Anda di halaman 1dari 15

LEMBAR JAWABAN UTS MATA KULIAH LANDASAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

NAMA : OKTOBERIANSYAH (LAHAT)


NIM : 06032682327015
PRODI : MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
DOSEN PENGUJI : Dr. L.R. Retno Susanti, M.Hum.
Prof. Dr. H. Fuad Abdul. Rachman, M.Pd
Dr. Erna Retna Safitri, M.Pd
Dr. Makmum Raharjo, M.Sn
Prof. Madya Ts. Dr. Mahizer

1. a. Perbedaan Pendidikan dan Pembelajaran serta contoh


Terdapat perbedaan mendasar antara kata pendidikan dengan pembelajaran. Pada
dasarnya, pendidikan memiliki arti lebih luas dibanding pembelajaran. Dan,
pembelajaran merupakan bagian dari sebuah pendidikan.
Ada beberapa hal yang dapat menunjukkan sebuah perbedaan antara pendidikan dan
pembelajaran, diantaranya:
1. Perbedaan Berdasarkan Pengertian
Bahwa secara sederhana, pendidikan merupakan usaha sadar dan sengaja untuk
mendewasakan peserta didik dengan mentransfer nilai-nilai (value).
Sedangkan pembelajaran merupakan usaha sadar dan sengaja untuk mendewasakan
peserta didik dengan mentransfer pengetahuan.
Tidak seluruh pendidikan adalah pembelajaran, sebaliknya tidak semua
pembelajaran adalah pendidikan.
Perbedaan antara mendidik dan mengajar sangat tipis, namun secara sederhana
dapat dikatakan ‘mengajar yang baik adalah mendidik’.
Dengan kata lain, mendidik dapat menggunakan proses mengajar sebagai sarana
untuk mencapai hasil yang maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan.
Mendidik lebih bersifat kegiatan berkerangka jangka menengah atau jangka panjang.
Hasil pendidikan tidak dapat dilihat dalam waktu dekat atau secara instan.
Mengajar, bobotnya adalah penguasaan pengetahuan, keterampilan dan keahlian
tertentu yang berlangsung bagi semua manusia pada semua usia.
Sedangkan mendidik, bobotnya adalah pembentukan sikap mental atau kepribadian
peserta didik.
Dengan kata lain, mengajar lebih ditekankan pada penguasaan pengetahuan
tertentu, sedangkan mendidik lebih ditekankan pada pembentukan manusianya
(penanaman sikap dan nilai-nilai).
2. Perbedaan Berdasarkan Tujuan
Jika ditinjau dari tujuannya, perbedaan antara pendidikan dan pembelajaran dapat
dirinci sebagai berikut;
Tujuan pendidikan yaitu:
 Membentuk manusia yang berwatak
 Mendidik anak-anak agar dapat berpikir secara rasional
 Bekerja beraturan dan sungguh-sungguh
 Menanamkan rasa persatuan
 Membentuk manusia yang bebas dan merdeka serta percaya diri dan bertanggung
jawab
 Membentuk pribadi yang aktif mengabdi dan membangun masyarakat
 Mengembangkan manusia seutuhnya, yakni yang bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur serta memiliki pengetahuan yang mumpuni.
Sedangkan tujuan pembelajaran yaitu pernyataan yang diharapkan dapat dicapai
sebagai hasil belajar, dan suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh peserta didik setelah melalui proses pembelajaran.

Dengan demikian, tujuan pendidikan lebih luas dan mendalam dari tujuan
pembelajaran.
3. Perbedaan Berdasarkan Proses
Jika ditinjau dari prosesnya, perbedaan antara pendidikan dan pembelajaran dapat
diketahui dari hal berikut:
Dalam proses pendidikan dibutuhkan konsep self learning (belajar secara mandiri),
dan berani berpendapat.
Di samping itu, proses pendidikan harus berdasar pada empat pilar proses
pendidikan, yaitu:
 Learning to know (belajar untuk menguasai pengetahuan)
 Learning to do (belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan)
 Learning to be (belajar untuk mengembangkan diri)
 Learning to live together (belajar untuk bermasyarakat).
Sedangkan dalam proses pembelajaran diperlukan adanya petunjuk untuk memilih
isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu,
prosedur pengajaran, standar penilaian.
Dengan demikian, dalam prosesnya, pendidikan bersifat konseptis-teoritis sekaligus
figuratif (peneladanan), sedangkan pembelajaran lebih bersifat teknis.
Secara global, perbedaan antara pendidikan dan pembelajaran dapat dideskripsikan
yakni Pendidikan menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan
kepribadian.
Sedangkan pembelajaran adalah proses transfer ilmu pengetahuan, dengan tujuan
mendapatkan perubahan tingkah laku pada peserta didik setelah memperoleh
pengetahuan (melalui proses pembelajaran).

 Contoh Pendidikan : Pendidikan formal meliputi sekolah didalam kelas (sekolah),


informal contohnya pendidikan dari keluarga atau ada istilah home schooling, dan
non formal seperti tempat-tempat kursus yang dibuka oleh pihak- pihak swasta.
 Contoh Pembelajaran
1. Berorientasi pada Tujuan Pembelajaran
Contoh pembelajaran yang pertama yaitu berorientasi pada tujuan
pembelajaran. Dalam hal ini, guru tidak menerapkan batasan terkait metode
yang digunakan dalam mengajar.

2. Memancing Keterlibatan Siswa


Saat menerapkan contoh pembelajaran ini, guru harus memancing siswa untuk
ikut aktif dalam proses belajar-mengajar. Guru dapat memberi ruang bagi siswa
untuk mengutarakan pendapat atau saling berdiskusi.
3. Menyeimbangkan Aspek Kognitif, Afeksi, dan Psikomotorik
Dalam pembelajaran ini, guru tidak hanya berfokus meningkatkan aspek
kognitif siswa, melainkan juga turut menumbuhkan aspek afeksi dan
psikomotorik agar lebih berkembang.

b. Perbedaan Pembelajaran dan Pengajaran


 Pengajaran dan pembelajaran adalah dua konsep yang berbeda tetapi saling terkait.
Pengajaran adalah proses mengajar secara aktif, sementara pembelajaran adalah
proses belajar secara aktif. Keduanya terkait erat karena satu tanpa yang lain tidak
dapat berfungsi. Namun, keduanya memiliki perbedaan yang jelas.
 Pengajaran adalah proses mengajar yang didasarkan pada pengetahuan guru
tentang topik yang dipelajari. Pengajaran didasarkan pada metode pengajaran yang
dipilih oleh guru. Metode ini dapat bervariasi dari diskusi kelas, pembelajaran
berbasis masalah, pembelajaran kolaboratif, dan lainnya. Tujuan dari pengajaran
adalah untuk membantu siswa memahami topik yang diajarkan, mengembangkan
keterampilan tertentu, dan mendorong siswa untuk mencapai hasil yang diinginkan.
 Pembelajaran adalah proses belajar yang didasarkan pada pengetahuan siswa dan
minat mereka. Pembelajaran didasarkan pada konsep bahwa siswa adalah pelaku
dalam proses pembelajaran mereka. Pembelajaran dapat melibatkan berbagai
metode, seperti diskusi kelas, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran
berbasis proyek, dan lainnya. Tujuan dari pembelajaran adalah untuk membantu
siswa mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang diperlukan untuk
mencapai tujuan mereka.
 Kesimpulannya, pengajaran adalah proses mengajar secara aktif, sementara
pembelajaran adalah proses belajar secara aktif. Keduanya terkait erat karena satu
tanpa yang lain tidak dapat berfungsi. Namun, keduanya memiliki perbedaan yang
jelas. Pengajaran adalah proses mengajar yang didasarkan pada pengetahuan guru
tentang topik yang dipelajari, sementara pembelajaran adalah proses belajar yang
didasarkan pada pengetahuan siswa dan minat mereka. Tujuan dari keduanya adalah
untuk membantu siswa mencapai hasil yang diinginkan.
Contoh Pembelajaran : membaca, menulis, berdiskusi, melakukan penelitian,
dan lain-lain
Contoh Pengajaran : penggunaan media, contoh, demonstrasi, diskusi,
latihan, dan lain-lain

C. Perbedaan Teknologi Pendidikan dan Pendidikan Teknologi Beserta Contoh


Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang garapan dan profesi yang
berdasarkan pada teori dan etika praktik dalam suatu usaha untuk menyediakan
fasilitas belajar dan meningkatkan kinerja.
Proses tersebut dilakukan melalui proses desain, pengembangan pemanfaatan,
pengelolaan, dan evaluasi terhadap proses dan sumber belajar yang saling berkaitan
dengan tujuan untuk meningkatkan pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
1. Teknologi pendidikan merupakan teknologi yang digunakan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran di sekolah maupun universitas. Teknologi pendidikan
membantu meningkatkan keterampilan dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar.
2. Teknologi pendidikan membantu tenaga pendidik dan pendidik untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas belajar, serta membantu dalam mengakses
referensi atau sumber daya yang tersedia dengan cepat dan mudah.
Contoh : Big Data, Machine Learning, Internet Of Things, Elearning, Blockchain
Pendidikan Teknologi adalah pendidikan mengenai wawasan, pengetahuan,
kebiasaan, keterampilan dari beberapa orang atau kelompok secara turun
temurun dari generasi ke generasi melalui pelatihan, pengajaran, dan
penelitian. mempelajari mengenai keterampilan dalam menciptakan alat,
metode pengolahan, serta ekstraksi benda, dalam membantu menyelesaikan
berbagai permasalahan serta juga pekerjaan manusia sehari-hari.
Contoh : STM(Sekolah Teknologi Menengah) dengan berbagai Jurusan Seperti
: Mesin Otomotif, Mesin Produksi, Bangunan Gedung, Elektronika, Kelistrikan
dan TKJ (Teknik Komputer Jaringan). SMK Pertanian.

d. Teknologi Pendidikan dan Teknologi Pembelajaran Perbedaan dan Contoh.


Perbedaan utama antara teknologi pendidikan dan teknologi pembelajaran adalah pada
fungsinya. Teknologi pendidikan lebih fokus pada penggunaan teknologi dalam
menyediakan cara-cara yang lebih efektif dalam pembelajaran, sementara teknologi
pembelajaran lebih berfokus pada penggunaan teknologi sebagai sarana untuk
menghadirkan proses pembelajaran yang lebih menarik dan interaktif.
Contoh Teknologi Pendidikan : Pembelajaran Berbasis Komputer, Perpustakaan
Digital, E-Learning, Blended Learning, Penggunaan Alat Untuk Pendukung KBM
Seperti, Leptop, Proyektor, Video, Infokus.
 Contoh Teknologi Pembelajaran : e-Learning: Pelatihan atau pendidikan yang diberikan
secara online.
 Video-Assisted Learning: Menggunakan video untuk meningkatkan pemahaman siswa.
 Blockchain Technology: Sistem yang memungkinkan banyak orang memiliki akses untuk
merubah data yang telah dibagikan.
 Big Data: Penyimpanan data dalam kapasitas yang sangat besar untuk analisis.
 Artificial Intelligence (AI): Mesin yang dapat melakukan tugas yang biasanya memerlukan
kecerdasan manusia.
 Learning Analytics: Analisis data untuk mengoptimalkan proses pembelajaran.
 Gamification: Mengintegrasikan elemen permainan ke dalam proses pembelajaran.
 Augmented Reality dan Virtual Reality: Teknologi digital yang menghubungkan dunia
nyata dan dunia maya.
 STEAM: Pendekatan pendidikan yang mengintegrasikan lima disiplin ilmu.
 Social Media in Learning: Memanfaatkan sosial media untuk proses pembelajaran.

e. Teknologi Pendidikan dan Teknologi Dalam Pembelajaran Perbedaan dan Contoh


Teknologi pendidikan adalah penggabungan TI ke dalam ranah kelas. Teknologi dalam
pendidikan tidak terbatas pada penggunaan teknologi untuk membuat pembelajaran dan
penyampaian pendidikan lebih mudah dalam segala cara yang mungkin terjadi, tetapi juga
bidang studi itu sendiri bagi mereka yang terlibat dengan pengembangan alat teknologi
untuk tujuan pendidikan. Ini adalah area yang jauh lebih luas dari teknologi pendidikan.
Contoh Teknologi pendidikan : Pembelajaran Berbasis Komputer, Perpustakaan
Digital, E-Learning, Blended Learning, Penggunaan Alat Untuk Pendukung KBM
Seperti, Leptop, Proyektor, Video, Infokus.
Contoh Teknologi Dalam Pendidikan : Laman Resmi (Website) dan Media Sosial,
Media Pembelajaran Daring, Presensi Digital, Pembelajaran Berbasis Komputer
2. a. Filsafat Teknologi pendidikan ditinjau dari Aspek Ontologi
Di dalam ilmu filsafat, ontologi menurut suriasumantri (1995) merupakan asas dalam
menetapkan ruang lingkup ujud yang menjadi objek penelaahan, serta penafsiran tentang
hakikat realitas dari objek tersebut. Sedangkan Brameld (1955:28), berpendapat bahwa
ontologi bertolak atas penyelidikan tentang hakikat ada (existence and being). Teknologi
pendidikan sebagai pengembang dalam memudahkan hubungan siswa dengan dunia
lingkungannya harus menghadapi realita dan objek pengalaman di masyarakat dan di
sekolahnya. Pada dasarnya, permasalahan utama yang terjadi di dunia pendidikan setelah
mengalami beberapa kali revolusi, khususnya di dalam teknologi pendidikan yaitu mengenai
permasalahan belajar. Permasalahan ini diantaranya,
a) Adanya sejumlah besar orang yang belum terpenuhi kesempatan belajarnya, baik yang
diperoleh melalui suatu lembaga khusus, maupun yang dapat diperoleh secara mandiri
b) Adanya berbagai sumber baik yang telah tersedi maupun yang dapat direkayasa, tapi
belum dimanfaatkan untuk keperluan belajar
c) Perlu adanya suatu proses atau usaha khusus yang terarah dan terencana untuk
menggarap sumber-sumber tersebut agar dapat terpenuhi Hasrat setiap orang dan
organisasi.
d) Perlu adanya keahlian dan pengelolaan atas pkegiatan khusus dalam pengembangan dan
memanfaatkan sumber untuk belajar tersebut secara efektif, efisien dan selaras.
Hal yang menjadi dasar atau landasan ruang lingkup wujud objek penelaahan
(ontologi) teknologi yang disebutkan di dalam Miarso diantaranya:
a) Adanya berbagai macam sumber untuk belajar termasuk orang (penulis buku, produser
media dan lain-lain), pesan (yang tertulis dalam buku atau tersaji lewat media), media
(buku program televisi, radio dan lainlain), alat (jaringan televisi, radio, dan lainlain) cara-
cara tertentu dalam mengolah/menyajikan pesan serta lingkungan dimana proses
pendidikan itu berlangsung.
b) Perlunya sumber-sumber tersebut dikembangkan baik secara konseptual maupun faktual
c) Perlu dikelolanya kegiatan pengembangan, maupun sumber-sumber untuk belajar itu
agar dapat Dari objek tersebut, dapat dilihat bahwa ontologi berusaha memecahkan
masalah-masalah yang terjadi. Permasalahan mengenai apa yang menjadi objek
penelaahan dalam teknologi pendidikan berdasarkan postulat yang terjadi saat ini. Dan
ketiga objek penelaahan tersebut merupakan ruang lingkup wujud objek penelaahan
ontologi teknologi pendidikan.
Berdasarkan objek telaah tersebut, dapat disimpulkan bahwa ontologi dari filsafat
ilmu teknologi pendidikan adalah masalah-masalah yang ada di dalam pendidikan dan
pembelajaran, fenomena-fenomena dan hal-hal yang penting namun belum menjadi
perhatian dari bidang ilmu yang lain. Yaitu mengenai masalah belajar yang dihadapi oleh
manusia berdasarkan revolusi-revolusi yang terjadi dalam teknologi pendidikan. Pada
dasarnya teknologi pendidikan memiliki kawasannya tersendiri yang khas dan unik yakni,
perencanaan (design), pengembangan, pemanfaatan, penilaian, dan pengelolaan
(manajemen) sumber, bahan, media, alat, sarana dan lingkungan belajar. Itulah inti dari
objek telaah ontologi filsafat teknologi pendidikan.

b. Filsfat Teknologi Pendidikan ditinjau dari Aspek Epistemologi Teknologi Pendidikan


Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan
batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin, nature,
methods and limits of human knowledge) (Rachmat, 2011:147). Setelah mengetahui apa
yang menjadi objek penelaahan dalam teknologi pendidikan (ontologi), maka epistemologi
membantu teknologi pendidikan untuk mengetahui cara bagaimana materi pengetahuan
diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Adapun yang merupakan
epistemologi teknologi pendidikan yang tidak dilakukan oleh disiplin keilmuan yang lain,
diantaranya:
a) Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya ditelaah secara simultan. Semua
situasi yang ada diperhatikan dan dikaji saling keterkaitannya (sistemik), dan bukannya
dikaji secara terpisah-pisah (parsial).
b) Unsur-unsur yang berkepentingan diintegrasikan dalam suatu proses kompleks secara
sistemik, yaitu dirancang, dikembangkan, dilaksanakan, dinilai, dikelola sebagai suatu
kesatuan dan ditujukan untuk memecahkan masalah
c) Penggabungan ke dalam proses yang kompleks dan perhatian atas gejala secara
menyeluruh, harus mengandung daya lipat atau sinergisme, berbeda dengan hal dimana
masing-masing fungsi berjalan sendiri. Gafur (1986) menambahkan bahwa untuk
mendapatkan teknologi pendidikan yaitu dengan:
a) Telaah secara simultan keseluruhan masalah-masalah belajar
b) Pengintegrasian secara sistemik kegiatan pengembangan, produksi, pemanfaatan,
pengelolaan dan evaluasi
c) Mengupayakan sinergisme atau interaksi terhadap seluruh proses pengembangan
dan pemanfaatan sumber belajar.

c. Filsfat Teknologi Pendidikan ditinjau dari Aspek Aksiologi Teknologi Pendidikan


Aksiologi merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan
disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut. Landasan aksiologi berkaitan dengan
peningkatan produktivitas pendidikan dan kualitas guru dalam mengemas materi, model,
media dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran secara ilmiah dan sistematis. Aksiologi
mempertanyakan “Apakah kegunaan dari pengetahuan yang telah diperoleh dan dihimpun
itu?”. Maka jawaban untuk pertanyaan ini disusun oleh Presidential Commission on
Instructional Technology menjadi:
a) Meningkatkan produktivitas pendidikan, dengan jalan:
1. Memperlaju penahapan belajar
2. Membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik; dan
3. Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga guru dapat lebih banyak
membina dan mengembangkan kegairahan belajar anak
b) Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual, dengan jalan:
1. Mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan
2. Memberikan kesempatan anak berkembang
c) Memberikan dasar pengajaran yang lebih ilmiah, dengan jalan:
1. Perencanaan program pengajaran yang lebih sistematik; dan
2. Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian tentang perilaku
d) Lebih memantapkan pengajaran, dengan jalan:
1. Meningkatkan kapasitas manusia dengan berbagai media komunikasi;
2. Penyajian informasi dan data secara lebih konkret
e) Memungkinkan belajar secara lebih akrab karena dapat:
1. Mengurangi jurang pemisah antara pelajaran di dalam dan diluar sekolah; dan
2. Memberikan pengetahuan tangan pertama
f) Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas dan merata, terutama dengan jalan:
1. Pemanfaatan bersama tenaga atau kejadian yang langka secara lebih luas; dan
2. Penyajian informasi menembus batas geografi Hal tersebut merupakan solusi atas
masalah-masalah yang ditemukan dalam proses epistemologi ilmu teknologi
pendidikan.
Aksiologi dapat berupa material maupun nonmaterial. Contoh produk material dalam
media pembelajaran yaitu bahan ajar, sumber belajar, sarana, alat, dan lingkungan tempat
belajar. Sedangkan produk non-material yaitu metode pembelajaran baru, model penilaian
baru, strategi pencapaian, tujuan pembelajaran baru, dan sebagainya.
M. Arief menyatakan bahwa aksiologi (untuk apa) yaitu merupakan asas dalam
menggunakan pengetahuan yang diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut.
Landasan pembenaran atau landasan aksiologis teknologi pendidikan perlu dipikirkan dan
dibahas terus menerus karena adanya kebutuhan riil yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangannya. Menurutnya landasan aksiologis teknologi pendidikan saat ini adalah
tekad mengadakan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar seperti:
1) Keharusan meningkatkan mutu pendidikan berupa, antara lain : penyempurnaan
kurikulum, penyediaan berbagai sarana pendidikan dan peningkatan kemampuan tenaga
pengajar lewat berbagai bentuk pendidikan serta Latihan.
2) Penyempurnaan sistem pendidikan dengan penelitian dan pengembangan sesuai dengan
tantangan zaman dan kebutuhan pembangunan
3) Peningkatan partisipasi masyarakat dengan pengembangan dan pemanfaatan berbagai
wadah dan sumber pendidikan. Dalam hal ini teknologi pendidikan secara aksiologis akan
menjadikan pendidikan menjadi (Abdul Gafur,2007):
a) Produktif
b) Ilmiah
c) Individual
d) Serentak/actual
e) Merata
f) Berdaya serap tinggi

d. Visi dan misi Teknologi pendidikan sangat diperlukan dalam penyelenggaraan


Pendidikan
Visi merupakan pandangan atau wawasan ke depan yang dijadikan cita-cita, inspirasi,
motivasi, dan kekuatan bersama dalam teknologi pendidikan mengenai wujud pada
masa yang akan datang.
Sedangkan misi Teknologi Pendidikan dapat digunakan sebagai acuan bagi
penyusunan program dan pengembangan kegiatan satuan-satuan pendidikan yang
terlibat, dengan penekanan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang
diharapkan oleh sekolah dalam rangka mewujudkan visi Pendidikan.
Selain Visi dan Misi, terdapat juga tujuan. Visi dan misi Teknologi Pendidikan
diperlukan untuk mencapai tujuan Pendidikan,
Tujuan Teknologi Pendidikan adalah capaian kualitas yang spesifik, terukur, dapat
dikerjakan, relevan, dan jelas waktu pencapaiannya, dalam rangka mewujudkan visi
dan misi dalam satuan pendidikan.

3. Uraian Perkembangan konsep teknologi pendidikan


a. KONSEP DASAR TEKNOLOGI PENDIDIKAN PADA TAHUN 1963
Definisi formal teknologi pendidikan dimulai pada tahun 1963 yang menyatakan
bahwa “educational technology is the design and use of messages which control the learning
process” (Ely, 1963). Teknologi pendidikan dipandang sebagai desain atau perancangan dan
penggunaan pesan yang dimaksudkan untuk mengendalikan proses belajar. Pada masa itu
para ahli dan praktisi teknologi pendidikan memfokuskan perhatiannya pada cara mendesain
pesan atau isi pendidikan agar lebih mudah dan lebih jelas ditangkap atau dipahami oleh
peserta didik. Masyarakat mengenalnya sebagai desain pesan dengan bentuk fisik seperti
film, model, bagan, gambar bergerak yang diluncurkan melalui siaran radio dan gambar
bergerak dengan suara. Fokus teknologi pendidikan pada saat itu adalah bagaimana
mendesain isi atau materi pembelajaran (educational content) agar lebih mudah ditangkap
maknanya. Desain pesan ditempatkan sebagai faktor penting agar isi pembelajaran dimaknai
secara tepat dan cepat oleh para peserta didik. Biasanya isi pembelajaran yang didesain
dalam bentuk media tersebut ditempatkan secara berdampingan dengan isi pembelajaran
yang telah dituangkan dalam bentuk teks.
Pada tahun 1963 itu suatu organisasi dalam bidang teknologi pendidikan
menyepakati bahwa bidang tersebut bukan sekedar tentang media dalam bentuk hardware
semata tetapi didalamnya mengandung isi pembelajaran tertentu. Kesepakatan tersebut
diperkuat oleh suatu komisi yang dibentuk oleh departemen pembelajaran audio visual
(Department of Audiovisual Instruction) pemerintah Amerika Serikat.
Pada masa itu para ahli dan praktisi memandang bagaimana pengembangan media audio
visual agar berfungsi secara efektif dalam menimbulkan peristiwa belajar. Istilah desain
pesan menjadi fokus utama untuk memungkinkan pencapaian hasil belajar. Berbagai jenis
media audio visual diciptakan dan disebarluaskan ke seluruh dunia untuk membantu guru
dalam mengajar sehingga masa itu dikenal dengan periode audio visual aids. Jadi media
pembelajaran dipandang sebagai pendamping guru sebagai pengajar, belum berdiri sendiri
untuk dipelajari oleh peserta didik.
B. KONSEP DASAR TEKNOLOGI PENDIDIKAN PADA TAHUN 1970-AN
Pada tahun 1970-an komisi teknologi pembelajaran seperti yang dimaksud tadi
mengemukakan dua pengertian baru dalam definisi teknologi pembelajaran. Pertama,
teknologi pembelajaran yang berarti media komunikasi seperti televisi, film, over head
projector, komputer yang dapat digunakan untuk maksud pembelajaran sejalan dengan
peran guru, buku teks, dan papan tulis.
Secara umum teknologi pembelajaran berarti media yang lahir sebagai akibat revolusi
komunikasi yang dapat digunakan untuk maksud pembelajaran yang berdampingan dengan
guru, buku teks, dan papan tulis. Bentuknya berupa televisi, film, OHP, komputer, dan
bentuk perangkat keras dan perangkat lunak yang lain. Definisi itu menunjukkan bahwa
teknologi pembelajaran diasosiasikan dengan audio-visual aids atau media audio visual yang
membantu pengajar dalam proses pembelajaran
Perlu dicatat bahwa kedua definisi tahun 1970 itu menggunakan istilah teknologi
pembelajaran (instructional technology) bukan lagi teknologi pendidikan (educational
technology). Di samping itu pada tahun 1970 tersebut terdapat dua definisi yang berbeda
karena Commision on Instructional Technology tersebut membuat dua sub komisi untuk
membuat rumusan teknologi pembelajaran.
Pada tahun 1977 AECT merevisi lagi definisi teknologi pendidikan sebagai sesuatu
proses yang kompleks melibatkan orang, prosedur, ide, alat, dan organisasi untuk
menganalisa masalah dan menyediakan peralatan dalam 1.20 Teknologi Pendidikan dalam
Pendidikan Jarak Jauh rangka melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola solusi terhadap
masalah yang menyangkut semua aspek belajar pada manusia.
Perlu dicatat bahwa definisi tahun 1977 menggunakan istilah teknologi pendidikan
bukan teknologi pembelajaran. Perubahan itu menunjukkan bahwa teknologi pembelajaran
adalah bagian dari teknologi pendidikan yang secara luas berkenaan dengan solusi terhadap
masalah-masalah manusia belajar dari segala aspeknya. Proses teknologi pendidikan
tersebut dapat dipandang sebagai suatu teori, suatu bidang, atau suatu profesi.
C. KONSEP DASAR TEKNOLOGI PENDIDIKAN PADA TAHUN 1994 DAN TAHUN 2008
1. Konsep Dasar pada Tahun 1994 Pada tahun 1994 AECT menyepakati definisi baru sebagai
teori dan praktek tentang desain, pengembangan, penggunaan, manajemen, dan evaluasi
terhadap proses dan sumber daya untuk belajar. Definisi tahun 1994 menyatakan bahwa
instructional technology is the theory and practice, design, develop, utilization,
management, and evaluation of processes and resources for learning. (Januszwski &
Molenda, 2008).
2. Konsep Dasar pada Tahun 2008 Pada tahun 2008 AECT
merevisi definisi teknologi pendidikan menjadi Educational technology the study and ethical
practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing
appropriate technological processes and resources (Januszwski & Molenda, 2008).
Definisi formal yang dikemukakan AECT tahun 2008 tersebut kembali pada konsep teknologi
pendidikan, bukan teknologi pembelajaran. Cakupannya lebih luas dan dapat ditafsirkan
dengan tiga ciri sebagai berikut. Pertama, sasaran dibatasi pada memfasilitasi belajar dan
meningkatkan kinerja yang belajar. Kedua, alatnya adalah proses teknologis yang tepat guna
dan sumber daya pendidikan. Ketiga, caranya melalui studi dan praktek etis, menciptakan,
menggunakan, mengelola teknologi tepat guna.
D. KONSEP DASAR TEKNOLOGI PENDIDIKAN PADA TAHUN 2018
Pada tahun 2018 AECT memunculkan definisi baru tentang teknologi pendidikan yang
bukunya akan segera diterbitkan. Mereka menyatakan bahwa educational technology is the
study and ethical application of theory, research, and best practices to advance knowledge
as well as mediate and improve learning and performance through the strategic design,
management and implementation of learning and instructional processes and resources.
Teknologi pendidikan merupakan suatu studi dan penerapan secara etis dari teori, research,
dan praktek terbaik untuk menghasilkan pengetahuan sekaligus memediasi dan
meningkatkan belajar dan kinerja melalui desain, manajemen, dan implementasi strategik
melalui proses dan sumber daya belajar dan pembelajaran.
Dalam definisi 2018 tersebut fokusnya tetap pada studi dan aplikasi secara etis, namun tidak
terbatas pada aplikasi teori dan praktek saja melainkan meliputi aplikasi penelitian.
Teknologi pendidikan dimaksudkan untuk memajukan pengetahuan yang di dalamnya
termasuk memediasi dan meningkatkan belajar dan kinerja melalui berbagai langkah
strategis dari proses desain, manajemen, dan pelaksanaan belajar dan pembelajaran

4. a. Hakikat Reformasi Dalam Pendidikan


Menurut Kamisa (1997:445), reformasi berarti perubahan radikal untuk
perbaikan dalam bidang sosial, politik atau agama dalam suatu masyarakat atau
negara.Menurut Nurkholis (2003:32), istilah reformasi sering dipersamakan dengan
revolusi. Akan tetapi kunci pokok yang membedakan reformasi dengan revolusi adalah
tidak adanya kekerasan dalam mengubah sistem dan tatanan yang sudah ada. Jadi,
reformasi dijalankan secara lebih sistematis, terprogram, dan manusiawi.
Sedangkan menurut Rich (1988:2), reformasi juga berarti memperbaiki atau
menyempurnakan dengan membuat sesuatu yang salah menjadi benar. Jadi, reformasi
berimplikasi pada mengubah sesuatu untuk menghilangkan yang tidak sempurna menjadi
lebih sempurna.
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa beberapa karakteristik reformasi
dalam bidang tertentu, yaitu adanya keadaan yang tidak memuaskan pada masa lalu,
keinginan untuk memperbaikinya pada masa yang akan datang, adanya perubahan besar-
besaran, adanya orang yang melakukan reformasi, adanya pemikiran atau ide-ide baru,
adanya sistem dalam suatu institusi tertentu baik dalam skala kecil seperti sekolah
maupun skala besar seperti negara.
Pada sistem reformasi pendidikan, bahwasanya pendidikan adalah milik
masyarakat, yang mana sering menjadi bahan pertimbangan utama bagi para pemikir dan
praktisi pendidikan di Indonesia untuk mencari format ideal sistem pendidikan nasional.
Selain dilatarbelakangi oleh keinginan kuat memajukan pendidikan di Indonesia, juga
ada rasa iri terhadap kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh penyelenggaraan
pendidikan di negara-negara maju. Dari sudut pandang ini, muncul hipotesis bahwa
keberhasilan pendidikan di negara-negara maju dilandasi oleh faktor
penyelanggaraannya yang melibatkan seeluruh komponen masyarakat dan terlepas dari
hegemoni pemerintah.
Sebenarnya kebijakan tentang otonomi daerah yang berimplikasi pada otonomi
pendidikan bukan bertujuan untuk memindahkan persoalan yang menjadi beban
pemerintah pusat ke pundak pemerintah kabupaten atau kota. Kebijakan tersebut lebih
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerataan, keadilan dan
penghormatan terhadap nilai-nilai budaya lokal serta menggali potensi serta
keanekaragaman daerah.

b. Reformasi Dalam Pendidikan Kenapa diperlukan

Saat ini kita sudah memasuki abad 21 yang juga disebut sebagai era pengetahuan,
era ini ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sedemikian pesatnya. Perkembangan yang terjadi di era ini membawa konsekuensi
kepada tuntutan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, untuk itu maka reformasi
pendidikan nampaknya tidak bisa ditawar lagi, karena hanya pendidkanlah yang bisa
mempersiapkan manusia untuk kehidupan di masa depan. Reformasi pendidikan yang
dikehendaki untuk menyiapkan manusia di era pengetahuan ini meliputi reformasi
dalam aspek-aspek: Tujuan, jenis-jenis keterampilan & cara mendapatkannya, proses
pembelajaran dan teknologinya, serta strategi reformasi yang efektif. Dengan adanya
reformasi pendidikan ini diharapkan dihasilkannya generasi-generasi muda yang siap
menghadapi tantangan jaman.

c. Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam Reformasi Pendidikan


a. Memberikan analisa yang tepat terhadap kebutuhan pendidikan di
Indonesia. Analisa yang tepat diawali dengan proses pengambilan data
yang tepat terhadap karakteristik pendidikan di Indonesia. Karakteristik
pendidikan tersebut dapat diperoleh melalui perkembangan anak, budaya
masyarakat sekitar, dan proyeksi kebutuhan di masa yang akan datang.
b. Memberikan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan
karakteri pendidikan di Indonesia. Sistem pembelajaran tersebut dapat
meliputi proses analisa, perancangan, pengembangan, pengaplikasian,
dan penilaian pembelajaran. Sistem pembelajaran tersebut sangat
berperan dalam proses kontrol kualitas pembelajaran. Sistem yang
berjalan baik akan berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan dari
masa ke masa.
c. Membantu para pendidik dalam rangka membuat proses pembelajaran
yang menarik melalui perancangan pesan atau komunikasi dalam proses
pembelajaran. Perancangan pesan yang baik akan berdampak kepada
tingkat atensi/perhatian peserta didik yang baik dan daya serap terhadap
materi yang baik pula.
d. Memberikan solusi terhadap berbagai sumber belajar yang tepat bagi
peserta didik, serta efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
atau performa peserta didik. Sumber belajar menjadi suatu hal yang
sangat penting dalam pendidikan, karena semua aktivitas belajar perlu
menggunakan pegangan atau acuan yang dapat berwujud apapun.
Sumber belajar yang baik dan benar (valid) akan menciptakan proses
pembelajaran bermakna dan berdaya guna.
e. Menyebarluaskan berbagai ide, gagasan, ataupun sumber – sumber yang
dapat digunakan dalam proses belajar. Berbagai hal yang telah didesain,
dikembangkan, serta teruji perlu disebarluaskan guna meningkatkan
tingkat manfaatnya bagi pendidikan di Indonesia. Pada proses
penyebarluasan dan pemanfaatan tersebut juga akan dilakukan
pengaturan dan pengelolaan baik melalui strategi dan regulasi agar
pemanfaatan terhadap ide, gagasan, dan sumber – sumber tersebut
berjalan baik.
f. Memantau pendidikan di Indonesia agar sesuai dengan tujuan dan
perencanaan yang telah ditetapkan. Proses pemantauan (monitoring)
tersebut menjadi sangat penting ketika terjadi permasalahan dalam
berlangsungnya proses pendidikan, sehingga ketika permasalahan dapat
dideteksi maka dapat segera ditindaklanjuti dengan langkah yang tepat
dan penuh kehati-hatian.
g. Mengevaluasi proses pendidikan yang berlangsung di Indonesia s ebagai
upaya memperbaiki dan menutupi kekurangan. Evaluasi dalam pendidikan
adalah kegiatan mengukur dan menilai berbagai kegiatan dalam
pendidikan untuk melihat keberlangsungan program – program dalam
pendidikan serta mendapatkan data yang digunakan dalam pengambilan
keputusan/kebijakan terhadap program tersebut. Proses evaluasi adalah
proses yang sangat perlu dilakukan untuk dapat mempertahankan dan
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

5. a. Perbedaan Konsep Pendidikan dan Teori Pendidikan


teori pendidikan adalah suatu usaha untuk menjelaskan bagaimana sesuatu
terjadi dan atau digunakan dalam proses belajar mengajar. Teori pendidikan
berasal dari tahap pengamatan atau eksperimen melalui metode yang
sistematis terhadap proses pendidikan yang ada.
Contoh : behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisime, dan humanistic
Konsep Pendidikan yaitu pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan secara
terencana melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung
di sekolah dan di luarsekolah untuk mengembangkan seluruh kemampuan (potensi)
yang dimiliki seseorang baikitu pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk digunakan
dalam memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang
akan dating
Contoh : kehidupan, pendidikan adalah sekolah, dan pendidikan sekolah dan luar
sekolah.
b. 4 Contoh Teori Pendidikan dan aplikasinya dalam Pembelajaran
1. Behaviorisme
Kerangka kerja teori pendidikan behaviorisme adalah empirisme. Asumsi
filosofis dari behaviorisme adalah nature of human being (manusia tumbuh secara
alami). Latar belakang empirisme adalah How we know what we know (bagaimana
kita tahu apa yang kita tahu). Menurut paham ini pengetahuan pada dasarnya
diperoleh dari pengalaman (empiris).
Aliran behaviorisme didasarkan pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati.
Oleh karena itu aliran ini berusaha mencoba menerangkan dalam pembelajaran
bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Dalam aliran
ini tingkah laku dalam belajar akan berubah kalau ada stimulus dan respon. Stimulus
dapat berupa perilaku yang diberikan pada siswa, sedangkan respons berupa
perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa. Jadi, berdasarkan teori behaviorisme
pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Tokoh aliran behaviorisme antara
lain yaitu Pavlov, Watson, Skinner, Hull, Guthrie, dan Thorndike.
Contoh aplikasi teori behavioristik adalah:
1. Menentukan tujuan-tujuan instruksional
2. Menganalisis lingkungan yang ada saat ini, termasuk mengidentifikasi 'entry
behavior' (pengetahuan awal) siswa
3. Menentukan materi pelajaran
4. Memecah materi pelajaran menjadi bagian-bagian kecil (sub pokok bahasan,
subtopik)
5. Menyajikan materi pelajaran
6. Memberi stimulus berupa pertanyaan, tes, latihan tugas-tugas
7. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan
8. Memberi penguatan/reinforcement (positif atau negatif)
9. Memberi stimulus baru
10. Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan (mengevaluasi hasil belajar)
11. Memberikan penguatan
2. Teori Kognitivisme
Teori belajar kognitivisme menyatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi
atau pemahaman. Teori belajar ini lebih mementingkan proses belajar ketimbang
hasilnya.Model belajar kognitif menyatakan bahwa tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan
dengan tujuan belajarnya.
Menurut buku Psikologi Pendidikan karya Zulqarnain dkk, kelebihan dari teori
belajar kognitivisme adalah aktivitas belajar akan lebih mandiri dan inovatif.
Secara tidak sadar, siswa harus lebih aktif dan kreatif karena mereka tidak hanya
pasif duduk diam memperhatikan guru.
Mereka akan menerima pengetahuan sembari memikirkan sebuah gagasan untuk
mengimplementasikan pengetahuan tersebut. Sementara kekurangannya adalah
teori ini pada dasarnya lebih menekankan kemampuan ingatan peserta didik.

Sehingga kelemahan yang terjadi adalah selalu menganggap semua peserta didik
memiliki kemampuan daya ingat yang sama

Contoh aplikasi teori kognitivisme adalah:


1. Menentukan tujuan-tujuan instruksional
2. Memilih materi pelajaran
3. Menentukan materi yang mungkin dipelajari secara aktif
4. Menentukan dan merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topik yang
dipelajari
5. Mempersiapkan pertanyaan yang bisa memacu kreatifitas siswa untuk
berdiskusi dan bertanya
6. Mengevaluasi proses dan hasil belajar
3. Teori Humanistik
Teori humanistik menyatakan bahwa belajar adalah memanusiakan manusia.
Maksudnya adalah menghargai segala yang ada pada manusia. Oleh sebab itu, teori
belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian
filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi. Teori ini juga lebih mementingkan isi
yang dipelajari daripada proses belajarnya. Proses belajar mengajarnya adalah dari
pengalaman hidup siswa. Dengan pengalaman hidup akan dijadikan sebagai
landasan materi.
Contoh aplikasi teori humanistik adalah:
1. Menentukan tujuan-tujuan instruksional
2. Menentukan materi pelajaran
3. Mengidentifikasi entry behavior siswa
4. Mengidentifikasi topik-topik yang memungkinkan mahasiswa dan
mempelajarinya secara aktif
5. Mendesain wahana (lingkungan, media, fasilitas dan lain sebagainya) yang
akan digunakan untuk belajar
6. Membimbing siswa belajar secara aktif
7. Membimbing siswa memahami hakikat makna dari pengalaman belajar mereka
8. Membimbing siswa sampai mereka mampu mengaplikasikan konsep-konsep
baru ke situasi yang baru
9. Mengevaluasi proses dan hasil belajar-mengajar
4. Teori konstruktivistik
adalah aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan
merupakan hasil konstruksi kita sendiri.
Teori ini menyatakan bahwa pengetahuan adalah bentukkan siswa yang
belajar lewat interaksi dengan bahan atau pengalaman baru, ilmu yang didapatkan
tidak dapat ditransfer guru ke murid. Isi materi pelajaran ditentukan oleh murid
sendiri.
Teori belajar ini dihasilkan dari lingkungan sekitar dengan menggunakan
panca indera seperti melihat, mendengar, menjamah, mencium, dan merasakan.
Ataupun dengan pengetahuan sebelumnya seperti pengetahuan fisik, pengetahuan
kognitif, ataupun pengetahuan mental. Strategi pembelajaran konstruktivisme
adalah belajar aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif, dan lain sebagainya.

6. a. Kenapa Landasan Ilmiah Memegang Peranan Penting Dalam Teknologi


Pendidikan
Teknologi pendidikan adalah penerapan pengetahuan ilmiah mengenai belajar dan
kondisi belajar untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi pengajaran dan
pelatihan. Jika tidak ada temuan atau prinsip ilmiah, maka teknologi pendidikan
menggunakan tehnik teruji secara empirik untuk meningkatkan proses belajar.
Teknologi pendidikan merupakan cabang ilmu yang memiliki obyek format “belajar”
manusia, baik secara pribadi maupun secara kelompok yang memiliki pola
pendekatan-pendekatan sebagai berikut :
1. Isomeristik, yaitu pendekatan yang menggabungkan berbagai unsure yang saling
berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang lebih bermakna.
2. Sistematik, yaitu dilakukan secara teratur dan menggunakan pola tertentu dan
runtut.
3. Sistemik, dilakukan secara menyeluruh, holistic atau komprehens.
b. Bentuk Penelitian Apa saja Yang Bisa Digolongkan Pada Penelitian Teknologi
Pendidikan dan Contoh Makalahnya.
1. Online Survey Tools: SurveyMonkey, Zoomerang, PollDaddy
2. Analytical Tools: Excel, Numbers, SPSS, Amos, dll
3. Learning Analytics: Moodle, LAe-R, dll Learning analytics berguna untuk pendidik untuk
mengdentifikasi mahasiswa dari drop out atau gagal di suatu mata kuliah.
Judul Penelitian : “ Pemanfaatan Aplikasi Teknologi Pendidikan di Sekolah”
7. Landasan Kebijakan Dalam Teknologi Pendidikan Dalam Membuat Kebijakan
Indonesia sendiri memiliki tujuan untuk mencerdaskan anak-anak bangsa, tentu untuk
mewujudkan hal tersebut dibutuhkan proses Pendidikan yang baik dan berkualitas.
Berbicara mengenai kualitas Pendidikan di Indonesia, masih sangat disayangkan bahwa
kualitas Pendidikan di negara kita masih dapat dikatakan rendah dan memprihatinkan.
Hal ini dibuktikan pada data yang ditunjukkan The World Economic Forum Swedia pada
tahun 2000, bahwa Indonesia masih menduduki urutan ke 37 dari 57 negara. Programme
for International Student Assessment atau PISA, juga merilis survei bahwa Indonesia
masih berada di peringkat 72 dari 77 negara di seluruh dunia. Hal ini memungkinkan
adanya penyebab yang mempengaruhi peringkat tersebut.

Rendahnya urutan kualitas Pendidikan di Indonesia ini salah satunya disebabkan oleh
rendahnya kualitas pengajar/pendidik. Selain itu sarana dan prasarana yang belum
sepenuhnya terpenuhi, lalu masalah pemerataan Pendidikan, serta sistem perencanaan
sampai evaluasi belajar yang masih dirasa menyulitkan.

Melihat keprihatinan yang terjadi pada bidang Pendidikan di Indonesia saat ini,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan atau Mendikbud Indonesia yakni Bapak Nadiem
Anwar Makariem mulai bertindak dengan membuat sistem Pendidikan yang dinamakan
Merdeka Belajar, sistem ini diharapkan dapat menjadikan Pendidikan yang berkualitas
bagi seluruh rakyat Indonesia. Didalam sistem Merdeka Belajar ini, disusun beberapa
strategi yang terdiri atas 10 kebijakan Pendidikan yang tertuang dalam Peta Jalan
Pendidikan Indonesia 2020-2035.

10 Kebijakan tersebut, diantaranya: (a) Menerapkan kolaborasi dan pembinaan


antar sekolah; (b) Meningkatkan kualitas guru dan kepala sekolah; (c) Membangun
platform Pendidikan nasional berbasis teknologi; (d) Memperbaiki kurikulum
nasional, pedagogi, dan penilaian; (e) Meningkatkan kolaborasi dengan pemerintah
daerah untuk memastikan distribusi yang merata; (f) Membangun
sekolah/lingkungan belajar masa depan; (g) Memberikan insentif atas kontribusi dan
kolaborasi pihak swasta di bidang Pendidikan; (h) Mendorong kepemilikan industri
dan otonomi Pendidikan vokasi; (i) Membentuk Pendidikan tinggi kelas dunia; dan (j)
Menyederhanakan mekanisme akreditasi dan memberikan otonomi lebih.

Penulis beranggapan bahwa adanya kebijakan-kebijakan tersebut akan menjawab


permasalahan-permasalahan yang sampai saat ini masih terjadi di Pendidikan Indonesia.
Seperti misalnya, rendahnya kualitas guru. Guru menjadi peran terpenting bagi proses
terjadinya belajar mengajar. Keberhasilan seorang peserta didik dalam menyerap
pelajaran yang diterima ditentukan dengan seorang guru yang berhasil pula dalam
mengajar. Dalam hal ini, Mendikbud berusaha mengupayakan untuk meningkatkan
kualitas pelatihan, penilaian, serta mengembangkan platform pembelajaran bagi guru.

Lalu terkait dengan sarana dan prasarana, serta pemerataan Pendidikan yang belum
sepenuhnya terpenuhi. Mengingat bahwa Pendidikan pun harus ikut serta dalam
mengikuti perkembangan zaman yang pada era ini sudah serba menggunakan teknologi,
tetapi pada kenyataannya daerah-daerah terpencil di negara kita, masih sangat sulit
menjangkau adanya penggunaan teknologi. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri
bagi pemerintah dalam menyikapi permasalahan ini.
Belum lagi, permasalahan minat membaca peserta didik di Indonesia yang masih
sangat kecil. Mungkin hal ini bisa disebabkan karena suatu pembiasaan atau motivasi
yang belum sampai pada diri peserta didik. Serta sarana dan prasarana seperti pemasokan
buku-buku dan juga perpustakaan di sekolah-sekolah belum terwujud. Bagi sebagian
sekolah perkotaan, yang umumnya sudah menggunakan berbagai alat teknologi, minat
membaca ini harus ditumbuhkan kembali. Sedangkan bagi sekolah di pedesaan,
pembelajaran yang berbasis teknologi harus diusahakan untuk diterapkan.

Anda mungkin juga menyukai