PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
SMP Negeri 1 Kabandungan berada di wilayah yang dikelilingi oleh kawasan
konservasi Gunung Halimun dibawah penglolaan Balai Taman Nasional Gunung
Halimun Salak (BTNGHS). Berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor dan
berdekatan dengan lokasi perusahaan penghasil energi Chevron. Keberadaan
perusahaan level internasional berdampak pada perbaikan infrastruktur dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat disekitar wilayah operasional perusahaan,
namun mutu dan kualitas pendidikan masih sangat rendah. Program bantuan
sosial dari perusahaan sama sekali belum menyentuh pada peningkatan kualitas
pendidikan. Perkembangan infrastruktur yang tidak dibarengi dengan peningkatan
kualitas pendidikan menghasilkan sebagian besar lulusan sekolah berprofesi
buruh. Melalui program peningkatan mutu dari pemerintah, SMPN 1
Kabandungan membuat program dan menyelenggarakan kegiatan peningkatan
mutu guru seperti In House Training ( IHT), MGMP, dan Diklat.
SMPN 1 Kabandungan memiliki guru sesuai dengan kompetensi mata
pelajaran masing-masing, namun hanya sedikit guru yang sudah membuat,
memodifikasi dan menggunakan media untuk proses pembelajaran. Data yang
diperoleh pada kegiatan IHT yang diadakan oleh sekolah diketahui bahwa masih
banyak guru yang belum dapat memanfaatkan media untuk pembelajaran secara
maksimal,
termasuk
memanfaatkan
program
presentasi
sebagai
media
pembelajaran. Diketahui juga dari 24 orang guru mata pelajaran, hanya 4 orang
yang mengikuti kegiatan MGMP di Komisariat dan hanya 5 orang yang sudah
mengikuti pendidikan dan pelatihan keguruan.
Mendeskripsikan proses pewarisan dan hasil pewarisan sifat beserta
penerapannya merupakan Kompetensi Dasar pada pembelajaran Rabu, 02 Maret
2011. Proses pembelajaran berjalan dengan lancar dari kegiatan apersepsi,
motivasi dan eksplorasi, namun memasuki tahap elaborasi kesulitan mulai muncul
ketika peserta didik diminta untuk menentukan hasil keturunan F2 pada
persilangan monohibrid dan dihibrid. Akhirnya diketahui bahwa permasalahannya
1
No.
22/2006,
tentang
Standar
Kompetensi (SK) dan Standar Isi (SI) mata Pelajaran IPA SMP, disebutkan bahwa
untuk
meningkatkan
keefektifan
pembelajaran,
sekolah
diharapkan
Gambar 1.
pemahaman siswa yang secara logis dapat berimbas pada peningkatan hasil
belajar siswa. Maka, perlu kiranya diteliti lebih lanjut, apakah media pembelajaran
berbasis multimedia presentasi dapat meningkatkan pemahaman siswa yang
berakibat pada peningkatan hasil belajar siswa.
Berdasarkan paparan tersebut, maka fokus masalah yang akan diteliti dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah mengenai pemanfaatan media presentasi
dalam proses pembelajaran IPA Pokok Bahasan Pewarisan Sifat.
B. Perumusan dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan pokok yang akan dicari
solusinya dalam penelitian ini adalah pada umumnya siswa belum
sepenuhnya memahami konsep Hereditas Mendel. Berdasarkan masalah
tersebut, rumusan masalahnya adalah:
Apakah media presentasi dapat digunakan guru untuk meningkatkan
pemahaman konsep Hereditas Mendel di kelas IX C SMP Negeri 1
Kabandungan Kabupaten Sukabumi?
2. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan permasalahan sebagaimana dikemukakan tersebut,
maka dalam penelitian ini akan digunakan multimedia presentasi kedalam
pembelajaran IPA pokok bahasan Pewarisan Sifat. Multimedia Presentasi
digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang sifatnya teoritis, digunakan
dalam pembelajaran klasikal dengan grup belajar yang cukup banyak diatas
40 orang. Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia projector
yang memiliki jangkauan pancar cukup besar. Kelebihan media ini adalah
menggabungkan semua unsur media seperti teks, animasi, grafik, video,
image, dan sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi
sesuai dengan modalitas belajar siswa. Program ini dapat mengakomodasi
siswa yang memiliki tipe belajar visual, auditif maupun kinestetik.
Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis tindakan yang dapat dirumuskan
adalah:
Jika media presentasi diintegrasikan kedalam pembelajaran IPA
dengan tepat, maka siswa akan lebih mudah untuk memahami konsep
Hereditas Mendel.
Untuk memfokuskan penelitian ini, rumusan masalah dirinci lagi ke
dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk:
a. Mengetahui penggunaan media presentasi yang akan membantu siswa
dalam memahami konsep Hereditas Mendel
b. Mendeskripsikan konsep-konsep pengintegrasian media presentasi untuk
membantu siswa memahami konsep Hereditas Mendel
c. Mendeskripsikan hasil pemahaman siswa atas penjelasan yang dikemas
kedalam media presentasi oleh guru untuk membantu siswa memahami
konsep Hereditas Mendel
d. Mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa ketika
memahami konsep Hereditas Mendel
D. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Guru (peneliti); sebagai perbaikan pembelajaran
2. Siswa, mendapat layanan pembelajaran yang lebih baik dan menarik dari
guru untuk membantunya dalam memahami konsep Hereditas Mendel
SMP
Negeri 1 Kabandungan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Keberhasilan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan dengan prestasi
belajar, banyak para ahli mencoba untuk menyelidiki peristiwa belajar dengan
meninjau dari berbagai aspek, sehingga menimbulkan berbagai macam pengertian
belajar.
Menurut Mohamad Surya, belajar adalah suatu proses untuk memperoleh
perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Sedangakan menurut Dimyati dan
Mudjiyono (1999:9), belajar adalah suatu perubahan pada diri seseorang yang
terjadi karena pengalaman.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu dalam memperoleh perubahan tingkah
7
laku sebagai hasil pengalaman dan latihan untuk memperoleh keterampilan baru.
Unsur-unsur dalam belajar antara lain sebagai berikut:
a.
b.
Rangsangan
(stimulus).
Peristiwa
yang
merangsang
penginderaan
d.
b.
B. Media
Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari
bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau
pengantar (Arsyad, 2002; Sadiman, dkk., 1990). Oleh karena itu, media dapat
diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Media dapat berupa sesuatu bahan (software) dan/atau alat (hardware). Sedangkan
menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002), bahwa media jika dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang
8
10
Misalnya dengan media video tape, foto, audio tape, disket computer,
film, suatu waktu dapat dilihat kembali tanpa mengenal waktu.
(2)
(3)
2.
media
merupakan
bagian
integral
dalam
sistem
mencapai
tujuan
pembelajaran
c. Media
pembelajaran
penting
dalam
rangka
pembelajaran
d. Penggunaan media dalam pembelajaran adalah untuk mempercepat
proses pembelajaran dan membantu siswa dalam upaya memahami
materi yang disajikan oleh guru dalam kelas
e. Penggunaan
media
dalam
pembelajaran
dimaksudkan
untuk
12
13
14
2.
3.
Web Based: Pada pola ini PowerPoint dapat diformat menjadi file web
(html) sehingga program yang muncul berupa browser yang dapat
menampilkan internet. Hal ini ditunjang dengan adanya fasilitas dari
PowerPoint untuk mempublish hasil pekerjaan menjadi web. Selain itu
beberapa pengembang multimedia telah membuat software-software
yang dapat mengubah file PowerPoint menjadi file exe atau swf.
Sehingga dengan exstensi tersebut program presentasi anda aman dari
penjiplakan dan manipulasi karena tidak dapat dimodifikasi dan ukuran
file yang lebih kecil.
digunakannya
merupakan
tanaman
diploid
(mempunyai
dua
perangkat
Tinggi
Pendek
DD
dd
F1 :
Tinggi
Dd
F2 :
16
Gamet
DD
Dd
(tinggi)
Dd
(tinggi)
dd
(tinggi)
(pendek)
Gamet
=1:2:1
Terminologi
Ada beberapa istilah yang perlu diketahui untuk menjelaskan prinsip-prinsip
pewarisan sifat. Seperti telah disebutkan di atas, P adalah individu tetua, F1 adalah
keturunan generasi pertama, dan F2
Selanjutnya, gen D dikatakan sebagai gen atau alel dominan, sedang gen d
merupakan gen atau alel resesif. Alel adalah bentuk alternatif suatu gen yang
terdapat pada lokus (tempat) tertentu. Gen D dikatakan dominan terhadap gen d,
karena ekpresi gen D akan menutupi ekspresi gen d jika keduanya terdapat
bersama-sama dalam satu individu (Dd). Dengan demikian, gen dominan adalah
gen yang ekspresinya menutupi ekspresi alelnya. Sebaliknya, gen resesif adalah
gen yang ekspresinya ditutupi oleh ekspresi alelnya.
Individu Dd dinamakan individu heterozigot, sedang individu DD dan dd
masing-masing disebut sebagai individu homozigot dominan dan homozigot
resesif. Sifat-sifat yang dapat langsung diamati pada individu-individu tersebut,
yakni tinggi atau pendek, dinamakan fenotipe. Jadi, fenotipe adalah ekspresi gen
yang langsung dapat diamati sebagai suatu sifat pada suatu individu. Sementara
18
itu, susunan genetik yang mendasari pemunculan suatu sifat dinamakan genotipe.
Pada contoh tersebut di atas, fenotipe tinggi (D-) dapat dihasilkan dari genotipe
DD atau Dd, sedang fenotipe pendek (dd) hanya dihasilkan dari genotipe dd.
Nampak bahwa pada individu homozigot resesif, lambang untuk fenotipe sama
dengan lambang untuk genotipe.
2.
monohibrid. Dominasi dapat terjadi secara penuh atau tidak penuh (kodominan).
Masing-masing dominasi ini mengahsilkan bentuk keturunan pertama (F1) yang
berbeda.
Persilangan monohibrid akan menghasilkan individu F1 yang seragam,
apanila salah satu induk mempunyai sifat dominan penuh dan induk yang lain
bersifat resesif. Apabila ditunjukan dengan menyilangkan individu sesama F 1,
akan menghasilkan keturunan (individu F2) dengan tiga macam genotipe dan dua
macam fenotipe. Sebaliknya, apabila salah satu induknya mempuyai sifat domian
tak penuh (intermediate), maka persilangan individu sesama F1 akan
menghasilkan tiga macam genotipe dan tiga macam fenotipe. Contoh persilangan
monohibrid domian penuh terjadi pada persilangan antara kacang ercis berbungan
merah dengan kacang ercis berbunga putih.
Mendel menyilangkan kacang ercis berbunga merah (MM) dengan kacang
ercis berbunga putih (mm) dan dihasilkan individu F1 yang seragam, yaitu satu
macam genotipe (Mm) dan satu macam fenotipe (bunga merah). Pada waktu F2,
dihasilkan tiga macam genotipe dengan perandingan 25% MM: 50% Mm: 25%
mm atau 1:2:1 dan dua macam fenotipe dengan perbandingan 75% berbunga
merah: 25% berbunga putih atau merah: putih= 3:1. Pada indvidu F2 ini, yang
berpenotipe merah dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu 2/3 bergenotipe
heterozigot (Mm) dan 1/3 homozigot domainan (MM).
Persilangan antara kacang ercis berbunga merah dominan dengan kacang
ercis berwarna putih resesif dapat dibuat bagan sebagai berikut.
P1
:
MM
x
Fenotipe
:
(merah)
Gamet
F1
:
:
m
Mm
19
mm
(putih)
Fenotipe
(merah)
Mm
(merah)
MM
Mm
F2
M
MM
M
(merah)
Mm
m
(merah)
Perbandingan genotipe
F2
Perbandingan fenotipe
F2
Mm
mm
m
Mm
(merah)
Mm
(merah)
= MM : Mm : mm
= 1 : 2 : 1
= Merah : Putih
= 3
: 1
20
Jika tanaman kapri yang berbiji bulat kuning (BBKK) disilangkan dengan
kapri yang berbiji keriput hijau (bbkk), semua tanaman F1 berbiji bulat kuning.
Jika tanaman F1 dibiarkan mengadakan penyerbukan sendiri, F2 memperlihatkan
16 kombinasi yang terdiri atas empat macam fenotipe, yaitu tanaman biji bulat
kuning, bulat hijau, keriput kuning, dan keriput hijau. Dalam percobaan ini
Mendel mendapatkan 315 tanaman biji bulat kuning, 100 tanaman biji bulat hijau,
101 tanaman berbiji keriput kuning, dan 32 tanaman keriput hijau. Angka-angka
tersebut menunjukan suatu perbandingan fenotipe yang mendekati 9 : 3 : 3 : 1.
Pada saat pembentukan gamet (pembelahan meiosis) anggota dari sepasang
gen memisah secara bebas (tidak saling memengaruhi). Oleh karena itu, pada
persilangan dihibrid tersebut terjadi empat macam pengelompokan dari dua
pasang gen, yaitu:
a. Gen B mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet BK;
b. Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet Bk;
c.
Persilangan antara kapri (ercis) biji bulat warna kuning dengan kapri biji
keriput warna hijau yang menghasilkan F1 berupa kapri biji bulat warna kuning.
21
P1
Fenotipe
=
=
Gamet
BBKK
(bulat kuning)
BK
bbkk
(keriput hijau)
bk
F1
=
BbKk
Fenotipe =
(bulat kuning)
Dari persilangan sesama filial 1 fenotipe (F1) didapatkan
P2
=
BbKk
x
BbKk
Penotipe =
(bulat kuning)
(bulat kuning)
Gamet
BK
Bk
bK
bk
BK
Bk
bK
bk
Genotipe
Frekuensi
1
2,5
3,9
4,7,10,13
6
8,1
11
12, 15
BBKK
BBKk
BbKK
BbKk
BBkk
Bbkk
bbKK
bbKk
1
2
2
4
1
2
1
2
22
Fenotipe
Frekuensi
Bulat kuning
Bulat hijau
Keriput kuning
16
bbkk
1
Keriput hijau
Jumlah
16
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX C SMP Negeri 1 Kabandungan
pada semester genap tahun ajaran 2011/2012. Kelas IX C SMPN 1 Kabandungan
berjumlah 42 siswa, terdiri dari 26 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.
Suasana kelas sering tidak kondusif karena perbadingan antara siswa laki-laki
dan siswa perempuan tidak seimbang, selain itu kapasitas kelas yang yang
melebihi standar nasional yaitu 32 siswa juga menjadi kendala bagi guru yang
bertanggung jawab terhadap pemahaman siswa secara keseluruhan. Keadaan
sosial ekonomi orang tua siswa rata-rata menengah ke bawah. Tempat tinggal
siswa kebanyakan berasal dari pelosok, umunya orang tua siswa bekerja
sebagai petani dan buruh perkebunan. Hal inilah yang menyebabkan motivasi
belajar siswa juga rendah.
SMP Negeri 1 Kabandungan merupakan sekolah yang berada didaerah paling
timur Kabupaten Sukabumi, tepatnya di Desa Kabandungan Kecamatan
Kabandungan yang
berada hampir dikelilingi oleh pegunungan alami yaitu Taman Nasional Gunung
Halimun Salak (TNGHS) dan berdekatan dengan sumber utama pembangkit
23
listrik tenaga uap yang dikelola oleh Chevron. Letaknya yang strategis sehingga
sering dikunjungi dan dilewati baik oleh wisatawan domestik dan wisatawan
asing, peneliti, juga pejabat pemerintah ataupun pihak swasta yang berkunjung ke
lokasi Chevron.
Fasilitas SMPN 1 Kabandungan cukup memadai, diantaranya adalah ruang
Lab. IPA, internet, perpustakaan, lapangan futsal, dan ruang lab. Komputer.
Memiliki gedung Lab. IPA yang masih baru dan banyak digunakan sebagai dalam
kegiatan belajar mengajar menjadikan daya tarik tersendiri baik bagi siswa
maupun guru untuk mencoba metode-metode, model, dan media tertentu dalam
pemebelajaran.
B. Faktor yang diteliti
Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor Siswa
Faktor siswa yang diamati adalah aktivitas dan hasil belajar siswa.
Aktivitas siswa meliputi kegiatan siswa yang menunjukan perhatian terhadap
penjelasan guru, kegiatan siswa dalam diskusi kelompok, kemampuan siswa
mengemukakan pendapat, kemampuan siswa mengaitkan materi dengan
kehidupan sehari-hari, kemampuan siswa memanfaatkan waktu, kemampuan
siswa membangun ide dan kemampuan siswa menarik kesimpulan.
Sedangkan hasil belajar diperoleh dari nilai posttest, rata-rata nilai penugasan
dan nilai aktivitas siswa. Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan
dengan menggunakan descriptive graphic rating scale, sedangkan posttest
dilakukan diakhir proses pembelajaran.
2. Faktor Guru
Faktor guru yang diamati meliputi kinerja guru dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan media presentasi sebagai media
pembelajaran. Pengamatan terhadap kinerja guru dilakukan dengan
menggunakan check list.
C. Rancangan Penelitian
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini mengacu pada teori yang
dikumukakan oleh Kurt Lewin (Suyanto, Ibnu dan Susilo, 2005) dan disesuaikan
dengan paduan BBM IPA. Dalam model PTK ini ada empat tahapan pada satu
siklus penelitian. Keempat tahapan tersebut terdiri dari: perencanaan, tindakan,
24
Gambar 7. Tahapan dan Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin
(Suyanto, Ibnu dan Susilo, 2005)
D. Prosedur Penelitian
1. Indentifikasi Masalah
Masalah diidentifikasi bersama-sama dengan rekan sejawat guru
berdasarkan studi kasus yang ditulis guru. Studi kasus ini secara naratif dan
detail menjelaskan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
25
yang dilaksakan oleh guru, serta refleksi oleh guru. Dari studi kasus
diidentifikasi bahwa guru merasa kesulitan dalam menjelaskan konsep-kosep
hereditas secara manual, sehingga pencapaian hasil belajar siswa rendah.
Berdasarkan diskusi dengan rekan sejawat guru dan juga referensi dari
beberapa pustaka, tidakan yang dipilih guru untuk memperbaiki proses
belajar mengajar tersebut adalah dengan menggunakan Multimedia Presentasi
untuk menjelaskan konsep hereditas dan memperbaiki suasana kelas yang
kurang kondusif akibat kurangnya motivasi belajar.
2. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dilakukan penyusunan perangkat yang
digunakan dalam proses pembelajaran.
belakang
kemampuan
dan
usia.
Juga
mengidentifikasi
26
siap digunakan.
Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran direncanakan dilakukan
parental
monohibrid,
menentukan
hasil
parental
monohibrid,
menentukan
hasil
untuk
memprediksi
27
mengenai
keturunan,
materi
menggunakan
media
mengerjakan
(mepresentasikan)
sedang
28
mengerjakan
(mepresentasikan)
sedang
rangkuman,
sedangkan keaktifan
guru sebagai
kedua
dihibrid,
menentukan
rasio
hasil
media
beserta kunci
1.
lampiran.
Metode Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan deskriptif
31
Skor IPA
1-10
11-20
21-30
31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
91-100
Tingkat ketuntasan secara klasikal dihitung dengan teknik analisis
presentase.
Ketuntasan
Frekuensi
2. Data tentang aktivitas siswa diolah dengan memberikan skor pada tiap
item performance dan kemudian skor tersebut diubah dalam bentuk
nilai dengan menggunakan skala 11.
Tabel 3. Skala 11 (Acuan Penentuan Nilai Aktivitas Siswa)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Tingkat
Penguasaan
95%-100%
85%-94%
75%-84%
65%-74%
55%-64%
45%-54%
35%-44%
25%-34%
15%-24%
5%-14%
0%-4%
Batas Atas
Batas Bawah
Nilai
100% x SMI
94% x SMI
84% x SMI
74% x SMI
64% x SMI
54% x SMI
44% x SMI
34% x SMI
24% x SMI
14% x SMI
4% x SMI
95% x SMI
85% x SMI
75% x SMI
65% x SMI
55% x SMI
45% x SMI
35% x SMI
25% x SMI
15% x SMI
5% x SMI
0% x SMI
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
32
Frekuensi
31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
91-100
analisis presentase.
Ketuntasan
= Jumlah siswa bernilai > 65 X 100%
Jumlah total siswa
Untuk mengukur nilai rata-rata kelas digunakan rumus sebagai
berikut:
Rata-rata kelas = Jumlah nilai seluruh siswa
Jumlah total siswa
4. Pengolahan data kinerja guru dilakukan dengan pemberian skor pada
tiap item perpormance yang kemudian skor tersebut diubah dalam
bentuk nilai dengan menggunakan skala 5. Sebelum menentukan nilai
hasil konversi, dilakukan penetuan skor maksimal ideal (SMI) pada
setiap pertemuan
Tabel 5. Skala 5 (Acuan Penentuan Kriteria Kinerja Guru)
No
1
2
3
4
5
Tingkat
Penguasaan
85%-100%
70%-84%
60%-69%
50%-59%
< 50%
Batas
Atas
100% x SMI
84% x SMI
69% x SMI
59% x SMI
50% x SMI
Batas
Bawah
85% x SMI
70% x SMI
60% x SMI
50% x SMI
<50% x SMI
Nilai
A
B
C
D
E
Kriteria
kinerja Guru
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
F. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian ini ditentukan oleh:
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 01 Februari 2012. Materi yang dibahas
adalah menentukan gamet dari genotipe parental 1 monohibrid, menentukan hasil
persilangan pertama monohibrid, menentukan gamet dari genotipe parental 2
monohibrid, menentukan hasil persilangan kedua monohibrid, menentukan rasio
hasil persilangan monohibrid, menentukan gamet dari genotipe parental 1
dihibrid, menentukan hasil persilangan pertama dihibrid. Sedangkan siklus II
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 16 Februari 2012 dengan materi yang sama
dengan siklus I. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media
presentasi , diperoleh berbagai macam data antara lain data hasil belajar siswa,
34
data tentang aktivitas siswa, dan data hasil observasi kinerja guru, serta data
pendukung lainnya.
1. Siklus I
Pada siklus I guru menyajikan materi pokok hereditas. Mengulas kembali
materi-materi yang perlu lebih ditekankan
KKM
65
65
Terendah
35
60
Tertinggi
75
90
Katerangan:
1. KKM = Kriteria Ketuntasan Minimal
2. Tabel data nilai siklus I lihat pada lampiran
35
Rata-rata
55,6
73,2
36
Nilai keaktivan*)
(konversi skala 11)
10
9
8
7
<7
Kelas
IX C
Jumlah Skor
47
Nilai
B
Kriteria
Baik
B. Pembahasan
Berdasarkan grafik analisis hasil pretest, diketahui bahwa kelas yang
dijadikan subyek penelitian memiliki tingkat kecerdasan yang hampir merata.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa bahasan sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa
Berdasarkan tabel data hasil belajar siswa, diketahui bahwa jumlah siswa
tidak tuntas adalah 7 siswa. Alasan tidak tuntasnya siswa tersebut pada
umunya yaitu oleh nilai posttest. Walaupun perhitungan nilai hasil belajar
tidak hanya ditentukan oleh nilai posttest seperti yang diungkapkan Catharina
(2005) bahwa hasil belajar merupakan penelitian perilaku yang diperoleh
siswa setelah mengalami aktivitas belajar, namun niali posttest memiliki
kontribusi paling tinggi jika dibandingkan dengan aktivitas dan rata-rata
penugasan.
Ketidaktuntasan siswa mempengaruhi ketuntasan klasikal yaitu 83%
dengan rata-rata 73,00. Berdasarkan ketuntasan klasikal diketahui bahwa
38
keberhasilan dalam penelitian ini belum tercapai karena masih dibawah batas
minimal ketuntasan yaitu 85% memperoleh nilai hasil belajar > 65, namun
terjadi peningkatan persentase ketuntasan dari tes sebelumnya sebesar 66%
dan peningkatan rata-rata skor sebesar 17,4 dan dapat disimpulkan bahwa
penerapan Multimedia Presentasi mampu meningkatkan pemahaman siswa
yang berimbas pada peningkatan hasil belajar siswa.
2.
Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil analisis data tentang aktivitas siswa, diketahui bahwa
kelompok,
lancar
dalam
mengemukakan
pendapat,
mampu
Kinerja Guru
Ketercapaian kinerja guru dalam penelitian ini jika guru melaksanakan
dengan penerapan media presentasi pada siklus I sudah baik walaupun masih
belum maksimal, dan sebagai bahan perbaikan pada penelitian siklus II.
C. Refleksi
Setelah seluruh proses pembelajaran pada siklus I selesai dilaksanakan,
melihat hasil pengamatan untuk menentukan tingkat keberhasilan penelitian
dengan menggunakan parameter indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, dan
untuk menentukan kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada siklus I, apabila
ada salah satu atau lebih indikator keberhasilan yang tidak tercapai. Selanjutnya
hasil temuan dimanfaatkan untuk menentukan perlu atau tidaknya penelitian
dilanjutkan ke siklus II. Adapun refleksi yang dapat diperoleh pada siklus I adalah
sebagai berikut.
pembelajaran
Namun, belum diperoleh ketuntasan pembelajaran, karena ada 7 siswa yang
Siklus II
A. Hasil Penelitian
Pada siklus II dipertemuan pertama guru menyajikan materi pokok yang sama
dengan yang sebelumnya. Mengulas kembali materi-materi yang perlu lebih
ditekankan
40
Tes pada siklus II yang dilaksanakan pada pertemuan II, diberi soal 10 butir
soal. Hasil dari tes siklus I digunakan untuk menetukan tingkat keberhasilan
penelitian siklus II pada indikator hasil belajar, aktivitas siswa, dan kinerja guru.
Berikut data perbandingan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II:
Tabel 10. Perolehan Nilai Tes Sebelum dan Sesudah Perbaikan siklus II
Nilai Pos Test 1 (siklus 1)
No
Nilai
N
1
45-50
0
2
55-60
7
3
65-70
14
4
75-80
14
5
85-90
7
Jumlah Siswa
42
Rata-rata skor
73,2
KKM
65
65
Terendah
60
70
Tertinggi
90
100
Katerangan:
1. KKM = Kriteria Ketuntasan Minimal
2. Tabel data nilai siklus I lihat pada lampiran
41
Rata-rata
73,0
83,1
42
b.
9,9
Data Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Siklus II
Data aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui nilai keaktivan siswa
No
1
2
3
4
5
Jumlah
Nilai keaktivan*)
(konversi skala 11)
10
9
8
7
<7
Siswa (%)
6 (14,28)
19 (45,24)
17 (40,48)
- (0)
- (0)
43
Kelas
IX D
Jumlah Skor
52
Nilai
A
Kriteria
Sangat Baik
hambatan yang terjadi selama proses penafsiran dan agar pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif, maka sedapat mungkin dalam penyampaian pesan
(isi/materi ajar) dibantu dengan menggunakan media pembelajaran.
Diharapkan dengan pemanfaatan sumber belajar berupa media pembelajaran,
proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung lebih efektif
(Gagne, 1985) dan efisien.
Ketidak tuntasan siswa mempengaruhi ketuntasan klasikal yaitu 100%
dengan rata-rata 83,1. Berdasarkan ketuntasan klasikal diketahui bahwa
keberhasilan dalam penelitian ini telah tercapai karena telah melebihi batas
minimal ketuntasan yaitu 85% memperoleh nilai hasil belajar > 65, selain itu
44
Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil analisis data tentang aktivitas siswa, diketahui bahwa
kelompok,
lancar
dalam
mengemukakan
pendapat,
mampu
Kinerja Guru
Ketercapaian kinerja guru dalam penelitian ini jika guru melaksanakan
45
pembelajaran
yang
lain,
sehingga
dapat
ketuntasan
pembelajaran,
karena
seluruh
siswa
46
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil data dan pembahasan, disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan Multimedia Presentasi pada pembelajaran pokok bahasan
konsep Hereditas Mendel dapat meningkatkan aktivitas siswa dengan
mencapai nilai minimal kategori 8
2. Hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 1 Kabandungan pada
pembelajaran pokok bahasan Pewarisan Sifat dengan menggunakan
media presentasi meningkat dengan ketuntasan belajar mencapai
100%.
B. Saran
Pembelajaran
dengan
menggunakan
Multimedia
Presentasi
pada
47