Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN MIND MAPPING

PADA PEMAHAMAN MATERI LUAS DAN VOLUME DI


KELAS III SD

Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


“SEMINAR PROPOSAL”

DOSEN PEMBIMBING : TRI WAHYUNI CHASANATUN,


S.S., M.Pd.
DOSEN PENGAMPU MK : ELLY’S MERSINA MURSIDIK,
M.Pd.

OLEH

RIZKY YUGIARTI
NIM. 1802101081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu Pendidikan pertama yang

diberikan kepada anak pada usia 7 sampai 13 tahun, yang dikembangkan oleh

satuan Pendidikan di daerah. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) bertujuan untuk

mengembangkan kecerdasan, pengetahuan, dan kepribadian peserta didik yang

dibimbing oleh guru di sekolah selama pembelajarannya. Pendidikan di

sekolah dasar ditempuh dalam kurun waktu 6 tahun dimana kelasnya terdiri

dari kelas 1 sampai kelas 6. Dapat disimpulkan bahwa Sekolah Dasar

merupakan tempat untuk mendapatkan pengalaman pertama dengan dasar-

dasar yang diberikan guna membentuk kepribadian suatu individu (Setyarini,

2019). Mata pelajaran yang diajarkan disekolah dasar salah satunya adalah

mata pelajaran matematika.

Matematika merupakan salah satu ilmu yang menjadi dasar untuk

mempelajari ilmu-ilmu lain. Dalam penguasaan matematika baik itu konsep-

konsepnya diperkenankan dipelajari atau dipahami sejak dini, karena

matematika sangat penting bagi peserta didik. Karena hakikatnya

pembelajaran matematika merupakan suatu rancangan proses yang bertujuan

menciptakan suasana lingkungan yang dapat diterapkan dalam kegiatan

belajar matematika (Japa,2012:3)(Arsana et al., 2019). Peserta didik belajar

matematika sejak memasuki sekolah dasar sudah diajarkan konsep-konsep

matematika agar membekali mereka kemampuan berpikir kritis, kreatif, logis,


dan sistematis. Matematika di kelas rendah memiliki pemahaman yang masih

kurang, dimana peserta didik terkadang masih bingung akan pemahaman

materi yang disampaikan oleh gurunya. Khususnya kelas tiga pada materi

satuan Panjang dan berat dimana materi tersebut dalam pemahamanya

beberapa masih kurang.

Pelajaran matematika di sekolah dasar sering kali tujuan pembelajaran nya

tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dikarenakan kurang tertariknya

peserta didik dalam belajar mata pelajaran matematika dan masih beranggapan

bahwa matematika itu sulit. Dalam hal ini peserta didik dalam mempelajari

matematika dengan baik, dapat mengikuti pembelajaran yang didalamnya

peserta didik tersebut ikut aktif atau terlibat langsung dalam proses belajar

mengajar dikelas. Untuk menarik minat belajar peserta didik khususnya dalam

materi matematika guru memerlukan model dan media pembelajaran yang

sesuai.

Media pembelajaran adalah salah satu kunci berhasilnya pembelajaran di

kelas. Menurut Dhey dan Branch (2009) mengatakan bahwa media yang

diterapkan guru untuk menciptakan pengalaman belajar peserta didik memiliki

pengaruh terhadap prestasi akademik dan pemahaman materinya. Penggunaan

media atau disebut dengan alat bantu mengajar ini digunakan pada proses

pembelajaran agar membantu proses komunikasi dan menjadikan

pembelajarannya lebih menarik (Qondias et al., 2016). Menurut Heinich, dkk

(1985) media pembelajaran merupakan pembawa pesan atau informasi yang

berkaitan dengan pembelajaran yang disampaikan. Adapun pendapat lain


menurut Gagne dan Briggs (1975) berpendapat bahwa media pembelajaran

merupakan alat fisik yang bertujuan dalam menyampaikan materi

pembelajaran, contohnya buku, video camera, film (gambar bingkai), foto,

gambar, dan lain sebagainya (Jennah, 2009). Dapat simpulkan bahwa media

pembelajaran dan alat bantu pembelajaran mempunyai peran penting dalam

keberhasilan suatu proses belajar mengajar agar peserta didik lebih memahami

materi.

Media yang dapat digunakan salah satunya adalah Mind Mapping. Mind

Mapping merupakan suatu media pembelajaran yang didalamnya terdapat cara

belajar yang menarik dan menyenangkan yang biasanya diterapkan di sekolah

dasar. Dalam mengaplikasikan model ini peserta didik dapat menggunakan

otaknya secara efektif dan efisien pada proses belajar mengajar di kelas

(Setyarini, 2019). Menurut (Riyanto, 2010) Mind Mapping merupakan suatu

media dengan membuat catatan-catatan yang dapat digunakan dengan kondisi

dan situasi tertentu, seperti dalam pembuatan perencanaan, penyelesaian

masalah, meringkas, mengumpulkan ide-ide, dan lain sebainya. Adapun

pendapat lain dari Oliva (2008) yaitu belajar menggunakan Mind Mapping

dapat mengajarkan peserta didik untuk meringkas dan mengetahui inti materi

yang dijelaskan atau mengenai pemahaman materi yang disampaikan oleh

guru (Qondias et al., 2016). Dengan menggunakan Mind Mapping sebagai

media pembelajaran peserta didik dapat membuat suatu catatan sendiri yang

berisikan gambar atau materi yang dapat memudahkannya untuk mengingat

materi matematika dengan baik. Mind Mapping disebut juga dengan mencatat
kreatif, jadi disini peserta didik diajak membuat kreasi rangkuman materi

seperti Mind Mapping berupa tulisan tangannya sendiri. Mind Mapping dapat

membuat keseimbangan pada kinerja otak kanan dan otak kiri, seperti

ungkapan dari Windura (2008) yaitu Mind Mapping membantu penggunaan

kedua otak secara seimbang. Menurut Buzan (2012) mengemukakan bahwa

ada tujuh langkah dalam membuat Mind Mapping, diantaranya : (a) Mulailah

dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar;

(b) Gunakan gambar atau foto yang sesuai dengan materi; (c) Gunakan warna

untuk membedakan sub materinya; (d) Hubungkan caban-cabang utama ke

gambar pusat dan hubungan cabang-cabangnya sesuai dengan materi; (e)

Buatlah garis hubung; (f) Gunakan satu kunci untuk setiap garis yang

terhubung; (g) Gunakan gambar. (Umam & Ahyani, 2017). Dapat disimpulkan

bahwa media pembelajaran mind mapping berupa media yang digunakan

untuk membuat suatu ringkasan materi yang sudah diajarkan dan bagimana

cara peserta didik memanfaatkan ringkasan yang dibuat kedalam pembelajaran

saat diulangi dan masih memahami materi tersebut.

Oleh karena itu, saya mencoba untuk berinovasi dengan menggunakan

media Mind Mapping ini dan diterapkan ke dalam materi luas dan volume

pada tema 7 untuk kelas III SD. Dan dari hasil tersebut saya membuat judul

“Pengaruh Media Pembelajaran Mind Mapping Pada Pemahaman Materi Luas

dan Volume Kelas III SD”.

B. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini

dibatasi pada :

a. Subjek penelitian dibatasi hanya peserta didik kelas III SDN 01 Manisrejo.

b. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan

media mind mapping tersebut peserta didik dapat memahami materi Luas

dan Volume dengan baik atau tidaknya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah dikemukakan

di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah peserta

didik kelas III paham mengenai materi luas dan volume jika menggunakan

media pembelajaran Mind Mapping?”.

D. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagamana peserta didik memahami materi luas dan

volume dengan menggunakan media pembelajaran mind mapping di kelas III

SDN 01 Manisrejo.

E. Kegunaan Penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi penelitian

selanjutnya dalam mengembangan model atau media pembelajaran Mind

Mapping dalam penerapannya dan bisa berinovasi lebih kreatif lagi.

b. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi sekolah


Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan standar kemajuan

program Pendidikan di sekolah tersebut dan dapat juga meningkatkan

perkembangan pembelajaran khususnya dalam menggunakan media

pembelajaran yang beragam.

b. Manfaat bagi guru

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi guru dalam

membuat media pembelajaran yang menyenangkan dan menarik minat

belajar peserta didiknya dan juga membuat peserta didik paham akan

materi yang diajarkan khususnya materi matematika yang kebanyakan

peserta didik masih beranggapan bahwa materi tersebut susah

dipelajari.

c. Manfaat bagi peserta didik

Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kreatifitas peserta

didik, pemahaman konsep matematika, dan juga meningkatkan

pemahaman materi khususnya materi luas dan volume.

F. Definisi Operasional Variabel

a. Media Mind Mapping

Media merupakan suatu alat yang dapat membantu proses belajar

mengajar di kelas dengan memanfaatkan suatu benda atau alat yang

disebut dengan media itu sendiri agar tercapai tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai. Media yang akan dipakai pada penelitian ini adalah media

mind mapping. Dimana media ini merupakan media yang digunakan

dalam proses pembelajarannya berupa catatan rangkuman yang berisi


tentang materi-materi pembelajaran yang disampaikan. Media ini dapat

mempermudah peserta didik dalam memahami materi dan dapat

mengingat materi tersebut lebih baik lagi. Dimana peserta didik dapat

menuliskan kembali pada lembaran, berupa catatan materi yang dikemas

seperti map agar mempermudah dalam mengulang materinya.

b. Pemahaman Materi

Pemahaman materi yang dimaksud adalah penguasaan materi yang

telah disampaikan oleh guru apakah sudah dipahami oleh peserta didik.

Dimana pemahaman materi yang difokuskan pada penelitian ini ialah

mengenai materi luas dan volume.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Media Mind Mapping

a. Definisi Media Mind Mapping

Pada tahun 1970 Psikologi Tony Buzan mencetuskan Mind

Mapping dalam (Barombong, 2020) dimana Mind Mapping ini

merupakan bentuk catatan yang sifatnya visual dan dipenuhi dengan

warna, dapat dikerjakan secara beberapa orang atau bahkan secara

individu. Secara harfiah Mind Mapping adalah pemetaan informasi

yang disimpan dan jika dikaitan dengan pembelajaran maka Mind

Mapping dapat berguna untuk teknik belajar atau bahkan prasarana

belajar yang membantu peserta didik memahami suatu pembelajaran.

Menurut Jensen dan Makowits (2002) Mind Mapping atau peta

pikiran bermanfaat untuk memahami materi yang diterima oleh peserta

didik dalam pembelajarannya. Kegiatan mind mapping juga

meningkatkan daya ingat otak pada pembelajaran, karena informasi

yang disusun dalam mind mapping sendiri menarik seperti

menyertakan gambar, simbol, warna, dan bahan bacaan.

Menurut Swadarma (20013) dalam (Zulkarnain & Amalia Sari,

2016), penggunaan mind mapping dapat memanfaatkan seluruh otak

dalam menggunakan citra visual dan prasarana grafis dalam

membentuk kesan. Mind mapping terbentuk dari keterampilan kortikal


kata, gambar , nomor, logika, ritme, warna dan ruang kesadaran

dengan cara yang unik. Hal tersebut dapat membebaskan peserta didik

akan memanfaatkan otaknya secara tidak terbatas, dan bertujuan agar

peserta didik dapat menemukan, mengingat, dan mengembangkan

kemampuannya terutama dalam hal pemahaman konsep atau materi

yang diajarkan.

Mind mapping activities require students to actively engage in

their learning, often by connecting their prior knowledge to new

information. When creating a mind map, a student frequently interacts

with a textbook, notes from class, an instructor, classmate, or study

group (Jones et al., 2012). Yang artinya kegiatan pemetaan pikiran

mengharuskan peserta didik untuk secara aktif terlibat dalam

pembelajaran mereka, sering kali dengan menghubungkan

pengetahuan mereka sebelumnya dengan informasi baru. Saat

membuat peta pikiran atau mind map, peserta didik sering berinteraksi

dengan buku teks, catatan dari kelas, instruktur, teman sekelas, atau

kelompok belajar.

Dapat disimpulkan bahwa definisi dari media mind mapping ialah

media yang berupa peta pikiran dimana dalam media tersebut berisi

mengenai kesimpulan atau bahasan singkat dari materi pembelajaran

yang tujuannya agar mempermudah peserta didik untuk mengingat dan

memahami suatu konsep materi yang tertera pada mind mapping

tersebut.
b. Langkah-langkah Media Mind Mapping

Menurut Tony Buzan (2009) dalam (Barombong, 2020) Langkah-

langkah dari Mind Mapping, meliputi : “(1) Mempelajari konsep suatu

materi pelajaran, (2) Menemukan ide-ide pokok dengan lebih kreatif,

(3) Membuat peta pikiran, (4) Menganalisis, (5) Mempresentasikan”.

Sedangkan indikator dari pembelajaran Mind Mapping menurut Tony

Buzan, meliputi : “(1) Menjelaskan konsep suatu materi pelajaran, (2)

Mengklasifikasikan ide-ide pokok, (3) Merencanakan pokok

permasalahan yang terdapat dalam materi pelajaran menggunakan peta

pikiran, (4) Merumuskan suatu pokok materi pelajaran, (5)

Menyimpulkan pokok permasalahan dalam materi pelajaran secara

menyeluruh”.

Menurut Buzan (2012) dalam (Umam & Ahyani, 2017)

mengemukakan bahwa ada tujuh langkah dalam membuat Mind

Mapping, diantaranya : (a) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong

yang sisi panjangnya diletakkan mendatar, (b) Gunakan gambar atau

foto yang sesuai dengan materi, (c) Gunakan warna untuk

membedakan sub materinya, (d) Hubungkan cabang-cabang utama ke

gambar pusat dan hubungan cabang-cabangnya sesuai dengan materi,

(e) Buatlah garis hubung, (f) Gunakan satu kunci untuk setiap garis

yang terhubung, (g) Gunakan gambar.

Dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam membuat mind

mapping, yaitu : membaca materi dan memahaminya, ditulis kembali


pada kertas kosong dibuat sesuai dengan materi yang sudah dibaca

dan diringkas dalam mind map, dapat diisikan berupa-rupa warna agar

menarik dan mudah diingat, bisa juga ditambahkan gambar, dan

jadilah mind map hasil dari ringkasan materi yang dapat

mempermudah peserta didik memahami materi pembelajaran.

c. Kelebihan dan Kekurangan Media Mind Mapping

Kelebihan dan kekurangan dari media mind mapping yang dibuat

dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Media Mind Mapping

Kelebihan Kekurangan
1. Materi yang pelajari 1. Belajar dua kali jika
lebih mudah dipahami diminta membuat
dan diingat. sendiri. Maksudnya
2. Rangkuman materi dari untuk membuat catatan
media mind mapping atau rangkuman kita
mempermudah peserta harus mempelajari
didik dalam belajar terlebih dahulu baru kita
3. Warna-warna yang tulis ulang dengan cara
diberikan dari media kreatif agar mudah
mind mapping menarik diingat
untuk dipelajari 2. Tidak paham apa yang
4. Jika disuruh membuat ditulis. Mungkin ada
sendiri rangkuman beberapa peserta didik
seperti mind mapping lebih paham akan
peserta didik dapat tulisannya daripada
meniru seperti media tulisan orang lain.
yang sudah disediakan
dengan membuat
kreativitasnya lagi yaitu
dengan cara memberi
warna-warna ataupun
gambar lainnya.

d. Implementasi Media Mind Mapping


Media Mind Mapping dalam penerapannya dapat digunakan untuk

membantu peserta didik belajar untuk memahami suatu konsep materi.

Dengan melalui media mind mapping ini mempermudah guru dalam

menjelaskan materi dengan mudah, dan peserta didik pun juga dengan

mudah memahaminya. Media mind mapping sendiri dalam penerapan

pembelajaran di kelas, guru dapat membuat suatu kertas dimana

berisikan materi yang telah diringkas berupa gambar-gambar yang

menarik dan dibagikan kepada peserta didik.

Dapat kita ketahui bahwa otak kiri bertanggung jawab terhadap

logika, sedangkan otak kanan bertanggung jawab terhadap imajinasi

dan seni. Sehingga melalui implementasi dari penggunaan media mind

mapping ini, peserta didik dapat menghasilkan banyak ide,

pembelajaran jadi lebih menyenangkan, dan mempermudah peserta

didik dalam memahami suatu materi. Hal ini dikarenakan kinerja dari

otak kanan dan otak kiri seimbang maka peserta didik dapat

memahami materi dengan baik. Namun jika kinerja otak kanan dan

otak kiri tidak seimbang akan mengakibatkan peserta didik kesulitan

memahami materi yang telah diajarkan.

Dapat disimpulkan bahwa implementasi dari penggunaan media

mind mapping ini bertujuan agar peserta didik lebih memahami materi

dikarenakan dengan bantuan media mind mapping ini kinerja antara

otak kanan dan kiri menjadi seimbang. Bukan hanya itu, penggunaan
media mind mapping ini dalam pembelajarannya dapat dipadukan

dengan metode pembelajaran lain hanya tinggal menyesuaikan saja.

B. Kerangka Penelitian
Dalam

Pemahaman Materi Luas


Media Mind Mapping dan Volume

 Menyediakan media mind mapping dan diberikan kepada


peserta didik
 Setiap peserta didik mendapat media yang sudah
dipersiapkan
 Melakukan pembelajaran pada tema 7 yang
pembelajarannya berkaitan dengan matematika mengenai
luas dan volume
 Setelah peserta didik paham mengenai materi dan paham
juga apa isi dari media yang disediakan, dilanjut
melakukan test dengan media tersebut sebagai bahan
belajar atau belajar dengan open book (peserta didik tidak
perlu belajar) (post test)
 Setelah melakukan post test secara open book. Keesokan
harinya atau pertemuan berikutnya melakukan post test
dimana sebekumnya peserta didik sudah belajar dirumah
dengan menggunakan media yang diberikan.

C. Hipotesis Penelitian
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat, dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 01 Manisrejo yang berlokasi di

Jl. Tanjung Raya No. 45, Manisrejo, Kec. Taman, Kota Madiun, Jawa

Timur.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran

2021/2022. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dari

bulan Maret sampai bulan juni 2022.

Adapun rincian jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Nama Kegiatan Tahun 2022


. Mare April Mei Juni
t
1. Pengajuan judul dan pembuatan
proposal
2. Pembuatan instrumen, uji coba
instrumen dan analisis instrumen
3. Pelaksanaan penelitian
4. Pengumpulan data
5. Pengolahan data
6. Analisis dan kesimpulan
7. Penyusunan laporan

B. Desain Penelitian
Desain atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Quasi eksperiment yaitu post-test only design. Desain penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui adanya pengaruh media pembelajaran mind mapping

terhadap pemahaman materi luas dan volume untuk kelas III SD yang pada

pembelajarannya berada pada tema 7. Pada tahap pertama kedua kelas

tersebut diberikan perlakuan (treatmean), kelas eksperimen mendapatkan

perlakuan media pembelajaran mind mapping sedangkan kelas kontrol tidak

mendapatkan perlakuan media pembelajaran mind mapping. Selanjutnya,

kedua kelas tersebut diukur dengan melakukan post-test. Hal ini digunakan

agar dapat mengetahui ada pengaruh atau tidaknya pembelajaran tema 7 yang

materi luas dan volume dengan media mind mapping dan perbedaan

pemahaman konsep akan materi tersebut dari peserta didik kelas kontrol

maupun eksperimen akibat dari perlakuan yang diberikan kepada kelas

tersebut.

Dalam merancang penelitian ini terdapat dua variabel yang ingin diteliti

yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel terikat dari penelitian ini

adalah pemaham materi, sedangkan variabel bebasnya adalah media mind

mapping.

Adapun bentuk rancangan desain post-test only control design ini dapat

dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Rancangan Penelitian Quasi eksperiment post-test only

control design

Kelompok Perlakuan Post-test


Kontrol - 01
Eksperimen X 02

Keterangan :

X : Treatmen yang diberikan

01 : Rerata post-test kelompok kontrol

02 : Rerata post-test kelompok eksperimen

Langkah-langkah penelitian dengan menggunakan desain ini adalah

sebagai berikut :

1. Menentukan sampel dari populasi.

2. Menentukan kelompok eksperimen dan kontrol.

3. Memberikan perlakuan dengan menggunakan media mind mapping atau

tidak menggunakan media mind mapping pada pembelajaran tema 7

khususnya materi Luas dan Volume di kelas III SD.

4. Memberikan post-test kepada kedua kelompok untuk mengetahui

pemahaman materi tersebut.

5. Melakukan analisis data untuk mengetahui apakah peserta didik tersebut

memahami atau tidaknya materi yang sudah diajarkan baik itu

menggunakan media mind mapping maupun tidak.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah yang terdiri dari objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang berbeda. Jadi, populasi

bukan hanya orang melainkan juga karakteristik atau sifat yang dimiliki
subjek atau objek tersebut. Dalam penelitian ini populasi yang diambil

yaitu dari SDN 01 Manisrejo kelas III-A dan III-B.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih melalui

teknik tertentu yang dapat mewakili populasi tersebut. Dalam penelitian

ini yang dijadikan sampel yaitu kelas III-A sebanyak 17 peserta didik dan

III-B sebanyak 17 peserta didik, sehingga total sampel berjumlah 34

peserta didik.

Kelas Jumlah Peserta Didik


III-A (Kelas Kontrol) 17 peserta didik
III-B (Kelas Eksperimen) 17 peserta didik
Jumlah 34 peserta didik

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Cluster Sampling (Area Sampling). Menurut Sugiyono (2007),

teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan populasi mana yang

akan dijadikan sumber data. Jadi, untuk pengambilan sampelnya

ditentukan dari populasi yang telah ditetapkan. Teknik yang digunakan

ada dua, yaitu : pertama, menentukan sampel daerah. Kedua, menentukan

orang-orang yang ada di daerah tersebut.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti ialah mengumpulkan

data sesuai yang diharapkan. Pengumpulan data yang digunakan adalah


pemahaman konsep pada materi yang diajarkan yaitu paham mengenai materi

luas dan volume pada tema 7. Teknik atau cara yang digunakan dalam

mengumpulkan data dilakukan dengan cara non-tes dan tes yang meliputi,

sebagai berikut :

1) Tes

Teknik dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah

dengan menggunakan tes. Dimana bentuk tes ini adalah soal pilihan

ganda dan isian. Tes yang akan digunakan dalam mengukur pemahaman

materi luas dan volume ini berupa tes objektif. Tes merupakan suatu alat

yang digunakan dengan adanya aturan yang sudah ditetapkan,

maksudnya dalam penilaiannya sudah ditetapkan berapa skor yang jika

menjawab salah maupun benar.

2) Dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksudkan adalah data diri peserta didik

yang termasuk di dalam populasi penelitian, seperti apa saja yang

dilakukan oleh peserta didik dari kelas III-A dan III-B. Data yang

diperoleh nanti disajikan dengan berupa tabel tiap peserta didik baik dari

kelompom kontrol maupun eksperimen. Yang dikumpulkan oleh peneliti

yaitu berupa data dokumen-dokumen yang diperlukan dalam meneliti.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu hal yang digunakan oleh peneliti

untuk mengukur dan mengumpulkan data. Menurut Sugiyono (2013)

berpendapat bahwa instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan


dalam mengukur suatu fenomena alam atau sosial yang sedang diteliti. Untuk

melakukan beberapa uji coba dapat dilakukan dengan cara menggunakan

instrumen, sebagai berikut :

1. Tes

Tes yang dilakukan dalam penelitian ini berupa tes pilihan ganda

berjumlah 10 soal dan isian berjumlah 2 soal. Untuk penilaiannya, dalam

pilihan ganda jika jawaban benar maka bernilai 2 dan jika salah maka

bernilai 0. Soal isi jika jawaban benar, maka bernilai 5 dan jika jawaban

salah, maka bernilai 0 akan tetapi jika jawaban yang dituliskan mendekati

benar atau caranya salah namun jawabannya benar bisa diberikan nilai 3

dan sebagainya bisa diperhitungkan kembali. Kemudian untuk nilai

totalnya jika benar semua ialah pilihan ganda 10 kali 2 hasilnya 20, dan

isian 2 kali 5 hasilnya 10, total pilihan ganda di tambah isian lalu dibagi 3

dan dikali 100 adalah 100. Jadi, jumlah nilai maksimum yang diharapkan

adalah 100. Soal tes ini diberikan kepada peserta didik pada saat

pembelajaran.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif. Data yang dihasilkan adalah data kuantitatif, dan menggunakan

statistik sebagai perhitungannya. Instrumen yang digunakan dalam

mengumpulkan data juga perlu di uji dengan yang namanya uji instrumen.

Karena dengan melakukan uji instrumen, dapat diketahui mengenai tingkat

validitas dan reliabilitasnya.


1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data dari post-test yang

diambil dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Menurut Budiyono

(2013: 170) dalam (Aryani : 2020) langkah-langkah dalam melakukan uji

normalitas dengan metode liliefors, sebagai berikut :

a. Menyusun hipotesis

H 0 : Data berdistribusi normal

H 1 : Data tidak berdistribusi normal

b. Menentukan nilai Ltabel dengan taraf signifikansi yaitu α =0 , 05

c. Menentukan rumus uji Liliefors yaitu :

L = Maks [ F ( Z i )−S ( Z i ) ] |; dengan F ( Z i ) = P (Z≤ Z i); Z

N (0,1)

S( Z i ) = proporsi cacah z ≤ z i terhadap seluruh z i

Keterangan :

F ( Z i ) = Nilai Zi dilihat pada table

1
S( Z i ) = (n = ukuran sampel)
N

d. Komputasi

1) Dari uji statistic tersebut diperoleh rumus :

Xi
Zi = =x
s

Dimana :

x=
∑x
n
Keterangan :

x : nilai rata-rata

x : nilai tes

n : total peserta didik

2) Mencari s dengan rumus :

√ n ( ∑ x ) −( ∑ x )
2 2
S=
n(n−1)

Keterangan :

s : deviasi standart sampel

n : jumlah sampel

e. Menentukan nilai kritis dan daerah kritis

Nilai kritis = L(a ; n) dan DK = { L|L> L(a; n) } dimana n adalah ukuran

sampel dan nilai L(a ; n) dapat dilihat di tabel nilai kritis uji Liliefors

pada tingkat signifikansi α dan derajat kebebasan n (ukuran sampel).

f. Menentukan keputusan uji

H 0 diterima jika Lhitung < Ltabel

H 1 diterima jika Lhitung < Ltabel

g. Menarik kesimpulan

H 0 diterima artinya sampel berasal dari populasi yang berdistribusi

normal.

H 0 ditolak artinya sampel tidak berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.
Dapat disimpulkan bahwa uji nya adalah H 0 diterima maka data

distribusi normal dan jika H 0 ditolak maka data tidak berdistribusi.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui kesamaan antara 2 variabel

atau lebih yang diteliti. Menurut Sugiyono (2016) dalam (Aryani : 2020)

langkah-langkah dari uji homogenitas, yaitu :

a. Menentukan hipotesis

H 0 : Sampel penelitian berasal dari variansi yang homogen

H 1 : Sampel penelitian tidak berasal dari variansi yang homogen

Varians dapat dicari dengan rumus :


n

Varians =
∑ (x i−x )2
1
n−1

b. Menentukan taraf signifikan (α = 0,05)

c. Menetapkan kaidah pengambilan keputusan

Jika f hitung<¿ f tabel ¿ , maka H 0 ditolak dan H 1 diterima

d. Menentukan nilai f hitung dengan rumus :

VarianTertinggi
F=
VarianTerendah

e. Menentukan f tabel dengan menggunakan tabel F

f. Membandingkan nilai f hitung dengan f tabel

g. Menentukan keputusan uji

3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui hipotesis penelitian diterima

atau ditolak. Rumus yang digunakan untuk uji hipotesis ini adalah uji

beda rata-rata (t-test independen) dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

X 1−X 2


2 2
t= s1 s2
+
n1 n 2

Keterangan :

X 1 = angka rata-rata kelas eksperimen

X 2 = angka rata-rata kelas kontrol

n1 = jumlah peserta didik kelas eksperimen

n2 = jumlah peserta didik kelas kontrol

2
s2 = varian kelas kontrol

Hasil t hitung kemudian dibandingkan dengan t tabel dengan taraf signifikansi

yaitu α = 0,05 dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

H 0 diterima jika t hitung ≤ t tabel dan H 0 ditolak jika t hitung ¿ t tabel

Anda mungkin juga menyukai