2016
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi statistika dengan
menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Jenis penelitian pada tulisan
ini adalah penelitian tindakan kelas ( Classroom Action Research). Instrumen yang digunakan
untuk pengumpulan data adalah tes, observasi dan wawancara. Dari hasil pretest didapat hasil
belajar siswa dengan rata-rata 45,5 yang jauh dibawah nilai ketuntasan. Pada tes hasil belajar
siklus I diperoleh rata-rata 73,3 dengan tingkat ketuntasan klasikal 70%. Pada siklus II diperoleh
hasil belajar dengan rata-rata 88,4 dengan tingkat ketuntasan klasikal 87,5%. Dapat disimpulkan
bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) layak untuk diterapkan dalam proses
pembelajaran statistika di SMA Harapan Medan.
Abstracts
This research aims to increase students’ achievement in statistic subject by using Contextual
Teaching and Learning (CTL) approach. Classroom action research was conducted to achieve the
objective of the research.. The data instruments used were tests, observation and interviews.
Pretest showed that students’ achievement was 45.5 which is still low. While, in cycle I the
students’ achievement was 73.3 with 70% of completeness. In cycle II students’ achievement was
88.4 with 87.5% of completeness. Thus, it can be concluded that Contextual Teaching and
Learning (CTL) affects to students’ achievement in statistical subject of private senior high school
of Harapan Medan.
1
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016
pendekatan yang kurang tepat oleh guru. siswa dalam menghadapi permasalahan
Menurut Sobel dan Maletsky dalam hidup yang dihadapi sekarang maupun
bukunya mengajar matematika (2001:1- yang akan datang. Pendekatan
2) banyak sekali guru matematika yang pembelajaran yang cocok untuk hal diatas
menggunakan waktu pelajaran dengan adalah pendekatan kontekstual
kegiatan membahas tugas-tugas lalu, (Contextual Teaching and Learning :
memberi pelajaran baru dan memberi CTL)”.
tugas kepada murid-murid. Pendekatan Pendekatan Kontekstual (CTL)
ini yang dilakukan setiap hari (rutin) merupakan konsep belajar yang
dapat dikatakan sebagai 3M yaitu membantu guru mengaitkan materi yang
membosankan, membahayakan dan diajarkannya dengan situasi nyata dan
merusak seluruh minat siswa. Kebiasaan mendorong siswa membuat hubungan
inilah yang tanpa disadari akan antara pengetahuan yang dimilikinya
mengakibatkan terjadinya rendahnya dengan penerapannya dalam kehidupan
hasil belajar siswa khususnya materi sehari-hari mereka sebagai anggota
tentang statistika. keluarga dan masyarakat
Menanggapi hal tersebut peneliti (Trianto,2008:10). Dalam hal ini siswa
mencoba mangkaji suatu alternatif perlu mengerti apa makna belajar, apa
pembelajaran dengan pendekatan manfaatnya, dalam apa status mereka
kontekstual (Contextual Teaching and dan bagaimana mencapainya. Mereka
Learning: CTL) yang diharapkan dapat akan menyadari bahwa apa yang
menjadi salah satu pilihan dalam dipelajari akan berguna bagi hidupnya
mengatasi masalah dalam pembelajaran kelak.
statistika tersebut. Kunandar (2007:293) Pendekatan Contextual Teaching and
mengatakan: Learning (CTL)
Pendekatan kontekstual bukan
“Pembelajaran yang berorientasi target
merupakan suatu konsep baru. Penerapan
penguasaan materi terbukti berhasil
pendekatan kontekstual di kelas pertama
dalam kompetisi “mengingat” jangka
kali diusulkan oleh John Dewey. Pada
pendek, tetapi gagal dalam membekali
tahun 1916, Dewey mengusulkan suatu
anak memecahkan persoalan jangka
kurikulum dan metodologi pengajaran
panjang. Oleh karena itu, perlu ada
yang dikaitkan dengan minat dan
pendekatan pembelajaran yang lebih
pengalaman siswa.
bermakna sehingga dapat membekali
2
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016
3
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016
4
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016
merupakan sebuah siklus yang terdiri dari membimbing dan mengarahkan siswa
observasi (observation), bertanya untuk menemukan materi yang
(questioning), mengajukan dugaan dipelajarinya. Kegiatan bertanya berguna
(hiphotesis), pengumpulan data (data untuk (Sanjaya, 2006:266) :
gathering), penyimpulan (conclusion). 1) Menggali informasi tentang
kemampuan siswa dalam penguasaan
Secara umum, proses inkuiri dapat
materi pelajaran.
dilakukan melalui beberapa langkah
berikut (Kunandar, 2007:309) : 2) Membangkitkan motivasi siswa
untuk belajar.
1. Merumuskan masalah.
2. Mengamati dan melakukan observasi 3) Merangsang keingintahuan siswa
terhadap sesuatu.
dengan membaca buku atau sumber
lain untuk mendapatkan informasi / 4) Mengetahui hal-hal yang sudah
diketahui siswa.
data sebanyak-banyaknya dari suatu
objek yang diamati. 5) Memfokuskan perhatian pada
dimulai dari bertanya. Pada hakikatnya tersebut bisa ditemukan ketika berdiskusi,
belajar adalah bertanya dan menjawab kerja kelompok, menemui kesulitan dan
5
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016
lain. Hasil belajar diperolah dari „sharing‟ dalam hal ini siswa dapat dianggap
antar teman, antar kelompok, dan antar sebagai model.
yang tahu dan yang belum tahu. Dalam 6. Refleksi (Reflection)
kelas CTL, penerapan konsep Learning Refleksi merupakan cara berpikir atau
Community dapat dilakukan dengan respon tentang apa yang baru dipelajari
mengelompokkan siswa yang anggotanya atau berpikir kebelakang tentang apa
heterogen, baik dilihat dari kemampuan yang sudah dilakukan dimasa lalu.
dan kecepatan belajarnya maupun dari Melalui kegiatan refleksi, pengalaman
bakat dan minatnya. Masyarakat belajar belajar akan dimasukan dalam struktur
tejadi apabila ada komunikasi dua arah, kognitif siswa yang nantinya akan
dua kelompok atau lebih yang terlibat menjadi pengetahuan baru baginya atau
dalam komunikasi pembelajaran. akan memperbarui pengetahuan yang
Misalnya siswa yang tahu memberitahu telah dibentuknya.
yang belum tahu, yang cepat belajarnya Realisasinya dalam pembelajaran,
didorong untuk membantu yang lambat guru menyisakan waktu sejenak agar
belajarnya dan yang mempunyai siswa melakukan refleksi yang berupa
kemampuan tertentu menularkan kepada pernyataan langsung tentang apa yang
yang lain. diperoleh hari itu.guru memberikan
5. Pemodelan (Modeling) kesempatan siswa untuk mengingat
Pemodelan pada dasarnya kembali apa yang telah dipelajarinya dan
membahasakan gagasan yang dipikirkan, siswa menafsirkan pengalamannya
mendemonstrasikan suatu kinerja agar sendiri secara bebas sehingga diperoleh
siswa dapat mencontoh, belajar dan kesimpulan tentang pengalaman
melakukan sesuatu sesuai dengan model belajarnya.
yang diberikan. Guru memberi model 7. Penilaian yang Sebenarnya
tentang how to learn (cara belajar) dan (Authentic Assessment)
guru bukan satu-satunya model dalam Kunandar (2007:315) menyatakan
pembelajaran. Model dapat dirancang assessment adalah proses pengumpulan
dengan melibatkan siswa dan juga berbagai data yang bisa memberi
mendatangkan dari luar. Misalkan ada gambaran mengenai perkembangan
siswa yang memiliki keahlian tertentu belajar siswa. Dalam pembelajaran
disuruh guru untuk menunjukan berbasis CTL, gambaran perkembangan
kebolehannya didepan teman-temannya, belajar siswa perlu diketahui guru agar
bisa memastikan bahwa siswa mengalami
6
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016
demonstrasi, hasil tes tulis, karya wisata, sebenarnya dengan berbagai cara.
7
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016
8
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016
T = jumlah skor yang diperoleh siswa belajar yang akan diberikan pada siklus II
9
Vol. 1 No. 1 April, Th. 2016
10