Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS FLIPBOOK DIGITAL


PADA MATERI SISTEM KOORDINASI SMA KELAS 11

Oleh :

Lyne Vina Sartua Pardede

1705111056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

AGUSTUS

2020
A. Judul
Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Flipbook Digital Pada Materi
Sistem Koordinasi Sma Kelas XI

B. Latar Belakang Masalah


Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang melibatkan komunikasi dan
kerjasama antara guru dengan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran yang bermakna merupakan proses pembelajaran yang dapat
mengembangkan sikap, tingkah laku, pengetahuan dan keterampilan peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, hal ini sesuai dengan Pasal 3
dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional.
Berhubungan dengan hal tersebut pemerintah Indonesia menerapkan Kurikulum 2013
yang menuntut guru untuk mengimplementasikan pembelajaran abad-21. Pendidikan
abad 21 menuntut untuk tercapainya keterampilan dalam suatu kegiatan pembelajaran,
tuntutan tersebut meliputi terlatihnya keterampilan hidup dan berkarir, keterampilan
teknologi dan media informasi serta keterampilan belajar dan berinovasi (Wijayanti,
2019)
Situasi dan kondisi Indonesia yang masih dalam pandemic Covid-19
menyebabkan interaksi guru dan siswa yang awalnya tatap muka kini beralih menjadi PJJ
(pembelajaran jarak jauh) atau sering disebut dengan daring. Bentuk interaksi yang
berubah ini mengganggu proses belajar yang semestinya. Untuk itu, diperlukan strategi
pembelajaran yang dapat diimplementasikan dengan berbagai perlengkapan atau media
pembelajaran seperti RPP, LKPD, buku ajar, dan media pembelajaran lainnya. Media
pembelajaran yang dipilih bergantung dengan teknik dan metode pembelajaran yang
digunakan. Salah satu pembelajaran biologi yang membutuhkan media pembelajaran
adalah materi sistem koordinasi, hal ini bertujuan supaya peserta didik lebih mudah
menangkap, memproses dan menyusun informasi visual atau verbal yang diterima
sebagai pengetahuan dalam proses belajarnya, namun pada kenyataannya masih banyak
sekolah-sekolah yang belum menggunakan tehnik dan media pembelajaran guna
menunjang pembelajaran di era pandemic yang mengandalkan sistem daring.
Konsep sistem koordinasi adalah salah satu konsep tersulit yang ada pada tingkat
sekolah menengah atas, sehingga kebanyakan peserta didik tidak memiliki hasil belajar
yang memuaskan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut seperti isis
pelajaran yang sangat sulit serta media pembelajaran yang digunakan sudah modern
namun kurang efektif.
Pada umumnya, beberapa sekolah masih mengandalkan strategi ceramah atau
diskusi dalam proses pembelajaran. Menurut Nopianingsih (2018: 1) ditemukan banyak
masalah dalam pembelajaran biologi, seperti rendahnya hasil belajar yang diperoleh
siswa yang disebabkan oleh materi yang berupa hafalan dan abstrak serta
penyampaiannya juga masih sering secara konvensional. Hal ini diperparah dengan
adanya pandemic yang menutup akses tatap muka dan menyebabkan strategi yang
digunakan dalam proses belajar hanya membagikan pr dan tugas lewat group Whatshap
atau Google Classroom tanpa adanya pembekalan ilmu kepada siswa sebagaimana proses
pembelajaran yang seharusnya. Metode yang digunakan oleh guru tidak menunjukkan
hasil yang baik karena faktor media yang kurang memadai, selain itu strategi yang
digunakan memberatkan baik untuk pihak siswa dan orang tua. Banyak orang tua
mengeluh karena mereka mendapatkan keluhan ketidakpahaman dari anaknya akan
pembelajaran yang berlangsung, pengerjaan tugas yang diberikan tidak lagi berfungsi
sebagai pendisiplin ilmu melainkan membebankan siswa dan orang tua dalam aspek
berpikir dan ekonomi.
Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, untuk mengatasi kesulitan siswa dalam
proses belajar ialah dengan menggunakan alat bantu media pembelajaran Flipbook
berbasis digital. Media pembelajaran berbasis flipbook sangat mendukung dalam proses
belajar daring, karena Flipbook dapat diakses dengan internet dan fitur-fitur yang
disediakan seperti audio, video, animasi, gambar dan link yang dikemas dalam satu
tampilan mendukung siswa agar tidak bosan dalam pembelajaran, dan menguntungkan
siswa dalam memahami materi sistem koordinasi yang termasuk kategori sulit. Media
dapat didesain menggunakan pendekatan saintifik, desain pembelajaran kontekstual yang
mempengaruhi ketrampilan proses peserta didik dalam memahami konsep pembelajaran
secara mandiri. Tuntutan belajar secara daring dan mandiri akan menjadikan siswa
mengingat lebih lama konsep yang dipelajarinya apabila menggunakan strategi dan media
yang tepat.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis sangat tertarik untuk melakukan
pengembangan media pembelajaran berbasis Flipbook digital pada materi sistem
koordinasi SMA kelas XI.

C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat drumuskan suatu permasalahan
yaitu : Bagaimana Hasil Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Flipbook Digital
Pada Materi Sistem Koordinasi SMA Kelas XI?

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan Media Pembelajaran
Flipbook Digital Pada Materi Sistem Koordinasi SMA Kelas XI yang baik dan valid

E. Manfaat Penulisan
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagi teoritik
Hasil pengembangan ini dapat membantu pengembangan pengetahuan yang terjadi
saat ini, terutama dengan pemanfaatan media pembelajaran
2) Bagi praktis
a. Bagi guru, sebagai sumber referensi dalam mengembangkan media pembelajaran
sebagai sarana pembelajaran daring serta media Flipbook yang sudah valid dapat
digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep pada
materi sistem koordinasi.
b. Bagi siswa, sebagai media untuk belajar mandiri dan mempermudah memahami
konsep-konsep yang ada pada materi sistem koordinasi.
c. Bagi peneliti, meningkatkan pengetahuan dan wawasan peneliti dalam
mengembangkan media pembelajaran
F. Definisi Operasional
Penulis menjelaskan beberapa definisi untuk menghindari adanya salah penafsiran
berkaitan dengan penelitian ini, berikut penjelasan beberapa istilah diantaranya :
1) Belajar
Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku seseorang yang diperoleh
dari interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tersebut dapat berupa dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti, yang bersifat relative permanen
dan akan berguna dalam proses kehidupan selanjutnya.
2) Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidikan dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik
agar dapat terjadi proses perolehan ilmu, pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah proses untuk membenatu siswa agar dapat belajar dengan baik.
3) Media
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke enerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat
siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media yang akan digunakan pada
penelitian ini adalah Flipbook digital.
4) Flipbook
Flipbook merupakan pengembangan dari e-book sebagai salah satu media alternative
untuk memudahkan proses pembelajaran. Menurut Tridewi Eni Wijayanti (2019)
Flipbook di desain secara tiga dimensi sehingga mampu memberikan kesan membaca
buku cetak pada umumnya serta mampu melibatkan tampilan audio, visual, sound dan
movie sehingga mudah digunakan oleh siswa sebagai media dan juga sumber
pembelajaran.
5) Materi Sistem Koordinasi
Sistem saraf manusia merupakan salah satu sistem yangterdapat dalam tubuh
manusia. Mekanisme kerja organ-organ tubuh dapat selaras dan teratur karena didalam
tubuh manusia terdapat suatu sistem yang dapat mengatur segala aktifitas tersebut yaitu
sistem koordinasi. Materi sisten saraf manusia yang akan peneliti kembangkan hanya
terbatas pada sel saraf (neuron), prinsip penghantaran impuls, gerak reflex, dan susunan
sistem saraf.

G. Kajian Teoritis
1. Belajar

Dalam dunia pendidikan istilah belajar sudah banyak dijelaskan secara luas oleh
beberapa ahli dalam bidang pendidikan. Belajar merupakan kegiatan manusia untuk
mengetahui berbagai hal yang ada di masyarakat. Menurut Hamalik (2008), “ belajar
ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”. Gagne dan Berliner (1984)
menyebutkan bahwa “belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah
perilakunya karena hasil dari pengalaman”. Pengalaman yang dimiliki oleh seseorang
diperoleh melalui interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Slameto (2010) yang menjelaskan bahwa “belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya”.
Perubahan yang terjadi dari proses belajar bersifat relatif tetap seperti yang
diungkapkan oleh Morgan dalam Suprijono (2012), “Learning is any relatively
permanent change in behavior that is a result of past experience”. (Belajar adalah
perubahan perilaku yang bersifat relatif permanen sebagai hasil dari pengalaman yang
lalu).
Berdasarkan pengertian belajar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku seseorang, yang diperoleh dari
interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tersebut dapat berupa dari tidak tahu menjadi
tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti, yang bersifat relatif permanen dan akan
berguna dalam proses kehidupan selanjutnya.

A. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Belajar


Hasil dari sebuah proses belajar ialah perubahan perilaku yang terjadi pada
siswa. Perubahan yang terjadi pada siswa tidak sama antara siswa yang satu dan yang
lain. Hal tersebut terjadi karena ada faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
Slameto (2013) menjelaskan bahwa kegiatan belajar dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang
dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Faktor internal terdiri dari dua aspek:
aspek jasmani dan aspek psikologis. Berikut uraian dari masing-masing faktor.
(1) Aspek Jasmani
Aspek jasmani terdiri dari kesehatan dan kecacatan tubuh. Untuk
mendapatkan hasil belajar yang baik, seseorang harus dapat menjaga
kesehatan tubuh dengan baik pula, selain itu keadaan cacat tubuh seseorang
juga dapat mempengaruhi hasil belajar.
(2) Aspek Psikologis
Aspek psikologis merupakan faktor yang berkaitan dengan kondisi
kejiwaan siswa. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa,
baik secara kuantitas maupun kualitas. Aspek psikologis terdiri dari
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu, yakni kondisi
lingkungan di sekitar siswa yang dapat mempengaruhi proses belajarnya. Faktor
eksternal meliputi: keluarga, sekolah, dan masyarakat.
(1) Keluarga
Keluarga merupakan hal yang paling dekat dengan siswa. Keadaan di
dalam keluarga akan berpengaruh pada proses belajar siswa. Keadaan
tersebut dapat berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah tangga, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, dan latar
belakang kebudayaan. Semakin baik kondisi yang ada di keluarga, maka akan
dapat mendukung siswa dalam proses belajar.
(2) Sekolah
Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar salah satunya ialah sekolah.
Sekolah merupakan tempat dimana siswa melakukan proses belajar secara
formal. Faktor-faktor eksternal yang berasal dari sekolah dapat berupa
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah,
pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar, dan tugas rumah.
(3) Masyarakat
Masyarakat menjadi faktor eksternal yang penting untuk proses belajar
siswa. Sebagian besar waktu yang dimiliki siswa setiap harinya dihabiskan di
lingkungan masyarakat. Hal yang mempengaruhi siswa di dalam masyarakat
dapat berupa kegiatan siswa, media massa, teman bergaul, dan bentuk
kehidupan masyarakat.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
proses belajar seseorang dapat berasal dari dalam diri siswa, maupun dari luar diri
siswa. Kedua faktor tersebut sangat penting untuk diperhatikan, karena dapat
memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa nantinya, baik positif maupun
negatif. Untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara keluarga, sekolah, dan
masyarakat, agar dapat tercipta kondisi yang dapat membantu siswa mencapai hasil
belajar yang diharapkan.

2. Pembelajaran
A. Hakikat Pembelajaran
Hakikat Pembelajaran Pembelajaran diambil dari kata belajar. Belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Menurut
Oemar Hamalik (2011) bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan. Setelah melakukan proses belajar,
biasanya seseorang akan menjadi lebih respek dan memiliki pemahaman yang lebih
baik terhadap objek, makna, dan peristiwa yang dialaminya.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan
anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik (Abdul Majid, 2014).
Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berinteraksi dengan
guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi juga berinteraksi dengan keseluruhan
sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Pembelajaran menurut Dengeng dalam Hamzah B. Uno (2006) adalah upaya
untuk membelajarkan siswa. Artinya, dalam pembelajaran terdapat kegiatan untuk
memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode atau model pembelajaran sesuai
kondisi pengajaran yang akan dilakukan guru. Sedangkan menurut Robert Heinich
yang dikutip oleh Benny A Pribadi (2009) pembelajaran merupakan sebuah sistem
dengan komponen-komponen yang salaing berkaitan untuk melakukan suatu sinergi,
yaitu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Menurut Martinis Yamin (2007) pembelajaran yang dialakuakan antara guru dan
siswa harus mengacu pada peningkatan aktivitas belajar siswa. Dengan melibatkan
siswa berperan dalam kegiatan pembelajaran, berarti mengembangkan kapasistas
belajar dan potensi yang dimiliki siswa secara penuh.
Konsep pembelajaran lebih lengkap menurut Oemar Hamalik (2011) bahwa:
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem
pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga
laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide
dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruang kelas,
perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode
penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.
Dari semua konsep pembelajaran yang dijelaskan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang
dilakukan oleh guru dengan peserta didik agar terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan untuk pembelajaran sesuai kondisi pengajaran yang akan dilakukan
guru. Sedangkan menurut Robert Heinich yang dikutip oleh Benny A Pribadi (2009)
pembelajaran merupakan sebuah sistem dengan komponen-komponen yang salaing
berkaitan untuk melakukan suatu sinergi, yaitu mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
B. Tujuan Pembelajaran
Pada setiap kegiatan pembelajaran pasti ada tujuan, karena pembelajaran
dilakukan secara sadar dan sengaja. Tujuan (goals) adalah rumusan yang luas
mengenai hasil-hasil pendidikan yang diinginkan (Oemar Hamalik, 2011). Tujuan
pembelajaran dirancang untuk membentu siswa agar memperoleh berbagai
pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa akan bertambah, baik
kualitas maupun kuantitas. Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan,
keterampilan, dan nilai atas norma sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa.
Kunci dalam menentukan tujuan pembelajaran adalah adanya kebutuhan peserta
didik, mata ajaran, dan guru. Suatu tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik
apabila terdapat faktor-faktor yang mendukungnya, seperti adanya media dan metode
pembelajaran yang tepat. Dengan adanya media dan metode pembelajaran, baik guru
maupun peserta didik akan lebih mudah menyampaikan maupun menerima materi
pelajaran. Menurut Arief S. Sadiman (2003) bahwa media adalah segala sesuatunya
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
minat dapat merangasang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian
rupa sehingga proses belajar terjadi. Maka dalam proses pembelajaran akan terjadi
komunikasi yang baik antara dua pihak, dan tujuan pembelajaran akan tercapai
dengan mudah.
Menurut Oemar Hamalik (2011) suatu tujuan pembelajaran seyogianya
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya: dalam
situasi bermain peran;
2) Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat
diamati;
3) Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya: pada
peta pulau jawa, siswa dapat mewarnai dan memberi label pada sekurang-
kurangnya tiga gunung utama.
C. Perencanaan Pembelajaran
Menurut Abdul Majid (2007) perencanaan adalah menyusun langkah-langkah
yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan
perencanaan menurut William H. Newman dalam buku Administrative Action
Techniques of Organization and Management yang dikutip oleh Abdul Majid (2007)
mengemukakan bahwa perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan.
Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-
penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-
metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan
siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun tidak
langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran (Rusman, 2011).
Maka, secara umum perencanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses
menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan.
Dalam melakukan perencanaan pembelajaran guru perlu mempersiapkan
perangkat yang harus dilaksanakan. Menurut Hidayat (1990) yang dikutip oleh
Abdul Majid (2007) mengemukakan bahwa perangkat pembelajaran yang harus
dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran antara lain:
1) Memahami kurikulum.
2) Menguasai bahan ajar.
3) Menyusun program pengajaran.
4) Melaksanakan program pengajaran.
5) Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah
dilaksanakan.
Perencanaan proses pembelajaran meliputi Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Dalam RPP memuat identitas mata pelajaran, Kompetensi Inti
(KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran,
alat/bahan pembelajaran, sumber pembelajaran, langkah-langkah kegiatan
pembelajaran, serta penilaian. Pada Kurikulum 2013, silabus sudah disipakan oleh
pemerintah, sehingga guru tinggal mengembangkan rencana pembelajarannya.
Silabus dapat diartikan sebagai kontrak belajar antara guru dan peserta didik
yang memuat materi-materi yang akan dipelajari. RPP merupakan rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam
silabus. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun untuk setiap kompetensi dasar
yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih (Rusman, 2011).

3. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal Bahasa Latin, yakni “medius” yang secara harfiah berarti
‘tengah’,’ perantara’ atau ‘pengantar’. Di bahasa Arab media disebut ‘wasail’ bentuk
jamak dari ‘wasilah’, yakni sinonim “alwast” yang artinya juga ‘tengah’. Kata ‘
tengah’ itu sendiri berarti berada di antara dua sisi, maka disebut juga sebagai
‘perantara’ (wasilah) atau yang mengantarai kedua sisi tersebut (Yudhi Munadi,
2013). Berdasarkan pernyataan diatas media dapat disebut juga sebagai pengantar
atau penghubung, yaitu yang mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan
sesuatu hal dari satu sisi ke sisi yang lain. Lebih lanjut Gerlach dan Ely (Azhar
Arsyad, 2011) menjelaskan bahwa media dapat dipahami secara garis besar meliputi
manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.
Berdasarkan pengertian tersebut guru, buku teks, dan lingkungan sekolah
dimaksudkan sebagai media. Lebih khusus media dalam pembelajaran lebih
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis dan elektronik untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Yudhi
Munadi (2013) mendefinisikan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga
tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan
proses belajar secara efisien dan efektif.
Sesuai pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan media pembelajaran
merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari sumber belajar yaitu
buku atau modul dan sumber belajar lainnya kepada penerima yaitu siswa, agar
tercipta lingkungan berlajar yang kondusif, efisien, dan menyenangkan.

b. Klasifikasi Media Pembelajaran


Media pembelajaran memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda-beda dalam
menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Menghasilkan proses pembelajaran
yang berlangsung dengan baik tentunya seorang guru harus mengetahui sifat dan
fungsi dari masing-masing media. Oleh karena itu, pengelompokkan media
pembelajaran sangat penting untuk diketahui agar memudahkan pendidik dalam
memahami sifat media dan dalam menentukan media yang cocok untuk
pembelajaran atau topik pembelajaran tertentu.
Media pembelajaran berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi pada
zamannya. Beberapa ahli menggolongkan media pembelajaran dari sudut pandang
yang berbeda. Schramm (Rayandra Asyhar, 2012) menggolongkan media
berdasarkan kompleknya suara yaitu media kompleks (film, TV, video/VCD) dan
media sederhana (slide, audio, transparansi, teks). Sementara Seels & Glasgow
(Sutirman, 2013) membagi media berdasarkan perkembangan teknologi, yaitu: media
dengan teknologi tradisional dan media dengan teknologi mutakhir. Media dengan
teknologi tradisional meliputi: (a) visual diam yang diproyeksikan berupa proyeksi
opaque (tak tembus pandang), proyeksi overhead , slides, filmstrips; (b) visual yang
tidak diproyeksikan berupa gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, pameran,
papan info; (c) audio terdiri dari rekaman priringan dan pita kaset ; (d) penyajian
multimedia dibedakan menjadi slide plus suara dan multi image; (e) visual dinamis
yang diproyeksikan berupa film, televisi, video; (f) media cetak seperti buku teks,
modul teks terprogram, workbook, majalah ilmiah, berkala, dan hand out; (g)
permainan diantaranya teka-teki, simulasi, permainan papan ; (h) realita dapat berupa
model, specimen (contoh), manipulatife (peta, miniature, boneka).
Mengacu pada pengelompokkan media yang disusun para ahli, ada lima kategori
media pembelajaran menurut Setyosari & Sihkabudden (Rayandra Asyhar, 2012)
yakni:
1. Pengelompokkan berdasarkan ciri fisik
Berdasarkan ciri dan bentuk fisiknya, media pembelajaran dapat
dikelompokkan ke dalam empat macam, yaitu:
(1) Media pembelajaran dua dimensi (2D) yakni media yang memperlihatkan
satu arah pandangan saja, yang hanya dilihat dimensi panjang dan lebarnya
saja. Contohnya foto, grafik, peta, dan lain-lain.
(2) Media pembelajaran tiga dimensi (3D) yaitu media yang tampilannya dapat
diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai panjang, lebar dan
tinggi/tebal. Contohnya model, prototype, bola kotak, meja, kursi, dan alam
sekitar.
(3) Media pandang diam (still picture) yaitu media yang menggunakan media
proyeksi yang hanya menampilkan gambar diam pada layar. Contohnya foto,
tulisan, gambar binatang atau gambar alam semesta.
(4) Media pandang gerak (motion picture) yakni media yang menggunakan
media proyeksi yang dapat menampilkan gambar bergerak, termasuk media
televisi, film atau video recorder termasuk media pandang gerak yang
disajikan melalui layar monitor (screen) di komputer atau layar LCD dan
sebagainya.

2. Pengelompokkan berdasarkan unsur pokoknya


Berdasarkan unsur pokok atau indera yang dirangsang, media pembelajaran
diklasifikasikan menjadi tiga macam, yakni media visual, media audio dan media
audio-visual. Ketiga penggolongan ini dijabarkan lebih lanjut oleh Sulaiman
(Rayandra Asyhar, 2012) menjadi sepuluh macam, yaitu:
1) Media audio: media yang menghasilkan bunyi, misalnya audio cassette tape
recorder, dan radio.
2) Media visual: media visual dua dimensi dan media visual tiga dimensi.
3) Media audio-visual: media yang dapat menghasilkan rupa dan suara dalam
suatu unit media.
4) Media audio motion visual: penggunaan segala kemampuan audio dan visual
ke dalam kelas, seperti televisi, video tape/cassette recorder dan sound-film.
5) Media audio still visual: media lengkap kecuali penampilan motion/ geraknya
tidak ada, seperti soundfilmstrip, sound-slides, dan rekaman still pada televisi.
6) Media audio semi-motion: media yang berkemampuan menampilkan titik-
titik tetapi tidak dapat menstransmit secara utuh suatu motion yang nyata.
Contonya telewriting dan recorder telewriting.
7) Media motion visual: silent film (film bisu) dan loop film.
8) Media still visual: gambar, slides, filmstrips, OHP dan transparansi.
9) Media audio: telepon, radio, audio, tape recorder dan audio disk.
10) Media cetak: media yang hanya menampilkan informasi yang berupa simbol-
simbol tertentu saja dan berupa alphanumeric, seperti buku-buku, modul,
majalah, dll.

3. Pengelompokan berdasarkan pengalaman belajar


Thomas dan Sutjiono (Rayandra Asyhar, 2012) mengklasifikasikan media
pembelajaran menjadi tiga kelompok, yakni pengalaman langsung, pengalaman
tiruan dan pengalaman verbal (dari kata-kata).
1) Pengalaman melalui informasi verbal, yaitu berupa kata-kata lisan yang
diucapkan oleh pembelajar, termasuk rekaman katakata dari media perekam
dan kata-kata yang ditulis maupun dicetak seperti bahan cetak, radio dan
sejenisnya.
2) Pengalaman melalui media nyata, yaitu berupa pengalaman langsung dalam
suatu peristiwa (first hand experience) maupun mengamati atau objek
sebenarnya di lokasi.
3) Pengalaman melalui media tiruan adalah berupa tiruan atau model dari suatu
objek, proses atau benda. Contohnya molimod untuk model molekul, globe
bumi sebagai model planet bumi, prototype produk dan lain-lain.

4. Pengelompokkan berdasarkan penggunaan


Penggolongan media pembelajaran berdasarkan penggunaannya dapat dibagi
dua kelompok, yaitu yang dikelompokkan berdasarkan jumlah pengguna dan
berdasarkan cara penggunaannya (Rayandra Asyhar, 2012) menjelaskan:
a. Berdasarkan jumlah penggunaanya
Berdasarkan jumlah penggunanya, media pembelajaran dapat dibedakan
ke dalam tiga macam, yakni:
1) Media pembelajaran yang penggunaannya secara Individual oleh peserta
didik.
2) Media pembelajaran yang penggunaannya secara berkelompok/kelas,
misalnya film, slide, dan media proyeksi lainnya.
3) Media pembelajaran yang penggunaannya secara massal seperti televisi,
radio, film, slide.
b. Berdasarkan cara penggunaannya
Berdasarkan cara penggunaannya, media pembelajaran dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1) Media tradisional atau konvensional (sederhana, misalnya peta, ritatoon
(simbol-simbol grafis), roatatoon (gambar berseri), dll.
2) Media modern atau kompleks, seperti komputer diintegrasikan dengan
media-media elektronik lainnya. Contohnya ruang kelas otomatis, sistem
proyeksi berganda, sistem interkomunikasi.

5. Berdasarkan hirarki manfaat media


Jumlah penggunaan dan cara penggunaanya, media pembelajaran dapat pula
digolongkan berdasarkan hirarki pemanfaatannya dalam pembelajaran, dan
semakin rumit media yang dipakai maka semakin mahal biaya investasinya,
semakin mahal biaya investasinya, semakin susah pengadaanya. Namun, semakin
umum penggunaannya dan semakin luas lingkup sasarannya. Sebaliknya, semakin
sederhana jenis perangkat medianya, semakin murah biayanya, semakin mudah
pengadaannya, sifat penggunaanya semakin khusus dan lingkup sasarannya
semakin terbatas (Rayandra Asyhar, 2012).

c. Manfaat Media Pembelajaran


Hamalik sebagaimana dikutip oleh Azhar Arsyad (2011) mengemukakan bahwa
pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan
belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap sisw.
Selanjutnya Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2002) mengemukakan manfaat media
pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru
tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan berlajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Secara lebih khusus, Kemp & Dayton (Sutirman, 2013) mengindentifikasi
delapan manfaat media dalam pembelajaran, yaitu:
1) Penyampaian perkuliahan menjadi lebih baku
2) Pembelajaran cenderung menjadi lebih menarik
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif
4) Lama waktu pembelajaran dapat dikurangi
5) Kualitas hasil belajar siswa lebih meningkat
6) Pembelajaran dapat berlangsung di mana dan kapan saja
7) Sikap positif siswa terhadap materi belajar dan proses belajar dapat ditingkatkan
8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan media pembelajaran
sangat dirasakan manfaatnya dalam proses pembelajaran. Secara umum, media
pembelajaran dapat menarik perhatian siswa, membangkitkan motivasi siswa, media
pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan
data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan memadatkan
data. Media pembelajaran membuat metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak
semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata guru, sehingga siswa
tidak bosan. Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu keefektifan
proses pembelajaran serta penyampaian pesan atau isi pelajaran pada saat itu.

d. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran


Media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar tentunya harus dipilih
secara tepat agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Maka perlu diperhatikan
berbagai faktor yang dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan media
pembelajaran. Pertimbangan tersebut didasarkan atas kriteria-kriteria.
Sebagaimana yang disebutkan Rayandra Asyhar (2012) kriteria yang perlu
diperhatikan dalam proses pemilihan media pembelajaran sebagai berikut:
1. Jelas dan rapi. Media pembelajaran yang baik harus jelas dan rapi dalam
tampilannya. Mencakup layout atau pengaturan format sajian, suara, tulisan dan
ilustrasi gambar. Ini penting dalam proses penarikan sikap siswa dalam proses
belajar sehingga manfaat media itu sendiri maksimal dalam perbaikan
pembelajaran.
2. Bersih dan menarik. Bersih dalam artian tidak ada gangguan yang tak perlu dalam
tampilan media pembelajaran. Mencakup pada teks, gambar, suara dan video.
Media yang tidak menarik akan menurunkan motivasi siswa dalam proses belajar.
3. Cocok dengan sasaran. Media pembelajaran harus disesuaikan dengan jumlah
sasaran. Karena media pembelajaran yang diperuntukkan untuk kelompok besar
belum tentu cocok digunakan dengan kelompok kecil atau perorangan.
4. Relevan dengan topik yang diajarkan. Media pembelajaran yang dibuat harus
sesuai dengan karakteristik isi berupa fakta, konsep, prinsip, prosedural atau
generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran menjadi efektif dan
sesuai dengan kebutuhan dari siswa itu sendiri.
5. Sesuai dengan tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat harus sesuai
atau mengarah ke tujuan pembelajaran. Tujuan intruksional dalam pembelajaran
media ditetapkan yang secara umum mengacu pada salah satu dari tiga ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor.
6. Praktis, luwes, dan tahan. Media pembelajaran harus bersifat fleksibel. Artinya
media dapat digunakan oleh siapapun dan dimengerti oleh siapa saja.
7. Berkualitas baik. Kriteria media pembelajaran harus berkualitas baik. Kualitas ini
mencakup pada semua aspek pengembangan baik visual baik gambar fotografi.
Misalnya visual pada slide harus jelas tidak terganggu oleh elemen lain, misalnya
layout.
8. Ukurannya sesuai dengan lingkungan belajar. Media pembelajaran harus
disesuaikan dengan situasi atau kondisi dari lingkungan atau tempat media akan
digunakan. Misalnya di kelas yang sempit tidak cocok untuk media yang
berukuran besar karena akan membuat pembelajaran tidak kondusif.
Lebih lanjut, Azhar Arsyad (2011) mengemukakan kriteria – kriteria dalam
pemilihan media pembelajaran sebagai berikut:
1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Media pembelajaran yang di kembangkan harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Tujuan ini dapat diperlihatkan dalam bentuk tugas yang harus
dikerjakan/diperuntukkan oleh siswa.
2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi.
3) Media pembelajaran harus praktis, luwes, dan bertahan.
4) Guru terampil menggunakannya.
Sebaiknya media yang dikembangkan harus dapat digunakan bagi fasilitator
yaitu guru. Media pembelajaran dibuat dengan penyesuaian kemampuan guru.
5) Media pembelajaran dibuat dengan menyesuaikan kelompok sasaran. Karena
media untuk kelompok besar belum tentu cocok digunakan untuk kelompok
kecil.
6) Mutu teknis.
Kualitas visual dari media harus jelas dan rapi, tidak boleh terganggu oleh
elemen lainnya misalnya layout atau latar belakang slide.
Sesuai dengan pendapat-pendapat tersebut sebaiknya media pembelajaran yang
digunakan memiliki kriteria:
a. Jelas dan rapi.
b. Bersih dan menarik.
c. Cocok dengan sasaran.
d. Relevan dengan topik yang diajarkan.
e. Sesuai dengan tujuan pembelajaran.
f. Praktis, luwes, dan tahan.
g. Berkualitas baik.
h. Guru terampil dalam menggunakannya.

4. Media Flipbook
a. Pengertian Media Flipbook
Flipbook merupakan pengembangan dari e-book sebagai salah satu media
alternative untuk memudahkan proses pembelajaran. E-book merupakan salah
satu buku ajar yang digunakan diberbagai sekolah. E-book mudah didapat dengan
cara mengunduh disitus resmi depdikbud, kesesuaian isi dengan kurikulum.
Namun, dibalik kemudahan tersebut penggunaan e-book masih memiliki banyak
kelemahan yang perlu disempurnakan. Jika e-book yang disebarkan dapat
memadukan teks, gambar, video, audio dan animasi, tentu pembelajaran yang
berlangsung akan lebih menyenangkan, Yeni Septiani (2019).
Sedangkan flipbook dapat disajikan dengan format elektronik yang
didalamnya mampu memadukan teks, gambar, video, audio dan animasi yang
membuat pengguna lebih interaktif dengan program sehingga pembelajaran
berlangsung menarik dan menyenangkan. Menurut Tridewi Eni Wijayanti (2019)
Flipbook di desain secara tiga dimensi sehingga mampu memberikan kesan
membaca buku cetak pada umumnya serta mampu melibatkan tampilan audio,
visual, sound dan movie sehingga mudah digunakan oleh siswa sebagai media dan
juga sumber pembelajaran.

b. Kelebihan Media Flipbook


Menurut Yeni Septiani (2019) Pembelajaran IPA sekarang ini lebih
menekankan pada dimensi pedagogic modern, yaitu dengan pendekatan ilmiah
atau pendekatan saintific. Media flipbook cocok untuk memenuhi tuntutan
tersebut, dikarenakan media flipbook dapat menyempurnakan buku elektronik
penunjang belajar, sehingga dapat mengakomodasikan semua kegiatan
pembelajaran interaktif seperti mendengarkan, membaca, dan menulis. Media
flipbook yang digunakan dapat berupa gabungan teks, animasi, audio, dan video,
sehingga memberikan stimulus audio dan visual yang akan meningkatkan daya
ingat peserta didik. Media audiovisual mempunyai potensi yang tinggi dalam
penyampaian pesan 70% lebih efektif, menarik minat dan perhatian peserta didik
dalam proses pembelajaran. Menurut (Ramdania, 2013 dalam Dendik, dkk 2016)
Penggunaan media Flipbook dapat meningkatkan berfikir kreatif siswa dan juga
dapat mempengaruhi prestasi atau hasil belajar siswa. Menurut Muhammad Syarif
dan dkk dalam Yeni Septiani (2019), hasil akhir dari flipbook digital dapat
disimpan ke format html, exe, zip, screensaver dan app.

c. Kelemahan Media Flipbook


Menurut Dendik, dkk (2016) Adapun kelemahan dari flipbook yaitu
membutuhkan jumlah perangkat komputer yang sesuai dengan jumlah peserta
didik. Pembuatan media pembelajaran berbasis media Flash ini dilakukan dengan
menggunakan perangkat lunak yang bersifat open source. Dalam Yeni Septiani
(2019) Kelemahan dari media pembelajaran flipbook ini yaitu belum bisa
digunakan pada smartphone. Pada kegiatan pembelajaran hendaknya komunikasi
atau interaksi antara pendidik dan peserta didik perlu ditingkatkan agar dapat
merangsang minat belajar peserta didik.

5. Materi Sistem Koordinasi


Dalam Kurikulum 2013 materi Sistem Koordinasi merupakan salah satu materi
yang diajarkan di kelas XI SMA semester genap. Materi ini berisi pengetahuan dasar
mengenai sistem koordinasi pada manusia. Kajian utama materi mengenai struktur
dan jaringan penyusun organ pada sistem koordinasi saraf diantaranya adalah,
macam-macam rangsangan berdasarkan jenisnya, membedakan reseptor berdasarkan
arah rangsangan, mengidentifikasi struktur dan fungsi sel saraf, membedakan macam-
macam sel saraf, impuls saraf, gerak biasa dan gerak reflex, sistem saraf pusat, sistem
saraf tepi, zat psikoaktif terhadap sistem saraf dan mekanisme sistem koordinasi
saraf.
Materi ini tercantum dalam Kurikulum 2013 pada mata pelajaran Biologi Kelas
XI semester II dalam KD 3.10 yaitu Menganalisis hubungan antara struktur jaringan
penyusun organ pada sistem koordinasi dan mengaitkannya dengan proses koordinasi
sehingga dapat menjelaskan peran saraf dan hormone, dan alat indera dalam
mekanisme koordinasi dan regulasi serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada
sistem koordinasi manusia melalui studi literature, pengamatan, percobaan, dan
simulasi.

H. Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu
Proses pengembangan dan media Flipbook dilaksanakan di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Riau. Sedangkan
tahap uji coba terbatas dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Pekanbaru pada
bulan Agustus hingga Oktober 2020

2. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang mengacu pada
pendekatan penelitian R&D yang dalam penelitian ini menggunakan model ADDIE
yang dikembangkan oleh Dick and Carry. Menurut Endang Mulyatiningsih (2011)
model ADDIE terdiri dari lima tahapan yaitu Analyze, Design, Development,
Implement and Evaluate. Dalam penelitian ini, peneliti hanya melakukan penelitian
hingga tahap development. Berikut adalah alur pengembangan desain media:
Analisis Kurikulum (Silabus dan
KD 3.10 Biologi Kelas XI)

Analisis Tugas Spesifikasi Tujuan


Tahap 1. Pembelajaran
Analyze
Analisis konsep dan materi
pembelajaran

Tahap 2. Design Draft I

Validasi oleh pakar


Revisi I

Ujicoba I Draft II
Tahap 3. Develop

Revisi II Draft III

Revisi III Ujicoba II

Produk Media Flipbook

Gambar 1. Alur pengembangan media pembelajaran model ADDIE

a. Analyze (Analisis)
Analisis yang pertama kali dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
analisis kurikulum kemudian analisis tugas, analisis konsep, dan perumusan tujuan
pembelajaran. KD yang akan dianalisis untuk dikembangkan adalah KD 3.10 pada materi
Sistem Koordinasi kelas XI. Analisis diperlukan untuk mengetahui sejauh mana tuntutan
kurikulum terhadap kompetensi dasar yang akan dikembangkan. Kemudian dilakukan
analisis perangkat pembelajaran yang digunakan oleh guru seperti silabus dan RPP. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan tuntutan kurikulum terhadap KD yang akan
dikembangkan.
Selanjutnya analisis tugas pada buku dan yang diberikan oleh guru ke siswa
bertujuan untuk mengetahui apakah buku yang digunakan oleh guru dan siswa dalam
proses pembelajaran dapat memandu siswa menggunakan pendekatan saintifik untuk
meningkatkan pemahaman konsep siswa serta dilakukan untuk mengetahui keluasan dan
kedalaman materi Sistem Koordinasi bagi siswa SMA kelas XI. Analisis ini kemudian
dilakukan dengan menjabarkan konsep-konsep yang perlu didapatkan siswa. Setelah
konsep dijabarkan, selanjutnya dirumuskan kedalam tujuan pembelajaran. Hasil analisis
ini akan digunakan dalam mengembangkan media Flipbook digital nntuk meningkatkan
pemahaman konsep dan motivasi siswa pada tahap spesifikasi tujuan pembelajaran
menuju tahap design.
b. Design (Desain)
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan. Setelah melakukan
analisis, kemudian tahap selanjutnya adalah merancang produk yang akan dibuat.
Berdasarkan spesifikasi tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, maka pada tahap
desain akan ditentukan format media, menyusun kerangka media flipbook serta
merancang materi yang tercakup didalamnya. Hasil desain disebut dengan Draft I.

c. Development (pengembangan)
Tahap pengembangan merupakan tahap dimana peneliti merealisasikan apa yang
telah dirancang pada tahap desain. Pada tahap ini media Flipbook mulai dikembangkan.
Media yang telah dikembangkan selanjutnya diuji dan direvisi oleh pembimbing
penelitian. Saran dan perbaikan dari pembimbing penelitian. Saran dan perbaikan dari
pembimbing serta ujicoba I pada mahasiswa dijadikan sebagai bahan revisi I kemudia
divalidasi oleh 4 orang validator sehingga menghasilkan draft II. Selanjutnya draft II
dilakukan ujicoba 2 kepada 20 orang siswa SMA Negeri Pekanbaru Kelas XI secara
online kemuadian diberikan angket respon siswa. Dengan respon siswa kualitas media
atau produk tersebut dapat dilihat bahwa produk yang dikembangkan benar-benar teruji
secara empiris. Data dan perbaikan hasil respon siswa digunakan untuk menyempurnakan
media Flipbook yang dikembangkan dan menghasilkan produk media final.

3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Kompetensi Dasar (KD) 3.10 SMA Kelas XI yaitu :
Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem
koordinasi dan mengaitkannya dengan proses koordinasi sehingga dapat menjelaskan
peran saraf dan hormone, dan alat indera dalam mekanisme koordinasi dan regulasi
serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem koordinasi manusia melalui
studi literature, pengamatan, percobaan, dan simulasi.
Tabel 1. Kompetensi Inti pada Materi Sistem Koordinasi
KI 1 dan KI 2
Kompetensi Sikap Spiritual yaitu, “Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya”.
Kompetensi Sikap Sosial yaitu “Menghayati dan mengamalkan perilaku, jujur,
disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung
jawab, responsif, dan pro-aktif,
Dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan,
keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan
regional, dan kawasan internasional.
KI 3 KI 4
Memahami, menerapkan, menganalisis Menunjukkan keterampilan
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural menalar, mengolah, dan menyaji
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu secara: efektif, kreatif, produktif,
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan kritis, mandiri, kolaboratif,
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, komunikatif, dan solutif.
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait Dalam ranah konkret dan abstrak
penyebab fenomena dan kejadian, serta terkait dengan pengembangan dari
menerapkan pengetahuan prosedural pada yang dipelajarinya di sekolah, serta
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan mampu menggunakan metoda
bakat dan minatnya untuk memecahkan sesuai dengan kaidah keilmuan.
masalah.

Tabel 2. Kompetensi Dasar pada Materi Sistem Koordinasi

No Kompetensi Dasar (KD) No Kompetensi Dasar (KD)


Menganalisis hubungan antara struktur Menyajikan hasil analisis
jaringan penyusun organ pada sistem data dari berbagai sumber
3.10 koordinasi dan mengaitkannya 4.10 (studi literatur, pengamatan,
dengan proses percobaan, dan simulasi)
koordinasi sehingga dapat pengaruh pola hidup dan
menjelaskan peran saraf dan hormon, kelainan pada struktur dan
dan alat indera dalam mekanisme fungsi organ sistem koordinasi
yang menyebabkan gangguan
koordinasi dan regulasi serta gangguan
sistem saraf dan hormon pada
fungsi yang mungkin terjadi pada manusia melalui berbagai
sistem koordinasi manusia melalui bentuk media informasi.
studi literatur, pengamatan, percobaan,
dan simulasi.

4. Data dan Instrumen


Instrument yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari perangkat
pembelajaran dan instrument pengumpulan data (lembar validasi dan angket) melalui
Google Form.
a. Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran terdiri dari Silabus, rencana Pelaksanaan
pembelajaran dan Sumber belajar dengan uraian sebagai berikut :
1) Silabus materi Sistem Koordinasi
2) RPP dan sumber belajar
b. Instrument Pengumpulan Data
1) Lembar Validasi
Lembar validasi bertujuan mengetahui kriteria kevalidan media yang
sedang dikembangkan oleh peneliti. Lembar validasi dirancang dengan
berisikan butir-butir indikator yang disebar kedalam 4 komponen yang
diamati, yaitu isi yang disajikan, sajian, bahasa, dan kegrafisan.
2) Angket
Angket digunakan sebagai penunjang untuk melihat tanggapan dan respon
siswa terhadap pengembangan media yang telah dibuat. Angket dirancang
dengan sebaran indikator pernyataan kedalam 4 komponen yaitu isi yang
disajikan, sajian, bahasa, dan kegrafisan.
3) Lembar Jawaban Siswa
Lembaran jawaban siswa bertujuan untuk melihat kemampuan siswa
dalam menjawab soal sebagai data penunjang untuk melihat tingkat
pemahaman konsep siswa.

5. Teknik Pengumpulan Data


Data penelitian dikumpulkan dengan mengisi lembar validasi Flipbook untuk
meningkatkan kemampuan pemahamam konsep dan motivasi siswa era pandemic
covid-19. Data diperoleh dari hasil validasi tiap-tiap validator. Lembar validasi ini
akan diberikan kepada 4 validator. Lembar validasi berisi penilaian media secara
umum yang dijadikan acuan dalam penilaian pembelajaran. Rincian nama validator
adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Daftar nama Validator media Flipbook pada Materi Sistem Koordinasi kelas
XI

Validator (V) Nama Jabatan

V1 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi


V2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi
V3 Guru IPA SMA N Pekanbaru
V4 Guru IPA SMA N Pekanbaru

Setelah dilakukan validasi oleh validator, selanjutnya dilakukan sebaran angket


respon siswa melalui Google Form yang ditujukan pada siswa SMA Negeri
Pekanbaru kelas XI. Respon siswa dilakukan pada 20 orang siswa kelas XI secara
acak untuk mengetahui tingkat keterpakaian media. Kemudian dilakukan analisis
terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa pada lembar jawaban siswa.

6. Teknik Analisis Data


Data penelitian dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Tujuan dari
analisis deskriptif adalah untuk mendeskripsikan hasil validasi yang diberikan
validator setelah divalidasi. Aspek validasi yang dinilai oleh pakar atau praktisi
dibuat dalam bentuk skala penilaian. Jenis skala yang digunakan adalah skala linkert
dengan skor 1-5. Skala ini memberikan keleluasaan kepada validator dalam menilai
perangkat pembelajaran berupa media yang telah dikembangkan.
1) Validasi oleh validator
Validasi media pembelajaran ditentukan oleh nilai rata-rata skor yang diberikan
validator dengan menggunakan lembar validasi. Jenis skala yang digunakan adalah
Skala Linkert dengan skor 1-5. Skala ini memberikan keleluasaan kepada validator
dalam menilai perangkat yang telah dikembangkan.
Validasi perangkat penilaian ditentukan oleh nilai rata-rata skor yang diberikan
validator. Kategori penilaian yang diberikan oleh validator ditunjukkan pada tabel 4.

Tabel 4. Kategori penilaian media oleh Validator


Skor Penilaian Kategori
1 5 SS : sangat setuju
2 4 S : setuju
3 3 C : cukup
4 2 KS : kurang setuju
5 1 TS : tidak setuju
(Sumber : Depdiknas,2008)

Hasil validasi dihitung dengan menggunakan rumus skor rata-rata yaitu :


∑ FX
M=
N
Keterangan :

M = Rata-rata skor

FX = Skor yang diperoleh

N = Jumlah komponen validasi

Kriteria dalam mengambil keputusan dalam validasi berupa media dapat


dilihat pada tabel 5. Media pembelajaran siap dipakai jika penilaian rata-rata validator
dikategorikan valid atau sangat valid.

Tabel 5. Kriteria Validitas

No Rata-rata skor Kategori Validitas Nilai Huruf


1 4.2 < x Sangat Valid A
2 3.4 < x ≤ 4.2 Valid B
3 2.6 < x ≤ 3.4 Cukup Valid C
4 1.8 < x ≤ 2.6 Kurang Valid D
5 x ≤ 1.8 Tidak Valid E
(Sumber : Eko Putro, 2009)

2) Uji Coba terbatas


Setelah dilakukan validasi media maka dilakukan sebaran angket respon siswa
terhadap media, Respon siswa menggunakan angket dan media yang telah valid.
Pengkategorian nilai yang diberikan oleh siswa dapat dilihat pada tabel 6 dan kriteria uji
coba terbatas beruoa respon siswa terhadap media yang telah dikembangkan dapat dilihat
pada tabel 6.

Tabel 6. Kategori Penilaian Angket Respon Siswa

No Skor Penilaian Kategori


1 5 SS : sangat setuju
2 4 S : setuju
3 3 C : cukup
4 2 KS : kurang setuju
5 1 TS : tidak setuju
(Sumber : Depdiknas,2008)

Hasil respon siswa dihitug dengan menggunakan rumus skor rata-rata yaitu :
Nilai =Jumlah Skor yang diperoleh pada 1 item x 100 %
Jumlah responden x Skor maksimum

Kriteria dalam mengambil keputusan berdasarkan nilai tiap item yang didapatkan
dapat dilihat pada tebel 7

Tabel 7. Kriteria Angket Respon Siswa

No
Kriteria Penilaian Kategori
.
1. 85-100 Sangat Baik
2. 75-84 Baik
3. 65-74 Cukup Baik
4. <64 Kurang
(Sumber: Sugiyono, 2010)
I. DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Majid. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Asrial, H., & Ernawati, M. (2020). E-Worksheet for Science Processing Skills Using Kvisoft
Flipbook. International Journal of Online & Biomedical Engineering, 16(3).

Azhar, Arsyad. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Azizah, V. N., & Budijastuti, W. (2020). The Relationship of Illustrative Content In Flipbook
Type of E-Book As An Illustrative Learning Media In Immune System With Reading
Test Results Using Fry Graphics. BioEdu, 9(1), 109-114.

Benny, A. Pribadi. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT Dian Rakyat.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Pengembangan Materi Pembelajaran. Jakarta:


Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Eko, Putro Widoyoko. 2014. Penilaian Hasil Belajar di Sekolahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Fathurrohmi, u. (2019). Pengembangan E-Modul Biologi Berbasis Kvisoft Flipbook Maker Pada


Materi Fungi Untuk Memberdayakan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas X Di Sman 11
Bandar Lampung (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Hamzah, B uno. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Mulyadi, D. U., & Wahyuni, S. (2016). Pengembangan media flash flipbook untuk
meningkatkan keterampilan berfikir kreatif siswa dalam pembelajaran IPA di
SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika, 4(4), 296-301.

Murdiyani, I. (2012). Pembelajaran Biologi Menggunakan Metode E-Learning Berbasis Multiple


Intelligences Pada Materi Sistem Gerak Manusia. Innovative Journal of Curriculum and
Educational Technology, 1(1).

Nana Sudjana. 2006. Metode Statistik. Jakarta: Rineka Cipta

Nufus, H., Susilawati, S., & Linda, R. Implementation of E-Module Stoiciometry Based on
Kvisoft Flipbook Maker for Increasing Understanding Study Learning Concepts of Class
X Senior High School. Journal of Educational Sciences, 4(2), 261-272.

Oemar, Hamalik. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Rahmawati, D., Wahyuni, S., & Yushardi, Y. (2017). PENGEMBANGAN MEDIA


PEMBELAJARAN FLIPBOOK PADA MATERI GERAK BENDA DI SMP. Jurnal
Pembelajaran Fisika, 6(4), 326-332.
Rasiman, R., & Rahmawati, N. D. (2014). PENGEMBANGAN MEDIA E-COMIC BERBASIS
FLIP BOOK MAKER DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC LEARNING PADA
SISWA KELAS VIII SMP N 15 SEMARANG. In Seminar Nasional MASIF UPGRIS.

Rayandra, Asyhar. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi


Jakarta.

Riyadi, B. (2018). PENGEMBANGAN E-LKPD DENGAN KVISOFT FLIPBOOK MAKER


BERBASIS GUIDED INQUIRY PADA MATERI FLUIDA STATIS UNTUK
MENUMBUHKAN HIGH ORDER THINGKING SKILLS (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS LAMPUNG).

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:


PT. Rajagrafindo Persada.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:


PT. Rajagrafindo Persada.

Sadikin, A., Johari, A., & Suryani, L. (2020). Pengembangan multimedia interaktif biologi
berbasis website dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Edubiotik: Jurnal Pendidikan,
Biologi Dan Terapan, 5(01), 18-28.

Sadiman, Arief S.. 2003. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta: PT Rineka Cipta

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi.Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sutirman. 2013. Media & Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogyalarta: Graha Ilmu

Wijayanti, T., & Trimulyono, G. (2019). PENGEMBANGAN FLIPBOOK BERBASI


MULTIPLE INTELLIGENCE PADA MATERI SUBSTANSI GENETIKA UNTUK
MELATIHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XII
SMA. BioEdu, 8(2).

Yudhi, Munadi. 2013. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Referensi.

Yunita, A. R., Ningsih, K., & Wahyuni, E. S. (2017). Pengaruh Model Word Square Disertai
Media Flipbook Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Submateri Bryophyta SMA. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran, 6(2).

Zahro, R. N. (2016). PENGEMBANGAN FLIP BOOK MATERI SEL DI SMA (Doctoral


dissertation, Universitas Negeri Semarang).

Anda mungkin juga menyukai