Anda di halaman 1dari 10

PENGGUNAAN KONTEKSTUALTERHADAP

PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG


PENGUKURAN

Pendidikan Guru madrasah ibtidaiyah

Universitas islam Negeri Sumatera Utara , kelompok 6

Nanin Hendarsih (030619015)

Email : naninhendarsih@gmail.com

Rifka Annisa Putri Matondang (0306191019)

Email : rifkaannisamatondangicha@gmail.com

Lona Hayani Hasibuan ( 0306191028)

Email : Nonahayani87@gmail.com

Yuni Lestari ( 0306191033)

Email : yunilestaripgmi1@gmail.com

Annisa Saputri (0306191041)

Email : annisasaputrii07@gmail.com

ABSTRAK

Hasil belajar matematika dengan materi pengukuran di kelas SD masih rendah, disebabkan
siswa cenderung pasif, siswa kurang terlibat dalam pembelajaran, serta guru masih
menggunakan metode ceramah. Keadaan ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan,
siswa kurang memahami konsep dan tidak menemukan sendiri pengetahuannya
menyebabkan kualitas pembelajaran matematika dan hasil belajar rendah. Berdasarkan uraian
di atas peneliti berusaha meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran
kontekstual. Permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini adalah Bagaimana penerapan
pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi
pengukuran di kelas SD.

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar pada materi pengukuran di kelas SD.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tindakan kelas dilakukan dengan
2 siklus. Tiap-tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Pengambilan data dilakukan dengan observasi, tes hasil belajar dan dokumentasi. Analisis
data dilakukan dengan analisis data kuantitatif analisis data kualitatif. Indikator keberhasilan
adalah hasil belajar siswa, aktivitas belajar siswa dan performansi guru. performansi guru
dalam proses pembelajaran pengukuran, serta pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
hasil belajar matematika di kelas V SD hal ditunjukan adanya perubahan positif dalam
pembelajaran matematika dengan merubah pembelajaran konvensional kearah pembelajaran
kontekstual yang dapat mengaktifka4n siswa serta meningkatkan hasil belajar pada materi
pengukuran.

Kata Kunci : Kontekstual dan Pengukur

PENDAHULUAN

Tentang Pendekatan di dunia pendidikan konsep kontekstual merupakan salah satu pion
utama yang banyak sekali mengasilkan kajian-kajian secara detail dan juga bermakna.
Kontekstual merupakan kata dari Bahasa Inggris yaitu Contextual kemudian di saring lagi
kebahasa Indonesia menjadi Konseptual. Kontekstual sendiri dapat diartikan yaitu suatu
konsep pembelajaran yang sangat membantu para tenaga pendidik untuk materi yang
dikaitkan untuk mengaitkan antara materi yang akan diajarkan kepada siswa dengan keadan
yang cukup jelas kepada siswa. Dan juga memberikan dorongan kepada siswa untuk
melakukan kegiatan antara ilmu yang dimiliki siswa dengan penerapan di kehidupan sehari-
hari.

Pengukuran ialah membandingkan sesuatu yang diukur dengan satuan pembanding yang
telah ditetapkan. Pengukuran sendiri terdiri dari enam macam yaitu : (1) Pengukuran Panjang,
(2) Pengukuran Luas, (3) Penukuran Volume, (4) Pengukuran Berat, (5) Pengukuran waktu,
(6) Pengukuran Jumlah. Itulah macam-macam atau jenis-jenis dari pengukuran.1

PEMBAHASAN

1
Endro Wahyono. S.Si., Rumus Pintar Matematimatika SD., ( Jakarta Selatan : PT Wahyumedia 2019) hal 58
A. Pengertian Kontekstual
Secara etimologi kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang
berarti hubungan, konteks, suasana dan keadaan. Sedangkan Teaching dapat diartikan
pembelajaran. dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang berhubungan dengan
suasana tertentu. Secara umum contextual mengandung arti : Yang berkenan, relevan,
ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks; Yang membawa maksud,
makna, dan kepentingan.Adapun secara terminologi adalah proses pembelajaran yang
holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan
mangaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ketrampilan yang dinamis
dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.2
B. Prinsip Mempelajari Konseptual
Kontruktivisme (Contructivism) Contructivism (kontruktivisme) merupakan
landasan berfikir (filosofi) dari pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyongkonyong. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Manusia harus mengkonstuksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengamatan nyata. Konstruktivisme dalam pembelajaran matematika misalnya,
peserta didik dapat mengelompokan sendiri contoh himpunan dalam bentuk diagram
Venn. Peserta didik akan mengkonstruksi pengetahuannya, sehingga ia bisa mentukan
mana irisan dan mana gabungan. 2. Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan
bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang
kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan.
Siklus inkuiri adalah: 1) Observasi (Observation); 2) Bertanya (Questioning); 3)
Mengajukan dugaan (Hiphotesis); 4) Pengumpulan data (Data Gathering); 5)
Penyimpulan (Conclussion). Inkuiri dapat diterapkan pada semua bidang studi,
termasuk matematika. Misalnya, peserta didik menemukan sendiri rumus dari irisan
dan gabungan pada diagram Venn berdasarkan pengetahuan yang peserta didik miliki

2
Muslich Masnur, KTSP Pembelaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara,2008), hal.
24.
sebelumnya. Peserta didik akan merasakan kepuasan tersendiri jika ia berhasil
melakukan penemuan. 3. Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki
seseorang, selalu bermula dari ³EHUWDQ\D¥ Questioning merupakan strategi utama
pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang
sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan
berfikir peserta didik. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya
berguna untuk: 1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis; 2)
Mengecek pemahaman siswa; 3) Membangkitkan respon kepada siswa; 4)
Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa; 5) Mengetahui hal-hal yang sudah
diketahui siswa; 6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki
guru; 7) Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa; 8) Untuk
menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Konsep matematika saling berkaitan satu
sama lain. Guru dapat menggunakan kegiatan bertanya untuk memotivasi peserta
didik yaitu menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan materi sebelumnya.
Misalnya, untuk mempelajari irisan dan gabungan pada diagram Venn peserta didik
harus memahami dahulu tentang himpunan. Untuk mengetahui hal ini guru dapat
mengajukan berbagai pertanyaan kepada peserta didik. Selain dari guru, kegiatan
bertanya juga dapat dilakukan dari peserta didik ke guru atau dari peserta didik ke
peserta didik ketika mengalami kesulitan dalam memecahkan soal matematika. 4.
Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep lerning community menyarankan
agar hasil pembelejaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar
diperoleh dari ³VKDULQJ¥ DQWDU WHPDQDQWDU NHORPSRN dan antara
yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar ini, juga orang-
orang yang ada diluar sana, semua anggota masyarakat belajar. Dalam kelas
pembelajaran kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam
kelompokkelompok belajar. Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok belajar
yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi
yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang
mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Vygotsky (Wartono, et.al.
2004:19) mengemukakan bahwa siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa
atau teman sebaya yang lebih mampu. Hal ini sejalan dengan ide Blancard (Wartono,
et.al. 2004:19) bahwa strategi CTL mendorong siswa belajar dari sesama teman dan
belajar bersama. Peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami
konsepkonsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan
temannya. Peserta didik bisa kerja sama dengan peserta didik lain untuk menemukan
rumus dan konsep matematika yang sulit. Mereka menyatukan pendapat dan
pengetahuan anatara konsep yang satu dengan konsep yang lain dalam matematika
dengan berdiskusi untuk memperoleh suatu kesimpulan.3
C. Penggunaan konstektual dalam pembelajaran
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) menurut Nurhadi
(2003) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara
materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sendiri-sendiri. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh dari usaha
siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.
Menurut Johson (2002) CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan
menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari
dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks keadaan
pribadi, sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut
meliputi tujuh komponen berikut : a. Membuat keterkaitan-keterkaitan bermakna b.
Melakukan pekerjaan yang berarti c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri d.
Melakukan kerja sama e. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang f.
Berpikir kritis dan kreatif untuk mencapai standar yang tinggi g. Menggunakan
penilaian otentik
Menurut Sanjaya (2004), Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran yaitu : a. Konstruktivisme (Construkvism) b. Bertanya (Quetioning) c.
Menemukan (Inquiry) d. Masyarakat belajar (learning community) e. Permodelan
(modeling) f. Penilaian sebenarnya (authentic assesment) Secara garis besar langkah-
langkah pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut : a. Kembangkan pemikiran
bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan
sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. b.
Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. c. Kembangkan
sikap ingin tahu siswa dengan bertanya d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam
kelompok-kelompoknya) e. Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran f.
Melakukan refleksi di akhir pertemuan g. Melakukan penilaian yang sebenarnya
dengan berbagai cara. Dalam kelas kontekstual, tugas guru lebih banyak berurusan

3
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.1 Edisi Januari 2017 ISSN: 2442-7470 16 PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR
dengan strategi pembelajaran daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola
kelas sebagai tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi
anggota kelasnya. Kontekstual hanya sebagai strategi. Kontekstual dikembangkan
dengan tujuan agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna.4
D. Penggunaan kontektual dalam pengukuran
Pendekatan kontekstual mampu memperbaiki proses pembelajaran matematika
dari pembelajaran yang menjenuhkan menjadi pembelajaran yang menyenangkan. Hal
ini disebabkan olah :
a) Siswa mempraktekkan sendiri dengan melakukan pengukuran panjang
menggunakan alat ukur tidak baku maupun alat ukur baku. Sehingga anak
lebih aktif dan tidak hanya duduk, diam dan mendengarkan penjelasan guru.
b) Dengan menggunakan pendekatan kontekstual siswa tidak hanya melakukan
pembelajaran di dalam ruang kelas, namun dilakukan juga di luar ruang kelas
dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
c) Dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa tentang pengukuran.5

METODE

Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala


ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Secara psikologis, metode pembelajaran
kontekstual berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi
karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti
keterkaitan stimulus dan respon. Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti
emosi, minat, motivasi, dan kemampuan atau pengalaman.Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam metode pembelajaran kontekstual, adalah (1). Belajar bukanlah menhapal,
akan tetapi proses mengontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki
(2). Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas, tapi meramunya dalam
bentuk data ke pengetahuan dan ke ilmu pengetahuan (3). Belajar adalah proses pemecahan
masalah (4). Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang dari yang sederhana
menuju yang kompleks (5). Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari
kenyataan empirik.
4
Vol. 4, No. 2, Desember 2008: 14-25 PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS PADA SISWA SEKOLAH DASAR Joko Sulianto
5
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
(PENGUKURAN), Teti Aprianingsih
Teknik Analisis Data Penelitian Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik analisis interaktif. Model analisa interaktif mempunyai tiga buah komponen
pokok yaitu : reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian tindakan ini dilakukan melalui dua siklus. Adapun mengenai

pelaksanaan tindakan secara umum melalui tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan Dalam tahap persiapan, kegiatan yang akan dilakukan adalah : a.
Mengidentifikasi masalah (mendiskusikan permasalahan) yang muncul berkaitan
dengan kekurang mampuan siswa dalam pembelajaran pengukuran pada mata
pelajaran matematika. Untuk melakukan identifikasi masalah ini digunakan tes
wawancara. b. Merancang pelaksanaan tindakan untuk memecahkan permasalahan
yang berkaitan dengan pembelajaran pengukuran. c. Menyusun format observasi dan
instrument penelitian untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran
pengukuran. d. Menetapkan jenis data yang akan dikumpulkan dan teknis analisis data
yang dapat digunakan dalam PTK ini.
2. Tahap implementasi tindakan
Adapun rencana tindakan yang disepakati adalah sebagai berikut : Siklus Pertama a.
Pengenalan dan tanya jawab mengenai jenis alat ukur baik baku maupun non baku. b.
Siswa berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa untuk menyelesaikan
pengukuran benda-benda yang ada di lingkungan sekolah. c. Siswa melaporkan
hasilnya di depan kelas dan siswa lain menanggapinya. Siswa menyiapkan alat untuk
mengukur secara individual. Terlebih dahulu guru menuliskan benda-benda yang akan
diukur siswa. b. Siswa melakukan kegiatan pengukuran diluar kelas namun masih
dalam lingkungan sekolah. c. Guru melakukan evaluasi baik proses maupun hasil. d.
Guru memberikan penguatan sebagai simpulan dari pembelajaran saat itu. e. Guru
bersama siswa mengadakan refleksi untuk mengatasi kesan-kesan atau respon siswa
terhadap pembelajaran yang baru saja berlangsung.
3. Tahap Observasi dan Monitoring
Pada tahap observasi dan monitoring, dilakukan observasi dan monitoring, serta
evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Kriteria keberhasilan
tindakan adalah siswa mampu melakukan ketrampilan mengukur baik dengan alat
ukur baku yang berupa penggaris mika (berukuran 30 cm) dan alat ukur tidak baku
(jengkal, depa, dan langkah). Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes dan tugas
mengukur benda-benda yang ada di lingkungan sekolah. Tes digunakan untuk
mengungkap tingkat kemampuan siswa mengenai pengukuran antara sebelum dan
sesudah tindakan, dan pada Siklus Pertama dan Siklus Kedua.
4. Tahap Analisis dan Refleksi Pada tahap ini dilakukan analisis, sintesis dan memaknai
hasil tindakan pertama untuk kemudian disimpulkan apakah perlu merevisi gagasan
umum atau mungkin memikirkan dan merencanakan kembali jenis tindakan
berikutnya yang perlu diterapkan agar siswa dapat memiliki ketrampilan mengukur
dengan baik. Begitu seterusnya sampai tindakan ini dapat tercapai.

KONSEP DASAR

Hampiran pembelajaran Kontekstual adalah salah satu prinsip pembelajaran yang


memungkinkan siswa belajar dengan penuh makna. Dengan memperhatikan prinsip
kontekstual, proses pembelajaran diharapkan mendorong siswa untuk menyadari dan
menggunakan pemahamannya untuk mengembangkan diri dan menyelesaikan berbagai
persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip kontekstual sangat penting
untuk segala situasi belajar.

Ada sembilan konteks belajar yang melingkupi siswa, yaitu (1). Konteks tujuan (Tujuan apa
yang akan dicapai ?) 2. Konteks isi (Materi apa yang akan diajarkan ?). (3). Konteks sumber
(Sumber belajar seperti apa yang bisa dimanfaatkan ?). (4). Konteks target siswa (Siapa yang
akan belajar ?). (5). Konteks guru (Siapa yang akan mengajar ?). (6). Konteks metode
(Strategi belajar apa yang cocok diterapkan ?). (7). Konteks hasil (Bagaimana hasil
pembelajaran yang akan diukur?). (8). Konteks kematangan (Apakah siswa telah siap dengan
hadirnya sebuah konsep atau pengetahuan baru?). (9). Konteks lingkungan (Dalam
lingkungan yang bagaimanakah siswa belajar ?).

Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan


pendekatan metode pembelajaran kontekstual. diantaranya (1). Pembelajaran merupakan
proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge). (2). Pembelajaran
untuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge) (3). Pemahaman
pengetahuan (understanding knowledge) (4). Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman
tersebut (applying knowledge) (5). Melakukan refleksi (reflecting knowledge).
PENUTUP

KESIMPULAN

kesimpulan

Dalam dunia pendidikan diperlukan adanya sebuah pendekatan, pendekatan ini berguna untuk
memperlancar jalannya proses pembelajaran. Terutama dalam pembelajaran matematika,
pendekatan pembelajaran kontekstual ialah salah satu pendekatan yang sesuai yang dapat
digunakan oleh guru dalam memberikan materi pelajaran. Pembelajaran pendekatan kontekstual
mengacu pada keadaan kehidupan nyata yang dialami peserta didik yang kemudian dikaitkan
dengan materi pelajaran yang diberikan. Sehingga peserta didik mampu menerima materi dengan
mudah, karena disini peserta didik tidak menghafal melainkan mengalami apa yang mereka pelajari.
Pembelajaran kontekstual mengandung tujuh asas yang menjadi landasan filosofisnya, yakni : 1.
Kontruktivisme, 2. Inkuiri, 3. Bertanya, 4. Masyarakat belajar, 5. Pemodelan, 6. Refleksi, 7. Penilaian
nyata. Ketujuh asas tersebut mendorong peserta didik untuk ikut terlibat dalam materi yang
diajarkan guru.

Pembelajaran kontektual akan membuat peserta didik mampu mengembangkan pemikirannya


dalam mendefinisikan suatu materi pelajaran yang ada, dan membuat peserta didik mengeluarkan
berbagai pemikiran yang berbeda.Pendekatan kontekstual mampu memperbaiki proses
pembelajaran matematika dari pembelajaran yang menjenuhkan menjadi pembelajaran yang
menyenangkan.Dalam materi pengukuran ini siswa dapat mempraktekkan sendiri dengan
melakukan pengukuran panjang menggunakan alat ukur tidak baku maupun alat ukur baku.
Sehingga anak lebih aktif dan tidak hanya duduk, diam dan mendengarkan penjelasan guru. Dengan
menggunakan pendekatan kontekstual siswa tidak hanya melakukan pembelajaran di dalam ruang
kelas, namun dilakukan juga di luar ruang kelas dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa tentang pengukuran.

Saran

Mengingat banyaknya peserta didik yang kurang mengerti dalam menerima materi pelajaran
matematika yang diberikan guru, dan masih banyaknya peserta didik yang kesulitan dalam belajar
matematika. Penerapan pembelajaran kontekstual sangatlah cocok untuk diterapkan kedalam
proses pembelajaran matematika, karena pembelajaran kontekstual akan menghubungkan keadaan
kehidupan nyata yang dialami peserta didik dengan materi pelajaran matematika yang akan
memudahkan peserta didik dalam memahami materi pelajaran dengan mudah sehingga akan
meningkatkan hasil prestasi belajar peserta didik didalam belajar matematika.
DAFTAR PUSTAKA

Endro Wahyono. S.Si., Rumus Pintar Matematimatika SD., ( Jakarta Selatan : PT


Wahyumedia 2019
Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 3 No.1 Edisi Januari 2017 ISSN: 2442-7470 16
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA
SEKOLAH DASAR
Muslich Masnur, KTSP Pembelaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi
Aksara,2008
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (PENGUKURAN), Teti
Aprianingsih
Vol. 4, No. 2, Desember 2008: 14-25 PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR
KRITIS PADA SISWA SEKOLAH DASAR Joko Sulianto

Anda mungkin juga menyukai