Anda di halaman 1dari 18

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA

(PMRI) PADA MATERI PECAHAN SISWA KELAS 3 MI BADRUSSALAM


SURABAYA TAHUN 2023/2024

1
Agus Romsyah, 2Iwan Abdy

Email : agusramsyah72@gmail.com , iwanabdy@unkhair.ac.id


1
Mahasiswa PGSD, FKIP, Universitas Terbuka 2Dosen Prodi S1 PGSD, FKIP
Universitas Terbuka

PENDAHULUAN

Seiring perkembangan zaman, pendidikan menjadi peranan yang sangat


penting untuk mendukung kemajuan bangsa. Dorongan pendidikan kepada siswa
menjadikan terciptanya kemampuan berpikir kritis serta menjadikan siswa menjadi
pribadi yang lebih baik dengan karakter-karakter yang diajarkan oleh guru. 1 Melalui
pemahaman karakter siswa nantinya guru mampu meningkatkan kualitas pendidikan
sehingga lebih terarah dan sesuai acuan mutu pendidikan nasional yang ditetapkan2.

Salah satu hal penting yang harus dikuasai oleh siswa pada pendidikan saat ini
adalah pembelajaran matematika. Melalui matematika, siswa dapat memecahkan
berbagai permasalahan yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Pemberian
pondasi dasar dan keterampilan awal dapat diberikan salah satunya dalam pendidikan
khususnya di tingkat SD/MI dan sederajat. Mata Pelajaran Matematika menjadi
pelajaran yang sangat esensial untuk diberikan ke peserta didik. Sedangkan dalam
kehidupan sehari-hari, pembelajaran matematika berperan penting bagi kehidupan
dalam menyelesaikan persoalan yang bersifat abstrak dan nyata.3

1
Dudu suhandi Saputra, Yuyu Yuliati, and Dadan Arif Hidayat, “Penerapan Pendekatan Realistic
Mathematics Education Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa,” Numeracy 6, no. 2 (2019): 181–
188.
2
Emilda Sulasmi, Kebijakan Dan Permasalahan Pendidikan, ed. R Sabrina, 1st ed. (Medan:
UMSUpress, 2021), http://umsupress.umsu.ac.id/.
3
Luh Ermayani, I Made Suarjana, and Desak Putu Parmiti, ‘Analisis Kemampuan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Pecahan Sederhana’, Jurnal Pedagogi Dan Pembelajaran, 1.1 (2019), 9
Berdasarkan penelitian sebelumnnya, menyatakan bahwa dalam memahami
pelajaran yang diajarkan diperlukan konsep secara matang dengan adanya keterkaitan
di kehidupan nyata. Hal ini didukung dengan pelajaran yang diintegrasi dalam
kurikulum 2013 berupa mata pelajaran tematik yang dikolaborasikan dengan
pembelajaran lain yang saling berkesinambungan pada teori matematika. Sehingga
peneliti sebelumnya berhasil melakukan eksperimen dalam melakukan pendekatan
pendidikan Matematika realistik Indonesia (PMRI) yang diterapkan di kelas tinggi
yaitu kelas 5 di SDN 91 Palembang. Percobaaannya menggunakan metode kuantitatif
dengan mengukur sejauhmana pengaruh pendekatan PMRI sehingga mereka dapat
berhasil meningkatkan kemampuan berfikir kreatif4.

Penelitian lain dalam menerapkan pendekatan pendidikan matematika


Realistik Indonesia di kelas tinggi juga yaitu kelas 5 di SDN 04/II Jaya Setia
menyatakan bahwa materi yang diajarkan guru lebih mudah diingat dan dipahami saat
menggunakan pendekatan PMRI. Hal ini dibuktikan dengan nilai hasil belajar siswa
kelas 5 meningkat dari siklus I sebesar 77,50% menjadi 87,49% di siklus II sehingga
dikategorikan sangat baik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan
kelas (PTK) yang digunakan untuk membuktikan keberhasilan dalam meningkatkan
proses dan hasil belajar matematika siswa di kelas 5 SDN 04/II Jaya Setia5.

Sehingga peneliti berkeinginan untuk mencoba dalam penerapan di kelas


bawah yaitu kelas 3 di MI Badrussalam. Namun, berdasarkan hasil observasi awal
mereka banyak beranggapan bahwa mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran
yang tersulit karena banyaknya hitungan angka menjadikan mereka tidak tertarik

4
Fenny Fajarina Afrilianti, Nila Kesumawati, and Treny Hera, “Pengaruh Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Matematis
Berdasarkan Self-Efficacy,” Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika 6, no. 3 (2022): 3087–
3096.
5
Nurlev Avana Alwen Bentri Nurhizrah Gistituati, “Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (Pmri) Untuk Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Matematika Di Kelas V Sdn
04/Ii Jaya Setia,” Jurnal Tunas Pendidikan 5, no. 1 (2022): 240–250.
untuk belajar. Anggapan mereka didukung dengan hasil nilai akhir pada materi
Pecahan yang masih rendah dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Pada tanggal 5 November 2023, Pengamatan awal berfopkus pada salah satu
guru matematika dan siswa kelas III A yang menunjukkan nilai siswa yang diperoleh
di akhir pembelajaran dengan rata-rata keseluruhan dari sejumlah 21 siswa
didapatkan presentase ketuntasen sebesar 35%. Oleh karena itu, peneliti tertarik
menerapkan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) sebagai
pengantar pemahaman siswa untuk meningkatkan ketuntasan siswa khususnya pada
materi Pecahan. Materi ini dinilai bersifat abstrak, karena terdapat simbol yang
kurang dimengerti peserta didik, maka untuk menanggulangi dan meningkatkan hasil
belajar materi pecahan menggunakan pendekatan PMRI.

Terdapat upaya yang diterapkan guna meminimalisir permasalahan yang ada


pada pembelajaran matematika adalah dengan cara menerapkan pendekatan
pembelajaran yang efektif untuk pembelajaran matematika, salah satu pendekatan
yang efektif penerapannya dalam pembelajaran matematika adalah PMRI
(Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) pendekatan ini merupakan pendekatan
yang memiliki kaitan dengan realistik (nyata) dan dapat dibayangkan sehingga
peserta didik dapat terlibat langsung di dalamnya, dengan pendekatan PMRI tujuan
pembelajaran dapat tercapai.6 Sehingga terbentuklah rumusan pada penelitian ini
yaitu “Bagaimana Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) pada materi Pecahan Siswa Kelas 3 MI Badrussalam Surabaya?

Berdasarkan rumusan yang dirancang, Penelitian ini bertujuan untuk


mengetahui Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) dapat meningkatkan hasil belajar Pada Materi Pecahan Siswa Kelas 3 MI
Badrussalam Surabaya. Manfaat penelitian: 1) Meningkatkan pengetahuan pecahan

6
A Arrafi and M Masniladevi, “Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Di SD,” Journal of Basic Education
Studies 3, no. 2 (2020): 750–774.
siswa kelas 3 MI Badrussalam Surabaya; 2) Meningkatkan semangat peserta didik
dalam pembelajaran matematika; 3) Dapat digunakan pendidik sebagai sarana
referensi pendekatan pembelajaran dan media pembelajaran dalam mengajar
pembelajaran matematika materi pecahan.

KAJIAN TEORI

Pendekatan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) merupakan


pendekatan yang di kembangkan kembali dari Belanda yaitu Pendekatan RME
(Realistic Mathematics Education). Pendekatan PMRI ini menggunakan konsep
kontekstual yang kemudian dihubungkan dengan kehidupan nyata/real. 7 Pendekatan
PMRI adalah pendekatan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan Kembali ide dan konsep dengan bimbingan pendidik dan dihubungkan
ke dalam dunia nyata sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
peserta didik di kelas.8

Beberapa kelebihan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia


(PMRI) dalam pembelajaran Matematika diantaranya, yaitu :

1. Timbulnya ketertarikan siswa dalam menerapkan sehingga belajar menjadi


lebih menyenangkan
2. Adanya konsep teori berdasarkan kenyataan di kehidupan sekitar menjadikan
siswa lebih mudah memahami dan mengingat
3. Dengan adanya ajakan siswa untuk menganalisa penyelesaian teori secara
kontekstual menjadikan siswa lebih mengembangkan pemikirannya dengan
berpikir kritis
4. Siswa lebih dituntut untuk meningkatkan percaya diri saat mendiskusikan dan
menyimpulkan teori yang ditemukan sesuai kenyataan yang terjadi.

7
A Sri Reski Amaliah and others, ‘Journal of Islamic Education Management’, Manajemen
Pendidikan Islam, 4.1 (2019), 1–6
8
Muhammad Munir and Hijriati Sholehah, ‘Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
Dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah’, Jurnal Al-Muta’aliyah, 5.1 (2020), 33–42
Namun terdapat kelemahan dalam menerapkan pendekatan PMRI salah
satunya adanya keterpaksaan dalam pemahaman konsep berdasarkan kenyataan
dengan diimplementasikan melalui rumus yang ditetapkan 9. Sehingga diperlukan
refleksi dan evaluasi dalam memperbaiki saat pengelolaan pembelajaran yang kurang
sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Hal ini perlunya pembiasaan khusus dalam
kegiatan pembelajaran bersama guru dan siswa. Disinilah peneliti saat menerapkan
pendekatan PMRI dengan metode PTK menggunakan beberapa teknik melalui
wawancara dan observasi. Wawancara ini disertai dengan kesesuaian dibidangnya
serta kompetensinya.10 Sedangkan saat kegiatan observasi pula, peneliti dapat
memiliki kebebasan dalam menggali informasi, selain itu peneliti juga memiliki
fleksibilitas dalam melakukan penelitian.11

METODOLOGI

Penelitian ini merupakan jenis penelitian Tindakan kelas. Penelitian Tindakan


kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang berguna untuk meningkatkan pendidikan
dengan melakukan perubahan terhadapnya dan pembelajarannya sebagai konsekuensi
perubahan12. PTK mempunyai tiga konsep yang didalamnya memiliki makna
tersendiri diantaranya penelitian, tindakan dan kelas. PTK merupakan penelitian yang
dilakukan dengan cara Tindakan kelas oleh peneliti/pendidik yang di dalamnya
terdapat empat proses diantaranya : (1) merencanakan Tindakan (planning), (2)
menerapkan Tindakan (action), dan (3) refleksi (reflecting)13.

9
Nur Sri Widyastuti and Pratiwi Pujiastuti, “Pengaruh Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(Pmri) Terhadap Pemahaman Konsep Dan Berpikir Logis Siswa,” Jurnal Prima Edukasia 2, no. 2
(2014): 183.
10
Fajar Nurdiansyah and Henhen Siti Rugoyah, “Strategi Branding Bandung Giri Gahana Golf
Sebelum Dan Saat Pandemi Covid-19,” Jurnal Purnama Berazam 2, no. 2 (2021): 162.
11
R. Annisa et al., “Peningkatan Daya Ingat Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Mind Mapping Method
Pada Materi Listrik Dinamis Rizki Annisa Wawan Prasetyo Heryanto Ani Rusilowati Bambang
Subali,” Jurnal Pendidikan (Teori dan Praktik) 3, no. 1 (2018): 19–23.
12
Syafrida Hafni Sahir, Metodologi Penelitian, 2022.
13
Nora Chusna Saputri, Rika Kurnia Sari, and Dhea Ayunda, ‘Analisis Kemampuan Literasi
Matematis Siswa Dalam Online Learning Pada Masa Pandemi Covid-19’, Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Terpadu (JPPT), 3.1 (2021), 15–26
Desain PTK yang digunakan adalah desain siklus dari teori ahli model
menurut Kemmis dan Mc Taggart, yaitu berulang dan berkelanjutan pada
peningkatan dan proses pencapaian hasil belajar 14. Model yang dikembangkan oleh
kedua ahli tersebut tampak masih begitu dekat dengan model yang diperkenalkan
oleh Kurt Lewin, dikatakan demikian, karena di dalam satu siklus atau putaran terdiri
dari empat komponen seperti halnya yang dilaksanakan oleh Kurt Lewin sehingga
belum nampak adanya perubahan15.

Alur dari model spiral menurut Kemmis dan Taggart digambarkan dengan
beberapa siklus yang berlanjut apabila belum ada peningkatan yang terjadi hingga
mencapai ketuntasan yang diharapkan. Adapun alurnya dapat digambarkan berikut16 :

Gambar 3. 1 Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart (Suharsimi Arikunto, 2006: 93)

Tindakan penelitian direncanakan setelah melakukan pra siklus sebagai


kejadian awal penelitian kemudian dilanjutkan dengan percobaan tahapan Siklus 1
dan Siklus 2. Dalam kedua siklus dikumpulkan dari pra siklus sebelum diterapkan
pendekatan PMRI, siklus 1 dan siklus 2 diterapkan pendekatan tersebut dengan
dengan dinilai post test materi Pecahan dalam pembelajaran Matematika.

14
Muhammad Djajadi, Pengantar Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), 2019,
https://www.researchgate.net/publication/340412200_PENELITIAN_TINDAKAN_KELAS_CLASSR
OOM_ACTION_RESEARCH.
15
Leon Abdillah et al., Penelitian Tindakan Kelas Teori Dan Penerapannya, ed. Adirasa Prasetyo, 1st
ed., 2021.
16
Rizal Saringatun Mudrikah Pahleviannur, “Penelitian Tindakan Kelas,” in Pradina Pustaka, 1st ed.,
2022, 162.
Salah satu karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bersifat reflektif
dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan berdasarkan teori ahli. 17
Selain itu, data penelitian yang didapatkan melalui data hasil nilai akhir siswa pada
mata pelajaran matematika materi Pecahan. Sehingga instrumen yang digunakan
adalah tes sebagai bahan hasil pengukuran belajar siswa kelas 3 yang didukung
dengan observasi dan wawancara bersama guru matematika kelas 3 dan siswa di MI
Badrussalam.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian didapatkan melalui beberapa tahapan penelitian tindakan


kelas yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada umumnya, pelaksanaan
penelitian tindakan kelas bertujuan mengetahui proses kegiatan pembelajaran
matematika secara langsung bersama guru dan siswa kelas 3 dengan didukung
instrumen tes yang diberikan dalam mengukur peningkatan hasil akhir dan ketuntasan
siswa pada materi Pecahan setelah melakukan tes 18. Penelitian dilakukan sebanyak 2
siklus dengan 2 kali pertemuan pada masing-masing siklus. Di awal penelitian
dilakukan observasi bersama siswa dan guru saat materi Pecahan. Tahapan
pembelajaran yang diberikan guru dilakukan dengan sistematis yaitu pendahuluan
dengan apersepsi, pemberian tujuan dan penyampaian materi berdasarkan RPP
dengan diakhiri refleksi dan perbaikan di penutup.

A. Tahap Observasi (Observation)

Observasi yang dilakukan selama 2 siklus sebagai penunjang data dalam


membuktikan peningkatan hasil presentase observasi siswa maupun guru yang
didasari sesuai instrumen observasi dan memenuhi kriteria dan indikator pencapaian
yang disusun oleh peneliti sebagai pengukuran keberhasilan siswa maupun guru.

17
Silvia Fitriani and Uli Wahyuni, “1469-4288-2-Pb” 3, no. 1 (2020): 136–144.
18
Nina Indriani et al., “Implementasi Media Pembelajaran Flashcard Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Siswa Madrasah Ibtidaiyah Kelas II,” Jurnal Equation: Teori dan Penelitian
Pendidikan Matematika 6, no. 1 (2023): 13.
Berikut data hasil observasi siswa kelas 3 dan guru matematika di MI
Badrussalam dalam tabel pembandingan di setiap siklus I hingga siklus II.

Table 1 Data Hasil Observasi Siswa dan Guru

Presentase
Siklus
Siswa Guru
Siklus I Pertemuan 1 65% 52,5%
Siklus I Pertemuan 2 72,5% 65%
Siklus II Pertemuan 1 80% 77,5%
Siklus II Pertemuan 2 87,5% 82,5%
Deskripsi Siklus I : pembelajaran terlihat Siklus I : Langkah-langkah di
cukup menyenangkan bagi siswa setiap tindakan telah
dan guru, namun terdapat dirancang dengan sistematis
beberapa kendala yang dihadapi dalam menerapkan
oleh peneliti. Kelas menjadi pendekatan PMRI yang
kurang kondusif dan terdapat dilakukan guru di setiap siklus
beberapa siswa yang tidak bisa baik I maupun II di setiap
duduk diam di tempat. , Hal ini pertemuan mengalami
menyebabkan beberapa siswa perkembangan yang pesat
merasa kebingungan saat karena didukung dengan
mengenal konsep awal di beragam alat bantu seperti
kehidupan sekikar. media proyeksi, PPT, dsb.
Siklus II : adanya evaluasi di awal Namun guru kurang mampu
siklus menjadikan penerapan terus memanajemen kelas, sehingga
berlanjut hingga siswa terlihat pembelajaran di awal siklus
lebih aktif dalam menjawab perlu dilakukan berulang dan
pertanyaan dari guru, berdiskusi terus berlanjut hingga tuntas.
dengan teman-teman mereka, dan Siklus II : Setelah melakukan
berpartisipasi dalam kegiatan proses belajar mengajar,
kelompok. Selain itu, penerapan peneliti bersama guru
pendekatan PMRI diterapkan lebih melakukan evaluasi tentang
interaktif dan aplikatif dengan kekurangan yang perlu
mengaitkan situasi kehidupan diperbaiki dan kelebihan yang
sekitar. Hal ini mempermudah harus di tingkatkan dalam
siswa dalam berpikir kritis melalui siklus II. Guru mulai terlihat
analisis argumen saat diskusi tanggap dalam menyesuaikan
hingga mempresentasikan bahan karakteristik dan kebutuhan
hasil diskusi. Hasil observasi siswa. Langkah dan alur
siswa yang meningkat didukung penerapannya dirancang dan
dengan keantusiasan dan dilaksanakan sesuai namun
ketertarikan terhadap bertahap dalam RPP, Silabus
pembelajaran matematika salah dan Bahan ajar yang
satunya pada materi Pecahan. dirancang
Melalui tabel dan deskripsi disimpulkan adanya peningkatan di setiap siklus
karena keberhasilan pemahaman siswa dalam materi Pecahan . Hasil observasi
terhadap guru matematika dan siswa kelas 3 memberikan gambaran tentang
keberhasilan penerapan pendekatan PMRI dalam kelas.

B. Tahap Tindakan (Action)

Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara bersama guru dan siswa
berdasarkan jumlah yang masuk didalam kelas saat pertemuan 1 & 2 di setiap siklus
yang diisikan pada kolom ya maupun tidak. Berikut hasil penilaian tahap tindakan
disertai pelaksanaan observasi sebelumnya dalam waktu yang bertahap.
Table 3. Hasil Penilaian Aktivitas Peserta Didik
Siklus Siklus
No Aktivitas belajar siswa
1 2
1 Siswa menempati tempat duduknya masing-masing 4 4
2 Kesiapan menerima pembelajaran 4 4
Mendengarkan informasi mengenai kemungkinan jenis
3 3 3
origam dan kegiatan yang disampaikan guru dengan baik
4 Menempatkan diri sesuai kelompok belajarnya 3 3
Mendengarkan dengan serius Ketika dijelaskan materi
5 3 4
pelajaran
6 Aktif bertanya saat proses penjekasan materi pelajaran 4 4
7 Aktif mencatat berbagai penjelasan yang diberikan 4 4
Siswa memiliki pemahaman yang sama tentang materi
8 3 3
yang dijelaskan
Siswa mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan
9 3 4
benar
10 Termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran 4 4
dengan pendekatan PMRI
Siswa mengikuti pelajaran dengan santai dan tidak ada
11 4 4
tekanan
12 Adanya interaksi positif saat PMRI disajikan 4 4
Mampu menyelesaikan evaluasi dengan baik dan tepat
13 3 4
waktu
14 Siswa secara aktif memberi rangkuman 3 4
Jumlah 49 53
Jumlah skor maksimum 56 56
Rata-rata 3,1 3,7
Kriteria Baik
baik
sekali
prosentase 87% 94,6%

No Aspek Wawancara Siswa Ya Tidak Presentase


1 Mengajukan ide dengan temannya melalui presentasi 18 3 72% (Ya)
hasil diskusi antar kelompok 28% (Tidak)
2 Kemampuan dasar dalam menganalisis teori secara 19 2 80% (Ya)
nyata melalui penerapan pendekatan PMRI 20% (Tidak)
3 Penguasaan materi Pecahan melalui tanya jawab yang 20 1 96% (Ya)
dilakukan bersama guru 4% (Tidak)
4 Membuktikan konsep/materi Pecahan melalui 17 4 88% (Ya)
presentasi diskusi antar kelompok 12% (Tidak)
5 Mengerjakan tugas/soal dengan sistematis yang 19 2 96% (Ya)
dilakukan antar individu 4% (Tidak)
6 Menanggapi sesuai intruksi dari guru yang diberikan 19 2 76% (Ya)
dengan cepat dan tepat 24% (Tidak)
7 Penerapan praktik teori Pecahan melalui pendekatan 10 11 40% (Ya)
PMRI pada pembelajaran matematika 60% (Tidak)
8 Mencari/menemukan solusi baru terkait permasalahan 20 1 80% (Ya)
yang terjadi 20% (Tidak)
9 Tanggap terhadap hasil presentasi dari temannya 15 6 60% (Ya)
sehingga memahami pokok materi pecahan 40% (Tidak)
10 Menyimpulkan ide dan poin penting dalam pemahaman 20 1 80% (Ya)
materi Pecahan yang sudah diajarkan 20% (Tidak)
Rata-Rata Responden 17 3 80,9%
Dari tabel tersebut, dibuktikan dengan presentase 80,9% yang menjawab
sesuai dengan aspek yang diharapkan. Selain itu, peneliti juga mmelakukan
wawancara berdasarkan isi materi yang disampaikan bersama guru. Sehingga kita
perlu melihat komponen materi yang disampaikan di kelas. Hal ini diperlukan karena
memperkuat wawasan yang diberikan oleh guru dan kesesuaian kurikulum yang
ditetapkan. Berikut Hasil penilaian tindakan guru di kelas melalui wawancara
Table 2. Hasil Komponen Materi yang disampaikan guru
No Hal yang Diamati Ya/Jarang/
Deskripsi
Komponen Materi : /Tidak
1 Kesesuaian dengan isi kurikulum Ya
Kesesuaian
a. Materi sesuai dengan SK yang tercantum pada
Ya mengikuti
silabus
aturan SK di
b. Materi dikembangkan dengan indikator dalam
Ya MIS
RPP
Badrussalam
c. Materi sesuai dengan tujuan pembelajaran Ya
2 Sistematika penyampaian Materi : Penyajian
a. Penyajian materi sesuai urutan Ya berurutan &
b. Penyajian materi diikuti pola deduktif-induktif Jarang sistematis
c. Penyajian materi merujuk dari konkrit ke sehingga
Ya berkaitan
abstrak
3 Urgensi bagi pembelajaran matematika : Materi yg
a. Sangat dibutuhkan peserta didik Ya disampaikan
b. Dapat diaplikasikan dalam kehidupan Jarang tuntas &
c. Diujikan dalam Ujian Akhir Ya sesuai
4 Ketertarikan siswa dalam pembelajaran : Pengantar
a. Materi pecahan didukung dengan pengantar Ya media
media yang sesuai
b. Materi pecahan didukung pendekatan PMRI
Jarang
yang menyenangkan menyesuaikan
c. Materi pecahan dapat direspon secara antusias Ya fasilitas yang
disediakan
C. Tahap Refleksi

Hal ini dapat dikatakan dapat berhasil hingga dapat dilanjutkan dengan
refleksi dan perbaikan bersama siswa berupa instrumen tes yang terdiri dari 5 soal
pilihan ganda dan 5 soal uraian singkat. Melalui pelaksanaan tes dapat ditemukan
perbandingan ketercapaian belajar siswa di setiap siklus dengan didukung hasil saat
pra siklus sebelum pendekatan PMRI diterapkan di siswa kelas 3. Tes yang diberikan
sebagai pengantar dalam keberhasilan melakukan penerapan pendekatan PMRI pada
materi Pecahan.

Hasil akhir pembelajaran dilakukan dengan penilaian harian secara kognitif


setelah mereka melakukan presentasi pendekatan PMRI dalam pembelajaran
matematika. Berikut Perbandingan data hasil akhir siswa dilihat dengan tabel
diantaranya yaitu :.

Table 4. Perbandingan data hasil akhir siswa pra siklus, siklus I, dan siklus II

Nilai Jumlah Presentase


Rata-Rata Ketuntasan Siswa Ketuntasan Siswa
Pra Siklus 55 8 38,09%
Siklus I 69 17 80,95%
Siklus II 80 20 95,23%
Melalui hasil akhir siswa mengalami peningkatan yang drastic
dan membuktikkan penerapan pendekatan PMRI telah berhasil
diterapkan. Hal ini dibuktikan dengan skor perolehan dari
perencanaan, tindakan, refleksi pada Pra Siklus setelah dihitung
Deskripsi rata-rata secara keseluruhan sejumlah 55, siklus I sebesar 69 dan
siklus II sebesar 80. Sehingga secara keseluruhan dapat
disimpulkan tuntas dari pra hingga siklus II dari sisi evaluasi
hasil akhir siswa.
KESIMPULAN

Penelitian ini berpusat pada penerapan program Pendidikan Matematika


Realistik Indonesia (PMRI) pada materi Pecahan di Kelas 3 Surabaya. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam mengolah
teori konsep matematika di kehidupan nyata. PMRI merupakan konsep yang
dikembangkan di Belgia yang menggunakan perspektif kontekstual yang terkait erat
dengan kehidupan siswa. Ini menyediakan platform bagi siswa untuk
mengembangkan ide dan konsep mereka melalui refleksi dan evaluasi, meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah mereka dalam matematika.

Hasil penelitian pendekatan PMRI melibatkan berbagai tahapan diantaranya


perencanaan, tindakan, dan refleksi. Teknik PTK didapatkan dari teori model
Kemmis dan Mc Taggart, yang menyatakan bahwa siswa harus dapat memahami dan
menerapkan teori dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sehingga ditemukan hasil dari
ketiga tahapan tersebut yang diawali dengan observasi memiliki peningkatan di setiap
siklusnya sejumlah 87,5% untuk siswa dan 82,5% untuk guru. Meskipun di awal
pengamatan siswa kurang kondusif dan guru belum mampu memanajemen kelas,
peneliti berusaha untuk tetap melanjutkan hingga ketuntasan penerapan pendekatan
PMRI tercapai di kelas III. Hal ini menjadi syarat untuk lanjut di tahap tindakan
dalam pembelajaran matematika materi Pecahan.

Pada tahap tindakan, dilakukan wawancara bersama siswa melalui angket Ya


atau tidak dengan disertai beberapa aspek sehingga ditemukan jumlah siswa yang
menjawab “Ya” 17 orang dan menjawab “Tidak” 3 orang. Hal ini membuktikkan
siswa mampu mengikuti proses penerapan yang dilakukan guru menggunakan
pendekatan PMRI pada materi Pecahan. Tidak terkecuali dengan tindakan guru yang
dilakukan dalam penyampaian materi menggunakan pendekatan PMRI dibuktikan
dengan jawaban “Ya” sejumlah 10 poin dan “Jarang” sejumlah 4 poin. Hal ini dapat
dilanjutkan dengan tahap akhir yaitu tahap refleksi melalui instrumen tes.
Di akhir penelitian, peneliti dapat berhasil melaksanakan evaluasi dan refleksi
berupa instrumen tes yang terdiri dari 5 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian singkat.
Melalui pelaksanaan tes dapat ditemukan perbandingan ketercapaian belajar siswa di
setiap siklus dengan didukung hasil saat pra siklus sebelum pendekatan PMRI
diterapkan di siswa kelas 3. refleksi pada Pra Siklus setelah dihitung rata-rata secara
keseluruhan sejumlah 55, siklus I sebesar 69 dan siklus II sebesar 80. Sehingga secara
keseluruhan dapat disimpulkan tuntas dari pra hingga siklus II dari sisi evaluasi hasil
akhir siswa. Hal ini dibuktikan bahwa Penerapan pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) pada materi pecahan di kelas 3 MI Badrussalam Surabaya
dapat dikategorikan mendapat hasil yang baik.
SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat dikatakan bahwa


pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa pada materi pecahan mata pelajaran matematika di kelas
3B. Oleh karena itu peneliti menyampaikan saran sebagai berikut :

1. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah salah satu


cara untuk meningkatkan pemahaman peserta didik yang masih belum memenuhi
KKM dalam pembelajaran matematika. Dimana dalam pelaksanaannya siswa
diajak untuk berpikir lebih kritis untuk menemukan jawaban dari apa yang
disampaikan pendidik, siswa diajak untuk berkelompok dan menemukan cara
menjawab yang berbeda-beda. Dengan begitu peserta didik akan lebih gampang
paham dan gampang menemukan jawaban yang berbeda-beda.
2. Guru kelas dapat menerapkan pendekatan PMRI pada materi-materi lain yang
selaras dengan materi pecahan agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
3. Pendidik bisa belajar lebih baik untuk menjadi seorang pendidik yang
berkompeten mulai dari mengajak peserta didik untuk lebih aktif, mengondisikan
kelas dengan baik, dan mengatur kata demi kata yang akan disampaikan ke
peserta didik sehingga peserta didik dapat memahami maksud dari pendidik
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Leon, dkk (2021), Penelitian Tindakan Kelas Teori Dan Penerapannya.
Edited by Adirasa Prasetyo. 1st ed.____________

Afrilianti, dkk (2022) “Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik


Indonesia (PMRI) Terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Matematis
Berdasarkan Self-Efficacy.” Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika 6,
no. 3 : 3087–3096.

Annisa, R., dkk (2018). “Peningkatan Daya Ingat Dan Hasil Belajar Siswa Dengan
Mind Mapping Method Pada Materi Listrik Dinamis Rizki Annisa Wawan
Prasetyo Heryanto Ani Rusilowati Bambang Subali.” Jurnal Pendidikan (Teori
dan Praktik) 3, no. 1: 19–23.

Arrafi, dkk (2020),. “Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik


Indonesia (PMRI) Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Di
SD.” Journal of Basic Education Studies 3, no. 2: 750–774.

Djajadi, Muhammad. (2019). Pengantar Penelitian Tindakan Kelas (Classroom


Action Research),_______

Ermayani, Luh, I Made Suarjana, and Desak Putu Parmiti. (2019) “Analisis
Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Pecahan Sederhana.” Jurnal
Pedagogi dan Pembelajaran 1, no. 1: 9.

Fitriani, Silvia, and Uli Wahyuni. (2020) “1469-4288-2-Pb” 3, no. 1 : 136–144.

Indriani, Nina, dkk (2023). “Implementasi Media Pembelajaran Flashcard Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Madrasah Ibtidaiyah Kelas II.”
Jurnal Equation: Teori dan Penelitian Pendidikan Matematika 6, no. 1: 13.

Pahleviannur, Rizal Saringatun Mudrikah. (2022) “Penelitian Tindakan Kelas.” In


Pradina Pustaka, 162. 1st ed.,__________.
Sahir, Syafrida Hafni. (2022). Metodologi Penelitian, ____________.

Anda mungkin juga menyukai