Anda di halaman 1dari 86

]

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan bagian kegiatan kita sehari-hari. Bahkan secara

karena berbagai alasan.Salah satu alasan tersebut adalah memenuhi

kebutuhan untuk menjawab rasa keingintahuan kita terhadap fenomena alam

yang terjadi.

Setiap bangsa mengakui bahwa pendidikan merupakan sesuatu

hal yang penting, karena pendidikan dapat dijadikan sarana untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa.Seperti di

Indonesia bahwa pembangunan di Indonesia lebih diarahkan dalam rangka

meningkatkan kualitas sumber daya manusia.Sumber daya yang berkualitas

ini dapat diperoleh jika pembangunan di bidang pendidikan meningkat

mutunya.

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat fundamental bagi

pertumbuhan suatu bangsa, oleh karena itu upaya mencerdaskan kehidupan

bangsa adalah tujuan yang sangat penting dalam pembukaan Undang-Undang

Dasar ( UUD ) 1945 alinea 4 bahwa pemerintah Negara Indonesia antara lain

berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa dan dikuatkan dalam pasal 31

ayat 1 bahwa setiap warga Negara berhak mendapat pengajaran, dan ayat 2

pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajaran

Nasional yang diatur dalam Undang-Undang.

Tujuan pendidikan nasional seperti tercantum dalam Undang-Undang

No.20tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut:

1
2

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sumber daya manusia yang berkualitas pada akhirnya menjadi

tumpuan utama agar suatu bangsa dapat berkompetisi dengan bangsa yang

lainnya, sehingga pendidikan formal merupakan salah satu wahana yang

mampu membangun sumber daya manusia yang berkualitas.Pendidikan IPA

(Fisika) sebagai bagian dari pendidikan formal seharusnya ikut memberi

kontribusi dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

Pada satuan pendidikan SMA yang termasuk kategori MIPA adalah

Fisika, Biologi, Kimia dan Fisika.Fisika merupakan bagian dari Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA), yaitu suatu ilmu yang mempelajari gejala dan

peristiwa atau fenomena alam, serta berusaha untuk mengungkap rahasia dan

hukum alam semesta.Obyek fisika meliputi karakter, gejala dan peristiwa

yang terjadi atau terkandung dalam benda-benda mati atau benda yang tidak

melakukan pengembangan diri. Di dalam fisika, kita mempelajari gejala-

gejala alam, baik yang terjadi pada benda-benda atau materi yang dapat kita

amati ( makro ) maupun benda-benda yang tidak dapat kita amati ( mikro ).

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting sebagai salah satu

pondasi suatu negara.Negara yang maju selalu berusaha memajukan

pendidikan baik sistem maupun sumber daya manusianya. Sedangkan Negara

yang kurang memperhatikan kemajuan pendidikan baik sistem dan sumber


3

daya manusianya ke arah yang lebih baik lagi merupakan ciri – ciri sebuah

Negara yang akan mengalami kemunduran bahkan kegagalan.

Sampai saat ini pelajaran Fisika masih dianggap sebagai mata

pelajaran tersulit dan terkesan menakutkan oleh sebagian besar peserta

didik.Hal ini merupakan salah satu penyebab mengapa kemampuan peserta

didik dalam memecahkan masalah-masalah Fisika sangat rendah. Pelajaran

Fisika masih menempati nilai rata-rata yang terkecil diantara mata pelajaran

yang di UN-kan, walaupun tidak dipungkiri bahwa ada beberapa peserta didik

yang mendapatkan nilai terbesar, salah satu penyebabnya adalah karena para

peserta didik kurang tertarik( berminat ) dan termotivasi untuk mempelajari

Fisika.

Di lain pihak peserta didik lebih tertarik dengan kemajuan teknologi

dan informasi, terbukti dengan banyaknya peserta didik memadati tempat-

tempat penyedia jasa layanan internet, baik pada jam belajar maupun di luar

jam belajar. Sangat disayangkan jika kemajuan teknologi dan informasi yang

telah dikuasai oleh sebagian besar peserta didik ini disalahgunakan atau tidak

direspon dengan baik oleh pihak penyelenggara pendidikan ( sekolah ) bahkan

banyak pula diantara guru yang masih minim penguasaan terhadap

penggunaan teknologi informasi ini.

Perkembangan teknologi multimedia menjanjikan potensi besar dalam

merubah seseorang untuk belajar, untuk memperoleh informasi, dan lain-

lain.Multimedia juga menyediakan peluang bagi pendidik untuk

mengembangkan teknik-teknik pembelajaran sehingga mendapatkan hasil


4

yang maksimal. Demikian juga bagi peserta didik, dengan bantuan teknologi

informasi dan multimedia diharapkan mereka akan lebih mudah mendapatkan

informasi yang lebih luas dari dunia maya ( internet ) sebagai bahan belajar

tambahan karena tidak selalu terfokus pada materi ajar dari buku.

Rendahnya minat siswa dapat dilihat dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Sumarmo (Adjung, 2004: 2) bahwa baik secara keseluruhan

maupun dikelompokkan menurut tahap kognitif siswa, skor kemampuan

pemahaman dan minat masih sangat rendah.Dari Uraian tersebut maka

prestasi konsep-konsep fisika diperlukan minat-minat yang baik, sehingga

terdapat suatu hubungan antara prestasi belajar fisika siswa dengan

kemampuan bernalarnya.

Permasalahan lain yang kerap muncul dalam proses pembelajaran

fisika adalah sulitnya peserta didik dalam mengomunikasikan ide-ide atau

mengimplementasikan materi ajar fisika yang telah dipelajarinya pada

penerapan kehidupan sehari-hari. Melalui implementasi materi ajar ini

diharapkan peserta didik mulai terbentuk sebuah sikap ilmiah yang

menjadikan peserta didik lebih kritis terhadap masalah – masalah yang terjadi

pada lingkungan sekitarnya.Dari sikap kritis ini juga diharapkan peserta didik

mulai belajar dan mencoba untuk bereksperimen untuk dapat menemukan

solusi – solusi terhadap permasalahan lingkungan yang dihadapi dan melalui

implementasi materi ajar Fisika.

Guru sebagai pendidik yang professional harus mampu berperan

sebagai komunikator dan fasilitator bagi peserta didik di dalam kelasnya.


5

Sebagai komunikator seorang guru harus mampu menyampaikan pesan-pesan

pembelajaran kepada peserta didik. Guru sebagai fasilitator memiliki peran

memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara maksimal dengan

menggunakan berbagai strategi, metode, media dan sumber belajar. Banyak

hambatan yang akan ditemui oleh seorang guru sehubungan dengan

fungsinya sebagai komunikator dan fasilitator tersebut. Salah satu factor

hambatan adalah sulitnya melakukan komunikasi antara guru dan peserta

didik dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang telah dilakukan guru

selama ini belum mampu menarik perhatian peserta didik, sehingga peserta

didik terkesan apatis terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Akibatnya peserta didik kurang memahami materi pembelajaran, sehingga

kemampuan dalam memecahkan masalah ( salah satu sikap ilmiah ) tidak

memberikan hasil belajar yang memuaskan.

Melalui penerapan Teknologi Informasi yang tepat sasaran pada Media

Pembelajaran yang inovatif diharapkan dapat menumbuhkan minat belajar

peserta didik pada salah satu pelajaran IPA ( Fisika ) yang juga diharapkan

menumbuhkan ide-ide kreatifitas yang lebih luas pada peserta didik sehingga

terbentuk sebuah sikap ilmiah pada masing-masing individu peserta didik

agar dapat terlahir ilmuwan – ilmuwan muda yang dapat memberikan solusi

– solusi bermanfaat atas masalah lingkungan yang terjadi pada masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa pemahaman konsep dan teori

fisikadan komunikasi verbal / non verbal sangatlah penting, hal ini ditunjang

oleh tujuan umum pendidikan fisika yaitu memberikan tekanan pada penataan
6

nalar dan pembentukan sikap ilmiah siswa serta keterampilan dalam

penerapan fisika termasuk didalamnya kemampuan dalam

mengomunikasikan pemahaman fisika yang diperolehnya dari proses

menalar.

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang

pendidikan baik SD, SMP/MTS maupun SMA/SMK/MA dilaksanakan

dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah

pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi

menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian

mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan

dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan dan mencipta serta

dilanjutkan dengan mengomunikasikannya.

Menyadari pentingnya pemahaman konsepfisika dan komunikasi fisika

dalam stuktur pembelajaran pada kurikulum 2013 maka diperlukan

pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika dan

komunikasi fisika. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi fisika peserta didik adalah

dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat secara efektik dan

efisien dalam proses pembelajarannya.

Media pembelajaran dalam pembelajaran fisika harus disesuaikan

dengan kondisi peserta didik dan pemilihan media pembelajaran yang sesuai.

Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat akan membantu guru

dalam meningkatkan pemahaman konsep dan komunikasi fisika peserta didik.


7

Sehingga tujuan pembelajaran khususnya pembelajaran fisika dapat tercapai

sebagaimana yang diharapkan.

Salah satu media pembelajaran yang sering digunakan dan cukup

populer meskipun konvensional adalah dengan menggunakan alat peraga dan

komputer (berbasis ICT). Media pembelajaran dengan alat peraga cukup

efektif dikarenakan akan memberikan gambaran riil akan pembelajaran

(kontekstual), sedangkan media pembelajaran berbasis ICT sangat populer

karena sesuai dengan perkembangan jaman yang serba digital serta

penyajiannya yang menarik karena memadukan antara unsur audio dengan

unsur visual sehingga akan mengakomodir semua peserta didik khususnya

yang memiliki gaya belajar audio maupun visual.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengambil

judul “Pengaruh Media Pembelajaran Fisika dan Minat Belajar pada

Pembelajaran Terhadap Sikap Ilmiah Peserta Didik (Studi Kasus Pada SMK

Analis Kimia Tunas Harapan Kodya Jaktim )” pada penelitian ini.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka

permasalahan-permasalahan yang bisa diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Apakah proses belajar mengajar di sekolah telah mencapai kualitas yang

diharapkan dalam tujuan pendidikan nasional ?

2. Apakah yang menyebabkan sebagian besar peserta didik menganggap

bahwa fisika itu kurang menarik ?

3. Kendala apa yang sering dihadapi peserta didik dalam belajar Fisika ?
8

4. Apakah rendahnya kemampuan memecahkan masalah disebabkan oleh

sulitnya materi pelajaran Fisika ?

5. Apakah cara mengajar guru mempengaruhi minat belajar peserta didik

pada pelajaran Fisika ?

6. Apakah guru dapat melaksanakan pembelajaran fisika dengan

menggunakan media pembelajaran?

7. Bagaimanakah memilih media pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan peserta didik?

8. Bagaimanakah memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi

fisika ?

9. Seberapa besarkah keefektifan media membelajaran dalam meningkatkan

minat belajar peserta didik?

10. Bagaimana cara meningkatkan pemahaman konsep fisika peserta didik?

11. Bagaimana cara meningkatkan minat belajar Fisika pada peserta didik?

12. Bagaimana pendidik dapat menjadikan proses belajar mengajar di kelas

menyenangkan?

13. Bagaimana pendidik dapat menumbuhkan sikap ilmiah peserta didik ?

14. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pemahaman konsep peserta

didik?

15. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat belajar fisika pada

peserta didik?

16. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuhnya sikap ilmiah pada

peserta didik ?
9

C. Batasan Masalah

Penelitian ini akan meneliti "Pengaruh Media Pembelajaran Fisika

dan Minat Belajar pada Pembelajran Terhadap Sikap Ilmiah Fisika Peserta

Didik SMK Kecamatan Pasar Rebo", dari uraian pada identifikasi masalah di

atas maka penelitian ini perlu ada pembatasan masalah, supaya penelitian ini

terfokus pada masalah yang akan dikaji secara mendalam sehingga hasil yang

diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Batasan masalah dalam penelitian

ini sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh sikap ilmiah siswa yang terbentuk pada peserta

didik dengan menggunakan media TIK (Teknologi Informasi dan

Komunikasi ) atau multimedia pada materi “ Mekanika Zat “ pada kelas

X SMK Analis Kimia Tunas Harapan yang terdaftar pada semester

genap tahun ajaran 2014/2015 ditinjau berdasakan minat belajar peserta

didik terhadap pelajaran Fisika.

2. Pengaruh artinya kekuatan yang ada atau timbul dari sesuatu, baik dari

benda hidup maupun benda mati. Misalnya dari benda mati “buku”

terhadap pesert didik, ataupun benda hidup “orang tua” terhadap anak,

guru terhadap peserta didik, peserta didik terhadap peserta didik lainnya.

3. Penggunaan media belajar berbasis ICT atau multimedia adalah

penyajian bahanajar dengan menggunakan media komputer yang

digunakan dalam proses belajar mengajar, yang melibatkan perangkat


10

komputer (hardware dan software) serta brainware (yang

mengoperasikan komputer).

4. Minat adalah gejala psikologis yang menunjukan bahwa minat adanya

pengertian subyek terhadap obyek yang menjadi sasaran karena obyek

tersebut menarik perhatian dan menimbulkan perasaan senang sehingga

cenderung kepada obyek tersebut.

5. Sikap Ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalahtujuh macam

sikapyakni ; sikap ingin tahu, kritis, terbuka, objektif, rela menghargai

dan menerima pendapat atau karya orang lain dengan baik dan benar,

berani mempertahankan kebenaran dan menjangkau wawasan yang lebih

maju ke depan, tidak mengenal putus asa serta dengan ketekunan juga

keterbukaan.

6. Objek penelitian :

a. Media pembelajaran dibatasi hanya dengan menggunakan media alat

peraga lab. Fisika konvensional dan media belajar lab Fisika berbasis

ICT.

b. Minat belajar peserta didik diukur dengan menggunakan kuesioner

peserta didik pada materi fisika “ Mekanika Zat “.

c. Sikap ilmiah peserta didik yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah kemampuan analisa yang diperoleh peserta didik dalam

mencari suatu informasi yang lebih luas atas materi ajar yang telah

diberikan, mengkritisi materi tersebut, dan sikap yang menerima


11

pendapat orang lain dengan baik dan benar yang tidak mengenal

putus asa serta dengan ketekunan juga keterbukaan

D. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah, identifikasi masalah

dan batasan masalah diatas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian

ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh media pembelajaran terhadap sikap ilmiah

Fisika ?

2. Apakah terdapat pengaruh minat belajar peserta didik pada pembelajaran

fisika terhadap sikap ilmiah Fisika ?

3. Apakah terdapat pengaruh interaktifmedia pembelajaran dan minat belajar

terhadap sikap ilmiah Fisika ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini setelah merumuskan

masalah adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh media pembelajaran terhadap sikap ilmiah fisika.

2. Pengaruh minat belajar terhadap sikap ilmiah peserta fisika.

3. Pengaruh interaktif media pembelajaran dan minat belajar terhadap sikap

ilmiah fisika.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Kegunaan Teoritik
12

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk

mengetahui pengaruh media pembelajaran terhadap sikap ilmiah

peserta didik.

b. Sebagai bahan referensi ilmiah dalam bidang pendidikan yang dapat

dijadikan acuan dalam peneliitian yang sejenis.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

a. Bagi peneliti, penelitian ini untuk melengkapi persyaratan guna

memperoleh gelar magister pendidikan di Universitas Indraprasta;

b. Bagi sekolah, guru, karyawan dan peserta didik untuk referensi

evaluasi diri supaya dapat meningkatkan penguasaan pemahaman

dan konsep fisika sehingga hasil belajar peserta didik semakin lebih

baik.

c. Memberi dorongan kepada peserta didik SMK untuk merumuskan

strategi belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya dalam

mencapai prestasi akademik yang optimal.


13

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

A. Landasan Teori

1. Hakikat Sikap Ilmiah Fisika

a. Pengertian Fisika

Secara Ontologifisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan

dengan penemuan dan pemahaman mendasar hukum-hukum yang

menggerakkan Fisika adalah studi mengenai dunia anorganik fisik,

sebagai lawan dari dunia organik sepertibiologi, fisiologi dan lain-

lain. (physical science, Britannica Concise Encyclopedia, 2006).

Dalam pengertian lain fisika adalah ilmu yang mempelajari/mengkaji

benda-benda yang ada di alam, gejala-gejala, kejadian-kejadian alam

serta interaksi dari benda-benda di alam tersebut secara fisik dan

mencoba merumuskannya secara matematis sehingga dapat dimengerti

secara pasti oleh manusia untuk kemanfaatan umat manusia lebih

lanjut. Jadi fisika merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan sains

yang mempelajari sesuatu yang konkret dan dapat dibuktikan secara

matematis dengan menggunakan rumus-rumus persamaan yang

didukung adanya penelitian yang terus dikembangkan oleh para

fisikawan.

Secara Epistimologi menurut sejarah, fisika adalah bidang ilmu

yang tertua, karena dimulai dari pengamatan-pengamatan dari gerakan


14

benda-benda langit.Terdapat dua hal saling terkait yang tidak bisa

dipisahkan di dalam fisika, yaitu pengamatan dalam eksperimen dan

telaah teori. Keduanya tidak dapat dipisahkan saling tergantung satu

sama lain. Untuk sesuatu yang baru teori bergantung pada hasil-hasil

eksperimen, tapi di sisi lain arah eksperimen dipandu dengan adanya

teori (Timo A. Nieminen, Theory versus experiment? No!, The

University of Queensland, Friday, 6th October, 2006).Awal mula

adanya ilmu fisika ini lebih pada berbagai macam pertanyaan yang

timbul dalam benak manusia mengenai segala apa yang ada dan terjadi

di alam ini yang membuat manusia melakukan berbagai upaya guna

mencari jawabannya. Salah satunya adalah dengan melakukan

pengamatan yang dilanjutkan dengan penelitian yang akhirnya akan

mendapatkan suatu hasil sebagai jawaban berupa teori mengenai

fenomena alam yang ada dalam hukum-hukum fisika. Segala apa yang

dikaji dalam fisika tidak lepas dari apa yang telah tersirat dalam Al-

qur’an.

Secara Aksiologi manusia adalah makhluk yang memiliki tujuan

di bumi ini untuk beribadah kepada Allah, ibadah ini dalam pengertian

yang luas dan bukan hanya ibadah yang sifatnya khusus belaka. Untuk

memaksimalkan ibadah dan penghambaan manusia pada Sang

Pencipta itu, manusia harus mengenal Ayat-Ayat Kauniyah yang telah

diturunkan sebagai kebenaran bagi manusia. Salah satu Ayat Kauniyah

itu adalah Fisika yang seharusnya menyenangkan, karena dengan jalan


15

demikian yang merupakan salah satu dari banyak jalan kita dapat lebih

memaksimalkan potensi religiousitas kita.Ketika kita belajar fisika,

kita melihat fenomena-fenomena alam yang begitu menakjubkan.

Sehingga akan menambah keimanan kita sebagai hamba Allah.

Tujuan fisika adalah agar kita dapat mengerti bagian dasar dari benda-

benda dan interaksi antara benda-benda, jadi untuk menerangkan gejala-

gejala alam. Perkembangan ilmu fisika dalam kehidupan manusia telah

membawa manusia kepada kehidupan yang lebih baik

b. Pengertian Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang

peneliti, untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang

baik pula.

Sikap-sikap ilmiah meliputi:

1) Obyektif terhadap fakta.

Obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh

perasaan senang atau tidak senang.

Contoh: Seorang peneliti menemukan bukti pengukuran volume

benda 0,0034 m3, maka ia harus mengatakan juga 0,0034m3,

padahal seharusnya 0,005m3.

2) Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data

yang mendukung kesimpulan itu.

Contoh: Ketika seorang ilmuwan menemukan hasil pengamatan

suatu burung mempuyai paruh yang panjang dan lancip, maka dia
16

tidak segera mengatakan semua burung paruhnya panjang dan

lancip, sebelum data-datanya cukup kuat mendukung kesimpulan

tersebut.

3) Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan

orang lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan

penemuannya sendiri. Sementara itu, jika gagasan orang

lain memiliki cukup data yang mendukung gagasan tersebut maka

ilmuwan tersebut tidak ragu menolak temuannya sendiri.

4) Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat.

Contoh: Tinggi batang kacang tanah di pot A pada umur lima (5)

hari 2 cm, yang di pot B umur lima (5) hari tingginya 6,5 cm.

Orang lain mengatakan tanaman kacang tanah pada pot A

terlambatpertumbuhannya, pernyataan orang ini merupakan

pendapat bukan fakta.

5) Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan

dalam bentuk cara kerja yangdidasarkan pada sikap penuh

pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja sesuai prosedur yang

telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat

mengambil kesimpulan. Pengambilankesimpulan dilakukan dengan

penuh kehati-hatian berdasarkan fakta-fakta pendukung yangbenar-

benar akurat.

6) Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang

tinggi. Bagi seorang ilmuwan halyang dianggap biasa oleh orang


17

pada umumnya, hal itu merupakan hal penting dan layak

untukdiselidiki. Apabila menghadapi suatu masalah yang baru

dikenalnya,maka ia beruasahamengetahuinya; senang mengajukan

pertanyaan tentang obyek dan peristiwa; kebiasaanmenggunakan

alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah;

memperlihatkangairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan

eksprimen.

7) Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui dan

memandang karya orang lainsebagai karyanya, menerima

kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.

8) Sikap tekun, Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia

mengulangi eksprimen yanghasilnya meragukan, tidak akan

berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum selesai

terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja

dengan teliti.

Menurut Patta Bundu (2006: 11) sains secara garis besar atau pada

hakikatnya IPA memiliki tiga komponen, yaitu proses ilmiah, produk

ilmiah, dan sikap ilmiah. Proses ilmiah adalah suatu kegiatan ilmiah

yang dilaksanakan dalam rangka menemukan produk ilmiah. Proses

ilmiah meliputi mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang,

dan melaksanakan eksperimen. Produk ilmiah meliputi prinsip, konsep,

hukum, dan teori.Produk ilmiah berupa pengetahuan-pengetahuan alam

yang telah ditemukan dan diuji secara ilmiah. Sikap ilmiah merupakan
18

keyakinan akan nilai yang harus dipertahankan ketika mencari atau

mengembangkan pengetahuan baru. Sikap ilmiah meliputi ingin tahu,

hati-hati, obyektif, dan jujur.

c. Pengertian Sikap Ilmiah Fisika

Menurut Patta Bundu (2006: 11) sains secara garis besar atau pada

hakikatnya IPA memiliki tiga komponen, yaitu proses ilmiah, produk

ilmiah, dan sikap ilmiah. Proses ilmiah adalah suatu kegiatan ilmiah

yang dilaksanakan dalam rangka menemukan produk ilmiah. Proses

ilmiah meliputi mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang,

dan melaksanakan eksperimen. Produk ilmiah meliputi prinsip, konsep,

hukum, dan teori.Produk ilmiah berupa pengetahuan-pengetahuan alam

yang telah ditemukan dan diuji secara ilmiah. Sikap ilmiah merupakan

keyakinan akan nilai yang harus dipertahankan ketika mencari atau

mengembangkan pengetahuan baru. Sikap ilmiah meliputi ingin tahu,

hati-hati, obyektif, dan jujur.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA menurut

hakikatnya adalah suatu cara untuk memperoleh pengetahuan baru yang

berupa produk ilmiah dan sikap ilmiah melalui suatu kegiatan yang

disebut proses ilmiah. Siapapun yang akan mempelajari IPA haruslah

melakukan suatu kegiatan yang disebut sebagai proses ilmiah.

Seseorang dapat menemukan pengetahuan baru dan menanamkan sikap

yang ada dalam dirinya melalui proses ilmiah tersebut.


19

2. Hakikat Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Belajar


Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara

harfiah artinya perantara atau pengantar. Menurut Sadiman media

adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima

pesan. Sedangkan menurut Djamarah adalah alat bantu apa saja yang

dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan

pembelajaran. Sedangkan menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh

Azhar Arsyad (2011), media apabila dipahami secara garis besar

adalah manusia, materi dan kejadian yang membangun kondisi yang

membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau

sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah

merupakan media.Sedangkan menurut Criticos yang dikutip oleh

Daryanto (2011:4) media merupakan salah satu komponen

komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju

komunikan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa media adalah segala sesuatu benda atau komponen yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima

sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat

siswa dalam proses belajar.

Media pembelajaran adalah alat bantu pembelajaran yang secara

sengaja dan terencana disiapkan atau disediakan guru untuk

mempresentasikan atau menjelaskan bahan pelajaran, serta digunakan

siswa untuk dapat terlibat langsung dengan pembelajaran. Istilah


20

media mula-mula dikenal dengan alat peraga, kemudian dikenal

dengan istilah audio visual aids (alat bantu pandang/dengar).

Selanjutnya disebut instructional materials (materi pembelajaran), dan

kini istilah yang lazim digunakan dalam dunia pendidikan nasional

adalah instructional media (media pendidikan atau media

pembelajaran).Dalam perkembangannya, sekarang muncul istilah e-

Learning.Huruf “e” merupakan singkatan dari “elektronik”.Artinya

media pembelajaran berupa alat elektronik, meliputi CD Multimedia

Interaktif sebagai bahan ajar offline dan Web sebagai bahan ajar

online.

b. Media Belajar Charta

Teknologi komunikasi saat ini mengalami perkembangan yang

cukup pesat, khususnya media komunikasi.Dampak dari

perkembangan ini dapat dirasakan oleh dunia pendidikan yaitu

semakin banyak media pembelajaran yang tersedia dan dapat

digunakan untuk menyampaikan informasi dari guru kepada siswa atau

sebaliknya.

Dari begitu banyak media yang dapat dimanfaatkan dalam

pembelajaran, Sri Anitah (2008) membuat klasifikasi jenis media

pembelajaran sebagai berikut :


21

A. Media Visual

Media Visual juga disebut media pandang, karena seseorang dapat

menghayati media tersebut melalui penglihatannya. Media ini

dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Media yang tidak dapat diproyeksikan

Jenis media yang tergolong sebagai media yang tidak dapat

diproyeksikan yaitu :

a) Gambar Diam / mati. Smaldino dkk ( dalam Anitah, 2007 )

mengatakan bahwa gambar atau fotografi dapat

memberikan gambaran tentang segala sesuatu seperti,

binatang, orang, tempat, atau peristiwa. Gambar diam yang

umumnya digunakan dalam pembelajaran yaitu ; potret,

kartu pos, ilustrasi dari buku katalog, dan gambar cetak.

Gambar merupakan satu bentuk media yang masuk dalam

kategori grafis. Gambar juga didefinisikan sebagai

representasi visual dari orang, tempat ataupun benda yang

diwujudkan di atas kanvas, kertas atau bahan lain baik

dengan cara lukisan, gambar atau foto. Pemanfaatan

gambar dalam proses pembelajaran sangat membantu guru

dalam beberapa hal seperti dikemukakan oleh Hackbarth

( Tim PLPG, 2009 ) :

 Menarik perhatian, karena pada umumnya semua

orang senang melihat photo / gambar.


22

 Menyediakan gambaran nyata dari suatu obyek yang

karena suatu hal tidak mudah untuk diamati

 Unik

 Memperjelas hal-hal yang bersifat abstrak

b) Ilustrasi, adalah gambar / wujud yang menyertai suatu teks

yang merupakan suatu kesatuan yang bertujuan

memperjelas teks atau buku cetakan yang diterbitkan.

c) Karikatur, adalah gambar yang disederhanakan bentuknya

dan biasanya berisi atau memiliki makna sindiran terhadap

suatu subjek.

d) Poster, merupakan suatu gambar yang mengkombinasikan

unsut-unsur visual seperti garus, gambar, dan kata-kata

yang bermaksud menarik perhatian serta

mengkomunikasikan pesan secara singkat.

e) Bagan, adalah gambaran dari sesuatu yang dilukiskan

dengan garis, gambar dan kata-kata. Maksudnya untuk

memperagakan suatu pokok pelajaran yang menunjukkan

adanya hubungan, perkembangan atau perbandingan

tentang sesuatu.

f) Diagram, adalah suatu gambaran terbuka dari suatu onyek

atau proses atau sesuatu yang diterangkan irisannya atau

penampangnya dengan gambar, garis dan kata-kata.


23

g) Grafik, menurut Heinich ( dalam Tim PLPG, 2009 )

didefinisikan sebagai bahan-bahan nonfotografis dengan

format dua dimensi yang didesain khusus untuk

mengkomunikasikan pesan dan informasi tertentu.

h) Peta Datar, adalah gambar yang menjelaskan permukaan

bumi atau beberapa bagian dari bumi, yang menunjukkan

ukuran dan posisi yang relatif, menurut skala yang

digambarkan.

i) Realia (obyek) adalah benda sebenarnya dalam bentuk

utuh. Benda nyata yang digunakan sebagai bahan belajar.

Pemanfaatan media realia tidak harus selalu dihadirkan

secara nyata dalam ruang kelas, tetapi juga dapat dengan

cara melihat langsung (observasi) benda nyata tersebut

dilokasinya.

2) Media yang dapat diproyeksikan

i. Proyeksi opaque ( Tidak tembus pandang ), alat ini dapat

memproyeksikan benda-benda atau gambar yang tidak

tembus cahaya ( non transparan ) di atas layar.

ii. Proyeksi Overhead (OHP), adalah salah satu jenis projector

yang digunakan untuk memproyeksikan objek yang tembus

cahaya ke permukaan layar.


24

iii. Slides( film bingkai ), merupakan suatu gambar transparan

dalam bentuk kecil yang bersifat individual, dalam arti di

tunjukkan satu per satu.

iv. Filmstrips ( film rangkai ), sama halnya dengan slide

namun tidak dipotong-potong melainkan dibiarkan dalam

gulungan satu rol, kemudian di proyeksikan dengan

projector filmstrip.

B. Media Audio

Seseorang dapat menghayati media ini melalui pendengaran.

Kegiatan mendengarkan dalam pembelajaran akan

menghubungkan aspek kognitif yang sesuai dengan informasi baru

ke peristiwa riil atau ke materi yang telah dipelajarai sebelumnya.

( Amitah, 2008). Media audio dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Media audio tradisional; audio kaset, audio siaran, dan

telepon

2) Media audio digital; media optic, audio internet, radio

internet.

C. Media Audio Visual

Melalui media ini, seseorang tidak hanya dapat melihat atau

mendengar saja, tetapi dapat melihat sekaligus mendengarkan

sesuatu yang divisualisasikan.( Anitah, 2008 ). Dengan media audio-

visual seorang siswa akan dapat menangkap materi pelajaran melalui

mata dan telinganya sehingga akan lebih mudah untuk


25

memahami materi pelajaran yang diberikan. Beberapa ragam

media audio-visual ini diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Slide plus suara ( tape ); merupakan jenis media visual yang

menampilkan sejumlah slide, dipadukan dalam suatu cerita

atau suatu jenis pengetahuan yang diproyeksikan pada layar

dengan iringan suara/ lagu.

2) Televisi; adalah sistem elektronik yang mengirimkan

gambar dian dan gambar hidup bersama suara melalui kabel

atau ruang frekuensi udara. Televisi pendidikan adalah

penggunaak program video yang direncanakan untuk

mencapai tujuan pengajaran tertentu tanpa melihat siapa

yang menyiarkannya.

3) Komputer; adalah mesin yang dirancang untuk

memanipulasi informasi yang diberik kode, mesin yang

otomatis melakukan pekerjaan dan perhitungan sederhana

dan rumit yang terdiri dari empat komponen dasar, yaitu

input ( keyboard dan writing pad ), prosesor (CPU),

penyimpanan data ( memori; RAM, ROM dan Harddisk )

dan output ( monitor, printer atau plotter ). Dewasa ini

computer memiliki kemampuan untuk menggabungkan

atau mengkombinasikan berbagai peralatan elektronik

lainnya seperti CD Player, video tape, rekaman CCTV,


26

rekaman video dari alat komunikasi handphone dan

sebagainya.

4) Kerucut pengalaman; Edgar Dale ( dalam Anitah, 2008 )

mengemukakan klasifikasi yang terkenal yaitu kerucut

pengalaman ( the cone of experience ) dalam bukunya “

Audio Visual Methods in Teaching “. Pengalaman manusia

digambarkan sebagai suatu kerucut, yang dimulai dari

pengalaman langsung sampai dengan pengalaman yang

paling abstrak, yaitu belajar melalui lambang kata-kata.

5) Multimedia; merupakan kegiatan interaktif yang sangat

tinggi, mengajak pembelajar untuk proses pembelajaran

dengan memilih dan mengendalikan layar diantara proses

jendela informasi dalam penyajian media. ( Anitah, 2008 ).

c. Media Belajar Simulasi Komputer

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau information

communication and technology (ICT) di era globalisasi saat ini sudah

menjadi kebutuhan yang mendasar dalam mendukung efektifitas dan

kualitas proses pendidikan. UNESCO (2003) mendefenisikan “ ICT

generally relates to those technologies that are used for accessing,

gathering manipulating and presenting or communicating information.

The technologies could include hardware computer and others

devices, software applications, and connectively, access to the internet,

local networking infrastructure and video conferencing”. Berdasarkan


27

konseptual tersebut, peran TIK sebagai alat untuk memungkinkan

terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran yang efektif dan

efesien.

ICT atau TIK mencakup semua teknologi yang dapat digunakan

untuk menyimpan, mengolah, menampilkan, dan menyampaikan

informasi dalam proses komunikasi. Yang termasuk teknologi ini

adalah:

1) Teknologi komputer, baik perangkat keras (hardware) maupun

perangkat lunak (software) pendukungnya. Di dalamnya

termasuk prosesor (pengolah data), media penyimpan

data/informasi (hard disk, CD, DVD, flash disk, memori, kartu

memori, dll.), alat perekam (CD Writer, DVD Writer), alat

input (keyboard, mouse, scanner, kamera, dll.), dan alat output

(layar monitor, printer, proyektor LCD, speaker, dll.).

2) Teknologi multimedia, seperti kamera digital, kamera video,

player suara, player video,dll.

3) Teknologi telekomunikasi, telepon, telepon seluler, faksimail.

4) Teknologi jaringan komputer, baik perangkat keras (LAN,

Internet, WiFI, dll.), maupun perangkat lunak pendukungnya

(aplikasi jaringan) seperti Web, e-mail, HTML, Java, PHP,

aplikasi basis data, dll.

Di kalangan umum, istilah ICT lebih merujuk pada teknologi

komputer.Hal ini tidaklah mengherankan karena komputer pada


28

saat ini selain berfungsi sebagai alat pengolah data juga dapat

berfungsi untuk komunikasi melalui jaringan komputer (Internet)

serta alat multimedia (hiburan).Hampir semua komponen ICT

sekarang ini dapat dipakai secara bersama-sama dengan

komputer.Jadi, untuk saat ini istilah ICT dan komputer hampir

dapat disama artikan jika ditinjau dari fungsinya.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh dunia pendidikan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya kualitas

pembelajaran melalui pemanfaatan ICT. Selain fungsinya sebagai

alat bantu pemecahan masalah manusia, ICT juga dapat

dimanfaatkan untuk mendukung proses pembelajaran yang

dipercaya dapat (Elang Krisnadi, 2009):

a.i.1. meningkatkan kualitas pembelajaran

a.i.2. memperluas akses terhadap pendidikan dan pembelajaran

a.i.3. mengurangi biaya pendidikan

a.i.4. menjawab keharusan berpartisipasi dalam ICT, dan

a.i.5. mengembangkan keterampilan ICT (ICT skills) yang

diperlukan siswa ketika bekerja dan dalam kehidupannya

nanti.

Strategi pemanfaatan ICT di dalam pembelajaran mencakup: (1)

ICT sebagai alat bantu atau media pembelajaran, (2) ICT sebagai

sarana/tempat belajar, (3) ICT sebagai sumber belajar, dan (4) ICT

sebagai sarana peningkatan profesionalisme.


29

Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka media

pembelajaran pun mengalami perkembangan melalui pemanfaatan

teknologi itu sendiri. Berdasarkan teknologi tersebut, Azhar Arsyad

(2011) mengklasifikasikan media atas empat kelompok, yaitu :

1) Media hasil teknologi cetak.

2) Media hasil teknologi audio-visual.

3) Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer.

4) Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer

Klasifikasi media pembelajaran menurut Seels dan Glasgow (dalam

Azhari Arsyad 2011:33) membagi media kedalam dua kelompok

besar, yaitu : media tradisional dan media teknologi mutakhir.

1.1) Pilihan media tradisional

a) Visual diam yang diproyeksikan yaitu proyeksi apaque,

proyeksi overhead, slides, filmstrips.

b) Visual yang tak diproyeksikan yaitu gambar, poster, foto,

charts, grafik, diagram, pameran, papan info, papan-bulu.

c) Audio yaitu rekaman piringan, pita kaset, reel, cartridge.

d) Penyajian multimedia yaitu slide plus suara (tape).

e) Visual dinamis yang diproyeksikan yaitu film, televisi,

video.

f) Media cetak yaitu buku teks, modul, teks terprogram,

workbook, majalah ilmiah, lembaran lepas (hand-out).

g) Permainan yaitu teka-teki, simulasi, permainan papan.


30

h) Media realia yaitu model, specimen(contoh), manipulatif

(peta, boneka).

1.2) Pilihan media teknologi mutakhir

a) Media berbasis telekomunikasi yaitu telekonferen, kuliah

jarak jauh.

b) Media berbasis mikroprosesor yaitu computer-assisted

instruction, permainan komputer, sistem tutor intelijen,

interaktif, hipermedia, compact (video) disc.

Sedangkan klasifikasi media pembelajaran menurut Ibrahim yang

dikutip oleh Daryanto (2011) media dikelompokkan berdasarkan

ukuran dan kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya atas lima

kelompok, yaitu media tanpa proyeksi dua dimensi, media tanpa

proyeksi tiga dimensi, audio, proyeksi, televisi, video, dan komputer.

Kemp & Dayton yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2011:37)

mengelompokkan media kedalam delapan jenis, yaitu : media cetakan,

media pajang, overhead transparancies, rekapan audiotape, seri slide

dan filmstrips, penyajian multi-image, rekaman video dan film hidup,

komputer.

d. Strategi pemilihan Media Pembelajaran yang tepat

Prinsip-prinsip pada pemilihan media pembelajaran adalah :

1) Media yang dipilih harus sesuai dengan tujuan dan materi

pelajaran, metode mengajar yang digunakan serta karakteristik


31

siswa yang belajar (tingkat pengetahuan siswa, bahasa siswa,

dan jumlah siswa yang belajar),

2) Untuk dapat memilih media dengan tepat, guru harus mengenal

ciri-ciri dan tiap tiap media pembelajaran,

3) Pemilihan media pembelajaran harus berorientasi pada siswa

yang belajar, artinya pemilihan media untuk meningkatkan

efektivitas belajar siswa,

4) Pemilihan media harus mempertimbangkan biaya pengadaan,

ketersediaan bahan media, mutu media, dan lingkungan fisik

tempat siswa belajar.

Menurut Strauss dan Frost dalam Dina Indriana (2011:32)

mengidentifikasikan sembilan faktor kunci yang harus menjadi

pertimbangan dalam memilih media pengajaran. Kesembilan faktor

kunci tersebut antara lain batasan sumber daya institusional,

kesesuaian media dengan mata pelajaran yang diajarkan,

karakteristik siswa atau anak didik, perilaku pendidik dan tingkat

keterampilannya, sasaran pembelajaran mata pelajaran, hubungan

pembelajaran, lokasi pembelajaran, waktu dan tingkat keragaman

media.

Sedangkan menurut Arief S. Sadiman, dkk (2011:84)

mengemukakan pemilih media antara lain adalah :

a) Bermaksud mendemonstrasikannya seperti halnya pada kuliah

tentang media.
32

b) Merasa sudah akrab dengan media tersebut, misalnya seorang

dosen yang sudah terbiasa menggunakan proyektor

transparansi.

c) Ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkret,

dan d) merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang bisa

dilakukan, misalnya untuk menarik minat atau gairah belajar

siswa.

Pendapat lain mengungkapkan bahwa dalam memilih media

hendaknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a) Kemampuan mengakomodasikan penyajian stimulus yang tepat

(visual dan/ atau audio)

b) Kemampuan mengakomodasikan respon siswa yang tepat

(tertulis, audio, dan/ atau kegiatan fisik)

c) Kemampuan mengakomodasikan umpan balik

d) Pemilihan media utama dan media sekunder untuk penyajian

informasi atau stimulus, dan untuk latihan dan tes ( sebaiknya

latihan dan tes menggunakan media yang sama ).

e) Tingkat kesenangan (preferensi lembaga, guru, dan pelajar) dan

keefektivan biaya (Azhar Arsyad, 2011:71)

Menurut Azhar Arsyad (2011:15) fungsi utama media

pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut

mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata

dan diciptakan oleh guru. Sedangkan menurut Hamalik (dalam


33

Azhar Arsyad, 2011) bahwa pemakaian media pembelajaran dalam

proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat

yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan

belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis

terhadap siswa.

Menurut Arif S. Sadiman, dkk (2011) menyebutkan bahwa

kegunaan-kegunaan media pembelajaran yaitu:

a) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat

verbalistis.

b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

c) Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi

dapat mengatasi sikap pasif anak didik.

d) Memberikan perangsang belajar yang sama.

e) Menyamakan pengalaman.

f) Menimbulkan persepsi yang sama.

Hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan media

pembelajaran antara lain:

1. Prinsip-prinsip media pembelajaran

2. Penggunaan dan Pemilihan Media Pembelajaran

3. Fungsi Media Pada Pembelajaran

4. Jenis Media Pembelajaran


34

3. Hakikat Minat Belajar Fisika

a. Pengertian Minat

Minat adalah kehendak, keinginan atau kesukaan. Minat adalah

sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap

merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam

mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat

melakukan menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya.

Menurut Tatik Hartini, Minat adalah kecenderungan yang tetap

untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang

diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang,

perhatian, kemauan, konsentrasi, dan kesadaran siswa terhadap pelajaran

tertentu (Laksono, Gregoria Ariyanti, Fansiskus Gatot Imam Santoso,

2012: 60).Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang

untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih

(Hurlock, 1995:144).

Minat terbagi menjadi 3 aspek, yaitu: (Hurlock, 1995: 117)

1) Aspek Kognitif

Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari

baik di rumah, sekolah dan masyarakat serta dan berbagai jenis media

massa.

2) Aspek Afektif

Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam

sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Berkembang dari


35

pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting yaitu orang tua,

guru dan teman terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat

tersebut dan dari sikap yang dinyatakan dalam berbagai bentuk media

massa terhadap kegiatan itu.

3) Aspek Psikomotor

Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat.

Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan

keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.

Minat seseorang dapat kita golongkan menjadi beberapa tahapan,

adapun tahapannya yaitu:

1) Rendah, jika seseorang tidak menginginkan objek minat

2) Sedang, jika seseorang menginginkan objek minat, akan tetapi tidak

dalam waktu segera.

3) Tinggi, jika seseorang sangat menginginkan objek minat dan

dalam waktu segera.

Beberapa kondisi yang mempengaruhi minat seseorang untuk

dapat melakukan sesuatu yang berkaitan dengan minat adalah:

1) Status ekonomi

Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas

minat mereka untuk mencakup hal yang semula belum mampu

dilaksanakan. Sebaliknya jika status ekonomi mengalami kemunduran

karena tanggung jawab keluarga atau karena usaha yang kurang maju,

maka orang cenderung akan mempersempit minat mereka.


36

2) Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang

semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang dilakukan.

3) Tempat tinggal

Kondisi tempat tinggal banyak mempengaruhi keinginan yang bisa

mereka penuhi pada kehidupan sebelumnya masih dapat dilakukan atau

tidak.

Faktor–faktor yang dapat mempengaruhi minat seseorang untuk

melakukan sesuatu adalah:

4) Kondisi pekerjaan

Tempat yang memiliki suasana yang menyenangkan dengan

didukung oleh kerja sama yang profesional, saling bantu di antara sesama

teman kerja atau hubungan antara pimpinan dengan bawahan akan dapat

meningkatkan produksi (etos kerja)

5) Sistem pendukung

Dalam bekerja sangat diperlukan sistem pendukung yang memadai

bagi para pekerjanya sehingga diperoleh hasil produksi yang maksimal,

misalnya fasilitas kendaraan, perlengkapan pekerjaan yang memadai,

kesempatan promosi, kenaikan pangkat/kedudukan.

6) Pribadi pekerja

Semangat kerja, pandangan pekerja terhadap pekerjaannya,

kebanggaan memakai atribut bekerja, sikap terhadap pekerjaannya.


37

Kemudian, minat yang muncul dari seseorang sebenarnya dapat

ditimbulkan dengan cara:

1) Membangkitkan suatu kebutuhan.

2) Menghubungkan dengan pengalaman yang lampau.

3) Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

b. Minat Belajar

Menurut Schraw & Leman (2021) minat mengacu pada

keterlibatan diri yang disukai dan dikehendaki pada sebuah aktivitas

(Schunk, Dale H., Paul R. Pintrich, and Judith L. Meecce, 2012:

316).Aktivitas dalam hal ini aadalah belajar.Herbart, filsuf asal German,

menuliskan bahwa, minat pada sebuah mata pelajaran dapat meningkatkan

motivasi dan pemelajaran.

Menurut Krapp et.al. (1992) mengajukan tiga perspektif umum

tentang minat yang dapat membatu memahami beragam bidang penelitian

ini (lihat Gambar 2.1).Tiga pendekatan ini meliputi minat personal

(disposisi individu), daya tarik (aspek konteks), dan minat sebagai keadaan

psikologis individu (termasuk minat situasional).

Karakteristik Individu

p *Minat personal sebagai suatu disposisi


Keadaan Psikologis Individu

Karakteristik konteks/situasi *Minat individu yang teraktualisasikan


*Daya tarik teks, materi, tugas pelajaran, aktivitas, situasi kelas, konteks
* Minat situasional

Gambar 2.1 Tiga Pendekatan Penelitian Tentang MinatDiadaptasi dari Krapp


et al., 1992.
38

Berdasarkan gambar di atas tampak jelas bahwa minat mencakup

komponen afektif (misalnya, afek positif) dan komponen kognitif seperti

pengetahuan dan nilai (Krapp, 1999).

c. Minat belajar tinggi

Berdasarkan berbagai teori tentang minat di atas, minat belajar

dapat diukur dengan berbagai komponen.Penelitian tentang minat personal

sering kali menggunakan instrument pelaporan diri, seperti kuesioner,

yang meminta para peserta didik menilai berbagai topic atau aktivitas pada

pertanyaan-pertanyaan berskala Likert. (Schunk, Dale H., Paul R. Pintrich,

and Judith L. Meecce, 2012: 323). Pertanyaan-pertanyaan ini dinilai

dengan sejumlah cara yang berbeda, bergantung pada kerangka acuan

teoretis tentang minat personal yang digunakan, termasuk sikap umum

terhadap aktivitas, preferensi spesifik terkait suatu aktivitas atau kesukaan

terhadap sesuatu aktivitas, minat intrinsic terhadap konten aktivitas, dan

pelaporan tentang pilihan aktivitas atau partisipasi dalam suatu aktivitas

(Schiefele et al., 1992; Wigfield, 1994; Wigfield & Eccles, 1992).

Respons para peserta didik terhadap aspek minat ini kemudian digunakan

untuk menyusun skala-skala yang mencerminkan berbagai level minat

terhadap terhadap berbagai aktivitas (misalnya dalam penelitian ini

pelajaran fisika).

Dengan demikian yang dimaksud minat belajar tinggi adalah hasil

penskoran terhadap respons peserta didik melalui kuesioner berskala

Likert yang dinilai memperoleh skor tinggi terhadap minat belajar fisika.
39

d. Minat belajar rendah

Minat belajar rendah yang dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah adalah hasil penskoran terhadap respons peserta didik melalui

kuesioner berskala Likert yang dinilai memperoleh skor rendah terhadap

minat belajar fisika.

e. Pengertian Belajar Fisika

Fisika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari

pernyataan yang ingin disampaikan. Menurut Fathoni fisika dipandang

sebagai bahasa karena “dalam fisika terdapat sekumpulan lambang/simbol

dan kata (baik kata dalam bentuk lambang)”. Misalnya “ >” yang

melambangkan kata “lebih besar”, maupun kata yang diadobsi dari bahasa

biasa, misalnya kata “fungsi” yang dalam fisika menyatakan suatu

hubungan dengan aturan tertentu antara unsur-unsur dalam dua buah

himpunan. Simbol-simbol fisika bersifat “artificial” yang baru memiliki

arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu, maka fisika

hanya merupakan kumpulan simbol dan rumus yang kering akan makna.

Berkaitan dengan hal ini, tidak jarang kita jumpai dalam kehidupan,

banyak orang yang berkata bahwa X, Y, Z itu sama sekali tidak memiliki

arti.

Sedangkan yang dimaksud dengan minatfisika atau minat belajar

adalah salah satu proses berpikir yang dilakukan dengan cara menarik
40

suatu kesimpulan (Nurahman: 2011). Minat belajar merupakan hal yang

sangat penting untuk mengetahui dan mengerjakan permasalahan fisika.

Dalam dunia fisika diperlukan minat belajar siswa guna

memecahkan permasalahan yang dihadapi. Karena dalam minat terdapat

tahapan yang logis serta sistematis jalannya proses berpikir. Proses

berpikir yang diharapkan yaitu proses berpikir fisika. Proses berpikir fisika

sendiri adalah suatu kejadian yang dialami seseorang ketika menerima

respon sehingga menghasilkan kemampuan untuk menghubung-

hubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya secara fisika untuk

memecahkan/menjawab suatu persoalan atau permasalahan sehingga

menghasilkan ide gagasan, pemecahan/jawaban yang logis.

Mengutip O’Daffler dan Thornquist, Artzt dan Yaloz-Femia

(NCTM 1999, p.117), merumuskan bahwa minat matematik adalah bagian

dari berpikir matematik yang meliputi membuat perumuman dan menarik

simpulan sahih tentang gagasan-gagasan dan bagaimana gagasan tersebut

saling terkait. Jika pemecahan masalah memainkan peran sentral dalam

fisika, maka minat tampaknya memainkan peran serupa dalam pemecahan

masalah.

Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics

(NCTM, 1989) memberikan tanda-tanda proses minat sedang berlangsung,

yaitu bila: (a) menggunakan coba-ralat dan bekerja munduruntuk

menyelesaikan masalah, (b) membuat dan menguji dugaan, (c)

menciptakan argumen induktif dan deduktif, (d) mencari pola untuk


41

membuat perumuman, dan (e) menggunakan minat ruang dan logik. Dari

standar pemecahan masalah oleh NCTM dan penjelasan ini tampak minat

matematik merupakan bagian utuh dari pemecahan masalah.Minat

mendasari semua aspek atau komponen tingkat tinggi dari pemecahan

masalah.

Peressini dan Webb (NCTM, 1999, p.157)berpendapat minat

dapat dipandang sebagai suatu kegiatan dinamis yang mencakup berbagai

jenis cara berpikir. Mengutip O’Daffler dan Thornquist, kedua penulis

selanjutnya mengatakan minat matematik, yang memainkan peran mutlak

dalam proses berpikir, meliputi mengumpulkan fakta, membuat dugaan,

membuat perumuman, membangun argumen, dan menarik (dan

menyahihkan) simpulan logis mengenai beragam gagasan itu dan

hubunganhubungannya. Sehubungan dengan itu, keduanya mengatakan

minat matematik mencakup, namun tidak terbatas pada, induktif (termasuk

mengenali dan mengembangkan pola), deduktif, bersyarat, kesebandingan,

grafikal, spasial, dan abstrak.Dapat ditambahkan, sebenarnyaminat pula

yang digunakan untuk melakukan abstraksi.

Russel (NCTM, 1999, p.1) mengatakan minat matematik adalah

pusat belajar fisika.Ia berargumen, fisika adalah suatu disiplin berkenaan

dengan obyek abstrak dan minatlah alatuntuk memahami abstraksi. Ia

tambahkan minatlah yang digunakan untuk berpikir tentang sifat-sifat

sekumpulan obyek matematik dan mengembangkan perumuman yang

dikenakan padanya. Kita melihat pernyataan Russel sejalan dengan


42

pengertian minat matematik dari O’Dafflerdan Thornquist di atas, bahwa

minat melibatkan beberapa keterampilan penting seperti menyelidiki pola,

membuat dan menguji dugaan (conjecture), dan menggunakan minat

deduktif dan induktif formal untuk memformulasikan argumen matematik.

Dominowski (2002, p.57) menyatakan minat adalah jenis khusus

dari pemecahan masalah. Dengan kata lain, minat adalah bagian tertentu

dari pekerjaan memecahkan masalah yang dengan demikian merupakan

bagian dari berfisika (doing mathematics). Semuanya sejalan.Intinya,

minat adalah alat untuk memahami fisika dan pemahaman matematik itu

digunakan untuk menyelesaikan masalah. Pengalaman menyelesaikan

masalah padagilirannya memperkuat pemahaman dan minat matematik

yang kemudian kembali menjadi modal untuk memecahkan masalah baru

atau masalah yang lain lagi yang tentunya lebih rumit dan kompleks

sifatnya. Demikian siklus berlanjut (spiral) itu seharusnya berlangsung.

Bernalar merupakan suatu keterampilan yang dapat dilatih dan

dikembangkan. Menurut NCTM (NCTM, 2000, p. 56), bernalar matematik

adalah suatu kebiasaan, dan seperti kebiasaan lainnya, maka ia mesti

dikembangkan melalui pemakaian yang konsisten dan dalam berbagai

konteks. NCTMmenambahkan, orang yang bernalar dan berpikir secara

analitik akan cenderung mengenal pola, struktur, atau keberaturan baik di

dunia nyata maupun pada simbol-simbol. Orang ini gigih mencari tahu

apakah pola itu terjadi secara kebetulan ataukah ada alasan tertentu. Ia

membuat dugaan dan menyelidiki kebenaran atau ketidakbenaran dugaan


43

itu. Membuat dan menyelidiki dugaan adalah hal yang sangat penting

dalam fisika, karena melalui dugaan berbasis informasilah penemuan

matematik sering terjadi.Disposisi matematik seperti ini sangat diperlukan

untuk menghadapi berbagai masalah terutama yang rumit untuk

dipecahkan.

Menurut Principles and Standards(NCTM, 2000, p. 342), standar

minat matematik meliputi (a) mengenal minat sebagai aspek mendasar dari

fisika; (b) membuat dan menyelidiki dugaan matematik; (c)

mengembangkan dan mengevaluasi argumen matematik; dan (d) memilih

dan menggunakan berbagai tipe minat. Sehubungan dengan itu, dorongan

dan kesempatan yang didapat anak di kelas untuk melakukan minat dalam

kerangka memecahkan masalah matematik merupakan fondasi yang

diperlukan untuk mencapai standar minat yang dirumuskan NCTM

tersebut.

Membiasakan bernalar sejak hari-hari pertamanya di sekolah

akan membuat anak sadar kalau tiap pernyataan yang dibuatnya

memerlukan alasan pembenaran. Pertanyaan guru atau teman seperti,

“mengapa bisa begitu”, “bagaimana kita tahu itu benar”, “adakah yang

punya jawaban berbeda”, atau “adakah cara lain mengerjakannya”, dapat

membantu anak melakukan minat untuk mengajukan argumentasi

pendukung atau fakta yang berlawanan atau berpikir alternatif (divergen).

Sebagai contoh, guru dapat meminta siswa untuk membuktikan

garis yang membagi dua sama besar sudut yang dibentuk dua garis yang
44

saling berpotongan di satu bidang (gambar 2.2), berjarak sama terhadap

kedua garis itu. Namun, minat anak akan lebih berkembang secara lentur

bila tugas itu diungkap dengan menanyakan apakah ada garis (kalau ya,

maka ada berapa banyak) yang berjarak sama terhadap dua garis yang

berpotongan di sebuah bidang, dan kalau ya, bagaimana kita tahu itu.

Gambar 2.2 Dua Garis Berpotongan di Satu Bidang

Malloy (1999, p.13) mengatakan pertanyaanguru dan siswa

merupakan suatu strategi untuk membantu anak menggunakan potensi

kemampuan minatnya terhadap objek matematik.Dengan mengutip Wolf

dan Sawada, Malloy menambahkan sewaktu guru meminta siswa untuk

bernalar mengenai fisika lewat pertanyaan-pertanyaan menyelidik, maka

anak pada dasarnya memiliki pemahaman matematik yang lebih baik dari

yang kita bayangkan yang terlihat dari respon yang mereka berikan.Dalam

hal ini perlu dicamkan bahwa bertanya (reflektif) merupakan bagian dari

rangkaian pembelajaran.Oleh sebab itu, guru dituntut pula agar terampil

mengajukan pertanyaan yang merangsang anak bernalar.

Untuk itu, pembelajaran di kelas mesti dirancang demikian rupa

sehingga anak berani mengemukakan pikirannya tanpa harus merasamalu

atau takut ditertawakan, dan tiap anak berkontribusi dengan cara menilai

dan menanggapi pemikiran kawannya. Dengan demikian, seiring


45

perjalanan proses pembelajaran berbagai ragam topik fisikayang dilalui

dan dialaminya di sekolah, maka minat aljabar, geometri, kesebandingan,

peluang, statistika, dan sebagainya dari anak akan berkembang.

1) Model-model Minat belajar Fisika

Secara umum, terdapat dua model minatfisika, yakni minat induktif

dan minat deduktif.

1) Minat Deduktif

Minat induktif merupakan proses berpikir yang berusaha

menghubungkan fakta-fakta atau kejadian-kejadian khusus yang

sudah diketahui menuju kepada suatu kesimpulan yang bersifat

umum. Minat induktif berkaitan dengan empiris, bersumber pada

empiri atau fakta.

Menurut Suherman (2001) bahwa fisika dikenal sebagai ilmu

deduktif. Ini berarti proses pengerjaan matematik harus bersifat

deduktif. Fisika tidak menerima generalisasi berdasarkan

pengamatan (induktif), tetapi harus berdasarkan pembuktian

deduktif.Meskipun demikian untuk membantu pemikiran, pada

tahap-tahap permulaan seringkali kita memerlukan bantuan contoh-

contoh khusus atau ilustrasi geometris.

Menurut Matlin (2009) bahwa minat deduktif berarti membuat

beberapa kesimpulan logis berdasarkan informasi yang

diberikan.Salah satu jenis minat deduktif adalah minat kondisional.

Masalah minat kondisional (minat proposisional)


46

menginformasikan kepada kita mengenai keterkaitan antara dua

kondisi. Berikut adalah contoh tugas minat kondisional.

Jika bulan bersinar, saya dapat melihat tanpa lampu senter

Saya tidak dapat melihat tanpa lampu senter

Jadi, bulan tidak bersinar.

Berikut contoh pembuktian yang berdasarkan minat deduktif,

Buktikan bahwa jumlah dua buah bilangan ganjil adalah bilangan

genap

Andaikan m dan n adalah sembarang dua bilangan bulat, maka

2m+1 dan 2n+1 tentunya masing-masing merupakan bilangan

ganjil. Jika kita jumlahkan:

(2m+1)+(2n+1) = 2(m+n+1)

Karena m dan n bilangan bulat, maka (m + n + 1) bilangan bulat,

sehingga 2(m + n + 1) adalah bilangan genap.Jadi jumlah dua buah

bilangan ganjil selalu genap.

Menurut uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat deduktif

yaitu pernalaran yang mengambil kesimpulan berdasarkan hal yang

umum, yang telah dibuktikan terlebih dahulu.

2) Minat Induktif

Minat deduktif merupakan proses berpikir untuk menarik

kesimpulan tentang hal khusus yang berpijak pada hal umum atau

hal yang sebelumnya telah dibuktikan (diasumsikan) kebenarannya.


47

Minat deduktif berkaitan dengan rasionalisme, bersumber pada

rasio.

Berikut contoh pembuktian yang berdasarkan minat induktif,

Buktikan bahwa jumlah dua buah bilangan ganjil adalah bilangan

genap

+ 1 -3 5 7

1 2 -2 6 8

-3 -2 -6 2 4

5 6 2 10 12

7 8 4 12 14

Dari tabel penjumlah ini, jelas bahwa setiap dua bilangan ganjil

jika dijumlahkan hasilnya selalu genap. Dalam fisika tidak

dibenarkan membuat generalisasi atau membuktikan dengan cara

demikian. Walaupun anda menunjukkan sifat itu dengan

mengambil beberapa contoh yang lebih banyak lagi, tetap kita tidak

dibenarkan membuat generalisasi yang mengatakan bahwa jumlah

dua bilangan ganjil adalah genap, sebelumnya kita

membuktikannya secara deduktif.

Setelah kita menelaah contoh pembuktian secara induktif di

atas telah terjadi proses berpikir yang berusaha menghubung-

hubungkan suatu fakta atau konsep khusus yang sudah

diketahuikepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.

Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa penalara


48

induktif adalah proses berpikir untuk menarik suatu kesimpulan

atau membuat suatu pernyataan baru yang bersifat umum

berdasarkan pada beberapa pernyataan khusus yang diketahui

benar.

2) Indikator Minat belajar Fisika


Indikator siswa memiliki kemampuan dalam minat adalah mampu:

1) Mengajukan dugaan

Kemampuan mengajukan dugaan merupakan kemampuan siswa

dalam merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai

dengan pengetahuan yang dimilikinya.

2) Melakukan manipulasi fisika

Kemampuan manipulasi fisika merupakankemampuan siswa dalam

mengerjakan atau menyelesaikan suatu permasalahan dengan

menggunakan cara sehingga tercapai tujuan yang dikehendaki.

3) Menarik kesimpulan menyusun bukti, memberikan alasan atau

bukti terhadap kebenaransolusi

Siswa mampu menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan

alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi apabila siswa mampu

menunjukkan lewat penyelidikan.

4) Menarik kesimpulan dari pernyataan

Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan merupakan

proses berpikir yang memberdayakan pengetahuannya sedemikian

rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran.

5) Memeriksa kesahihan suatu argumen


49

Kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumenmerupakan

kemampuan yang menghendaki siswa agar mampu menyelidiki

tentang kebenaran dari suatu pernyataan yang ada.

6) Menemukan pola atau sifat dari gejala fisika untuk membuat

generalisasi

Kemampuan menemukan pola atau sifat dari gejala fisika untuk

membuat generalisasi merupakan kemampuan siswa dalam

menemukan pola atau cara dari suatu pernyataan yang ada sehingga

dapat mengembangkannya ke dalam kalimat fisika.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan teori – teori di atas dapat disusun kerangka berpikir sebagai

berikut :

1. Pengaruh media pembelajaran terhadap sikap ilmiah fisika.

Media pembelajaran adalah alat bantu pembelajaran yang secara

sengaja dan terencana disiapkan atau disediakan guru untuk

mempresentasikan atau menjelaskan bahan pelajaran, serta digunakan

siswa untuk dapat terlibat langsung dengan pembelajaran.Sifatnya yang

sebagai alat bantu pembelajaran, maka fungsi media pembelajaran adalah

membantu siswa dalam memahami materi (red: fisika) yang meliputi

pemahaman konsep, minat belajar, pemecahan masalah dan komunikasi

fisika.
50

Media pembelajaran secara garis besar terbagi menjadi dua

berdasarkan perkembangan teknologi yakni media pembelajaran berupa

alat peraga dan media pembelajaran berbasis ICT.Alat peraga merupakan

media pengajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari

konsep yang dipelajari (Estiningsih, 1994:7).Fungsi utamanya adalah

untuk menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu menangkap

arti konsep tersebut.Jadi, secara global alat peraga memiliki peran

menkonkretkan/menvisualisasikan materi yang diajarkan berupa benda

sederhana agar materi yang disampaikan dapat dipahami secara nyata dan

tak terbatas hanya sekedar menghapal materi tanpa mengetahui

substansinya.

Sedangkan pembelajaran berbasis ICT mencakup semua

teknologi yang dapat digunakan untuk menyimpan, mengolah,

menampilkan, dan menyampaikan informasi dalam proses komunikasi.

Di kalangan umum, istilah ICT lebih merujuk pada teknologi

komputer.Hal ini tidaklah mengherankan karena komputer pada saat ini

selain berfungsi sebagai alat pengolah data juga dapat berfungsi untuk

komunikasi melalui jaringan komputer (Internet) serta alat multimedia

(hiburan).Hampir semua komponen ICT sekarang ini dapat dipakai

secara bersama-sama dengan komputer.Jadi, untuk saat ini istilah ICT

dan komputer hampir dapat disama artikan jika ditinjau dari fungsinya.

Dengan adanya media pembelajaran serta didukung oleh

pendekatan pembelajaran yang sesuai maka akan menciptakan hasil


51

pembelajaran fisika yang lebih efisien terutama terhadap sikap ilmiah

fisika..

2. Pengaruh minat belajar terhadap Sikap ilmiah fisika.

Minat adalah suatu proses atau suatu aktivitas berpikir untuk

menarik suatu kesimpulan atau proses berpikir dalam rangka membuat

suatu pernyataan baru yang benar berdasarkan pada beberapa pernyataan

yang kebenarannya telah dibuktikan atau diasumsikan sebelumnya.

Fisika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna

dari pernyataan yang ingin disampaikan. Menurut Fathoni fisika

dipandang sebagai bahasa karena “dalam fisika terdapat sekumpulan

lambang/simbol dan kata (baik kata dalam bentuk lambang)”. Misalnya “

>” yang melambangkan kata “lebih besar”, maupun kata yang diadobsi

dari bahasa biasa, misalnya kata “fungsi” yang dalam fisika menyatakan

suatu hubungan dengan aturan tertentu antara unsur-unsur dalam dua

buah himpunan. Simbol-simbol fisika bersifat “artificial” yang baru

memiliki arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu,

maka fisika hanya merupakan kumpulan simbol dan rumus yang kering

akan makna.

Sedangkan yang dimaksud dengan minatfisika atau minat belajar

adalah salah satu proses berpikir yang dilakukan dengan cara menarik

suatu kesimpulan (Nurahman: 2011). Minat belajar merupakan hal yang

sangat penting untuk mengetahui dan mengerjakan permasalahan fisika.


52

Dalam dunia fisika diperlukan minat belajar siswa guna memecahkan

permasalahan yang dihadapi. Karena dalam minat terdapat tahapan yang

logis serta sistematis jalannya proses berpikir. Proses berpikir yang

diharapkan yaitu proses berpikir fisika. Proses berpikir fisika sendiri

adalah suatu kejadian yang dialami seseorang ketika menerima respon

sehingga menghasilkan kemampuan untuk menghubung-hubungkan

sesuatu dengan sesuatu yang lainnya secara fisika untuk

memecahkan/menjawab suatu persoalan atau permasalahan sehingga

menghasilkan ide gagasan, pemecahan/jawaban yang logis.

3. Pengaruh interaktif media pembelajaran dan minat belajar

terhadap sikap ilmiah fisika.

Kemampuan komunikasi fisika adalah kemampuan siswa

membaca wacana fisika dengan pemahaman, mampu mengembangkan

bahasa dan simbol fisika sehingga dapat mengkomunikasikan secara

lisan dan tulisan, mampu menggambarkan secara visual dan

merefleksikan gambar atau diagram ke dalam ide fisika, mampu

merumuskan dan mampu memecahkan masalah melalui penemuan.

Secara umum, fisika dalam ruang lingkup komunikasi mencakup

keterampilan/kemampuan menulis, membaca, discussing andassessing,

dan wacana (discourse). Tanpa komunikasi dalam fisika kita akan

memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa

dalam melakukan proses dan aplikasi fisika.


53

Dengan berkembangnya teori pendidikan yang begitu pesat di era

modern ini, diikuti pula dengan perkembangan alat bantu (red:media)

dalam pembelajaran khususnya fisika, maka tujuan-tujuan pembelajaran

fisika dapat tercapai. Baik pemahaman konsep, minat belajar, pemecahan

masalah ataupun komunikasi fisikanya. Teruntuk sikap ilmiah pada

fisika, pada kurikulum 2013 begitu ditekankan mengingat pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan saintifik dengan proses 5M,

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan

mengomunikasikannya.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis

penelitian dapat diajukan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan media pembelajaran terhadap sikap

ilmiah fisika.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan minat belajar terhadap sikap ilmiah

fisika.

3. Terdapat pengaruh interaktif yang signifikan media pembelajaran dan

minat belajar terhadap sikap ilmiah fisika.


54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Swasta Kodya Jakarta Timuryaitu

pada SMK Kimia Tunas Harapan dan SMK Mardi Bakti yang ada di

kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur, pada tahun pelajaran 2014/2015.

Penelitian ini dilakukan di kelas X dalam satu semester yaitu pada semester

genap terhitung mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni2015 tahun

pelajaran 2014/2015, dengan rincian jadwal sebagai berikut:

Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni


1. Menyusun
Proposal √ √ √ √

2. Seminar √ √
Proposal
3. Bimbingan √
Tesis
4. Ujicoba Instrumen √

5. Pengolahan Hasil √
Ujicoba Instrumen
6. Pelaksanaan Penelitian √ √ √ √
7. PengolahanData √ √ √ √
8. Penyusunan Laporan √ √
9. UjianTesis √

10. Perbaikan √ √ √ √ √
Tesis
55

B. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan metode eksperimen, yaitu dengan

memberikan jenis perlakuaan yang berbeda pada dua kelompok belajar siswa.

Kelompok yang satu dijadikan sebagai kelompok eksperimen, yaitu diberikan

perlakuan (treatment) metode pembelajaran dengan metode mind map,

sedangkan kelompok lainnya sebagai kelompok kontrol dengan perlakukan

(treatment) pembelajaran menulis karangan deskripsi mengunakanmetode

konvensional. Dari masing-masing kelompok tersebut, kemudian dibagi

dalam 2 (dua) katagori kelompok siswa yang didasarkan atas tingkat motivasi

belajar yang dimiliki, yaitu kelompok siswa dengan motivasi belajar tinggi

dan kelompok siswa dengan motivasi belajar rendah.

Desain faktorial digunakan apabila ada dua atau lebih variabel dengan

masing-masing variabel memiliki lebih dari satu situasi. Pada eksperimen ini

tentang pendekatan metode pembelajaran pembelajaran cara pertama (A 1),

yakni dengan menggunakan metode pembelajaran mind map dan cara kedua

(A2), dengan metode pembelajaran konvensional, pada siswa dengan

motivasi belajar tinggi (B1) dan siswa dengan motivasi belajar rendah (B2).

Karena ada dua cara pada masing-masing variabel maka disebut dengan 2 x 2

factorial design. (Ronny Kountur, 2007 : 140).

Dalam penelitian ini menggunakan disain penelitian factorial 2x2

yang dinyatakan sebagai berikut :


56

Tabel 3.1. DisainPenelitian

Metode pembelajaran
K-1 K-2 B
Motivasi belajar
B-1 Y11 Y12 Y10
B-2 Y21 Y22 Y20
Y01 Y02 Y00
K

Keterangan:

K-1 = metode pembelajaran ICT

K-2 = metode pembelajaran tanpa media

B-1 = minat belajar tinggi

B-2 = minat belajar rendah

Y11 = sikap ilmiah fisika denganmedia ICTdan minat belajar tinggi

Y12 = sikap ilmiah fisikatanpamedia ICTdan minat belajar tinggi.

Y21 = sikap ilmiah fisika denganmedia ICTdan minat belajar rendah

Y22 = sikap ilmiah fisikatanpamedia ICTdan minat belajar rendah

Penelitian ini mengandung 2 validitas, yaitu validitas internal dan

eksternal.Validitas internal terkait dengan tingkat pengaruh perlakuan

(treatment) atribut yang ada terhadap sikap ilmiah fisika siswa, yang

didasarkan atas ketepatan prosedur dan data yarig dikumpulkan serta

penarikan kesimpulan. Sedangkan validitas eksternal terkait dengan dapat


57

tidaknya hasil penelitian ini untuk digeneralisasikan pada subjek lain yang

memiliki kondisi dan karakteristik sama.

Validitas internal dalam penelitian ini berkaitan dengan benar tidaknya

perubahan sikap ilmiah fisika siswa dikarenakan faktor mediapembelajaran

danminat belajar; tidak disebabkan oleh faktor-faktor atau variabel ekstra

lainnya seperti: variable sejarah, kematangan, pretesteing, perbedaan

pemilihan sample/subjek, instrumentasi, mortalitas atau interaksi antar subjek.

Agar tujuan tersebut tercapai, maka dalam penelitian ini dilakukan

pengontrolan pengaruh variable-variabel ekstra tersebut sebagai berikut:

1. Pengaruh variabel sejarah (history), dikontrol dengan pemberian materi

pelajaran yang sama, dalam jangka waktu yang sama dan oleh

guru/pengajar yang sama. Bila terjadi peristiwa atau kejadian yang tidak

merupakan bagian dari kegiatan eksperimen, mereka harus memiliki

kesempatan yang sama pula.

2. Pengaruh variabel kematangan (maturation), dikontrol dengan cara proses

treatment/perlakuan dalam interval waktu yang tidak terlalu lama. Dengan

demikian diharapkan mereka memiliki kesempatan perubahan mental

maupun fisik yang sama pula.

3. Pengaruh variabel pretesting, dikontrol dengan jalan tidak memberikan

pretest pada kedua kelompok sample. Hal ini dimaksudkan agar

pengalaman pretest tersebut tidak mempengaruhi penampilan subjek

selama proses perlakuan.


58

4. Pengaruh variabel instrument (measuring instruments), dikontrol dengan

pemberian tes yang sama pada kelompok eksperimen dan kontrol.

5. Pengaruh variabel mortalitas, dikontrol dengan pemberian perlakuan yang

sama pada siswa lain yang tidak menjadi anggota sample, sehingga jika

terjadi mortalitas dapat secepatnya diganti dengan siswa lain yang setara.

6. Pengaruh variabel interaksi antar subjek, dikontrol dengan tidak

memberitahukan, bahwa sedang dilakukan proses penelitian dan

memberikan kegiatan proses pembelajaran yang berbeda.

Validitas eksternal dalam penelitian ini terkait dengan dapat tidaknya

perlakuan media pembelajaran digeneralisasikan pada subjek lain yang

memilki kondisi dan karakter sama dengan subjek yang ada pada penelitian

ini, atau dengan kata lain, bahwa hasil perlakuan pada sample penelitian ini

dapat berlaku juga untuk populasinya. Sebagai usaha mengontrol validitas

eksternal dilakukan sebagai berikut:

1. Interaksi media pembelajaran dan minat belajar, dikontrol dengan

pengambilan/penempatan kelas eksperimen dan kontrol yang seimbang,

hal ini dimaksudkan agar kondisi awal pada kedua kelas diasumsikan

sama. Kemudian kedua kelas percobaan (eksperimen dan kontrol) diberi

perlakuan yang berbeda.

2. Pengaturan penelitian reaktif, dikontrol dengan:

a. Suasana perlakuan tidak artificial sehingga subjek tidak merasa sedang

diteliti,

b. Subjek tidak diberikan informasi bahwa sedang diteliti,


59

c. Perlakuan untuk semua siswa dalam satu kelas belajar sama baik yang

dijadikan sample maupun yang tidak dijadikan sampel,

d. Guru/pengajar diusahakan hanya satu orang untuk kedua kelas

percobaan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Menurut pendapat Arikunto (2006:117) bahwa “Populasi didefinisikan

sebagai keseluruhan objek penelitian”. Sugiyono (2012:117) mengemukakan

bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

populasi adalah sekelompok objek yang akan diteliti sekaligus sebagai

sumber data. Dengan kata lain populasi merupakan objek atau subjek yang

berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat atau memiliki karakteristik

tertentu serta yang memiliki kaitan dengan masalah yang sedang diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas X Sekolah

Menengah Kejuruan Swasta yaitu SMK Kimia Tunas Harapan dan SMK

Mardi Bhakti di Kodya Jakarta Timur Tahun Ajaran 2014 – 2015 yang

berjumlah 459 siswa.

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel


60

Menurut Suharsimi Arikunto yang dimaksud dengan sampel adalah

sebagain atau wakil populasi yang diteliti.Jika yang diteliti populasinya

kurang dari 100 lebih baik subjeknya diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi.Sementara jika lebih dari 100 maka boleh

diambil antara 10 – 15% atau 20 – 25% (Arikunto, 2002).

Merujuk pendapat di atas maka dalam hal ini sampel yang akan

ditetapkan dalam penelitian ini adalah 10 – 15% dari populasi. Diketahui

bahwa SMK Kimia Tunas Harapan dengan jumlah siswa 220 siswa.maka

diambil 10 – 15% berarti yang dijadikan sampel adalah berjumlah antara 22 –

30 siswa. Rata-rata jumlah siswa kelas X di SMK Kimia Tunas Harapan dan

SMK Mardi Bhakti berjumlah 30 siswa, oleh karena itu sampel yang diambil

akan berjumlah 60 siswa (dua kelas belajar, setiap kelas 30 siswa).

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan multi stage

random sampling (pengambilan sampel secara acak melalui beberapa tahap),

berdasarkan random.Pertama menentukan SMK Kimia Tunas Harapan dan

SMK Mardi Bhakti sebagai tempat penelitian; kedua, menetapkan siswa kelas

X yang terdiri dari empat kelas sebagai penelitian secara purposive sampling;

ketiga, memilih kelas X SMK Kimia Tunas Harapan sebagai kelas

eksperimen dan Kelas X SMK Mardi Bhakti kelas kontrol; keempat,

mengelompokkan siswa dalam setiap kelas menjadi dua kelompok, yaitu dari

masing-masing kelas disusun siswa minat tinggi dan siswa minat rendah,

kemudian kelima, menentukan masing-masing anggota kelompok dalam

setiap perlakuan.
61

Dua kelas tersebut berjumlah 70 siswa yang masing-masing kelas

terdiri atas 35 orang siswa kelompok eksperimen dan 35 orang siswa

kelompok kontrol. Setelah dilakukan tes, skor yang diperoleh dari tes

tersebut, kemudian dirangking sebanyak 33% kelompok atas dan dinyatakan

sebagai siswa motivasi tinggi sedangkan 33% kelompok bawah yang

dinyatakan sebagai siswa motivasi rendah. Penentuan siswa dengan minat

tinggi dan siswa minat rendah sebanyak 33% tersebut mengacu pada

pendapat Nitko (1996) yang mengemukakan bahwa penentuan minat tinggi

dan minat rendah itu berkisar 25% sampai dengan 33%. Dengan cara tersebut

diperoleh sampel sebanyak 12 siswa untuk minattinggi dan 12 siswa untuk

minat rendah dari masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 3.2
Penetapan Perlakuan Tiap-tiap Kelompok Masing-masing Kelas

Tindakan/Perlakuan
Media ICT Tanpa Media ICT
Tingkat
Minat Tinggi 12 12
Minat Rendah 12 12
Jumlah 24 24

Keterangan:

1. Siswa minat tinggi yang mendapat tindakan proses pembelajaran

menggunakan media pembelajaran ICT sebanyak 12 siswa;

2. Siswa minat rendah yang mendapat tindakan proses pembelajaran

menggunakan media pembelajaran ICT sebanyak 12 siswa;

3. Siswa minat tinggi yang tidak mendapat media ICT sebanyak 12 siswa;
62

4. Siswa minatrendah yangtidak mendapat media ICT sebanyak 12 siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk sikap ilmiah fisika siswa (Y) yaitu hasil tes kepada siswa kelas X

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Untuk variabel minatbelajar (X2), dengan pemberian kuesioner kepada

siswa kelas X kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Skor yang diperoleh dari hasil tes sikap ilmiah fisika adalah perolehan

skor setiap siswa dalam mengisi kuesioner sikap ilmiah fisika, kuesioner

tersebut diselenggarakan setelah siswa mengalami proses kegiatan

pembelajaran yang materi dan tujuan pembelajarannya telah ditentukan

sebelumnya.

E. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 1 variabel terikat dan 2 variabel bebas yaitu :

1. Variabel Terikat (Y): Sikap ilmiah Fisika.

Untuk sikap ilmiah fisika (Y) berasal dari siswa kelas X

2. Variabel Bebas (X1) :Media pembelajaran .

Untuk media pembelajaran yaitu dari hasil proses pembelajaran

menggunakan media pembelajaran ICT dan konvensional

3. Variabel Bebas (X2) :Minat belajar .

Untuk minat belajar (X2) berasal dari siswa kelas X sebagai sampel

penelitian.
63

F. Instrumen Penelitian

1. Sikap Ilmiah Pada Fisika

a. Definisi Konseptual

Sikap ilmiah fisika adalah keyakinan akan nilai yang harus

dipertahankan ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan ilmu

fisika. Sikap ilmiah meliputi ingin tahu, hati-hati, obyektif, dan jujur.

b. Definisi Operasional

Sikap ilmiah fisika adalah keyakinan akan nilai yang harus

dipertahankan ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan ilmu

fisika, yang diperoleh dari skor hasil tes pada materi sifat mekanik

bahan.

c. Kisi-Kisi Instrumen

Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Tes Sikap Ilmiah Fisika

Indikator Pencapaian
Jumlah Bentuk
Pembelajaran dan tujuan Nomor Soal
Materi Soal Soal
Pembelajaran

SifatMekanik Menguasai Hukum Hooke


Bahan
1) Menghitung perubahan 4 1,2,5,14 PG
panjang bahan karet
2) Menghitung energi 5 3,6,7,8,9 PG
potensial pegas
3) Menghitung konstanta 5 4,10,12,13,25 PG
pegas
4) Pemahaman gaya pegas 1 11 PG
Menguasai Konsep Elastisitas

1) Menghitung modulus 5 16-20 PG


64

elastisitas bahan 5 21-25 Essay

2) Pengertian stres, srain,


modulus elastisitas

d. Kalibrasi Instrumen

1) Tingkat Kesukaran Butir Soal

Adalah suatu teknik yang dilakukan untuk mengetahui suatu

butir soal terlalu sukar atau terlalu mudah.Soal dikatakan terlalu sukar

bila seluruh responden tidak dapat menjawab dengan benar, sebaliknya

soal dikatakan terlalu mudah bila seluruh responden dapat menjawab

dengan benar.Menurut Witherington dalam Anas Sudijono bahwa

sudah atau belum memadainya derajat kesukaran soal tes hasil belajar

dapat diketahui dari besar kecilnya angka yang melambangkan tingkat

kesulitan dari soal tersebut.

Menurut Nana Sudjana untuk menentukan indeks kesukaran

digunakan rumus :

B
P
JS
Keterangan :
P = Indeks Kesukaran
B = Jumlah siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = Jumlah total seluruh siswa peserta tes yang menjawab soal

Dengan kriteria :

0,01 – 0,30 sukar

0,31 – 0,70 sedang

0,71 -1,00 mudah

Berikut adalah table hasil pengujian tingkat kesukaran butir


65

instrument.

Tabel 3.4
Tingkat Kesukaran Instrumen Tes

No. Soal TK.Kesukaran Keterangan


1 0.714 Mudah
2 0.829 Mudah
3 0.743 Mudah
4 0.800 Mudah
5 0.657 Sedang
6 0.629 Sedang
7 0.543 Sedang
8 0.543 Sedang
9 0.771 Mudah
10 0.800 Mudah
11 0.571 Sedang
12 0.771 Mudah
13 0.829 Mudah
14 0.714 Mudah
15 0.743 Mudah
16 0.514 Sedang
17 0.743 Mudah
18 0.714 Mudah
19 0.600 Sedang
20 0.600 Sedang
21 0.571 Sedang
22 0.714 Mudah
23 0.686 Sedang
24 0.743 Mudah
25 0.829 Mudah

Dari table di atas dapat diketahui ada 13 butir dalam kategori

mudah (md), dan 17 butir dalam kategori sedang (sd),

2) Validitas Butir Tes / Instrumen


66

Validitas Butir Tes menggunakan rumus validitas yaitu korelasi

biserial (rpbis) sebagai berikut :

rbis  xi  xlpi
slqi

Keterangan :

rbls = koefisien korelasi biserial

Xl = rata-rata sor total responden yang menjawab benar butir i

Xi = rata-rata skor total seluruh responden

st = standar devisi skor total

Pi = proporsi responden menjawab benar untuk butir i

qi = 1 – pi (proporsi jawaban salah butir i)

Untuk menentukan suatu soal valid atau tidak, selanjutnya

koefisien rbls = rhitung tersebut diinterpretasikan dengan kriteria seperti

yang dikemukakan oleh Sumarna Suryapranata, yaitu: soal valid jika nilai

rhitung lebih besar dari atau sama dengan 0,3 (rhitung ≥ 0,3), dan tidak

valid jika nilai rhitung lebih kecil dari 0,3 (rhitung< 0,3). (Sumarna

Surapranata, 2004: 64).

Berikut adalah table hasil uji validitas instrument hasil belajar

Fisika.

Tabel 3.5
Uji Validitas Instrumen

No. Soal rhitung rtabel Keterangan


1 0.436 0.334 V
2 0.320 0.334 TV
3 0.521 0.334 V
4 0.176 0.334 TV
67

5 0.397 0.334 V
6 0.478 0.334 V
7 0.451 0.334 V
No. Soal rhitung Rtabel Keterangan
9 0.331 0.334 TV
10 0.507 0.334 V
11 0.516 0.334 V
12 0.362 0.334 V
13 0.408 0.334 V
14 0.069 0.334 TV
15 0.415 0.334 V
16 0.322 0.334 TV
17 0.354 0.334 V
18 0.392 0.334 V
19 0.490 0.334 V
20 0.260 0.334 TV
21 0.329 0.334 TV
22 0.260 0.334 TV
23 0.330 0.334 TV
24 0.369 0.334 V
25 0.567 0.334 V
26 0.632 0.334 V
27 0.545 0.334 V
28 0.498 0.334 V
29 0.856 0.334 V
30 0.254 0.334 TV
Keterangan, V = valid, TV: tidak valid

Dari table di atas dapat diketahui ada 19 butir instrument

dinyatakan Valid, dan sisanya 11 butir tidak valid.Peneliti

mengeliminir 11 butir yang tidak valid.

3) Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas adalah berkaitan dengan masalah adanya

kepercayaan terhadap alat test. Deangan menggunakan rumus KR- 20

sebagai berikut :
68

k
r  pq 
1  2 
11
k 1  S1

Keterangan :

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan


k = jumlah butir soal
p = proporsi subjek yang menjawab benar suatu butir soal
q = proporsi subjek yarg menjawab salah suatu butir soal
(q=1-p)
 pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
St2 = varians skor total
Kriteria pengujian reliabilitas :

1. Jika r11 ≥ 0,70 berarti tes tersebut reliabel

2. Jika r11< 0,70berarti tes tersebut tidak reliabel

Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai rii = 0,749, karena rii >

0,70, sehingga instrument tes sikap ilmiah pada Fisika sebanyak 19

butir dinyatakan reliable.

2. Instrumen MinatBelajar

a. Definisi Konseptual

Minat belajar adalah adanya keinginan dan kecenderungan

seseorang untuk memberikan perhatian terhadap mata pelajaran Fisika

disertai melaksanakan kecenderungan itu dalam perbuatan.

b. Definisi Operasional

Minat belajar adalah skor total yang diperoleh siswa dalam

menjawab pertanyaan pengembangan kisi-kisi minat belajar, yang dapat


69

diukur melalui : Keinginan mempelajari, Kesenangan dalam mengikuti

pelajaran, ketertarikan kepada pelajaran

c. Kisi-Kisi Instrumen

Berdasarkan indikator tersebut disusun pernyataan yang

berhubungan dengan variabel minat belajar berjumlah 30 butir pernyataan

yang sebelumnya terlebih dahulu diuji validitas butir dan reliabilitas

instrumen sehingga dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

Tabel 3.6
Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar
Butiran Pernyataan
Dimensi Jumlah
Positif Negatif

Keinginan
1,4,9,13,14,22 5,8, 7
mempelajari

Kesenangan dalam
10,20,21,23, 15,19, 23 7
mengikuti pelajaran

Keikutsertaaan dalam
10, 11,17, 3
proses pembelajaran

Ketertarikan kepada
2,3,24, 6,7,12,16 7
pelajaran

Jumlah 24

d. Kalibrasi

1) Uji Validitas Butir

Uji validitas untuk masing-masing dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana instrumen yang telah disusun mampu

memenuhi kebutuhan yang diharapkan, jika dalam pengujian ada


70

instrumen yang tidak valid, maka instrumen tersebut perlu diperbaiki

atau direvisi, sehingga bernilai valid dan layak digunakan.

Arikunto (2000:166) menyatakan bahwa uji validitas

dimaksudkan untuk mengetahui gambaran tentang adalah ketepatan

alat ukur yang digunakan dan kemampuan ala ukur mengukur apa

yang akan diukur. Skor atas jawaban dari masing-masing instrumen

disajikan menurut skala interval sehingga pengujian validitas

instrumen penelitian diuji melalui rumus Product Moment, sebagai

berikut :

rxy  n XY   X Y
 n X 2   X 2 nY 2  Y   2

Keterangan :

r
xy
: Koefisien korelasi product moment

X : Jumlah skor dalam sebaran X

Y : Jumlah skor dalam sebarn Y

X 2
: Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

Y
2
: Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

n : Banyaknya responden
71

Nilai rxy yang diperoleh dari perhitungan dikonsultasikan

dengan nilai rtabel dengan taraf nyata 5 % jika nilai dari rxy > rtabel

maka soal tersebut adalah reliabel.

Tabel 3.7 Uji Validitas Instrumen Minat Belajar

No. Butir R-hitung R-tabel Validitas


1 0.781 0.334 V
2 0.674 0.334 V
3 0.798 0.334 V
4 0.643 0.334 V
5 0.657 0.334 V
6 0.805 0.334 V
7 0.611 0.334 V
8 0.542 0.334 V
9 0.577 0.334 V
10 0.618 0.334 V
11 0.742 0.334 V
12 0.582 0.334 V
13 0.661 0.334 V
14 0.596 0.334 V
15 0.752 0.334 V
16 0.683 0.334 V
17 0.600 0.334 V
18 0.409 0.334 V
19 0.527 0.334 V
20 0.611 0.334 V
21 0.441 0.334 V
22 0.595 0.334 V
23 0.596 0.334 V
24 0.725 0.334 V

Dari table di atas, diketahui semua butir sebanyak 24 butir

dinyatakan valid.
72

2) Uji Reliabilitas

Uji realibilitas instrumen dihitung melalui rumus Alpha

Cronbach sebagai berikut :

k 

S i

2


rac  1
k  S2 
 i 

Keterangan :

rac: koefisien reliabilitas tes

Si2 : varian butir ke i

St2 : varians skor total

k : banyak butir soal

Nilai rxy yang diperoleh dari perhitungan dikonsultasikan

dengan nilai rtabel dengan taraf nyata 5 % jika nilai dari rxy > rtabel

maka soal tersebut adalah reliabel.

Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai rac = 0,94, sehingga

instrument minat belajar sebanyak 24 butir dinyatakan reliable, karena

rac > 0,70.

G. Teknik Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Dalam analisis deskriptif akan dilakukan teknik penyajian data

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, grafik/diagram batang untuk


73

masing-masing variabel. Selain itu juga masing-masing variabel akan

diolah dan dianalisis ukuran pemusatan dan letak seperti mean, modus, dan

median serta ukuran simpangan seperti jangkauan, variansi, simpangan

baku, kemencengan dan kurtosis.

Adapun langkah-langkah pembuatan tabel distribusi frekuensi dan

penyajian grafik polygon serta histogram dilakukan seperti berikut:

a. Menentukan rentang (R), yaitu data terbesar dikurangi data terkecil.

b. Menentukan banyak kelas (K) dengan aturan Struges, yaitu:

K = 1 + 3,3 log n, n = banyak data


Rentang
c. Menentukan panjang kelas interval (P), yaitu P =
Banyak Kelas
d. Menentukan ujung bawah interval kelas pertama, yaitu < data kecil.

e. Membuat tabel distribusi frekuensi secara lengkap, dengan jalan

menentukan ujung bawah (UB) dan ujung atas (UA) setiap interval

kelas menghitung banyaknya (frekuensi) data untuk masing-masing

kelas interval.

f. Menggambar grafik histogram, dengan terlebih dahulu menentukan

tepi bawah (TB) dan tepi atas (TA) untuk masing-masing kelas

interval, yaitu:

TB = UB – ½ satuan data, dan TA = UA + ½ satuan data

g. Menggunakan grafik poligon frekuensi, dengan terlebih dahulu

menentukan nilai tengah (Yi) masing-masing kelas interval, yaitu Yi =

½ (UA) – (UB).
74

Sedangkan ukuran pusat, letak dan simpangan di antaranya dapat

ditentukan dengan rumus-rumus berikut:

1) Menentukan Mean/rata-rata (Y), dengan rumus:


∑Yrft
Y =n
2) Menentukan Modus (Mo), dengan rumus:

b1
Mo = b + p dimana:
b1 + b2

Mo = Modus

b = batas bawah kelas modus, ialah kelas interval dengan frekuensi

terbanyak.

p = panjang kelas

b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval

terdekat sebelumnya

b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval

terdekat sesudahnya

3) Menentukan Median (Me), dengan rumus:

½n-F
Me = b + p dimana:
f

Me = Median

n = banyaknya data

F = jumlah semua frekuensi sebelum kelas median

f = frekuensi kelas median

b = batas bawah kelas median


75

p = panjang kelas median

4) Variansi (SD) dan Simpangan Baku, dengan rumus:

i ½n-F ½n-F
SD = ∑ - ∑ f dan Simpang Baku (S) = √ SD
i f

Untuk mempersingkat waktu, sekaligus pemanfaatan teknologi,

maka perhitungan statistik deskriptif dalam penelitian ini akan diselesaikan

menggunakan bantuan program aplikasi komputer SPSS 22..

2. Uji Persyaratan Analisis Data

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data

dari masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji

normalitas data akan diuji dengar, uji Liliefors. Menurut Nana

Sudjana, uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji

Liliefors (Lo) dilakukan dengan langkah-langkah berikut. Diawali

dengan penentuan taraf sigifikansi, yaitu pada taraf signifikasi 5%

(0,05) dengan hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

HO : Sampel berdistribusi normal

H1 : SAMPEL tidak berdistribusi

normal Dengan kriteria pengujian :

Jika Lhitung< Ltabel terima H0,

dan jika Lhitung > Ltabel tolak Ho

Adapun langkah-langkah pengujian normalitas adalah


76

1)
Data pengamatan Y1,Y2 , Y3,........Yn dijadikan bilangan baku

Yi  Y 
z1, z2 , z3,........zn dengan menggunakan rumus zi  s

(dengan Y dan s masing-masing merupakan rata-rata dan

simpangan baku)

2)
Untuk setiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar

distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(z1) = P(z ≤

z1)

3) Selanjutnya dihitung proporsi z1,z2 , z3, ...... zn yang lebih kecil

atau sama dengan z1. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi) maka

banyaknyaz i , z2 , z3 ,. zn
S ( zi)  n

4) Hitung selisih F(zi) - S(zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.

5)
Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak

selisih tersebut, misal harga tersebut Lo.

Untuk menerima atau menolak hipotesis nol (H 0), dilakukan

dengan cara membandigkan L0ini dengan nilai L kritis yang terdapat

dalam tabel untuk taraf nyata yang dipilih α = 5%. Untuk

mempermudah perhitungan dibuat dalam bentuk tabel.

b. Uji Homogenitas

Setelah dilakukan uji normalitas mumberikan indikasi data hasil

penelitian berdistribusi normal, maka tahap selanjutnya akan

dilakukan uji homogenitas dari sampel penelitian ini. Menurut Nana


77

Sudjana teknik yang digunakan untuk uji homogenitas adalah dengan

menggunakan metode Uji Bartlet sebagai berikut:


1)
Membuat tabel data semua kelompok sampel :

Tabel 3.8.
Data Masing-masing Kelompok Sampel

No. Data Kelompok Sampel


Resp KT KR RT RR
1 Y11 Y21 Y31 Y41
2 Y12 Y22 Y32 Y42
3 Y13 Y23 Y33 Y43
- - - - -
- - - - -
- - - - -
n Y1n Y2n Y3n Y4n
2
Skt2 Skr Srt2 Srr2
nkt nkr nrt nrr

2)
Membuat tabel harga-harga yang diperlukan untuk uji Bartlett :

Tabel 3.9
Harga-harga yang Diperlukan untuk Uji Bartlett

2
Kel Sampel dk 1/dk S1 log si2 (dk) log si2
2 2 2
KT n1 - 1 1/(n1 - 1) skt log skt (n1 - 1) log SKT
2
KR n2 -1 1/(n2 - 1) skr2 log skr2 (n2 - 1) log SKR
2
RT n3 - 1 1/(n3 – 1) srt2 log srt2 (n3 - 1) log SRT
2 2
RR n4 - 1 1/(n4 – 1) srr log srr (n4 - 1) log SRR2
2
∑ ∑ (ni - 1) ∑ 1/(ni – 1) - - ∑ (n1 - 1) log Si

3)
Menghitung varians gabungan dari semua kelompok sampel :

s2  (n 1)s /
2
1)
1
(n i i

4)
Menghitungharga satuan B, dengan rumus:
B  (log
1)
s2)(n
i
78

5)
Menghitung nilai chi kuadrat (x2hitung) = dengan rumus :
X 2hitung 
1) log s 2 )
(in10)(n
i

Kriteria pengujiannya adalah :

-
Tolak H0 jika x2hitung> x(1α) (k-1)- atau x2hitung> xtabel untuk

taraf nyata α = 0,05,

-
Terima H0 jika x2hitung>X(1-α) (K-1)atau x2hitung> xtabel untuk

taraf nyata α = 0,05.

Hipotesis yang diajukan adalah :

Ho : σ12 = σ22= ...= σn2 (semua populasi

mempunyai varians

sama/homogen)

H1 : σ12 ≠ σ22 ≠ ... ≠ σ 2 n(ada populasi yang mempunyai

varians

berbeda/tidak homogen)

3. Teknik Pengujian Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan penulis bertujuan untuk menguji

perbedaan rata-rata skor dengan 2 variabel bebas, maka pengujian

hipotesis penelitian yang digunakan adalah analisis of varians (ANOVA)

dua arah.

Langkah-langkah dalam ANOVA dua arah Faktorial 2x2:

a. Mengelompokkan skor sikap ilmiahFisika berdasarkan kategori


79

- Faktor K : Penggunaan media pembelajaran, K-1 menggunakan

media pembelajaran ICT dan K-2 menggunakan

media konvensional.

- Faktor B:Minat belajar, B-1 minat tinggi dan B-2 minat rendah.

Tabel 3.6.
Disain ANOVA Dua Arah Faktorial 2x2
Media pembelajaran
K-1 K-2 K-3
Media belajar
B-1 Y11 Y12 Y10
B-2 Y21 Y22 Y20
Y01 Y02 Y00
K
b. Membuattabel statistik deskriptif untuk masing-masing kelompok

data.

Tabel statistik deskriptif ini berisi harga-harga untuk setiap

unsur yang diperlukan dalam ANOVA sebagai berikut:

Tabel 3.7.
Tabel Statistik Deskriptif untuk ANOVA Dua Arah

A-1 A-2 ∑B
ny ny ny
Y Y Y
B-1
Y Y Y
Y Y Y
2 2 2
80

A-1 A-2 ∑B
B-2 ny ny ny
Y Y Y
Y Y Y
  
2 2 2
Y Y Y
n y ny n
y
Y Y Y
Y Y Y
Y Y Y
2 2 2

Keterangan:
nY = banyaknya subyek dalam kelompok
Y = rerata sor untuk masing-masing kelompok
∑Y = jumlah skor dalam setiap kelompok
2
∑Y = jumlah kuadrat setiap skor dalam kelompok

c. Membuattabel rangkuman ANOVA Dua Arah.

Berdasarkan data dalam tabel statistik deskriptif di atas, diolah

untuk mendapatkan rangkuman tabel Anova untuk uji hipotesis

berikut:

Tabel 3.8.
Rangkuman ANOVA untuk Uji Hipotesis
Sumber Varians UD JK RJK Fh Ft
0,05 0,01
Antar Kolom (Ak) Antar db (Ak) Jk (Ak) Rjk (Ak) Fh (Ak) F, (Ak) Ft (Ak)
baris (Ab) Interaksi (I) db(Ab) Jk (Ab) Rjk (Ab) Fh (Ab) F, (Ab) Ft (Ab)
db (l) Jk (l) Rjk (I) Fh (l) Ft (I) Ft (l)

Antar Kelompok (A) Db (A) Jk (A) Rjk (A) Fh (A) Ft (A) Ft (A)
Dalam Kelompok (D) Db Jk (D) Rjk (D) - - -
Total di Reduksi (TR) db Jk (TR) Rjk - - -
Retara/Koreksi (R) (TR) Jk (TR) (TR) - - -
db(R) Jk (R) Rjk (R)
Total (T) 80 Jk (T) - - - -
81

d. Caramenentukan db, JK> RJK, Fh dan Ft

Menentukan derajat kebebasan (db), jumlah kuadrat

(JK), varians (RJK) dan Fhitung Fh serta Ftabel (Ft) untuk pengisian shell

dalam tabel rangkuman ANOVA di atas, diperoleh sebagai berikut:

1) Menentukan derajat kebabasan

a) Db (Ak) = k-1

b) Db (Ab) = b -1

c) Db (l) = (k-1) (b-1)

d) Db (A) = k.b-1

e) Db (D) = n00 -k.b

f) Db (TR) = n00 – 1

g) Db (R) = 1

h) Db (T) = n00

2) Menentukan jumlah kuadrat (JK)

a) JK (T) = Y002

 Y  2 2

b) JK (R) = 00
n
00

c) JK (TR) = JK (T) – JK (R)

d) JK (A) =
  Y 2
  Y  Y  Y  2

 2

2

 11
n
12 21
n n
22
  JK (R)
 n 12 21
22

 11
82

 Y   Y  2 2

 
e) JK (AK) = 01
02  JK (R)
n n
01
20

 Y   Y  2 2

 
10
f) JK (Ab) = n 20  JK (R)
10 n
20

g) JK (I) = JK (A) − JK (AK) − JK (Ab)

h) JK (D) = JK (TP) - JK (A)

3) Menentukan Varians (  2 ) atau RJK :

a) Rjk (Ak) =  2 (Ak) = JK( Ak)


db( Ak)
b) Rjk (Ab) =  2 (Ab)
= JK( Ab)
db( Ab)

c) Rjk (I) =  2 (I) = JK(I )


db(I )

d) Rjk (A) =  2 (A) = JK( A)


db( A)
e) Rjk (D) =  2 (D)
= JK(S)
db(D)

4) Menentukan Nilai F hitung (Fh)

 2 ( AK )
a) Fh (AK) =
 2 (D)

 2 ( Ab)
b) Fh(Ab) =
 2 (D)

 2 (I )
c) Fh (I) = 2
 (D)

A) d) Fh (A) = 2(
2


(D)
83

5) Menentukan Nilai F tabel (Ft) = F (a, db1, db2

Catatan :

db1 = db pembilang = k-1

db2 = db penyebut = n-1

k = jumlah kolom/baris/perlakuan/kelompok

n = jumlah data/sampel

e. Penguji Hipotesis dan penarikan kesimpulan

1) Untuk Varians antar Kolom (AK) atau hipotesis 1

Kriteria pengujian hipotesis

a) Tolak H0 dan Terima H1 : Jika Fh> Ft

b) Terima H0 dan Tolak H1 : Jika Fh< Ft

2) Untuk Varians Interaksi Kolom dan Baris (I) atau hipotesis 2.

Kriteria pengujian hipotesis :

a) Tolak H0 dan terima H1 : Jika Fh> F1

b) Terima H0 dan Tolak H1 : Jika Fh< F1

3) Untuk Hipotesis 3, perbedaan hasil belajar IPA pada kelompok

minat belajar belajar tinggi.

Kriteria pengujian hipotesis :

a) Tolak H0 (terima H1) Jika Qh > Qt

b) Terima H0 (tolak H1 ) Jika Qh < Qt

4) Untuk hipotesis 4, perbedaan hasil belajar IPA pada kelompok

metivsi belajar rendah

Kriteria pengujian hipotesis :


84

a) Tolak H0 dan terima H1 : Jika Qh > Qt

b) Terima H0 dan Tolak H1 : Jika Qh < Qt

f. Uji Lanjut

Uji lanjut dilakukan untuk mengetahui pengaruh/perbedaan

masing-masing kelompok dengan menggunakan uji Uji Tukey (karena

data perkelompok sama), jika dalam pengujian hipotesis diperoleh

interaksi yang signifikan.

1) Hpotesis Statistik

a) H 0 : 11  21

H 1 : 11   21

b) H0 : 11  22

H 0 : 11   22

H 0 : 12  21
c)

H 1 12   21

H 0 : 12  22
d)
H 1 : 11   22

2) Menentukan nilai Q hitung (Qh)

Dengan rumus :

Xi  Xi 
Qh  
Xj ) Xj
RJK(D 2
n
n = jumlah data dalam kelompok

RJK(D) = varians dalam kelompok


85

Untuk n per kelompok : RJK(D) / n

Untuk n per perlakuan : RJK(D)/ n

3) Menentukan nilai Q tabel (Qt)

Untuk α = 0,05, n = db dan jumlah kelompok k :

Qt = Q (0,05 : n / k)

4) Pengujian hipotesis uji lanjut dan penarikan kesimpulan

Kriteria Pengujian Hipotesis :

a) Tolak H0 (terima H1) jika Qh > Qt

b) Terima H0 (tolak H1) jika Qh < Qt

H. Hipotesis Statistik

1. Hipotesis 1 :

H0 : 𝜇A1 = 𝜇A2 (Tidak terdapat pengaruh yang signifikan media

pembelajaran terhadap sikap ilmiah fisika)

H1 : 𝜇A1 ≠ 𝜇A2 (terdapat pengaruh yang signifikan media

pembelajaran terhadap sikap ilmiah fisika)

2. Hipotesis 2 :

H0 : μB1 = μB2 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan

minatbelajar terhadapsikap ilmiah fisika )

H1 :μB1 ≠ μB2 (terdapat pengaruh yang signifikan minatbelajar

terhadapsikap ilmiah fisika)


86

3. Hipotesis 3 :

H0 : Int A x B = 0 (tidak terdapat pengaruh interaksi yang signifikan

media pembelajaran dan minatbelajar terhadapsikap

ilmiah fisika)

H1 : Int A x B ≠ 0 (terdapat pengaruh interaksi yang signifikan media

pembelajaran dan minat belajar terhadap sikap ilmiah

fisika).

Anda mungkin juga menyukai