PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia menyadari urgensi pendidikan bagi sebuah negara, karena itulah
pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan di negeri ini.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah, yaitu dengan menyediakan sarana dan
prasarana untuk menunjang mutu pendidikan (Putra, 2017). Terlebih lagi disituasi Pandemi
Covid-19 seperti sekarang ini, yang mengakibatkan pembelajaran tidak dapat dilakukan
secara langsung, pemerintah dituntut untuk mencari jalan keluar agar siswa tetap
mendapatkan pendidikan. Dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, pemerintah
memberikan kebijakan baru terkait sistem pembelajaran yang diubah dari luring ke sistem
pembelajaran secara daring (Herliandry dkk, 2020). Kemudian pemerintah juga
menyediakan bantuan kuota internet gratis untuk seluruh siswa dan mahasiswa di Negara
Indonesia setiap bulannya agar mereka tetap mendapatkan pendidikan meskipun secara
daring. Kebijakan pemerintah tersebut, mengakibatkan pendidik dan peserta didik harus
bermigrasi dari sistem pembelajaran secara tradisional (tatap muka) menjadi sistem
pembelajaran secara daring (jarak jauh). Kemudian, mendesak elemen-elemen yang terlibat
dalam pendidikan agar mampu beradaptasi, berinteraksi, dan melakukan transfer
pengetahuan secara online (Herliandry dkk, 2020).Pembelajaran secara online, dirasa
mampu menyelesaikan masalah keterlambatan siswa dalam menerima pembelajaran
(Herliandry dkk, 2020). Padahal di sisi lain, pembelajaran secara online berdampak pada
kondisi psikologis siswa dan terdapat siswa yang tidak dapat mengakses internet karena
tinggal di daerah terpencil. Hal tersebut menandakan bahwa kebijakan pembelajaran secara
daring memunculkan problematika baru dalam dunia pendidikan (Saleh, 2020).
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah yang kami angkat dalam penulisan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Bagaimana perbandingan tingkat pemahaman dan kendala yang dihadapi siswa pada saat
pembelajaran via daring pada saat pandemi dengan pembelajaran offline sebelum
pandemi?
2. Bagaimana tingkat efektivitas bantuan pemerintah berupa kuota internet dalam
pembelajaran daring?
3. Bagaimana peran mahasiswa dalam menyelesaikan kendala yang dihadapi oleh siswa
pada pembelajaran daring dan bagaimana upaya mahasiswa dalam menyadarkan siswa
supaya bantuan pemerintah dapat digunakan secara optimal?
a. Bagi pembaca, diharapkan menjadi lebih sadar akan pentingnya pendidikan bagi sebuah
negara.
b. Bagi penulis, diharapkan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh penulis dan berguna bagi
kemajuan ilmu pengetahuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2002 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi pendidik dengan peserta
didik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar. Hamalik dalam
Fakhrurrazi (2018, hlm. 86) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis,
kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang kelas, audio visual) dan proses yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Dari beberapa pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu aktivitas yang melibatkan adanya guru dan
peserta didik serta segala hal yang mendukung dalam suatu lingkungan agar terjadinya
proses penyaluran ilmu secara bertahap. Adanya pembelajaran bertujuan untuk
mengembangkan kerangka berpikir peserta didik sehingga terciptanya kemampuan dan
perilaku baru yang bersifat relatif permanen.
a. Faktor Internal
Faktor fisiologis dan faktor psikologis dalam pengertian faktor fisiologis seperti kebiasaan
yang prima. tidak dalam keadaan lelah atau capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan
sebagainya. hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi
pelajaran. sedangkan faktor psikologis dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki
kondisi yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya siswa.
beberapa faktor psikologis.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor tersebut dapat dibagi
menjadi 2, yaitu faktor lingkungan dan faktor non sosial:
1) Lingkungan Sosial Sekolah seperti guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas
dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan
perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya
dalam hal belajar.
2) Lingkungan Non Sosial. Faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung
sekolah letaknya, rumah dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar
yang digunakan siswa
1. Pendidikan jarak jauh adalah proses belajar-mengajar yang dilakukan secara jarak jauh
melalui penggunaan berbagai media komunikasi.
2. Proses pembelajaran dilakukan secara elektronik (e-learning), dimana memanfaatkan
paket informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran yang dapat diakses oleh peserta didik kapan saja dan dimana saja.
3. Sumber belajar adalah bahan ajar dan berbagai informasi dikembangkan dan dikemas
dalam bentuk yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi serta digunakan dalam
proses pembelajaran.
E. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring
1. Kelebihan Pembelajaran Daring Menurut Hadisi dan Muna (2015, hlm. 130) , kelebihan
pembelajaran daring antara lain:
a. Biaya, E-Learning mampu mengurangi biaya pelatihan. pendidikan dapat menghemat
biaya karena tidak perlu mengeluarkan dana untuk peralatan kelas seperti penyediaan
papan tulis, proyektor dan alat tulis.
b. Fleksibilitas waktu E-Learning membuat pelajar dapat menyesuaikan waktu belajar karena
dapat mengakses pelajaran kapanpun sesuai dengan waktu yang diinginkan.
c. Fleksibilitas tempat E-Learning membuat pelajar mengakses materi pelajaran dimana saja,
selama komputer terhubung dengan jaringan.
d. Fleksibilitas kecepatan pembelajaran e-learning dapat disesuaikan dengan kecepatan
belajar masing-masing siswa.
2. Kekurangan Pembelajaran Daring
Menurut Hadisi dan Muna (2015, hlm. 131), kekurangan pembelajaran daring antara lain:
a. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa bahkan antar siswa itu sendiri yang
mengakibatkan keterlambatan terbentuknya values dalam proses belajar mengajar.
b. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis.
c. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
d. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
e. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
BAB III
METODE PENULISAN
A. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kepustakaan atau kajian literatur. Metode penelitian kepustakaan atau kajian literatur
adalah serangkaian penelitian yang metode pengumpulan datanya berkaitan dengan data
pustaka atau objek penelitiannya didapat melalui berbagai informasi kepustakaan seperti
buku, ensiklopedia, jurnal ilmiah, koran, majalah, dan dokumen (Syaodih, 2009). Adapun
penelitian ini bersifat analisis deskriptif, yaitu penguraian secara sistematis data yang
diperoleh kemudian diberikan pemahaman dan penjelasan supaya dapat dipahami dengan
baik oleh pembaca. Subjek penelitian ini adalah siswa dan mahasiswa di Indonesia,
sedangkan objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran daring dan luring, serta bantuan
pemerintah berupa kuota internet.
B. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh
peneliti dari beragam informasi kepustakaan seperti studi kepustakaan, dokumentasi, buku,
majalah, koran, arsip tertulis yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti. Adapun
sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa buku dan laporan ilmiah
primer yang terdapat di dalam artikel atau jurnal noncetak yang berkaitan dengan
pembelajaran daring dan luring, serta bantuan pemerintah berupa kuota internet.
E. Prosedur Penelitian
Terdapat empat prosedur dalam penelitian ini, yaitu (1) Organize, yakni mengorganisasi
literatur yang akan ditinjau mulai dari mencari ide, tujuan umum, dan simpulan dengan cara
membaca abstrak, membaca beberapa paragraf pendahuluan beserta kesimpulannya, serta
mengelompokkan literatur berdasarkan kategori-kategori tertentu. Literatur tersebut juga
harus relevan atau sesuai dengan permasalahan; (2) Synthesize, yakni menyatukan hasil
organisasi literatur menjadi suatu kesatuan ringkasan yang padu dengan mencari
keterkaitan antar literatur; (3) Identify, yakni mengidentifikasi isu-isu kontroversi atau isu
yang dianggap sangat penting untuk dianalisis untuk mendapatkan suatu tulisan yang
menarik untuk dibaca; dan (4) Formulate, yakni merumuskan pertanyaan yang
membutuhkan penelitian lebih lanjut.
BAB IV
Mahasiswa mempunyai peran dalam menyelesaikan kendala yang dihadapi oleh siswa pada
pembelajaran daring yaitu dengan cara :
1. Menjadi contoh dalam masyarakat.
2. Mensosialisasikan pentingnya optimalisasi dalam pembelajaran daring.
3. Membantu Siswa yang Kesulitan Memahami Materi Pelajaran.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang kami peroleh, maka diperoleh kesimpulan bahwa pendidikan
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam tatanan negara. Hal itu dikarenakan,
pendidikan adalah komponen kehidupan yang paling urgen. Selanjutnya, penulis juga
menyimpulkan bahwa pembelajaran daring di Indonesia selama pandemi belum efektif,
karena memunculkan problematika baru dalam dunia pendidikan. Adapun kontribusi yang
dapat dilakukan mahasiswa sebagai stakeholder di masyarakat, yaitu mahasiswa dapat
memberikan contoh yang baik dalam penggunaan media sosial, mengadakan sosialisasi
secara offline maupun online terkait pembelajaran daring, dan membantu anak-anak di
lingkungan sekitar yang mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran selama daring
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah mahasiswa sebagai agent of change memiliki
kewajiban untuk menyampaikan pendapat dan solusi dalam mengatasi permasalahan
pendidikan di Indonesia. Dalam permasalahan yang telah dirumuskan di penelitian ini,
mahasiswa dapat memberikan sosialisasi kepada siswa untuk menggunakan media sosial
secara bijak dengan menjadikan media sosial sebagai media belajar. Selain itu, mahasiswa
juga dapat memberikan sosialisasi kepada orang tua untuk mengawasi anak dalam
menggunakan gadget untuk meminimalisir anak supaya tidak mengakses konten negatif
sehingga bantuan kuota pemerintah dapat dimanfaatkan secara optimal.