Anda di halaman 1dari 21

PENERAPAN PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS SIMULASI

KOMPUTER (MACROMEDIA FLASH 8) DALAM MENINGKATKAN

LITERASI SAINS SISWA PADA POKOK BAHASAN KUANTITAS

KALOR

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun oleh:

Nurhesa Mutiara

2280150004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dewasa ini sumber daya manusia dituntut untuk dapat berkembang mengikuti

perkembangan zaman demi menjadi manusia yang berkualitas. Demi menjadi manusia

yang berkualitas maka pendidikan yang ditempuh harus sama berkualitasnya dengan

tujuan pendidikan yang ada. Pendidikan pada zaman ini dituntut untuk dapat mengikuti

perkembangan teknologi yang saat ini sedang berkembang pesat. Keahlian dalam bidang

teknologi kini juga dimanfaatkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Hal ini

diharapkan dapat membuat kemajuan di bidang ilmu pengetahuan.

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pendidikan merupakan usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan menurut Carter V.

Good (2008) adalah proses perkembangan individu dalam sikap bermasyarakat. Proses

sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terorganisir, seperti

rumah atau sekolah, sehingga dapat mencapai perkembangan diri dan kecakapan sosial.

Sesuai dengan pengertian pendidikan yang diungkapkan oleh Cater V. Good (2008)

bahwa pendidikan mempunyai pengaruh yang besar didalam kehidupan bermasyarakat.

Melihat pentingnya pendidikan untuk seorang individu, maka pendidikan diharapkan

dapat berkembang beriringan dengan teknologi yang ada. Di Indonesia sendiri teknologi

belum begitu banyak dikembangkan dalam bidang pendidikan khususnya pada mata
pelajaran fisika. Padahal sejatinya penggunaan teknologi dalam pembelajaran fisika dapat

membawa pengaruh besar bagi siswa untuk mengerti dan memahami materi yang

dipelajari. Fisika sebagai salah satu pelajaran wajib yang diajarkan di sekolah terutama

pada jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) danggap penting untuk diajarkan. Namun,

kenyataannya fisika merupakan salah satu pelajaran yang oleh kebanyakan peserta didik

dianggap sebagai pelajaran yang sulit. Secara umum fisika sendiri memiliki pengertian

sebagai uraian tertutup mengenai berbagai kejadian fisis yang didasarkan pada hukum-

hukum dasar (Dahmen, 1977).

Dengan pertumbuhan yang semakin cepat dalam praktek pendidikan sains,

pendidikan berbasis teknologi kontemporer untuk belajar ilmu menawarkan simulasi

komputer dengan peluang yang cukup baik untuk siswa (Vreman-de Olde et al. 2013).

Hal tersebut berarti menunjukkan bahwa penggunaan simulasi komputer dalam

pembelajaran sains mampu meningkatkan motivasi serta pemahaman siswa dalam

melakukan pembelajaran.

Programme International for Student Assesment (PISA) merupakan proyek dari

Organization for Economic Co-Operation and Development yang pertama kali

diselenggarakan pada tahun 2000 untuk bidang membaca, matematika dan sains. Ide

utama dari PISA adalah hasil dari sistem pendidikan harus diukur dengan kompetensi

yang dimiliki oleh siswa dan konsep utamanya adalah literasi (Neubrand, 2005). Maka,

terdapat istilah yang disebut literasi sains dimana sains tidak hanya dipandang sebagai

suatu disiplin ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana siswa dapat mengaplikasikan suatu

pengetahuan di dalam dunia nyata atau kehidupan sehari-hari. Sehingga pengetahuan

tesebut dapat dirasakan langsung oleh siswa.


Studi PISA (Programme for International Student Assessment) oleh OECD

(Organization for Economic Cooperation and Development) dilakukan setiap 3 tahun

sekali agar dapat memperoleh informasi yang berkesinambungan mengenai prestasi

belajar siswa untuk mengetahui tingkat kualitas pendidikan Indonesia di dalam lingkup

Internasional.

Berdasarkan hasil PISA (Programme for International Student Assessment) pada

tahun 2012 Indonesia memiliki nilai rata-rata sains 382 kemudian pada tahun 2015 nilai

rata-rata sains Indonesia meningkat dan mencapai nilai rata-rata 403. Meskipun capaian

nilai Indonesia meningkat cukup signifikan, namun secara umum masih dibawah rata-rata

nilai OECD (Organization for Economic Cooperation and Development). Berdasarkan

hasil studi PISA tersebut membuktikan bahwa rata-rata nilai peserta didik Indonesia

memiliki kemampuan literasi sains yang rendah dibandingkan dengan rata-rata

Internasional yang mencapai 500 (Uus Toharudin, Sri Hendrawati, dan Andrian

Rustaman, 2011: 16). Dengan capaian tersebut, rata-rata kemampuan sains peserta didik

Indonesia baru sampai pada kemampuan mengenali sejumlah fakta dasar, tetapi mereka

belum mampu untuk mengkomunikasikan dan megaitkan kemampuan itu degan berbagai

topik sains, apalagi menerapkan konsep-konsep yang kompleks dan abstrak.

Rendahnya mutu literasi sains siswa menunjukkan bahwa proses pembelajaran sains

di sekolah-sekolah Indonesia kurang melatih literasi sains siswa. Kecenderungan

pembelajaran sains saat ini adalah peserta didik mempelajarinya sebagai produk,

menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang

berorientasi pada tes/ujian (Trianto, 2007). Hasil studi tersebut menjadi alasan mengapa

siswa sulit mendapatkan makna dari pembelajaran sains yang diberikan. Hal ini
mengakibatkan mereka mengalami kesulitan dalam membuat hubungan antara konsep

materi pelajaran dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dalam menggunakan sains

untuk memecahkan berbagai permasalahan yang terjadi.

Penggunaan simulasi komputer membeikan kesempatan yang baik bagi siswa untuk

melakukan penelitian ilmiah dan memungkngkan siswa untuk dapat mengembangkan

kemampuan mereka dalam melakukan penelitian ilmiah (de Jong & van Joolingen, 1998;

Rutten, van Joolingen & van der Veen, 2012).

Kemudian, dari dasar pemikiran penggunaan simulasi komputer dapat menjadi

metode yang ampuh untuk meningkatkan literasi sains siswa dalam pembelajaran fisika,

maka kajian ini difokuskan pada Penerapan Pembelajaran Fisika Berbasis Simulasi

Komputer (Macromedia Flash 8) Dalam Meningkatkan Literasi Sains Siswa Pada

Pokok Bahasan Kuantitas Kalor.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, maka diperolehlah rumusan masalah, bagaimana

pengaruh media pembelajaran interaktif menggunakan macromedia flash 8 terhadap

peningkatan literasi sains siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan penelitian ini adalah

mengetahui pengaruh penggunaan media pembelajaran interaktif menggunakan

macromedia flash 8 dalam meningkatkan literasi sains siswa.


D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian yang dilakukan

diharapkan dapat mempunyai manfaat dalam dunia pendidikan, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan memilih metode pembelajaran yang akan

digunakan dalam mengajar sehari-hari guna meningkatkan literasi sains siswa

dalam belajar.

2. Memberi masukkan kepada kepala sekolah untuk menghimbau kepada guru

khususnya guru sains untuk menggunakan simulasi komputer dalam

meningkatkan literasi sains siswa.

3. Sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Media Pembelajaran

Menurut Boove (2009) media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi

menyampaikan pesan. Menurut Dadang (2009) media tentunya mempunyai cakupan yang

sangat luas, oleh karena itu saat ini masalah media dibatasi kearah yang dikenal sebagai

media pembelajaran. Pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat

meningkatkan motivasi, meningkatkan pemahaman, mendapatkan informasi dan minat

peserta didik terhadap pembelajaran. Sehingga tujuan dari media pembelajaran adalah

untuk memfasilitasi terjadinya proses komunikasi antar guru dan peserta didik.

Gagne, Briggs & Wagger (1992) dalam Sumaryanto (2012: 18) menyatakan

bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk

menyampaikan isi materi pelajaran yang terdiri dari buku, tape, recorder, kaset, video

camera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.

Maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran fisika merupakan semua cara

dan alat dalam bentuk apapun untuk menyampaikan pesan maupun informasi guna

menunjang proses interaksi antara peserta didik dan pendidik sebagai usaha untuk

mencapai tujuan pembelajaran fisika.

2.2 Macromedia Flash

Proses pembelajaran pada masa sekarang ini telah didukung oleh kemajuan

teknologi yang semakin canggih. Metode ceramah kini bukanlah pilihan yang tepat untuk

menyampaikan materi. Oleh karena itu, diperlukan proses pembelajaran yang interaktif
dengan didukung media yang tepat. Salah satunya yaitu menggunakan media

pembelajaran interaktif Macromedia Flash. Macromedia Flash 8 adalah versi teraru dari

flash, sejak diakusisi oleh Adobe, kemampuan fitur-fiturnya menjadi lebih banyak

sehingga dapat digunakan untuk membuat berbagai macam aplikasi seperti animasi web,

kartun, multimedia interaktif, sampai aplikasi untuk ponsel. Selain itu, Flash 8 juga

kompatibel dengan software-software desain dan animasi lainnya (Andriana, 2007).

Terdapat beberapa komponen penting didalam Flash 8, yaitu:

a. Timeline

Timeline merupakan tabel interaktif yang memuat perintah-perintah umum seperti

halaman dan layer.

b. Toolbar

Toolbar merupakan kumpulan tool yang digunakan untuk membuat dan memilih

isi di dalam Timeline dan Stage.


c. Color Window

Color Window merupakan bagian dari Flash yang digunakan untuk mengatur

warna pada objek yang dibuat.


d. Action Frame

Action Frame merupakan jendela yang digunakan untuk menuliskan ActionScript

pada Flash. Biasanya ActionScript digunakan untuk mengendalikan objek yang

dibuat.

e. Properties

Properties merupakan bagian yang digunakan untuk mengatur property dari objek

yang dibuat.

Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan Macromedia Flash 8 sebagai

berikut:

a. Kelebihan

1. Dapat dipahami dengan mudah.


2. Dapat dikreasikan dengan mudah dan dikembangkan sesuai dengan kreatifitas

kita.

3. Menghasilkan file dengan ukuran kecil.

4. Menghasilkan file bertipe (ekstensi) yang bersifat fleksibel karena dapat

dikonversikan menjadi file bertipe swf, .html, .gif, .jpg, .png, .exe, .mov, yang

memudahkan pengguna dalam berbagai keperluan.

b. Kekurangan

1. Grafis yang kurang lengkap.

2. Lambatnya dalam login.

3. Kurang efektif dalam pembuatan animasi 3D.

4. Belum ada template di dalamnya.

2.3 Literasi Sains

Literasi sains dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk

mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan

fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta, memahami karakteristik

sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual,

dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang terkait sains

(OECD, 2016). National Research Council (2012) menyatakan bahwa rangkaian

kompetensi ilmiah yang dibutuhkan pada literasi sains mencerminkan pandangan bahwa

sains adalah ansambel dari praktik sosial dan epistemic yang umum pada semua ilmu

pengetahuan, yang membingkai semua kompetensi sebagai tindakan.


Kebermaknaan dalam pembelajaran sains bagi siswa dapat diperoleh jika siswa

memiliki kemampuan literasi sains yang baik. Literasi sains terbentuk dari 2 kata, yaitu

literasi dan sains. Menurut Paul de Hart Hurt (dalam Yusuf Hilmi Adisendjaja, 2012),

literasi sains diartikan sebagai pemahaman atas sains dan aplikasinya bagi kehidupan

bermsyarakat. Literasi sains ini bersifat multidimensional dalam aspek pengukurannya

yaitu dalam konten sains, proses sains, dan konteks aplikasi. Konten sains merujuk pada

konsep-konsep kunci dari sains yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan

perubahan-perubahan yang terjadi akibat kegiatan manusia.

Kemudian, menurut standar kompetensi lulusan yang terdapat pada Kurikulum

2006, terdapat dua tujuan pelajaran fisika di sekolah yang sejalan dengan literasi sains,

yaitu:

1. Kemampuan untuk dapat mengembangkan pengalaman agar dapat

merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan,

merancang dan merakit instrument percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan

menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan atau

tertulis.

2. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan

deduktif dengan menggunakan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai

peristiwa alam dan menyelesaikan masalah bak secara kualitatif maupun

kuantitatif.

2.4 Kalor
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang

menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda dengan

suhu, karena suhu adalah ukuran dalam satuan derajat panas. Kalor merupakan suatu

kuantitas atau jumlah panas baik yang diserap maupun yang dilepas oleh suatu benda.

Terdapat teori-teori dasar mengenai kalor, teori yang pertama disebut dengan

Asas Black. Asas Black adalah teori yang dikemukakan oleh Joseph Black dan biasanya

digunakan dalam ilmu termodinamika. Bunyi Asas Black adalah: “Ketika dua zat

dicampur, banyak kalor yang dilepas oleh zat yang suhunya lebih tinggi sama dengan

jumlah kalor yang diterima oleh zat yang suhunya lebih rendah”. Teori yang kedua

dikemukakan oleh ilmuwan dari Amerika Serikat yang bernama Benyamin Thompson.

Benyamin Thompson mengemukakan bahwa kalor dapat terjadi karena adanya suatu

gesekan antar benda.

Kalor merupakan salah satu bentuk energi. Energi disini adalah kemampuan

membuat sesuatu terjadi atau bentuk kekuatan yang dimiliki benda untuk melakukan

sebuah usaha tertentu. Energi ini dapat berpindah dan diubah bentuknya tetapi tidak dapat

dimusnahkan atau diciptakan.

Kalor jenis adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu I kg

massa benda sebesar derajat tertentu (misalnya 1 derajat kelvin). Satuan Internasional

untuk kalor jenis adalah Joule/kg⁰K. Kapasitas kalor adalah jumlah kalor yang

diperlukan untuk menaikkan suhu zat tersebut sebanyak derajat tertentu (misalnya 1

derajat kelvin). Satuan Internasional dari kapasitas kalor adalah Joule (J).

Berikut adalah persamaan dari kuantitas kalor:

Q=m. c . ∆ T
Dimana:

Q = Kalor (J)

m = Massa Benda (kg)

c = Kalor Jenis (J/kg⁰K)

∆ T = Perubahan Suhu (⁰K)

Hakikatnya setiap benda memiliki kalor karena tidak ada benda yang suhunya 0

mutlak. Kandungan kalor inilah yang menentukan berapa suhu dari objek atau benda

tersebut. Apabila kalor ditambahkan kepada benda tersebut maka suhunya akan

meningkat, sedangkan apabila kalor dilepaskan dari benda tersebut maka suhunya akan

menurun. Oleh karena itu kalor dapat mengubah suhu suatu benda atau objek.

2.5 Penelitian Terdahulu

Terkait dengan penelitian terdahulu, peneliti menemukan beberapa skripsi yang

berkaitan dengan penerapan simulasi komputer berbasis macromedia flash 8 untuk

meningkatkan literasi sains siswa pada mata pelajaran fisika, diantaranya:

1. Penggunaan Macromedia Flash Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Kelas IV Madrasah

Ibtidaiyah Sunan Giri Kota Malang. Skripsi, ditulis oleh Iis Uun Fardiana

Pada Tahun 2012, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

2. Penerapan Media Berbasis Macromedia Flash 8 Untuk Mengenalkan Huruf

Dan Kata Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 1 Di MI Al-Fatah


Jatisari Tajinan Kabupaten Malang. Skripsi, ditulis oleh Nur Salim Alfan Pada

Tahun 2015, Universitas Islam Negeri Malang Jurusan Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah.

3. Pengembangan Instrumen Tes Berbasis Literasi Sains Dalam Aspek

Menjelaskan Fenomena Ilmiah Materi Pokok Energi. Skripsi, ditulis oleh

Robi’atul Adawiyah Pada Tahun 2017, Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta Jurusan Pendidikan Kimia.

Berdasakan penelitian-penelitian diatas, belum ada penelitian yang membahas

tentang penerapan simulasi komputer menggunakan macromedia flash 8 pada

materi fisika pokok bahasan kuantitas kalor. Adapun perbedaan penelitian ini

dengan penelitian tedahulu adalah pada mata pelajaran dan materi yang berbeda.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi experiment.

metode ini digunakan karena subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik. Dengan

desain eksperimen yang digunakan adalah nonequivalent control group design. Desain

ini digunakan karena terdapat kelas eksperimen dan kelas control yang tidak dipilih

secara random atau acak.

Pada desain penelitian ini dua kelas tersebut diberikan pretest untuk mengetahui

keadaan awal tiap kelas, kemudian posttest diberikan sesudah diberi perlakuan. Pada

kelas eksperimen pembelajaran yang diberikan menggunakan simulasi komputer

sedangkan pembelajaran pada kelas control menggunakan metode inquiry tanpa simulasi

computer. Desain penelitian terdapat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Perlakuan
Subjek Pretest Posttest
(Variabel Bebas)
Kelas Eksperimen O1 X O2
Kelas Kontrol O3 Y O4
(Sugiyono, 2013)

Dimana:

O1 : Pretest pada kelas eksperimen

O2 : Posttest pada kelas eksperimen

O3 : Pretest pada kelas control

O4 : Posttest pada kelas kontrol

X : Pembelajaran menggunakan simulasi komputer

Y : Pembelajaran tanpa menggunakan simulasi computer


3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah generalisasi yang terdiri dari suatu subjek/objek yang memiliki

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti, dianalisi, lalu ditarik

kesimpulan (Sugiyono, 2012). Sedangkan menurut Arikunto (2013) populasi adalah

keseluruhan objek penelitian. Maka, dapat disimpulkan populasi merupakan subjek yang

menjadi fokus dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas

XI IPA SMAN 3 Kota Serang.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Sugiyono, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas XI IPA 1 dan XI IPA

2 SMAN 3 Kota Serang Tahun Ajaran 2018/2019.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data.

Menurut Arikunto (2006) instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, dalam penelitian

ini menggunakan tes. Pada penelitian ini tes yang digunakan adalah pretest dan posttest

kemampuan literasi sains. Pretest dilakukan bertujuan untuk mengukur kemampuan awal

literasi sains peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas control sebelum dilakukannya

kegiatan pembelajaran, sedangkan posttest untuk mengukur kemampuan literasi sains

pada masing-masing kelas setelah dilakukan pembelajaran.


3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:

1. Studi literatur, hal ini dilakukan untuk memperoleh teori yang sesuai dengan

masalah yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.

2. Telaah kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran

dalam penelitian.

3. Menyusun Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Media Pembelajaran, dan

Skenario Pembelajaran mengenai pokok bahasan yang dijadikan materi

pembelajaran.

4. Menentukan sekolah yang akan diajdikan tempat pelaksanaan penelitian.

5. Menghubungi pihak sekolah yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian

6. Survei kelapangan untuk melaksanakan studi pendahuluan melalui observasi.

7. Menentukan sampel penelitian.

8. Membuat dan menyusun instrument penelitian.

9. Menguji coba instrument penelitian.

10. Menganalisis hasil uji coba instrument penelitian.

3.4.2 Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan ialah menerapkan model

pembelajaran fisika berbasis simulasi komputer.


3.4.3 Tahap Akhir

Pada tahap akhir, kegiatan yang akan dilakukan yaitu:

1. Mengolah dan menganalisis data hasil pretest dan posttest

2. Membahas hasil penelitian.

3. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh.

4. Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang.

3.5 Analisis Data

3.5.1 Penghitungan N-Gain

Gain adalah selisih antara nilai pretest dan posttest. Gain menunjukkan

peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran

yang dilakukan oleh guru (Yanti Herlanti, 2006). Rumus indeks gain menurut

Meltzer (2006) adalah sebagai berikut:

skor posttest−skor pretest


N−Gain=
skor ideal−skor pretest

Tabel 3.2 Kriteria Gain Ternormalisasi

<g> Kriteria
<g> ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ <g> 0,7 Sedang
<g> <0,3 Rendah

3.5.2 Pengolahan Data Uji Statistik Instrumen Tes

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data keadaan awal

populasi terdistribusi normal atau tidak.

Lo=¿ F ( Zi )−S ( Zi )∨¿

Dimana:

Lo : Harga mutlak sebesar

F(Zi) : Peluang angka baku

S(Zi) : Proporsi angka baku

Dengan kriteria pengujian:

Lo ≤ Ltabel = maka sampel distributor normal

Lo ≥ Ltabel = maka sampel tidak terdistribusi normal

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok

populasi homogen dan heterogen.


Varians Terbesar
F hitung =
Varians Terkecil

Dengan kriteria pengujian:

Jika Fhitung ˂ Ftabel, maka Ho diterima, berarti kedua data homogen.

Jika Fhitung ˃ Ftabel, maka Ho ditolak, berarti kedua data tidak homogen.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk melihat apakah ada pengaruh kemampuan

literasi peserta didik yang diajar menggunakan simulasi computer dengan

peserta didik yang diajar tanpa menggunakan simulasi computer.

X 1−X 2
t hitung = ( n1 −1 ) S 12 + ( n2 −1 ) S 22

S
√ 1
+
1
n1 n 2
dengan S=
√ n1 +n 2−2

Dimana:

X1 = rata-rata skor kelompok eksperimen

X2 = rata-rata skor kelompok kontrol

n1 = jumlah anggota sampel kelompok eksperimen

n2 = jumlah anggota sampel kelompok kontrol

S12 = varians kelompok eksperimen

S12 = varians kelompok kontrol

Anda mungkin juga menyukai