Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA BATANG CUISSIONNER

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK

BAHASAN PERKALIAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 INPRES

TONDO

(Proposal Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian)

Oleh :

RISKY AMELIA

NIM A40120215

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS TADULAKO

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan

kemampuan dan kepribadian individu melalui proses atau kegiatan tertentu

(pengajaran, bimbingan, atau latihan) serta interaksi individu dengan

lingkungannya. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam

kehidupan seseorang. Dengan pendidikan seseorang akan mendapat ilmu

pengetahuan. Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia (RI) yang tercantum

pada pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 adalah mencerdaskan

kehidupan bangsa. Sebagai tindak lanjut dari tujuan tersebut, maka diadakan

program pendidikan nasional. Sehubungan dengan hal ini pemerintah telah

mengambil kebijakan-kebijakan, diantaranya mengenai pelaksanaan

pendidikan saat ini yang lebih diorientasikan pada peningkatan mutu,

khususnya untuk memacu penguasaan pengetahuan dan teknologi yang

diperlukan ditingkatkan.

Hal ini disebutkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional:

Secara eksplisit tertera dalam UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3 yaitu:” Pendidikan Nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.

Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata

pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika

merupakan salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Menurut Ali Hamzah matematika adalah ilmu

deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan pada observasi

(induktif) tetapi diterima generalisasi yang didasarkan kepada pembuktian

secara deduktif.

Menurut H.W. Fowler dalam Sundayana mengenai hakikat matematika

yaitu “Mathematics is the abstract science of space and number”. Matematika

adalah ilmu abstrak mengenai ruang dan bilangan. Pendapat tersebut juga

dikuatkan oleh Marshall Walker “Mathematics maybe defined as the study of

abstract structures and their interrelations,” matematika dapat didefinisikan

sebagai studi tentang struktur-struktur abstrak dengan berbagai hubungannya.

Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai sejak Sekolah

Dasar (SD) sampai dengan jenjang Perguruan Tinggi (PT). Matematika

termasuk ke dalam ilmu eksak atau ilmu pasti, yang hasilnya tidak dapat diubah-

ubah lagi. Matematika memiliki objek yang bersifat abstrak, hal ini

membutuhkan benda konkret untuk menyampaikan materi yang diajarkan, agar

materi tersebut dipahami oleh siswa.

Pembelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

diajarkan di Sekolah Dasar. Menurut Wahyudi dan Kriswandani (2010:1)


“Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di

pendidikan dasar karena matematika sangat penting digunakan dalam

kehidupan sehari-hari”. Hampir semua mata pelajaran di Sekolah Dasar

menerapkan perhitungan dalam matematika, oleh sebab itu dalam pengajaran

mata pelajaran matematika diberikan alokasi waktu yang cukup banyak

dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Dalam pembelajaran

matematika di SD ternyata masih banyak sekali hambatan atau kesulitan-

kesulitan yang terjadi, diantaranya anggapan para siswa bahwa matematika

adalah mata pelajaran yang paling ditakuti dan sulit dibandingkan dengan

mata pelajaran yang lainnya.

Mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar pada umumnya masih

diajarkan oleh guru kepada siswa menggunakan cara yang konvensional,

dimana proses pembelajaran hanya berpusat pada guru dan disampaikan dengan

metode ceramah. Akibatnya dalam proses pembelajarannya siswa menjadi tidak

aktif, merasa jenuh bahkan akan kesulitan dalam memahami konsep

matematika secara optimal.

Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk

mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sehingga

fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir Abdurahman (2003 :

252).

Matematika adalah ilmu keteraturan, ilmu tentang struktur yang

terorganisasikan mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang


didefinisikan ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil. Ruseffendi (1980

: 148)

Pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi belajar mengajar

pelajaran matematika yang dilakukan antara siswa dan guru yang mana, proses

tersebut merupakan sebagai suatu sarana atau wadah yang berfungsi untuk

mempermudah berfikir didalam ilmu atau konsep-konsep abstrak.

(Abdurahman (2003:252) Ruseffendi (1980 : 148) )

Paradigma pembelajaran matematika saat ini telah berubah dari

pembelajaran tradisional (transfer of knowledge) yang berpusat kepada guru

menjadi paradigma baru yaitu pembelajaran inovatif (construction of

knowledge) yang mengedepankan siswa sebagai pusat dari kegiatan

pembelajaran. Paradigma baru ini menghargai betul perbedaan individu, bahwa

di dalam satu kelas pasti terdapat perbedaan kemampuan matematika yang

beragam, sehingga mengupayakan terbentuknya learning society dalam

kegiatan.

Alat peraga yang dapat digunakan pada pembelajaran matematika operasi

perkalian adalah Batang Cuisenaire. Batang Cuisenaire ini pertama kali digagas

oleh George Cuisenaire seorang ilmuan dari Belgia. Batang Cuisenaire

merupakan satu set batang berbentuk balok yang mempunyi warna dan panjang

yang berbeda-beda. Warna dan panjang tiap-tiap balok mewakili angka

bilangan 1 sampai dengan 10.12 Penggunaan alat peraga Batang Cuisenaire

sangat tepat pada pembelajaran matematika terutama mengenai pemahaman

konsep operasi hitung perkalian, hal ini karena dalam penggunaan Batang
Cuisenaire siswa terlibat secara langsung bagaimana hasil dari proses operasi

perkalian melalui alat peraga konkret.

Berdasarkan hasil observasi yang didapatkan peneliti di SDN 3 INPRES

TONDO, mengenai rendahnya hasil belajar matematika pada pokok bahasan

perkalian pada kelas 5, dimana dapat dilihat bahwa hasil belajarnya rendah

karena dapat dilihat dari nilai KKMnya yaitu tidak memenuhi standar KKM

yang telah ditetapkan pada mata pelajaran tersebut. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan oleh peneliti yang menjadi penyebab rendahnya

hasil belajar dikelas V tersebut karena kurangnya alat peraga yang digunakan

oleh guru dalam penyampaian materi tentang perkalian. Guru harus

memfasilitasi dalam pembelajaran yaitu dengan memberikan alat peraga

dengan adanya alat peraga maka siswa akan lebih mudah dalam memahami

perkalian.

Wijaya dan Rusyan (1994) Memberikan pengertian bahwa alat peraga

adalah suatu media yang dipergunakan dalam proses pendidikan agar peserta

didik dengan mudah memahmi materi yang disampaikan atau peserta didik

tidak merasa kebingungan. Untuk keberhasilan tersebut dalam proses

pembelajaran diperlukan media atau alat peraga yang dapat mempertinggi

proses dan hasil belajar yang berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Media

batang Cuisenaire merupakan suatu jenis balok yang digunakan untuk

mengembangkan kemampuan kecerdasan matematika, berhitung, pengenalan

bentuk lambang bilangan, peningkatan keterampilan bernalar, penambahan dan

pengurangan angka-angka. Balok Cuisenaire diciptakan oleh George


Cuisenaire. Batang Cuisenaire dapat digunakan untuk media dan alat

peragadalam pembelajaran berhitung siswa Sekolah Dasar. Menurut (Nursalim,

2007:30).

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bahwa penggunaan media atau

alat peraga sangat berperan penting dalam pembelajaran, dengan menggunakan

alat peraga atau media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa

khususnya pada matematika. Matematika pada tingkat SD adalah mata

pelajaran yang sangat susah untuk dipahami oleh anak-anak maka dari itu

penngunaan alat peraga maupun media sangatlah dibutuhkan dalam

pembelajaran matematika ini.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh penggunaan alat peraga batang Cuissionner terhadap

hasil belajar matematika pada pokok bahasan perkalian pada siswa kelas V

SD Negeri 3 Inpres Tondo ?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan alat peraga batang

Cuissionner terhadap hasil belajar matematika pada pokok bahasan

perkalian pada siswa kelas V SD Negeri 3 Inpres Tondo

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharpkan dapat memberikan

pengembangan terhadap hasil belajar matematika.


2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Manfaat bagi guru yaitu untuk membantu guru dalam memperbaiki

proses pembelajaran dan dapat mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan dalam mengajar.

b. Bagi Siswa

Manfaat bagi siswa yaitu meningkatkan pemahaman konsep dasar

perkalian terhadap siswa.

1.5 Ruang Lingkup

a. Penggunaan alat peraga batang Cuissionner

Batang Cuisenaire ini pertama kali digagas oleh George Cuisenaire

seorang ilmuan dari Belgia. Batang Cuisenaire merupakan satu set batang

berbentuk balok yang mempunyi warna dan panjang yang berbeda-beda.

Warna dan panjang tiap-tiap balok mewakili angka bilangan 1 sampai

dengan 10.12 Penggunaan alat peraga Batang Cuisenaire sangat tepat pada

pembelajaran matematika terutama mengenai pemahaman konsep operasi

hitung perkalian, hal ini karena dalam penggunaan Batang Cuisenaire siswa

terlibat secara langsung bagaimana hasil dari proses operasi perkalian

melalui alat peraga konkret.

b. Hasil belajar siswa

Hasil belajar merupakan penilaian dari proses belajar mengajar yang

dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar juga dapat diartikan hasil dari

proses kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui apakah suatu program

pembelajaran yang dilaksanakan telah berhasil atau tidak, yang didapat dari

jerih payah siswa itu sendiri sesuai kemampuan yang ia miliki. Jadi dapat

diartikan bahwa hasil belajar merupakan usaha sadar yang dicapai oleh

siswa dengan pembuktian untuk mendapatkan umpan balik tentang daya

serap siswa terhadap materi pelajaran yang ditandai dengan peningkatan

atau penurunan hasil belajar dalam pembelajaran.

1.6 Batasan Istilah

a. Alat peraga batang Cuissionner

b. Hasil Belajar
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Relevan

1.Komariyah (2017) dengan judul Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Batang

Cuisenaire Terhadap Pemahaman Konsep Perkalian Siswa (Kuasi Eksperimen

Terhadap Siswa Kelas II SDN di Kecamatan Cikupa Tangerang.Berdasarkan hasil

analisis akhir bahwa pemahaman konsep perkalian yang diterapkan pembelajaran

dengan menggunakan alat peraga Batang Cuisenaire memperoleh nilai rata-rata

86,22 lebih tinggi dari pemahaman konsep perkalian yang diterapkan secara

konvensional memperoleh nilai rata-rata 75,33. Teknik pengumpulan data yang

digunakan berupa tes hasil belajar dianalisis menggunakan pengujian statistik

berupa Mann Whitney dengan aplikasi SPSS (Statistical Product and Service

Solution), dan diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep perkalian siswa antara yang

menggunakan alat peraga Batang Cuisenaire dengan yang konvensional. Maka

hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh penggunaan alat peraga

Batang Cuisenaire terhadap pemahaman konsep siswa.

2.Rahayu et al., (2016) dengan judul Pengaruh Penggunaan Media Batang

Cuisenaire Terhadap Hasil Belajar Mat

ematika Disekolah Dasar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada materi kelipatan dan faktor bilangan

yang diajarkan dengan menggunakan media batang Cuisenaire memperoleh rata-


rata skor tes akhir sebesar 75,19 sedangkan hasil belajar siswa pada materi kelipatan

dan faktor bilangan yang diajarkan dengan menerapkan metode ekspositori

memperoleh rata-rata skor tes akhir sebesar 69,50. Terdapat perbedaan yang

signifikan antara hasil belajar siswa pada materi kelipatan dan faktor bilangan yang

diajar menggunakan media batang Cuisenaire dan yang diajar dengan menerapkan

metode ekspositori di kelas IV SD Negeri 12 Pontinak Selatan. Pembelajaran

dengan menggunakan media batang Cuisenaire memberikan pengaruh yang sedang

terhadap hasil belajar siswa pada materi kelipatan dan faktor bilangan di kelas IV

SD Negeri 12 Pontianak Selatan.

3. Ningsih & Purwanto, (2015) dengan judul Pengaruh Penggunaan Media Batang

Cuisenaire Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Penjumlahan dan

Pengurangan Disekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah

dikonsultasikan dengan ttabel, diketahui bahwa nilai thitung lebih besar dari ttabel

yaitu 3,75 > 1,992; sehingga Ha :µ1=µ2 yang menyatakan bahwa terdapat

perbedaan signifikan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen (menggunakan

media bantang Cuisenaire) dengan kelas kontrol (tanpa media bantang Cuisenaire)

diterima; dan Ho :µ1≠µ2 (yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan

signifikan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen (menggunakan media

bantang Cuisenaire) dengan kelas kontrol (tanpa media bantang Cuisenaire) ditolak.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan media bantang


Cuisenaire berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas I SD

Muhammadiyah 1 Sidoarjo.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Alat peraga batang Cuisenaire

a. Pengertian alat peraga batang Cuisenaire

Menurut George Cuisenaire dalam Komariyah (2017) Batang Cuisenaire

merupakan satu set batang berbentuk balok yang mempunyi warna dan panjang

yang berbeda-beda. Warna dan panjang tiap-tiap balok mewakili angka bilangan 1

sampai dengan 10.

Menurut Sundayana, (2014 ) Batang Cuisenaire adalah salah satu media

pembelajaran yang berbentuk balok yang memiliki panjang dan warna yang

berbeda-beda.

Menurut E.T. Ruseffendi, dalam Farobbi (2016) menjabarkan batang

Cuisenaire diciptakan oleh George Cuisenaire, seorang guru dari belgia. Batang ini

untuk membantu anak-anaknya dalam belajar mtematika. Batang Cuisenaire

kadang-kadang disebut juga materi Cuisenaire-gattegno, sebab Caleb gattegno

ialah orang yang mengapalai penyebaran metode ini ke Negara-negara lain,

termasuk ke Canada dan Amerika Serikat. Caleb gattegno ialah seorang guru besar

matematika dari university of London dan ahli ilmu jiwa yang terkenal. Kekhususan

perlu dipahami pada batang Cuisenaire adalah warna dan panjang masing-masing

batang tersebut. Satu set batang Cuisenaire terdiri atas satu batang berukuran 1x1x1
cm(yang selanjutnya disebut satuan), satu batang berukuran 2x1x1cm, 1 batang

berukuran 3x1x1cm, 1 batang berukuran 4x1x1cm, satu batang berukuran

5x1x1cm, 1 batang berukuran 6x1x1cm, 1 batang berukuran 71x1cm, 1 btatang

berukuran 8x1x1cm, 1 batang berukuran 9x1x1cm, 1 batang berukuran 10x1x1cm,

(yang selanjunya disebut puluhan).

Beradasarkan berbagai pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

media batang Cuisenaire adalah alat atau media yang dapat digunakan sebagai alat

bantu dalam belajar matematika mengenai konsep penjumlahan, perkalian,

pembagian bilangan bulat untuk operasi hitung dasar, yang mana bentuk batang

Cuisenaire ini berupa balok-balok dengan ukuran tertentu dan warna-warna

tertentu, yang masing-masing batang berjumlah 10-20 biji atau lebih.

b.Karakteristik batang Cuisenaire

Menurut Sundayana dalam Izmi (2017) Batang Cuisenaire memiliki

karakteristik yaitu media yang berasal dari kayu berbentuk balok yang memiliki

ukuran berbeda-beda pada tiap balok tersebut. Balok Cuisenaire memiliki bentuk

balok yang terdiri dari balok-balok yang berukuran sebagai berikut:

1 x 1 x 1 cm berwarna putih

2 x 1 x 1 cm berwarna merah

3 x 1 x 1 cm berwarna hijau muda

4 x 1 x 1 cm berwarna ungu

5 x 1 x 1 cm berwarna kuning

6 x 1 x 1 cm berwarna hijau tua

7 x 1 x 1 cm berwarna hitam
8 x 1 x 1 cm berwarna coklat

9 x 1 x 1 cm berwarna biru muda

10 x 1 x 1 cm berwarna orange

c. Kelebihan dan kekurangan alat peraga batang Cuisenaire

Menurut Erita (2016)Dalam penggunaan media batang Cuisenaire ini memiliki

kelebihan-kelebihan, yaitu :

1) Mengembangkan kemampuan berhitung pada anak

2) Memudahkan dalam menyelesaikan persoalan penjumlahan,

pengurangan, perkalian, pembagian

3) Mudah dalam pemakaian, menambah kesenangan anak untuk

bereksperimen dan bereksplorasi.

4) Aman (tidak mengandung unsur yang membahayakan anak misalnya

tajam, beracun dan lain-lain),

5) Dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal. 6) Warna

(kombinasi warna) serasi dan menarik.

7) Bahan dan alat produksinya mudah diperoleh, dan dapat dipakai berkali-

kali.

Selain mempunyai kelebihan, media batang Cuisenaire juga memiliki kekurangan-

kekurangan, yaitu:

1) Pengoperasian hitung dengan menggunakan media batang Cuisenaire ini

tidak bisa menggunakan angka minus.


2) Jumlah angka terbatas. Semakin besar angka, maka semakin panjang

media batangnya, sehingga akan sulit bagi siswa untuk menggunakannya.

d.Manfaat alat peraga batang Cuisenaire.

Rostina Sundayana dalam Rahayu et al.,(2016) mengatakan Batang

Cuisenaire diciptakan oleh George Cuisenaire, dibuat untuk membantu anak-anak

dalam belajar matematika mengenai konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian,

dan pembagian bilangan bulat, yang memiliki kekhususan pada warna dan panjang

masing-masing batang.

2.2.2 Hasil Belajar

a.Pengertian hasil belajar

Menurut Nawawi (dalam Kurniasih, 2014 ) menyatakan bahwa hasil belajar

dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi

pelajaran di Sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes

mengenal jumlah materi pelajaran tertentu.

Menurut S. Nasution dalam buku Kunandar berpendapat bahwa “Hasil

belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya berupa

pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi

individu yang belajar”.

Menurut Sudjana (dalam Firmansyah, 2015) Hasil belajar adalah

kemampuan- kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa setelah ia mengalami

proses belajarnya.
Menurut beberapa pengertian, maka dapat disimpulkan hasil belajar yaitu

hasil akhir yang dimiliki atau diperoleh siswa setelah ia mengalami proses belajar

yang ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau simbol atau angka, dan hal ini

biasa dijadikan tolak ukur berhasil atau tidaknya siswa tersebut dalam

pembelajaran.

b.Jenis-Jenis Hasil Belajar

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan

menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S. Bloom dalam (Setyowati,

2007) secara garis besar membaginya menjadi tiga :

a. Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis

dan penilaian.

b. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi

lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,

organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

c. Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-

benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil

belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih

menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi

bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.


c.Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Munadi dalam Rusman. T (2013 ) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Sementara faktor eksternal

meliputi faktor lingkungan dan faktor instrumental.

a.Faktor Internal ( yang berasal dari dalam diri sendiri )

1.Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar. Bila seseorang yang tidak selalu sehat, sakit kepala,

demam, pilek batuk dan sebagainya dapat mengakibatkan tidak bergairah

untuk belajar. Demikian pula halnya jika Kesehatan rohani (jiwa) kurang

baik.

2. Intelegensi dan Bakat

Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan

belajar. Seseorang yang mempunyai intelegensi baik (IQ-nya tinggi)

umumnya mudah belajar dan hasilnyapun cenderung baik. Bakat juga besar

pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar. Jika seseorang

mempunyai intelegensi yang tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang

dipelajari, maka proses belajar akan lebih mudah dibandingkan orang yang

hanya memiliki intelegansi tinggi saja atau bakat saja.

3. Minat dan Motivasi

Minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan juga datang dari

sanubari. Timbulnya minat belajar disebabkan beberapa hal, antara lain


karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh

pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang atau bahagia. Begitu pula

seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat, akan melaksanakan

kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah dan

semangat.Motivasi berbeda dengan minat. Motivasi adalah daya penggerak

atau pendorong.

4. Cara belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya.

Belajar tanpa memperhatikan teknik dan factor fisiologis, psikologis, dan

ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang.

b.Faktor Eksternal ( yang berasal dari luar diri individu )

1. Keluarga

Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak

dalam belajar, misalnya tinggi rendahnya pendidikan, besar kecilnya

penghasilan dan perhatian.

2. Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan

anak. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan

kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah dan

sebagainya, semua ini mempengaruhi keberhasilan belajar.

3. Masyarakat
Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar. Bila sekitar tempat

tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang

berpendidikan, terutama anak-anaknya, rata-rata bersekolah tinggi dan

moralnya baik, hal ini akan mendorong anak giat belajar.

4. Lingkungan sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat mempengaruhi hasil

belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan

lalu lintas dan sebagainya semua ini akan mempengaruhi kegairahan

belajar.

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan hasil observasi yang didapatkan peneliti di SDN 3 INPRES

TONDO, mengenai rendahnya hasil belajar matematika pada pokok bahasan

perkalian pada kelas 5, dimana dapat dilihat bahwa hasil belajarnya rendah

karena dapat dilihat dari nilai KKMnya yaitu tidak memenuhi standar KKM

yang telah ditetapkan pada mata pelajaran tersebut. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan oleh peneliti yang menjadi penyebab rendahnya

hasil belajar dikelas V tersebut karena kurangnya alat peraga yang digunakan

oleh guru dalam penyampaian materi tentang perkalian. Guru harus

memfasilitasi dalam pembelajaran yaitu dengan memberikan alat peraga

dengan adanya alat peraga maka siswa akan lebih mudah dalam memahami

perkalian.

Penggunaan media pembelajaran yang berupa alat peraga merupakan salah

satu cara yang tepat digunakan untuk menciptakan pembelajaran matematika


yang efektif pada siswa SD sehingga diharapkan konsep akan lebih mudah

dipahami secara jelas. Alat peraga yang akan digunakan dalam pembahasan

perkalian ini adalah dengan menggunakan alat peraga Batang Cuisenaire.

Dimana alat peraga ini dapat membantu siswa untuk memahami perkalian

dengan menghitung dengan cepat.

Kepada guru diharapkan menggunakan alat peraga batang Cuisenaire dalam

mata pelajaran matematika khusunya pada pokok bahasan perkalian karena,

Dengan penggunaan alat peraga Batang Cuisenaire, siswa dapat menghitung

perkalian tersebut dengan benar dan tepat. Siswapun menjadi aktif dalam

pembelajarannya.
Kondisi awal

Pre-test Kemampuan Pre-test Kemampuan

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Media belajar Batang Cuisenaire

Postes
Postest Kemampuan akhir
Kemampuan akhir

Analisis Data
Hasil Belajar

Tidak ada pengaruh Adanya Pengaruh


2.1 Bagan Karangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Ha. Ada pengaruh Penggunaan alat peraga batang Cuisenaire terhadap hasil

belajar tondo pada mata pelajaran matematika pokok bahasan perkalian pada

siswa kelas V SDN 3 Inpres

Ho. Tidak ada pengaruh penggunaan alat peraga batang Cuisenaire terhadap

hasil belajar pada mata pelajaran matematika pokok bahasan perkalian pada

siswa kelas V SDN 3 Inpres Tondo.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan jenis penelitian

kuasi eksperimen, kuasi eksperimen merupakan satu metode penelitian yang

bertujuan untuk memprediksi keadaan yang dapat dicapai melalui eksperimen yang

sebenarnya, tetapi tidak ada pengontrolan dan atau manipulasi terhadap seluruh

variabel yang relevan. Dalam bidang pendidikan metode penelitian eksperimen

adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu

tindakan atau perlakuan tertentu yang sengaja dilakukan terhadap suatu kondisi

tertentu.

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

Nonequivalent Control Group Design atau One Group Design. Penentuan bentuk

desain penelitian akan menyesuaikan dengan kondisi hasil uji pretest. Jika tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara dua kelompok yang diuji, maka kedua

kelompok dapat digunakan sebagai kelompok eksperimen atau kelompok kontrol

dalam bentuk desain penelitian Nonequivalent Control Group Design. Sebaliknya

apabila terdapat perbedaan yang signifikan, maka akan digunakan satu kelompok

saja dengan bentuk desain penelitian One Group Design.


3.2 Populasi dan sampel

1.Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang

meiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa di kelas V SDN INPRES 3 TONDO

2.Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. menurut Soenarto, sampel adalah suatu bagian yang dipilih

dengan cara tertentu untuk mewakili seluruh kelompok populasi, Pengambilan

sampel merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan

perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian.

Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan cara porposif.

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah kelas V A SDN INPRES 3 TONDO

yang akan digunakan sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen.

3.3 Definisi operasional variable

Variabel bebas merupakan variabel perlakuan. Dalam penelitian ini variable

bebasnya adalah alat peraga batang Cuisenaire. Media batang Cuisenaire

merupakan suatu jenis balok yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan

kecerdasan matematika, berhitung, pengenalan bentuk lambang bilangan,

peningkatan keterampilan bernalar, penambahan dan pengurangan angka-angka.

Menurut George Cuisenaire dalam KOMARIYAH (2017) Batang Cuisenaire

merupakan satu set batang berbentuk balok yang mempunyi warna dan panjang
yang berbeda-beda. Warna dan panjang tiap-tiap balok mewakili angka bilangan 1

sampai dengan 10.

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Hasil belajar siswa. Menurut Catharina

Tri Anni dalam (Setyowati, 2007) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang

diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar juga

merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar

3.4 Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah cara yang digunakan

untuk memperoleh data-data empiris untuk mencapai tujuan penelitian. Teknik

pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:

a.Observasi

Pada teknik observasi menggunakan lembar observasi sebagai alat penilaian

untuk mendapatkan hasil selama proses pembelajaran. Observasi dilakukan

sebelum penelitian. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi langsung

melalui lembar pengamatan observer, untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan

tindakan sesuai rencana yang telah dirancang dan mengetahui aktivitas siswa

selama pembelajaran berlangsung.

b.Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses yang dilakukan secara sistematis mulai dari

pengumpulan hingga pengelolaan data yang menghasilkan kumpulan dokumen.

Dokumentasi itu sendiri tujuannya adalah untuk memperoleh dokumen yang


dibutuhkan berupa keterangan dan hal-hal yang membuktikan adanya suatu

kegiatan yang didokumentasikan.

c. Tes

Tes yang digunakan berupa soal essay dengan lima indikator sesuai dengan

kompetensi dasar. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum perlakuan

(pretest) dan sesudah perlakuan (posttest). Instrument tes yang digunakan pada

pretest dan posttest merupakan instrument yang sama hal ini dimaksudkan agar

tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrument terhadap perubahan pengetahuan

dan pemahaman yang terjadi.

D.Kuesioner

Kuesioner adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk

mendapatkan jawaban dari responden dengan cara mengisi beberapa pertanyaan.

Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi. Kuesioner dilakukan kepada siswa

tentang pendapat siswa setelah belajar menggunakan alat peraga Batang

Cuisenaire.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupaka suatu alat ukur dalam penelitian, sehingga

instrumen penelitian merupaka suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena yang diamati, fenomena dalam hal ini disebut variabel penelitian.

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah tes dan non

tes.

Tes adalah prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas-tugas yang

distandardisasikan dan diberikan kepada individu atau kelompok untuk dikerjakan,


dijawab atau di respons, baik dalam bentuk tertulis, lisan maupun perbuatan. Test

ini digunakan untuk menilai karakteristik hasil belajar perkalian siswa. Non test

yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Materi tes hasil belajar pada

mata pelajaran matematika materi perkalian adalah tentang operasi hitung perkalian

bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.

3.6 Teknik Analisis Data

Pengolahan data merupakan kegiatan pokok yang wajib dilakukan oleh para

peneliti. Analisis data dimaksudkan untuk melakukan pengujian hipotesis dan

menjawab rumusan masalah yang diajukan. Uji prasyarat dalam penelitian ini

meliputi:

1.Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji tingkat kenormalan distribusi data.

Teknik uji normalitas adalah Shapiro Wilk Test apabila jumlah data kurang dari 50,

sedangkan jika data berjumlah lebih dari 50 maka menggunakan Kolmogorov

Smirnov Test.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians dilakukan untuk menyelidiki terpenuhi atau

tidaknya pada varians antar kelompok.


3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah H0 di terima

atau ditolak. Uji hipotesis penelitian ini berpacu pada hasil uji prasyarat, jika data

memiliki varian yang sama dan berdistribusi normal maka menggunakan statistik

parametris dan apabila sebaliknya data tidak memiliki varian yang sama dan tidak

berdistribusi normal maka menggunakan statistik nonparametris.

Hipotesis penelitian ini menggunakan hipotesis asosiatif, karena penelitian

ingin mengetahui pengaruh dari pemberian tindakan yang diberikan oleh peneliti

kepada subjek penelitian. Namun, ternyata hipotesis asosiatif tidak bisa peneliti

amati secara langsung pengaruh pemberian tindakan terhadap subjek penelitian,

oleh karena itu akhirnya peneliti mengamati gejala dari tindakan yang diberikan

kepada subjek penelitian. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa

yang pembelajarannya menggunakan alat peraga Batang Cuisenaire dengan siswa

yang pembelajarannya konvensional. Maka hipotesisnya termasuk dalam hipotesis

komparatif.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang pembelajarannya

menggunakan alat peraga Batang Cuisenaire dengan siswa yang pembelajarannya

konvensional.

Ha : terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang pembelajarannya

menggunakan alat peraga Batang Cuisenaire dengan siswa yang pembelajarannya

konvensional.

Anda mungkin juga menyukai