Anda di halaman 1dari 10

Nama : Elfrida Gupita Eka Cipta (2023084066)

Eni Fajarwati (2023084067)


Eska Elly Pratiwi (2023084069)
Fathonah Dwi Muladsih (2023084080)
Muhammad Fauzan Alif Rizaldy (2023084078)
Muhammad Ilham Nur Rizaldy (2023084079)
Kelas : PGSD 003

RUANG KOLABORASI
TOPIK 2

A. Peran Teknologi dan Media dalam Pembelajaran


Wiken (2005) menjelaskan bahwa penggunaan teknologi dalam proses
pembelajaran meningkatkan motivasi, keterlibatan dan minat ketika siswa menggunakan
program multimedia dan perangkat lunak yang dirancang untuk mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan. Penerapan teknologi audio dan video menghidupkan
konten dan mensimulasikan pembelajaran.
Teknologi pembelajaran memiliki karakteristik yang khas dalam memfasilitasi
pembelajaran bagi peserta didik. Menurut Sharma (2006), karakteristik penting dari
teknologi pembelajaran adalah:
1. Membantu dalam mencapai tujuan kognitif secara efektif.
2. Penggunaan teknologi instruksional, dapat memberikan tanggapan yang tepat dari
peserta didik, memberikan penguatan secara terus menerus.
3. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan
dan kebutuhannya sendiri.
4. Teori pembelajaran psikologis dan prinsip dapat digabungkan.
5. Membantu dalam menciptakan kondisi eksternal pembelajaran, praktik kedekatan dan
penguatan.
6. Teori pembelajaran dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran.
7. Dapat dimanfaatkan dalam penyimpanan guru yang berkompeten.
Apa peran teknologi pembelajaran dalam pendidikan? Perannya adalah membantu
pendidik memberikan pengalaman belajar yang sangat menarik, interaktif, dan
dipersonalisasi. Tidak seperti bentuk pendidikan tradisional, teknologi pembelajaran
menghilangkan batasan geografis. memfasilitasi komunikasi dan kolaborasi, dan
memungkinkan akses informasi yang lebih cepat.
Berikut adalah peran penting teknologi pembelajaran dalam membantu
meningkatkan mutu Pendidikan.
1. Teknologi pembelajaran telah memberikan landasan ilmiah bagi teori dan praktik
pendidikan. Hal ini telah mengubah ruang kelas pasif menjadi ruang kelas yang aktif
dan interaktif, dengan audio-visual, grafik dan model, ruang kelas cerdas dan ruang e-
learning yang secara drastis memotivasi dan meningkatkan tingkat perhatian siswa.
Meningkatkan keterlibatan, partisipasi, dan interaktivitas maksimal baik dari mahasiswa
maupun fakultas merupakan bidang yang potensial untuk ditingkatkan dalam
pendidikan (Faghihi dkk, 2016)
2. Pengenalan teknologi pembelajaran telah memodernisasi iklim belajar mengajar
lembaga pendidikan. Peserta didik akan dihadapkan pada program yang dirancang
secara profesional di video atau computer
3. Teknologi pembelajaran telah membantu dan melengkapi guru dalam program
pembelajaran mereka melalui pelajaran terstruktur untuk tujuan remedial, pengayaan
atau latihan. Peserta didik mendapatkan pelatihan untuk pembelajaran mandiri dan guru
dibebaskan dari beban pengulangan rutin untuk tujuan latihan dan revisi. Teknologi
pembelajaran telah mengubah sektor pembelajaran. Sehingga pembelajaran lebih
bersifat hands on. Banyak platform online tersedia, peserta didik dapat mengakses
informasi lain di luar buku. Guru dapat mengajar siswa mereka secara kreatif yang
membantu peserta didik tetap terlibat.
4. Melalui pengorganisasian konten dan bahan ajar yang sistematis, teknologi
pembelajaran telah menyediakan bahan terstruktur yang terintegrasi dengan baik untuk
guru sehingga menghemat banyak waktu mereka yang pada gilirannya dapat digunakan
untuk pekerjaan kreatif dan peningkatan kualitas.
5. Pelatihan dan penggunaan teknologi pembelajaran berkontribusi terhadap pertumbuhan
profesional guru. Ini membekali mereka dalam penggunaan metode ilmiah untuk
memecahkan masalah pendidikan dan administrasi. Ini menambah kompetensi
mengajar guru dan menanamkan pandangan ilmiah dan temperamen ilmiah pada guru
dan siswa. Teknologi memungkinkan guru dan peserta didik untuk membuat model dan
mengeksplorasi konsep yang sebaliknya tidak mungkin atau sulit untuk dijelajahi, untuk
mendukung penyelidikan peserta didik dan untuk memperjelas dan menampilkan
pemikiran. Teknologi Pembelajaran dapat menjadi alat penting untuk membantu
memenuhi peningkatan profesionaliats pendidik, dengan membantu menyediakan akses
ke konten pendidikan yang lebih banyak dan lebih baik, membantu dalam tugas-tugas
administrasi rutin, menyediakan model dan simulasi praktik pengajaran yang efektif,
dan memungkinkan jaringan dukungan pelajar, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
6. Teknologi pembelajaran telah meningkatkan proses belajar-mengajar dan membuatnya
lebih efektif dan berorientasi pada proses. Televisi, Radio, VCR, Komputer dan
proyektor LCD, dll. telah memperkaya dan memfasilitasi transmisi pengetahuan yang
efektif. Saat ini, guru memiliki berbagai media untuk membantu dan melengkapi
pekerjaan instruksional.
7. Teknologi pembelajaran tidak hanya mempertahankan standar pendidikan tetapi juga
meningkatkan cara mengajar dengan memberikan Alat Peraga dan Bahan Ajar
Terprogram. Alat peraga adalah alat dan perlengkapan yang digunakan dalam mengajar
sebagai pelengkap di ruang kelas.
8. Mekanisme perangkat umpan balik untuk modifikasi perilaku belajar-mengajar telah
menghasilkan guru yang efektif di lembaga pelatihan guru. Kontribusi 10 utama dari
modifikasi perilaku termasuk pengembangan dan evaluasi sejumlah besar teknik dengan
penelitian kelas yang luas
9. Siswa yang mengikuti ujian pada tingkat yang lebih tinggi atau kompetitif telah
diuntungkan oleh program pendidikan di TV, Radio dan Internet. Penting untuk
mempertimbangkan di sini radio dan TV. Meskipun bukan teknologi baru, keduanya
telah digunakan selama beberapa dekade untuk memberikan kursus dan pendidikan. Ini
adalah elemen yang memperluas konsep kelas tradisional, dengan satu guru
memberikan kursus kepada banyak anak. Secara individual, TV dan radio memiliki
masalah terkait konten: bagaimana mengembangkan atau mengakses konten, dan
kemudian menyiarkannya? Tetapi Web dapat menjembatani masalah ini dengan
menyediakan akses ke konten yang telah ditulis dari seluruh dunia
10. Teknologi pembelajaran telah membuka bidang baru penelitian pendidikan di bidang
proses ujian, evaluasi dan pengajaran di kelas. Di bidang pendidikan, teknologi
pembelajaran telah memungkinkan penyebaran pengetahuan tersebar secara instan dan
memungkinkan terjadinya komunikasi yang lebih cepat dan efektif. Selain itu, teknologi
pembelajaran telah memungkinkan siswa untuk terlibat dan belajar dengan cara yang
belum pernah mereka lakukan di ruang kelas sebelumnya. Teknologi pembelajaran
adalah kontributor yang kuat dalam belajar jika digunakan untuk memperdalam
keterlibatan peserta didik dalam kurikulum yang bermakna dan otentik secara
intelektual. Teknologi pembelajaran alat yang harus dipilih ketika itu adalah alat terbaik
bagi peserta didik untuk belajar. Anak-anak di sekolah dasar harus mulai Langkah-
langkah apa yang akan dilakukan untuk mewujudkan menjadi guru profesional dan guru
digital menggunakan perangkat teknologi yang sudah dikenal sebagai bagian dari
program akademik mereka. Guru harus memodelkan penggunaan teknologi untuk
mendukung kurikulum sehingga anak-anak dapat melihat penggunaan teknologi yang
tepat dan mendapat manfaat dari paparan aplikasi yang lebih maju yang akan mereka
gunakan secara mandiri ketika mereka lebih tua (DePasquale, McNamara, & Murphy,
2003).
11. Teknologi pembelajaran telah memberikan praktik dan strategi yang membantu guru
untuk mengajar sesuai dengan perbedaan individu peserta didik. Dengan penggabungan
teknologi pembelajaran ke sekolah, tujuan utamanya adalah untuk mengubah cara guru
dan peserta didik mengumpulkan, mengakses, menganalisis, menyajikan dan
mengirimkan informasi. Hal ini dapat mendemokratisasikan informasi di kelas serta
membantu membedakan pengajaran, terutama untuk peserta didik dengan kebutuhan
khusus.
12. Teknologi pembelajaran telah memberikan landasan ilmiah bagi pendidikan melalui
teori-teori pembelajaran dan kecerdasan. Dengan demikian teknologi pembelajaran
diperlukan dalam setiap aspek proses belajar mengajar. Teknologi pembelajaran
melayani semua tujuan untuk pendidikan modern. Pendidikan saat ini tidak dapat
berjalan jauh tanpa bantuan teknologi pembelajaran. Inovasi teknologi di bidang
pendidikan telah memberikan keajaiban bagi proses pendidikan. Ini tidak hanya
mempertahankan struktur tetapi juga meningkatkan sifat proses Pendidikan
(Darmansyah, 2018, hal. 5-12).

B. Langkah-Langkah untuk Mewujudkan Guru Profeseor dan Guru Digital


1. Guru Profesional
Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Guru dan Dosen (Undang-undang
no. 14 tahun 2005) bahwa guru merupakan pendidik profesional yang tugas utamanya
adalah mengajar, mendidik, mengarahkan, membimbing, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Guru yang profesional yaitu guru yang mampu melakukan
tugas mengajar, mendidik, mengarahkan, membimbing, menilai dan mengevaluasi
peserta didik berdasarkan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu. (Sumardi,2016:12) Di samping itu guru yang profesional harus mempunyai
kemampuan menguasai materi pelajaran sebagai modal melaksanakan tugasnya dengan
baik dan berhasil dengan gemilang. Oleh karena itu ia harus membekali dirinya dengan
wawasan yang mendalam dan berbagai ilmu pengetahuan.
Untuk keberhasilan proses belajar mengajar, seorang guru yang mempunyai
keahlian dan adanya kesesuaian dengan tugas mengajarnya, maka guru/pendidik perlu
memiliki unsur-unsur profesionalisme yang tinggi, antara lain: memobilisasi kemauan
dan kemampuan; mengajar berdasarkan program (Program semester dan Satpel);
mempergunakan metode serasi; mengajar atas dasar prinsip; selalu menggunakan alat
bantu/media pelajaran; dan berdedikasi yang tinggi. (Ahmad Izzan & Saehuddin,
2016:11).
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikanpasal 28, pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat
kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.( Ricu
Siddiq, Dkk, 2019:9). a. Kompetensi pedagogik Kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan mengelola pembelajaran, merancang dan melaksanakan pembelajaran,
melakukan evaluasi hasil belajar serta mengembangkan anak didik agar mampu
mengaktualisasikan semua potensi yang dimikinya. b. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian (kompetensi personal) adalah kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, baik, dewasa, arif, bijaksana, berwibawa,
berakhlak mulia, dan menjadi teladan bagi peserta didik. (Sumardi, 2016:12) c.
Kompetensi profesional Kompetensi profesional yaitu kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara mendalam dan luas, yang memungkinkannya membimbing peserta
didik memenuhi standar kompetensi. (Iwan Wijaya, 2018:25) d. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi
dengan baik kepada sesama pendidik, peserta didik, tenaga pendidik, orang tua, dan
masyarakat di sekitar lingkungannya.
Menurut Suyanto dan Asep Jihad, untuk menjadi guru profesional setidaknya
memiliki standar minimal, yaitu: (Suyanto, 2013:5) a. Memiliki kemampuan intelektual
yang baik; b. Memiliki kemampuan memahami visi dan misi pendidikan nasional; c.
Memiliki keahlian menstransfer ilmu pengetahuan kepada siswa secara efektif; d.
Memahami konsep perkembangan psikologi anak; e. Memiliki kemampuan
mengorganisasi proses belajar; f. Memiliki kreativitas dan seni mendidik. Dengan
adanya persyaratan untuk menjadi guru yang profesional, hal ini diharapkan adanya
standar dan paradigma baru dalam melahirkan profil guru Indonesia yang profesional di
abad 21 yang merupakan era digital, yakni: penguasaan ilmu yang kuat, memiliki
kepribadian yang matang dan berkembang, pengembangan profesi secara
berkesinambungan, serta keterampilan guru dalam memotivasi peserta didik kepada
teknologi dan sains.
2. Guru Digital
Guru adalah tenaga kependidikan yang harus memiliki keahlian dan kemahiran
yang memadai dalam melaksanakan tugasnya mengajar, mendidik, dan membimbing
siswa agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa itu secara optimal. Oleh
karena itu guru sebagai tenaga kependidikan harus mempunyai kualifikasi profesional
agar jasa kependidikannya terhadap siswa menjadi utuh dan optimal. Pada era digital
saat ini dimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, maka seorang
guru harus meningkatkan kinerja dan kemampuannya sehingga tercipta
keprofesionalannya dengan baik. Guru yang profesional dituntut untuk kreatif dalam
menerapkan IPTEK secara tepat dalam proses pembelajarannya, dan mampu
mengembangkan metode-metode pembelajaran yang kreatif, inovatif dan mampu
menarik peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Dalam
dunia pendidikan, pembelajaran harus diperbaharui dan beradaptasi pada perkembangan
zaman agar kompatibel di dunia global sehingga dapat bersaing dengan masyarakat
modern di era digital saat ini. Dengan demikian dalam pembelajaran dan pengajaran
mengintegrasikan ICT telah menjadi fokus perhatian. Di era digitalisasi saat ini apabila
seorang guru ingin berkembang dan bertahan dalam persaingan global, maka guru
tersebut harus menguasai ICT. Selain harus melaksanakan beban kerja utama seperti
yang tercantum dalam Pasal 35 ayat 1 UU RI No. 14/2005, yaitu merencanakan,
melaksanakan, dan menilai pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik.
Pemanfaatan teknologi digital dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai sistem
pemrosesan digital yang mendorong pembelajaran aktif, inquiri dan eksplorasi pada diri
peserta didik, konstruksi pengetahuan, kontruksi pengetahuan, serta memungkinkan
untuk komunikasi jarak jauh dan berbagi data antara guru dan peserta didik di lokasi
kelas fisik yang berbeda. (Janner Simarmata, 2020:117).
Semua orang mungkin bisa menjadi guru, namun menjadi guru yang profesional
yang memiliki keahlian dalam mendidik perlu pelatihan, pendidikan, dan jam terbang
yang memadai. Dengan demikian usaha untuk meningkatkan profesionalisme guru yaitu:
(Muhammad Anwar H.M, 2018:36) a. Memahami tuntutan standar profesi yang ada. b.
Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan. c. Membangun hubungan
kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi. d.
Mengembangkanetos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu
tinggi. e. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan
teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar tidak ketinggalan dalam
kemampuannya mengelola pembelajaran.
C. Bentuk-Bentuk Media dan Teknologi yang Pernah Bapak/Ibu Gunakan di Sekolah
Masing-Masing
1. Quizizz
Quizizz adalah platform yang bisa diakses pada laman pencaharian. Aplikasi ini
memudahkan guru untuk memberikan soal-soal dalam bentuk game. Dengan tampilan
yang menarik dan atraktif, aplikasi ini cocok digunakan untuk mengukur ketercapaian
tujuan pembelajaran.

D. Kode Etik dan Hak Cipta


1. Hukum Hak Cipta
Terminologi hukum hak cipta diambil dari terminologi hukum asing auteursrechts
dalam terminology hukum Belanda atau Copy Rights dalam terminologi hukum Inggris
atau Amerika. Oleh karena itu, dapat dipahami (sebagai konsekuensi logis) jika di
kemudian hari Indonesia memiliki peraturan perundang-undangan hak cipta, pastilah itu
bukan bersumber dari hukum Indonesia ahli. Perlindungan terhadap hak cipta adalah
perlindungan hak yang mengacu pada model yang pertama kali dikenal di belahan dunia
Barat (Amerika dan Eropa Barat).
Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 pada prinsipnya adalah Undang-
Undang yang mengubah filosofi cara berpikir Masyarakat berdasarkan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yaitu selalu berpegang pada prinsip intinya kalau
seseorang menciptakan maka orang itu harus dilindungi secara eksklusif dan pelanggaran
terhadap Hak Cipta harus ditindak secara hukum itu adalah pendekatan pertama, kemudian
berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, memberi satu
penekanan bahwa prinsip dari Undang-Undang ini adalah remuerasi, bagaimana
memberikan hak ekonomi secara luas dan secara lebih professional kepada pencipta
(Saidin, 2016).
Oleh karena itu, pendekatan-pendekatan yang dilakukan bagaimana
membangkitkan hak ekonomi lebih besar kepada pencipta. Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 juga menekankan bahwa pada prinsipnya semua yang dilakukan oleh pencipta
harus mendapatkan kembali remunerasi sehingga ia mendapatkan hak ekonomi, karena
Hak Cipta itu mengandung 2 hal yang pertama economy rights dan kedua moral rights
(Saidin, 2016).
a. Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan nilai ekonomi daripada yang dia
hasilkan.
b. Moral right, adalah hak untuk tidak dihilangkan Namanya dan untuk tidak diubah
tanpa mendapat izin dari yang bersangkutan.
Menurut Badan Internasional IEEE (Institute of Electrical and Electronic
Engineers), yang merupakan asosiasi profesional internasional yang bergerak dibidang
rekayasa elektronika dan informasi teknologi, membedakan plagiat yang merupakan
pelanggaran hak cipta menjadi beberapa level, yaitu :

a. Penyalinan mentah-mentah dari suatu paper tanpa menyebut sumbernya;


b. Penyalinan mentah-mentah dalam porsi yang masih besar (20-50%) tanpa
menyebut sumbernya
c. Penyalinan beberapa elemen tulisan seperti paragraf, kalimat, gambar atau tabel
tanpa menyebutkan sumbernya
d. Penulisan kembali suatu halaman atau paragraf tanpa menyebut acuan yang asli;
e. Jika teks yang disalin sudah menyebutkan sumbernya, tetapi cara pengungkapannya
kurang benar.
2. Penggunaan / Kepentingan Wajar (Fair Use)
Kepentingan yang wajar merupakan salah satu perlindungan yang diberikan
hukum hak cipta dalam menggunakan hak cipta secara reasonable dan limited use dalam
perkerjaan hak cipta sehingga dapat meminimalisir adanya pelanggaran Hak cipta. Akan
tetapi dalam internet, ada banyak hal dapat terjadi. Misalnya, mengcopy yang ada dalam
konten internet yang dilindungi Hak Cipta dapat dianggap melakukan pelanggaran hak
cipta, membuka data musik bahkan kemudian mengunggahnya tanpa seizin pemegang
hak cipta juga dapat dikatagorikan Pelanggaran hak cipta, membaca artikel sampai buku
elektronik juga rentan untuk dapat terjadinya pelanggaran hak cipta dan lain-lain
(Sulasno & Inge, 2021).
Adanya open access bisa jadi merupakan penyelesaian yang baik untuk tidak
terjadinya pelanggaran hak cipta akan tetapi tidak dapat menjamin sepenuhnya
mengingat internet dapat dimanfaatkan secara mudah oleh siapa saja. Dengan bantuan
teknologi, sepanjang tidak dibatasi oleh hak cipta (terutama hak ekonomi), percepatan
penyebaran dan pemanfaatan pengetahuan bisa dengan mudah berlangsung tidak hanya
di dalam disiplin ilmu yang sama, tetapi juga lintas disiplin. Kolaborasi ilmiah bisa
berlangsung dengan mudah secara lintas batas geografi, waktu, disiplin, hirarkhi sosial,
dan budaya.
Kemudahan ini sangat mempercepat perkembangan ilmu pengetahuan (Diau,
2013). Dengan kata lain, kepentingan yang wajar ini dalam pelaksanaannya menjadi
suatu mekanisme yang mengalami pergeseran dan dapat dilakukan secara tidak wajar
seperti dalam hal tindakan plagiarisme juga seperti disebut di atas (Sulasno & Inge,
2021).

Sumber:
1. Budiana, Irma. 2021. Menjadi Guru Profesional di Era Digital. Journal of Islamic
Education 2(2). http://e-journal.stit-islamic-village.ac.id/index.php/JIEBAR
2. Diau A Lien, 2013, Hak Cipta dan Penyebaran Pengetahuan,
http://eprints.rclis.org/11050/1/hak_cipta_dan_penyebaran_pengetahuan.pdf, diakses
pada tanggal 5 Februari 2024, hlm. 17
3. Mustafa, Marni Emmy. Aneka Penegakan Hukum Hak Cipta, Paten dan Merek. Alumni
4. Saidin. 2016. Sejarah dan Politik Hukum Hak Cipta. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
5. Sulasno & Inge Dwisvimiar. 2021. Penerapan Kepentingan Yang Wajar (Fair Use)
Mengenai Materi Hak Cipta di Internet. Jurnal Humani ( Hukum dan Masyarakat Madani).
11(2). https://journals.usm.ac.id/index.php/humani/article/download/4355/pdf

Anda mungkin juga menyukai