Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN MEDIA ALAT PERAGA PAPAN AJAIB UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA NILAI PECAHAN SISWA KELAS 2


SEKOLAH DASAR NEGERI CIHEULANG 01

Susan1, Dede Sumargo2, Suherman3

1
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Terbuka
2
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Terbuka
3
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Terbuka

susanalwisma@gmail.com , dedemargo@upi_edu , suhermankasumba@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SDN Ciheulang
01 melalui penggunaan alat peraga materi pecahan “Papan Ajaib”. Diharapkan melalui
penggunaan alat peraga, kesulitan belajar siswa khususnya pada materi nilai pecahan dapat
diatasi. Kajian ini merupakan jenis PTK yang meliputi: penggunaan informasi kualitatif dan
kuantitatif untuk perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, menggunakan informasi hasil
evaluasi pertanyaan dan observasi berupa nilai-nilai kuantitatif. Berdasarkan pengamatan guru
dan siswa, dilakukan tes untuk meningkatkan proses pembelajaran dan meningkatkan
pemahaman pecahan untuk keperluan analisis data. Hasil belajar meningkat pada siklus I
mencapai kesempurnaan sebesar 70,72, dan pada siklus II sesuai hasil penerapan materi nilai
pecahan alat peraga “Papan Ajaib” hasil belajar meningkat hingga 90%.

Kata kunci: Media Pembelajaran, Alat Peraga Papan Ajaib, Hasil Belajar, Matematika,
Pecahan.
PENDAHULUAN

Alat peraga termasuk dalam media, alangkah baiknya jika kita memahami pengertian media.
Media berasal dari kata “medius” yang berarti penyajian. Gerlach dan Ely (dalam Rostina)
menyatakan bahwa media dipahami sebagai orang, bahan, atau peristiwa yang menciptakan
kondisi yang dapat membuat siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

Secara umum, media dapat diartikan sebagai sarana komunikasi atau alat yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran adalah alat bantu atau alat bantu pengajaran
yang dapat digunakan sebagai sumber dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien. Media pembelajaran adalah sumber atau alat yang
dirancang untuk menampilkan, menyampaikan informasi atau topik dari pengirim pesan
kepada penerima pesan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat
yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran.

Alat peraga, di sisi lain, adalah alat pembelajaran dan segala macam benda yang berfungsi
untuk memperkenalkan mata pelajaran. Menurut Estiningsih (1994:3) yang dapat diakses oleh
pikiran sederhana dan dapat dilihat, dilihat dan dirasakan. Alat bantu visual adalah alat bantu
untuk mengilustrasikan atau menjelaskan pelajaran atau alat bantu belajar mengajar berupa
tindakan dan objek yang memungkinkan siswa untuk mengkonkretkan pemahaman fakta-fakta
abstrak. Berdasarkan fungsinya, alat peraga dapat dibagi menjadi tiga bidang:

1. Alat peraga langsung, guru menjelaskan dengan menggunakan benda nyata.


2. Alat peraga tidak langsung, yaitu guru menggunakan tiruan dari benda nyata.
3. Alat peraga atau presentasi berupa tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh guru.

Dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah benda berwujud yang sengaja dibuat atau disusun
untuk menyampaikan konsep pengetahuan kepada siswa. Lisa Musa (2008:1) mengemukakan:
“Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat menggunakan alat bantu/visual aids
agar siswa dapat memahami konsep yang dipelajari, karena alat bantu visual dapat digunakan
untuk membuat konsep matematika yang abstrak menjadi konkrit.” Isi pembelajaran lebih
mudah diserap oleh siswa jika konsep tersebut dikaitkan dengan objek tertentu secara
termediasi. Pengetahuan atau konsep yang diperoleh dapat tertanam dalam benak siswa dalam
jangka panjang melalui tindakan dan pemahaman.

Berdasarkan hal tersebut, alat peraga pembelajaran matematika memiliki fungsi sebagai
berikut:
1. Meningkatnya motivasi belajar, sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan lebih
mudah.
2. Konsep matematika abstrak lebih mudah dipahami karena disajikan dalam bentuk
konkrit.
3. Hubungan antara konsep matematika abstrak dengan objek di lingkungan alam lebih
mudah dipahami secara jelas.
4. Konsep abstrak disajikan dalam bentuk konkret, yaitu model matematika, yang dapat
digunakan sebagai objek studi atau sebagai alat untuk mengeksplorasi ide dan
hubungan baru.

Bagan ajaib adalah alat yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan materi pecahan
kepada siswa agar lebih mudah dipahami. Tabel pecahan ini dapat digunakan untuk pecahan
sederhana, pecahan setara, dan untuk mengatur dan membandingkan pecahan. Penggunaan
tabel pecahan ini berguna saat siswa belajar matematika dengan materi pecahan. Penggunaan
alat memudahkan dalam mengenal dan memahami konsep pecahan. Menurut Marno,
“Penggunaan benda (alat peraga) manipulatif matematis merupakan solusi dalam upaya
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep pecahan” (Marno, 2006:5). Hasil belajar
sering dijadikan ukuran penguasaan seseorang terhadap mata pelajaran. Secara sederhana, hasil
belajar siswa mengacu pada keterampilan yang diperoleh anak setelah menyelesaikan kegiatan
belajar. Ahmad Susanto (2016:5) menyatakan: “Hasil belajar adalah perubahan yang
diakibatkan dari kegiatan belajar yang terjadi pada siswa dalam hal kognitif, afektif, dan
psikomotorik.”

Untuk mencapai pembelajaran yang baik, banyak faktor yang harus diperhatikan. Menurut
Ahmad Susanto (2016:12-13) “Hasil belajar yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi
berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal.”

Ahmad Susanto (2016:186-187) menyatakan: “Pembelajaran matematika adalah proses belajar


mengajar yang dirancang oleh guru untuk mengembangkan daya berpikir kreatif siswa, dan ia
dapat memperkuat kemampuan membangun pengetahuan baru untuk menjamin penguasaan
materi matematika yang baik.” Ali Hamzah dan Muhlisrarini. (2016:259) menyatakan:
“Pembelajaran matematika adalah suatu proses dimana pemahaman siswa tentang fakta,
konsep, prinsip dan keterampilan dikembangkan menurut guru yang mengajarkan materi
tersebut, siswa menggunakan potensi yang dimilikinya, untuk membangun pemahamannya
tentang fakta dan konsep”, prinsip dan keterampilan, dan pemecahan masalah."

Menurut Samidi dan Kemendikbud Istaran (2016:11) Tujuan pembelajaran matematika di


sekolah dasar adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berhitung (menggunakan angka


sebagai alat sehari-hari). Meningkatkan keterampilan siswa yang dapat ditransfer
melalui kegiatan matematika.
2. Mengembangkan keterampilan matematika dasar melalui sekolah menengah (SMP).
3. Mengembangkan sikap logis, kritis, peduli, kreatif dan disiplin.

Pecahan tidak asing lagi dalam belajar matematika. Menurut Yuriart (2019:146) "Pecahan
adalah bagian dibandingkan dengan keseluruhan". Jurnal Hahan Auliana (2017) “Pecahan
adalah simbol bilangan yang menggambarkan bagian dari bilangan bulat.” Lalu Yoppy Wahyu
Purnomo (2015:10) "Pecahan (Sederhana) adalah bilangan yang dapat dinyatakan dengan
pasangan bilangan a/b, a sebagai pembilang dan b sebagai penyebut."

Dalam proses pembelajaran, guru lebih sering menyampaikan materi melalui metode ceramah,
sehingga siswa kurang aktif selama pembelajaran karena guru yang memegang kendali. Proses
pembelajaran berupa ceramah yang berpusat pada guru melemahkan kemampuan berpikir
siswa. Penyampaian informasi bersifat satu arah, siswa hanya duduk dan mendengarkan
penjelasan guru. Akibatnya, siswa menghafal konsep sehingga pembelajaran matematika
menjadi membosankan karena kurangnya kegiatan yang menyenangkan. Siswa tidak
termotivasi dan tidak berminat mempelajari matematika karena menganggap matematika
masih merupakan mata pelajaran yang sulit untuk dipahami. Minimnya materi pecahan bagi
siswa tercermin dari hasil matematika siswa yang masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SDN Ciheulang 01, dimana subjeknya adalah peneliti yang
berprofesi sebagai guru tahun pelajaran 2022/2023 dan siswa kelas II yang berjumlah 25 orang.
Penelitian ini dilakukan dalam waktu 2 minggu. Kajian ini diawali dengan babak penyisihan
yang akan berlangsung pada tanggal 13 April 2023 dan akan berlangsung selama 2 x 35 menit.
Babak I berlangsung pada tanggal 3 Mei 2023 dengan alokasi waktu 2x35 menit. Sementara
itu, siklus kedua berlangsung pada 15 Mei 2023, yang direncanakan 2 x 35 menit.
Jenis penelitian ini disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). I.G.A.K. Wardani dan Kuswaya
Wihardit (2014:2.4) Rancangan yang digunakan dalam studi tindakan kelompok ini adalah
rancangan siklis yang berulang dan berkesinambungan. Artinya, semakin lama Anda
menunggu, semakin banyak perubahan/keberhasilan yang muncul di hasil.

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar penelitian tindakan kelas yang
tersaji sebagai berikut:

Gambar 3.3

Data penelitian berupa observasi pada setiap kegiatan peningkatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran langsung kelas II SDN Ciheulang 01. Sumber data
penelitian ini adalah proses dan hasil pelaksanaan pembelajaran dan perilaku pembelajaran.
guru dan siswa selama pembelajaran. Bahan penelitian dikumpulkan dengan menggunakan
teknik observasi dan tes, dan formulir observasi dan tes digunakan sebagai alat bantu dalam
penelitian ini.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis data
kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan untuk mendukung hasil penelitian dan
evaluasi. Penulis menggunakan dua jenis teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Teknik analisis data kualitatif, yaitu data berupa pengamatan dan pendalaman berupa
kalimat yang disajikan dalam data, yang memberikan gambaran tentang kegiatan siswa
setelah kelas dan kemampuan guru dalam mengarahkan proses belajar mengajar.
2. Data kuantitatif (hasil belajar) yang dapat dianalisis secara deskriptif, misalnya dengan
menentukan rata-rata tingkat keberhasilan belajar dari penilaian belajar yang
diselesaikan.
Rumus Penskoran:
𝑩
Skor = 𝑵 x 100

Keterangan:
B: Skor dari Jawaban Benar
N: Jumlah Skor Maksimal

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan praktek saat ini, yaitu:

(1) gaya; (2) paksaan; (3) observasi; dan (4) refleksi. Pembelajaran dimulai dengan
perencanaan pra siklus yang dijadwalkan tanggal 13 April 2023, Siklus I tanggal 3 Mei
2023, dimana pembelajaran dilakukan selama 2x35 menit. Sebelum melaksanakan
pembelajaran, peneliti terlebih dahulu melakukan persiapan yaitu. H. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Materi soal dan lembar observasi berupa lembar penilaian
psikomotorik, instrumen observasi, rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar
observasi aktivitas guru dan siswa sebagai instrumen pengumpulan data. Pelaksanaan
dimulai dengan kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kemudian hasil kegiatan
tersebut dianalisis untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran berkelanjutan.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran menggunakan tutorial Magic Board terkait materi
pecahan datar menunjukkan bahwa sebagian siswa masih kurang aktif dan kurang antusias.

Evaluasi hasil ulangan tertulis siklus tersebut menunjukkan hasil yang kurang memuaskan,
karena masih ada beberapa yaitu 7 siswa yang berada di bawah KKM (kriteria ketuntasan
minimal). Namun, sebagian besar siswa memenuhi kriteria tersebut. Hasil ini sebenarnya
mencapai nilai sempurna 60 karena nilai rata-rata siswa adalah 70,72. Mengetahui nilai
yang peneliti terima dan mengamati hasil pengumpulan informasi tentang jalannya
pembelajaran bagi guru dan siswa, didukung oleh mitra sebagai rekan kerja. Dari hasil
observasi guru dapat diketahui bahwa guru menggunakan alat peraga dalam proses
pembelajaran. Hasil observasi siswa menunjukkan bahwa siswa masih terlihat bingung
dengan materi yang dibahas. Hal ini dikarenakan kemampuan siswa dalam memahami
penjelasan guru masih lemah. Guru kemudian merefleksi dan melakukan perbaikan pada
Siklus II.
Perencanaan Perbaikan Siklus II : Penulis merencanakan harapan dan tujuan pembelajaran
yang lebih matang dan sempurna akan tercapai. Kelemahan dan kekurangan hasil refleksi
didiskusikan dengan Guru 2 pada Sesi I menjadi pertimbangan untuk perbaikan lebih lanjut.

Seperti pada siklus I, alat peraga “Zaubertafel” diterapkan pada materi pecahan makanan
dan gambar hewan pada siklus ini juga. Semua langkah yang direncanakan penulis dapat
dilakukan dengan benar dan lancar, proses pelaksanaannya dilakukan melalui langkah-
langkah sesuai RPP.

Dimulai dari kegiatan inti, kegiatan awal dan kegiatan akhir yang dicirikan dengan hasil
analisis untuk menentukan tingkat keberhasilan pembelajaran. Analisis tes yang terdiri dari
hasil Siklus II menunjukkan hasil yang memuaskan. Namun, masih ada 2 siswa yang tidak
memenuhi kriteria kelulusan minimal. Peningkatan yang dicapai pada siklus ini adalah
90%. Siklus II dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan lingkungan belajar. Nilai-nilai
yang membentuk prasiklus, siklus I dan siklus II ditampilkan dalam bentuk grafik di bawah
ini.

Gambar Grafik Kenaikan Nilai Rata-Rata

Kenaikan Nilai Rata-rata


92%
100%
PRESENTASE

90%
72%
80%
70% 56%
60% 44%
50% Tuntas
40% 28%
30% Tidak Tuntas
20% 8%
10%
0%
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
Tuntas 44% 72% 92%
Tidak Tuntas 56% 28% 8%

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa setiap siklus mengalami peningkatan.
Pada siklus I siswa mendapatkan nilai tertinggi 92 dan naik pada siklus II menjadi 100.
Sedangkan dibawah ini merupakan data ketuntasan semua siklus.

Tabel 2 Peningkatan ketuntasan Hasil Belajar dan Nilai Rata-rata


Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
No Kriteria
Jumlahl % Jumlahl % Jumlahl %
Peilaianl

1 Tuntas 11 56% 18 72% 23 92%

2 Belum Tuntas 14 44% 7 28% 2 8%

3 Nilai rata-rata 65 71 81

Dari tabel di atas terlihat bahwa penggunaan alat peraga terjadi setelah peningkatan
pembelajaran, sehingga rata-rata dan nilai ketuntasan materi pecahan hampir 100% tuntas.
Siswa juga sangat tertarik untuk mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru.
Hubungan antara siswa dan guru terjalin. Hal ini dapat dilihat dari kinerja siswa menjawab
pertanyaan guru dan pertanyaan yang tidak mereka pahami. Interaksi antar siswa juga terjalin.
Peningkatan yang terlihat pada hasil penilaian siswa. Tujuan pembelajaran dapat tercapai
setelah pelaksanaan Siklus II dan kegiatan pembelajaran secara umum baik. Selain itu,
pengelolaan kelas lebih baik dibandingkan pelaksanaan pembelajaran sebelumnya. Dan
perbaikan pembelajaran dalam 2 siklus ini terbukti berhasil.

SIMPULAN, SARAN DAN TINDAK LANJUT

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data terkait rumusan masalah pembelajaran, dapat
disimpulkan:

1. Langkah-langkah peningkatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar


matematika materi pecahan dengan menggunakan media alat peraga di Kelas 2 SDN
Ciheulang 01 yaitu menggunakan alat bantu ajar media “Papan Ajaib”.
2. Penggunaan media alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran
matematika kelas 2 SDN Ciheulang 01 materi pecahan. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya rata-rata hasil belajar siswa. Pada pembelajaran pra siklus rata-rata 64,8
meningkat menjadi 70,72 pada siklus I dan 80,2 pada siklus II.

SARAN

Setelah melakukan perbaikan pembelajaran selama dua siklus, penulis memiliki saran untuk
dibagikan kepada para pemangku kepentingan antara lain:
1. Untuk guru

• Guru harus selalu aktif dan kreatif, bekerja sama dengan rekan kerja untuk menemukan
dan memecahkan masalah bersama
• Guru harus berhadapan dengan materi dan media pembelajaran selama proses
pembelajaran
• Guru harus selalu berinovasi dalam kegiatan belajar mengajar
• Guru harus memberikan perhatian khusus kepada siswa yang kurang berhasil dalam
belajar

2. Untuk sekolah

• Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana, seperti bahan ajar untuk
kegiatan pembelajaran, untuk meningkatkan hasil belajar siswa

3. Bagi peneliti lain

• Penulis mengusulkan untuk mengkritik penelitian yang dilakukan dan perawatannya


yang komprehensif dan mendalam
DAFTAR PUSTAKA

Anas, M. (1994). Alat Peraga dan Media Pembelajaran. Kabupaten Sleman, Yogyakarta:
Muhammad Anas.

Kania, N. (2006). Alat Peraga Untuk Memahami Konsep Pecahan. The Oremes (The Original
Research of MAthematics, 5.

https://media.neliti.com/media/publications/301771-alat-peraga-untuk-memahami konsep-
pecaha-72e5d387.pdf

Musa, L. (2008). Alat Peraga Matematika. Makassar, Sulawesi Selatan: Aksara Timur.

Nurrahmah, A. (2008). Penerapan Alat Peraga Papan Ajaib Untuk Materi Operasi Hitung
Pecahan. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 131.
https://journal.ikippgriptk.ac.id/index.php/gervasi/article/view/970/0

Kania, N. (2006). Alat Peraga Untuk Memahami Konsep Pecahan. The Oremes (The
Original Research of Mathematics, 5

https://media.neliti.com/media/publications/301771-alat-peraga-untuk-memahami konsep-
pecaha-72e5d387.pdf

S, Arikunto. (2011). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks: Jakarta: Bumi
Aksara. Kusumah Wijaya, dan Dedi Dwitagama 2011

Djamarah, Syaiful Bahri, 2006, Strategi Belajar Mengajar, Banjarmasin: Rineka Cipta.

Atun, I. (2010). Model Pembelajaran Matematika. Jakarta:Bumi: PT Bumi Aksara.

Setiawan, A. M. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Uwais Inspirasi Indonesia.


Subanar, Solikhatun, & Susyanto, N. (2009). Peran Matematika (Pecahan). Jakarta:
Department Matematika Fakultas Matematika.

Wahab, D. A., M.Pd, E. D., & Prasetyo, H. (2001). Media Pembelajaran Matematika. Pidie
Provinsi Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini

Anda mungkin juga menyukai