Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Memahami Teknologi Pendidikan Sebagai Fasilitas Belajar Atau Pembelajaran


( Facilitating Learning ) Pada PAI

Mata Kuliah TEKNOLOGI PENDIDIKAN PAI


Dosen Pengampu : Budiman, M.Pd

Disusun Oleh:
PAI 3E

Ai Riadus Solihah

Aldy Agung Fauzi

Sherinah Mardiyanti

Siti Nurfitri

FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
SINGAPARNA-TASIKMALAYA
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat dan limpahan-nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang fasilitas belajar\
pembelajaran ( facilitating learning ) teknologi pendidikan dan penerapannya pada pendidikan
agama islam.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa kami dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, untuk itu kritik dan saran yang sangat
membangun dari pembaca sangat di harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya untuk kami sendiri,
melainkan kepada semua dan semoga berarti bagi kita semua.

Terima kasih kepada dosen pembimbing Bapak Budiman, M.Pd. dan teman – teman
yang telah membantu penyelesaian makalah ini hingga selesai . maka dari itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini .

Taikmalaya, 24 September 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia.
Proses pendidikan tidak lepas dari belajar sebab tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat
mengembangkan minat, bakat dan cita-cita yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Di dalam proses kegiatan belajar (sekolah) siswa untuk mencapai hasil belajar yang
maksimal dan berkualitas harus didukung beberapa komponen seperti minat, bakat, cita-cita,
disiplin, orang tua, guru, teman belajar, lingkungan, sarana dan prasarana belajar atau fasilitas
belajar. Maka dalam hal ini, semua komponen di atas pada hakekatnya saling berhubungan dan
saling bergantungan satu sama lain.

Sekolah, agar siswa dapat menerima mata pelajaran dengan baik dan maksimal, maka
dalam proses belajar di sekolah harus dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung dalam
kegiatan belajarnya. Fasilitas pembelajaran dapat membantu dosen dan siswa dalam
melaksanakan kegiatan perkuliahan di sekolah, sehingga guru dapat menyampaikan dan
menyajikan materi kuliah dengan lebih bervariasi dan siswa juga dapat dengan mudah
memahami materi tersebut.

Berdasarkan rencana strategis departemen pendidikan nasional tahun 2005-2009 yang


menetapkan bahwa bangsa Indonesia harus memiliki sumber daya manusia (SDM) berkualitas
sehingga setiap warga negara mampu meningkatkan kualitas hidup, produktivitas, dan daya
saing terhadap bangsa lain di era global. Oleh karena itu, pendidikan dituntut untuk menyiapkan
SDM agar memiliki kemampuan bersaing secara global. Dengan kata lain, pendidikan bertugas
untuk dapat mempersiapkan SDM yang kompeten agar mampu bersaing dalam dunia global.

Salah satu alternatif pemecahan masalah pendidikan tersebut, melalui penerapan


teknologi pembelajaran, yaitu dengan mendayagunakan sumber-sumber belajar (Learning
resources) yang dirancang, dimanfaatkan, dan dikelola untuk tujuan pembelajaran. Dengan
demikian, aplikasi praktis teknologi pembelajaran dalam pemecahan masalah belajar mempunyai
bentuk konkret dengan adanya sumber belajar yang menfasilitasi peserta didik untuk belajar.
Dalam konteks teknologi pembelajaran Pendidikan Agama Islam juga memerlukan
komponen sistem pembelajaran yang perlu dirancang terlebih dahulu dalam proses desain atau
pemilihan pemanfaatan, dan di kombinasikan menjadi sistem pembelajaran yang lengkap untuk
mewujudkan terlaksananya proses belajar yang bertujuan dan terkontrol. Mulai dari fasilitas
belajar/pembelajaran didalam teknologi pembelajaran serta penerapannya pada pembelajaran
agama Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teknologi dan pendidikan?

2. Apa hakikat dari belajar dan pembelajaran?

3. Fasilitas apa saja yang sudah ada dalam teknologi untuk pembelajaran PAI?

4. Bagaimana cara menggunakan fasilitas teknologi untuk pembelajaran PAI yang baik?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa itu teknologi dan pendidikan

2. Untuk mengetahui hakikat dari belajar dan pembelajaran

3. Untuk mengetahui fasilitas apa saja yang sudah ada dalam teknologi untuk pembelajaran
PAI

4. Untuk mengetahui cara menggunakan fasilitas teknologi untuk pembelajaran PAI yang
baik
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN

1. TEKNOLOGI

Pengertian teknologi pendidikan tidak terlepas dari pengertian teknologi secara umum.
Banyak orang berpikir bahwa teknologi adalah hanya mesin atau alat-alat, akan tetapi teknologi
memiliki makna sebagai proses yang meningkatkan nilai tambah. Pengertian teknologi sendiri
sangat luas dan beragam. Menurut Salisbury (1996) teknologi adalah “systematic application of
scientific or other organized knowledge to practical task.” (Aplikasi sistematik sains atau
pengetahuan lain dalam tugas praktikal ). Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa bila kita
mengembangkan suatu produk, kedisiplinan, prosedur-prosedur, alat-alat dan teknik-teknik yang
disatukan untuk membuat suatu inovasi disebut teknologi. Bila definisi ini diterapkan dalam
dunia pendidikan maka teknologi pendidikan merupakan aplikasi sistematik sains dan
pengetahuan lain dalam tugas kependidikan.1

Dalam artian teknologi sebagai proses, maka pendidikan dapat dikatakan sebagai salah
satu teknologi, karena pendidikan itu merupakan proses untuk menjadikan manusia terdidik, atau
proses untuk memperoleh nilai tambah (added value), sehingga dapat dikatakan education as
technology. Menurut Habibie (1991) “teknologi agar dapat menghasilkan nilai tambah harus
memenuhi tiga kriteria, yaitu (1) mempunyai landasan teori untuk pengembangannya, (2)
mengandung cara khusus), (3) dapat digunakan untuk mengatasi problem konkret.” Semua
bentuk teknologi adalah system yang diciptakan manusia untuk sesuatu tujuan tertentu, yang
pada dasarnya adalah mempermudah manusia dan memperingan usahanya, meningkatkan hasil
dan menghemat tenaga serta sumber daya yang ada. Teknologi itu pada hakikatnya adalah bebas
nilai, namun penggunaannya akan sarat dengan aturan nilai dan estetika.

1
Deni Darmawan, Teknologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 106.
Sedangkan Rogers (1983, 120 mempunyai pandangan bahwa “teknologi merupakan suatu
rancangan langkah instrumental untuk memperkecil keraguan mengenai hubungan sebab akibat
dalam mencapai hasil yang diharapkan, dan dikatakan juga bahwa teknologi umumnya
mempunyai dua komponen yaitu: aspek perangkat keras yang berupa peralatan dan aspek
perangkat lunak yang berupa informasi.”

“Teknologi berarti penerapan sistematis dari ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisir
ke tugas-tugas praktis.” (Galbraith, 1967, h. 24).

Lumsdaine (1964) dalam Romiszoswki (1981: 12) menyebutkan bahwa “Penggunaan


istilah teknologi pada pendidikan memiliki keterkaitan dengan konsep produk dan proses.
Konsep produk, berkaitan dengan perangkat keras atau hasil-hasil produksi. Yaitu dengan
digunakannya berbagai peralatan dalam proses pengajaran.” Pada tahapan teknologi yang
sederhana digunakan papan tulis, bagan, objek nyata, dan model-model yang sederhana. Pada
tahapan teknologi menengah digunakan OHP, slide, film proyeksi, peralatan elektronik yang
sederhana untuk pengajaran, dan peralatan proyeksi (LCD). Sedangkan tahapan teknologi yang
tinggi berkaitan dengan penggunaan paket-paket yang kompleks seperti belajar jarak jauh
dengan menggunakan radio, televisi, modul, computer assited instruction, serta pengajaran atau
stimulus yang kompleks, dan system informasi dial-access melalui telepon, dan lain sebagainya.
Penggunaan perangkat keras ini sejalan dengan perkembangan produk industri dan
perkembangan masyarakat, seperti e-learning yang memanfaatkan jaringan internet untuk
kegiatan pembelajaran. Konsep proses atau perangkat lunak, dipusatkan pada pengembangan
pengalaman belajar yang merupakan penerapan pendekatan ilmu dalam pembuatan program
pembelajaran. Pengembangan pengalaman belajar ini diusahakan melalui pengembangan
program pembelajaran yang sistemik dan sistematis dengan memanfaatkan berbagai sumber
belajar. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, konsep proses dan konsep produk pada hakikatnya
tidak dapat dipisahkan, dalam makna bahwa keduanya bersama-sama ditujukan untuk
memberikan pengalaman belajar yang optimal kepada peserta didik.

Penggunaan istilah teknologi dalam pendidikan tidak terlepas dalam kajian James Finn
(1960) pada seminar tentang peran teknologi dalam masyarakat, dengan judul makalahnya
“Technology and the Instructional Process.” Melalui makalahnya dikaji hubungan antara
teknologi dan pendidikan. Argument utama yang disampaikannya didasarkan atas gejala
pemanfaatan teknologi dalam kehidupan masyarakat yang memiliki kemiripan dengan kondisi
yang terdapat dalam pendidikan. Oleh karena itu, penggunaan istilah teknologi yang
digandengkan dengan pendidikan merupakan suatu hal yang tepat dan wajar.

Pengertian teknologi (termasuk teknologi pendidikan) secara umum adalah: proses yang
meningkatkan nilai tambah, produk yang digunakan dan atau dihasilkan untuk memudahkan dan
meningkatkan kinerja, struktur atau system di mana proses dan produk itu dikembangkan dan
digunakan.

2. PENDIDIKAN

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok


orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan,
atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
memungkinkan secara otodidak. Etimologi kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa Latin
yaitu ducare, berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin” dan awalan e, berarti “keluar”.
Jadi, pendidikan berarti kegiatan “menuntun ke luar”. Setiap pengalaman yang memiliki efek
formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan
umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama,
sekolah menengah atas, dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.

Sebuah hak atas pendidikan telah diakui oleh beberapa pemerintah. Pada tingkat global,
Pasal 13 Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mengakui hak setiap
orang atas pendidikan. Meskipun pendidikan adalah wajib di sebagian besar tempat sampai usia
tertentu, bentuk pendidikan dengan hadir di sekolah sering tidak dilakukan, dan sebagian kecil
orang tua memilih untuk pendidikan home-schooling, e-learning atau yang serupa untuk anak-
anak mereka.

Filosofi pendidikan

Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur
hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak
orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia
bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan
formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu
pendidikan saya."[butuh rujukan]

Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih
mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara
tidak resmi.

B. HAKEKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

1. HAKIKAT BELAJAR

Belajar menurut W. Gulö (2002: 23) adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri
seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan
berbuat. James O. Whittaker (Djamarah,1999) menyatakan bahwa belajar adalah Proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedanghkan menurut R.
Gagne (Djamarah ; 1999:22) Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku

Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan prilaku siswa yang relatif positif
dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (syah,
2003), dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri dari beberapa tahap.
Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, dan salah satu tahapannya adalah yang
dikemukakan oleh witting yaitu :

· Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi;

· Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;

· Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi (Syah, 2003).

Definisi yang lain menyebutkan bahwa belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang menetap, baik yang dapat
diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil
latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan (Roziqin, 2007: 62).
Dari berbagai definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri belajar,
yaitu:

1. Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku (change behavior).

2. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang
terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah.

3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang
berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial

4. Perubahan tingkah laku merupakan hasillatihan atau pengalaman

5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.

Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu


memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut:

1. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar bukan orang lain.

2. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya

3. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap
langkah yang dilakukan selama proses belajar.

4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses
belajar lebih berarti.

5. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberikan tanggung jawab dan
kepercayaan penuh atas belajarnya.

Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan
perilaku. Dalam hal ini, Benyamin S. Bloom (1956) mengemukakan perubahan perilaku yang
terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif dan
psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya.

1) Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini tediri dari:
· Pengetahuan (Knowledge).

· Pemahaman (Comprehension).

· Penerapan (Aplication)

· Penguraian (Analysis).

· Memadukan (Synthesis).

· Penilaian (Evaluation).

2) Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan
ini terdiri dari:

· Penerimaan (receiving/attending).

· Sambutan (responding)

· Penilaian (valuing).

· Pengorganisasian (organization).

· Karakterisasi (characterization)

3) Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang berkaitan dengan


aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular
system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari:

· Kesiapan (set)

· Meniru (imitation)

· Membiasakan (habitual)

· Adaptasi (adaption)

Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :


1) Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).

Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang
bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa
dalam dirinya telah terjadi perubahan

2) Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).

Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan


kelanjutan dari keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya.

3) Perubahan yang fungsional.

Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup
individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.

4) Perubahan yang bersifat positif.

Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan.

5) Perubahan yang bersifat aktif.

Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan
perubahan.

6) Perubahan yang bersifat pemanen.

Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi
bagian yang melekat dalam dirinya.

7) Perubahan yang bertujuan dan terarah.

Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan
jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.

8) Perubahan perilaku secara keseluruhan.

Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi
termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. seorang guru
menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan
“Teori-Teori Belajar”.

Selanjutntya, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak
dalam :

1. Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan


penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan
bahasa secara baik dan benar.

2. Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik,
keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang
tinggi.

3. Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang
masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian
yang benar.

4. Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya
dengan menggunakan daya ingat.

5. Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian
dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).

6. Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk
terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.

7. Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).

8. Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu.

9. Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih,
gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.

2. HAKEKAT PEMBELAJARAN
Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan
terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka pembelajaran dapat
dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah
laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24). Adapun yang dimaksud
dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau
dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda
dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan
mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002: 128).

Sedangkan menurut Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu usaha yang
sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk
mencapai tujuan kurikulum. Gagne dan Briggs (1979:3). mengartikan instruction atau
pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang
berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Sedanghkan dalam Undang-
Undang No. 23 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa pembelajaran


membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan peserta didik, dimana
penekanannya adalah pada proses pembelajaran oleh peserta didik (student of learning), dan
bukan pengajaran oleh guru (teacher of teaching) (Suryosubroto, 1997: 34). Konsep seperti ini
membawa konsekuensi kepada fokus pembelajaran yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta
didik sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.

Keaktifan peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari segi
kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang
aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan
peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya
(Fathurrohman & Sutikno, 2007: 9).
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah
mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta
didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta
didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan
sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung
peningkatan kemampuan belajar peserta didik.

Fungsi-fungsi pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1) Pembelajaran sebagai sistem

Pembelajaran sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain
tujuan pembelajaran , materi pembelajaran , strategi dan metode pembelajaran, media
pembelajaran/alat peraga , pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut
pembelajaran (remedial dan pengayaan).

2) Pembelajaran sebagai proses

Pembelajaran sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam
rangka membuat siswa belaja, meliputi:

a) Persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan


mengajar (lesson plan) dan penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain alat peraga, dan
alat evaluasi, buku atau media cetak lainnya.

b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pembelajaran yang


telah dibuatnya. Banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode
pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen
guru , persepsi, dan sikapnya terhadap siswa;

c) Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca pembelajaran ini


dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula berupa pemberian layanan remedial
teaching bagi siswa yang berkesulitan belajar.

Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut :


1. Merupakan upaya sadar dan disengaja

2. Pembelajaran harus membuat siswa belajar

3. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan

4. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil

C. JENIS-JENIS FASILITAS BELAJAR

Fasilitas belajar dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:

1. Fasilitas fisik yaitu segala sesuatu yang berupa benda atau fisik yang dapat dibendakan, yang
mempunyai peranan untuk memudahkan dan melancarkan suatu usaha. Fasilitas fisik juga
disebut fasilitas materiil. Contoh: perabot ruang kelas, perabot kantor TU, perabot laboratorium,
perpustakaan dan ruang praktek.

2. Fasilitas uang yaitu segala sesuatu yang bersifat mempermudah suatu kegiatan sebagai
akibat bekerjanya nilai uang. Fasiliatas ini biasanya dalam manajemen keuangan atau
pembiayaan.2

Menurut Wina Sanjaya, fasilitas belajar dibagi menjadi 2 macam, yaitu :3

1. Sarana

Sarana merupakan segala sesuatu yang berkaitan secara langsung dengan peserta didik
dan mendukung kelancaran serta keberhasilan proses belajar peserta didik yang meliputi media
pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain-lain. Disamping itu, sarana
pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan pendidik dalam pelaksanaan pendidikan.

2
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media,
2008), h. 274

3
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2009), h. 55
Macam-macam sarana pendidikan yaitu:

· Sarana bergerak, ialah sarana yang dapat dipindahkan atau digerakkan sesuai dengan
kebutuhan pemakainya. Contoh: meja, kursi, lemari beroda, dan alat peraga sederhana.

· Sarana tidak bergerak, ialah sarana yang tidak bisa atau relatif sulit untuk dipindahkan.
Contoh: saluran air, lampu permanen dan jendela

2. Prasarana

Prasarana pendidikan. Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan
perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan disekolah. Prasarana
pendidikan disekolah bisa diklasifikasikan menjadi dua macam. Pertama, prasarana pendidikan
yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti ruang teori, ruang
perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang laboraturium. Kedua, prasarana sekolah
yang keberadaannya tidak digunakan untuk proses pembelajaran, tetapi secara langsung sangat
menunjang terjadinya proses pembelajaran, diantaranya adalah ruang kantor, kantin sekolah,
tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah, ruang guru, ruang
kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.4

Sedangkan menurut B.Suryosubroto, fasilitas pembelajaran di bedakan menjadi 3 macam


yaitu :5

1. Alat pelajaran

Alat pelajaran adalah semua benda yang dapat digunakan scara langsung oleh guru
maupun siswa dalam proses belajar mengajar. Seperti buku tulis, buku paket, buku penunjang
(LKS), papan tulis, penggaris papan tulis, spidol, penghapus papan tulis, meja dan kursi belajar,
dan alat-alat praktek.

2. Alat peraga

4
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, Teori dan Aplikasinya ( Jakarta: Bumi
Aksara, 2004) h. 3

5
B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 114
Alat peraga adalah semua alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa benda
ataupun perbuatan dari yang paling kongkrit sampai ke yang paling abstrak yang dapat
mempermudah pemberian pengertian kepada siswa. Seperti atlas, globe, patung peraga, materi
RPP, silabus, peta topografi dunia, peta topografi pulau, kerangka model pembelajaran, dan
pengukur panjang kurva. Dengan pengertian ini, maka alat pelajaran dapat termasuk dalam
lingkup alat peraga.

3. Media pembelajaran

Media adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar
mengajar untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi pendidikan.

Meningkatkan pemikiran kreatif melalui banyak media, bertujuan untuk mencapai


sasaran pendidikan dan kurikulum perlu dianalisis, untuk mengetahui fungsi mental apa yang
dituju dalam pendidikan.6

Media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam yaitu, sebagai


berikut:

a. Media audio, seperti radio, tape recorder.

b. Media visual, seperti gambar grafik, diagram, bagan-bagan.

c. Media audio visual, seperti infokus, film, video, televisi.

Adapun ruang lingkup fasilitas belajar sekolah menurut sopiatin, diantaranya adalah :

1. Perencanaan Pengadaan Lahan

Lahan adalah letak tanah tempat berdirinya bangunan atau gedung. Letak tanah untuk
mendirikan sekolah mempunyai hubungan yang signifikan dengan dampak pendidikan.

2. Bangunan Sekolah

6
Daryanto, Belajar dan Mengajar (Bandung : CV. Yrama Widya, 2010) h. 127
Bangunan sekolah adalah semua ruangan yang didirikan di atas lahan yag digunakan
untuk kepentingan pendidikan. Bangunan sekolah meliputi ruang kelas, kantor, perpustakaan,
ruang laboratorium, usaha kesehatan sekolah, kantin, gudang dan kamar mandi.

3. Perlengkapan Sekolah

Perlengkapan sekolah terbagi menjadi dua yaitu benda-benda habis pakai (kertas, kapur
tulis, bahan untuk praktikum) dan benda-benda tahan lama (kursi, meja, alat peraga atau media).

4. Media Pengajaran

Media pengajaran merupakan alat bantu mengajar yang digunakan dalam proses belajar
mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru dan bersifat sebagai
pelengkap.

5. Sarana Perpustakaan

Perpustakaan adalah gedung ilme yang dikelola oleh petugas perpustakaan dimana sistem
dan aturan pemakaian ditunjukkan untk memudahkan penemuan informasi yag diperlukan secara
sistematis.

D. Cara-Cara Menggunakan Atau Memanfaatkan Alat-Alat Teknologi Pendidikan Dan Jaringan


Informasi

Banyak tokoh teknologi pendidikan, seperti Thorndike, Pressey, Pavlov, Skinner,


Crowder dan sebagainya. Edward L. Thorndike terkenal dengan teorinya law of effect, dimana
belajar akan berhasil jika hasil belajar itu memeberikan rasa senang kepada diri anak. Oleh
Karena itu setiap jawaban dari stimulus harus diikuti dengan reinforcements tertentu, sehingga
anak merasakan sukses berangkai. pressey memperkenalkan mesin mengajar (teaching machine)
sebagai perangkat keras yang harus diisi dengan perangkat lunak. Pressey menggunakan tes
objektif yang dapat dinilai sendiri oleh anak.

Kemajuan yang dicapai manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi membuat
ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri berkembang semakin pesat. Pola hidup manusia
dengan kemajuan ilmu dan teknologi mempunyai hubungan erat, pendidikan mungkin wadah
paling menonjol dalam rangka kemajuan itu, dalam rangka kegiatan pendidikan, ada beberapa
media yang dapat digunakan, mulai dari paling sederhana sampai kepada yang canggih.
Beberapa cara menggunakan dan memanfaatkan alat-alat teknologi antara lain sebagai berikut:

a. Papan tulis

Papan tulis digunakan hamper si setiap ruangan kelas.papan tulis biasanya terbuat dari
papan biasa, tripleks atau slate. Papan tulis sangat baik untuk membuat tulisan, gambar, grafik
dan sebagainya. Di sekolah-sekolah tradisional papan tulis biasanya dipakai secara penuh, akan
tetapi disekolah-sekolah modern, dimana media teknologi cukup bervariasi, papan tulis biasanya
digunakan secara terbatas.

Papan tulis mempunyai nilai tertentu, seperti penyajian bahan dapat dilakukan secara
jelas, kesalahan tulisan mudah diperbaiki, dapat merasang anak untuk aktif, dapat menarik
perhatian. Penggunaan papan tulis memerlukan keterampilan menulis dan kerajinan
membersihkannya.

b. Bulletin board dan display

Alat ini biasanya dibuat secara khusus dan digunakan untuk mempertontonkan pekerjaan
siswa, gambar-gambar, bagan, poster atau objek berdimensi lainnya. Bulletin board dan display
mempunyai nilai tertentu, seperti tempat mempertontonkan gambar-gambar khusus yang
menunjukkan benda, poster atau karya kelas lainnya, dapat digunakan sebagai papan
pengumuman kelas, pengumuman sekolah atau petugas- petugas memperluas minat anak dan
menimbulkan semangat dan bertanggung jawab bersama, menambah pengalaman baru,
membangkitkan kecakapan artistic, merangsang inisiatif, kreativitas dan sebagainya.

c. Gambar dan ilustrasi fotografi

Gambar ini tidak diproyeksikan, dapat disekitar kita dan relative mudah diperoleh untuk
pertunjukkan kepada anak. Gambar ilustrasi fotografi yang berwarna lebih menarik, arti dari
sebuah gambar ditentukan oleh persepsi masing-masing. Gambar dan ilustrasi fotografi
mempunyai nilai tertentu, yaitu bersifat konkret, tak terlalu terbatas pada ruang dan waktu,
membantu memperjelas masalah, membantu kelemahan indera, mudah didapati, relatif murah,
disamping mudah digunakan.
d. Slide dan filmstrip

Slide dan filmstrip merupakan gambar yang di proyeksikan, dapat dilihat mudah dan
dioperasikan. Disekolah-sekolah tradisional hamper tak pernah digunakan karena slide dan
filmstrip mensyaratkan sumber tenaga listrik dan perangkat keras.

Slide dan filmstrip mempunyai nilai tertentu, yaitu memudahkan penyajian seperangkat
materi tertentu, membangkitkan minat anak, keseragaman informasi, dapat dilakukan secara
berulang-ulang, menjangkau semua bidang pelajaran. Penggunaan slide dan filmstrio
memerlukan keterampilan tertentu, termasuk kemampuan memberi penjelasan, baik penjelasan
pokok maupun pejjelasan tambahan.

e. Film

Film pendidik dianggap efektif untuk digunakan sebagai alat bantu pengajaran. Film yang
diputar didepan siswa harus merupakan bagian integral dari kegiatan pengajaran.

Film mempunyai nilai tertentu, seperti dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar,


memancing inspirasi baru, menarik perhatian, penyajian lebih baik karena mengandung nilai-
nilai rekreasi, dapat memperlihatkan perlakuan objek yang sebenarnya, sebagai pelengkap
catatan, menjelaskan hal-hal abstrak, mengatasi rintangan bahasa dll.

f. Rekaman pendidikan

Istilah asing dari alat ini adalah recording, yakni alat audio yang tidak diikuti dengan
visual. Melalui alat ini kita dapat mendengarkan cerita, pidato, music, sajak, pengejian dll.
Rekaman ini sering dilakukan oleh kelompok individu siswa misalnya merekam ceramah guru.

Rekaman pendidikan memiliki nilai tertentu, seperti dapat memberikan bermacam-


macam bahan, pelajaran dapat lebih konkret, mendorong aktifitas belajar, dapat dibawa kemana-
mana, keaslian berang lebih terjamin, penggunaan barang lebih efisien.

8. Radio pedidikan

Radio adalah alat elektronik yang muncul dari hasil teknologi komunikasi. Melalui alat
ini orang dapat mendengarkan siaran dari berbagai penjuru dan peristiwa. Radio pendidikan
biasanya tidak dipergunakan penuh langsung untuk tujuan pendidikan. Di radio pendidikan,
biasanya siaran khusus untuk pendidikan diatur dengan jadwal.

Radio pendidikan mempunyai nilai tertentu, seperti memberikan berita yang up to date,
menarik minat, jangkuan luas, berdasrkan kenyataan, mendorong kreatif, mempunyai nilai
rekreatif.

9. Televise pendidikan

Televise adalah alat elektronik yang berfungsi menyerbarkan gambar dan diikuti oleh
suara tertentu. Pada dasarnya sama dengan gambar hidup bersuara. Televise pendidikan
dianggap barang mewah, karenanya sulit dijangkau. Penggunaan televise, menurut yusufhadi
miarso (1980) dapat dilakukan dengan beberapa alternative.

a. Televise siaran, yaitu pemancaran melalui saluran televisi umum dengan berkas pancaran
meluas atau tidak tertuju ke arah tertentu. Pemancaran ini merupakan rangakaian terbuka (open
circuit) dan umumnya dapat diterima oleh pesawat penerima biasa.

b. Televise rangkaian tertutup (closed circuit television) yang pancarannya tidak dapat
melalui kabel koasial atau gelombang mikro (untuk ini diperlukan peralatan penerimaan khusus).

c. Televisi pengajaran dengan pelayanan tertentu (instructional television fixed service), yaitu
system pemancaran dan penerimaan televisi pada frekuensi istimewa yang khusus dialokasikan.

d. Televise slow scan yaitu system pemancaran gambar mati secara bertahap dengan melalui
saluran telepon atau radio biasa. System ini mirip dengan faksimile, hanya dalam slowscan
gambar dibentuk dalam waktu yang singkat dan gambaran disajikan dalam CRT (cathode ray
tube) sedangkan faksimile memproduksi kopi cetak (copy printout) dalam waktu yang lebih
lama.

e. Televise time shared, suatu rangkaian sistem yang satu saluran televisi memancarkan,
misalnya 300 gambar mati kepada 300 penonton yang berlainan, masing-masing untuk 30 detik,
biasanya kita mengamati 300 frame yang berurutan dari satu gambar yang hidup.
f. Teleblackboard yaitu suatu teknik yang dikembangkan oleh ITB dengan bekerjasama T.H.
Delf yang mampu memancarkan secara serentak suara dengan tulisan dan garis yang dibuat di
sebidang papan khusus.

Televise pendidikan mempunyai nilai tertentu, yaitu bersifat langsung dan nyata,
jangkauan luas, memungkinkan penyajian aneka ragam peristiwa dan menarik minat.

10. Peta dan globe

Peta adalah penyajian visual dari muka bumi, globe adalah bola bumi atau model. Peta
dan globe berbeda secara gradual, akan tetapi saling melengkapi.

11. Buku pelajaran

Buku pelajaran merupakan alat pelajaran yang paling populer dan banyak digunakan
ditengah-tengah penggunaan alat pelajaran lainnya, lebih-lebih akhir-akhir ini, dimana alat cetak
telah memasuki abad super modern.

Buku pelajaran mempunyai nilai tertentu, seperti membantu guru dalam merealisasikan
kurikulum, memudahkan kontinuitas pelajaran, dapat dijadikan pegangan, memancing aspirasi,
dapat menyajikan materi yang seragam, mudah diulang dan sebagainya.

12. Overhead projector

Proyektor lintas kepala (overhead projector) memproyeksikan pada layar apa yang
tergambar atau tertulis pada kertas transparan. Penggunaan transparan tidak jauh berbeda dengan
penggunaan papan tulis. Alat ini dapat digunakan dengan tidak harus menggelapkan ruangan.

13. Tape recorder

Alat ini sudah memasyarakatkan. Alat ini sangat serasi untuk digunakan dalam pelajaran
bahasa. Keuntungan penggunaan alat ini antara lain murid dapat mendengarkan kembali apa
yang dibacanya, dapat digunakan dalam interview, memudahkan pemahamanterhadap
pengguasaan anak terutama dalam pelajaran bahasa.

14. Alat teknologi pendidikan lainnya adalah mesin belajar dan belajar berprograma,
laboratorium bahasa, computer, model, pameran, museum sekolah, dramatisasi, dan demonstrasi,
manusia sumber, surveimasyarakat, pelayanan terhadap masyarakat, kemah, kerja lapangan dan
lain sebagainya juga merupakan media pendidikan yang mengandung nilai-nilai pendidikan.

Beberapa rumusan spesifik yang dapat ditarik berdasarkan uraian diatas, yaitu :

1. Teknologi pendidikan merupakan media yang lahir dari revolusi teknologi komunikasi yang
dapat digunakan untuk tujuan-tujuan pendidikan. Teknologi pendidikan mensyaratkan ide,
peralatan, organisasi dan manajemen yang dikaji secara sistematis, rasional dan ilmiah.

2. Pemanfaatan teknologi komunikasi untuk kegiatan pendidikan dan teknologi pendidikan itu
sendiri mutlak perlu dalam rangka kegiatan belajar mengajar. Karena dengan pendekatan ilmiah,
sistematis dan rasional seperti dituntut teknologi pendidikan tujuan pendidikan yang efektif dan
efisien akan tercapai.

3. Pemanfaatan media pendidikan mempunyai implikasi tertentu dalam proses belajar


mengajar, sesuai dengan ciri dan kegunaan masing-masing media itu. Teknologi pendidikan itu
sendiri menyangkut perangkat keras dan perangkat lunak, yang dalam praktiknya biasanya saling
mengisi.

4. Teknologi pendidikan mempunyai arti tertentu dalam kegiatan belajar mengajar, seperti
pendidikan lebih produktif, memungkinkan pengajaran lebih individual, ilmiah, seketika dan
luas.

5. Teknologi pendidikan tidak selamanya mengandung ati pemanfaatan perangkat keras yang
rumit dan kompleks. Bentuk pengajaran seperti ceramah, diskusi, seminar, karyawisata dan
sebagainya dapat memenuhi syarat-syarat teknologi pendidikan. Dalam teknologi pendidikan
yang paling penting adalah bahwa kegiatan pengajaran didekati secara sistematis, rasional dan
ilmiah.

6. Pemanfaatan media teknologi pendidikan yang beraneka ragam itu menuntut keterampilan
tersendiri dari para pelaksana pendidikan.7

7
Nasution, S, Teknologi Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), 101
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

https://makalahtekonologipendidikan.blogspot.com/2019/05/menggunakanmemanfaatkan-using-
teknologi.html?m=1

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Teknologi

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pendidikan

https://nurhibatullah.blogspot.com/2015/12/hakekat-belajar-dan-pembelajaran.html?m=1

https://dewisantia4bpai.blogspot.com/2019/05/fasilitas-belajarpembelajaran.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai