Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS POWTOON

PADA MATERI DINAMIKA PARTIKEL UNTUK MENINGKATKAN


HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA

PROPOSAL

Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Jurusan Pendidikan Fisika

OLEH

M. SARIF HIDAYATULLAH
A1K118008

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pesatnya perkembangan dunia teknologi saat ini telah menghasilkan
beragam aplikasi terhubung internet. Kemajuan teknologi tersebut patutlah
diberdayakan guru untuk membantu mewujudkan keberhasilan kegiatan
belajar dalam dunia pendidikan. Pendidikan merupakan kegiatan untuk
membantu perkembangan peserta didik mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
Kegiatan pendidikan berintikan interaksi antara peserta didik dengan pendidik
dan sumber-sumber pendidik lain, dan berlangsung dalam suatu lingkungan
pendidikan. Kegiatan pendidikan berfungsi membantu mengembangkan
potensi, kecakapan, dan karakteristik peserta didik agar berkembang sesuai
dengan harapan masyarakat. (maesarah)
Perkembangan teknologi yang sangat pesat, seharusnya kita dapat
memanfaatkannya dengan baik dan di fungsikan dengan bijaksana dan
tanggung jawab untuk meningkatkan sumber daya manusia, sumber daya
manusia yang unggul akan mengantarkan suatu bangsa menjadi maju dan
mampu bersaing di kancah global. Menigkatnya sumber daya manusia ini
dengan melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu instrument penting dalam
pengembangan sumber daya karena itu harus mempunyai multi kemampuan
kognitif, efektif, dan psikomotorik sehingga penyelenggaraan pendidikan
menghendaki perencanaan dan pelaksanaan yang matang agar hasil yang
diharapkan tercapai secara maksimal.
Dalam UUD No 20 Tahun 2003 pasal 3 bahwa “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Ini merupakan salah satu
instrumen utama dalam pendidikan untuk meningkatkan sumber daya
manusia, yang intinya bahwa tujuan pembangunan nasional adalah
mencerdaskan kehidupan bagsa untuk menigkatkan sumber daya manusia.
Dengan tujuan pendidikan untuk meningkatkan sumber daya manusia
agar dapat sejalan dengan perubahan teknologi informasi dan komunikasi
yang semakin cepat, maka menteri pendidikan selalu melakukan perubahan
dan perkembangan sistem pendidikan.
Perubahan yang dilakukan pemerintah dalam pendidikan yang terus
menerus pada awal tahun 2013/2014 merupakan perubahan kurikulum dari
KTSP menjadi kurikulum 2013 atau biasa di kenal dengan K13. Proses
pembelajaran dalam kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik
(saintific approach). Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang
mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang
bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan
proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan,
menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses
tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus
semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin
tingginya kelas siswa (Leyla, 2015).
Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi
langkah-langkah sains dalam membangun pengetahuan yang ilmiah,
sebagaimana yang di maksud Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
nomor 103 tahun 2013 yang meliputi 5M yaitu, mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi mengasosiasikan dan mengkomunikasikan.
Pergantian kurikulum yakni sebelumnya KTSP menjadi K 13 ternyata
masih banyak kekurangan, untuk mengatasi hal tersebut maka diadakan revisi
kurikulum 2013 sehingga kurikulum kembali berganti menjadi Kurikulum
2013 revisi, namun pada kenyataanya masih banyak sekolah-sekolah yang
masih menggunakan K 13 di tahun 2022 dan bahkan kedepannya K 13 ini
akan di kaji ulang dan sehingga sekolah dapat menggunakan kurikulum
darurat dan kurikulum prototeipe.
Untuk meningkatkan kurikulum yang ada di Indonesia, agar pendidikan
tetap berjalan, maka guru harus memiliki bahan ajar, bahan ajar adalah
seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas fakta, konsep, prinsip,
generalisasi suatu pengetahuan yang bersumber dari kurikulum dan dapat
menunjang tercapainya tujuan pengajaran, selain itu juga seorang guru harus
yang berkompeten dalam menyusun materi pembelajaran yang dapat
memanfaatkan perubahan teknologi sebagai media pembelajaran, seperti yang
diatur dalam peraturan pemerintah republic Indonesia nomor 74 tahun 2008
tentang guru pasal 3 ayat 4 bahwa kompetensi pedagogic yang harus dikuasai
guru dalam pengelolaan menyatakan pembelajaran peserta didik yang salah
satunya adalah pemanfaatan teknologi pembelajaran.
Kemajuan teknologi patutlah diberdayakan guru untuk membantu
mewujudkan keberhasilan kegiatan belajar dalam dunia pendidikan. Hal ini
dikarenakan bahwa kemajuan dunia pendidikan tidak mungkin berjalan tanpa
bantuan dari teknologi. Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran
untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah
diajarkan. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjukan pada
suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang
mengakibatkan berubahannya input secara fungsional, sedangkan belajar
dilakukannya untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu
yang belajar (Rendi, 2022).
Untuk mengetahui apakah sekolah dan guru sudah dapat menggunakan
dan memanfaatkan teknologi sebagai pembelajaran dengan baik, maka
dilakukan observasi ke sekolah, sekolah yang dijadikan tempat penelitian
sudah mempunyai fasilitas yang cukup baik dan guru yang sudah menguasai
teknologi dengan baik.
Sekolah yang dijadikan tempat penelitian adalah SMA Negeri 1
Watubangga, Kec. Watubangga, Kolaka, dari hasil observasi dan wawancara
dengan guru mata pelajaran Fisika bapak I Wayan Gina Swastawa. Observasi
yang dilakukan menunjukkan bahwa sekolah tersebut sudah memiliki fasilitas
yang cukup lengkap seperti computer, LCD Proyektor, Wi-fi dan lab fisika
dan guru fisika yang sudah paham akan teknologi, namun sampai saat ini
pengemasan bahan ajar fisika masih bersifat linier yakni guru masih jarang
menggunakan media pembelajaran, media yang digunakan itu-itu saja dan
bahkan masih menggunakan metode ceramah yang membuat peserta didik
sebagiannya mengantuk dan sulit mengerti dengan pembelajaran fisika dan
menganggap fisika adalah mata pelajaran yang menakutkan dan
membosankan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu bagi guru untuk
menyiapkan media pembelajaran yang baru, dimana jika guru ingin
menyiapkan media pembelajaran tradisional atau praktek akan membutuhkan
waktu yang cukup lama, mencari bahan dan alat yang sulit serta biaya yang
mesti harus dikeluarkan, sedangkan untuk membuat media pembelajaran
dengan teknologi guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk membuatnya
dan media yang digunakan hanya powerpoint saja yang mudah dan sudah di
rasa cukup sebagai bahan ajar.
Berdasarkan masalah yang dihadapi sekolah dan guru dari observasi
yang dilakukan di sekolah maka dibutuhkan media pembelajaran yang
interaktif dan baru dimana dalam pembuatannya mudah murah dan hanya
membutuhkan biaya yang sedikit, akan tetapi hasil yang dicapai efektif dan
efisien dalam pembelajaran dan aplikasi yang dapat menjawab masalah
tersebut adalah Powtoon, yang dimana cara pembuatannya seperti Powerpoint
tetapi hasilnya seperti dibuat dengan Flash lebih hidup dan menyenangkan,
dan disekolah tersebut belum ada guru yang menggunakan Powtoon.
Powtoon merupakan aplikasi berbasis web online yang disediakan bagi
pengguna untuk membuat presentasi animasi dengan fitur yang sangat
menarik. Diantaranya animasi tangan, animasi kartun, dan efek transisi yang
lebih hidup serta pengaturan timeline yang mudah. Dapat dikatakan bahwa,
Powtoon dapat membuat sebuah animasi yang berisi materi-materi dengan
kemasan yang menarik. Media pembelajaran ini akan berbentuk video yang di
dalamnya memuat gambar, teks, suara, animasi yang menarik. Guru dapat
menggunakan beberapa aplikasi yang dapat disajikan dalam bentuk video,
diantaranya yaitu Videoscribe, PowToon, Animeker, dan sebagainya (Donna,
2021).
Media Pembelajaran Powtoon berfungsi Memperjelas penyajian pesan
agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan
belaka); Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti
misalnya: Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar,
film bingkai, film, atau model; Objek yang kecil-dibantu dengan proyektor
mikro, film bingkai, film, atau gambar; Gerak yang terlalu lambat atau terlalu
cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau highspeed photography; Kejadian
atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman
film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal; Objek yang terlalu
kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram,
dan lain-lain, dan Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi,
iklim, dan lainlain) dapat di visualkan dalam bentuk film, film bingkai,
gambar, dan lain-lain.
Dengan aplikasi PowToon guru dapat menampilkann konsep dari
Dinamika Partikel dengan tampilan yang lebih menarik dengan fitur-fitur yang
ditawarkan sehingga pembelajaran konsep yang cenderung membosankan dan
membingungkan menjadi lebih mudah. Guru pun hanya perlu memberikan
tambahan penjelasan apa yang belum dijelaskan dalam aplikasi tersebut.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Ima Ayu Maesyarah
(2018) di tiga sekolah yaitu MA Al-Hikmah Bandar Lampung, SMA 12
Bandar Lampung, dan SMK 5 Bandar Lampung, menunjukkan sekolah-
sekolah tersebut dilengkapi fasilitas lengkap dan guru yang paham dengan
teknologi namun guru kesulitan dalam membuat media pembelajaran karena
akan membutuhkan waktu yang lama dan dari ketiga sekolah yang berbeda
tersebut pengembangan media menggunakan aplikasi Powtoon diciptakan
guna untuk memberikan suasana pembelajaran fisika yang baru, sehingga
dapat meningkatan hasil belajar siswa. Karena ini merupakan pengembangan
media fisika maka ketiga sekolah tersebut dipilih karena memiliki materi
fisika yang rata-rata nilainya rendah yaitu Dinamika Partikel.
Oleh karena itu peneliti berupaya untuk menyelesaikan masalah dan
berinisiatif untuk melakukan pengembangan media pembelajaran baru yang
mudah serta efisien sehingga mampu meningkatkan hasil belajar dalam proses
pembelajaran terutama pada materi pelajaran berbasis aplikasi Powtoon yang
diharapkan akan lebih memudahkan siswa dalam memahami materi pada
pelajaran dan siswa bisa mencapai hasil belajar yang maksimal serta dapat
memberikan inovasi kepada siswa dan guru melalui pengetahuan adanya
perkembangan teknologi yang maju dengan judul Pengembangan Media
Pembelajaran Berbasis Powtoon Pada Materi Dinamika Partikel untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa masalah
yang muncul yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Sudah ada fasilitas yang mendukung untuk mengembangkan media
pembelajaran, tetapi guru tidak punya waktu untuk membuat media
pembelajaran, sehingga model pembelajarannya menjadi konvensional.
2. Belum adanya media pembelajaran materi dinamika menggunakan aplikasi
Powtoon
3. Rendahnya hasil belajar fisika pada materi Dinamika Partikel

C. BATASAN MASALAH
Penelitian ini dibatasi dengan pengembangan media pembelajaran
berbasis aplikasi Powtoon untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata
pelajaran fisika tentang dinamika partikel di SMA Kelas X

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah diatas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana mengembangkan media pembelajaran Powtoon dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika dinamika
partikel?
2. Bagaimana tingkat kevalidan media pembelajaran powtoon?
3. Bagaimana tingkat kepraktisan media pembelajaran berbasis Powtoon?
4. Bagaimana tingkat keefektifan media pembelajaran berbasis aplikasi
Powtoon?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang, batasan masalah dan rumusan masalah
diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan pengembangan media pembelajaran materi dinamika
partikel menggunakan aplikasi powtoon untuk meningkatkan hasil belajar
di SMA kelas X
2. Mendeskripsikan tingkat kevalidan media pembelajaran dinamika partikel
menggunakan aplikasi powtoon
3. Mendiskripsikan kepraktisan media pembelajaran dinamika partikel
menggunakan aplikasi powtoon
4. Mendeskripsikan tingkat keefektifan media pembelajaran dinamika
partikel menggunakan aplikasi powtoon

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini mempunyai manfaat antara lain:
a. Menambah wawasan keilmuan mengenai pengembangan media
pembelajaran menggunakan powtoon
b. Dapat menjadi bahan referensi mengenai pengembangan produk media
pembelajaran bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa, sebagai pengalaman baru dalam pembelajaran fisika
menggunakan media powtoon sehingga dapat menumbuhkann minat
dalam fisika.
b. Bagi Guru, sebagai media alternative untuk pembelajaran fisika dan
menjadi masukan untuk lebih inovatif dan kreatif dalam menggunakan
media powtoon, sehingga dapat membuat pembelajaran fisika menjadi
menyenangkan.
c. Bagi Peneliti, sebagai suatu pengalaman berharga bagi seorang calon
guru yang selanjutnya dapat dijadikan masukan mengembangkan
media powtoon.
d. Bagi Sekolah, memberikan informasi dan sumbangan pemikiran
kepada kepala sekolah agar dapat mengembangkan media
pembelajaran yang mendidik dan menyenangkan bagi siswa serta
dengan adanya media pembelajaran powtoon dapat menambah kualitas
belajar di sekolah

G. Batasan Istilah
Agar diperoleh pemahaman yang sama antara penulis dengan pembaca
tentang istilah pada judul, perlu adanya pembatasan istilah berikut:
1. Pengembangan adalah suatu proses, cara atau perbuatan mengembangkan.
Penelitian pengembangan ini merupakan suatu jenis penelitian yang tidak
dimaksudkan untuk menguji materi, tetapi untuk menghasilkan atau
mengembangkan produk yaitu berupa media pembelajaran IPS yang
terintegrasi ke dalam bentuk program.
2. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan
menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta 10
lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan
proses belajar secara efisien dan efektif.
3. Pengembangan media adalah suatu usaha penyusunan program media
pembelajaran yang lebih tertuju pada perencanaan media. Media yang
akan ditampilkan dalam proses belajar mengajar terlebih dahulu
direncanakan dan dirancang sesuiat kebutuhan lapangan atau siswanya.
4. Powtoon adalah layanan online untuk membuat sebuah paparan yang
memiliki fitur animasi sangat menarik diantaranya animasi tulisan tangan,
animasi kartun, dan efek transisi yang lebih hidup serta pengaturan
time line yang sangat mudah.
BAB II
LANDASAN TEORI

a.

Anda mungkin juga menyukai