Anda di halaman 1dari 18

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI

MENJUMLAHKAN DAN MENGURANGI BILANGAN BULAT


DENGAN PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MELALUI MIKERBA
(MEDIA KERTAS BERWARNA) KELAS V

Arya Lassita
Mahasiswa Program Studi PGSD BI, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Terbuka

E-mail : lassita3@gmail.com

ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini yaitu rendahnya kemampuan siswa memahami cara
menjumlahkan dan mengurangi bilangan bulat yang berdampak pada rendahnya prestasi
belajar siswa. Penelitian ini dilakukan guna meningkatkan kompetensi menjumlahkan dan
mengurangi bilangan bulat siswa kelas V SDIT QURANI Adh-Dhuhaa Pangkalpinang
dengan penerapan metode demonstrasi menggunakan mikerba (media kertas berwarna).
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang mengacu pada model Kemmis
dan Mc. Taggart yang berjumlah empat tahapan, yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan
tindakan, 3) observasi, 4) refleksi. Penelitian dilakukan selam 2 siklus. Satu siklus
dilaksanakan dalam 1 kali sesi. Data yang didapat diolah dengan menggunakan teknik
analisis data secara kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa melalui metode demosntrasi menggunakan mikerba (media kertas
berwarna) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam kemampuan berhitung bilangan
bulat siswa kelas V SDIT QURANI Adh-Dhuhaa Pangkalpinang.

Kata kunci: Prestasi Belajar, Bilangan Bulat, Metode Demonstrasi, Media Kertas
Berwarna

PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diberikan pada semua
jenjang pendidikan karena matematika merupakan bekal pengetahuan dasar dan
pembentukan sikap serta pola pikir siswa selanjutnya. Salah satu tujuan
pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013 adalah agar siswa mampu
memahami konsep dan menerapkan prosedur matematika dalam kehidupan
sehari-hari serta mampu melakukan operasi matematika untuk penyederhanaan
dan analisis komponen yang ada (Kemendikbud, 2014).
Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa kelas V SD
semester 1 pada pelajaran matematika adalah menjumlahkan, mengurangkan,
mengalikan, dan membagikan bilangan bulat. Bilangan bulat nerupakan salah satu
kajian dari inti materi yang dipelajari siswa di sekolah dasar. Belajar matematika
selalu dipandang sebagai pelajaran yang sulit, contohnya pada materi operasi
hitung bilangan bulat, dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang relatif rendah.
Keberhasilan belajar seorang siswa dapat ditentukan oleh beberapa faktor,
antara lain faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang timbul
dari dalam diri siswa, antara lain kemauan, rasa takut, tingkat intelektualitas, dan
lain-lain. Namun faktor eksternal dapat berupa sikap guru, pendekatan pengajaran,
metode, alat peraga dan sumber lainnya. Semua itu mempengaruhi keberhasilan
belajar.
Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena pembelajaran
matematika yang diajarkan guru berpacu pada sesuatu yang abstrak alias tidak
nyata. Guru tidak memperhatikan karakteristik perkembangan siswa. Khoiriah
(2014) menyatakan bahwa masalah yang dihadapi siswa adalah rendahnya
penilaian matematika bahasan menjumlahkan dan mengurangi bilangan bulat. Hal
ini termasuk indikasi bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru masih
kecil tingkat keberhasilannya. Salah satu yang menyebabkannya yaitu kompetensi
siswa untuk bisa paham materi masih rendah. Siswa belum mengerti tata cara
menjumlahkan dan mengurangi bilangan bulat. Masih rendahnya tingkat
pengetahuan siswa sebab guru tidak memakai media ajar yang sesuai. Dalam hal
ini, siswa belum paham cara menjumlagkan dan mengurangi bilangan bulat yang
menyebabkan rendahnya nilai belajar siswa.
Dengan mengganti model pembelajaran yang konvensional menuju model
pembelajaran yang dinamis dan lebih bermakna, maka tentu ada kesempatan bagi
siswa untuk menstimulus cara berpikir kritis atau penalarannya dan dengan hasil
belajar yang lebih bagus (Susanto, 2016). Felicia (2022) menyatakan bahwa
terdapat penalaran dan penyelesaian masalah secara matematis, yaitu penalaran
aditif dan multiplikatif. Penalaran aditif adalah penalaran yang biasa digunakan
untuk memecahkan masalah dalam operasi penjumlahan dan pengurangan pada
matematika. Selanjutnya menurut Felicia, dengan memahami karakteristik siswa,
guru profesional sangat diharapkan dapat merancang dan menggunakan berbagai
strategi pembelajaran yang efektif sehingga setiap siswa dapat belajar secara
optimal.
Bruner mengatakan bahwa belajar matematika terkait konsep maupun
struktur matematika siswa dapat diajarkan mulai dari tahap konkret menuju
abstrak dengan melihat tingkat perkernbangan kognitif anak sekolah dasar. Hal ini
mengacu pada teorinya Piaget, di mana anak sekolah dasar berada ditahap
operasional konkret (Hapudin, 2021).
Keabstrakan sifat yang dimiliki oleh objek pembelajaran matematika,
menuntut guru harus dapat menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan
sehingga siswa dapat membentuk konsep pembelajaran matematikanya sendiri.
Matematika adalah ilmu periksa objek abstrak dalam menentukan prioritas
penalaran deduktif. Objek matematika adalah objek pikiran abstrak yang tidak
bisa diamati dengan panca indera (Sulistiani, 2016 dalam Prananda, dkk., 2021).
Keabstrakan matematika menurut (Arifuddin, 2017) dikarenakan matematika
berhubungan dengan simbol-simbol dan konsep-konsep, sehingga untuk
memahaminya membutuhkan pemahaman nalar yang tinggi.
Salah satu metode yang bisa digunakan guru yaitu dengan menggunakan
media konkret dalam pembelajaran yang dapat menstimulus minat siswa,
khususnya dalam menemukan konsep dan memecahkan p[roblem matematika.
Puspawati, dkk., (2013) dalam Prananda (2021) menyatakan bahwa melalui
penggunaan media konkret, siswa akan lebih aktif dan mempunyai pemahaman
yang lebih baik tentang topik pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan
pemahaman siswa. Siswa ikut serta dalam kegiatan belajar di sekolah akan
mengalami proses, setelah mengalami proses pembelajaran, siswa akan
melakukan perubahan berdasarkan pengetahuan yang dipelajari dari proses
pembelajaran.
Menurut Arifuddin (2017, p:167), “dalam kegiatan pembelajaran yang
berpihak pada siswa, tentunya aktivitas dan peran siswa lebih banyak daripada
guru. Kegiatan siswa untuk berkecimpung langsung seperti melakukan
pengamatan, eksperimen dan penemuan akan berdampak pada meningkatnya hasil
belajar siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Kegiatan
belajar yang berpihak pada siswa akan memberikan pembelajaran yang bermakna,
yaitu siswa akan menjadi lebih aktif, disiplin, cerdas, serta konsep-konsep yang
diperolehnya akan tersimpan lama dalam memori otaknya”.
Sudono Anggani (2000) dalam Amir (2014) menyatakan bahwa untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan proses belajar mengajar tidak menjenuhkan,
guru dapat menggunakan alat bantu pembelajaran yang sesuai. Dengan
menggunakan media pembelajaran diharapakan agar dapat memudahkan antara
konsep-konsep matematika yang abstrak menjadi lebih konkret, sehingga siswa
dapat mengerti materi yang diajarkan oleh guru. Maka pemanfaatan media dalam
pembelajaran sangat dibutuhkan untuk mencapai target belajar yang maksimal.
Faktanya menurut (Hapudin, 2021) tidak setiap tujuan dan materi pembelajaran
dapat dilakukan secara langsung, untuk mempelajari materi agar mudah dipahami
siswa, guru dapat merancang pembelajaran melalui alat bantu atau media
pembelajaran. Ada tiga jenis media pembelajaran yang dapat digunakan bagi
peserta didik dalam mendapatkan pengalaman belajar, yaitu melalui audio,
melalui visual, dan melalui audiovisual.
Media adalah alat bantu yang digunakan guru dengan desain yang
disesuaikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (Musfiqon, 2012 dalam
Mashuri, 2019, p.3). Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang berfungsi sebagai penyalur pesan
atau informasi yang dapat menstimulus pikiran, perasaan, minat, dan perhatian
siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat
berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna (Mashuri, 2019, p. 4). Media
secara harfiah memiliki arti “perantara atau pengantar”. Menurut Association For
education and Communication Technologi (AECH) dalam Khoiriah (2014, p: 3),
“media ialah segala bentuk yang diprogramkan untuk suatu proses penyaluran
informasi. Sedangkan menurut Education Association media merupakan benda
yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta
instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar,
sehingga dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional”.
Media konkret dalam pembelajaran merupakan media yang digunakan
sebagai media penyampaian informasi atau informasi yang dapat berperan sebagai
pembantu dalam proses pembelajaran dan dapat merangsang pemikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan siswa sehingga mendorong proses belajar siswa (Yuliana,
2015, seperti dikutip dalam Prananda, dkk., 2021, p:2). Amir (2014, p.74),
menyatakan bahwa dengan bantuan media siswa lebih mudah memahami konsep
pembelajaran karena pembelajaran memerlukan aktivitas fisik dan mental melalui
penglihatan, apa yang dirasakan dan melakukan manipulasi media yang sesuai
dengan tingginya rasa ingin tahu dan minat siswa sekolah dasar dalam menjelajahi
situasi yang dikelilingi oleh perasaan gembira dan bahagia. Adapun maksud
digunakannya media dalam pembelajaran matematika menurut Suharjana (2009)
dalam Mashuri (2019), salah satunya adalah memudahkan dalam hal pemahaman
konsep matematika.
Pada penelitian menggunakan Matematika Gasing, menurut Siregar, H. J,
dkk., (2013) dalam Zafivani, dkk., (2016) “adalah pembelajaran yang dikemas
secara sederhana, menyenangkan dan menghibur memberikan pemahaman siswa
terhadap materi secara konkret dan abstrak, sehingga area kognitif dan
psikomotorik siswa dapat berfungsi dengan baik. Mari kita mulai dengan benda-
benda konkret sehari-hari yang dekat dengan siswa, kemudian kita lanjutkan
dengan pengenalan alat bantu atau media pembelajaran spesialis sebagai model
semi-konkret.”
Materi pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan tahap
perkembangan koginitif anak agar dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur
kognitif) orang. Hal tersebut dapat rnengembangkan keterampilan anak dalam
mempelajari sesuatu pengetahuan konsep matematika. Proses internalisasi
berlangsung serius, yaitu proses pembelajaran berlangsung secara optimal ketika
informasi yang dipelajari diukur dalam tiga tahapan yaitu enaktif, ikonik dan
dalam simbolik (Yayuk, 2019, p. 6).
Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan. Jadi,
perkembangan kognitif sebagaian besar bergantung kepada seberapa jauh anak
aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Piaget,
setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya secara bertahap. Proses
berpikir anak adalah langkah demi langkah dan aktivitas intelektual, dari yang
konkret hingga yang abstrak. Menurut Jean Piaget, proses pembelajaran
sebenarnya terdiri dari tiga fase, yaitu asimilasi, adaptasi, dan keseimbangan
(balancing) (Hapudin, 2021, p. 3).
Penerapan operasi hitung matematika banyak manfaatnya, namun banyak
siswa yang beranggapan bahwa matematika itu sukar untuk dipahami. Siswa sulit
untuk menerapkan teori matematika pada kehidupan sehari-hari, sehingga siswa
cenderung mengerti dan menuliskan kembali tanpa memahami. Akibatnya siswa
hanya bisa mengerjakan soal yang sesuai dengan contoh yang diberikan oleh guru.
Jika soal sudah jauh berbeda padahal yang dimaksudkan sama, maka siswa akan
bingung dalam menjawab (Zafivani, dkk., 2016).
Menurut (Muhsetyo, dkk., 2019) saat memperkenalkan bilangan bulat
kepada anak sekolah dasar, diperlukan adaptasi terhadap perkembangan
intelektual anak, yaitu tahap pertama, siswa diberikan penjelasan dan konsep
operasi hitung disampaikan secara nyata berupa contoh dalam kehidupan sehari-
hari atau menggunakan alat bantu yang dapat dilihat, dalam hal ini penjumlahan
dan pengurangan, yang kemudian dikembangkan menjadi pemahaman abstrak.
Salah satu faktor yang mengganggu pemahaman siswa pada konsep
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat adalah kurangnya penggunaan
media pembelajaran yang dapat mendukung pemahaman siswa tentang
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat tersebut. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut diperlukan media pembelajaran agar siswa dapat
memahami operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat (Nurhaeni,
dkk., 2019).
Berdasarkan penelitian sebelumnya, yaitu Siti Khoiriah bahwa
menggunakan kartu warna untuk meningkatkan pengetahuan siswa terhadap
konsep bilangan bulat, sehingga kompetensi berhitung bilangan bulat di Kelas IV
SD pun meningkat. Mengacu pada pemaparan dan hasil penelitian sebelumnya,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan media pembelajaran
yang efektif bagi siswa dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat, yakni menggunakan mikerba (media kertas berwarna) untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siswa
kelas V SDIT QURANI Adh-Dhuhaa Pangkalpinang.
METODE
Metode yang digunakan peneliti merupakan metode penelitian tindakan
kelas yang desainnya berpedoman pada Kemmis dan Mc. Taggart terdiri dari
empat langkah: perencanaan, implementasi, pengamatan dan perefleksian.
Penelitian ini dilakukan di Kelas V SDIT QURANI Adh-Dhuhaa Pangkalpinang
mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Objek penelitian sebanyak 18 anak perempuan. Penelitian ini dilakukan dalam dua
siklus dan satu siklus diadakan dalam satu periode. Penelitian dilakukan pada
pertengahan Mei sampai awal Juni 2023. Data penelitian ini yaitu data kuantitatif
merupakan yang data diperoleh dari uji kompetensi yang diberikan pada siswa.
Data kualitatif dari pengamatan, wawancara dan catatan lapangan digunakan
untuk melengkapi data kuantitatif.
Sumber data berasal dari guru dan siswa Kelas V SDIT QURANI Adh-
Dhuhaa Pangkalpinang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pemeriksaan, pengamatan, catatan lapangan, dan wawancara.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan lembaran
pengamatan selama kegiatan belajar mengajar. Format tes yang diberikan berupa
tes tertulis atau esai. Tes tersebut mengevaluasi tingkat pemahaman siswa apakah
mereka telah mencapai tujuan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran ini dikatakan sukses jika siswa paham dan bisa
melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Siswa diharapkan
memahami apakah sudah memenuhi indikator prestasi belajar pada siklus 1 dan
siklus 2. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) pada siklus pertama dan siklus
kedua siswa dapat menyelesaikan soal yang terkait dengan operasi penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat. Langkah keberhasilan yang diambil juga
tercermin dari aktivitas guru memimpin dan memfasilitasi kegiatan belajar siswa
di kelas dengan mikerba (media kertas berwarna). Kinerja siswa dalam proses
pembelajaran dievaluasi dengan lembar pengamtan dan dianggap suskes jika
berada pada taraf baik atau sangat baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Pelaksaanaan tindakan penelitian ini dibagi dalam dua siklus yaitu siklus
pertama dan siklus kedua. Persiklus terdiri dari satu sesi. Materi ajar yang
diberikan pada kegiatan pembelajaran dalam setiap sesi penelitian adalah
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, sedangkan perbedaannya terletak
pada ada dan tidaknya presentasi kelompok. Pada siklus pertama tidak ada
presentasi kelompok sedangkan pada siklus kedua terdapat presentasi kelompok.
Tujuan pembelajaran pada siklus pertama dan siklus kedua yaitu murid dapat
menjumlahkan dan mengurangi bilangan bulat dengan tepat.

Hasil Penelitian Siklus 1


Peneliti melakukan perbaikan pembelajaran siklus 1 pada tanggal 15 Mei
2023 di kelas VB SDIT QURANI Adh-Dhuhaa. Peneliti menerapkan metode
demonstrasi menggunakan mikerba (media kertas berwarna) pokok bahasan
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Pembelajaran siklus I
dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan selama 2 jam pelarajan (2 x 35 menit).
Pada pertemuan pertama materi yang diajarkan adalah penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat dengan indikator menjumlahkan atau mengurangi
dua bilangan bulat positif atau dua bilangan negatif dan bilangan bulat negatif
dengan bilangan bulat positif. Terdapat pedoman lembar observasi partisipasi
aktif siswa untuk mengukur persentase tingkat keaktifan siswa selama proses
pembelajaran. Lembar uji kompetensi berisi soal tentang menjumlahkan dan
mengurangi bilangan bulat diberikan kepada siswa untuk melihat bagaimana
hasil belajar mereka setelah dilakukan perbaikan pembelajaran. Kriteria
ketuntasan hasil belajar siswa sesuai dengan pedoman kurikulum 2013 SDIT
QURANI Adh-Dhuhaa Pangkalpinang tahun ajaran 2022/2023 mengenai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu 70.
Pada siklus 1 ini, selain siswa memperhatikan demonstrasi guru, siswa
juga diminta untuk melakukan demonstrasi ke depan kelas secara bergantian
dengan jumlah siswa yang terbatas, yaitu hanya dua siswa saja karena mengingat
waktu yang tidak cukup. Selanjutnya, guru memberikan pertanyaan diskusi,
berupa lima pertanyaan isian singkat, namun tidak dipresentasikan. Maka diganti
keaktifan siswa tersebut dengan presentasi setiap kelompok setelah menjawab
pertanyaan diskusi pada siklus ke 2.

Tabel 4.1 Hasil Belajar dan Partisipasi Aktif Siwa Siklus 1


Nilai Nilai Mean Jumlah Persentase Persentase
Maksimal Minimal Siswa Keberhasilan Keaktifan
Mencapai
KKM
100 20 78,89 11 61,11% 66%
Jumlah Siswa 18
Sumber: Data diolah peneliti, 2023
Berdasarkan tabel di atas, ternyata hasil pengamatan pada lembar
observasi keaktifan siswa hanya mencapai 66%. Hal ini terbukti dari lima
kelompok yang terdiri dari 3 siswa setiap kelompoknya, masih ada 2 kelompok
yang nilai kelompoknya di bawah KKM. Hal ini berbanding lurus dengan
persentase ketuntasan siswa yang hanya mencapai 61.11%. Sedangkan,
berdasarkan hasil uji kompetens i pada nilai kognitif (pengetahuan) individu
setelah dianalisis maka diperoleh nilai rata-rata kelas yaitu 78,89. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa ketercapaian indikator belum optimal yang ditunjukkan
oleh aktivitas anak-anak kelas V sehingga dibutuhkan pengulangan pembelajaran
untuk mendapat nilai optimal. Hal tersebut karena dari 18 siswa kelas V SDIT
QURANI Adh-Dhuhaa hanya 11 siswa yang tuntas mencapai KKM yang
ditetapkan, dengan persentase ketuntasan yaitu 61,11 %.
Setelah merefleksikan pertemuan pertama, hasilnya menunjukkan bahwa
siswa sangat aktif memperhatikan pemaparan guru dan jawaban atas pertanyaan
guru. Siswa juga terlihat cukup aktif berdiskusi, meskipun belum semua siswa
yang turut serta, karena masih ada beberapa anak yang belum memahami konsep
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Kemampuan berhitung pada
materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat masih dalam kategori cukup
dengan nilai rata-rata 78,89. Hasil uji kemampuan siswa menunjukkan bahwa
dari 18 siswa yang mendapat nilai kurang dari 75 ada 7 siswa mendapat nilai
kurang dari KKM (tidak tuntas). Sebanyak 11 siswa memperoleh nilai >70 yaitu
di atas KKM (tuntas). Berikut hasil uji kompetensi siswa dalam bentuk grafik.
Grafik 4.1 Hasil Uji Kompetensi Siswa

Sumber: Data diolah peneliti, 2023

Merujuk pada usulan penelitian, kegiatan belajar dikatakan sukses jika


85% siswa, atau minimal 15 dari 18 siswa, mencapai nilai ≥70 dan rata-rata kelas
80. Dengan demikian terdapat 7 dari 18 ssiswa yang memperoleh nilai <70 atau
38,89% dari jumlah siswa dan atau siswa yang memperoleh nilai >70 sebanyak
11 siswa dari 18 siswa dengan persentase 61,11% dengan nilai rata-rata kelas
yang mencapai 78,89. Hasil tersebut menandakan bahwa kegiatan belajar melalui
mikerba (media kertas berwarna) pada siklus 1 berada pada tingkat cukup
meskipun belum berhasil.

Hasil Penelitian Siklus 2


Peneliti melakukan perbaikan pembelajaran siklus 2 pada tanggal 23 Mei
2023 di kelas VB SDIT QURANI Adh-Dhuhaa. Peneliti menerapkan metode dan
media yang sama dengan siklus 1 yaitu, metode demonstrasi menggunakan
mikerba (media kertas berwarna) materi menjumlahkan dan mengurangi bilangan
bulat.
Kegiatan belajar pada siklus 2 dilaksanakan sama seperti siklus 1 yaitu
dalam 1 kali sesi selama 2 jam pelarajan (2 x 35 menit). Pada pertemuan kedua
materi yang diajarkan adalah sama, yaitu penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat dengan indikator mampu menyelesaikan soal untuk
menjumlahkan dan mengurangi bilangan bulat positif atau bilangan bulat
negatif.

Tabel 4.2 Hasil Belajar dan Partisipasi Aktif Siwa Siklus 2


Nilai Nilai Mean Jumlah Persentase Persentase
Maksimal Minimal Siswa Keberhasilan Keaktifan
Mencapai
KKM
100 60 91,11 16 88,89% 90%
Jumlah Siswa 18
Sumber: Data diolah peneliti, 2023

Pada siklus 2 ini, selain siswa memperhatikan demonstrasi guru, siswa


juga diminta untuk melakukan demonstrasi ke depan kelas secara bergantian
dengan jumlah siswa yang maju dan aktif lebih banyak dibandingkan pada siklus
1, meskipun hanya 4-5 murid yang menjawab soal langsung di papan tulis,
karena mengingat waktu yang tidak cukup. Maka diganti keaktifan siswa
tersebut dengan presentasi setiap kelompok setelah menjawab pertanyaan
diskusi.
Berdasarkan hasil pengamatan pada lembar observasi keaktifan siswa
sudah mencapai 90%. Dari lima kelompok yang terdiri dari 3 siswa setiap
kelompoknya, hanya ada 1 kelompok yang nilai kelompoknya di bawah KKM.
Hal ini juga berbanding lurus dengan persentase ketuntasan siswa yang sudah
mencapai 88,89%. Sedangkan, berdasarkan hasil uji kompetensi pada nilai
kognitif (pengetahuan) individu setelah dianalisis maka diperoleh nilai rata-rata
kelas yaitu 91,11. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kinerja siswa sudah
memenuhi indikator pencapaian kompetensi sehingga dapat dikatakan siswa
sudah memenuhi standar ketuntasan belajar. Hal tersebut dibuktikan dari 18
siswa kelas V SDIT QURANI Adh-Dhuha, nilai KKM dicapai oleh 16 siswa
dengan persentase ketuntasan yaitu 88,89 %. Berikut grafik persentase
ketuntasan belajar siswa.
Grafik 4.2 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa

Sumber: Data diolah peneliti, 2023

Setelah merefleksikan pertemuan kedua, hasilnya menunjukkan bahwa


siswa lebih memperhatikan pemaparan guru, bahkan penjelasan guru dan
pertanyaan guru yang dijawab dalam diskusi sangat aktif. Hal ini menandakan
bahwa kemampuan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat telah
meningkat secara signifikan. Terbukti dari nilai uji kompetemsi pada Gambar 4.1
menandakan bahwa dari 18 anak yang yang mendapat nilai <70 atau nilai di
bawah KKM (belum tuntas) hanya ada 2 siswa. Selebihnya atau sebanyak 16
siswa memperoleh nilai >70 yaitu di atas KKM (tuntas).

Grafik 4.3 Nilai Rata-Rata Kelas

Sumber: Data diolah peneliti, 2023


Merujuk pada ajuan penelitian, kegiatan belajar dikatakan sukses jika
85% jumlah siswa atau minimal 15 dari 18 siswa mencapai ≥70 dan rerata kelas
berada pada nilai 80. Dengan demikian, 16 dari 18 siswa mendapat nilai di atas
70 dengan persentase 88,89% dan rata-rata kelas 91,11 menunjukkan bahwa
pembelajaran yang dilaksanakan dengan penerapan metode demonstrasi melalui
mikerba media (kertas berwarna) mengalami peningkatan signifikan dan
dikatakan berhasil dengan kategori “sangat baik”.

Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan pengamatan dari analisis data yang ada dapat dilihat adanya
peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran, serta perkembangan prestasi
belajar siswa kelas V SDIT QURANI Adh-Dhuhaa Pangkalpinang. Dari Siklus 1
ke Siklus 2 terlihat adanya peningkatan yang signifikan pada semua kegiatan
yang dilakukan antara lain kegiatan guru, kegiatan murid dan analisis nilai
murid. Murid juga berpartisipasi sangat aktif saat kegiatan belajar. Mereka juga
melakukan diskusi kelompok dan presentasi.
Hasil pengamatan kegiatan belajar berdasarkan uji kompetensi siswa siklus
pertama didapat ketuntasan belajar sebesar 38,89% dan pada siklus kedua
ketuntasan belajar adalah 88,89% (lihat Gambar 4.2). Demikian pula dengan
persentase kekatifan siswa terlihat peningkatan yang signifikan yaitu 66%
kinerja siswa saat siklus pertama dan mencapai 90% di siklus kedua. Hal ini juga
menandakan bahwa adanya aktivitas siswa yang meningkat dan nilainya
berkategori sangat baik. Perihal ini dibuktikan oleh murid yang aktif dalam
kegiatan belajar, yaitu terlihat pada diskusi dan presentasi kelompok ke depan
kelas pada pertemuan di siklus 2.
Semakin aktif siswa dalam pembelajaran maka hasil belajar siswapun
semakin meningkat. Keaktifan siswa menandakan siswa sangat tertarik untuk
belajar sehingga meningkatkan pula rasa keingintahuannya. Namun, memang
pada kenyataannya pada siklus 1 proses pembelajaran baru terlihat cukup aktif
masih ada beberapa siswa yang terlihat diam karena mereka belum mengerti tata
cara menjumlahkan dan mengurangi bilangan bulat. Siswa yang terlihat diam
inilah yang nilainya masih belum mencapai KKM. Oleh karena itu, peneliti
mengambil keputusan untuk melakaukan perbaikan pembelajaran kembali pada
siklus 2.
Pada siklus 2, peneliti meminta siswa untuk melakukan presentasi ke
depan kelas agar siswa saling mengoreksi jawaban dari hasil diskusi kelompok
mereka. Sehingga harapannya mereka mengetahui letak kesalahan mereka dalam
penyelesaian konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Data yang diolah berdasarkan nilai yang didapat saat proses pembelajaran
yang dilaksanakan guru di sesi pertama memperoleh nilai rata-rata 78,89 dengan
kategori 'cukup' pada pertemuan pertama dan nilai rata-rata sangat baik sebesar
91,11 pada siklus 2. Dalam proses pembelajaran peneliti menggunakan mikerba
(media kertas berwarna) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pokok bahasan
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Selanjutnya dalam proses evaluasi
belajar (uji kompetensi) guru menggunakan tes tertulis yang ditulis di papan tulis
sebanyak lima soal isian.
Hasil analisis tes hasil belajar siswa pada siklus 1 diperoleh ketuntasan
klasikal sebesar 38,89% dan 88,89% pada siklus ke 2. Persentase ini
menunjukkan peningkatan yang signifikan sebanyak 50%. Dari hasil tersebut
ditetapkan bahwa penggunaan mikerba (media kertas berwarna) pada materi
menjumlahkan dan mengurangi bilangan bulat adalah satu cara lain untuk
melakukan peningkatan prestasi anak dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai
yang dipaparkan Sudjana pada satu rumusan tentang keguanaan media belajar,
bahwa pemakaian alat bantu ajar bukanlah fungsi pelengkap, tetapi memiliki
tugas tersendiri untuk menciptakan pengajaran yang efektif dalam situasi
belajar.
Sudah nampak terlihat bahwa hasil yang diperoleh pada siklus 2 jauh lebih
baik dari pada hasil siklus 1. Peningkatan ini terjadi karena kekurangan-
kekurangan yang terdapat pada siklus I dapat diminimalisir. Berdasarkan hal
tersebut, maka melalui metode demonstrasi yang menggunakan mikerba (media
kertas berwarna) dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pokok bahasan
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat sehingga berdampak pada
meningkatnya hasil belajar matematika siswa kelas V SDIT QURANI Adh-
Dhuhaa Pangklapinang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dalam dua siklus, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas V SDIT QURANI Adh-Dhuhaa
Pangklapinang muatan ajar matematika materi menjumlahkan dan mengurangi
bilangan bulat dengan metode demonstrasi melalui mikerba (media kertas
berwarna) meningkat secara signifikan. Hal ini tercermin dari peningkatan nilai
siswa baik secara individual maupun klasikal pada setiap siklus.

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT


Simpulan
Simpulan dari hasil penelitian berikut bahasannya bahwa penerapan
pembelajaran melalui metode demonstrasi menggunakan mikerba (media kertas
berwarna) mampu meningkatkan pemahaman penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat siswa kelas V SDIT QURANI Adh-Dhuhaa Pangkalpinang.
Sehingga bukti itu juga berpengaruh pada peningkatan kemampuan berhitung
bilangan bulat dan prestasi belajar anak. Hal itu dibuktikan dengan data hasil
penelitian berikut:
1. Penggunaan mikerba (media kertas berwarna) pada siklus 1 materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat diperoleh persentase
ketuntasan sebesar 38,89% dengan nilai rata-rata kelas 78,89.
2. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat yaitu menjadi 91,11
dengan persentase ketuntasan 88,89%.
3. Dari hasil perbandingan ketuntasan belajar antara siklus I dan siklus II
diperoleh peningkatan yang signifikan, yaitu sebesar 50%.
4. Semakin meningkatnya persentase keaktifan belajar siswa maka
persentase hasil belajarnyapun meningkat.

Saran dan Tindak Lanjut


Dari simpulan di atas, peneliti ingin menyampaikan saran dan tindak lanjut
sebagai berikut:

1. Sekolah harus mencoba untuk mendapatkan berbagai jenis media.


Sarana matematika pada khususnya dan sarana mata pelajaran lain pada
umumnya. Dengan ini diharapkan akan lebih meningkatkan
pemahaman konsep matematika secara lebih praktis, meningkatkan
aktivitas belajar siswa dan meningkatkan penggunaan media dalam
proses pembelajaran matematika.

2. Guru sebaiknya mempersiapkan segala sesuatunya untuk mendukung


proses pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dan
materi lainnya. Metode pembelajaran dan penggunaan media juga perlu
diterapkan dengan tepat. Hal ini sangat memengaruhi efektifitas dan
efisiensi pembelajaran, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap
peningkatan kemampuan matematika siswa kelas V SD, serta dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Siswa perlu menggunakan mikerba (kertas berwarna) untuk melakukan


penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Siswa diharapkan lebih
aktif dalam bertanya, berdiskusi, dan mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru.
4. Untuk pembelajaran dan penelitian selanjutnya, penggunaan media
dapat ditata ulang baik model atau morfologinya menjadi lebih bagus
dan menyenangkan, tentunya tetap merujuk pada komponen materi ajar
matematika. Dengan adanya inovasi dan kreatifiatas guru agar siswa
berpartisipasi lebih aktif dan semangat saat kegiatan belajar maka hasil
belajar siswapun akan meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Almira, Amir. (2014). Pembelajaran Matematika SD dengan Menggunakan


Media Manipulatif. Padang: Forum Pedagogik Vol.VI, No.01 Jan, Jurnal
IAIN Padangsidimpuan.

Arifuddin, Ahmad., Rohmah Ar Rosyid, Siti. (2017). Pengaruh Metode


Demonstrasi Dengan Alat Peraga Jembatan Garis Bilangan Terhadap
Hasil Belajar Matematika Materi Bilangan Bulat. Al Ibtida: Jurnal
Pendidikan Guru MI (2017, Vol 4 (2), 165-178).
Arikunto, Suharsimi. (2011). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.

Bahri Djamarah, Syaiful., Zain, Aswan. (2016). Strategi Belajar Mengajar.


Jakarta: Rineka Cipta

Djumingin, Sulastriningsih. (2010). Penilaian Pembelajaran Bahasa dan Sastra


Indonesia. Teori dan Penerapannya. Cet 1. Makassar: Badan Penerbit
Universitas Negeri Makassar.

Felicia, Nisa. (2022). Perkembangan Peserta Didik. Tangerang Selatan:


Universitas Terbuka.

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hapudin, Muhammad Soleh. (2021). Teori Belajar dan Pembelajaran


Menciptakan Pembelajaran yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Kencana.

Kemendikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor


24, Tahun 2016, tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada
Kurikulum 2013.

Kemendikbud. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor


58, Tahun 2014, tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah.

Kesumawati, Nila. (2008). Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran


Matematika. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika.

Khoiriah, Siti. (2015). Penggunaan Kartu Berwana Untuk Meningkatkan


Pemahaman Siswa Pada Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat di
Kelas IV SD Inpres 2 Slametharjo Kecamatan Moilong. Palu: Jurnal Kreatif
Tadulako Online Vol. 4. no. 12.

Lufri, (2020). Metodologi Pembelajaran: Strategi, Pendekatan, Model, Metode,


Pembelajaran. Porwokerto: CV IRD.

Mashuri, Sufri. (2019). Media Pembelajaran Matematika. Yogyakarta:


Deepublish CV Budi Utama.

Muhsetyo, Gatot., dkk. (2019). Pembelajaran Matematika SD. Tangerang Selatan:


Universitas Terbuka.
Nurhaeni., dkk. (2019). Pengaruh Media Kartu Bilangan Terhadap Pemahaman
Siswa Mengenai Operasi Pengurangan Bilangan Bulat. Bandung:
PEDADIDAKTIKA Jurnal Ilmiah PGSD Vol.6. No.1 2019.58-67ejournal
UPI.

Prananda, Gingga., dkk. (2021). Pengaruh Media Konkret Terhadap Hasil


Belajar Materi Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar. JEMS (Jurnal Edukasi Matematika dan Sains) 9 (1), 2021,
1-10.

Radiusman. (2020). Studi Literasi: Pemahaman Konsep Anak Pada Pembelajaran


Matematika. Jakarta: FIBONACCI: Jurnal Pendidikan Matematika dan
Matematika Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Slameto, (2015). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta:


Rineka Cipta.

Subyantoro. (2019). Penelitian TIndakan Kelas: Metode. Kaidah Penulisan dan


Publikasi. Edi.1.cet. 1 Depok: Rajawali Pers.

Susanto, Ahmad. (2016). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jakarta: Kencana.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Jakarta: Prestasi Pustaka.

Uno, Hamzah B. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, Hamzah B.(2008). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, Husaini., Setiady, Akbar, P. (2008). Metodologi Penelitian.


Jakarta: Bumi Aksara.

Yayuk, Erna. (2019). Pembelajaran Matematika SD. Malang: UMMPRESS.

Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif. dan Penelitian Gabungan.


(Jakarta : Kencana. 2017).

Zafivani, Oryza., dkk. (2016). Penerapan Matematika Gasing Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Mempelajari Konsep
Penjumlahan Bilangan Bulat. Semarang: Journal UNNES.

Anda mungkin juga menyukai