Anda di halaman 1dari 25

INOVASI PEMBELAJARAN DI INTERNASIONAL TERKAIT METODE,

MODEL, PENDEKATAN ATAUPUN MEDIA YANG TERKAIT DENGAN


TEKNOLOGI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika

Disusun oleh:

IBNU KADARULOH 208102009

TANTRI OKTRIANI 208102010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SILIWANGI
2021
Inovasi Pembelajaran di Indonesia Terkait Metode, Model, Pendekatan ataupun
Media Yang Terkait Dengan Teknologi

A. Teknologi Pembelajaran

Para ahli yang lebih setuju dengan istilah teknologi pendidikan tetap bersikukuh
bahwa kata pembelajaran (instruction) diakui sebagai bagian dari pendidikan, sehingga
sebaiknya digunakan peristilahan yang lebih luas (AECT, 1977). Kedua kelompok
kelihatannya bersikukuh dengan pendapatnya, namun ada juga kelompok yang
menggunakan kedua istilah tersebut digunakan secara bergantian, hal ini didasarkan atas
alasan-alasan: (a) dewasa ini istilah teknologi pembelajaran lazim digunakan di Amerika
Serikat, sedangan teknologi pendidikan digunakan di Inggris dan Kanada; (b) mencakup
banyaknya pemanfaatan teknologi dalam pendidikan dan pengajaran; (c) perlu
menggambarkan fungsi teknologi dalam pendidikan secara lebih tepat; dan (d) dalam
satu batasan dapat merujuk baik pada pendidikan maupun pembelajaran. Didasarkan atas
penggunaan kedua istilah tersebut, maka istilah “teknologi pembelajaran” digunakan
dalam definisi 1994 (Seels and Richey, 1994:5).

Barbara B. Seels dari University of Pittsburg dan Rita C Richey dari Wayna State
University keduanya dari komisi termonologi AECT mengembangkan definisi teknologi
pembelajaran beserta kawasannya. Menurutnya bahwa teknologi pembelajaran adalah
teori dan praktek dalam disain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian
proses dan sumber untuk belajar. Definisi tersebut memiliki komponen-komponen: 1)
teori dan praktek; 2) desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian; 3)
proses dan sumber; dan 4) untuk kepentingan belajar.

Komponen teori dan praktek menunjukkan bahwa teknologi pembelajaran


memiliki landasan pengetahuan yang didasarkan atas hasil kajian melalui riset dan
pengalaman. Teori ditunjukkan oleh adanya konsep, konstruk, prinsip, dan proposisi
yang memberi sumbangan terhadap keluasan pengetahuan. Sedangkan praktek
merupakan penerapan pengetahuan tersebut dalam setting pembelajaran tertentu,
terutama dalam memecahkan masalah belajar. Dalam pembelajaran kita memahami
bahwa teori-teori yang digunakan pada hakekatnya menurunkan dari teori-teori yang
dikembangkan oleh ilmu murni, seperti psikologi yang diturunkan ke dalam teori belajar,
adanya komunikasi pembelajaran, dan pengelolaan pembelajaran serta ilmu-ilmu
lainnya. Sedangkan dalam praktek pembelajaran ditunjukkan oleh penurunan konsep-
konsep pengetahuan sesuai dengan kondisi serta karakteristiknya, sebagai contoh kondisi
dan karakteristik peserta didik, bahan belajar, sarana dan fasilitas.

Komponen disain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian


merupakan komponen sistem pengelolaan dalam pembelajaran. Setiap komponen
memiliki teori dan praktek yang khusus dan memiliki keterkaitan secara sistimatis
dengan bagianbagian lainnya, baik sebagai masukan maupun umpan balik dan penilaian.
Tahapan-tahapan tersebut merupakan tahapan pengelolaan pembelajaran yang di
dalamnya memiliki aktifitas kegiatan masingmasing. Komponen proses dan sumber
dimaksudkan dengan serangkaian kegiatan yang memanfaatkan sumber belajar untuk
mencapai hasil belajar. Proses dan sumber memiliki keterkaitan dengan komponen
pengelolaan pembelajaran di atas. Melalui komponen proses ini maka dianilisis dan
ditetapkan kegiatan-kegiatan yang tepat dan sistematis melalui pemanfaatan sumber
belajar yang telah diputuskan untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Komponen belajar dimaksudkan bahwa program pembelajaran yang dirancang pada
hakekatnya ditujukan untuk terjadinya belajar pada diri peserta didik, sehingga masalah
belajar yang dimilikinya dapat terpecahkan. Oleh karena itu, kejelasan kebutuhan belajar
yang akan dipecahkan oleh suatu program pembelajaran perlu diidentifikasi secara
definitif terlebih dahulu, yang pada akhirnya hal tersebut menjadi salah satu kriteria dari
keberhasilan program pembelajaran yang dikembangkan
B. Faktor dalam inovasi pembelajaran
1) FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERHATIKAN DALAM INOVASI
PEMBELAJARAN
a. Guru
Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar
mengajar. Oleh karena itu, guru harus betul-betul membawa siswaya kepada
tujuan yang ingin dicapai. Guru harus mampu mempengaruhi siswanya. Guru
harus berpandangan luas dan kriterua bagi seorang guru ialah harus memiliki
kewibawaan karena dapat memberikan suatu kekuatan yang dapat
memberikan memberikan kesan dan pengaruh. Dengan uraian diatas dapat
dikemukakan bahwa untuk mengadakan pembaharuan dalam pendidikan, kita
harus meningkatkan profesionalisme guru.
b. Siswa
Siswa merupakan objek utama dalam proses belajara mengajar. Siswa
dididik oleh pengalaman belajar mereka, dan kualitas pendidikannya
bergantung pada pengalaman-pengalaman, sikap-sikap, termasuk sikapnya
pada pendidikan. Belajar dipengaruhi oleh orang yang dikaguminya. Oleh
karena itu dalam mengadakan pembaharuan pendidikan, kita harus
memperhatikannya dari segi murid karena murid merupakan objek yang akan
diarahkan.
c. Materi Ajar
Materi ajar adalah segala bentuk materi yang digunakan untuk
membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Materi yang dimaksud bisa berupa materi tertulis, maupun materi tidak
tertulis. Materi ajar disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Isi materi
ajar pada hakikatnya merupakan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang perlu dipelajari siswa agar memiliki kompetensi yang diharapkan.
Dengan materi ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi
atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis, sehingga akumulatif
mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Materi ajar
merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan
dan penelaahan implementasi pembelajaran
d. Lingkungan
Proses pembelajaran berlangsung dalam banyak lingkungan berbeda.
Lingkungan belajar merupakan lingkungan atau situasi fisik yang ada di
dalamnya pembelajaran diharapkan berlangsung. Selain ruang kelas,
pembelajaran juga berlangsung dalam laboratorium (lab komputer, lab sains,
atau lab bahasa), perpustakaan, pusat media, taman bermain, kunjungan
lapangan, teater, aula belajar dan dirumah. Agar suasana tidak membosankan,
guru bisa menyelenggarakan proses belajar tidak hanya diruang kelas tetapi
guru bisa mengadakannya diluar. Misalnya proses belajar ditaman sekolah.

C. INOVASI PEMBELAJARAN DI BERBAGAI NEGARA


1. AMERIKA

Inovasi pendidikan berbasis teknologi dalam pendidikan nasional dirasakan


sangat penting bagi kemajuan pendidikan masa depan (Stevens, 2004). Dalam
Technology Acceptance Model (Davis, Bagozzi, & Warshaw, 1989), persepsi
manfaat merupakan prediktor penting bagi penggunaan teknologi aktual. Perubahan
praktek pendidikan tergantung pada pandangan guru tentang mengajar dan belajar.
Tanggap terhadap inovasi teknologi yang disempurnakan juga merupakan indikator
penting bagi adopsi inovasi. Masyarakat menanggapi tren inovasi pendidikan saat ini
dengan cara yang berbeda. Beberapa negara tertarik melakukan inovasi pendidikan
berbasis teknologi ini; sementara di beberapa negara lain masih belum menerima tren
inovasi pembelajaran berbasis teknologi dan hal-hal baru yang berkembang dalam
dunia pendidikan di negara-negara maju saat ini seperti pembelajaran berbasis
website, distance learning dan online learning dalam pembelajaran di tingkat
Universitas.

Penerapan inovasi teknologi yang disempurnakan adalah proses praktis atau


fisik di dunia pendidikan memberikan sebuah inovasi dalam platform pembelajaran.
Pelaksanaan inovasi dipengaruhi oleh keyakinan, sikap dan persepsi (Gong, Xu, &
Yu, 2004; Sang, Valcke, Tondeur, Zhu, & van Braak, 2012; Venkatesh, Morris,
Davis, & Davis, 2003; Zhu,2013). Integrasi teknologi dalam pendidikan bukanlah
proses yang mudah. Hal ini terkait dengan asumsi epistemologis, metodologis dan
didaktik. Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat integrasi teknologi dalam
pengajaran dan proses belajar sangat berbeda dan sering.Sekolah dasar dan menengah
adalah wajib bagi seluruh siswa di Amerika Serikat, akan tetap jenjang usia siswa
berbeda-beda di setiap Negara bagian. Siswa di Amerika Serikat memulai
pendidikanya dari jenjang Kindergarten (usia 5 sampai 6 tahun) hingga
menyelesaikan pendidikan menegah pada kelas 12 (usia 18 tahun). Terdapat 14.000
sekolah di Amerika Serikat dan setiap tahunya pemerintah Amerika Serikat
mengalokasikan dana pendidikan sebesar $500 triliun untuk digunakan keperluan
sekolah dasar dan menengah.

a. Pendidikan dasar

Pendidikan dasar di Amerika Serikat berjenjang


dari Kindergarten hingga Fithh grade (Kelas 5), tetapi terkadang juga berjenjang
hingga Fourth grade (kelas 4), Sixth grade (kelas 6) atau eighth grade (kelas 8)
tergantung sisitem kurikulum pada school district tersebut. Kurikulum
pembelajaran dipilih oleh school district mengacu pada standar pembelajaran di
Negara bagian tersebut. Standar pembelajaran adalah tujuan yang harus dicapai
oleh School district yang harus mengacu pada AYP (Adequate yearly
program).Suasana pembelajaran pada sekolah dasar di Amerika Serikat berbeda
dengan pembelajaran pada sekolah di Indonesia. Satu kelas terdiri dari dua puluh
higga tiga puluh siswa. Guru Sekolah dasar di Amerika Serikat dibekali
pendidikan lanjutan mengenai perkembangan congnitive and psychological
development. Guru-guru di Amerika Serikat telah menyelesaikan pendidikan
lanjutan Sarjana dan atau Pasca Sarjana (Bachelors and/or Masters degree) dalam
bidang Early Childhood and Elementary Education.

b. Pendidikan Menengah

Jenjang pendidikan menengah di Amerika Serikat dibagi menjadi dua tahap


(middle school/ junior high) mulai pada jenjang sixth, seventh, eighth and ninth
grade (kelas 6, 7, 8, 9). Jenjang pendidikan pada middle school/ junior
high (grade/kelas) di tentukan oleh faktor demografi seperti jumlah usia siswa
sekolah menegah. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan populasi siswa
sekolah yang stabil. Pada jenjang ini, siswa diberikan kebebasan untuk memilih
mata pelajaran yang dikehendaki dan menggunakan system kelas
berpindah (moving class).Senior High(kelas 9,10,11,12) adalah jenjang lanjutan
setelah middle school/ junior high, biasanya Jenjang ini dimulai dari ninth grade
(freshman), tenth grade(sophomores), eleventh grade(Juniors), twelfth
grade(seniors). Perlu diketahui bahwa jenjang middle school/Junior high dan
Senior high berbeda-beda di setiap Negara bagian, mengacu pada demografi usia
siswa di Negara bagian tersebut.Pendidikan menengah memiliki struktur
kurikulum yang berbeda dengan di Indonesia. Pada jenjang ini, siswa diwajibkan
mengabil sejumalah mata pelajaran wajib (mandatory subjects) dan memilihi mata
pelajaran pilihan (electives).

Mata pelajaran wajib (mandatory subjects) meiliputi :

 Science (Ilmu pengetahuan alam) meliputi Biologi, Kimia dan Fisika


 Mathematics (Matematika) meliputi aljabar, geometri, pre-calculus dan
statistika
 English (pelajaran bahasa inggris) meliputi sastra, humaniora, mengarang dan
verbal(praktek)
 Physical education (Olahraga)

Mata pelajaran pilihan (electives) meliputi:

 Atletics meliputi cross country, football, basketball, track and field, swimming,
tennis, gymnastics, waterpolo, soccer, softball, wrestling, cheerleading,
volleyball, lacrosse, ice hockey, fieldhockey, crew, boxing,
skiing/snowboarding, golf, mountain biking, marching band
 Career and Technical Education meliputi agriculture/agriscience,
Business/Marketing, Family and Consumer Science, Health occipations
 Computer word processing meliputi programing and design
 Foreign langguages meliputi bahasa Spanyol dan Perancis (umum) Bahasa
Cina, Latin, Yunani, Jerman, itali dan Jepang (tidak umum)
 Performing Arts/Visual Arts meliputi, paduan suara, band, orchestra, drama,
seni rupa, fotografi, ceramics dan dance
 Publishing meliputi Journalisme/ Koran siswa, buku tahunan dan majala
siswa

Contoh inovasi pembelajaran di Amerika

1) Inovasi Pembelajaran di Amerika Serikat


a) Sekolah Dasar
i. Inovasi Sekolah Dasar Clairemont
Sebuah sekolah umum tingkat bawah (K-3) di Decatur,
Georgia, Clairemont. Sekolah dasar ini menjadi salah satu lembaga
yang pertama menerapkan model pembelajaran Ekspedisi Learning
(EL) di negara itu. Produk dari kolaborasi antara Outward Bound dan
Harvard Graduate School of Educaiton. EL sendiri didefinisikan oleh
kurikulum berbasis pada belajar melalui eksplorasi kolaboratif di
dalam dan diluar kelas. Sekolah yang menerapkam model EL, seperti
Clairemont atau Evergreen komunitas Charter School dan sekolah
yang inovatif Noodle lain, yang mendirikan pada 10 prinsip yang
menekankan hubungan dengan alam, keseimbangan antara bekerja
sama dengan orang lain dan persaingan dengan diri sendiri, dan haus
untuk rasa ingin tahu dan penemuan diri. Dalam program EL, siswa
diarahkan pada topik tertentu berujung dengan ‘ekspedisi’ dan
presentasi pembelajaran di depan umum. Model pembelajaran El
berorientasi pada model kelas khas yang menekankan bahwa “semua
anggota komunitas adalah pembelajar”.
Sekolah Dasar Clairemont yang didirikan pada tahun 1936
meluncurkan program EL revolusioner pada tahun 1994, tahun kedua
pilot project model EL nasional. Model ini begitu sukses disana
awalnya bahwa semua sekolah dasar awal (K-3) disemua
kota/kabupaten mengimplementasikan model ini dan sejak tahun 2004,
metode pembelajaran ini telah diadopsi diseluruh tingkatan kelas untuk
semua wilayah, karena sekolah dasar awal Clairemont menampilkan
praktik terbaik dan hasil yang bagus untuk belajar dan mengajar EL,
itu terpilih sebagai salah satu dari 18 sekolah mentor model EL (dalam
komunitas lebih dari 160 sekolah). Sekolah ini juga menjadi tuan
rumah residensi guru untuk melatih pendidik dalam metode EL.
Pada Sekolah Dasar Clairemont, siswa bekerja sama untuk
menciptakan proyek-proyek luar biasa yang membawa pelajaran
mereka kedalam kehidupan nyata. Salah satu proyek tersebut adalah
PSA tentang pentingnya pemungutan suara yang dibuat oleh anak
kelas ketiga. Proyek lainnya ditujukan untuk pertumbuhan dan hasil
panen tanaman sebagai cadangan swasembada pangan.
ii. Hasil Dari Inovasi Sekolah Dasar Clairemont
Pembelajarn ekspedisi secara keseluruhan, telah menunjukan
hasil dalam meningkatkan pemahaman membaca dan matematika pada
siswa sekolah menengah. Pada tahun 2014, sekolah ini pada tes kinerja
sekolah pada tes perguruan tinggi dan kesiapan karir adalah adalah
tertinngi keenam di Georgia. Sekolah Dasar Clairemont mencetak
tertinggi dari semua sekolah di distrik dari Collage dan Karir Siap
Performance Index (CCRPI), melebihi rata-rata negara sebesar 37%.
Pada tahun 2011 Sekolah Dasar Clairemont adalah satu dari 26 sekolah
di Amerika Serikat untuk catatan yang luar biasa akademis pada
Georgia School of Excellence.
Kecenderungan penggunaan EL pada Sekolah Dasar Clairemont
memberikan siswa pemahaman yang tinggi tentang proses
pembelajaran. Pendekatan Learning by doing adalah komponen dari
metode pembelajaran lainnya sangat efektif, seperti pembelajaran
berbasis proyek dan gerakan pembuat. Selain itu, langkah Sekolah
Dasar Clairemont untuk program EL berfungsi sebagai contoh
reformasi kurikulum yang sukses secara komperehensif dan
menunjukan secara efektif dukungan dari sekolah.
b) Sekolah Menengah Pertama
i. Inovasi di SMP Visitacion Valley
Tahun lalu SMP Visitacion Valley membuat berita nasional ketika
NBC Nightly News datang ke sekolah. Dari catatan mereka programnya
adalah program meditasi, Quiet Time, yang dikembangkan dalam
kemitraan dengan pusat Wellness dan Presentasi Pendidikan, didanai oleh
David Lynch Faoundation.
Pada tahun 2007, Kepala Sekolah Jim Dierke mencanangkan dua
periode 15 menit untuk keheningan atau meditasi pada awal dan akhir
setiap hari sekolah. Sementara tidak ada kewajiban untuk berpartisipasi,
semua siswa dan guru memiliki kesempatan untuk dilatih dalam teknik
meditasi transendental untuk relaksasi dan kesadaran diri. Selain itu,
sekolah menawarkan layanan dukungan yang luas kepada siswa sebagai
bagian dari Wellness Center, sebuah sumber daya yang penting untuk
siswa yang rentan ini. Dierke menjelaskan bahwa sebagian besar siswa di
Visitacion memiliki hubungan keluarga dengan seseorang yang telah
melihat penembakan, menembak orang lain atau ditembak. The Wellness
Center menyediakan perawatan yang kompeherensif untuk siswa dan
keluarga mereka, termasuk program mentorship, lingkaran praktek
restorasif setelah konflik antar siswa,terapi individu, manajemen kasus
keluarga dan kelompok dukungan untuk populasi yang berbeda, mulai dari
kelompok semua gadis untuk selamat dari trauma.
Sekolah Visitacion juga merupakan sekolah menengah pertama
dimana R.O.C.K (Real Pilihan untuk Kota Anak) setelah sekolah program
dilaksanakan. Program ini dilaksanakan selama setahun (termasuk hari
sabtu) siswa terlibat dalam pelayanan masyarakat, petualangan outdoor,
kompetisi atletik, dan pengayaan kurikulum.
ii. Hasil Inovasi di SMP Visitacion Valley
Daerah tempat sekolah ini berada merupakan District San Francisco
memiliki persentase yang tinggi dari keluarga imigran dan sering
menghadapi kekerasan geng. 84% merupakan siswa dengan sosioekonomi
yang kurang beruntung, dan siswa Visitacion sebelumnya telah
memerlihatkan kehadiran yang rendah dan kekerasan yang tinggi. Sejak
program waktu tenang dimulai, tingkat tekanan mental turun dari 28%
menjadi 4% yang terkahir kurang dari setengah rata-rata kabupaten dan
pengusiran turun ke nol. Saat ini, ada tingkat kehadiran kehadiran 98%.
Sementara nilai tes masih dibawah ekspektasi kabupaten, siswa
program waktu tenang telah menunjukan perbaikan signifikan lebih tinggi
pada tes di seluruh negara bagian dibanding rekannya yang tidak
berpartisipasi dalam program ini, terinspirasi oleh keberhasilan di SMP
Visitacion, sekolah-sekolah lain di Bay Area telah memulai menerapkan
Waktu Tenang di sekolah mereka dan mengamati perbaikan tingkah laku
yang baik.
Siswa yang tinggal dilingkungan berbahaya atau yang berasal dari
populasi yang beresiko menghadapi tantangan pribadi yang dapat membuat
fokus pada akademisi sulit. Banyak administator sekolah percaya
lingkungan rumah yang mendukung adalah faktor yang paling penting
dalam keberhasilan siswa, namun ini tidak tersedia untuk banyak anak-
anak.
Sekolah-sekolah lain telah lama bergulat dengan bagaimana cara
terbaik untuk mendukung siswa menghadapi perjuangan tersebut, dan
Waktu tenang menyediakan model yang layak. Program ini membutuhkan
sedikit sumber daya keuangan, lingkungan, dan logistik dan manfaat siswa
Visitacion ini telah dicapai melalui inisiatif ini telah memotifasi banyak
sekolah lain untuk mengikuti. SMP Visitacion mengambil kesempatan pada
pelaksanaan program yang menekankan pentingnya memperhatikan siswa
secara keseluruhan, dan dalam proses menciptakan model dengan potensi
untuk mengubah pendidikan di masyarakat terlayani. Pada akhirnya,
metode terukur ini yang dapat dengan mudah dilembagakan di seluruh
negeri, bisa menjadi cara untuk menutup atau mengurangi kesenjangan
prestasi untuk sosial ekonomi yang kurang beruntung.

c) Sekolah Menengah Atas


1) Inovasi di Sekolah Quest to Learn
Didirikan pada tahun 2009 dengan kelasnya pertama kelas enam,
Sekolah Quest to Learn adalah sekolah umum NYC diciptakan bekerja sama
dengan nirlaba Institute of Play. Para pendiri, sekelompok perancang game
dan guru kelas menggunakan desain game dan sistem berpikir sebagai dasar
untuk pendekatan pedagogis sekolah. Mereka memanfaatkan prinsip-prinsip
desain game, yaitu satu set masalah, umpan balik segera, dan struktur motivasi
untuk melibatkan peserta didik dalam konten akademis.
Sementara fokus asli dari sekolah itu pada permainan digital, ruang
lingkup segera diperluas untuk mencakup semua jenis permainan game.
Desainer game bekerja dengan guru untuk membuat modul umum kurikulum
dimana ada misi keseluruhan atau program studi semester panjang, bahwa
siswa harus menyelidiki dan bekerja melalui serangkaian “quest” yang lebih
kecil (untuk memecahkan masalah) di perjalanan mereka ke mencapai tujuan
untuk didefinisikan pada bagian akhir. Sebagai contoh, dalam sebuah unit
pada biologi sel, siswa menengah memainkan peran yang berbeda untuk
membantu Dr Smallz, seorang ilmuwan yang telah keliru menyusut dirinya
sendiri dan sekarang hilang dalam tubuh pasien sekarat, menemukan jalan
melalui berbagai sitem anatomi. Tujuan dari misi ini adalah baik untuk
menemukan cara untuk menyelamatkan pasien dan untuk membantu Dr
Smallz melarikan diri tubuh pasiennya. Dalam proses mengejar quest ini,
siswa belajar seluler dan struktur, fungsi sistem, dan efek dari loop umpan
balik. Ada 7 quest, mulai dari satu sampai tiga minggu, masing-masing
berfokus pada sistem tubuh yang berbeda. Siswa dinilai melalui presentasi
akhir dimana mereka harus berdebat untuk pilihan pengobatan untuk
menyelamatkan pasien Dr Smallz ini.
Dari awal dengan kelas enam, sekolah telah menambahkan tingkat
setiap tahun dan akan lulus SMA kelas pertama pada tahun 2016. Ini menarik
siswa dari seluruh Kota New York, meskipun memberikan prefensi kepada
keluarga dari kabupaten terdekatnya. Siswanya adalah dari berbagai ras, etnis,
dan sosioekonomi beragam, dan hampir sepertiga dari siswanya memenuhi
syarat untuk mendukung pendidikan khusus. Sekolah Quest terus
menggunakan pendekatan pembelajaran dengan game dalam program
sekolahnya, serta di sebuah kamp musim panas untuk pengembangan
profesional bagi guru.
2) Hasil Inovasi dari Sekolah Quest to Learn
Dengan langkah-langkah tradisional pada penilaian seluruh negara
bagian, skor Sekolah Quest to Learn ini diatas rata-rata seluruh kota dalam
beberapa tahun terkahir. Misalnya, laporan kemajuan sekolah tahun 2012-
2013 kinerja siswa secera keseluruhan dianugerahi B, sementara kemajuan
siswa (yaitu gerakan dari satu tahun ke tahun berikutnya) pada langkah-
langkah yang sama diberi C. Selanjutnya 56% siswa sekolah Quest mendapat
skor lebih baik dari rata-rata seluruh kota di 2013 ujian ELA, sedangkan 43%
melakukannya pada ujian ilmu pengetahuan.
Yang mengatakan, langkah-langkah tersebut mungkin tidak
menawarkan alat yang tepat untuk menentukan apakah inovasi Quest ini
berhasil. Jika sebagai lembaga menegaskan, tantangan yang dihadapi
stakeholder pendidikan saat ini adalah salah satu dari keterlibatan siswa, maka
pendekatan yang memberikan siswa konten belajar di K-12 sekolah melalui
kegiatan yang paling bergairah dapat meningkatkan minat dan memastikan
bahwa belajar untuk seterusnya. Richard Arum, seorang profesor sosiologi dan
pendidikan di New York University yang sedang meneliti di Quest mencatat
dalam januari 2015 artikel di The Hechinger laporkan bahwa hasil siswa dari
Collage dan penilaian kerja kesiapan untuk menunjukan bahwa sekolah telah
memberikan anak-anak dengan keterampilan “untuk kolaborasi, berpikir kritis,
dan menguasai kompetensi abad ke-21 seperti sistem berpikir desain”.
Desain dan sistem berpikir menanamkan penting pemecahan masalah,
berpikir kritis, dan keterampilan kolaboratif diperlukan di tempat kerja abad
ke-21. Dengan sifat menarik dari permainan dan menerapkan prinsip-prinsip
penciptaan mereka untuk lingkungan belajar tradisional, Sekolah Quest dan
Institut Play telah mengembangkan pendekatan pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas yang anak-anak menemukan inheren menarik untuk
mengajar mereka konten akademis inti. Untuk pendidik, administrator dan
pemimpin kebijakan, sekolah ini menawarkan model untuk bagaimana untuk
menantang, memotivasi, dan melibatkan peserta didik. Keterampilan siswa ini
mengembangkan pembelajaran berbasis pemecahan masalah, berfikir kreatif
dan kolaboratif apalagi dengan keterampilan abad ke-21.
Pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Quest to Learn ini dengan
kurikulum penuh membutuhkan sumber daya digital tertentu. Misalnya
sekolah menggabungkan Minecraft ke dalam kurikulum dan menggunakan
jaringan sosial pribadi untuk komunikasi, tugas, dan instruksi
kewarganegaraan digital.Sekolah ini juga memiliki jaringan sosial pribadi,
Qlink, dimana siswa diajarkan dan mungkin praktek digital keterampilan
kewarganegaraan, seperti menyelesaikan konflik tanpa menggunakan
intimidasi secara online.

2. Cina

Inovasi Pendidikan di Cina Pencapaian pendidikan di Inggris di tingkat


internasional menjadi pijakan negara-negara berkembang terutama negara
comonwelth mengikuti inovasi pendidikan seperti yang dilakukan Pemerintahan
Inggris (Jerrim 2014; Miao dan Reynolds2015). Keberhasilan ini juga disorot oleh
negara-negara Asia Timur, termasuk Cina (terutama Hong Kong dan Shanghai) yang
kemudian menjadi perhatian pergerakan inovasi pendidikan di Asia (Coughlan 2012;
Weale2014). Dalam kasus pendidikan Inggris, Pemerintah Cina secara konsisten
melakukan inovasi pendidikan sebagai kelompok etnis tertinggi seperti halnya di
Inggris (Pang 1999; Francis 2009; Weale 2014;). Namun demikian, terlepas dari
perhatian sosiologis dan pendidikan untuk pencapaian pendidikan kelompok etnis cina
minoritas di Inggris, juga menjadi kajian yang kemudian mempengaruhi pergerakan
inovasi pendidikan Cina di Inggris yang kemudian berpengaruh pula di Hongkong dan
Sanghai (Francis dan Archer 2005a. 2005b; Archer dan Francis 2009).

Sejak saat itu, kesadaran pencapaian pendidikan Cina telah berkembang


karena wacana resonansi internasional Cina dalam memajukan pendidikan (Watkins,
Ho, dan Butler 2017). Gambaran ini menunjukkan kemajuan pendidikan Inggris dan
Amerika Serikat banyak diadopsi oleh pergerakan inovasi pendidikan di Cina
mengacu dari keberhasilan kelompok akademis Asia Timur yang berhasil belajar di
Inggris dan Amerika, terutama mereka yang memiliki hubungan leluhur ke China,
Korea, dan Jepang (Suzuki 1977.1989; Lee 2009). Wacana inovasi pendidikan ini
bersinggungan dengan penguatan value pendidikan Cina. Gagasan Inovasi
pembelajaran berbasis value dalam Pendidikan Cina, khususnya, dilihat sebagai
penjelasan bagi pencapaian performa pendidikan tinggi Inggris yang kemudian
diadopsi Cina (Francis dan Archer 2005a.2005b; Francis, Archer, dan Mau 2009;
Coughlan2012). Banyak penelitian melaporkan tentang pengaruh British terhadap
pergerakan inovasi pendidikan di Cina terutama inovasi pendidikan untuk memenuhi
kebutuhan generasi muda dan pendidikan masa depan di Cina adalah dengan
membangun pendidikan yang berharga, bernilai, berkarakter berbasis teknologi.
Seperti disebutkan di atas, keberhasilan pendidikan di Inggris, telah mendorong
inovasi pendidikan Cina hal ini terbukti Pemerintah Cina mulai menganalisis
pencapaian pendidikan mereka menurut etnisitas (Gillborn dan Gipps 1996;).
Sementara Taylor (1987) Mencatat beberapa keberhasilan mahasiswa Cina di
Perguruan Tinggi di Inggris yang kembali mengabdi ke Cina, mendorong sistem
pendidikan di Cina melakukan inovasi pendidikan dengan cepat selama dekade
berikutnya. Gillborn dan Gipps (1996) Menunjukkan secara proporsional lebih pada
pengaruh keberhasilan mahasiswa cina yang belajar di Inggris yang kemudian
mendorong inovasi pendidikan di Cina untuk melakukan perbaikan orientasi
pendidikan cina masa depan terutama di tingkat perguruan tinggi. Seperti yang
didokumentasikan oleh Wong (1994), Chau dan Yu (2001), Parker (2000) Dan Archer
dan Francis (2006), Berbagai stereotip, defisit konstruksi pendidikan bergema dalam
wacana inovasi pendidikan sosial yang lebih luas tentang membangun platform
pendidikan masa depan dengan melakukan perubahan sistem pendiikan kontemporer
menuju pendidikan masa depan Cina yang lebih berkualitas. Inovasi pendidikan yang
dilakukan pemerintah cina untuk membangun pendidikan kedepan adalah
memanfaatkan teknologi informatika komputer sebagai alat pengembangan
pembelajaran di seluruh sekolah dan universitas yang ada di Cina dengan membangun
visi pendidikan Cina sebagai pendidikan Terdepan Dunia di Masa depan. Pada tahun
2015, Pemerintahan Cina bahkan berhasil membangun sistem pendidikan berbasis
teknologi website dan online learning yang telah melalui berbagai 'eksperimen untuk
membandingkan kemajuan sistem sekolah Inggris dan Cina. Wacana keberhasilan
pendidikan China menjawab 'kegagalan' dalam sistem pendidikan mereka sebelumnya
yang kemudian mengadopsi sistem pendidikan di Inggris

Pendidikan merupakan jendela ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi


kehidupan setiap orang. Setiap negara memiliki sistem untuk memajukan para
pelajarnya agar memiliki ilmu dan daya saing yang kuat di bidangnya. Salah satunya
negara China atau sering disebut sebagai Negeri Tirai Bambu. China dikenal sebagai
negara terbesar di benua Asia dan terbesar ketiga di dunia. Selain itu, negara ini juga
dikenal menjadi salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di
dunia.Pendidikan tinggi di China dimulai dengan membangun sebuah universitas
bernama Shanghai Jiaotong University pada tahun 1896. Universitas ini terletak di
Xujiahui, China. Pada tahun 1949, sistem pendidikan tinggi di China berubah dan
berkembang dengan sistem yang lebih modern. Sistem pendidikan modern ini dianut
dari budaya universitas Barat dengan menyamakan kurikulum mereka seperti di
negara Amerika, Inggris, Kanada, Australia, Korea Selatan, Jepang, Thailand, India,
dan lain-lain. Sistem ini juga disebut sebagai sistem studi komparatif karena memiliki
kesetaraan dengan sistem pendidikan internasional. Hasilnya, sistem ini berhasil
membawa para pelajar di China dari semua golongan pendidikan memiliki ilmu dan
wawasan yang luas mengenai aspek kehidupan, seperti budaya dan sosial-ekonomi
dunia yang dinamis.

Pada tahun 1950-an, pendidikan China mengalami reorganisasi dan kembali


lagi ke sistem pendidikan yang semakin modern dan sesuai dengan standar pendidikan
dunia saat itu. Negara China memiliki 7 dialek bahasa utama, namun Bahasa
Mandarin menjadi bahasa yang paling banyak digunakan. Bahasa Mandarin ditulis
dalam dua bentuk: tradisional dan karakter yang simpel.Dalam aspek agama, pada
awalnya negara ini menganut “three teachings” atau “tiga pengajaran” yaitu Buddha,
Tao, dan Konfusius. Namun seiring perjalanan waktu yang semakin modern, beberapa
agama pendatang seperti Katolik, Protestan, dan Islam masuk ke China.Tujuan
Pendidikan Nasional China yaitu mempersiapkan para pelajar untuk mengembangkan
diri secara moral, intelektual, dan fisik yang sesuai dengan bidang yang diminati dan
akan menjadi pekerjaan pelajar di masa depan.China memiliki struktur dan durasi
pendidikan yang hampir sama dengan di Indonesia. Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) dengan durasi tiga tahun, Sekolah Dasar (SD) 6 tahun, Sekolah Menengah
Pertama (SMP) 3 tahun, Sekolah Menengah Atas (SMA) 3 tahun, Pendidikan
Akademi (D-3) 2-3 tahun, Pendidikan Jurusan Teknik 4 tahun, Sarjana (S-1) 4 tahun,
Pascasarjana/Master (S-2) 2-3 tahun, dan Doktor (S-3) 3 tahun.

Pendidikan di China terdiri dari empat sektor:

 Basic Education
 Technical & Vacational Education
 Higher Education
 AdultEducation

Ada pula pendidikan pra sekolah bagi anak Balita (Bawah Lima Tahun)
dengan menyuguhkan fasilitas yang dapat mengembangkan bakatnya sejak belia,
seperti: memberikan permainan yang dapat mengasah otak anak, olahraga, kegiatan
kelas, dan lain sebagainya.Pola sistem manajemen pendidikan di China adalah
tersentralisasi dengan masuk ke daerah-daerah kecil hingga ke pusat kota untuk
memastikan bahwa pendidikan di negara tersebut tersebar secara merata. Tujuannya
adalah pelajar dapat mengisi lowongan pekerjaan di departemen pendidikan dan
pemerintahan China.Demi menjamin lancarnya siklus administrasi administrasi,
negara ini menyediakan organisasi pemerintah yang bertangggung jawab penuh
terhadap bidang ini. Organisasi ini disebut Komisi Pendidikan Negara / State
Education Commision (SEDC).

Misalnya, salah satu pusat pembelajaran oleh Squirrel AI Learning di


Hangzhou. Di dalam ruang kelas tidak ada papan tulis. Tidak ada alat bantu mengajar.
Yang ada cuma satu meja. Para siswa duduk di samping meja. Masing-masing dengan
laptop di depan mereka. Mata tertuju pada layar. Para siswa berfokus mendengar
dengan headphone. Mereka melakukan perhitungan di atas kertas. Kemudian
memasukkan hasilnya ke laptop.Di dalam kelas Ada seorang guru. Guru juga menatap
layar di depannya. Namun, Layar ini lebih seperti sebuah monitor yang mengamati
pergerakan masing-masing siswa secara real time. Jika guru menemukan ada murid
dengan masalah, dia akan bangkit dan berjalan ke depan muridnya. Berjongkok dan
berkomunikasi dengan lembut. Saking rendahnya suaranya sampai hampir tidak bisa
kedengaran oleh orang lain.

Secara keseluruhan, AI telah mengubah suasana pengajaran tradisional. Tidak


ada suara ajaran guru maupun suara bacaan dari para siswa. Semua pengajaran
berlangsung dengan sangat tenang tanpa suara.Artificial Intelligence dalam bidang
pendidikan merupakan terobosan yang akan dapat mengubah semua sistem yang yang
kita jalani selama ini. yang dimana kita sebagai siswa mendapatkan semua materi
pelajaran yang sama pada setiap orangnya. Dengan Artificial intelligence kita bisa
menyesuaikan hal apa yang kira minati dan inginkan saja, jadi diharapkan
pembelajaran yang kita pelajari akan lebih cepat untuk dapat dikuasai. Karena
teknologi Artificial Intelligence yang dipadukan dengan Machine Learning dan Big
Data akan mempelajari dan menganalisa setiap kebutuhan tiap siswanya. Jadi kita
seperti memiliki jalur pembelajaran sendiri-sendiri yang dijalankan untuk setiap
orangnya. Hal inilah yang akan menciptakan suasana belajar menjadi lebih
menyenangkan dan lebih cepat untuk memahami pelajarannya karena kita tahu haal
apa saja yang memang perlu kita untuk pelajari sesuai minat kita.

Ketika seorang siswa menggunakan sistem ini untuk pertama kalinya, ia harus
menjawab 10 pertanyaan pertama. AI akan menganalisis tingkat dan kelemahan siswa
berdasarkan jawaban atas 10 pertanyaan ini. Kemudian menyesuaikan rencana
pembelajaran untuknya. Ketika siswa belajar lebih lanjut, AI akan menyesuaikan
rencana pembelajaran tepat waktu berdasarkan kinerjanya. Selain itu, bukan hanya
siswa sendiri yang belajar, algoritma AI juga akan belajar sendiri. Semakin banyak
siswa menggunakannya, AI sendiri juga akan mengoptimalkan “peta
pengetahuannya.” Sebagai contoh, jika seorang siswa tidak mengerti suatu titik
pengetahuan, jika berdasarkan peta pengetahuan sebelumnya, AI akan berpikir bahwa
ada dua titik pengetahuan terkait yang perlu ditinjau. Tetapi setelah iterasi diri, AI
dapat menunjukkan bahwa jika siswa ingin menguasai titik pengetahuan ini, mereka
harus memahami satu lagi poin pengetahuan terkait. Jadi lain kali jika ada seorang
siswa yang tidak mengerti, AI akan mengarahkan mereka meninjau tiga poin
pengetahuan terkait.
3. Jepang

Inovasi Pendidikan di Jepang Budaya Jepang melihat teknologi sebagai alat


untuk membuat produk yang dapat dijual. Teknologi produksi merupakan pusat
pandangan dan menjadikannyn sebuah kekuatan yang jelas dalam pengembangan
kemampuan kompetitif bagi industri raksasa Jepang. Pandangan yang efektif dari
produk generasi-mendatang dipadukan dengan penyempurnaan produk melalui
pendidikan yang terus menerus menjadikan Jepang penguasa teknologi dunia. Fokus
Jepang pada penguatan pendidikan adalah melakukan berbagai inovasi pendidikan
terutama pada pendidikan vokasi dan pendidikan tinggi. Pada pendidikan vokasi
jepang lebih fokus pada ilmu perlengkapan produksi dan penyempurnaan proses
produksi yang diarahkan langsung untuk menekan biaya produksi: berarti, fokus
Jepang adalah menciptakan proses untuk meningkatkan produktivitas, meningkatkan
kualitas, dan menekan biaya; menciptakan strategi agar para insinyurnya dapat
mempercepat penyelesaian produk melalui invasi pendidikan vokasi yang berkualitas
yang melahirkan lulusan terbaik dan mampu mengembangkan perangkat lunak yang
digunakan untuk meningkatkan otomasi pabrik; dan membangun metode pengelolaan
yang efektif yang terkait dengan semua hal diatas. Berikut adalah hal-hal yang dapat
kita temukan dalam inovasi pendidikan dan riset riset pengembangan teknologi di
Jepang adalah sistem pendidikan Berbasis Teknologi untuk memfasilitasi penyebaran
kekayaan intelektual masyarakat Jepang melalui pendidikan online learning. Dengan
sistem ini Jepang membangun sarana pendidikan dunia. Yang memungkinkan ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang secara cepat. Namun pada aplikasinya,
inovasi pendidikan Jepang kemudian banyak ditiru oleh negara-negara Asia lainnya
termasuk Negara Indonesia. Seperti memanfaatkan teknologi robot dalam inovasi
pendidikan masa depan.
Kualitas pendidikan di Jepang memang tak perlu dipertanyakan lagi, jika
melihat berhasilnya Jepang untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Salah satu yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia adalah kurikulum pendidikan di negara tersebut. Tak hanya di
Indonesia yang gemar ganti kurikulum pendidikan, negara maju seperti Jepang pun
kerap ganti kurikulum. Perubahan tersebut mau tidak mau membawa dampak
perubahan permintaan kualifikasi dan kompetensi pendidik di Jepang.
Taman Kanak-Kanak (TK)
Level pendidikan taman kanak-kanak (TK), di Jepang lebih cenderung
merupakan lembaga pengembangan dan pelatihan kebiasaan sehari-hari. Karena itu
pendidikan di level TK bukanlah pengajaran, tetapi lebih tepat disebut pendidikan.
Kurikulum TK di Jepang tidak membebani anak, karena anak tidak dijejali
materi-materi pelajaran secara kognitif tetapi lebih pada pengenalan dan latihan
keterampilan hidup yang dibutuhkan anak untuk kehidupan sehari-hari, seperti latihan
buang air besar sendiri, gosok gigi, makan, dan lain sebagainya. Sedangkan
kurikulum di Indonesia telah berorientasi pada pengembangan intelektual anak.

Sekolah Dasar (SD)

Sedangkan untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), sifat dan karakteristik


kurikulum di Jepang hampir sama dengan kurikulum SD di Indonesia. Hanya yang
membedakan adalah pada mata pelajaran kebiasaan hidup yang umumnya diajarkan di
kelas 1 dan 2. Tujuan utama diajarkan mata pelajaran ini adalah untuk mengenalkan
dan membiasakan anak-anak pada pola hidup mandiri. Daripada mengajarkan mata
pelajaran IPA dan IPS, Jepang lebih memilih memperkenalkan tata cara kehidupan
sehari-hari kepada anak-anak yang baru lulus dari tingkat TK yang lebih
memfokuskan kegiatan bermain daripada belajar di dalam kelas.

Pembelajaran utama seperti bahasa Jepang dan berhitung mempunyai porsi


yang lebih dibanding pelajaran lainnya. Sedangkan pelajaran moral diajarkan tidak
secara khusus dalam mata pelajaran tertentu, tetapi diajarkan oleh wali kelas sejam
seminggu atau diintegrasikan melalui pelajaran lain. Dan pendidikan moral sudah
termasuk pada pendidikan agama (Kristen, Budha, Shinto). Selain murid disibukkan
dengan pendidikan akademik, pendidikan bersifat estetik berupa musik dan
menggambar juga diajarkan dalam porsi besar di kelas 1 dan 2. Di Jepang, pendidikan
dasar tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi siswa yang telah menyelesaikan
proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke kelas dua, demikian
seterusnya.
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Untuk pendidikan SMP, kurikulum menitikberatkan pada pendidikan bahasa
Jepang, matematika, IPA dan IPS. Sedangkan pendidikan bahasa asing seperti Inggris
dan Jerman tidak diwajibkan dan hanya bersifat pilhan bagi murid. Pelajaran bahasa
Inggris baru dijadikan pelajaran wajib di level SMP pada kurikulum 2002. Adanya
mata pelajaran pilihan seperti bahasa Jepang, IPS, matematika, IPA, musik, art,
pendidikan jasmani, keterampilan, dan bahasa asing, merupakan pembeda khas antara
kurikulum pendidikan SMP di Jepang dan Indonesia. Selain pendidikan utama, di
Jepang juga dilengkapi dengan pendidikan ekstrakurikuler seperti di Indonesia.
Jepang menerapkan wajib belajar sembilan tahun. Seperti halnya di Indonesia,
wajib belajar di Jepang terdiri dari SD dan SMP. Namun lain dengan Indonesia, wajib
belajar sembilan tahun benar-benar ditekankan oleh pemerintah kepada semua
penduduk yang tinggal di Jepang baik warga negara Jepang maupun warga negara
asing. Setiap orang tua yang mempunyai anak berusia 6-15 tahun harus
menyekolahkan anaknya. Apabila terdapat orang tua yang tidak menyekolahkan
anaknya, maka sanksi hukum dapat dikenakan kepada orang tua tersebut. Sekolah
Dasar di Jepang 97% adalah sekolah negeri. Biaya pendidikan sebagian besar
ditanggung pemerintah seperti biaya masuk, biaya pengajaran dan buku sekolah
dengan fasilitas sekolah yang lengkap. Orang tua hanya menyediakan fasilitas lainnya
seperti perlengkapan sekolah, makan siang dan biaya piknik.

Sekolah Menengah Atas (SMA)

Dibandingkan kurikulum SD dan SMP, kurikulum SMA di Jepang paling


sering berubah. Pada tingkat ini sudah diadakan sistem penjurusan seperti di
Indonesia. Sifat khas kurikulum SMA adalah kompleksnya pelajaran yang diajarkan.
Contohnya pelajaran bahasa Jepang yang mulai dikelompokkan menjadi literatur
klasik dan modern. Penjurusan dilakukan di kelas 3, jurusan yang ada meliputi IPA
dan budaya/sosial. tetapi seiring berjalannya waktu, penjurusan mengalami
perkembangan karena banyaknya lulusan SMA yang memilih akademi yang terkait
dengan teknik, pertanian, perikanan, kesejahteraan masyarakat, dan lain lain.
Tujuan-tujuan yang menjadi target yang ingin dicapai pendidikan Jepang yaitu
:
1. Mengembangkan kepribadian setiap individu secara utuh.
2. Berusaha keras mengembangkan sumber daya manusia yang
berkualitas baik pikiran maupun jasmani.
3. Mengajarkan kepada setiap siswa agar senantiasa memelihara keadilan
dan kebenaran.
4. Setiap siswa dididik untuk selalu menjaga keharmonisan dan
menghargai terhadap lingkungan sosialnya.
5. Setiap siswa dituntut untuk disiplin, menghargai waktu, dan memiliki
etos kerja.
6. Pengembangan sikap bertanggungjawab terhadap setiap pembebanan
pelajaran dan tugas yang diberikan kepada siswa sesuai dengan tingkat
pendidikannya masing-masing.
7. Meningkatkan semangat independen setiap siswa untuk membangun
negara dan menjaga perdamaian dunia.
4. Finlandia

Negara finlandia sangat serius dalam masalah peningkatan mutupendidikan.


Hubungan internasional menjadi salah satu cara dalam mewujudkan tujuan tersebut.
Peningkatan mutu melalui hubungan internasional dapat dilakukan melalui beberapa
cara diantaranya pelatihan keterampilan bertaraf internasional dengan menghadirkan
narasumber dari luar negeri, pertukaran pelajar antar negara, dan sebagainya. Negara
Indonesia juga sudah melakukan hubungan internasional seperti yang dilakukan
finlandia pada jenjang pendidikan tinggi, seyogyanya hal ini juga diberlakukan pada
semua jenis pendidikan di Indonesia secara menyeluruh. Negara Finlandia ikut aktif
dalam membangun hubungan inernasional mereka dalam dunia pendidikan dengan
negara-negara eropa dimulai pada tahun 1995 melalui program internasionalisasi
universitas-universitas di Finlandia. Pendidikan tinggi Finlandia memberikan
kompetensi untuk bekerja di lingkungan operasi internasional.
Pengalaman internasional dan koneksi staf lembaga pendidikan tinggi
meningkatkan kualitas penelitian dan pendidikan dan mendukung internasionalisasi
siswa. Institusi pendidikan tinggi menawarkan pendidikan berkualitas tinggi yang
berfokus pada bidang keahlian mereka, yang diberikan dalam bahasa asing (Ministry
of Education Finland, 2015). Selanjutnya, lembaga pendidikan tinggi secara aktif
memanfaatkan peluang kerjasama internasional, khususnya, di negara-negara Uni
Eropa dan Nordik. Pendidikan tinggi di indonesia banyak melakukan kerjasama
internasional. Hubungan internasional yang dilakukan berbentuk pertukaran pelajar
antar universitas, dan masih banyak lagi. Sistem Inovasi Nasional Negara Finlandia
Kegiatan penelitian dan pengembangan terhadap sistem pendidikan dan inovasi yang
muktakhir berdampak padapeningkatan kualitas pendidikan suatu negara. Salah satu
sektor yang krusial dalam pengembangan sistem pendidikan finlandia adalah kegiatan
peneliti. Pemerintah finlandia memberikan kebebasan bagi para peneliti untuk
menemukan dan mengembangkan berbagai macam bentuk inovasi pendidikan. Ada
beberapa elemen sentral yang dibutuhkan pemerintah finlandia dalam sistem inovasi
teknologi negara finlandia yang dapat disederhanakan melalui gambar 2.

Sistem inovasi nasional finlandia erat kaitannya dengan pendidikan dan


pelatihan sebagai ilmu dasar seorang peneliti dalam melakukan riset. Seorang peneliti
akan mempelajari kebutuhan apa saja yang sedang menjadi isu utama
dalampermasalahan nasional. Upaya ini akan berdampak pada keputusan serta sasaran
utama dalam melakukan riset. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai konsep dasar
untuk mengembangkan karya-karya yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Sistem terdiri dari input, proses, output, serta umpan balik. Kegiatan riset adalah salah
satu usaha untuk mengubah kualitas input sehingga memberi dampak pada
perubahan-perubahan dimasa yang akan datang (output). Untuk menjamin mutu
pelaksanaan riset inovasi nasional serta dapat memberikan dampak yang baik bagi
perkembangan sistem pendidikan dinegaranya, Finlandia membutuhkan aktor
strategis yang ikut andil dalam kegiatan ini diantaranya adalah industri, universitas,
lembaga penelitian, dan pemerintah. Keterkaitan diantara setiap sektor penting ini
telah memberikan dampak yang baik dalam pengembangan sistem pendidikan serta
kemajuan negara Finlandia (Uotila, Harmaakorpi, & Hermans, 2013). Universitas dan
lembaga penelitian lainya yang menyediakan tenaga riset sangat mebutuhkan andil
pemerintah sebagai pemberi ijin maupun penentu kebijakan. Begitupula dengan
industri yang dapat berperan sebagai lokasi riset maupun pelaksana kebijakan baru
pemerintah sebagai hasil penemuan riset. Secara sederhana dapat digambarkan
keterkaitan antara aktor dalam program inovasi nasional Finlandia sebagai berikut.

Resistansi Finlandia terhadap Global Educational Reform Movement


Globalisasi menyebabkan perkembangan dan membawa beragam substansi ke seluruh
dunia. Global Educational Reform Movement (GERM) atau gerakan reformasi
pendidikan merupakan fenomena global yang sampai saat ini masih terjadi di banyak
negara. Pada beberapa dekade terakhir (P Sahlberg, 2009) menyatakan GERM
mentransformasi sistem pendidikan di banyak negara. Secara singkat dapat dipetakan
perbedaan nilai-nilai pendidikan GERM dan Finlandia pada Tabel 4.

Dasar bagi kebijakan pendidikan berdasarkan nilai GERM yakni peningkatan


mutu pendidikan dari segi output maupun dari segi pengelolaannya berpijak pada
nilai-nilai kompetisi, masyarakat bebas menentukan pilihan sekolah yang akan
dipilih,dan segala pelaksanaan yang berkaitan dengan pendidikan mulai dari guru,
siswa , dan fasilitas harus sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Sisi yang lain,
pengelolaan di negara Finlandia, pengembangan pendidikan berdasarkan pada nilai
kesetaraan dan keadilan, kepercayaan dan tanggung jawab menjadi mekanisme
pengelolaan pendidikan di Finlandia, dan nilai kerjasama dan kolaborasi ditekankan
dalam pengelolaan pendidikan. Penelitian mengenai pengaruh diselenggarakannya
kebijakan pilihan sekolah serta kompetisi terhadap kualitas pembelajaran telah
dilakukan oleh para peneliti di banyak negara. Rendahnya hubungan pilihan sekolah
serta kompetisi terhadap kualitas pembelajaran ditunjukkan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Ladd dan Fiske (dalam Gagnidze and Maglakelidze 2017) di Selandia
Baru.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan dampak negatif pilihan sekolah serta
kompetisi terhadap kualitas pembelajaran. Artinya, kompetisi malah menurunkan
kualitas pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Lauen dan Gaddis (2016)
penentuan akuntabilitas melalui tes serta standarisasi memiliki dampak yang rendah
terhadap prestasi siswa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan, pertama bagi siswa,
pemberlakuan tes serta standarisasi dianggap menurunkan kekritisan berfikir. Kedua,
bagi guru, akuntabilitas serta standarisasi membuat anggapan bahwa guru tidak dapat
kreatif serta independen dalam mengatur pembelajaran di kelas. Guru banyak yang
menganggap tidak lagi dihargai karena harus diperiksa secara berkelanjutan. Guru
maupun sekolah dipaksa menjalankan standar atau regulasi yang ditetapkan oleh
pemerintah akibat adanya sistem akuntabilitas. Implikasi nilai kesetaraan dan keadilan
adalah “education for all” artinya setiap warga negara berhak mendapatkan akses
pendidikan yang bermutu tanpa melihat status sosial atau atribut yang menempel pada
tiap-tiap orang (Sahlberg 2011). Sebaliknya, implikasi nilai yang didasarkan dalam
GERM menciptakan kebijakan seperti privatisasi sekolah yang menimbulkan
kesenjangan (Putra, 2015). Output kebijakan yang didasarkan pada nilai GERM
tersebut bertentangan dengan nilai-nilai kesetaraan serta keadilan negara Finlandia.
Implementasi kebijakan yang berdasar pada nilai GERM yakni akuntabilitas serta
standarisasi mempunyai dampak yang tidak baik pada kreatifitas berpikir dan
independensi pendidik dengan adanya sistem penilaian atau inspeksi yang dilakukan.
Finlandia tekenal dengan nilai tes matematika yang tinggi dan bahagia.Metode yang
diterapkan adalah :
 Student centered Learning
1. Active agent (memiliki kesadaran kewajiban sendiri untuk belajar
2. Rate and quality of feedback ( umpan balik dari guru )
3. Guru harus pintar memilih alat dan metode untuk memaksimalkan
feedback yang fositif dan kontruktif.
 Deep Understanding and creative problem solving
1. Menghindari belajar untuk ujian
2. Berfokus pada pemahaman yang mendalam dan problem solving. Hal ini
membutuhkan latihan dan strategi mengajar yang berfokus pada
perbedaan level kognitif, afektif dan sensori.
3. Ketika berhasil diterapkan siswa akan percaya diri ketika menghadapi
tantangan yang mereka tidak duga.
 Stress free learning
1. Jam sekolah yang pendek, regular break setelah pembelajaran dan lack of
national test.
2. Tes tidak banyak, kelas tidak terburu – buru karena mengejar topik.
3. Lingkungan sekolah harus stress free
4. Sekolah aman dari kesalahan
 Growth Mindset
1. Pola pikir yang berkembang
2. Pembelajaran untuk belajar dari masalah

Bantu siswa untuk memahami kesalahan mereka.fokus pada feedback yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai