidence in primary school. Development of Maths Capabilities and Confidence in Primary
School, 106.
Heruman. (2008). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Yumarlin MZ (2013) Pengembangan Permainan Ular Tangga Untuk Mata Pelajaran Sains
Sekolah Dasar. Jurnal Teknik Vol.3 No.1 : April 2013.

Anda mungkin juga menyukai