Anda di halaman 1dari 10

Vol. 1 No. 1 April, Th.

2016

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND


LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR STATISTIKA
Dedy Juliandri Panjaitan

Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah


Jl. Garu II No. 93 Medan
juliandri.dedy@yahoo.com

Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi statistika dengan
menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Jenis penelitian pada tulisan
ini adalah penelitian tindakan kelas ( Classroom Action Research). Instrumen yang digunakan
untuk pengumpulan data adalah tes, observasi dan wawancara. Dari hasil pretest didapat hasil
belajar siswa dengan rata-rata 45,5 yang jauh dibawah nilai ketuntasan. Pada tes hasil belajar
siklus I diperoleh rata-rata 73,3 dengan tingkat ketuntasan klasikal 70%. Pada siklus II diperoleh
hasil belajar dengan rata-rata 88,4 dengan tingkat ketuntasan klasikal 87,5%. Dapat disimpulkan
bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) layak untuk diterapkan dalam proses
pembelajaran statistika di SMA Harapan Medan.

Kata Kunci : statistika, Pendekatan Contextual Teaching And Learning

Abstracts

This research aims to increase students’ achievement in statistic subject by using Contextual
Teaching and Learning (CTL) approach. Classroom action research was conducted to achieve the
objective of the research.. The data instruments used were tests, observation and interviews.
Pretest showed that students’ achievement was 45.5 which is still low. While, in cycle I the
students’ achievement was 73.3 with 70% of completeness. In cycle II students’ achievement was
88.4 with 87.5% of completeness. Thus, it can be concluded that Contextual Teaching and
Learning (CTL) affects to students’ achievement in statistical subject of private senior high school
of Harapan Medan.

Keywords: statistics, Contextual Teaching and Learning Approach

1. Pendahuluan berbudaya, yang memungkinkan


1.1. Latar Belakang seseorang untuk meningkatkan kualitas
Dalam kehidupan sehari-hari, hidupnya dan memampukan seseorang
matematika berperan sangat besar. untuk mencari solusi dari permasalahan-
Besarnya peran matematika tersebut permaslahan yang dihadapinya sehari-
menuntut siswa harus mampu menguasai hari”.
pelajaran matematika. Panjaitan (2014) Banyak faktor yang menyebabkan
mengatakan ”pelajaran matematika rendahnya prestasi siswa dalam belajar
memiliki fungsi sebagai sarana untuk matematika, demikian juga halnya di
mengembangkan berfikir logis, kritis, SMA Harapan Medan. Salah satu
kreatif, meningkatkan kesadaran diantaranya adalah penggunaan

1
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016

pendekatan yang kurang tepat oleh guru. siswa dalam menghadapi permasalahan
Menurut Sobel dan Maletsky dalam hidup yang dihadapi sekarang maupun
bukunya mengajar matematika (2001:1- yang akan datang. Pendekatan
2) banyak sekali guru matematika yang pembelajaran yang cocok untuk hal diatas
menggunakan waktu pelajaran dengan adalah pendekatan kontekstual
kegiatan membahas tugas-tugas lalu, (Contextual Teaching and Learning :
memberi pelajaran baru dan memberi CTL)”.
tugas kepada murid-murid. Pendekatan Pendekatan Kontekstual (CTL)
ini yang dilakukan setiap hari (rutin) merupakan konsep belajar yang
dapat dikatakan sebagai 3M yaitu membantu guru mengaitkan materi yang
membosankan, membahayakan dan diajarkannya dengan situasi nyata dan
merusak seluruh minat siswa. Kebiasaan mendorong siswa membuat hubungan
inilah yang tanpa disadari akan antara pengetahuan yang dimilikinya
mengakibatkan terjadinya rendahnya dengan penerapannya dalam kehidupan
hasil belajar siswa khususnya materi sehari-hari mereka sebagai anggota
tentang statistika. keluarga dan masyarakat
Menanggapi hal tersebut peneliti (Trianto,2008:10). Dalam hal ini siswa
mencoba mangkaji suatu alternatif perlu mengerti apa makna belajar, apa
pembelajaran dengan pendekatan manfaatnya, dalam apa status mereka
kontekstual (Contextual Teaching and dan bagaimana mencapainya. Mereka
Learning: CTL) yang diharapkan dapat akan menyadari bahwa apa yang
menjadi salah satu pilihan dalam dipelajari akan berguna bagi hidupnya
mengatasi masalah dalam pembelajaran kelak.
statistika tersebut. Kunandar (2007:293) Pendekatan Contextual Teaching and
mengatakan: Learning (CTL)
Pendekatan kontekstual bukan
“Pembelajaran yang berorientasi target
merupakan suatu konsep baru. Penerapan
penguasaan materi terbukti berhasil
pendekatan kontekstual di kelas pertama
dalam kompetisi “mengingat” jangka
kali diusulkan oleh John Dewey. Pada
pendek, tetapi gagal dalam membekali
tahun 1916, Dewey mengusulkan suatu
anak memecahkan persoalan jangka
kurikulum dan metodologi pengajaran
panjang. Oleh karena itu, perlu ada
yang dikaitkan dengan minat dan
pendekatan pembelajaran yang lebih
pengalaman siswa.
bermakna sehingga dapat membekali

2
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016

Pendekatan Kontekstual atau belajar yang membantu guru


Contextual Teaching and Learning menghubungkan antara materi pelajaran
(CTL) merupakan konsep belajar yang yang diajarkannya dengan situasi nyata
membantu guru mengaitkan antara materi siswa dan mendorong siswa membuat
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata hubungan antara pengetahuan yang
siswa dan mendorong siswa membuat dimilikinya dengan penerapannya dalam
hubungan antara pengetahuan yang kehidupan sehari-hari.
dimilikinya dengan penerapannya dalam Ada lima karakteristik penting
kehidupan mereka sebagai anggota dalam proses pembelajaran yang
keluarga dan masyarakat. Dalam konteks menggunakan pendekatan CTL (Sanjaya,
ini siswa perlu mengerti apa makna 2006:256) :
belajar, manfaatnya, dalam status apa 1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah
mereka dan bagaimana mencapainya. ada (Activating Knowledge). Ini
Dengan ini siswa akan menyadari bahwa berarti apa yang akan dipelajari tidak
apa yang mereka pelajari berguna sebagai terlepas dari pengetahuan yang sudah
hidupnya nanti. Selain itu, akan membuat dipelajari. Dengan demikian
mereka memposisikan sebagai diri pengetahuan yang akan diperoleh
sendiri yang memerlukan suatu bekal siswa adalah pengetahuan yang utuh
yang bermanfaat untuk hidupnya nanti memiliki keterkaitan satu sama lain.
dan siswa akan berusaha untuk 2. Pemerolehan pengetahuan baru
menanggapinya. (Acquiring Knowledge) dengan cara
Sanjaya (2006:255) mengatakan mempelajari keseluruhan dulu
bahwa Contextual Teaching and (deduktif), kemudian memerhatikan
Learning (CTL) adalah suatu strategi detailnya.
pembelajaran yang menekankan kepada 3. Pemahaman pengetahuan
proses keterlibatan siswa secara penuh (Understanding Knowledge), artinya
untuk dapat menemukan materi yang pengetahuan yang diperoleh bukan
dipelajari dan menghubungkannya untuk dihafal tetapi untuk dipahami
dengan situasi kehidupan nyata sehingga dan diyakini dengan cara menyusun
mendorong siswa untuk dapat konsep sementara (hipotesis),
menerapkannya dalam kehidupan melakukan sharing kepada orang lain
mereka. agar mendapat tanggapan (validasi),
Dari pengertian diatas dapat dan konsep tersebut direvisi dan
disimpulkan bahwa CTL adalah konsep dikembangkan.

3
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016

4. Mempraktikkan pengetahuan dan proses membangun atau menyusun


pengalaman tersebut (Applying pengetahuan baru dalam struktur kognitif
Knowledge), artinya pengetahuan dan siswa berdasarkan pengalaman.
pengalaman yang diperolehnya harus Menurut kontruktivisme, pengetahuan
dapat diaplikasikan dalam kehidupan memang berasal dari luar, akan tetapi
siswa, sehingga tampak perubahan dikonstruksi oleh dan dari dalam diri
perilaku siswa. seseorang. Dalam pembelajaran, siswa
5. Melakukan refleksi (Refecting membangun sendiri pengetahuan mereka
Knowledge) terhadap strategi melalui keterlibatan aktif dalam proses
pengembangan pengetahuan tersebut. belajar mengajar. Siswa menjadi pusat
Hal ini dilakukan sebagai umpan kegiatan, bukan guru. Oleh karena itu,
balik untuk proses perbaikan dan tugas guru adalah memfasilitasi proses
pembelajaran. tersebut dengan hal-hal berikut (Trianto,
Menurut Trianto (2007:105), 2007:109) :
Pendekatan kontektual (CTL) memiliki a. Menjadikan pengetahuan bermakna
tujuh komponen utama, yaitu dan relevan bagi siswa
Konstruktivisme (Constructivism), b. Memberikan kesempatan siswa
menemukan (Inquiry), bertanya menemukan dan menerapkan idenya
(Questioning), masyarakat-belajar sendiri.
(Learning Community), pemodelan c. Menyadarkan siswa agar
(Modeling), refleksi (Reflection), dan menerapakan strategi mereka sendiri
penilaian yang sebenarnya (Authentic). dalam belajar.
Adapun tujuh komponen tersebut sebagai 2. Menemukan (Inquiry)
berikut: Menemukan merupakan bagian inti dari
1. Konstruktivisme (Constructivism) kegiatan pembelajaran berbasis
Kontruktivisme merupakan landasan kontekstual. Pengetahuan dan
berpikir CTL, yang menekankan bahwa keterampilan yang diperoleh siswa
belajar tidak hanya sekedar menghafal, diharapkan bukan hasil mengingat
mengingat pengetahuan tetapi merupakan seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari
suatu proses belajar mengajar dimana menemukan sendiri. Belajar merupakan
siswa sendiri aktif secara mental proses mental yang diharapkan dapat
membangun pengetahuannya, yang mengembangkan intelektual, mental
dilandasi oleh struktur pengetahuan yang emosional maupun pribadinya secara
dimilikinya. Kontruktivisme adalah utuh. Kegiatan menemukan (inquiry)

4
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016

merupakan sebuah siklus yang terdiri dari membimbing dan mengarahkan siswa
observasi (observation), bertanya untuk menemukan materi yang
(questioning), mengajukan dugaan dipelajarinya. Kegiatan bertanya berguna
(hiphotesis), pengumpulan data (data untuk (Sanjaya, 2006:266) :
gathering), penyimpulan (conclusion). 1) Menggali informasi tentang
kemampuan siswa dalam penguasaan
Secara umum, proses inkuiri dapat
materi pelajaran.
dilakukan melalui beberapa langkah
berikut (Kunandar, 2007:309) : 2) Membangkitkan motivasi siswa
untuk belajar.
1. Merumuskan masalah.
2. Mengamati dan melakukan observasi 3) Merangsang keingintahuan siswa
terhadap sesuatu.
dengan membaca buku atau sumber
lain untuk mendapatkan informasi / 4) Mengetahui hal-hal yang sudah
diketahui siswa.
data sebanyak-banyaknya dari suatu
objek yang diamati. 5) Memfokuskan perhatian pada

3. Menganalisis dan menyampaikan sesuatu yang dikehendaki guru.

hasil karya baik dalam bentuk 6) Membangkitkan lebih banyak lagi

laporan, tulisan, gambar, bagan, tabel pertanyaan dari siswa untuk

atau yang lainnya. menyegarkan kembali pengetahuan

4. Menyajikan hasil karya tersebut siswa.

kepada teman sekelas untuk 7) Membimbing siswa untuk

mendapatkan masukan dan ide-ide menemukan atau menyimpulkan

baru yang disertai dengan kegiatan sesuatu.

tanya jawab serta mengevaluasi Kegiatan bertanya dapat diterapkan

hasilnya. antara siswa dengan guru, siswa dengan

3. Bertanya (Questioning) siswa atau antara siswa dengan orang lain

Pengetahuan yang dimiliki seseorang yang sengaja didatangkan di kelas. Hal

dimulai dari bertanya. Pada hakikatnya tersebut bisa ditemukan ketika berdiskusi,

belajar adalah bertanya dan menjawab kerja kelompok, menemui kesulitan dan

pertanyaan. Bertanya adalah suatu mengamati sesuatu.

refleksif dari keingintahuan siswa dan 4. Masyarakat Belajar (Learning

menjawab pertanyaan mencerminkan Community)

kemampuan seseorang dalam berfikir. Konsep Learning Community

Kegiatan bertanya ini diharapkan dapat menyarankan hasil pembelajaran


diperoleh dari hasil kerjasama dari orang

5
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016

lain. Hasil belajar diperolah dari „sharing‟ dalam hal ini siswa dapat dianggap
antar teman, antar kelompok, dan antar sebagai model.
yang tahu dan yang belum tahu. Dalam 6. Refleksi (Reflection)
kelas CTL, penerapan konsep Learning Refleksi merupakan cara berpikir atau
Community dapat dilakukan dengan respon tentang apa yang baru dipelajari
mengelompokkan siswa yang anggotanya atau berpikir kebelakang tentang apa
heterogen, baik dilihat dari kemampuan yang sudah dilakukan dimasa lalu.
dan kecepatan belajarnya maupun dari Melalui kegiatan refleksi, pengalaman
bakat dan minatnya. Masyarakat belajar belajar akan dimasukan dalam struktur
tejadi apabila ada komunikasi dua arah, kognitif siswa yang nantinya akan
dua kelompok atau lebih yang terlibat menjadi pengetahuan baru baginya atau
dalam komunikasi pembelajaran. akan memperbarui pengetahuan yang
Misalnya siswa yang tahu memberitahu telah dibentuknya.
yang belum tahu, yang cepat belajarnya Realisasinya dalam pembelajaran,
didorong untuk membantu yang lambat guru menyisakan waktu sejenak agar
belajarnya dan yang mempunyai siswa melakukan refleksi yang berupa
kemampuan tertentu menularkan kepada pernyataan langsung tentang apa yang
yang lain. diperoleh hari itu.guru memberikan
5. Pemodelan (Modeling) kesempatan siswa untuk mengingat
Pemodelan pada dasarnya kembali apa yang telah dipelajarinya dan
membahasakan gagasan yang dipikirkan, siswa menafsirkan pengalamannya
mendemonstrasikan suatu kinerja agar sendiri secara bebas sehingga diperoleh
siswa dapat mencontoh, belajar dan kesimpulan tentang pengalaman
melakukan sesuatu sesuai dengan model belajarnya.
yang diberikan. Guru memberi model 7. Penilaian yang Sebenarnya
tentang how to learn (cara belajar) dan (Authentic Assessment)
guru bukan satu-satunya model dalam Kunandar (2007:315) menyatakan
pembelajaran. Model dapat dirancang assessment adalah proses pengumpulan
dengan melibatkan siswa dan juga berbagai data yang bisa memberi
mendatangkan dari luar. Misalkan ada gambaran mengenai perkembangan
siswa yang memiliki keahlian tertentu belajar siswa. Dalam pembelajaran
disuruh guru untuk menunjukan berbasis CTL, gambaran perkembangan
kebolehannya didepan teman-temannya, belajar siswa perlu diketahui guru agar
bisa memastikan bahwa siswa mengalami

6
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016

pembelajaran yang benar. Penilaian Guru sangat berperan dalam


Autentik menantang para siswa untuk membangun keterkaitan dikelas dengan
menerapkan informasi dan keterampilan menggunakan pendekatan CTL. Berbagai
akademik baru dalam situasi nyata untuk cara yang bisa dilakukan guru untuk
tujuan tertentu yang bermakna. Penilaian menghubungkan mata pelajaran
ini memberi kesempatan kepada siswa akademik dengan konteks siswa itu
untuk menunjukan kemampuan terbaik sendiri. Sebuah kelas dikatakan
mereka sambil mempertunjukan apa yang menggunakan pendekatan CTL jika
sudah mereka pelajari. Fokus penilaian menerapkan ketujuh komponen dalam
adalah pada penyelesaian tugas yang pembelajarannya. Secara garis besar,
relevan dan kontekstual serta penilaian Trianto (2007:106) mengemukakan
dilakukan terhadap proses maupun hasil. langkah penerapan CTL dalam kelas
Penilaian ini dilakukan secara terus sebagai berikut :
menerus selama dan sesudah kegiatan 1) Mengembangkan pemikiran bahwa
pembelajaran berlangsung. siswa akan belajar lebih bermakna
Berikut karakteristik dari Authentic dengan cara bekerja sendiri,
Assessment (Tim Editor IAIN, 2007:52) : menemukan sendiri dan
 Dilaksanakan selama dan sesudah mengkonstruksi sendiri pengetahuan
proses pembelajaran berlangsung dan keterampilan barunya.
Yang diukur keterampilan dan 2) Melaksanakan kegiatan inkuiri
perfomasi, bukan hanya mengingat sejauh mungkin untuk semua topik.
informasi 3) Mengembangkan sifat ingin tahu
 Berkesinambungan siswa dengan bertanya.
 Bisa dilakukan untuk formatif 4) Menciptakan masyarakat belajar
maupun sumatif (mengelompokan siswa dalam

 Terintegrasi kelompok-kelompok belajar).

 Dapat digunakan sebagai feedback 5) Menghadirkan model sebagai contoh

Dalam CTL, hal-hal yang dapat pembelajaran.

digunakan sebagai dasar menilai prestasi 6) Melakukan refleksi diakhir

siswa yaitu proyek/kegiatan dan pertemuan.

laporannya, PR, kuis, persentasi dan Melakuakn penilaian yang

demonstrasi, hasil tes tulis, karya wisata, sebenarnya dengan berbagai cara.

jurnal dan karya siswa lainnya.

7
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016

Contextual Teaching and pokok Bahasan Statistika Kelas XI SMA


Learning (CTL) merupakan pendekatan Harapan Medan
pembelajaran suatu pendekatan belajar Berdasarkan jenis penelitian,
yang memberdayakan siswa. maka penelitian ini dilakukan minimal
Pembelajaran kontekstual diartikan dua siklus. Namun jika belum juga
sebagai proses pendidikan yang mampu mengalami peningkatan akan dilanjutkan
memotivasi siswa untuk lebih memahami siklus berikutnya. Pada penelitian ini jika
makna belajar suatu kompetensi dan siklus I tidak berhasil, yaitu proses
mengkaitkannya dengan konteks, baik belajar-mengajar tidak berjalan dengan
pribadi, sosial maupun budaya. Langkah baik dan hasil belajar belum mencapai
penerapan CTL dalam kelas sebagai ketuntasan maka dilaksanakan siklus II di
berikut : 1) Mengembangkan pemikiran kelas yang sama.
bahwa siswa akan belajar lebih bermakna Adapun setiap siklusnya dilakukan tahap-
dengan cara bekerja sendiri, menemukan tahap berikut :
sendiri dan mengkonstruksi sendiri SIKLUS I
pengetahuan dan keterampilan barunya, Tahapan pada siklus I yaitu :
2) Melaksanakan kegiatan inkuiri sejauh 1. Permasalahan
mungkin untuk semua topik, 3) 2. Tahap Perencanaan Tindakan I
Mengembangkan sifat ingin tahu siswa 3. Tahap Pelaksanaan Tindakan I
dengan bertanya, 4) Menciptakan 4. Tahap Observasi I
masyarakat belajar (belajar dalam 5. Tahap analisa data I
kelompok-kelompok), 5) Menghadirkan 6. Tahap Refleksi I
model sebagai contoh pembelajaran, 6) SIKLUS II
Melakukan refleksi diakhir pertemuan, 7) Meskipun dalam siklus II ini
Melakukan penilaian yang sebenarnya permasalahan belum dapat diidentifikasi
dengan berbagai cara. secara jelas karena data hasil pelaksanaan
2. Metode siklus I belum diperoleh, tetapi jika tetap
Subjek dari penelitian ini adalah ada masalah dalam menyelesaikan soal-
siswa kelas XI SMA Harapan Medan. soal statistika maka akan dilaksanakan
Objek dari penelitian ini adalah tahapan seperti siklus I, hanya saja pada
Penerapan Pendekatan Contextual siklus II tidak ada pemberian materi. Hal
Teaching and Learning (CTL) untuk ini dilakukan untuk menghindari agar
meningkatkan hasil belajar siswa pada tidak terjadi pengulangan materi pada
siklus I dan siklus II., tindakan yang

8
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016

diberikan pada siklus II berupa dalam kelas tersebut terdapat 85 %


pemberian tugas yang dikerjakan secara siswa yang telah tuntas belajarnya
berkelompok. Namun dalam pemberian (Depdikbud,1996 dalam Trianto, 2008)
tugas dan latihan tersebut masih terdapat 3. Verifikasi
unsur-unsur yang diterapkan pada 4. Menarik kesimpulan
Pendekatan Contextual Teaching and 3. Hasil dan Pembahasan
Learning (CTL). Refleksi Siklus I
Alat yang digunakan dalam
Dari hasil tes pada siklus I yang
pengumpulan data pada penelitian ini
dilaksanakan di kelas XI SMA Harapan
yaitu tes, wawancara dan Observasi.
Medan, diperoleh 70% yang mencapai
Berikut adalah tahap-tahap
ketuntasan belajar dan 30 % belum
analisis data pada penelitian ini :
mencapai tingkat ketuntasan belajar.
1. Reduksi data
Dari hasil wawancara diketahui
2. Paparan data
siswa banyak yang malu dan tidak berani
a. Mengidentifikasi kesulitan belajar
bertanya kepada guru untuk mengulangi
siswa
materi yang belum dikuasai. Karena
b. Persentase Ketuntasan hasil belajar
ditemukan banyak kekurangan selama
Untuk menentukan persentase
siklus I maka perlu diadakan perbaikan
ketuntasan belajar siswa secara individual
tindakan. Oleh karena itu penelitian
dapat dihitung dengan megunakan
dilanjutkan ke siklus II. Pemberian
persamaan sebagai berikut sebagai
tindakan pada siklus II dilakukan diluar
berikut :
jam pelajaran matematika agar tidak
KB = x 100% mengganggu alokasi waktu yang telah

(Trianto, 2008:171) ditentukan. Pada siklus II tidak diberikan

Keterangan : materi untuk menghindari terjadinya

KB = Ketuntasan Belajar pengulangan materi. Namun tes hasil

T = jumlah skor yang diperoleh siswa belajar yang akan diberikan pada siklus II

Tt = jumlah skor total merupakan materi yang sama dengan

Setiap siswa dikatakan tuntas siklus I. Dengan demikian dapat dilihat

belajarnya ( ketuntasan individu ) jika peningkatan hasil belajarnya.

proporsi jawaban benar siswa 65 %


dan suatu kelas dikatakan tuntas
belajarnya (ketuntasan klasikal) jika

9
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016

Refleksi Siklus II Satuan Pendidikan (KTSP) dan


Sukses dalam Sertifikasi Guru,
Berdasarkan hasil observasi dan
Rajawali Press, Jakarta.
hasil tes yang dikerjakan siswa, maka Panjaitan,D.J., (2014), Penerapan
Pembelajaran Matematika
dapat disimpulkan sebagai berikut :
Realistik Untuk Meningkatkan
1. Peneliti telah mampu Hasil Belajar. Mathematics
Paedagogic. Vol.V No.1
mempertahankan dan meningkatkan
Sanjaya,W., (2006), Strategi
keberhasilan pada pembelajaran Pembelajaran berorientasi
Standar Proses Pendidikan,
siklus I dan memperbaiki kegagalan
Kencana Frenada Media Grup,
yang ditemui pada pembelajaran Jakarta.
Sobel,M., Maletsky,M., (2001),Mengajar
siklus II.
Matematika,Penerbit Erlangga,
2. Hasil belajar yang diperoleh siswa Jakarta.
Tim Editor Fakultas Tarbiyah., (2007),
pada siklus II juga mengalami
Praktikum Pengajaran Terbatas
peningkatan yang signifikan. Hal ini (Microteaching), IAIN-SU,
Medan.
dapat dilihat dari meningkatnya nilai
Trianto, (2007), Model-Model
rata-rata kelas yaitu dari 73,3 pada Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik,
siklus I menjadi 88,4 pada siklus II.
Prestasi Pustaka Publisher,
Dengan demikian diperoleh Jakarta.
peningkan dengan ketuntasan klasikal
87,5%. Berdasarkan hasil yang diperoleh
terlihat bahwa menerapkan Pendekatan
CTL dengan pemberian tugas dan latihan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada pokok bahasan statistika di kelas XI
SMA Harapan Medan.
4. Kesimpulan
Penerapan Pendekatan Contextual
Teaching and Learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada
pokok bahasan statistika.
Daftar Pustaka
Komalasari. 2013. Pembelajaran
Contextual Teaching and
Learning. Bandung: Refika
Aditama
Kunandar, (2007). Guru Profesional
Implementasi Kurikulum Tingkat

10

Anda mungkin juga menyukai