Anda di halaman 1dari 13

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TIGA DIMENSI UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS


V SDN 1 ALAS TENGAH SITUBONDO
Oleh
Ahmad Zubaidi(1) Reki Lidyawati(2)
ABSTRAK
Guru seharusnya lebih kreatif dalam proses pembelajaran dan juga harus
mengetahui kekurangan dan kesulitan yang dialami anak didiknya. Sehingga guru
dapat mengetahui cara yang tepat digunakan dalam sebuah pembelajaran, baik dari
segi sikap guru, metode yang digukan seperti media tiga dimensi yang dapat
mempermudah siswa memahami suatu permasalahan dalam pelajaran agar siswa tidak
berpikir secara abstrak dan salah.Tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui
pengaruh penggunaan media tiga dimensi terhadap peningkatan hasil belajar
matematika materi volume kubus dan balok pada siswa kelas V SDN 1 Alastengah
Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo semester ganjil tahun pelajaran
2012-2013; 2) Untuk meningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan media
pembelajaran tiga dimensi pelajaran matematika materi volume kubus dan balok pada
siswa kelas V SDN 1 Alastengah Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo
semester ganjil tahun pelajaran 2012-2013. Metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian tindakan kelas, disusun dalam siklus berrdaur terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi yang dilaksanakan 2 (dua) siklus. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah : 1) metode observasi untuk mengamati
aktifitas siswa; 2) metode tes untuk mengetahui hasil belajar siswa; 3) metode
wawancara untuk mengetahui pendapat siswa tentang kepuasan belajar. Subjek yang
digunakan adalah siswa kelas V yang berjumlah 29 siswa. Data yang terkumpul
dianalisis secara deskriptif kualitatif. Kesimpulan dari penelitian adalah pembelajaran
dengan media tiga dimensi memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar
siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus
yaitu siklus I (62%) dan siklus II (83%).

Kata – kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika,
Sekolah Dasar.

1. PENDAHULUAN
Suatu proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk memberikan
pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar
siswa, siswa dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka
pencapaian kompetensi dasar. Salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam
kurikulum sekolah dasar yaitu matematika. (Sujono dalam Hamzah, 2001:8),
“matematika perlu diajarkan di sekolah karena matematika menyiapkan siswa
menjadi pemikir dan penemu, matematika membantu menyiapkan siswa menjadi
warga negara yang hemat, cermat dan efisien, serta matematika membantu siswa

1) Guru SDN 1 Alas Tengah 1


2) Dosen FKIP UNEJ
3) Dosen FKIP UNARS
mengembangkan karakternya”. Pendapat lain adalah menurut (Stanic dalam Hamzah,
2001:8), “menegaskan bahwa tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah
untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa, peningkatan kreativitas dan kritis”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika di
sekolah merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kecerdasan siswa. Untuk
mewujudkan proses pembelajaran matematika yang lebih bermakna dengan hasil
belajar siswa yang tinggi, guru harus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan
strategi dan membuat media yang dapat memudahkan siswa dalam proses belajar
mengajar.
Matematika adalah pengetahuan atau ilmu mengenai logika dan problem-
problem numeric. Selanjutnya juga dikatakan bahwa matematika merupakan bahan
kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif,
yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran
sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika
bersifat sangat kuat dan jelas (Depdiknas dalam Sukri 2003:7). Dari penjelasan ini
dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu kegiatan interaksi
antara guru dengan siswa dalam mentransfer ilmu dan pengetahuan mengenai logika
dan problem numeric yang memiliki objek abstrak dan dibangun sebagai akibat logis
dari kebenaran sebelumnya.
Salah satu materi yang diajarkan dalam matematika sekolah dasar adalah
menghitung volume kubus dan balok. Untuk mengenalkan konsep menghitung
volume kubus dilakukan melalui 3 tahap, yaitu tahap pengenalan konsep secara
konkrit, tahap pengenalan konsep secara semi konkrit dan semi abstrak, dan tahap
pengenalan konsep secara abstrak. Pembelajaran matematika pada siswa SD, masih
berada pada tahap pertama, yaitu tahap pengenalan konsep secara konkrit
Pada umumnya guru memulai suatu pembelajaran matematika, langsung
pada pemaparan materi, kemudian pemberian contoh soal dari guru dan selanjutnya
mengevaluasi siswa melalui latihan soal. Siswa menerima pelajaran matematika
secara pasif dan bahkan hanya penghafalan rumus-rumus tanpa memahami makna dan
manfaat dari apa yang telah dipelajari. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa
rendah dan tidak mengalami peningkatan yang berarti. Seperti yang dialami oleh guru
di SDN 1 Alastengah kecamatan Sumbermalang kabupaten Situbondo.

2
Berdasarkan hasil analisis penilaian evaluasi pada kegiatan akhir
pembelajaran, hanya 46% dari 29 siswa yang mencapai nilai SKBM. Hal ini dapat
dilihat dari diagram di bawah ini :

54% 46%

Mencapai SKBM Tidak Mencapai SKBM

Gambar 1.1 Diagram persentase hasil belajar siswa dalam pencapaian SKBM
Hasil observasi dan diskusi dengan teman sejawat, menyimpulkan bahwa
pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan kurang menarik karena tidak ada
media pembelajaran yang digunakan guru selain papan dan spidol. Guru yang
sekaligus berperan sebagai peneliti, mencoba meningkatkan hasil belajar siswa
melalui penggunaan media pembelajaran tiga dimensi sederhana. Mengingat
keterbatasan alat peraga yang dimiliki SDN 1 Alastengah kecamatan Sumbermalang
kabupaten Situbondo, maka peneliti mencoba merancang dan membuat media
pembelajaran sendiri.
Media pembelajaran yang akan digunakan nantinya adalah berupa kubus
besar, dan balok besar serta kotak-kotak kecil berbentuk kubus (sebagai kubus
satuan),. Kelemahan penggunaan media pembelajaran ini adalah pembuatannya
membutuhkan waktu cukup lama. Sedangkan kelebihannya adalah memudahkan
pemahaman siswa dalam menghitung volume kubus dan balok. Sehingga siswa tidak
membayangkan bentuk balok secara imajinasi, tetapi langsung aslinya. Di samping
itu, penggunaan warna pada media akan menarik perhatian siswa. Penggunaan media
pembelajaran yang menarik akan membantu siswa dalam memahami konsep dasar
matematika. Apabila konsep dasar sudah dipahami, pastinya akan membantu
meningkatkan hasil belajar siswa.
Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Menurut
(Schramm dalam Sukri, 2010:7) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah
teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
(Briggs dalam Sukri, 2010:7) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana
fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran, seperti buku, film, video, dan
sebagainya.

3
Evie & Lentz (dalam Sukri, 2010:9) mengemukakan empat fungsi media
pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektik, (c)
fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris. Fungsi atensi, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang
berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi
pelajaran. Fungsi afektif, dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar
(atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah
emosi dan sikap siswa. Fungsi kognitif, terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan
untuk memahami dan mengingatkan informasi atau pesan yang terkandung dalam
gambar. Fungsi kompensatoris, terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual
berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan
memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Media tiga dimensi ialah sekelompok media tanpa proyeksi yang penilaiannya
secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda
asli baik hidup maupun mati, dan dapat pula berwujud sebagai tiruan yang mewakili
aslinya. Benda asli ketika akan difungsikan sebagai media pembelajaran dapat dibawa
langsung ke kelas, atau siswa sekelas dikerahkan langsung ke dunia sesungguhnya
dimana benda asli itu berada, maka benda tiruannya dapat pula berfungsi sebagai
media pembelajaran yang efektif.
Moedjiono (dalam Nurhaidayati 2008:17) mengatakan bahwa media
sederhana tiga dimensi memiliki kelebihan-kelebihan, diantaranya yaitu : 1)
memberikan pengalaman secara langsung; 2) penyajian secara konkrit; 3) dapat
menunjukkan obyek secara utuh baik konstruksinya maupun cara kerjanya; 4) dapat
memperlihatkan struktur organisasi secara jelas; 5) dapat menunjukkan akar suatu
proses secara jelas.
Media tiga dimensi juga memiliki kelemahan yaitu tidak bisa menjangkau
sasaran dalam jumlah yang besar, penyimpanannya memerlukan ruang yang besar,
dan perawatannya rumit.
Berdasarkan klasifikasi media pembelajaran yang telah diuraikan
sebelumnya, media kotak bekas termasuk media sederhana tiga dimensi. Media kotak
bekas sangat mudah diperoleh, misalnya bekas kardus kapur tulis, kardus tempat
sepatu, dan lain-lain. Guru yang sekaligus berperan sebagai peneliti disini, membuat

4
media yang bahan pembuatannya dari gabus/ sterofom/ kardus dan cat bekas. Berikut
ini contoh hasil pembuatan media sederhana tiga dimensi.

Gambar 2.1 Kubus, Balok, dan Kubus Satuan


Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik (Wikipedia dalam Sukri, 2010:6).
Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau
pengetahuan sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku. Setelah belajar, siswa
diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang didapatnya di
mana dia sebelumnya tidak dapat melakukan. Menurut (Sudjana 1990:22) hasil
belajar diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajar. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa yang
ditunjuk melalui perubahan tingkah laku setelah mengalami pengalaman belajar,
misalnya perubahan dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak mengerti menjadi
mengerti.
Hasil belajar siswa juga dapat diketahui melalui penilaian dan evaluasi. Hal
ini didasarkan pada pendapat (Dimyati dalam Nurhaidayati, 2008:12),” bahwa
penilaian itu menetapkan baik buruknya hasil kegiatan pembelajaran yang
menekankan diperolehnya informasi tentang siswa dalam mencapai tujuan belajar,
sedangkan evaluasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana bahan yang dipelajari
dapat dipahami oleh siswa. Tujuan utama evaluasi hasil belajar adalah untuk
mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa yang ditandai dengan skala
nilai berupa huruf, kata atau simbol”. (Dimyati dan Mudjiono dalam Nurhaidayati
2008:18), “Hasil belajar dapat diketahui atau diukur oleh guru dengan menggunakan

5
skor dari evaluasi hasil belajar”. Hasil belajar yang akan diteliti dalam penelitian ini
adalah ketuntasan belajar siswa yang dibuktikan dengan nilai ulangan harian siswa.
Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut, maka diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut : 1) Bagaimanakah pengaruh penggunaan media tiga dimensi
terhadap peningkatan hasil belajar matematika materi volume kubus dan balok pada
siswa kelas V SDN 1 Alastengah Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo
semester ganjil tahun pelajaran 2012-2013?; 2) Bagaimanakah peningkatan hasil
belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran tiga dimensi pelajaran
matematika materi volume kubus dan balok pada siswa kelas V SDN 1 Alastengah
Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondosemester ganjil tahun pelajaran
2012-2013?
Tujuan Penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui pengaruh penggunaan
media tiga dimensi terhadap peningkatan hasil belajar matematika materi volume
kubus dan balok pada siswa kelas V SDN 1 Alastengah Kecamatan Sumbermalang
Kabupaten Situbondo semester ganjil tahun pelajaran 2012-2013: 2) Untuk
meningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran tiga
dimensi pelajaran matematika materi volume kubus dan balok pada siswa kelas V
SDN 1 Alastengah Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo semester ganjil
tahun pelajaran 2012-2013.
Manfaat penelitian ini adalah :1) Bagi Peneliti, dapat menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh perkuliahan dan menambah
pengalaman dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang ada di kelas; 2)
Bagi Pesrta Didik, dapat memahami penjelasan guru secara terperinci tanpa
berimajinasi/ membayangkan objek yang tidak jelas dan lebih termotivasi dan tertarik
kepada mata pelajaran matematika yang selama ini dianggap sebagai pelajaran yang
sulit dan menakutkan karena media tiga dimensi membuat pembelajaran lebih
menarik, menyenangkan dan mudah di mengerti; 3) Bagi Guru Matematika, dapat
menjadi stimulus bagi guru untuk selalu memperbaharui metode dan media
pembelajaran yang akan digunakan agar pembelajaran menjadi menarik dan
menyenangkan serta dapat digunakan sebagai salah satu alternative bila siswa
kesulitan dalam pelajaran matematika khususnya materi volume kubus dan balok.

2. METODOLOGI PENELITIAN

6
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Alastengah
Kecamatan Sumbermalang Kabupaten Situbondo, tahun ajaran 2012-2013 berjumlah
siswa 29 siswa, yaitu 13 putra dan 16 putri yang berusia kurang lebih 10-11 tahun
dengan materi pokok volume kubus dan balok
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK)
dengan masing-masing siklus terdiri atas 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi.
Teknik perolehan data adalah cara yang dapat digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data menurut Arikunto (dalam Sukri, 2010:20). Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Observasi, (2) Dokumentasi, (3) Interview,
(4) Tes.
Data dianalasis dalam penelitian ini adalah. Menggunakan metode deskriptif
kualitatif.
Untuk menghitung keberhasilan guru dalam menerapkan media tiga dimensi dapat
dihitung dengan rumus:
Jumlah skor
Pgr = x100%
skormaksimal
Tabel 3.1 Kriteria aktivitas guru
Persentase Kriteria Keaktifan
75% ≤ P ≤ 100 Sangat Terampil
50% ≤ P < 75% Terampil
25% ≤ P < 50% Cukup Terampil
P < 25% Tidak Terampil
Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut.
E= x 100%

Keterangan :
E = persentase ketuntasan belajar siswa
n = jumlah siswa yang tuntas belajar
N = jumlah seluruh siswa
Tabel 3.2 Kriteria persentase hasil belajar siswa
Persentase Kriteria
80% ≤ P ≤ 100 Sangat Baik
70% ≤ P < 79% Baik
60% ≤ P < 69% Cukup Baik
P < 59% Tidak Baik
Indikator keberhasilan untuk media tiga dimensi adalah : apabila proses
pembelajaran dengan media tiga dimensi dapat dilaksanakan ≥75% dari rencana
perbaikan pembelajaran yang dibuat atau katagori guru sangat terampil dalam

7
penggunaan media tiga dimensi. Indikator keberhasilan untuk hasil belajar siswa
adalah sebagai berikut:
1. Daya serap perorangan, seorang siswa dikatakan tuntas apabila telah mencapai
hasil ≥ 60 dari nilai maksimal 100.
2. Daya serap klasikal, suatu kelas dikatakan tuntas apabila terdapat minimal 80%
telah mencapai nilai ≥ 60.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pada penelitian tindakan kelas ini, bertujuan untuk mengetahui pengaruh
media tiga dimensi terhadap hasil belajar, selain itu juga bertujuan untuk mengetahui
hasil belajar siswa baik sebelum pembelajaran maupun setelah pembelajaran dengan
menggunakan media tiga dimensi. Penelitian ini dilaksanakan dua (2) siklus, sebelum
dilakukan tindakan dilakukan pra siklus.
Dari hasil data yang diperoleh untuk pra siklus, hasil belajar siswa sebelum
pelaksanaan perbaikan pembelajaran; hanya 46% siswa yang mencapai nilai SKBM.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan kompetensi dasar
menghitung volume kubus dan balok belum dikatakan berhasil dan perlu diadakan
perbaikan pembelajaran. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil
belajar siswa adalah media pembelajaran (spidol dan papan) yang digunakan guru
tidak dapat membantu siswa memahami materi yang dipelajari. Pada saat
pembelajaran berlangsung guru hanya menggambar bangun ruang kubus dan balok
sebagai media, sehingga aktifitas guru yang digunakan untuk menggambar di papan
tulis menyita waktu pembelajaran (5 menit). Setelah guru selesai menggambar dan
akan memulai menjelaskan materi, sebagian besar siswa sulit untuk fokus kembali
pada pembelajaran karena siswa sudah asyik bercerita dengan temannya. Guru sering
kali menenangkan suasana kelas yang ramai, hingga waktu pembelajaran menjadi
tidak efisien. Hal ini berdampak pada saat siswa mengerjakan soal evaluasi. Karena
waktu untuk mengerjakan soal terbatas dan ditambah dengan pemahaman siswa
terhadap materi belum sepenuhnya dikuasai. Sehingga hasil belajar siswa kurang
memuaskan.
Melihat hasil data dari pra siklus, maka dilanjutkan tindakan siklus I. Data
hasil siklus I dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Hasil Belajar Siswa Siklus I

8
Perolehan Nilai Siswa Persentase (%)
Tuntas (≥ 60) 18 62%
Belum Tuntas (< 60) 11 38%
Jumlah 29 100%
Dari tabel di atas menunjukkan jumlah siswa yang mengalami ketuntasan
belajar sebanyak 18 siswa. Hal ini berarti ketuntasan belajar individual mencapai
62%. Sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 11 siswa
(38%). Jika dibandingkan dengan hasil belajar sebelum dilakukan tindakan, hasil
belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Akan tetapi, hasil
tersebut masih belum mencapai ketuntasan klasikal seperti yang telah ditetapkan yaitu
80%. Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus I, hasil belajar siswa
mengalami peningkatan yang baik. Penggunaan media pembelajaran tiga dimensi
ternyata membawa dampak yang cukup baik terhadap hasil belajar siswa.
Pembelajaran pun menjadi menjadi menyenangkan, dengan ditunjukkannya sikap
antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran. Keaktifan siswa juga tampak dengan
menunjukkan perwakilan siswa untuk memasukkan kubus satuan. Hanya saja guru
mengalami sedikit kesulitan untuk menjelaskan arti panjang, lebar, dan tinggi balok
dengan menggunakan kubus satuan. Guru harus mengeluarkan kembali satu-persatu
kubus satuan untuk menjelaskan arti panjang, lebar, dan tinggi.
Refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru kelas V setelah proses
pembelajaran. Hal yang dilakukan pada tahap ini, menganalisis, menjelaskan, dan
menyimpulkan hasil dari observasi dan hasil tes siswa.
Hasil refleksi pada pelaksanaan siklus I yaitu masih adanya kelemahan-
kelemahan yang menyebabkan hasil yang diperoleh pada siklus I tidak optimal, antara
lain :
1. Peneliti dan guru kelas masih mengalami sedikit hambatan. Masih ada sebagian
perencanaan yang terlewati yaitu guru kurang memberi arahan dan sanksi bagi
siswa yang kurang disiplin. akibatnya ada beberapa siswa yang bergurau pada saat
menyelesaikan tugas. Sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang masih
belum mencapai kriteria yang ditentukan.
2. Siswa kurang memanfaatkan dengan baik waktu yang diberikan oleh guru,
sehingga masih ada beberapa soal yang belum terselesaikan.

9
3. Rasa malu dan ragu untuk mengutarakan pendapatnya serta bertanya pada saat
kegiatan presentasi, merupakan hal baru dan jarang dilakukan membuat kegiatan
presentasi ini serasa kurang hidup, dan bertepuk sebelah tangan.
Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ada, maka peneliti merasa perlu
mengadakan siklus II untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran
sehingga nilai yang dicapai siswa akan lebih baik dan ketuntasan belajar siswa akan
meningkat.
Data hasil pelaksanaan tindakan siklus II dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Hasil Belajar Siswa Siklus II
Perolehan Nilai Jumlah Siswa Persentase (%)
Tuntas (≥ 60) 24 83%
Belum Tuntas (< 60) 5 17%
Jumlah 29 100%
Tabel di atas menunjukkan jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar
sebanyak 24 siswa. Hal ini berarti ketuntasan belajar individual mencapai 83%.
Sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 5 siswa (17%).
Jika dibandingkan dengan hasil belajar sebelum dilakukan tindakan, hasil belajar
siswa mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
Berdasarkan analisis data presentase aktivitas siswa secara klasikal pada siklus
II yaitu mencapai 83%, sedangkan hasil belajar siswa secara klasikal siklus II yaitu
mencapai 83%. Hasil refleksi pada siklus II dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat oleh peneliti maka penelitian ini dinyatakan telah
selesai dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Kemampuan guru pada pembelajaran matematika dengan menggunakan
Media tiga dimensi mengalami peningkatan. Hal itu dapat dilihat pada tabel 3.3 di
bawah ini:
Tabel 3.3 Perbandingan Kemampuan Guru Siklus I Dan Siklus II

Kemampuan Guru Jumlah Skor Persentase % Kriteria


Siklus I 51 78 % Terampil
Siklus II 59 95 % Sangat terampil

10
Berdasarkan uraian pada Tabel3.3 diketahui bahwa pada siklus II aktivitas
guru mengalami peningkatan di banding dengan siklus I. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa peningkatan aktivitas guru dari siklus I ke siklus II sebesar 17%.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa
siswa mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa yang tuntas hanya 13 orang
dengan persentase 46%, untuk siklus I siswa yang tuntas 18 orang dengan persentase
62%. sedangkan pada siklus II meningkat, siswa yang tuntas menjadi 24 orang dengan
persentase 83%. Jadi siswa dapat dikatakan tuntas karena terdapat ≥ 80% siswa yang
telah mencapai nilai ≥ 60.

100%

80%

60%

40%

20%

0%
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Rata-rata Hasil Belajar (%)

Gambar 4.1 Data grafik peningkatan rata-rata hasil belajar per siklus
Berdasarkan pelaksanaan penelitian, yang dimulai dari observasi awal sampai
pada pelaksanaan siklus penelitian diperoleh beberapa temuan penelitian. Secara
umum temuan penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian adalah :
a. Proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran Matematika yang
materinya sangat luas jika hanya disampaikan dengan menggunakan metode
ceramah saja tanpa melibatkan siswa secara aktif, belum mampu
mengoptimalkan hasil belajar. Hal ini didasarkan pada hasil belajar siswa yang
belum mencapai kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu ±80%. Hasil
belajar siswa juga dapat diketahui melalui penilaian dan evaluasi. Hal ini
didasarkan pada pendapat (Dimyati dalam Nurhaidayati, 2008:12),” bahwa
penilaian itu menetapkan baik buruknya hasil kegiatan pembelajaran yang
menekankan diperolehnya informasi tentang siswa dalam mencapai tujuan
belajar, sedangkan evaluasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana bahan
yang dipelajari dapat dipahami oleh siswa. Tujuan utama evaluasi hasil belajar
adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa yang

11
ditandai dengan skala nilai berupa huruf, kata atau simbol”. (Dimyati dan
Mudjiono dalam Nurhaidayati 2008:18), “Hasil belajar dapat diketahui atau
diukur oleh guru dengan menggunakan skor dari evaluasi hasil belajar”. Hasil
belajar yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah ketuntasan belajar siswa
yang dibuktikan dengan nilai ulangan harian siswa.
b. Penggunaan media tiga dimensi membawa dampak yang positif terhadap
proses pembelajaran, siswa terlihat bersemangat dan aktif dalam mengikuti
pelajaran, siswa dapat menyelesaikan soal matematika sehingga hasil belajar
yang diperoleh mencapai target yang diinginkan dalam ulangan harian yang
diadakan. Pengaruh penggunaan media tiga dimensi terhadap peningkatan
hasil belajar yaitu sangat besar. Penggunaan media tiga dimensi perubahan
tingkah laku dan antusias siswa jelas terasa, diantaranya siswa lebih aktif
mendengarkan penjelasan guru karena adanya media yang dibuat berwarna
sangat menarik dan lain dari yang lain, selain itu siswa lebih mengerti tentang
volume kubus dan balok secara kongkrit karena guru langsung mempraktikkan
bersama-sama, serta siswa tidak perlu kesulitan dalam berimajinasi
membayangkan bentuk kubus dan balok yang belum tentu benar dalam
imajinasinya.
c. Berdasarkan hasil post test I pada siklus I setelah diterapkan penggunaan
media tiga dimensi mencapai persentase 62% dari 29 siswa 18 siswa telah
tuntas dan 11 siswa belum tuntas. Sedangkan pada post test II siklus II
mencapai persentase 83% yang diikuti 29 siswa, 24 siswa telah tuntas dan 5
siswa belum tuntas. Dilihat dari hasil post test pada siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan yang menunjukkan siswa telah memahami materi
pelajaran Matematika pada materi menghitung volume kubus dan balok.
Berdasarkan temuan yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini, maka
dengan menggunakan media tiga dimensi dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Selain itu siswa memperoleh cara belajar yang menyenangkan karena siswa diajak
langsung terlibat dalam pembelajaran. Cara belajar yang membuat siswa senang dan
tidak jenuh akan mempermudah siswa untuk mengingat dan memahami materi yang
dipelajari.
4. PENUTUP
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: pembelajaran dengan
media tiga dimensi memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa
12
yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus yaitu
siklus I (62%) dan siklus II (83%). Penerapan media tiga dimensi dalam materi volume
kubus dan balok mempunyai pengaruh positif yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa yang ditunjukkan dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata
jawaban siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode
pembelajaran yang menggunakan media tiga dimensi sehingga mereka menjadi
termotivasi untuk belajar.
Jadi pembelajaran matematika dengan menggunakan media tiga dimensi
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika kelas V materi
volume kubus dan balok di SDN 1 Alastengah tahun pelajaran 2012/2013 dengan
persentase ≥ 80% siswa yang telah mencapai nilai ≥ 60.
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, tidak lupa peneliti
memberikan saran yang perlu untuk dipertimbangkan. Yang pertama untuk
melaksanakan media tiga dimensi memerlukan persiapan yang cukup matang baik alat
maupun persiapan guru itu sendiri. Sehingga guru siap mempresentasikan pelajaran
dengan media tiga dimensi ini, dan juga harus bisa menentukan atau memilih materi
pelajaran yang benar-benar bisa diterapkan dengan media tiga dimensi dalam proses
belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. Yang ke dua dalam rangka
meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan
berbagai metode pembelajaran yang baru dan inovatif, walau dalam taraf yang
sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh
konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-
masalah yang dihadapinya. Yang ketiga perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena
peneliti menganggap penelitian ini tidak berhenti sampai di sini, karena masih banyak
ide-ide dan kreatifitas yang perlu dikembangkan terus menerus dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Hamzah. 2001. Pembelajaran Matematika Menurut Teori Pembelajaran
Konstruktivisme, (online), (www.depdiknas.go.id)[9 November 2012]
Sudjana, N. (1990). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar . Bandung Sinar Baru
Nurhaidayati. 2008. “Laporan perbaikan pembelajaran Sains”. Tidak diterbitkan. Skripsi.
Jember: Universitas Terbuka (UPBJJ)
Sukri. 2010. ”Penggunaan media tiga Dimensi Pembelajaran IPA”. Tidak diterbitkan.
Skripsi. Jember: Universitas Terbuka. (UPBJJ).
13

Anda mungkin juga menyukai