Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada dasarnya, matematika bertujuan untuk membantu melatih pola pikir
siswa agar mampu memecahkan masalah baik masalah dalam bidang matematika
maupun masalah dalam kehidupan sehari-hari, namun kebanyakan siswa tidak
berminat belajar matematika karena siswa memandang matematika sebagai
bidang studi yang abstrak. Terkadang ada beberapa siswa yang memandang
bahwa matematika hanya mampu dikuasai oleh siswa yang jenius saja. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam melatih pola pikir siswa yaitu
dengan menumbuhkan minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
Pada kenyataannya masih banyak siswa yang tidak berminat dalam
pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil angket minat yang diberikan pada
siswa Kelas V SD Negeri 5 Curah Tatal Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo
bahwa masih banyak siswa yang tidak terlibat dalam proses pembelajaran, masih
ada beberapa siswa yang berbicara dengan temannya ketika guru menjelaskan dan
sering keluar kelas ketika pembelajaran berlangsung dan masih ada beberapa
siswa yang tidak menyampaikan ide ketika guru bertanya tentang pembelajaran
matematika. Adapun data hasil angket minat pra penelitian yang diberikan kepada
siswa kelas tersebut, yaitu dari 17 siswa hanya terdapat 2 (12 %) siswa yang
memiliki minat belajar matematika dalam kategori sangat tinggi, 3 (18 %) siswa
dalam kategori tinggi, 5 (29 %) siswa dalam kategori sedang dan 7 (41 %) siswa
dalam kategori rendah. Banyaknya siswa yang memiliki minat belajar matematika
pada kategori sedang dan rendah mengindikasikan masih ada hal yang harus
diperbaiki dalam proses pembelajaran matematika di kelas. Minat belajar
matematika dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti penggunaan metode
pembelajaran yang diterapkan oleh guru di dalam kelas.
Untuk mengatasi fenomena tersebut maka perlu diciptakanlah suatu metode
yang inovatif agar dapat menumbuhkan minat belajar siswa terhadap
pembelajaran matematika khususnya. Berbagai metode pembelajaran tersebut

1
diharapkan dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar serta dapat
meningkatkan hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran.
Kegiatan belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas hendaknya dibuat
menarik agar siswa jadi bersemangat mengikuti pelajaran matematika. Jika siswa
bersemangat belajar matematika maka tujuan pembelajaran matematika akan
tercapai dan hasil belajar siswa menjadi meningkat. Seiring dengan perkembangan
di dalam dunia pendidikan, terciptalah bermacam-macam model dan metode
pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran. Salah satu pendekatan yang
dapat digunakan dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan alat
peraga. Tujuan dari pembelajaran matematika dengan menggunakan media alat
peraga adalah untuk menciptakan pembelajaran yang menarik sehingga mampu
menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika. Metode
ini dapat meningkatkan keaktifan dan kreatif sehingga waktu pembelajaran
menjadi lebih efektif dan efisien.
Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk meningkatkan minat belajar
siswa dalam pembelajaran matematika di SD Negeri 5 Curah Tatal pada
khususnya, peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Penggunaan Alat Peraga Bilangan Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa
Terhadap Pembelajaran Matematika Kelas V SD Negeri 5 Curah Tatal”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah di atas, maka penulis dapat
merumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah penggunaan alat
peraga bilangan dapat meningkatkan minat siswa tehadap pembelajaran
matematika di Kelas V SD Negeri 5 Curah Tatal ?.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan minat belajar matematika melalui penggunaan alat peraga bilangan
tehadap pembelajaran matematika di Kelas V SD Negeri 5 Curah Tatal
Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo tahun pelajaran 2019/2020.

2
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang cara
meningkatkan minat belajar matematika melalui penggunaan alat peraga bilangan
tehadap pembelajaran matematika di Kelas V SD Negeri 5 Curah Tatal.
b. Bagi pendidik dan calon pendidik
Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang cara
mengembangkan penggunaan alat peraga bilangan tehadap pembelajaran
matematika di Kelas V SD Negeri 5 Curah Tatal.
c. Bagi sekolah
Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program pembelajaran serta
menentukan metode dan media pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan
minat dan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika di Kelas V SD
Negeri 5 Curah Tatal Kecamatan Arjasa Kabupaten Situbondo.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Minat merupakan dorongan atau keinginan dalam diri seseorang untuk
melakukan sesuatu. Minat belajar merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Menurut Zusnani (2013:79) mengartikan minat adalah suatu perhatian
yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap suatu kegiatan
sehingga mengarahkan anak untuk melakukan kegiatan tersebut dengan kemauan
sendiri. (Pramono, 2001:6) minat adalah keinginan seseorang untuk mengetahui,
mempelajari, dan membuktikan sesuatu yang disertai keinginan yang besar.
Menurut Syah (2003:151) dalam bukunya Psikologi Pendidikan
menyatakan minat mengacu kepada keinginan yang tidak sedikit terhadap sesuatu.
Apabila seseorang telah memiliki keinginan yang besar terhadap suatu hal maka
apapun akan dilakukannya. Minat sangat berpengaruh besar terhadap cara belajar
siswa.
Menurut Djamarah (2002: 157) menyebutkan bahwa jika minat seseorang
tinggi maka tinggi pulalah prestasi seseorang tersebut, namun bila minat
seseorang rendah maka rendah pulalah prestasi seseorang tersebut. Zusnani
(2013:89) menyatakan peran minat dalam pembelajaran yakni memudahkan guru
dalam membantu siswa mentransfer pengetahuan dikarenakan minat dapat
menjadi patokan dalam tercapainya tujuan pembelajaran.
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak
dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep
diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah
diterima sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat
dan jelas (Kurikulum KBK 2004 : 13).
Pembelajaran matematika yang efektif akan dapat membantu siswa
mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran yang efektif menuntut guru
untuk memahami dengan baik hakekat dan tujuan pembelajaran, terutama

4
pembelajaran matematika, terampil memanfaatkan media pembelajaran, serta
menerapkan berbagai metode pembelajaran.
Jerome S.Bruner (dikutip Gatot Muhsetyo,dkk,2008) menekankan bahwa
setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa atau benda di
dalam pikirannya dapat dinyatakan sebagai proses belajar. Bruner membagi
menjadi tiga tahapan yaitu: tahap enaktif, ikonik dan simbolik.
Penerapan ketiga tahapan tersebut dalam kegiatan pembelajaran
matematika adalah sebagai berikut :
a. Tahap pertama dimulai dengan menggunakan benda/model konkrit di
sekitar anak seperti dalam penjumlahan dengan membawa pensil, lidi,
sedotan, buku dan lain-lain.
b. Tahap ikonik dengan menggunaka model semi konkrit (model gambar)
seperti gambar buku, pensil, kelereng dan sebagainya. Atau
menggunakan model semi abstrak (model diagram) yang menggunakan
tanda-tanda tertentu misalnya menggunakan turus (tally), bundaran dan
lain sebagainya.
c. Tahap simbolik menggunakan simbol secara abstrak dan mereka akan
dapat mengerti arti tiga, arti empat tanpa bantuan apa-apa. Tahap terakhir
merupakan wujud dari pembelajaran matematika sebagai bahasa simbol
yang padat arti dan bersifat abstrak.

B. Penelitian Yang Relevan


Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh O. Ropiudin yang berjudul “ Penggunaan
Alat Peraga Terhadap Minat Siswa Dalam Pelajaran Matematika”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa rata rata anak yang pembelajarannya
menggunakan alat peraga lebih baik secara signifikan dari pada rata rata minat
siswa yang pembelajarannya tanpa menggunakan alat peraga dalam pelajaaran
matematika
2. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Rahmah Silviani, dkk, yang berjudul
“Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Menggunakan Inquiry Based

5
Learning Setting Group Investigation”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Pembelajaran menggunakan metode inquiry based learning setting group
investigation dapat meningkatkan minat belajar matematika setelah diberi
perlakuan sebanyak 2 siklus. Dalam menerapkan metode inquiry based learning
setting group investigation guru hendaknya memahami ciri-ciri pembelajaran,
memahami karakteristik siswa agar pembagian group investigation bersifat
heterogen dan memahami karakteristik materi yang dipelajari.
C. Kerangka Berpikir
Salah satu dilaksanakannya kegiatan belajar mengajar adalah supaya
terjadi proses transfer ilmu dan pengetahuan. Transfer ilmu dan pengetahuan
adalah bagian dari proses belajar yang sifatnya kompleks, dan menyeluruh.
Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, selaian faktor
eksternal seperti lingkungan sosial dan non sosial juga pendekatan belajar yang
dipakai, terdapat juga faktor internal seperti aspek fisiologis dan aspek psikologis.
Bagi sebagian sekolah dasar, bukanlah suatu yang mudah untuk dapat
memahami dan mempelajari suatu konsep yang abstrak, khususnya konsep konsep
dalam mata pelajaran matematika, sehingga dengan begitu siswa akan merasa
jenuh dan bosan untuk mengikuti mata pelajaran matematika. Kenyataan
dilapangan menandakan bahwa minat siswa terhadap mata pelajaran matematika
masih perlu ditingkatkan.
Berdasarkan kenyataan diatas, maka diperlukan usaha usaha yang dapat
meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran matematika, salah satunya
yaitu dengan menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran matematika,
agar siswa sekolah dasar menyukai dan senang belajar matematika, dimana
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang mampu memahami konsep
konsep yang abstrak, yang dapat menghubungkan konsep yang abstrak tersebut
dengan suatu konsep yang mirip atau sejenis dengan suatu konsep yang sedang
dipelajari. Oleh karena itu minat siswa dapat ditingkatkan melalui usaha yang
dipersiapkan oleh pengelola pendidikan salah satunya dengan pelajaran yang
menggunakan alat peraga.

6
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir seperti yang diungkapkan di
atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
Minat belajar pada siswa Kelas V di SDN 5 Curah Tatal Kecamatan
Arjasa Kabupaten Situbondo dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat peraga
dalam pembelajaran matematika.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam penelitian
tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Guru Matematika

Minat Belajar Kurang Optimal


Pembelajaran Matematika
Konvensional
Pembelajaran menggunakan alat
peraga

Minat Belajar Matematika


Siswa Meningkat

7
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Dan Prosedur Penelitian


Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang akar
masalahnya muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan
(Supardi, 2006: 104). Jadi dalam PTK ini, seorang peneliti dapat melihat sendiri
praktik pembelajaran yang sedang berlangsung atau kolaborasi bersama guru lain
dalam melakukan penelitian terhadap siswa yang dilihat dari segi aspek
interaksinya dalam proses pembelajaran. Beberapa ahli berpendapat tentang
model penelitian tindakan yang secara garis besar terdapat empat tahapan, yaitu
(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat tahap
dalam penelitian ini adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu
putaran kegiatan beruntun, yang kembali kelangkah semula. Jadi, bentuk
penelitian tindakan ini tidak pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi
rangkaian kegiatan akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus.
Model untuk masing-masing tahapan dapat dilihat dalam gambar
berikut ini (Suharsimi Arikunto dkk; 2006: 16).

8
a) Rencana Tindakan.
1. Waktu Penelitian.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam bulan September sampai
Oktober 2019.
2. Deskripsi Persiklus.
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dengan jadwal sebagai
berikut:
Kegiatan persiklus.

Siklus Pertemuan SD/Kelas Hari/tanggal Waktu


SDN 5 Curah Senin 16
I 1 08.05-09.45
Tatal Kelas V September 2019
SDN 5 Curah Senin 30
II 1 08.05-09.45
Tatal Kelas V September 2019

b) Prosedur Penelitian.
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
I. Siklus 1
a. Perencanaan.
Perencanaan adalah proses menentukan program perbaikan yang berangkat
dari suatu ide gagasan peneliti. Pada tahap ini, kegiatan yang harus di lakukan
meliputi:
1) Menentukan rumusan masalah serta tujuan;
2) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);
3) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang di perlukan di kelas;
serta
4) Mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data
mengenai proses dan hasil tindakan.

9
b. Pelaksanaan.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I peneliti menggunakan alat peraga
pecahan untuk memperjelas materi pembelajaran dan mengatasi kebosanan pada
siswa. Penelitian tindakan kelas pada siklus I ini akan dilaksakan dalam 1 x
pertemuan sebagai berikut:
Pertemuan I siklus 1 (dilaksanakan pada hari Senin 16 tanggal September 2019).
Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan I siklus 1 antara lain:
1. Siswa mencermati bentuk penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa
dengan menggunakan makanan yang dapat dipotong simetris, misalnya
buah apel yang baru saja dipanen.
2. Guru Menjelaskan cara menyelesaikan masalah penjumlahan dan
pengurangan terkait dengan pecahan biasa.
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi
yang disampaikan
4. Siswa menanyakan penjelasan guru yang belum di pahami tentang
pengurangan dan penjumlahan pecahan biasa
5. Guru menjelasakan pertanyaan siswa.
6. Siswa mencoba berdiskusi dengan temannya tentang pengurangan dan
penjumlahan pecahan biasa.
7. Guru menunjuk beberapa siswa untuk maju dan menjelaskan hasil diskusi
tentang pengurangan dan penjumlahan pecahan biasa dengan bimbingan
guru.
8. Guru memberikan pembenaran dan masukan apabila terdapat kesalahan
atau kekurangan pada siswa.
9. Guru menyatakan bahwa siswa telah paham tentang pengurangan dan
penjumlahan pecahan biasa.
10. Guru memberikan soal latihan pecahan biasa kepada siswa.
11. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan tersebut secara
individu

10
12. Guru menunjuk beberapa siswa untuk menuliskan hasil pekerjaanya
didepan kelas secara bergantian
13. Siswa mempresentasikan secara lisan kepada teman-temanya tentang
pengurangan dan penjumlahan pecahan biasa.
14. Siswa menyampaikan manfaat belajar pengurangan dan penjumlahan
pecahan biasa yang dilakukan secara lisan di depan teman dan guru.
c. Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan oleh pengamat dengan mengamati kegiatan
pembelajaran menggunakan lembar observasi.
d. Refleksi
Dilakukan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan proses dan
hasil yang diperoleh dari tindakan yang telah dilakukan. Melakukan analisis
terhadap temuan-temuan yang berupa hambatan, kekurangan, dan kelemahan
yang dijumpai selama pelaksanaan siklus I sebagai masukan untuk siklus II.

II. Siklus II

a. Perencanaan.
Pada tahap ini penulis menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) materi pokok Penjumlahan Bilangan Pecahan dengan Indikator sebagai
berikut :

1. Memahami cara penjumlahan terhadap berbagai bentuk pecahan dengan


penyebut berbeda
2. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan dua pecahan dengan penyebut berbeda
b. Pelaksanaan.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II peneliti menggunakan
pendekatan pembelajaran kontekstual dengan variasi beberapa metode
pembelajaran dan menggunakan alat peraga bilangan pecahan untuk memperjelas

11
materi pembelajaran dan mengatasi kebosanan pada siswa. Penelitian tindakan
kelas pada siklus II ini akan dilaksakan dalam 1 x pertemuan sebagai berikut:
I. Pertemuan I siklus 2 (dilaksanakan pada hari Senin tanggal 30 September
2019).
Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan I Siklus II antara lain:
1. Siswa mencermati bentuk penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal.
2. Menjelaskan cara menyelesaikan masalah penjumlahan dan pengurangan
terkait dengan pecahan desimal dengan menggunakan alat peraga .
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi
yang disampaikan.
4. Siswa menanyakan penjelasan guru yang belum di pahami tentang
penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal.
5. Guru menjelasakan pertanyaan siswa.
6. Siswa mencoba berdiskusi dengan temannya tentang penjumlahan dan
pengurangan pecahan desimal.
7. Guru menunjuk beberapa siswa untuk maju dan menjelaskan hasil diskusi
tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal dengan bimbingan
guru.
8. Guru memberikan pembenaran dan masukan apabila terdapat kesalahan
atau kekurangan pada siswa.
9. Guru menyatakan bahwa siswa telah paham tentang penjumlahan dan
pengurangan pecahan desimal.
10. Guru memberikan soal latihan pecahan desimal kepada siswa.
11. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal latihan tersebut secara
individu
12. Guru menunjuk beberapa siswa untuk menuliskan hasil pekerjaanya
didepan kelas secara bergantian
13. Siswa mempresentasikan secara lisan kepada teman-temanya tentang
penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal.
14. Siswa menyampaikan manfaat belajar penjumlahan dan pengurangan
pecahan desimal yang dilakauan secara lisan di depan teman dan guru.

12
c. Pengamatan.
Selama proses pembelajaran peneliti melakukan pengamatan terhadap
siswa dan pengamat (kolaborator) melakukan pengamatan terhadap peneliti dan
siswa saat melaksanakan pembelajaran, situasi proses pembelajaran, dan hasil
belajar.

d. Refleksi.
Kegiatan refleksi ini peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan perasaannya saat mengikuti pembelajaran. Peneliti juga memberi
kesempatan kepada guru kolaborator (pengamat) untuk memberi masukan tentang
kekurangan yang terjadi saat proses pembelajaran.

B. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 5 Curah Tatal
yang berdomisili di Dusun Taman Dadar Desa Curah Tatal Kecamatan Arjasa
Kabupaten Situbondo. Secara geografis sekolah dasar negeri ini terletak di daerah
pegunungan diantara pemukiman penduduk pekebunan. Jumlah siswa di sekolah
dasar negeri ini adalah 73 siswa.

C. Subjek penelitian
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di Kelas V SDN 5 Curah Tatal,
Kecamatan Arjasa, Kabupaten Situbondo. Siswa Kelas V ini berjumlah 17 siswa
yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan yang berumur antara
10-12 tahun. Sebagian besar orang tua siswa adalah petani perkebunan dengan
penghasilan yang pas-pasan dan dengan fasilitas kehidupan yang sangat
sederhana. Kondisi ini menyebabkan perhatian orang tua terhadap pendidikan
anak-anaknya kurang dan motivasi belajar siswa rendah. Peneliti adalah guru
Kelas V SDN 5 Curah Tatal dan pengamat adalah Angger Yudha Utama rekan
guru SDN 5 Curah Tatal.

13
D. Definisi operasional variabel penelitian
Variabel-variabel penelitian yang menjadi titik incar untuk menjawab
permasalahan yang dihadapi diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Variabel input penelitian ini adalah minat awal pendidik dan siswa
terhadap pembelajaran matematika Kelas V dilakukan penelitian tindakan
kelas.
2. Variabel proses yang terkait dengan penelitian ini yaitu kinerja pendidik
dalam mengelola pembelajaran matematika di Kelas V menggunakan
media alat peraga.
3. Variabel Output yang terkait dengan penelitian ini yaitu peningkatan minat
dan rasa ingin tahu siswa pada pembelajaran matematika pecahan Kelas V.
E. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, angket, wawancara,
serta dokumentasi yang digunakan sebagai berikut ini:
1. Observasi
Suharsimi Arikunto (2002:131) menyatakan observasi adalah suatu
kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh
alat indra. Observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman,
pendengaran, peraba, yaitu dengan pengamatan langsung terhadap proses
penyaluran materi pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi
serta situasi ruang kelas yang akan diteliti. Observasi digunakan untuk melihat
pelaksanaan pembelajaran serta minat siswa selama proses pembelajaran
matematika. Observasi sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang
berhubungan dengan konsisi/interaksi belajar mengajar, tingkah laku, dan
interaksi kelompok (Wijaya Kusuma, 2010: 66).
2. Angket
Angket adalah instrumen untuk mengumpulkan data yang dilakukan
menggunakan pertanyaan yang harus dijawab oleh orang yang berkaitan dengan
angket tersebut. Variasi jenis instrumen penelitian adalah angket, ceklis, atau

14
daftar centang, pedoman wawancara, pedoman pengamatan (Suharsimi Arikunto,
2010: 203). Dalam penelitian ini angket digunakan peneliti untuk mengumpulkan
data-data yang berkaitan dengan minat belajar matematika yang diperoleh dari
siswa Kelas V SDN 5 Curah Tatal.

3. Wawancara
Suharsimi Arikunto (2010:126) menyatakan “interview” adalah sebuah
dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari tes
wawancara. Wawancara atau tanya jawab ini digunakan untuk memperoleh data
dan informasi dari siswa Kelas V SDN 5 Curah Tatal Situbondo dan guru kelas
mengenai kelebihan dan kendala pembelajaran matematika melalui pembelajaran
menggunakan alat peraga.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun data dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar, maupun tak tertulis (Sukmadinata, 2007: 221). Peneliti menggunakan
dokumen terutama yang berhubungan dengan perangkat pembelajaran untuk
menganalisis serta memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan penelitian
tindakan kelas ini.

F. Teknis analisis data


Hasil observasi, angket, wawancara dan dokumentasi dianalisis dengan
deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi terhadap
pembelajaran, untuk mengetahui tingkat minat keaktifan siswa secara klasikal

15
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. & Suhardjono & Supardi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.

Zusnani Ida. 2013. Pendidikan Kepribadian Siswa SD – SMP. Yokyakarta: Tugu


Publisher.

Syah Muhibbin. 2001. Psikologi Belajar. Surabaya: Rajagrafindo Persada.

Djamarah, Syaiful Bahri, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka


Cipta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


Rosdakarya.

Marsito. 2015. Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Model Pembelajaran


Picture And Picture Pada Siswa Kelas V-B Sdn Madyopuro 3. Skripsi
tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu
Pendidikan Pendidikan PPG PGSD.

Kustiarini, Prasetyo Pedi. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui


Metode Role Playing Bagi Siswa Kelas V SD (Online),
(http://journal.stkip-andi-matappa.ac.id/index.php/dikdas) diakses 16
Agustus 2019

Ropiudin, O. 2008. Pengaruh penggunaan alat peraga terhadap minat siswa


dalam pelajaran matematika. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Tri Winarni Arlisa. 2013. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika


Dengan Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas V
SDN Kaliabu Kabupaten Magelang. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta:
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Pra
Sekolah Dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta.

16
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penulis telah melakukan perbaikan pembelajaran sebanyak dua siklus.


Selanjutnya disampaikan hasil perbaikan pada masing-masing siklus.
Penyampaian hasil penelitian pada masing-masing siklus akan mencakup
penilaian penampilan perbaikan pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Dikembangkan dari konsep pengukuran asesmen (Zainul & Mulyana,dikutip
Sunaryo, 2007) penilaian penampilan perbaikan pembelajaran menggunakan alat
ukur rating scale dan pengukuran prestasi belajar siswa dengan tes formatif.

A. Deskripsi Per Siklus


Pada setiap siklus disajikan data hasil observasi aktivitas-aktivitas
perbaikan pembelajaran yang dilakukan, hasil belajar siswa sesuai dengan hasil
tes formatif, deskripsi pelaksanaan tiap-tiap aktivitas, dan deskripsi hasil belajar
siswa.
1. Siklus I
Secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran
berjalan dengan cukup baik, dengan nilai rata-rata 3,6 (dalam skala 1-5) dan
prestasi belajar siswa cukup, dengan nilai 79,28(dalam skala 1-100).
a. Hasil Pengolahan Data
Hasil belajar siswa dalam perbaikan pembelajaran matematika di Kelas V
SDN Bismo Kecamatan Blado Kabupaten Batang siklus I dengan rata-rata 79,28
dengan prosentase ketuntasan 82 %
2. Siklus II
Hasil belajar siswa dalam perbaikan pembelajaran matematika di Kelas V
SDN Bismo Kecamatan Blado Kabupaten Batang siklus II dengan rata-rata 85,00
dan prosentase ketuntasan 97 %

B. Pembahasan Hasil Penelitian Per Siklus

17
Dari data kualitas pelaksanaan perbaikan pembelajaran dan hasil tes
formatif siswa yang ditemukan dalam penelitian di Kelas V SD Negeri Bismo,
dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran meningkat dan
karena itu prestasi belajar siswa juga meningkat. Pelaksanaan perbaiakan
pembelajaran berjalan dengan cukup baik, dengan nilai 3,6 (skala 1-5) pada siklus
I dan meningkat menjadi baik, dengan nilai 4,3 (skala 1-5) pada siklus II. Prestasi
belajar siswa meningkat dari kurang (nilai 58,57) sebelum perbaikan
pembelajaran, menjadi cukup (nilai 79,28) pada perbaikan siklus I dan baik (nilai
85,00) pada siklus II.
Peningkatan prestasi belajar siswa Kelas V SD Negeri Bismo terjadi
karena dalam perbaikan pembelajaran secara konsekuaen penulis melaksanakan
aktivitas-aktivitas perbaikan yang telah dipilih dengan tepat.. Ketepatan
pemilihan aktivitas-aktivitas perbaikan pembelajaran tampak dalam kesesuaian
antara pelaksanaan masing-masing aktivitas dengan teori yang melandasinya.
Ketepatan masing-masing aktivitas dapat dijelaskan seperti berikut ini :
1) Pemanfaatan Alat Peraga/ Media Pembelajaran
Media/alat peraga sebagai sumber pembelajaran erat kaitannya dengan
peran guru sebagai mediator dan fasilitator. Sebagai mediator guru hendaknya
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan
karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan
proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar
yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral
dalam pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran.
2) Keterlibatan siswa dalam demonstrasi/ dalam menggunakan alat peraga
Dalam penyajian materi pelajaran dapat dilakukan melalui peragaan, yaitu
kegiatan memperagakan cara kerja, perilaku tertentu dan sejenisnya. Karena
dengan demonstrasi / peragaan pembelajaran akan lebih jelas dan konkret
sehingga menghindari verbalisme (pemahaman kata-kata), siswa lebih mudah
memahami apa yang dipelajari, proses pembelajaran lebih menarik dan siswa
dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dan kenyataan dan
mencoba melakukannya sendiri.

18
3) Pengaktifan siswa dalam latihan menggunakan alat peraga
Latihan atau penugasan adalah penyampaian pelajaran melalui
pengulangan (repetisi) sampai bahan/materi itu dikuasai siswa. Metode ini sangat
efektif untuk melatih ketrampilan dan untuk menyampaikan pengertian (Udin S.
Winataputra, 2008). Selain itu metode ini juga untuk melatih kemandirian siswa
dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
4) Pemberian bimbingan pada siswa dalam menggunakan alat peraga
Dalam proses pembelajaran guru selalu memberikan motivasi dan
bimbingan pada siswa agar semua siswa terlibat aktif. Kegiatan mengaktifkan
siswa ternyata dapat memotivasi berpikir memecahkan masalah bersama.
Terdapat hubungan antara tingkat motivasi siswa dan hasil belajar, baik hasil
belajar pada suatu waktu tertentu maupun terhadap hasil belajar selanjutnya

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil-hasil penelitian yang di atas, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan alat peraga bilangan pecahan dalam perbaikan pembelajaran
matematika kompetensi penjumlahan bilangan pecahan campuran yang
berpenyebut sama di Kelas V SD Negeri Bismo Kecamatan Blado, Kabupaten
Batang dapat meningkatkan prestasi siswa dengan baik. Secara rinci :

19
1. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan berjalan cukup baik, dengan nilai
3,4 (dalam skala 1-5) pada siklus I, meningkat menjadi baik, dengan nilai 4,4
(skala 1-5) pada siklus II.
2. Prestasi belajar siswa meningkat dari kurang (nilai 58,57) pada pra perbaikan,
menjadi cukup (nilai 79,28) pada siklus I dan baik (nilai 85,00) pada siklus II.
3. Prestasi belajar siswa meningkat melalui aktivitas-aktivitas: (1) pemanfaatan alat
peraga/media pembelajaran, (2) penggunaan alat peraga dalam pembelajaran, (3)
keterlibatan siswa dalam demonstrasi/dalam menggunakan alat peraga, (4)
pengaktifan siswa dalam latihan menggunakan alat peraga, dan (5) pemberian
bimbingan pada siswa dalam menggunakan alat peraga.

B. Saran
Bertolak dari hasil-hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyampaikan
saran kepada rekan-rekan guru. Dalam pembelajaran Matematika, supaya siswa
mencapai prestasi belajar yang baik, guru hendaknya :
1. Memanfaatkan alat peraga/media pembelajaran
2. Menggunakan alat peraga dalam pembelajaran
3. Melibatkan siswa dalam demonstrasi/ dalam menggunakan alat peraga
4. Mengaktifkan siswa dalam latihan menggunakan alat peraga
5. Memberikan bimbingan pada siswa dalam menggunakan alat peraga
Selain itu, penulis menyarankan kepada rekan-rekan guru untuk
mempelajari dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di kelasnya
sendiri, karena terbukti PTK dapat memecahkan masalah yang kita hadapi dalam
pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun pemahaman
PTK ini bagi rekan-rekan guru dapat diperoleh melalui pertemuan KKG dengan
mendengarkan sharing dari rekan-rekan guru yang telah paham dan telah
melaksanakannya.

20

Anda mungkin juga menyukai