Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini bisa dikatakan bahwa pendidikan adalah faktor utama sebagai
lembaga pengembang sumber daya manusia. Oleh karena itu kebutuhan akan
pendidikan cenderung meningkat, sehingga dari dulu sampai sekarang perbaikan
terhadap pendidikan terus dilakukan, agar pendidikan yang diterapkan dapat
membawa perubahan manusia ke arah yang lebih baik.
Telah lama bangsa Indonesia mengalami krisis multikultural dan
multidimensi, sampai yang paling sentral pada masalah pendidikan, dimana saat ini
banyak masyarakat yang tidak lagi berkarakter. Hal itu bisa disebabkan karena : a)
kurikulum yang miskin keterampilan, b) motivasi dan orientasi yang sarat dengan
pola pikir matrealistis, c) tujuan pendidikan dititikberatkan pada ranah kognitif d)
metodologi pengajaran yang stagnan dan cenderung mengekang kreatifitas, e) pola
manjemen dan tenaga pengajar yang kurang profesional, f) pola interaksi yang
kurang efektif, g) evaluasi dan kebijakan yang subjektif.
Pada hakikatnya belajar berlangsung sepanjang hayat (long life education).
Untuk mencipatakan generasi yang berkualitas, masyarakat sangat mengharapkan
pendidikan yang berkualitas juga, terlebih pada saar usia mereka masih dini. Oleh
karena itu pendidikan usia dini menjadi perhatian bagi pemerintah. Dengan
diberlakukannya Undang-Undang No. 20 tahun 2003, maka sistem pendidikan di
Indonesia sekarang terdiri dari anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang
sistemik.
Pendidikan di sekolah dasar merupakan lembaga yang dikelola dan diatur
oleh pemerintah yang bergerak di bidang pendidikan yang diselenggarakan secara
formal yang berlangsung selama 6 tahun dari kelas 1 sampai kelas 6 untuk anak
atau siswa-siswi di seluruh indonesia tentunya dengan maksud dan tujuan yang

1
tidak lain agar anak indonesia menjadi seorang individu yang telah diamanatkan
atau yang sudah dicita-citakan dalam Undang-undang Dasar 1945.
Pendidikan adalah proses yang bersifat terencana dan sistematik, karena itu
perencanaannya disusun secara lengkap, dengan pengertian dapat dipahami dan
dilakukan oleh orang lain dan tidak menimbulkan penafsiran ganda. Sebagai
illustrasi dapat kita gunakan profesi seorang Insinyur bangunan. Rancang bangun
yang disusunnya dapat dilaksanakan dengan baik oleh beberapa orang tukang
bangunan dibantu dengan beberapa orang buruh bangunan. Mengapa? karena
rancang bangun yang disusun Insinyur tersebut cukup lengkap dan operasional,
sehingga seorang tukang yang tidak memiliki pendidikan teknik bangunan
sekalipun dapat memahami dan melaksanakannya.
Kegiatan proses pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah-sekolah
adalah sebagai wadah untuk mengembangkan potensi anak. Berbagai usaha pun
dilakukan agar pendidikan berjalan dengan baik. Sebagai bentuk usaha guru dalam
mengembangkan potensi, kreatifitas dan keterampilan anak, maka para pendidik
harus mampu menyesuaikan pendidikan terhadap perubahan zaman dengan
melakukan inovasi-inovasi yang dapat menunjang terhadap tercapainya tujuan
pendidikan.
Pertanyaannya, apakah rencana pembelajaran yang telah disusun oleh guru
selama ini sudah lengkap dan operasional? Kenyataannya, pada pengamatan
terhadap dokumen RPP pada portofolio sertifikasi guru, umumnya hanya berisi
langkah-langkah yang cenderung tidak operasional dan langkah tersebut cenderung
bersifat kegiatan rutin. Belum tampak adanya spesifikasi langkah-langkah
pembelajaran sesuai karakter mata pelajaran dan perkembangan peserta didik.
Banyak sekali faktor yang dapat menghantarkan siswa menuju tujuan
pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentunya. Dimana guru harus
mempunyai kemampuan dalam hal mendesain pembelajaran, agar pembelajaran
yang diberikan bermakna bagi siswa. Sehingga pembelajaran pun dapat
berlangsung seefektif mungkin.
Desain pembelajaran ini merupakan hal yang begitu penting bagi seseorang
yang akan melaksanakan tugas atau pekerjaannya, lebih-lebih seorang guru. Guru

2
memiliki tugas/pekerjaan mengajar (mengelola pengajaran). Supaya seorang guru
dapat menyusun perencanaan pengajaran dengan baik yang sesuai dengan proses
pertumbuhan dn perkembangan peserta didik.
Dalam menyusun sebuah desain pembelajaran, konsep interaksi merupakan
sesuatu cukup dijadikan yang penting untuk diperhitungkan. Oleh karena hal itu
desain pembelajaran tidak dapat digantikan dengan desain informasi. Interaksi
sangat berkaitan dengan keberagaman peserta didik. Hal inilah yang
menuntut designer pembelajaran untuk dapat memunculkan bermacam-macam
desain-desain pembelajaran yang bervariasi.
Dari adanya pemahaman dari seorang guru mengenai desain pembelajaran
nantinya diharapkan guru mampu mengaplikasikannya, sehingga dapat
memberikan peningkatan kepada mutu pendidikan di Indonesia. Namun, tidak
hanya sekedar dengan memahami saja, mengaplikasikannya saja perlu juga usaha
sungguh-sungguh yang dilakukan guru, siswa, orangtua, masyarakat dan juga
pemerintah untuk merubah pendidikan untuk mencapai pendidikan yang ideal.
Seiring dengan berkembangnya pendidikan dan sistem pendidikan di
Indonesia, seluruh elemen masyarakat, utamanya yang terkait langsung dengan
pendidikan dituntut untuk lebih kreatif dan profesional untuk mengembangkan
pendidikan. Selain itu, para pelaku pendidikan juga diharapkan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan bersama sesuai dengan kebutuhan dan tantangan
pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian desain pembelajaran?
2. Apa saja landasan pendidikan anak usia Sekolah Dasar?
3. Bagaimana karakteristik perkembangan anak Usia Sekolah dasar?
4. Bagaimana desain pembelajaran di Sekolah Dasar?

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Desain Pembelajaran
A. Pengertian Desain Pembelajaran
Walaupun kajian desain pembelajaran merupakan disiplin tertua dalam
studi teknologi pembelajaran, istilah desain masih menimbulkan banyak
penafsiran. Banyak definisi diberikan secara berbeda antara satu ilmuwan
dengan ilmuwan lainnya. Seel dan Richey (1994 : 30) memberikan definisi
tentang design is proces of specifyng conditions for learning (desain adalah
proses untuk menentukan kondisi belajar).1
Desain Pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi
komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan
secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status
awal dari pemahaman peserta didik, rumusan tujuan pembelajaran dan
merancang “perlakuan” berbasis media untuk membantu terjadinya transisi.
Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji
secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau
dalam latar berbasis komunitas.
Desain bermakna adanya keseluruhan, struktur, kerangka atau outline, dan
urutan atau sistematika kegiatan (Gagnon dan Collay, 2001). Selain itu, kata
desain juga dapat diartikan sebagai proses perencanaan yang sistematika yang
dilakukan sebelum tindakan pengembangan atau pelaksanaan sebuah kegiatan
(Smith dan Ragan, 1993, p. 4). Sedangkan desain pembelajaran adalah kisi-kisi
dari penerapan teori belajar dan pembalajaran untuk memfasilitasi proses belajar
seseorang (Reigeluth, 1983). Desain pembelajaran juga diartikan sebagai proses
merumuskan tujuan, strategi, teknik, dan media.2

1
Trianto Ibnu Badar Al-tabany, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia
Dini TK/RA dan Anak Usia Kelas Awal SD/MI, cet ke 4, 2016, Jakarta : Prenamedia Group, hal 5
2
Muhamad Afandi, baharudin, Perencanaan Pembelajaran di Sekolah Dasar, cet 1, 2011,
Bandung : Alfabeta, hal 3

4
Di sisi lain Gagne mngembangkan konsep desain pembelajaran dengan
menyatakan bahwa desain pembelajaran membantu proses belajar seseorang, di
mana proses itu sendiri memiliki tahapan segera dan jangka panjang. Menurut
mereka proses belajar terjadi karena adanya kondisi-kondisi belajar, internal
maupun eksternal. Kondisi internal adalah kemampuan dan kesiapan diri
pebelajar, sedangkan kondisi eksternal adalah pengaturan lingkungan yang
didesain. Penyiapan kondisi eksternal belajar inilah yang disebut dengan desian
pembelajaran. Untuk itu desain pembelajaran haruslah sistematis, dan
menerapkan konsep pendekatan system agar berhasil meningkatkan mutu
kinerja seseorang. Dan mereka berpendapat bahwa proses belajar yang terjadi
secara internal dapat ditumbuhkan, diperkaya jika faktor eksernal, yaitu
pembelajaran dapat didesain dengan efektif.
Desain pembelajaran lazimnya dimulai dari kegiatan analisis yang
digunakan untuk menggambarkan masalah pembelajaran sesungguhnya yang
perlu dicari solusinya. Setelah dapat menentukan masalah yang sesungguhnya
maka langkah selanjutnya adalah menentukan alternaif solusi yang akan
digunakan untuk mengatasi masalah pembelajaran. Seorang perancang program
pembelajaran perlu menentukan solusi yang tepat dari berbagai alternatif yang
ada. Selanjutnya ia dapat menerapkan solusi tersebut untuk mengatasi masalah
yang dihadapi. Evaluasi adalah langkah selanjutnya, sehingga nantinya bisa
mengetahui rancangan atau desain yang sesuai dengan pembelajaran dan desain
tersebut busa diaplikasikan dalam proses pembelajaran.

B. Komponen Desain Pembelajaran


Komponen utama dari desain pembelajaran adalah:
a. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi,
karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
b. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi
yang akan dikuasai oleh pembelajar.
c. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi
yang akan dipelajari

5
d. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu
tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
e. Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada
pembelajar
f. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi
yang sudah dikuasai atau belum.

C. Karakteristik Desain Pembelajaran


Mendesain pembelajaran bukanlah suatu pekerjaan yang dilakukan
secara tiba-tiba, bukan pula suatu perencanaan tanpa prosedur sistematis,
melainkan harus merujuk pada model-nodel desain yang memiliki
karakteristik yang jelas, diantara karakteristik desain pembelajaran adalah :
 Desain pembelajaran berpusat pada siswa
Desain pembelajaran haruslah mempertimbangkan suatu pendekatan
pembelajran yang berpusat pada peserta didik, dimana peserta didiklah yang
memengaruhi konten, aktivitas, materi dan fase belajar. Pendekatan ini
memposisikan peserta didik pada pusat proses belajar.
Implementasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik ini akan
membawa dampak pada peningkatan motivasi belajar, semakin menguat
daya pemahaman, semakin mendalam pengertian terhadap ilmu
pengetahuan yang dipelajari, dan semakin positif peserta didik terhadap
mata pelajaran yang diajarkan.
 Desain pembelajaran berorientasi tujuan
Tujuan ini merupakan pijakan dasar terutama dalam mengembangkan
materi, startegi, dan metode pembelajaran, media dan evaluasi. Untuk itu
mendesain pembelajaran dan penyajian tujuan secara akurat merupakan titik
sentral dalam proses desain pembelajaran. Jika tidak menjadikan tujuan
tujuan sebagai inti pengembangan dapat menimbulkan pembelajaran yang
tidak sistematis, sistemik, dan cenderung parsial dan tidak utuh.
 Desain pembelajaran terfous pada pengembangan atau perbaikan
kinerja peserta didik

6
Desain harus diarahkan pada upaya perbaikan yang berarti suatu
perbuatan untuk meningkatkan atau membuat lebih baik dalam hal kualitas,
nilai ayau kegunaan. Memperbaiki artinya harus dapat membuat sesuatu
menjadi kredibel (dapat dipercaya) untuk menwarkan beberapa manfaat yang
dapat berlaku secara umum.
Kinerja dalam desain pembelajaran paling tidak merujuk pada dua
komponen : pertama, desain pembelajaran yang digunakan untuk
memfasilitasi peserta didik dalam mendapatkan pengetahuan dan
menggunakan atau menerapkan pengetahuan dan kemampuan baru yang
diperoleh. Kedua, desain pembeljaran dapat mengakomodasi dan
mengembangkan kinerja peserta didik dalam upaya menjadi pribadi yang
lebih baik.
 Desain pembelajaran mengarahkan hasil yang dapat diukur melalui cara
yang valid dan dapat dipercaya
Mengembangkan instrumen pengukuran hasil belajar yang valid dan dapat
dipercaya tentu merupakan harapan semua pendidik. Terkadang terjadi
kekeliruan dalam hal pengukuran yang tidak mencakup aspek-aspek yang
diukur atau tidak dapat mengembangkan instrumen yang sesuai dengan objek
yang diukur.
 Desain pembelajaran bersifat empiris, beruolang dan dapat dikoreksi
sendiri
Data merupakan jantungnya proses desain pembelajaran. Pengumpulan
data dimulai sejak analisi awal dan berlanjut sampai tahap implementasi.
Misalnya, selama fase analisisdata dapat dikumpulkan sehingga dapat
dibandingkan apa yang telah dipahami peserta didik dengan apa yang
dibutuhkan untuk dipahami. Bimbingan dan umpan balik dari ahli mata
pelajaran menetukan ketepatan dan relevansi keterampilan dan pengethuan
untuk diajarkan.
 Desain pembelajaran adalah upaya tim
Bisa saja mendesain pembelajaran dilakukan sendiri, tetapi keterlibatan
pihak lain dalam suatu tim sangat dibutuhkan karena pada hakikatnya proyek

7
desain merupakan usaha bersama dalam upaya menciptakan suatu produk
yang lebih baik.

2. Landasan Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar


A. Landasan Akademis
Pada bagian ini kita akan membahas pendidikan Sekolah Dasar dari sudut
pandang filosofis, psikologis-pedagogis, dan sosiologis-antropologis. Yang
dimaksud dengan pandangan filosofis adalah cara melihat pendidikan dasar dari
hakikat pendidikan dalam kehidupan manusia. Pertanyaan filosofis yang akan kita
bahas adalah untuk apa pendidikan Sekolah Dasar dikembangkan. Sementara itu
cara pandang psikologis-pedagogis atau psikopedagogis adalah cara melihat
pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam pengembangan
potensi individu sesuai dengan karakteristik psikologis peserta didik. Pertanyaan
psiko-pedagogis yang relevan dengan fungsi proses itu adalah bagaimana
pendidikan dasar dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didiknya?
Sedangkan cara pandang sosiologis-antropologis atau sosio-antropologis adalah
cara melihat pendidikan dasar dari fungsi proses pendidikan dasar dalam
sosialisasi atau pendewasaan peserta didik dalam konteks kehidupan
bermasyarakat, dan proses enkulturasi atau pewarisan nilai dari generasi tua
kepada peserta didik yang sedang mendewasa dalam konteks pembudayaan.
Pertanyaan pokok dalam kedua proses tersebut adalah bagaimana pendidikan
dasar meletakkan dasar dan mengembangkan secara kontekstual sikap sosial dan
nilai-nilai kebudayaan untuk kepentingan peserta didik dalam hidup
bermasyarakat dan berkebudayaan? Namun demikian dalam pembahasannya kita
akan melihat pendidikan dasar itu secara utuh, tidak secara ketat memisah-
misahkan cara pandang itu.
1. Landasan Filosofis dan Psikologis-pedagogis
Pandangan filosofis dan psikologis-pedagogis mewakili cara pandang pakar
dalam bidang filsafat, psikologi, dan pedagogik/ilmu mendidik terhadap
keniscayaan proses pendidikan untuk usia sekolah 6-13 tahun. Dikatakan suatu
keniscayaan karena pendidikan untuk anak usia tersebut berlaku universal dan

8
telah menjadi kenyataan atau sering disebut juga sebagai conditio sine quanon.
Contohnya, di semua Negara di dunia dikenal adanya primary education atau
elementary education seperti SD/MI di Indonesia. Kita semua pasti pernah
menempuh pendidikan SD/MI sebelum melanjutkan sekolah ke SLTP/SMP/MTs,
bukan? Ada beberapa argumen tentang keniscayaan pendidikan untuk usia itu.
Pertama, pelembagaan proses pendidikan untuk usia dalam sistem pendidikan
persekolahan atau schooling system, diyakini sangat strategis, artinya sangat tepat
dilakukan, untuk mempengaruhi, mengondisikan, dan mengarahkan
perkembangan mental, fisik, dan sosial anak dalam mencapai kedewasaannya
secara sistematik dan sistemik. Kedua, proses pendewasaan yang sistematik dan
sistemik itu diyakini lebih efektif dan bermakna, artinya lebih memberikan hasil
yang baik dan menguntungkan, daripada proses pendewasaan yang dilepas secara
alami dan kontekstual melalui proses sosialisasi atau pergaulan dalam keluarga
dan masyarakat dan enkulturasi atau pembudayaan interaktif dalam kehidupan
budaya sematamata. Ketiga, berbagai teori psikologi khususnya teori belajar yang
menjadi landasan konseptual teori pembelajaran, seperti teori behaviorisme,
kognitifisme, humanisme; dan sosial (Bell-Gredler:1986), filsafat pendidikan
seperti perenialisme, yang menekankan pentingnya pewarisan kebudayaan,
esensialisme, yang menekankan pada transformasi nilai esensial, progresifisme,
yang menekankan pada pengembangan potensi individu, dan
rekonstruksionalisme sosial, yang menekankan pengembangan individu untuk
perubahan masyarakat (Brameld, 1965) sangat mendukung proses pendewasaan
anak melalui pendidikan persekolahan.
Terkait pada berbagai pandangan pakar tersebut di atas, marilah kita bahas
secara singkat teori Kognitifisme, teori Historis-Kultural, dan teori Humanistik.
Ketiga teori ini sangat relevan untuk menggali landasan filosofis dan psikologis-
pedagogis pendidikan di SD/MI. Dengan memahami ketiga teori tersebut
sekurang-kurangnya kita akan memahami keniscayaan pendidikan SD/MI dilihat
dari hakikat anak sebagai individu, makhluk sosial, dan anggota masyarakat

9
a. Teori Kognitivisme
Secara bahasa Kognitif berasal dari bahasa latin ”Cogitare” artinya berfikir.
Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer
sebagai salah satu wilayah psikologi manusia/satu konsep umum yang mencakup
semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan,
pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. 3
Teori Kognitivisme, yang lebih dikenal sebagai teori perkembangan kognitif
dikembangkan oleh Jean Piaget, dan diakui sebagai salah satu pilar atau tonggak
konseptual dan sumber pengetahuan tentang perkembangan kognitif anak
(Maier,1978: 12). Piaget menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah duplikat dari
objek, dan bukan pula sebagai tampilan kesadaran dari bentuk yang ada dengan
sendirinya dalam diri individu. Pengetahuan sesungguhnya merupakan konstruksi
pikiran yang terbentuk, karena secara biologis adanya interaksi antara organisme
dengan lingkungan, dan secara kognitif adanya interaksi antara pikiran dengan
objek.
Secara teoritik perkembangan kognitif mencakup tiga proses mental yakni
assimilation, accomodation, dan equilibration. Yang dimaksud dengan
assimilation atau asimilasi adalah integrasi data baru dengan struktur kognitif
yang sudah ada dalam pikiran.4
Bertolak dari penelitiannya yang dilakukan secara intensif, Piaget
meneorikan adanya empat tahap perkembangan kognitif seperti digambarkan
dalam tabel sebagai berikut.

3
Satria ADV. 2014. Makalah pendidikan tentang “teori belajar koginitif” .
(http://advae.blogspot.com/2014/10/makalah-pendidikan-tentang-teori.html). Diakses tanggal 17
Maret 2019

4
Suyono, Haiyanto, Belajar dan Pembelajaran, cet ke 7, 2017, Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
hal 83

10
Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget
USIA TAHAP KARAKTERISTIK
0 - 2 th Sensorimotorik Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan
persepsi yang masih sederhana.
Prasimbolik dan Praverbal; kecerdasan mencakup
perkembangan pola tindak; mampu membedakan dirinya
dengan lingkungan; mampu membedakan ciri fisiknya;
dan mulai tumbuhnya konsep tetap mengenai suatu
objek. 2
2- 7 th Praoperasional Pikiran logis parsial mulai tumbuh; konsep ketetapan
suatu objek mengarahkan pada identitas kualitas; proses
pikiran bertolak dari isyarat perseptual dan anak belum
sadar akan pernyataan yang saling bertentangan;
perkembangan bahasa dimulai dan bertambah dengan
cepat; bicara spontan didominasi oleh monolog. 7
7- 11 th Operasi Perilaku impulsif mulai diganti dengan refleksi dasar dan
anak mulai dapat membedakan perbedaan pandangan
Konkret
orang lain; mulai bermain bersama termasuk kesepakatan
aturan dan kerja sama; cara berpikir logis terkait dengan
objek.
Lebih dari Operasi Formal Pikiran tentang rencana hidup dan peran orang dewasa
mulai tumbuh; kemampuan berpikir logis dalam berbagai
11 th
situasi mulai tumbuh; individu mampu bernalar dari
situasi hipotetis sampai konkret.

Dengan menggunakan teori Piaget tersebut, kita dapat melihat bahwa anak
usia SD/MI berada dalam tahap perkembangan kognitif Praoperasional sampai
Konkret. Pada usia ini anak memerlukan bimbingan sistematis dan sistemik guna
membangun pengetahuannya. Oleh karena itu, peran pendidikan di SD/MI
sangatlah strategis bagi pengembangan kecerdasan dan kepribadian anak.

b. Teori Historis-Kultural (Cultural Historical Theories)


Teori ini dikembangkan oleh Lev S.Vygotsky yang memusatkan perhatian
pada bidang telaah aspek manusia dari kognisi. Teori ini memusatkan perhatian
pada penggunaan simbol sebagai alat, dengan dasar pemikiran bahwa manusia
menemukan alat yang telah mengantarkan kemajuan bagi umat manusia. Sistem
simbol yang dikembangkan adalah bahasa lisan dan tulisan, sistem matematika,

11
notasi musik dan lainnya. Melalui penggunaan simbol-simbol ini manusia
mengembangkan cara berpikir baru. Faktor-faktor biologis seperti kematangan
berpengaruh terhadap proses berpikir dasar seperti perhatian, ingatan dan
persepsi.
Vigotsky mendasarkan teorinya pada konsep bahwa aktivitas mental adalah
sesuatu hal yang unik hanya pada manusia. Hal itu merupakan produk dari belajar
sosial atau social learning, yakni proses penyadaran simbol-simbol sosial dan
internalisasi kebudayaan dan hubungan sosial. Kebudayaan diinternalisasi dalam
bentuk sistem neuropsikis yang merupakan bagian dari bentuk aktivitas fisiologis
dari otak manusia. Aktivitas mental yang tinggi memungkinkan pembentukan dan
perkembangan proses mental manusia yang lebih tinggi. Aktivitas mental yang
sangat tinggi dalam diri manusia bukanlah semata-mata sebagai aktivitas syaraf
tertinggi tetapi merupakan aktivitas syaraf tertinggi yang telah menginternalisasi
makna sosial yang diperoleh dari aktivitas budaya manusia melalui simbol-
simbol. Proses ini pada dasarnya bersifat historis yang terjadi sejak masa
perkembangan ontogenetik dan berlangsung melalui aktivitas sosial anak dengan
orang dewasa yang memungkinkan individu mampu menangkap makna sosial.
Dengan menggunakan teori Vigotsky, proses pendidikan di SD/MI seyogianya
diperlakukan sebagai proses pertumbuhan kemampuan dalam diri individu
sebagai produk interaksi antara kemampuan intramental dan intermental individu
dalam konteks sosial-kultural. Lingkungan sosialkultural, contohnya lingkungan
di rumah, di sekolah, dan di masyarakat, merupakan determinan dari pertumbuhan
kemampuan itu.
c. Teori Humanistik.
Konsep humanistik dalam pendidikan memiliki banyak pengertian, antara
lain bahwa suatu sekolah atau kelas atau guru dapat dinilai humanistik bila
memenuhi berbagai kriteria: menekankan pada potensi manusia sebagai ciri
utama; hubungan yang hangat, kepercayaan, penerimaan, kesadaran akan
perasaan orang lain, kejujuran antar pribadi, dan pengetahuan kemasyarakatan.
Pendidikan humanistik adalah pendidikan manusia secara utuh dan menyeluruh,
yang memusatkan perhatian pada proses pendidikan yang memungkinkan peserta

12
didik melakukan belajar menikmati kehidupan atau mencapai kebutuhan lebih
tinggi dalam pengertian kebutuhan akan kehidupan yang optimal atau
kemungkinan pertumbuhan yang positif
Pendekatan humanistik memiliki karakteristik: (a) Menjadikan peserta didik
sendiri sebagai isi, yakni mereka sendiri belajar tentang perasaannya dan
perilakunya; (b) Mengenal bahwa imaginasi peserta didik seperti dicerminkan
dalam seni, impian, cerita, dan fantasi sebagai hal yang penting dalam kehidupan
yang dapat dibahas bersama dengan teman sekelasnya; (c) Memberikan
perhatian khusus terhadap ekspresi non-verbal seperti isyarat dan nada suara
karena diyakini hal itu sebagai ungkapan perasaan dan sikap yang
dikomunikasikan; (d) Menggunakan permainan, improvisasi, dan bermain peran
sebagai wahana simulasi perilaku yang dapat dikaji dan diubah.
Pendidikan humanistik untuk SD/MI seyogianya diwujudkan dalam bentuk
kurikulum bermuatan humanistik dan struktur sekolah atau kelompok yang
humanistik. Kurikulum bermuatan humanistik memusatkan pada isu-isu tentang
manusia, seperti kebutuhan berteman, perilaku agresif dan lain-lain, yang
dirancang untuk membantu peserta didik agar dapat mengelola persolan di dalam
kehidupannya, juga termasuk proses kurikulum yang memanusiakan. Pendidikan
humanistik secara lebih mendalam mencakup: pilihan atau pengendalian oleh
peserta didik, kepedulian yang dirasakan, keterampilan hidup, evaluasi diri, dan
peran guru sebagai fasilitator. Dalam pendidikan humanistik peserta didik belajar
untuk bekerja secara efektif dengan cara melakukan pilihan dan pengendalian
mengenai pendidikannya termasuk tujuan pendidikan dan kegiatan hariannya.
Oleh karena itu, peran pendidik berubah dari sebagai pengarah belajar menjadi
pemberi kemudahan belajar dan kelas menjadi laboratorium belajar peserta didik.
2. Landasan Sosiologis-Antropologis Pendidikan Sekolah Dasar
Pada bagian ini kita akan membahas pendidikan Sekolah Dasar dari sudut
pandang sosiologis-antropologis. Cara pandang sosio logis antropologis atau
sosio-antropologis adalah cara melihat pendidikan dasar dari fungsi proses
pendidikan dasar dalam proses sosialisasi atau pendewasaan peserta didik dalam
konteks kehidupan bermasyarakat, dan proses enkulturasi atau pewarisan nilai

13
dari generasi tua kepada peserta didik yang sedang mendewasa dalam konteks
pembudayaan.
Dilihat secara sosiologis dan antropologis masyarakat dan bangsa Indonesia
sangatlah heterogen dalam segala aspeknya. Oleh karena itu, walaupun kita secara
konstitusional menganut konsepsi satu sistem pendidikan nasional, instrumentasi
atau pengelolaan sistem pendidikan itu tidaklah mungkin dilakukan secara
homogen penuh.
Secara sosiologis Indonesia merupakan masyarakat agraris dan maritim yang
secara terus-menerus mengalami transformasi menjadi masyarakat modern
dengan cara memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
meningkatkan kualitas kehidupannya.
Implikasi dari karakteristik sosiologis dan sosial-politis masyarakat, bangsa
dan Negara Indonesia adalah perlu dibangunnya satu sistem pendidikan nasional
yang diselenggarakan dengan menerapkan politik pendidikan nasional yang
terdesentralisasi. Dengan politik desentralisasi pendidikan, kekuasaan pemerintah
dalam pengelolaan sistem pendidikan nasional terbagi ke dalam kewenangan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sistem pendidikan nasional yang
menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas lebih bersifat
sentralistik, kini dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
secara fundamental berubah menjadi sebuah sistem pendidikan yang lebih
desentralistik.
Dengan demikian bila semua prinsip pendidikan nasional dapat diwujudkan
dengan baik, maka keberagaman yang dimiliki oleh masyarakat dan bangsa,
Indonesia akan terakomodasi dalam sistem pendidikan nasional.
B. Landasan Yuridis Formal
Landasan yuridis digunakan sebagai dasar hukum kerangka kebijakan
dalam mengembangkan kurikulum. Berikut beberapa landasan yuridis yang
dijadikan acuan
a. Pembukaan UUD 1945
Alinea ke empat Pembukaan UUD 1945 menyatakan :

14
……….kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa, Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial….
b. Hak Asasi Manusia
Pasal 28 ayat 2 :
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
c. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Pasal 4
Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
Pasal 9
(1) Setiap anak berhak memeroleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dengan minat dan bakatnya.
(2) Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi
anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar
biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak
mendapatkan pendidikan khusus.
d. World Fit For Children 2002
(1) Merencanakan kehidupan yang sehat
(2) Menberikan pendidikan yang berkualitas
(3) Perlindungan terhadap aniaya, ekspoitasi dan kekerasan
(4) Memerangi HIV/AIDS
Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
pendidikan SD/MI wajib mewujudkan fungsi pendidikan nasional yang
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

15
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan
yang menjadi tujuan pendidikan SD/MI merupakan bagian yang inheren dari
tujuan pendidikan nasional dalam konteks anak usia SD/MI, yakni
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. (Pasal 2 UU 20 Tahun 2003). Hal ini mengandung makna
bahwa pendidikan SD/MI merupakan lingkungan pendidikan formal terdini
untuk menapaki perjalanan mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut. Oleh
karena itu, dapat dipahami mengapa pendidikan harus dimaknai sebagai “…
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.” (Pasal 1 huruf 1 UU 20 Tahun 2003).
Pendidikan dasar, atau dalam wacana akademis dikenal dengan basic
education, merupakan bagian dari struktur pendidikan formal yang paling
rendah, yang dalam Pasal 17 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas,
dinyatakan bahwa Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah (ayat 1). Satuan pendidikan pada
jenjang ini dapat berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)
atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat (ayat 2). Yang
dimaksud dengan …yang sederajat dengan SD/MI adalah program seperti
Paket A dan yang sederajat dengan SMP/MTs adalah program seperti Paket B.

3. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar


A. Perkembangan Fisik-Motorik
Fase atau sekolah dasar (7-12tahun) ditandai dengan gerak atau aktivitas
motorik yang lincah.oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk
belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, baik halus maupun kasar.

16
Upaya upaya sekolah untuk memfasilitasi perkembangan motorik secara
fungsional tersebut, di antaranya sebagai berikut.
1. Sekolah merancang pelajaran keterampilan yang bermanfaat bagi
perkembangan atau kehidupan anak, seperti mengetik, menjahit, merupa,
atau kerajinan tangan lainnya.
2. Sekolah memberikan pelajaran senam atau olahraga kepada para siswa
,yang jenisnya disesuaikan dengan usia siswa.
3. Sekolah perlu merekrut (mengangkat) guru-guru yang memiliki keahlian
dalam bidang-bidang tersebut diatas.
4. Sekolah menyediakan sarana untuk keberlangsungan penyenggaraan
pelajaran tersebut,seperti alat-alat yang diperlukan ,dan tempat atau
lapangan olahraga.
B. Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual,
atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual
atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis, dan menghitung atau
CALISTUNG).
Sebelum masa ini, yaitu masa prasekolah (usia Taman Kanak-Kanak atau
raudhatul athfal), daya fikiran anak masih bersifat imajinatif, berangan-angan
atau berkhayal, sedangkan pada usia SD / MI daya fikiran sudah berkembang
ke arah berfikir konkret dan rasional.
Dilihat dari aspek perkembangan kognitif, menurut Piaget masa ini berada
pada tahap operasi konkret, yang ditandai dengan kemampuan (1)
menklasifikasikan (mengelompokkan) benda-benda berdasarkan ciri yang
sama; menyusun atau mengasosiasikan angka-angjka tau bilangan; dan (3)
memecahkan masalah (probem solving) yang sederhana.

C. Perkembangan bahasa
pada usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan
mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Pada masa ini

17
anak sudah menguasai sekitar 2.500 kata, dan pada masa akhir (kira-kira usia
11-12 tahun) anak telah menguasai 5.000 kata.
Di sekolah, perkembangan bahasa anak ini diperkuat dengan diberikannya
mata pelajaran bahasa ibu dan bahasa Indonesia, yang bertujuan untuk :
1. Berkomunikasi secara baik dengan orang lain.
2. Mengekspresikan fikiran, perasaan, sikap atau pendapatnya,.
3. Memahami isi dari setiap bahan bacaan yang dibacanya.
D. Perkembangan Emosi
pada usia sekolah (khususnya di kelas tinggi, kelas 4, 5 dan 6), anak mulai
menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima, atau
tidak disenangi oleh orang lain.oleh karena itu, dia mulai belajar untuk
mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol
emosi diperoleh siswa melalui peniruan dan latihan (pembiasaan).
E. Perkembangan Sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam
hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar
untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral
agama.
Perkembangan sosial pada usia SD/Mi ditandai dengan adanya perluasan
hubungan, disamping dengan para anggota keluarga, juga dengan teman
sebaya, sehingga ruang gerak sosialnya bertambah luas.
F. Perkembangan kesadaran beragama
Pada masa ini kesadaran beragamaa anak ditandai dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Sikap keagamaan anak masih bersifat reseptif namun sudah disertai
dengan pengertian.
2. Pandangan dan paham-paham ketuhanan diperolehnya secara rasional
berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman kepada indikator-
indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya
3. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan
ritual diterimanya sebagai keharusan moral.

18
Periode usia sekolah dasar merupakanmasa pembenetukan nilai-nilai
agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak
sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang
diterimanya.
Zakiah Darajat mengemukakan bahwa pendidikan agama di sekolah dasar
merupakan dasar bagi pembinaan sikap positif terhadap agama dan
pembentukkan kepribadian dan akhlak anak.
G. Hubungan antara Aspek Perkembangan Siswa dengan Pembelajaran
1. Hubungan Perkembangan Intelektual dengan Pembelajaran.
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi dasar
diberikannya berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola pikir
atau daya nalarnya. Upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan
kemampuan intelektual siswa adalah :
 Mengasah ketajaman panca indera untuk menerima masukan informasi
dari luar
 Mengarahkan persepsi dan perhatian.
 Mengevaluasi , melakukan penilaian (evaluation).
 Mengabstraksi, restrukturisasi, membuat ringkasan
 Menyimpulkan, menduga elaborasi (generating)
 Mengidentifikasi ciri penting (analyzing?
 Mengurutkan, membedakan, mengelompokkan (organizing).
 Mengingat (remembering)
2. Hubungan perkembangan bahasa dengan pembelajaran
Terdapat dua faktor penting yang memengaruhi perkembangan bahasa,
yaitu :
a. Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang
b. Proses belajar, yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk
berbicara dapat mempelajari bahasa orang lain dengan jalan
mengimitasi atau meniru ucapan atau kata-kata yang didengarnya.
c. Di sekolah diberikan pelajaran bahasa yang dengan sengaja menambah
perbendaharaan kata, menyusun struktur kalimat, peribahasa,

19
kesusastraan dan keterampilan mengarang. Maka dengan dibekali
pelajaran bahasa ini, peserta didik diharapkan dapat menguasai dan
mempergunakannya sebagai alat untuk :
1. Berkomunikasi dengan orang lain.
2. Menyatakan isi hatinya (perasaannya).
3. memahami keterangan (informasi) yang diterimanya.
4. Berfikir
5. Mengembangkan kepribadiannya, seperti menyatakn sikap dan
keyakinannya.
3. Hubungan perkembangan sosial dengan pembelajaran.
Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini
dapat difasilitasi atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok
, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan
fikiran. Dengan melaksanakan tugas kelompok, peserta didik dapat belajar
tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerjasama, saling menghormati,
bertenggang rasa, dan bertanggungjawab.
4. Hubungan perkembangan emosi dengan pembelajaran.
Berkaitan dengan pembelajaran, siswa yang emosinya positif dia akan
memperhatikan penjelasan guru, membaca buku-buku, aktif dalam
berdiskusi, mengerjakan tugas-tugas dan disiplin dalam belajar.
Sebaliknya, jika ynang menyertai siswa itu emosi yang negatif, maka
proses belajar akan mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat
memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga kemungkinan besar dia
akan mengalami kegagalan dalam belajarnya.
5. Hubungan perkembangan keagamaan dengan pembelajaran.
Pendidikan agama di sekolah dasar mempunyai peranan yang sangat
penting. Oleh karena itu, pendidikan agama (pengajaran, kebiasaan dan
penanaman nilai-nilai keagamaan) di sekolah dasar harus menjadi
perhatian semua pihak yang terlibat dalam pendidikan di SD/MI. dalam
hal ini, bukan hanya guru agama akan tetapi pada sekolah dan guru-guru
lain. Apabila semua guru mampu membina sikap positif terhadap agama

20
dan berhasil dalam membentuk pribadi dan akhlak anak, maka untuk
mengembangkan sikap itu pada masa remaja mudah dan si anak telah
mempunyai pegangan atau bekal dalam menghadapi berbagai
kegoncangan yang biasa terjadi pada masa remaja.
6. Hubungan perkembangan fisik (motorik) dengan pembelajaran.
Perkembangan fisik yang normal (tidak cacat) merupakan salah satu faktor
penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan,
maupun keterampilan. Perkembangan motorik ini sangat mendasar bagi
belajar keterampilan. Oleh karena itu, kematangan perkembangan motorik
sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Untuk memfasilitasi
perkembangan motorik atau keterampilan ini, sekolah perlu menyiapkan
guru khusus mengajar olahraga atau kesenian berikut sarana dan
prasarananya.5

4. Desain Pembelajaran di SD
A. Merumuskan Tujuan
Komponen paling mendasar dalam proses desain pembelajaran adalah
menentukan tujuan dan standar kompetensi yang hendak dicapai dalam
pelaksanaan pembelajaran.
1. Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar
Tujuan Pendidikan Sekolah dasar harus selalu mengacu kepada tujuan
pendidikan Nasional dan tujuan pendidikan dasar serta memperhatikan tahap
karaktersitik perkembangan siswa, kesesuiaan dengan lingkungan dan
kebutuhan pembangunan daerah, arah pembangunan nasional, serta
memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan
kehidupan umat manusia secara global.
Sebagaimana ditetapkan dalam pasal 13 Undang-Undang No 2 tahun
1989 bahwa pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap
dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang

5
Syamsu Yusuf, Nani M. Sugandhi, Perkembangan Peserta Didik, cet ke- 3, 2012, Jakarta :
Rajawali Pers, hal 59-76.

21
diperlukan untuk hidup di dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta
didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.
Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar dapat diperinci sebagai berikut :
 Memberikan bekal kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
 Memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat
bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya.
 Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan di SLTP.

2. Tujuan Pembelajaran
Dalam huhbungannya dengan pelaksanaan pembelajaran, rumusan
tujuan merupakan aspek fundamental dalam mengarahkan proses
pembelajaran yang baik. Dulu kita mengenal istilah Tujuan Instruksional
Khusus (TIU) dan Tujuan Instruksional Umum, namun pada kurikulum
sekarang yaitu kurikulum 2013 kita tidak mengenal istilah itu tapi dengan
istilah Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD).6
Istilah kompetensi dalam bidang pendidikan begitu populer digunakan.
Kompetensi merupakan kemampuan tersembunyi yang dimiliki seseorang
untuk melakukan suatu tugas tertentu atau situasi masalah secara efektif
dengan jelas dan terukur.7
E. Mulyasa dalam bukunya menyebutkan bahwa kompetensi
merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Dari pengertian kompetensi di atas dapat digambarkan sebagai berikut :

Pengetahuan, sikap &


keterampilan

kompetensi Melakukan tugas atau


pekerjaan

Berdasarkan standar
6
Wahyu Sundayana, Telaah Kurikulum & Perencanaan Pembelajaran, 2017, PT Gelora Aksara
Pratama , hal 150
7
Muhammad Yaumi,, Prinsip-Prinsip Desain pembelajaran disesuaikan dengan Kurikulum 2013,
cet ke 4, 2016, Jakarta : Kencana, hal 81-82

22
Ada Istilah lain dalam tujuan pembelajaran, yaitu taksonomi
pembelajaran yang mengkalsifikasikan tujuan pembelajaran berdasarkan
domain pengetahuan (kognitif) , sikap (afektif) dan keterampilan
(psikomotor).
Dalam konteks pendidikan nasional, taksonomi tujuan pembelajaran
berkisar pada pertumbuhan budi pekerti (karakter atau kekuatan batin),
pikiran (kognisi atau intelektualitas), dan jasmani atau tubuh yang terintegrasi
dalam suatu bagian yang tak terpisahkan satu dengan yang lain.
Namun sayangnya pendidikan nasional yang diselenggrakan saat ini
masih didominasi oleh berbagai dogma, dalil atau ajaran yang diperoleh dari
Barat, padahal secara kultural pendidikan yang dielenggarakan harus tergali
dari nilai luhur bangsa Indonesia sendiri. Sebagaimana kita tahu bahwa salah
satu pemikir dari Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara dahulu telah
merumuskan tujuan pembelajaran yang terdiri atas olah pikir, olah rasa, olah
hati dan olah raga.
B. Program Pembelajaran di SD
Dalam kurikulum 2013 ada dua istilah tentang program pembelajaran di
SD yaitu :
1. Program tahunan (Prota)
Program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun
untuk mencapai tujuan (SK dan KD) yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi
waktu diperlukan agar seluruh kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum
seluruhnya dapat dicapai oleh siswa. Penentuan alokasi waktu ditentukan
pada jumlah jam pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku
serta keluasan materi yang harus dikuasai oleh siswa.
Program Tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran
untuk setiap kelas, berisi tentang garis-garis besar yang hendak dicapai dalam
satu tahun dan dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan
program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun
pelajaran dimulai , karena merupakan pedoman bagi pengembangan
program-progran berikutnya, yakni program semester, mingguan dan harian

23
serta pembuatan silabus dan sistem penilaian komponen-komponen program
tahunan meliputi identifikasi (satuan pendidikan, mata pelajaran, tahun
pelajaran) standart kompetensi, kompetensi dasar, alokasi waktu dan
keterangan.
Program tahunan memuat penjabaran alokasi waktu tiap-tiap standar
kompetensi dan kompetensi dasar untuk tiap semester dan tiap kelas selama
satu tahun pelajaran. Program tahunan selanjutnya dijabarkan secara rinci
pada program semester. Program tahunan dipersiapkan dan dikembangkan
oleh guru sebelum tahun pelajaran dimulai, karena merupakan pedoman bagi
pengembangan program-program berikutnya

2. Program semester (promes)


Semester adalah satuan waktu yang digunakan untuk
penyelenggaraan program pendidikan. Kegiatan yang dilaksanakan dalam
semester itu ialah kegiatan tatap muka, pratikum, kerja lapangan, mid
semester, ujian semester dan berbagai kegiatan lainya yang diberi penilaian
keberhasilan. Satu semester terdiri dari 19 minggu kerja termasuk
penyelenggaraan tatap muka, mid semester dan ujian semester.
Dalam program pendidikan semester dipakai satuan waktu terkecil,
yaitu satuan semester untuk menyatakan lamanya satu program pendidikan.
Masing-masing program semester sifatnya lengkap dan merupakan satu
kebulatan dan berdiri sendiri. Pada setiap akhir semester segenap bahan
kegiatan program semester yang disajikan harus sudah selesai dilaksanakan.
Program semester adalah program yang berisikan garis-garis besar
mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester
tersebut. Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan. Isi
dari program semester adalah tentang bulan, pokok bahasan yang hendak
disampaikan, waktu yang direncanakan, dan keterangan-keterangan.8

8
http://www.tozsugianto.com/2018/03/program-semester-sd-kurikulum-2013.html

24
C. Pelaksanaan (proses) Pembelajaran di SD
1. Perangkat Pembelajaran
Dalam kurikulum 2013, istilah yang digunakan terhadap mata pelajaran
adalah berdasarkan tema-tema tertentu yang disebut dengan pembelajaran
tematik. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata
pelajaran. Dalam pelaksanaan pemeblajaran tematik untuk kelas awal SD,
perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang
mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan
tema, pengembangan silabus, dan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
1. Pemetaan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan
Indikator
 Prosedur pemetaan tema
Pemetaan tema dilakukan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang
dipilih. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan :
 Penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam
indikator
 Menentukan tema
 Identifikasi dan anilisis stndar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator ysng disesuaikan dengan setiap tema
 Kegiatan pemetaan keterhubungan KD dan indikator ke dalam Tema
Pemetaan KD dan indikator ke dalam tema dimulai dengan kegiatan
sebagai berikut :
a. Memetakan semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas 1-III
karena pembelajaran tematik adalah keterpaduan berbagai mata
pelajaran yang diikat dengan tema, dalam pemetaan tema harus
dimulai dengan pemetaan mata pelajaran yang diajarkan di kelas 1-
III.

25
b. Mengidentifikasi standar kompetensi dalam setiap mata pelajaran
yang diajarkan di kelas 1-III.
c. Mengidentifikasi kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang
diajarkan di kelas 1-III.
d. Menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator dapat
menggunakan format berikut :
Mata pelajaran Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator

e. Mengidentifikasi tema-tema berdsarkan keterpaduan standar


kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator dari semua mata
pelajaran yang diajarkan di kelas 1-3. 9

Agama akhlak
kepada orang tua,
adik, kakak dan
Matematika anggota keluarga SBdP
lainnya

IPA IPS
KELUARGAKU

Bahasa PPKn
Indonesia PJOK

2. Menetapkan Jaringan Tema


 Hakikat jaringan tema
Membuat jaringan tema merupakan bagian integral dari model
pembelajaran terpadu yang banyak digunakan dewasa ini. Dalam
pembelajaran terpad, eksplorasi topik/tema menjadi laat pemacu utama

9
Ibid, Trianto Ibnu Badar, hal 326

26
bagi pelaksanaannya. Lebih spesifik lagi pembuatan jaringan tema
merupakan implementasi dari penerapan pembelajaran terpadu model
Webbed yaitu pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik.
Contoh jaringan tema yang melibatkan beberapa mata pelajaran :

IPA MATEMATIKA
1. Mengenal bagian-
1. Menetukan waktu (pagi, siang,
bagian tubuh dan
malam), hari dan jam.
kegunaannya
2. Mengidentifikasi 2. Menentukan lama suatu
kebutuhan tubuh agar kejadian berlangsung.
tumbuh sehat dan 3. Mengenal panjang suatu suatu
kuat benda melalui kalimat sehari-
3. Membiaskan hidup hari (pendek, panjang dan
sehat membandingkan)

DIRI SENDIRI

Bahasa Indonesia
PPKn IPS
1. Memperkenalkan diri
Menjelaskan 1. Mengidentifikasi
sendiri dengan kalimat
perbedaan jenis identitas diri, keluarga
sederhana dan santun
kelamin, agama dan kerabat
2. Menyapa orang lain
dan suku bangsa 2. Menceritakan
dengan kalimat sapaan
pengalaman diri
yang tepat dan bahasa
yang santun.
3. Mendeskripsikanbenda-
benda di sekitar dan
fungsi anggota tubuh
dengan kalimat
sederhana

 Teknik pembuatan jaringan tema


Proses pembuatan jaringan tema dapat dilakukan dengan langkah :
Hubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu
sehingga akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar, dan
indikator dari setiap mata pelajaran.
 Kriteria jaringan tema

27
Kriteria jaringan tema adalah :
 Simpel. Jaringan tema dibuat untuk mempermudah penyusunan
perencanaan pembelajaran secara keseluruhan
 Sinkron. Yaitu sinkronisasi antara tema dan materi-materi yang di
jaring di dalamnya.
 Logis. Materi yang dijaring memang betul-betul merupakanbagian
dari tema.
 Mudah dipahami. Jaringan tema yang baik adalah jaringan tema
yang dapat mudah dipahami oleh orang lain.
 Terpadu. Tema dan materi-materi diikat oleh kesamaansubstansi
yang ingin disampaikan kepada peserta didik.
3. Penyusunan Silabus Pembelajaran tematik
 Pengembangan silabus pembelajaran tematik
Menurut Salim (1987:98), silabus dapat di definisikan sebagai agris
besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran.
Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan
kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang ingin dicapai dan pokok-pokok serta uraian
materi yang perlu dipelajari siswa.
Prinsip-prinsip yang mendasari dalam pengembangan silabus adalah :
 Disusun berdasarkan prinsip ilmiah, dengan arti materi pembelajaran
tematik yang disajikan dalam silabus harus memenuhi kebenaran
dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
 Ruang lingkup dan urutan penyajian materi pembelajaran dalam
silabus, termasuk kedalaman dan tingkat kesulitannya disesuaikan
dengan perkembangan dan kebutuhan siswa.
 Penyusunan silabus dilakukan secara sistematis, artinya semua
komponen yang ada harus saling terkait satu sama lain.
 Silabus disusun berdasarkan bagan/matriks keterhubungan
kompetensi dasar dan tema pemersatu yang telah dikembangkan.

28
 Menciptakan kegiatan belajar yang sesuai dengan kompetensi dasar
dan tema pemersatu.
 Kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikaitkan
dalam pembelajaran tematik disusun dalam silabus tersendiri.
 Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar
Kompetensi dasar berisi mengenai pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang harus dikuasai siswa dan siswi dalam rangka pencapaian
standar kompetensi pada masing-masing mata pelajaran yang akan
dipadukan. Contoh :
Mata pelajaran : PPKn
Kelas/Semester : 1 (satu) / 1 (satu)
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Menerapkan 1.1 menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama
hidup rukun dan suku bangsa.
dalam perbedaan 1.2 Memberikan contoh hidup rukun melalui
kegiatan di rumah dan di sekolah.
1.3 Menerapkan hidup rukun di rumah dan di
sekolah.
2. Membiasakan 2.1 menjelaskan pentingnya tata tertib di rumah dan
tertib di rumah di sekolah.
dan di sekolah 2.2 Melaksanakan tata tertib di rumah dan di
sekolah

Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini telah ditetapkan oleh


pemerintah dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
 Identifikasi materi pokok
Materi pokok berisi mengenai pokok-pokok bahan pembelajaran yang
harus dipelajari siswa sebagai sarana untuk pencapaian kompetensi
dasar yang telah ditetapkan.
Dalam penentuan materi pembelajaran tematik perlu diperhatikan
apakah sifatnya berupa fakta, konsep, prinsip atau prosedur. Hal ini
akan berpengaruh terhadap strategipembelajaran, alat dan media
pembelajaran yang akan digunakan.

29
 Penentuan pengalaman belajar
Pengalaman belajar merupakan kegiatan mental dan fisik yang
dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan sumber belajar melalui
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan siswa.
Agar siswa memiliki pengalaman belajar yang bermakna, maka
penentuan strategi dalam pembelajaran tematik perlu juga dikaitkan
dengan hal-hal yang bersifat kontekstual karena siswa akan belajar
dengan baik bila apa yang dipelajarinya terkait dengan apa yang
diketahuinya dan peristiwa yang ada di sekelilingnya.
 Penentuan alokasi waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran perminggu
dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan,
kedalaman, tingkat kesulitan dan tingkat kompetensi dasar. Alokasi
yang dicantumkan disilabus merupakan perkiaraan waktu yang
dibutuhkan oleh peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar.
 Penentuan media/sumber pembelajaran
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan
untuk kegiatan pembelajaran. Penetapan sumber belajar di dasarkan
pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi poko,
kegiatan pembelajaran dan indikator kegiatan pencapaian kompetensi.
 Penentuan jenis penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memeroleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dari ahsil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermkana dalam pengambilan
keputusan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian, yaitu
 Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
 Penilaian menggunakanacuan kriteria
 Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan.

30
 Hasil penilaian diananlisis untuk menentukan tindak lanjut.
 Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang
ditempuh dalam proses pembelajaran.
4. Penyusunan Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Landasan Pengembangan RPP
Pengembangan Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dikembangkan
dengan mengacu kepada standar isi. RPP sebagai hasil pengembangan
merupakan acuan operasioanal guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran untuk satu atau dua kali pertemuan guna menyelesaikan satu
kompetensi dasar. Adapun landasan pengembangan RPP dijelaskan dalam
PP No. 19 Tahun 2005pasal 20, yaitu : “Perencanaan proses pembelajaran
meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat
sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.10
Pengertian dan Komponen RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan
telah dijabarkan dalam silabus.
Komponen RPP sebagai berikut :
a. Tujuan pembelaran
b. Materi pokok
c. Metode pembelajaran
d. Sumber belajar
e. Penilaian hasil belajar
Sedangkan komponen pada silabus, yaitu :
a. Identitas mata pelajaran
b. Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.
c. Materi pokok beserta uraiannya

10
Ibid, Trianto Ibnu Badar, hal 350

31
d. Strategi pembelajaran
e. Alat dan media yang digunakan
f. Penilaian dan tindak lanjut
Pada dasarnya, prinsip-prinsip pengembangan RPP tematik tetap memuat
komponen-komponen sebagaimana RPP umumnya, hanya sajadalam RPP
tematik penting memperlihatkan keterkaitan rumusan-rumusan komponen
tersebut dengan tema yang ditetapkan.11
2. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran
Strategi pembelajaran berkenaan dengan kegiatan pembelajaran
secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan
materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi
dasar dan indikator.
Strategi pembelajaran menjelaskan komponen umum dari suatu set
bahan pembelajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama
bahan-bahan tertentuuntuk menghasilkan hasil belajar tertentu pada
peserta didik.
Menurut Suciati dan Irawan (1993:45), menyebutkan ada sembilan
peristiwa pembelajaran untuk membantu proses belajar peserta didik, yaitu
1. Menimbulkan minat dan memusatkan perhatian siswa dengan
mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi atau kompleks.
2. Menyampaiakn tujuan pembelajaran.
3. Mengingat kembali konsep/prinsip atau informasi yang sebelumnya
telah dipelajari.
4. Menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan contoh.
5. Memberikan bimbingan belajar melalui pertanyaan yang membimbing
proses atau berfikir siswa.
6. Memperoleh unjuk kerja siswa terhadap apa yang telah dipelajari.
7. Memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas.

11
Ibid, hal 350-351

32
8. Mengukur/mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian tes atau
melakukan suatu tugas.
9. Memperkuat retensi dengan berkali-kali berlatih menggunakan prinsip
yang dipelajari dalam konteks yang berbeda.12
Pendapat lain yang berkenaan dengan strategi pembelajaran adalah
yang dikemukakan oleh Turney bahwa ada delapan keterampilan dasar
mengajar yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan
belajar mengajar. Diantara keterampilan dasar mengajar tersebut adalah :
1) keterampilan bertanya, 2) keterampilan memberi penguatan, 3)
keterampilan mengadakan variasi, 4) keterampilan menjelaskan, 5)
keterampilan membuka dan menutup pelajaran, 6) keterampilan
membimbing dsikusi, 7) keterampilan mengelola kelas, 8) keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perorangan.13
Dari pandangan beberapa ahli dia atas mereka sepakat bahwa
Strategi pembelajaran berkenaan dengan pendekatan pengajaran dalam
mengelola kegiatan pembelajaran secara sistematis. Di dalamnya
terkandung empat pengertian :
1. Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan pengajar dalam
menyampaikan isi pelajaran kepada siswa.
2. Metode pembelajaran, yaitu cara pengajar mengorganisasikan materi
pelajaran dan siswa, agar terjadi proses belajar secara efektif dan
efisien.
3. Media pembelajaran, yaitu perlatan dan bahan pembelajaran yang
digunakan pengajar dan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
4. Waktu yang digunakan oleh pengajar dan siswa dalam menyelesaikan
setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran.

D. Evaluasi pembelajaran di SD

12
Ibid, hal 207-208
13
Moh. Uzer Usman, menjadi Guru profesional, cet ke 24, 2010, Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
hal 74

33
1. Pengertian Evaluasi
Menurut bahasa evaluasi berasal dari bahasa Inggris yakni
“Evaluation”, yang berarti penilaian atau penaksiran.14 Sedangkan menurut
istilah evaluasi Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan
siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Kata
lainnya adalah assessment yang menurut Tardif (1989) berarti proses
penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai
dengan kriteria yang telah di tetapkan. Selain dua kata di atas, ada istilah
lain evaluasi yaitu tes, ujian dan ulangan yang ada dalam dunia
pendidikan.15
Penilaian dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk
mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan dan
menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan
yang telah dicapai oleh siswa selama kegiatan belajar.
2. Tujuan
Tujuan penilaian pembelajaran tematik antara lain :
a. Mengetahui pencapaian indikator yang telah ditetapkan.
b. Memperoleh umpan balik bagi guru, untuk mengetahui hambatan yang
terjadi dalam pembelajaran maupun efektivitas pembelajaran.
c. Memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa.
d. Sebagai acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut (remedial,
pengayaan, dan pemantapan)

3. Prinsip
a. Penilaian di kelas 1 dan II mengikuti aturan penilaian mata-mata
pelajaran lain di sekolah dasar. Mengingat bahwa siswa kelas I SD

14
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan , Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003, hal.3

34
belum semuanya lancar membaca dan menulis, maka cara penilaian di
kelas I tidak ditekankan pada penilaian secara tertulis.
b. Kemampuan membaca, menulis dan berhitung merupakan
kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas I dan II dan
sebagai prasyarat untuk kenaikankelas.
c. Penilaian mengacu pada indikator dari masing-masing kompetensi
dasar dan hasil belajar dari mata pelajaran.
d. Penilaian dilakukan secara terus-menerus dan selama proses belajar
mengajar berlangsung, misalnya sewaktu siswa bercerita pada
kegiatan awal, membaca pada kegiatan inti, dan menyanyi pada
kegiatan akhir.
e. Hasil karya/kerja siswa dapat digunakan sebagai bahan masukan guru
dalam mengambil keputusan siswa misalnya : penggunaan tanda baca,
ejaan kata, maupun angka.16
4. Alat penilaian
Alat penilaian dapat berupa tes dan nontes. Tes mencakup : tertulis,
lisan atau perbuatan, catatan harian perkembangan siswa, dan portofolio.
Dalam kegiatan pemebelajaran di kelas awal penilaian yang lebih banyak
digunakan adalah melalui pemberian tugas dan portofolio.
Guru menilai anak melalui pengamatan yang kemudian dicatat pada
sebuah buku bantu. Adapun tes tertulis digunakan untuk menilai
kemampuan menulis siswa khususnya untuk mengetahui tentang
penggunaan tanda baca, ejaan, kata atau angka.
5. Aspek Penialaian
Pada pembelajaran tematik, penilaian dilakukan untuk mengkaji
ketercapaian kompetensi dasar dan indikator pada tiap-tiap mata pelajaran
yang terdapat dalam tema tersebut. Dengan demikian penilaian dalam hal
ini tidak lagi terpadu melalui tema, melainkan sudah terpisah-pisah
melalui kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator mata pelajaran.

16
Ibid, Trianto Ibnu Badar, hal 224

35
Nilai akhir pada laporan siswa (raport) dikembalikan pada
kompetensi mata pelajaran yang terdapat pada kelas I dan II Sekolah
Dasar, yaitu : Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu
Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Prakarya,
dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

36
BAB III
KESIMPULAN

1. Desain adalah proses perencanaan yang sistematika yang dilakukan sebelum


tindakan pengembangan atau pelaksanaan sebuah kegiatan.
2. Desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan
pembalajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang.
3. Komponen Desain Pembelajaran, meliputi : pembelajar, tujuan
pembelajaran, startegi pembelajaran, bahan ajar dan penilaian belajar.
4. Karakteristik Desain Pembelajaran
 Berpusat pada siswa
 Berorientasi tujuan
 Terfokus pada pengembangan atau perbaikan kinerja peserta didik
 Desain pembelajaran mengarahkan hasil yang dapat diukur melalui cara yang
valid dan dapat dipercaya
 Desain pembelajaran bersifat empiris, beruolang dan dapat dikoreksi sendiri
 Desain pembelajaran adalah upaya tim
5. Landasan desain pembelajaran di SD, meliputi :
A. Landasan Filosofis, dan Psikologis-Pedagogis Pendidikan Sekolah Dasar
1. Landasan Filosofis, dan Psikologis-Pedagogis Pendidikan Sekolah Dasar
2. Landasan Sosiologis-Antropologis Pendidikan Sekolah Dasar
B. Landasan Yuridis Formal
a. Pembukaan UUD 1945
Alinea ke empat Pembukaan UUD 1945 menyatakan :
……….kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan
Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa, Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial….

37
b. Hak Asasi Manusia
Pasal 28 ayat 2 :
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
c. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Pasal 4
Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.
Pasal 9
(3) Setiap anak berhak memeroleh pendidikan dan pengajaran dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dengan minat dan bakatnya.
(4) Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), khusus bagi
anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar
biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak
mendapatkan pendidikan khusus.
d. World Fit For Children 2002
1. Merencanakan kehidupan yang sehat
2. Menberikan pendidikan yang berkualitas
3. Perlindungan terhadap aniaya, ekspoitasi dan kekerasan
4. Memerangi HIV/AIDS
5. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar bisa dilihat dari segi:
a. Perkembangan Fisik-Motorik
Fase atau sekolah dasar (7-12tahun) ditandai dengan gerak atau aktivitas
motorik yang lincah.oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal
untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, baik halus
maupun kasar.
b. Perkembangan Intelektual

38
Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mereaksi rangsangan
intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut
kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca,
menulis, dan menghitung atau CALISTUNG).
c. Perkembangan bahasa
Pada usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya
kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary).
d. Perkembangan Emosi
Pada usia sekolah (khususnya di kelas tinggi, kelas 4, 5 dan 6), anak mulai
menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima,
atau tidak disenangi oleh orang lain.oleh karena itu, dia mulai belajar untuk
mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan
mengontrol emosi diperoleh siswa melalui peniruan dan latihan
(pembiasaan).
e. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial pada usia SD/Mi ditandai dengan adanya perluasan
hubungan, disamping dengan para anggota keluarga, juga dengan teman
sebaya, sehingga ruang gerak sosialnya bertambah luas.
f. Perkembangan kesadaran beragama
Pada masa ini kesadaran beragamaa anak ditandai dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Sikap keagamaan anak masih bersifat reseptif namun sudah disertai
dengan pengertian.
2. Pandangan dan paham-paham ketuhanan diperolehnya secara rasional
berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman kepada indikator-
indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya
3. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan
ritual diterimanya sebagai keharusan moral.
Periode usia sekolah dasar merupakanmasa pembenetukan nilai-nilai
agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan

39
anak sangat dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan
yang diterimanya.

6. Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar dapat diperinci sebagai berikut :


 Memberikan bekal kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
 Memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat
bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya.
 Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan di SLTP.
7. Program pembelajaran di SD ada yang disebut dengan Prota (program tahunan)
dan Promes (program semester)
8. Kegiatan proses pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar dimulai dengan
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan ( metode, skenarios KBM, media dan
penilaian).
9. Evaluasi dilakukan untuk memastikan apakah proses pembelajaran sejalan
dengan yang diahrapkan dan dirancang oleh guru dan memastikan apakah hasil
belajar sesuai dengan yang dirumuskan dalam indikator dan tujuan
pembelajaran.

40
DAFTAR PUSTAKA

Moh. Uzer Usman, 2010, menjadi Guru profesional, Bandung : PT Remaja


Rosdakarya

Muhamad Afandi, Baharudin, 2011, Perencanaan Pembelajaran di Sekolah


Dasar, Bandung : Alfabeta.

Muhammad Yaumi, 2016, Prinsip-Prinsip Desain pembelajaran disesuaikan


dengan Kurikulum 2013, Jakarta : Kencana.

Muhibbin Syah, 2017, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung


: PT Remaja Rosdakarya.

Suharsimi Arikunto, 2003, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan , Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Suyono, Haiyanto, 2017, Belajar dan Pembelajaran, Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.

Syamsu Yusup, Nani M. Sugandhi, 2012, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta :


Rajawali Pers

Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, 2011, Desain Pengembangan Pembelajaran


Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Kelas Awal SD/MI, jakarta :
Prenamedia Group.

Wahyu Sundayana, 2017, Telaah Kurikulum & Perencanaan Pembelajaran, PT


Gelora Aksara Pratama

41
http://www.tozsugianto.com/2018/03/program-semester-sd-kurikulum-2013.html

42
43
SILABUS

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Nama Sekolah : ____________________

Kelas / Semester : II / 1

Tema 1 : Hidup Rukun

Materi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran

Sub Tema I PB 1

Bahasa Indonesia

3.1 Merinci ungkapan, ajakan,  Menyebutkan  Siswa menyimak teks cerita pada Buku Siswa yang dibacakan guru. (
perintah, penolakan yang ungkapan dan Literasi )
terdapat dalam teks cerita atau arti ungkapan  Siswa menyebutkan ungkapan yang terdapat pada teks cerita. (Mandiri)
lagu yang menggambarkan sikap dalam teks  Siswa menyebutkan ungkapan dan arti ungkapan yang terdapat pada teks
hidup rukun cerita tentang cerita. (Mandiri)
4.1 Menirukan ungkapan, ajakan, hidup rukun.
perintah, penolakan dalam cerita  Menirukan
atau lagu anak-anak dengan ungkapan
bahasa yang santun pada teks
percakapan
Matematika

44
Materi
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran

3.1 Menjelaskan makna bilangan  Bilangan tiga


angka dengan  Siswa mendengarkan penjelasan guru cara membaca banyak kubus sesuai
cacah dan menentukan dengan gambar yang terdapat pada Buku Siswa. ( Communication )
lambangnya berdasarkan nilai menggunakan
tempat dengan menggunakan
gambar.  Siswa berlatih menyatakan bilangan cacah menggunakan gambar alat
 Bilangan tiga peraga kubus. Alat peraga yang lain, misalnya kancing baju atau stik es
model konkret serta cara angka sampai krim dapat digunakan untuk lebih memahamkan siswa mengenai bilangan
membacanya 999 tiga angka. ( Creativity and Innovation )
4.1 Membaca dan menyajikan
bilangan cacah dan lambangnya
berdasarkan nilai tempat
dengan menggunakan model
konkret
SBDP

3.2 Mengenal pola irama sederhana  Membedakan  Siswa bersama-sama menyanyikan lagu Peramah dan Sopan bersama sama
melalui lagu anak-anak panjang dan dengan guru. Siswa merasakan panjang dan pendeknya nada.
pendek bunyi  Guru mengamati kemampuan siswa dalam menyuarakan panjang pendek
4.2 Menampilkan pola irama bunyi (Rubrik Penilaian 3, SBdP KD 3.2 dan KD 4.2). Sikap yang diamati
sederhana melalui lagu pada lagu
anak. adalah percaya diri
anakanak
 Menampilka
n panjang
pendek bunyi
pada lagu
anak

45

Anda mungkin juga menyukai