Anda di halaman 1dari 8

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN


PERKALIAN BILANGAN CACAH KELAS II SD

Oleh :
Sri Harningsih , Wahyudi 2), Ngatman 3)
1)

FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret


e-mail: harningsihsri@yahoo.co.id
1. Mahasiswa PGSD FKIP UNS, 2,3. Dosen PGSD FKIP UNS

Abstrak: Penggunaan Model Pembelajaran Contextual Teaching And


Learning Dalam Peningkatan Perkalian Bilangan Cacah Kelas II. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan langkah-langkah penggunaan model
pembelajaran CTL dalam peningkatan pembelajaran perkalian bilangan cacah
siswa kelas II SD Negeri 4 Tamanwinangun. Penelitian ini merupakan Penelitian
Tindakan Kelas dengan metode siklus dan setiap siklus terdiri dari perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini siswa kelas II SD Negeri 4
Tamanwinangun sebanyak 27 siswa. Metode pengumpulan data melalui tes,
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data meliputi reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengunanaan model pembelajaran CTL sesuai langkah dan karakternya dapat
meningkatkan pembelajaran perkalian bilangan cacah siswa kelas II SD Negeri 4
Tamanwinangun.

Kata-kata kunci : Model, Pembelajaran, CTL, Perkalian Bilangan Cacah.

Abstract: The Using Of Contextual Teaching And Learning Model in


Improving Of Learning Multiplication II student SD. The aims of this research
are to describe the steps on the using CTL model in improving of learning
multiplication II student SDN 4 Tamanwinangun. This research is Classroom
Action Research by using cycle method and each cycle consisted of the planning,
acting, observing, and reflecting. The research subject were II grade students
totalling as 27 students. To collect data using tests, interviews, observations, and
documentation. The data analize was consisted of data reduction, representation,
and reflection. The results showed that the using CTL model the appropriate steps
and the character to improve learning multiplication..

Key words: Model, Learning, CTL, Multiplication.


PENDAHULUAN an utuh dan menyeluruh pada siswa
Rendahnya hasil belajar sehingga dapat memahami dan
disebabkan oleh faktor-faktor antara mampu mengaplikasikan materi yang
lain kurangnya pemahaman siswa telah dipelajari dan mengaitkan
terhadap konsep-konsep dalam dengan konteks alam sekitar serta
materi perkalian, kurangnya minat siswa diberi kesempatan untuk pro
anak dalam mempelajari matematika aktif dan mendapatkan pengalaman
sehingga latihan soal yang diberikan, belajar.
banyak kegagalannya dan lamban Perkembangan kognitif
penyelesaiannya (tidak tepat waktu). menurut Suprijono (mengutip
Perkalian adalah salah satu simpulan Piaget) menyatakan bahwa
kegiatan dasar dari ilmu matematika anak pada masa perkembangan
yang harus dikuasai oleh setiap siswa operasional konkrit (7-11) sudah
karena akan sangat berguna dalam mulai paham dengan peraturan logis,
kehidupan sehari-hari. Guru refesibel dan kekekalan (2009: 23).
memiliki peran yang sangat besar Misalnya mempunyai ketaatan yang
terhadap keberhasilan pendidikan kuat terhadap aturan yang mereka
dalam menumbuhkan proses temui di lingkungannya. Apa yang
pembelajaran yang baik agar dapat dialaminya (didengar, dilihat, dan
mencapai hasil pembelajaran yang dirasakan) merupakan pengayaan
optimal sesuai dengan tujuan kognitif, emosi dan perkembangan
pembelajaran yang diharapkan. sosial yang memperluas dan
Pembelajaran sebagai sistem memperkuat akumulasi perkem-
mempunyai sejumlah komponen bangan selanjutnya.
yang saling berinteraksi untuk Karakter siswa kelas II SD
mencapai tujuan. Komponen pem- berada pada tahap operasional
belajaran meliputi materi, metode, konkrit, sehingga guru dituntut untuk
alat, dan evaluasi pembelajaran. dapat mengemas perencanaan dan
Menentukan model atau kegiatan pengalaman belajar yang akan
belajar merupakan langkah penting diberikan kepada siswa dengan baik,
dalam menunjang keberhasilan menyampaikan hal-hal yang ada di
pencapaian tujuan. Model lingkungan sekitar kehidupan siswa
pembelajaran tersebut harus sehari-hari, sehingga materi pelajaran
disesuaikan dengan tujuan dan materi yang dipelajari bersifat konkrit dan
pelajaran. lebih bermakna bagi anak. Karena
Untuk melaksanakan proses siswa melihat sesuatu secara konkrit,
pembelajaran perlu dipikirkan model dalam memahami sesuatu hanya
pembelajaran yang tepat dan sesuai yang dilihat, berpikir logis dan
dengan materi serta tujuan sistematis, mengalami sendiri, dan
pembelajaran, juga ditetapkan masih patuh terhadap aturan yang
dengan melihat kegiatan yang akan berlaku.
dilakukan. Selain itu, juga diperlukan Pembelajaran matematika di
adanya pembelajaran yang menye- sekolah dasar biasanya menggunakan
nangkan tetapi tidak meninggalkan metode ceramah dan latihan sehingga
konteks awal yaitu kebermaknaan anak menjadi pasif dan
yang mampu memberikan pemaham- perkembangan anak akan terhambat.
Oleh karena itu, peneliti nyelesaikan masalah sosial, ekonomi,
mengusulkan model pembelajaran dan alam yang berkaitan dengan
yang dapat meningkatkan pem- bilangan.
belajaran yaitu menggunakan model Mata pelajaran matematika
pembelajaran Contextual Teaching berfungsi sebagai alat, pola pikir, dan
and Learning. Penggunaan model ilmu atau pengetahuan (Karso, 2008:
pembelajaran ini diharapkan mampu 2.6). Ruang lingkup matematika SD
meningkatkan pembelajaran, mem- meliputi unit aritmetika, unit
beri kesempatan yang seluas-luasnya geometri, unit pengukuran, dan unit
kepada siswa untuk mengembangkan kajian data.
kemampuan dan menemukan sendiri Karim, dkk. (1996)
konsep materi pelajaran yang di- menyatakan bahwa bilangan cacah
kaitkan dengan kehidupan nyata. didefinisikan sebagai bilangan yang
Kline, 1973 (dalam Jihad digunakan untuk menyatakan cacah
2008: 152) menyatakan, matematika anggota atau kardinalitas suatu
bukan pengetahuan yang menyendiri, himpunan. Sedangkan operasi
tetapi keberadaannya untuk mem- perkalian bilangan cacah pada
bantu manusia dalam me-mahami dasarnya dapat didefinisikan sebagai
dan menguasai permasalahan sosial, hasil penjumlahan berulang
ekonomi, dan alam. Matematika bilangan-bilangan cacah (dalam
adalah ilmu deduktif, ilmu tentang Kholidin, 2010:7). Operasi hitung
pola keteraturan, seni, bahasa, ilmu perkalian bilangan cacah didefi-
tentang struktur yang terorganissasi, nisikan sebagai hasil penjumlahan
matematika adalah ilmu yang teratur berulang bilangan-bilangan cacah.
dan eksak, matematika adalah ide- Jika a dan b bilangan-bilangan cacah,
ide, konsep-konsep abstrak, dan maka a  b dapat didefinisikan
bersifat deduktif (Karso, 2006:1.59). sebagai b + b + b + … + b (sebanyak
Menurut Wahyudi (2008: 3) a kali).
matematika adalah suatu bahan Sugiyanto (2008: 9),
kajian yang memiliki objek abstrak Hatimah (2008: 9.18), Trianto (2011:
dan dibangun melalui proses 107), dan Suprijono (2010: 81)
penalaran deduktif, yaitu kebenaran menyatakan pengertian Contextual
suatu konsep diperoleh sebagai Teaching and Learning (CTL) adalah
akibat logis dari kebenaran konsep pembelajaran yang
sebelumnya sudah yang diterima, membantu dan mendorong guru
sehingga kebenaran antar konsep untuk menghubungkan materi yang
dalam matematika bersifat sangat diajarkan dan situasi dunia nyata
kuat dan jelas. siswa, selain itu juga mendorong
Dari beberapa definisi di siswa membuat hubungan antara
atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang dimilikinya dan
matematika adalah ilmu yang penerapannya dalam kehidupan
mengkaji tentang objek abstrak yang mereka sehari-hari sebagai anggota
dibuat secara deduktif dari unsur masyarakat.
yang tidak didefinisikan yang telah Karakteristik pendekatan
dibuktikan kebenarannya dan pembelajaran berbasis CTL adalah
digunakan untuk membantu me- (1) pengalaman nyata, (2) kerja sama
dan saling menunjang, (3) gembira/ Penggunaan model pem-
belajar dengan bergairah, (4) pem- belajaran CTL pada materi perkalian
belajaran terintegrasi, (5) menggu- bertujuan agar siswa memahami
nakan berbagai sumber, (6) siswa bahwa perkalian berkaitan erat dan
aktif dan kritis, (7) menyenangkan sangat dekat dengan kehidupan
dan tidak membosankan, (8) sharing mereka sehingga pembelajaran
dengan teman, (9) guru kreatif menjadi bermakna dan materi yang
(Sugiyanto, 2008: 26). Menurut dipelajarinya tidak akan mudah
Sumiati (2009: 14-17) ada tujuh dilupakan.
komponen dalam pendekatan CTL, Berdasarkan uraian di atas,
yaitu: Contructivism, Inquiry, maka rumusan masalah penelitian ini
Questioning, Learning community, adalah: (1) Bagaimana langkah-
Modeling, Reflection, Autentic langkah penggunaan model pem-
assessment. belajaran Contextual Teaching and
Prinsip dasar dalam pem- Learning (CTL) dalam peningkatan
belajaran kontekstual antara lain pembelajaran perkalian bilangan
prinsip keterkaitan (Relating), prinsip cacah pada siswa kelas II SD Negeri
pengalaman langsung (Expe- 4 Tamanwinangun?, (2) Apakah
riencing), prinsip aplikasi model pembelajaran Contextual
(Applying), prinsip kerjasama Teaching and Learning (CTL) dapat
(Cooperating), prinsip alih meningkatkan hasil pembelajaran
pengetahuan (Transferring) perkalian bilangan cacah pada siswa
(Kusmana, 2010: 79-82). Menurut kelas II SD Negeri 4 Taman-
Suprijono (2010: 80) dan (Elaine. winangun?, (3) Apa kendala dan
2009:62) prinsip-prinsip pem- solusi penggunaan model
belajaran CTL adalah prinsip saling pembelajaran Contextual Teaching
ketergantungan, prinsip diferensiasi, and Learning (CTL) dalam
dan prinsip pengaturan diri. peningkatan pembelajaran perkalian
Langkah-langkah pembelajar- bilangan cacah pada siswa kelas II
an CTL dapat dilakukan dengan (1) SD Negeri 4 Tamanwinangun?
guru menjelaskan kompetensi, Sedangkan tujuan penelitian
manfaat proses pembelajaran dan yaitu: (1) Mendeskripsikan peng-
pentingnya materi yang akan gunaan model pembelajaran
dipelajari; (2) guru melaksanakan Contextual Teaching and Learning
prosedur pembelajaran CTL; (3) guru (CTL) dalam meningkatkan pem-
bertanya jawab dengan siswa; (4) belajaran perkalian bilangan cacah
menciptakan masyarakat belajar pada siswa kelas II SD Negeri 4
dengan melakukan observasi sesuai Tamanwinangun, (2) Mendeskripsi-
pembagian tugas kelompok; (5) guru kan hasil pembelajaran dengan
menghadirkan model pembelajaran; menggunakan model pembelajaran
(6) guru melakukan refleksi pada Contextual Teaching and Learning
kegiatan akhir pertemuan; (7) guru (CTL) dalam meningkatkan pem-
melakukan penilaian yang belajaran perkalian bilangan cacah
sebenarnya dengan mengerjakan soal pada siswa kelas II SD Negeri 4
evaluasi. Tamanwinangun, (3) Mendeskripsi-
kan kendala dan solusi penggunaan
model pembelajaran Contextual menyimpulkan, dan memutuskan
Teaching and Learning (CTL) dalam data.
meningkatkan pembelajaran perkali- Analisis data dilakukan
an bilangan cacah pada siswa kelas II dengan analisis kualitatif, meliputi
SD Negeri 4 Tamanwinangun. tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan dan terus-menerus selama
METODE PENELITIAN dan setelah pengumpulan data, yaitu
Jenis penelitian ini adalah (1) reduksi data, (2) penyajian data,
penelitian tindakan kelas (classroom (3) penarikan kesimpulan (Sugiyono,
action research) yang dimaksudkan 2008: 338). Adapun untuk kepen-
sebagai tindakan untuk memperbaiki tingan keabsahan data digunakan
serta meningkatkan kualitas pem- metode triangulasi yang melibatkan
belajaran, sehingga tujuan pem- siswa, teman sejawat, dan guru kelas.
belajaran dapat tercapai, selain itu Adapun Pelaksanaan tindakan
siswa dan guru dapat meningkatkan sesuai dengan rencana penelitian ini
kemampuan dan keterampilannya. adalah sebagai berikut: (1) Siklus I:
Subjek penelitian ini adalah memahami konsep dasar perkalian
siswa kelas II SDN 4 dan menghafal fakta dasar perkalian
Tamanwinangun sebanyak 27 siswa. bilangan cacah sapai 50; (2) Siklus
Penelitian ini dilaksanakan sejak II: menghafal fakta dasar bilangan
bulan Januari 2013 sampai dengan cacah 50 sampai 100 dan
bulan Februari 2013. Tempat menghitung perkalian secara cepat;
penelitian ini adalah SDN 4 (3) Siklus III: menghitung perkalian
Tamanwinangun. tiga bilangan dan menyelesaikan soal
Model penelitian tindakan cerita.
kelas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sistem spiral HASIL PENELITIAN DAN
refleksi diri yang dikembangkan oleh PEMBAHASAN
Kemmis dan Taggart (Arikunto, Dalam melaksanakan
2006: 93) yang meliputi 4 tahap, langkah penggunaan model
yaitu (1) perencanaan/plan, (2) tin- pembelajaran CTL, peneliti men-
dakan/action, (3) pengamatan/ob- dapatkan data dari observer berupa
serve, dan (4) refleksi/reflection. data observasi. Persentase peng-
Tahapan ini dilakukan secara terus- gunaan model pembelajaran CTL
menerus dan berkesinambungan untuk guru:
(spiral) sehingga ditemukan hasil Persentase
yang optimal. Rata
Pertemuan Pertemuan -rata
Data dalam penelitian ini 1 2
berupa data awal (pratindakan) dan Siklus I 84% 78% 81%
data tindakan yang merupakan hasil. Siklus II 80% 81% 80,5%
Alat pengumpulan data yang
Siklus III 87% 86% 86,5%
digunakan berupa tes, wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Peneliti 84% 82% 83%
berkedudukan sebagai pelaksana
penelitian yang menyeleksi, menilai, Persentase penggunaan model
pembelajaran CTL untuk siswa:
Persentase beberapa siswa yang belum
Rata- mengerti.
Pertemuan Pertemuan
rata Berdasarkan hasil tes pada
1 2
Siklus I 80% 76% 78% studi awal dapat diketahui bahwa
Siklus II nilai rata-rata siswa yaitu 75,5.
83% 87% 85%
Kriteria Ketuntasan Minimal pada
Siklus III 85% 88% 87% penelitian ini adalah 70, sehingga
83% 84% 83,5% siswa yang tuntas mencapai
sebanyak 19 siswa atau 70,3%.
Dari data di atas, dapat Sedangkan siswa yang belum tuntas
diketahui bahwa penggunaan model mencapai sebanyak 8 siswa atau
pembelajaran CTL pada setiap 29,7%.
siklusnya mengalami peningkatan. Persentase hasil tes siswa:
Untuk observasi guru mencapai rata- Persentase
rata 82,7% dan siswa mencapai Rata-
Pertemuan Pertemuan
83,5%. Proses belajar siswa selama rata
1 2
penelitian menemui banyak kendala, Siklus I 80,4 76,7 78,6
namun kendala yang muncul Siklus II 81,9 82,2 82,1
berkurang dari setiap pertemuan. Siklus III 82,2 83,7 83
Persentase proses belajar siswa Rata-rata 81,2
dalam pembelajaran:
Persentase Pada tindakan siklus I siswa
Rata-
Keaktifan Kerja yang belum tuntas sebesar 12,9% dan
rata
sama siswa yang sudah tuntas sebesar
Siklus I 73,5% 73,5% 73,5% 87,1% dengan rata-rata nilai 78,6.
Siklus II 81,5% 82,4% 82% Pada tindakan siklus II persentase
Siklus III 87,5% 86,1% 86,8% ketuntasan mencapai 90,3% dengan
rata-rata nilai 82,1 dan pada siklus III
80,8% 80,8% 80,8%
96,3% dengan rata-rata nilai 83.
Pelaksanaan penelitian
Keaktifan dan kerja sama
diawali dengan mengadakan tes awal
siswa selama pembelajaran mem-
untuk mengetahui kondisi awal
peroleh rata-rata 80,8%.
siswa. Langkah-langkah dalam pem-
Pada pemahaman perkalian
belajaran perkalian bilangan cacah
bilangan cacah siswa kelas II SD
dengan menggunakan CTL adalah (1)
Negeri 4 Tamanwinangun masih
guru menjelaskan kompetensi yang
banyak yang mengalami kendala atau
harus dicapai serta manfaat proses
kesulitan. Pada saat siswa belajar
pembelajaran dan pentingnya materi
materi perkalian bilangan cacah,
yang akan dipelajari; (2) guru
masih ada siswa yang belum paham
melaksanakan prosedur pembelajaran
dan belum hafal fakta dasar perkalian
CTL; (3) guru melakukan tanya
serta masih bingung tentang contoh
jawab dengan siswa; (4) menciptakan
perkalian dalam kehidupan sehari-
masyarakat belajar dengan mela-
hari. Setelah guru memberikan
kukan observasi sesuai pembagian
penjelasan, ternyata masih ada
tugas kelompok, (5) guru meng-
hadirkan model pembelajaran; (6)
guru melakukan refleksi pada Penggunaan model pem-
kegiatan akhir pertemuan; (7) guru belajaran Contextual Teaching and
melakukan penilaian yang sebe- Learning (CTL) yang sesuai dengan
narnya dengan mengerjakan soal langkah-langkah dan karakteristiknya
evaluasi. dapat meningkatkan pembelajaran
Dari pelaksanaan tindakan perkalian bilangan cacah siswa kelas
selama tiga siklus, diketahui bahwa II SD Negeri 4 Tamanwinangun.
keaktifan, kerja sama dan hasil Kendala: (1) membutuhkan
belajar siswa meningkat. Hasil tes waktu lama dalam PBM, (2) penge-
awal, nilai rata-rata siswa yaitu 75,5. tahuan yang didapatkan siswa ber-
Kriteria Ketuntasan Minimal pada beda-beda, (3) kurang percaya diri
penelitian ini adalah 70, siswa yang siswa dan minder, (4) kelompok di-
tuntas sebanyak 19 siswa atau dominasi siswa yang akademiknya
70,3%. Sedangkan siswa yang belum tinggi, (5) guru memerlukan perha-
tuntas sebanyak 8 siswa atau 29,7%. tian dan bimbingan yang ekstra
Disusul tindakan siklus I siswa yang terhadap siswa, (6) siswa belum me-
sudah tuntas sebesar 87,1% dan ngerti pentingnya belajar kelompok.
siswa yang belum tuntas sebesar Solusinya yaitu (1) mengatur waktu
12,9% dengan rata-rata nilai 78,6. PBM, (2) membantu menyadarkan
Pada tindakan siklus II persentase siswa tentang apa yang dipelajari, (3)
ketuntasan mencapai 90,3% dengan memberikan motivasi dan penguatan,
rata-rata nilai 82,1 dan pada siklus III (4) memberikan pengarahan belajar
96,3% dengan rata-rata nilai 83. kelompok, (5) membimbing siswa
bekerja dengan efektif dalam ke-
SIMPULAN DAN SARAN lompok, (6) mengarahkan siswa agar
Langkah-langkah pengguna- terbentuk kerja sama baik antar
an model pembelajaran Contextual individu maupun kelompok.
Teaching and Learning (CTL) yang Berdasarkan simpulan di
dapat meningkatkan pembelajaran atas, maka peneliti menyarankan: (1)
perkalian bilangan cacah siswa kelas guru hendaknya menciptakan sua-
II SD Negeri 4 Tamanwinangun (a) sana pembelajaran yang aktif,
guru menjelaskan kompetensi, man- inovatif, dan menyenangkan dalam
faat, dan pentingnya materi yang pembelajaran, (2) siswa hendaknya
akan dipelajari, (b) guru melaksa- sadar bahwa materi pembelajaran
nakan prosedur pembelajaran CTL, berkaitan erat dengan kehidupan nya-
(c) guru melakukan tanya jawab de- ta untuk memudahkan memahami
ngan siswa, (d) menciptakan masya- materi pembelajaran, (3) peneliti
rakat belajar dengan me-lakukan hendaknya lebih mengoptimalkan
observasi sesuai pembagian tugas penggunaan model pembelajaran
kelompok, (e) guru meng-hadirkan CTL dan model pembelajaran yang
model pembelajaran, (f) guru mela- lain dalam pelaksanaan pembe-
kukan refleksi pada kegiatan akhir lajaran.
pertemuan, (g) guru melakukan peni-
laian yang sebenar-nya dengan me-
ngerjakan soal evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA Suprijono, A. (2010). Cooperatif
Anitah, S. (2009). Strategi Learning Teori dan Aplikasi
Pembelajaran di SD. PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Jakarta: Universitas Pelajar.
Terbuka.
Tim Penyusun KTSP. (2007).
Arikunto, S. (2006). Prosedur Kurikulum Tingkat Satuan
Penelitian Suatu Pendekatan Pendidikan (KTSP).
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Kebumen: Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan.
Asrori, M. (2009). Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: Trianto. (2011). Mendesain Model
Wacana Prima. Pembelajaran Inovatif-
Progresif. Jakarta: Kencana.
Hatimah, I. (2008). Pembelajaran
Berwawasan Masyarakat. Wahyudi. (2008). Pembelajaran
Jakarta: Universitas Terbuka. Matematika di Sekolah Dasar.
Kebumen: Fakultas Keguruan
Heruman. (2007). Model dan Ilmu Pendidikan
Pembelajaran Matematika di Universitas sebelas Maret
Sekolah Dasar. Bandung: PT Surakarta.
Remaja Rosdakarya.

Karso, dkk. (2008). Pendidikan


Matematika I. Jakarta:
Universitas terbuka.

Padmono. 2012. Penelitian Tindakan


Kelas. Surakarta: Pelangi
Press.

Purwanto. (2008). Evaluasi Hasil


B`elajar. Surakarta: Pustaka
Pelajar.

Sugiyanto. (2008). Model-model


Pembalajaran Inovatif.
Surakarta: Panitia Sertifikasi
Guru Rayon 13.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitatif dan R
& D. Bandung: CV
Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai