Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
SMP Negeri 1 Kabandungan berada di wilayah yang dikelilingi oleh kawasan
konservasi Gunung Halimun dibawah penglolaan Balai Taman Nasional Gunung
Halimun Salak (BTNGHS). Berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor dan
berdekatan dengan lokasi perusahaan penghasil energi Chevron. Keberadaan
perusahaan level internasional berdampak pada perbaikan infrastruktur dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat disekitar wilayah operasional perusahaan,
namun mutu dan kualitas pendidikan masih sangat rendah. Program bantuan
sosial dari perusahaan sama sekali belum menyentuh pada peningkatan kualitas
pendidikan. Perkembangan infrastruktur yang tidak dibarengi dengan peningkatan
kualitas pendidikan menghasilkan sebagian besar lulusan sekolah berprofesi
buruh. Melalui program peningkatan mutu dari pemerintah, SMPN 1
Kabandungan membuat program dan menyelenggarakan kegiatan peningkatan
mutu guru seperti In House Training ( IHT), MGMP, dan Diklat.
SMPN 1 Kabandungan memiliki guru sesuai dengan kompetensi mata
pelajaran masing-masing, namun hanya sedikit guru yang sudah membuat,
memodifikasi dan menggunakan media untuk proses pembelajaran. Data yang
diperoleh pada kegiatan IHT yang diadakan oleh sekolah diketahui bahwa masih
banyak guru yang belum dapat memanfaatkan media untuk pembelajaran secara
maksimal,

termasuk

memanfaatkan

program

presentasi

sebagai

media

pembelajaran. Diketahui juga dari 24 orang guru mata pelajaran, hanya 4 orang
yang mengikuti kegiatan MGMP di Komisariat dan hanya 5 orang yang sudah
mengikuti pendidikan dan pelatihan keguruan.
Mendeskripsikan proses pewarisan dan hasil pewarisan sifat beserta
penerapannya merupakan Kompetensi Dasar pada pembelajaran Rabu, 02 Maret
2011. Proses pembelajaran berjalan dengan lancar dari kegiatan apersepsi,
motivasi dan eksplorasi, namun memasuki tahap elaborasi kesulitan mulai muncul
ketika peserta didik diminta untuk menentukan hasil keturunan F2 pada
persilangan monohibrid dan dihibrid. Akhirnya diketahui bahwa permasalahannya
1

akibat peserta didik tidak menguasai konsep persilangan. Pembelajaran berakhir


dengan hasil yang tidak memuaskan.
Beberapa rekan guru menyampaikan keluhan yang sama ketika diskusi
tentang perkembangan dan kesulitan belajar siswa, namun ada beberapa hal yang
menjadi perhatian serius dari hasil diskusi. Minimnya media yang digunakan
dalam pembelajaran, miskinnya model pembelajaran yang diterapkan di kelas,
rendahnya motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran akibat proses pembelajaran
berlangsung monoton terus-menerus, dan kondisi kelas yang tidak kondusif akibat
jumlah siswa di kelas melebihi ketentuan standar nasional. Setelah membaca
beberapa literatur dari internet, akhirnya ditemukan solusi untuk perbaikan
pembelajaran tersebut.
Dilihat dari kaidah pembelajaran, meningkatkan kadar hasil belajar yang
tinggi, sangat ditunjang oleh penggunaan media pembelajaran. Melalui media
potensi indra peserta didik dapat diakomodasi sehingga kadar hasil belajar akan
meningkat. Media atau alat peraga dapat digunakan untuk mengatasi rasa
kebosanan siswa, jika siswa tertarik dengan apa yang mereka kerjakan, mereka
akan menikmati proses belajar mengajar dan memahami materi yang diberikan
(Puskur balitbang Depdiknas, 2006:10). Hal tersebut sejalan dengan pendapat
DePorter dalam Muntaha (2008:125) bahwa media visual/alat peraga dapat
menciptakan lingkungan yang optimal, baik secara fisik maupun mental. Hal yang
terpenting adalah bahwa media mampu mendorong siswa untuk berbicara,
menulis, dan menggunakan media proses belajar mengajar lebih efektif sehingga
hubungan antara guru-siswa akan terjalin dengan baik. Sukartiwi (2008:69)
menyatakan ada beberapa keuntungan yang dapat diraih dengan menggunakan
media yaitu: meningkatkan motivasi belajar siswa, mencegah kebosanan siswa
dalam mengikuti suatu proses belajar mengajar, menjadikan proses belajar
mengajar berjalan lebih sistematis.
Selanjutnya menurut Permendiknas

No.

22/2006,

tentang

Standar

Kompetensi (SK) dan Standar Isi (SI) mata Pelajaran IPA SMP, disebutkan bahwa
untuk

meningkatkan

keefektifan

pembelajaran,

sekolah

diharapkan

menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat


peraga, dan media lainnya.

Komputer dalam dunia pendidikan dimanfaatkan baik untuk administrasi


maupun media pembelajaran. Dalam pembelajaran misalnya, komputer telah
banyak digunakan untuk penyiapan bahan ajar, memperoleh sumber-sumber
pembelajaran melalui internet, dan juga untuk pembelajaran yang interaktif. Hal
ini sejalan dengan tuntutan pendidikan itu sendiri sebagaimana diamanatkan
dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU 20/2003) dan peraturan
pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 sentang Standar Nasional
Pendidikan. Berdasarkan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Jenjang Dasar dan Menengah, (BSNP, 2006); disebutkan bahwa,
Pendidikan harus terus-menerus melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan
IPTEKS sehingga tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu,
kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Pendidikan dan pembelajaran sebagaimana yang diharapkan di atas salah


satunya dapat diwujudkan dengan memanfaatkan program aplikasi komputer.
Dalam rangka mendukung proses pembelajaran IPA yang interaktif kita dapat
memanfaatkan program aplikasi yang selama ini telah dikenal seperti Ms
PowerPoint. Program ini dapat membantu kita dalam pembelajaran IPA yang
dinamis dan interaktif. Selain itu dengan animasi yang ada pada program ini kita
dapat lebih mudah dalam membelajarakan konsep-konsep secara visual.
Mata pelajaran IPA membutuhkan banyak pemahaman teori, konsep, dan
contoh nyata. Dalam hal ini konsep persilangan dapat diwakili dengan visualisasi
gambar menggunakan media presentasi. Pengalaman menunjukan mayoritas
peserta didik Kelas IX C di SMPN 1 Kabandungan mengalami kesulitan dalam
memahami konsep persilangan yang disampaikan manual pada papan tulis. Data
perolehan ulangan harian Kelas IX C SMP Negeri 1 Kabandungan, pokok bahasan
Pewarisan Sifat menunjukan hasil yang sangat tidak memuaskan. Salah satu
penyebabnya bahwa siswa merasa kesulitan dalam menentukan hasil persilangan
F2.
Berikut adalah Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Kelas IX C Pokok
Bahasan Pewarisan Sifat Tahun Pelajaran 2011/2012

Gambar 1.

Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian Kelas IX C Pokok Bahasan


Pewarisan Sifat Tahun Pelajaran 2011/2012

Gambar 2. Diagram Ketuntasan Belajar Ulangan Harian Siswa Kelas IX C


Pokok Bahasan Pewarisan Sifat Tahun Pelajaran 2011/2012
Keadaan ini menuntut sebuah tidakan sebagai upaya meningkatkan

pemahaman siswa yang secara logis dapat berimbas pada peningkatan hasil
belajar siswa. Maka, perlu kiranya diteliti lebih lanjut, apakah media pembelajaran
berbasis multimedia presentasi dapat meningkatkan pemahaman siswa yang
berakibat pada peningkatan hasil belajar siswa.

Berdasarkan paparan tersebut, maka fokus masalah yang akan diteliti dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah mengenai pemanfaatan media presentasi
dalam proses pembelajaran IPA Pokok Bahasan Pewarisan Sifat.
B. Perumusan dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan pokok yang akan dicari
solusinya dalam penelitian ini adalah pada umumnya siswa belum
sepenuhnya memahami konsep Hereditas Mendel. Berdasarkan masalah
tersebut, rumusan masalahnya adalah:
Apakah media presentasi dapat digunakan guru untuk meningkatkan
pemahaman konsep Hereditas Mendel di kelas IX C SMP Negeri 1
Kabandungan Kabupaten Sukabumi?
2. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan permasalahan sebagaimana dikemukakan tersebut,
maka dalam penelitian ini akan digunakan multimedia presentasi kedalam
pembelajaran IPA pokok bahasan Pewarisan Sifat. Multimedia Presentasi
digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang sifatnya teoritis, digunakan
dalam pembelajaran klasikal dengan grup belajar yang cukup banyak diatas
40 orang. Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia projector
yang memiliki jangkauan pancar cukup besar. Kelebihan media ini adalah
menggabungkan semua unsur media seperti teks, animasi, grafik, video,
image, dan sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi
sesuai dengan modalitas belajar siswa. Program ini dapat mengakomodasi
siswa yang memiliki tipe belajar visual, auditif maupun kinestetik.
Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis tindakan yang dapat dirumuskan
adalah:
Jika media presentasi diintegrasikan kedalam pembelajaran IPA
dengan tepat, maka siswa akan lebih mudah untuk memahami konsep
Hereditas Mendel.
Untuk memfokuskan penelitian ini, rumusan masalah dirinci lagi ke
dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut.
a.

Apakah media presentasi yang dimodifikasi oleh guru dapat


membantu siswa dalam memahami konsep Hereditas Mendel?
5

b.

Bagaimana cara guru memodifikasi dan mengintegrasikan media


presentasi kedalam pembelajaran IPA pokok bahasan Pewarisan Sifat?

c.

Bagaimanakah reaksi siswa atas media yang dikemas dan dimodifikasi


oleh guru?

d.

Kesulitan-kesulitan apa yang dialami oleh siswa ketika memahami


konsep Hereditas Mendel?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk:
a. Mengetahui penggunaan media presentasi yang akan membantu siswa
dalam memahami konsep Hereditas Mendel
b. Mendeskripsikan konsep-konsep pengintegrasian media presentasi untuk
membantu siswa memahami konsep Hereditas Mendel
c. Mendeskripsikan hasil pemahaman siswa atas penjelasan yang dikemas
kedalam media presentasi oleh guru untuk membantu siswa memahami
konsep Hereditas Mendel
d. Mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa ketika
memahami konsep Hereditas Mendel

D. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Guru (peneliti); sebagai perbaikan pembelajaran
2. Siswa, mendapat layanan pembelajaran yang lebih baik dan menarik dari
guru untuk membantunya dalam memahami konsep Hereditas Mendel

3. Rekan guru sejawat; sebagai alternatif bahan rujukan untuk membantu


siswa dalam memahami konsep Hereditas Mendel di kelas IX

SMP

Negeri 1 Kabandungan

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Keberhasilan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan dengan prestasi
belajar, banyak para ahli mencoba untuk menyelidiki peristiwa belajar dengan
meninjau dari berbagai aspek, sehingga menimbulkan berbagai macam pengertian
belajar.
Menurut Mohamad Surya, belajar adalah suatu proses untuk memperoleh
perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Sedangakan menurut Dimyati dan
Mudjiyono (1999:9), belajar adalah suatu perubahan pada diri seseorang yang
terjadi karena pengalaman.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu dalam memperoleh perubahan tingkah
7

laku sebagai hasil pengalaman dan latihan untuk memperoleh keterampilan baru.
Unsur-unsur dalam belajar antara lain sebagai berikut:
a.

Pembelajar, dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar dan


peserta latihan.

b.

Rangsangan

(stimulus).

Peristiwa

yang

merangsang

penginderaan

pembelajaran disebut situasi stimulus. Dalam kehidupan seseorang


terdapat banyak stimulus yang berada di lingkungannya.
c.

Memori. Memori pembelajaran berisi berbagai kemampuan yang berupa


pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan aktivitas belajar
sebelumnya.

d.

Respon. Respon dalam pembelajaran diamati pada akhir proses belajar


yang disebut perubahan perilaku atau perubahan kinerja (performance)
(Anni, 2004:3-4).

Factor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain:


a.

Faktor internal meliputi: aspek fisik, psikis, dan social, dan

b.

Faktor eksternal meliputi: tingkat kesulitan bahan ajar, tampat belajar,


iklim atau cuaca dan Susana lingkungan

B. Media
Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari
bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau
pengantar (Arsyad, 2002; Sadiman, dkk., 1990). Oleh karena itu, media dapat
diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Media dapat berupa sesuatu bahan (software) dan/atau alat (hardware). Sedangkan
menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002), bahwa media jika dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang
8

menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.


Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah
dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media. Pengertian ini sejalan
dengan batasan yang disampaikan oleh Gagne (1985), yang menyatakan bahwa
media merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsang untuk belajar.
Banyak batasan tentang media, Association of Education and Communication
Technology (AECT) memberikan pengertian tentang media sebagai segala bentuk
dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi. Dalam hal
ini terkandung pengertian sebagai medium (Gagne, et al., 1988) atau mediator,
yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses
belajar -siswa dan isi pelajaran. Sebagai mediator, dapat pula mencerminkan suatu
pengertian bahwa dalam setiap sistem pengajaran, mulai dari guru sampai kepada
peralatan yang paling canggih dapat disebut sebagai media. Heinich, et.al., (1993)
memberikan istilah medium, yang memiliki pengertian yang sejalan dengan
batasan di atas yaitu sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber
dan penerima.
Batasan media seperti ini juga dikemukakan oleh Reiser dan Gagne (dalam
Criticos, 1996; Gagne, et al., 1988), yang secara implisit menyatakan bahwa
media adalah segala alat fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi
pengajaran. Dalam pengertian ini, buku/modul, tape recorder, kaset, video
recorder, camera video, televisi, radio, film, slide, foto, gambar, dan komputer
adalah merupakan media pembelajaran. Menurut National Education Association
-NEA (dalam Sadiman, dkk., 1990), media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
yang tercetak maupun audio visual beserta peralatannya.
C. Media Pembelajaran
Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik
untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan
sebagainya. Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan
bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun
pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.

Adapun secara termonilogi (istilah), beberapa tokoh mengemukakan


pengertian media pembelajaran sebagai berikut:
(1) Menurut Berlach dan Ely (1971) mengemukakan bahwa media dalam
proses pembelajaran cenderung diartikan alat-alat grafis, fotografis atau
elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi
dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
(2) Menurut Heinich, dkk (1985), media pembelajaran adalah media-media
yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan pembelajaran
atau mengandung maksud-maksud pembelajaran.
(3) Martin dan Briggs (1986) mengatakan bahwa media pembelajaran
mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi
dengan si-belajar. Hal ini bisa berupa perangkat keras dan perangkat lunak
yang digunakan pada perangkat keras.
(4) Menurut Hamalik (1994), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga
dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan si belajar dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di atas, maka
dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi
materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa
sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.
1.
Ciri-ciri Media Pembelajaran
Media pembelajaran mempunyai tiga ciri:
(1)

Ciri Fiksatif: menggambarkan kemampuan media merekam,


menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi peristiwa atau obyek.

10

Misalnya dengan media video tape, foto, audio tape, disket computer,
film, suatu waktu dapat dilihat kembali tanpa mengenal waktu.
(2)

Ciri Manipulatif: kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat


disajikan kepada siswa hanya dalam waktu beberapa menit dengan
pengambilan gambar, atau rekaman fotografi. Disamping dapat
dipercepat dapat pula diperlambat, dan dapat pula diputar undur,
misalnya proses ulat menjadi kepompong, kemudian menjadi kupu-kupu.
Manipulatif kejadian dengan mengedit hasil rekaman dapat menghemat
waktu dan dapat menyajikan informasi yang cukup banyak.

(3)

Ciri Distributif: memungkinkan suatu kejadian ditransformasikan dan


disajikan kepada sejumlah besar siswa. Kini dsitribusi media seperti
rekaman, video, kaset, dapat disebat ke seluruh penjuru dunia, sebab
dapat diproduksi sesuai dengan kebutuhan dan dapat digunakan secara
bersamaan di suatu tempat dan terjamin keautentikannya.

2.

Fungsi Media Pembelajaran


Fungsi media didalam proses pembelajaran cukup penting dalam

meningkatkan kualitas proses pembelajaran terutama membantu siswa untuk


belajar. Dua unsur yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, yaitu
metode dan media pembelajaran. Kedua hal ini saling berkaitan satu sama
lain. Pemilihan suatu metode akan menentukan media pembelajaran yang
akan dipergunakan dalam pembelajaran tersebut, media pembelajaran tidak
serta merta digunakan dalam proses pembelajaran, perlu analisis terlebih
dahulu sebelum media pembelajaran dipakai dalam proses pembelajaran.
Menurut Rusman (2011:172) Manfaat media pembelajaran dalam
proses pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar
b. Materi pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pembelajaran lebih baik
11

c. Metode pembelajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata


komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga
siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru
harus mengajar untuk setiap jam pelajaran.
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengar uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Sedangkan menurut hamalik dalam Rusman (2011:172) fungsi media
pembelajaran, yaitu:
a. Untuk mewujudkan suatu pembelajaran yang efektif
b. Penggunaan

media

merupakan

bagian

integral

dalam

sistem

mencapai

tujuan

pembelajaran
c. Media

pembelajaran

penting

dalam

rangka

pembelajaran
d. Penggunaan media dalam pembelajaran adalah untuk mempercepat
proses pembelajaran dan membantu siswa dalam upaya memahami
materi yang disajikan oleh guru dalam kelas
e. Penggunaan

media

dalam

pembelajaran

dimaksudkan

untuk

mempertinggi mutu pendidikan


Selain itu, menurut Kempt & Dayton dalam Rusman (2011:172), fungsi
utama media pembelajaran adalah:
a. Memotivasi minat dan tindakan, direalisasikan dengan teknik drama
atau hiburan
b. Menyajikan informasi, digunakan dalam rangka penyajian informasi di
hadapan sekelompok siswa

12

c. Memberi intruksi, informasi yang terdapat dalam media harus


melibatkan siswa

D. Klasifikasi Media Pembelajaran


Rusman (2011:181), media pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarekan
sifat, jangkauan, dan teknik pemakaiannya.
a. Dari sifatnya, media dapat dibagi kedalam:
1) Media auditif, yaitu media yanghanya dapat didengar saja atau
media yang memiliki unsur suara.
2) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara
3) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur
suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat
b. Dari kemampuan jangkauannya, media dapat dibagi kedalam:
1) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak
2) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruangan dan
waktu
c. Dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi kedalam;
1) Media yang diproyeksikan
2) Media yang tidak diproyeksikan

13

E. Microsoft Office PowerPoint


Microsoft Office Powerpoint adalah sebuah program komputer untuk
presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft. Microsoft Office, meliputi
Microsoft PowerPoint, Microsoft word, Excel, Acces dan beberapa program
lainnya. Microsoft Office Powerpoint berjalan diatas komputer PC berbasis sistem
operasi Microsoft Windows dan juga Apple Macintosh yang menggunakan sistem
operasi Apple mac Os. Berikut adalah tampilan Microsoft Office PowerPoint.
Gambar 3. Tampilan Microsoft Office PowerPoint 2010
F.

PowerPoint sebagai Media Presentasi


Program PowerPoint salah satu software yang dirancang khusus untuk
mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam
pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah karena tidak
membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan data (data storage)
PowerPoint dapat digunakan melalui beberapa tipe penggunaan.
1.

Personal Presentation: Pada umumnya PowerPoint digunakan untuk


presentasi dalam kelas klasikal learning. Seperti kuliah, training, seminar,
workshop, dan lain-lain. Pada penyajian ini PowerPoint sebagai alat
bantu bagi instruktur/guru untuk presentasi menyampaikan materi dengan
bantuan media PowerPoint. Dalam hal ini kontrol pembelajaran terletak
pada guru atau instruktur

14

2.

Stand Alone: Pada pola penyajian ini, PowerPoint dapat dirancang


khusus untuk pembelajaran individu yang bersifat interaktif, meskipun
kadar interaktifnya tidak terlalu tinggi namun PowerPoint memapu
menampilkan feedback yang sudah diprogram

3.

Web Based: Pada pola ini PowerPoint dapat diformat menjadi file web
(html) sehingga program yang muncul berupa browser yang dapat
menampilkan internet. Hal ini ditunjang dengan adanya fasilitas dari
PowerPoint untuk mempublish hasil pekerjaan menjadi web. Selain itu
beberapa pengembang multimedia telah membuat software-software
yang dapat mengubah file PowerPoint menjadi file exe atau swf.
Sehingga dengan exstensi tersebut program presentasi anda aman dari
penjiplakan dan manipulasi karena tidak dapat dimodifikasi dan ukuran
file yang lebih kecil.

G. Hereditas Menurut Mendel


Seorang biarawan dari Austria, bernama Gregor Johann Mendel, menjelang
akhir abad ke-19 melakukan serangkaian percobaan persilangan pada kacang ercis
(Pisum sativum). Dari percobaan yang dilakukannya selama bertahun-tahun
tersebut, Mendel berhasil menemukan prinsip-prinsip pewarisan sifat, yang
kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan genetika sebagai suatu
cabang ilmu pengetahuan. Berkat karyanya inilah, Mendel diakui sebagai Bapak
Genetika.
Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaannya, terutama karena
tanaman ini memiliki beberapa pasang sifat yang sangat mencolok perbedaannya,
misalnya warna bunganya mudah sekali untuk dibedakan antara yang ungu dan
yang putih. Selain itu, kacang ercis merupakan tanaman yang dapat menyerbuk
sendiri, dan dengan bantuan manusia, dapat juga menyerbuk silang. Hal ini
disebabkan oleh adanya bunga sempurna, yaitu bunga yang mempunyai alat
kelamin jantan dan betina. Pertimbangan lainnya adalah bahwa kacang ercis
memiliki daur hidup yang relatif pendek, serta mudah untuk ditumbuhkan dan
dipelihara. Mendel juga beruntung, karena secara kebetulan kacang ercis yang
15

digunakannya

merupakan

tanaman

diploid

(mempunyai

dua

perangkat

kromosom). Seandainya ia menggunakan organisme poliploid, maka ia tidak akan


memperoleh hasil persilangan yang sederhana dan mudah untuk dianalisis.
Pada salah satu percobaannya Mendel menyilangkan tanaman kacang ercis
yang tinggi dengan yang pendek. Tanaman yang dipilih adalah tanaman galur
murni, yaitu tanaman yang kalau menyerbuk sendiri tidak akan menghasilkan
tanaman yang berbeda dengannya. Dalam hal ini tanaman tinggi akan tetap
menghasilkan tanaman tinggi. Begitu juga tanaman pendek akan selalu
menghasilkan tanaman pendek.
Dengan menyilangkan galur murni tinggi dengan galur murni pendek,
Mendel mendapatkan tanaman yang semuanya tinggi. Selanjutnya, tanaman tinggi
hasil persilangan ini dibiarkan menyerbuk sendiri. Ternyata keturunannya
memperlihatkan nisbah (perbandingan) tanaman tinggi terhadap tanaman pendek
sebesar 3 : 1. Secara skema, percobaan Mendel dapat dilihat pada Gambar 2.1
sebagai berikut.
P:
Gamet

Tinggi

Pendek

DD

dd

F1 :

Tinggi
Dd

Menyerbuk sendiri (Dd x Dd)

F2 :
16

Gamet

DD

Dd

(tinggi)
Dd

(tinggi)
dd

(tinggi)

(pendek)

Gamet

Tinggi (D-) : pendek (dd) = 3 : 1


DD : Dd : dd

=1:2:1

Gambar 4. Diagram persilangan monohibrid untuk sifat tinggi tanaman


Individu tinggi dan pendek yang digunakan pada awal persilangan dikatakan
sebagai tetua (parental), disingkat P. Hasil persilangannya merupakan keturunan
(filial) generasi pertama, disingkat F1.

Persilangan sesama individu F1

menghasilkan keturunan generasi ke dua, disingkat F2. Tanaman tinggi pada


generasi P dilambangkan dengan DD, sedang tanaman pendek dd. Sementara itu,
tanaman tinggi yang diperoleh pada generasi F1 dilambangkan dengan Dd.
Pada diagram persilangan monohibrid tersebut di atas, nampak bahwa untuk
menghasilkan individu Dd pada F1, maka baik DD maupun dd pada generasi P
membentuk gamet (sel kelamin). Individu DD membentuk gamet D, sedang
individu dd membentuk gamet d. Dengan demikian, individu Dd pada F 1
merupakan hasil penggabungan kedua gamet tersebut. Begitu pula halnya, ketika
sesama individu Dd ini melakukan penyerbukan sendiri untuk menghasilkan F2,
maka masing-masing akan membentuk gamet terlebih dahulu. Gamet yang
dihasilkan oleh individu Dd ada dua macam, yaitu D dan d. Selanjutnya, dari
kombinasi gamet-gamet tersebut diperoleh individu-individu generasi F 2 dengan
nisbah DD : Dd : dd = 1 : 2 : 1. Jika DD dan dd dikelompokkan menjadi satu
(karena sama-sama melambangkan individu tinggi), maka nisbah tersebut menjadi
D- : dd = 3 : 1.
Dari diagram itu pula dapat dilihat bahwa pewarisan suatu sifat ditentukan
oleh pewarisan materi tertentu, yang dalam contoh tersebut dilambangkan dengan
D atau d.

Mendel menyebut materi yang diwariskan ini sebagai faktor


17

keturunan (herediter), yang pada perkembangan berikutnya hingga sekarang


dinamakan gen.
Beberapa kesimpulan penting tentang hasil percobaan Mendel sebagai
berikut.
1. Hibrid (hasil persilangan antara dua individu dengan tanda beda) memiliki
sifat yang mirip dengan induknya dan setiap hibrid mempunyai sifat yang
sama dengan hibrid yang lain dari spesies yang sama]
2. Karakter atau sifat dari keturunan suatu higrid selalu timbul kembali secara
teratur dan inilah yang memberi petunjuk kepada Mendel bahwa tentu ada
faktor-faktor tertentu yang mengambil peranan dalam pemindahan sifat ari
satu generasi ke generasi berikutnya
3. Mendel merasa bahwa faktor-faktor keturunan itu mengikuti distribusi
yang logis, maka suatu hukum atau pola akan dapat diketahui dengan cara
mengadakan anyak persilangan dan menghitung bentuk-bentuk yang
berbeda, seperti yang tampak dalam keturunan.
1.

Terminologi
Ada beberapa istilah yang perlu diketahui untuk menjelaskan prinsip-prinsip

pewarisan sifat. Seperti telah disebutkan di atas, P adalah individu tetua, F1 adalah
keturunan generasi pertama, dan F2

adalah keturunan generasi ke dua.

Selanjutnya, gen D dikatakan sebagai gen atau alel dominan, sedang gen d
merupakan gen atau alel resesif. Alel adalah bentuk alternatif suatu gen yang
terdapat pada lokus (tempat) tertentu. Gen D dikatakan dominan terhadap gen d,
karena ekpresi gen D akan menutupi ekspresi gen d jika keduanya terdapat
bersama-sama dalam satu individu (Dd). Dengan demikian, gen dominan adalah
gen yang ekspresinya menutupi ekspresi alelnya. Sebaliknya, gen resesif adalah
gen yang ekspresinya ditutupi oleh ekspresi alelnya.
Individu Dd dinamakan individu heterozigot, sedang individu DD dan dd
masing-masing disebut sebagai individu homozigot dominan dan homozigot
resesif. Sifat-sifat yang dapat langsung diamati pada individu-individu tersebut,
yakni tinggi atau pendek, dinamakan fenotipe. Jadi, fenotipe adalah ekspresi gen
yang langsung dapat diamati sebagai suatu sifat pada suatu individu. Sementara

18

itu, susunan genetik yang mendasari pemunculan suatu sifat dinamakan genotipe.
Pada contoh tersebut di atas, fenotipe tinggi (D-) dapat dihasilkan dari genotipe
DD atau Dd, sedang fenotipe pendek (dd) hanya dihasilkan dari genotipe dd.
Nampak bahwa pada individu homozigot resesif, lambang untuk fenotipe sama
dengan lambang untuk genotipe.
2.

Persilangan antara dua individu dengan satu sifat beda


Persilangan antara dua individu dengan satu sifat beda disebut persilangan

monohibrid. Dominasi dapat terjadi secara penuh atau tidak penuh (kodominan).
Masing-masing dominasi ini mengahsilkan bentuk keturunan pertama (F1) yang
berbeda.
Persilangan monohibrid akan menghasilkan individu F1 yang seragam,
apanila salah satu induk mempunyai sifat dominan penuh dan induk yang lain
bersifat resesif. Apabila ditunjukan dengan menyilangkan individu sesama F 1,
akan menghasilkan keturunan (individu F2) dengan tiga macam genotipe dan dua
macam fenotipe. Sebaliknya, apabila salah satu induknya mempuyai sifat domian
tak penuh (intermediate), maka persilangan individu sesama F1 akan
menghasilkan tiga macam genotipe dan tiga macam fenotipe. Contoh persilangan
monohibrid domian penuh terjadi pada persilangan antara kacang ercis berbungan
merah dengan kacang ercis berbunga putih.
Mendel menyilangkan kacang ercis berbunga merah (MM) dengan kacang
ercis berbunga putih (mm) dan dihasilkan individu F1 yang seragam, yaitu satu
macam genotipe (Mm) dan satu macam fenotipe (bunga merah). Pada waktu F2,
dihasilkan tiga macam genotipe dengan perandingan 25% MM: 50% Mm: 25%
mm atau 1:2:1 dan dua macam fenotipe dengan perbandingan 75% berbunga
merah: 25% berbunga putih atau merah: putih= 3:1. Pada indvidu F2 ini, yang
berpenotipe merah dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu 2/3 bergenotipe
heterozigot (Mm) dan 1/3 homozigot domainan (MM).
Persilangan antara kacang ercis berbunga merah dominan dengan kacang
ercis berwarna putih resesif dapat dibuat bagan sebagai berikut.
P1
:
MM
x
Fenotipe
:
(merah)
Gamet
F1

:
:

m
Mm

19

mm
(putih)

Fenotipe

(merah)

Dari persilangan filial (f1) didapatkan:


P2
:
Mm
Fenotipe
:
(merah)
Gamet

Mm
(merah)

MM

Mm

F2

M
MM
M
(merah)
Mm
m
(merah)
Perbandingan genotipe
F2
Perbandingan fenotipe

F2

Mm

mm

m
Mm
(merah)
Mm
(merah)
= MM : Mm : mm
= 1 : 2 : 1
= Merah : Putih
= 3
: 1

Gambar 5. Diagram persilangan monohibrid untuk sifat warna bunga


Jika kita perhatikan contoh persilangan diatas, pada saat pembentukan gamet
terjadi pemisahan gen-gen yang sealel, sehingga setiap gamet hanya menerima
sebuah gen saja. Mislanya pada tanaman yang bergenotipe Mm, pada saat
pembentukan gamet, ben M memisahkan diri dengan gen m, sehingga gamet yang
terbentuk memiliki gen M atau gen m saja. Prinsip ini dirumuskan sebagai Hukum
Mendel I (Hukum pemisahan gen yang sealel) yang menyatakan bahwa Selama
meiosis, terjadi pemisahan pasangan gen secara bebas sehingga setiap gamet
memperoleh satu gen alelnya.
3. Persilangan antara Dua Individu dengan Dua Sifat Beda
Persilangan antara dua individu dengan dua sifat beda disebut juga
persilangan dihibrid. Pada persilangan tersebut Mendel menyilangkan tanaman
ercis dengan biji yang mempunyai dua sifat beda, yaitu bentuk dan warna biji.
Kedua sifat beda tersebut ditentukan oleh gen-gen sebagai berikut.
B = gen yang mentukan biji bulat
b = gen yang menentukan biji keript
K = gen yang menentukan biji berwarna kuning
k = gen yang menentukan biji berwarna hijau

20

Jika tanaman kapri yang berbiji bulat kuning (BBKK) disilangkan dengan
kapri yang berbiji keriput hijau (bbkk), semua tanaman F1 berbiji bulat kuning.
Jika tanaman F1 dibiarkan mengadakan penyerbukan sendiri, F2 memperlihatkan
16 kombinasi yang terdiri atas empat macam fenotipe, yaitu tanaman biji bulat
kuning, bulat hijau, keriput kuning, dan keriput hijau. Dalam percobaan ini
Mendel mendapatkan 315 tanaman biji bulat kuning, 100 tanaman biji bulat hijau,
101 tanaman berbiji keriput kuning, dan 32 tanaman keriput hijau. Angka-angka
tersebut menunjukan suatu perbandingan fenotipe yang mendekati 9 : 3 : 3 : 1.
Pada saat pembentukan gamet (pembelahan meiosis) anggota dari sepasang
gen memisah secara bebas (tidak saling memengaruhi). Oleh karena itu, pada
persilangan dihibrid tersebut terjadi empat macam pengelompokan dari dua
pasang gen, yaitu:
a. Gen B mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet BK;
b. Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet Bk;
c.

Gen b mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet bK;

d. Gen b mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet bk;


Prinsip tersebut di atas dirumuskan sebagai Hukum Mendel II (Hukum
Pengelompokan Gen secara Bebas) yang menyatakan bahwa:
a. Setiap gen dapat berpasangan secara bebas dengan gen lain membentuk
alela,
b. Keturunan pertama menunjukan sifat fenotipe dominan
c. Keturunan kedua menunjukan fenotipe dominan dan resesif dengan
perbandingan tertentu, misalnya pada persilangan monohibrid 3 : 1 dan pada
persilangan dihibrid 9 : 3 : 3 : 1.

Persilangan antara kapri (ercis) biji bulat warna kuning dengan kapri biji
keriput warna hijau yang menghasilkan F1 berupa kapri biji bulat warna kuning.
21

P1
Fenotipe

=
=

Gamet

BBKK
(bulat kuning)
BK

bbkk
(keriput hijau)
bk

F1
=
BbKk
Fenotipe =
(bulat kuning)
Dari persilangan sesama filial 1 fenotipe (F1) didapatkan
P2
=
BbKk
x
BbKk
Penotipe =
(bulat kuning)
(bulat kuning)
Gamet

BK
Bk
bK
bk

BK
Bk
bK
bk

Atas dasar gamet tersebut, terbentuknya F2 dapat disusun sebagai berikut.


F2
BK
Bk
bK
Bk
BK BBKK 1
BBKk 2
BbKK 3
BbKk 4
Bk
BBKk 5
BBkk 6
BbKk 7
Bbkk 8
bK
BbKK 9
BbKk 10
bbKK 11
bbKk 12
bk
BbKk 13
Bbkk 14
bbKk 15
Bbkk 16
Gambar 6. Diagram persilangan dihibrid untuk sifat bentuk biji buah

Perbandingan genotipe dan fenotipe dari persilangan di atas dapat dilihat


pada tabel berikut.
No. Kotak

Genotipe

Frekuensi

1
2,5
3,9
4,7,10,13
6
8,1
11
12, 15

BBKK
BBKk
BbKK
BbKk
BBkk
Bbkk
bbKK
bbKk

1
2
2
4
1
2
1
2

22

Fenotipe

Frekuensi

Bulat kuning

Bulat hijau

Keriput kuning

16

bbkk

1
Keriput hijau

Jumlah

16
16

Tabel 1. Perbandingan genotipe dan fenotipe persilangan dihibrid


Perbandingan genotipe F2
= BBKK : BBKk : BkKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
=1:2:2:4:1:2:1:2;1
Perbandingan fenotipe F2
= bulat kuning : bulat hijau : keriput kuning : keriput hijau
=9:3:3:1

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX C SMP Negeri 1 Kabandungan
pada semester genap tahun ajaran 2011/2012. Kelas IX C SMPN 1 Kabandungan
berjumlah 42 siswa, terdiri dari 26 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.
Suasana kelas sering tidak kondusif karena perbadingan antara siswa laki-laki
dan siswa perempuan tidak seimbang, selain itu kapasitas kelas yang yang
melebihi standar nasional yaitu 32 siswa juga menjadi kendala bagi guru yang
bertanggung jawab terhadap pemahaman siswa secara keseluruhan. Keadaan
sosial ekonomi orang tua siswa rata-rata menengah ke bawah. Tempat tinggal
siswa kebanyakan berasal dari pelosok, umunya orang tua siswa bekerja
sebagai petani dan buruh perkebunan. Hal inilah yang menyebabkan motivasi
belajar siswa juga rendah.
SMP Negeri 1 Kabandungan merupakan sekolah yang berada didaerah paling
timur Kabupaten Sukabumi, tepatnya di Desa Kabandungan Kecamatan
Kabandungan yang

berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor. Tepatnya

berada hampir dikelilingi oleh pegunungan alami yaitu Taman Nasional Gunung
Halimun Salak (TNGHS) dan berdekatan dengan sumber utama pembangkit

23

listrik tenaga uap yang dikelola oleh Chevron. Letaknya yang strategis sehingga
sering dikunjungi dan dilewati baik oleh wisatawan domestik dan wisatawan
asing, peneliti, juga pejabat pemerintah ataupun pihak swasta yang berkunjung ke
lokasi Chevron.
Fasilitas SMPN 1 Kabandungan cukup memadai, diantaranya adalah ruang
Lab. IPA, internet, perpustakaan, lapangan futsal, dan ruang lab. Komputer.
Memiliki gedung Lab. IPA yang masih baru dan banyak digunakan sebagai dalam
kegiatan belajar mengajar menjadikan daya tarik tersendiri baik bagi siswa
maupun guru untuk mencoba metode-metode, model, dan media tertentu dalam
pemebelajaran.
B. Faktor yang diteliti
Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor Siswa
Faktor siswa yang diamati adalah aktivitas dan hasil belajar siswa.
Aktivitas siswa meliputi kegiatan siswa yang menunjukan perhatian terhadap
penjelasan guru, kegiatan siswa dalam diskusi kelompok, kemampuan siswa
mengemukakan pendapat, kemampuan siswa mengaitkan materi dengan
kehidupan sehari-hari, kemampuan siswa memanfaatkan waktu, kemampuan
siswa membangun ide dan kemampuan siswa menarik kesimpulan.
Sedangkan hasil belajar diperoleh dari nilai posttest, rata-rata nilai penugasan
dan nilai aktivitas siswa. Pengamatan terhadap aktivitas siswa dilakukan
dengan menggunakan descriptive graphic rating scale, sedangkan posttest
dilakukan diakhir proses pembelajaran.
2. Faktor Guru
Faktor guru yang diamati meliputi kinerja guru dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan media presentasi sebagai media
pembelajaran. Pengamatan terhadap kinerja guru dilakukan dengan
menggunakan check list.
C. Rancangan Penelitian
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini mengacu pada teori yang
dikumukakan oleh Kurt Lewin (Suyanto, Ibnu dan Susilo, 2005) dan disesuaikan
dengan paduan BBM IPA. Dalam model PTK ini ada empat tahapan pada satu
siklus penelitian. Keempat tahapan tersebut terdiri dari: perencanaan, tindakan,
24

observasi dan refleksi. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam dua siklus.


Pelaksanaan penelitian dapat digambarkan seperti alur di bawah ini:

Gambar 7. Tahapan dan Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin
(Suyanto, Ibnu dan Susilo, 2005)
D. Prosedur Penelitian
1. Indentifikasi Masalah
Masalah diidentifikasi bersama-sama dengan rekan sejawat guru
berdasarkan studi kasus yang ditulis guru. Studi kasus ini secara naratif dan
detail menjelaskan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

25

yang dilaksakan oleh guru, serta refleksi oleh guru. Dari studi kasus
diidentifikasi bahwa guru merasa kesulitan dalam menjelaskan konsep-kosep
hereditas secara manual, sehingga pencapaian hasil belajar siswa rendah.
Berdasarkan diskusi dengan rekan sejawat guru dan juga referensi dari
beberapa pustaka, tidakan yang dipilih guru untuk memperbaiki proses
belajar mengajar tersebut adalah dengan menggunakan Multimedia Presentasi
untuk menjelaskan konsep hereditas dan memperbaiki suasana kelas yang
kurang kondusif akibat kurangnya motivasi belajar.
2. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dilakukan penyusunan perangkat yang
digunakan dalam proses pembelajaran.

Terdiri dari RPP untuk kegiatan

belajar mengajar, media presentasi PowerPoint menggunakan animasi


sederhana, LKS untuk melengkapi RPP, mempersipakan bahan belajar dari
berbagai sumber, menyiapkan lembar observasi, meminta dua orang rekan
guru untuk melakukan observasi kegiatan belajar, serta membuat denah kelas
untuk memudahkan pelaksanaan observasi.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Penyusunan RPP dilaksanakan sebelum kegiatan belajar mengajar.
Dalam penelitian ini, hasil ulangan harian sebelumnya dijadikan sebagai
dasar penyusunan RPP. Dengan memperhatikan hasil analisi ulangan harian
(lampiran).
b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) disusun untuk melengkapi RPP, dengan
basis student centered activities dengan menetapkan langkah-langkah yang
membuat siswa mampu menemukan sendiri konsep yang dibahas.
c. Media Presentasi PowerPoint
Media Presentasi PowerPoint ini disusun sebagai bahan inti penelitian,
adapun prosedur pembuatan presentasi diawali dengan:
1. Identifikasi program, hal ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian
antara program yang dibuat dengan materi, sasaran (siswa) terutama
latar

belakang

kemampuan

dan

usia.

Juga

mengidentifikasi

ketersediaan sumber pendukung seperti gambar, animasi, video, dan


lain-lain

26

2. Mengumpulkan bahan pendukung sesuai kebutuhan materi dan sasaran


seperti video, gambar, animasi dan suara. Pengumpulan bahan tersebut
dilakukan dengan cara melalui internet (browsing), dan menyususn
materi yang diambil dari bahan utama buku, modul, dan makalah
lengkap. Materi untuk powerpoint dikemas menjadi uraian pendek, dan
dilengkapi dengan animasi yang sudah tersedia pada PowerPoint.
3. Seletah bahan terkumpul dan materi sudah dirangkum, selanjutnya
proses pengerjaan di PowerPoint kemudian mengubah hasil akhir
presentasi dalam bentuk Slide Show.
4. Setelah program selesai dibuat, dilakukan review program dari sisi
bahasa, teks, tata letak, dan kebenaran konsep, selanjutnya direvisi dan
3.

siap digunakan.
Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran direncanakan dilakukan

dalam dua siklus.


1. Siklus I, 1 kali pertemuan
a. Pertemuan pertama : 2 x 40 menit
2. Siklus II, 1 kali pertemuan:
a. Pertemuan pertama : 2 x 40 menit
Siklus I
a. Perencanaan (planing)
1) Guru membuat slide pada PowerPoint dan menyusun
rencana pembelajaran dengan materi pokok herditas mendel.
Indikator pembelajarannya yaitu menentukan gamet dari
genotipe

parental

monohibrid,

menentukan

hasil

persilangan pertama monohibrid, menentukan gamet dari


genotipe

parental

monohibrid,

menentukan

hasil

persilangan kedua monohibrid, menentukan rasio hasil


persilangan monohibrid, menentukan gamet dari genotipe
parental 1 dihibrid, menentukan hasil persilangan pertama
dihibrid, menentukan gamet dari genotipe parental 2
dihibrid, menentukan hasil persilangan kedua dihibrid,
menentukan rasio hasil persilangan dihibrid, menentukan
rumus

untuk

memprediksi

27

mengenai

keturunan,

mengkaitkan pokok bahasan hereditas dalam kehidupan


sehari-hari
1) Guru membentuk kelompok belajar secara heterogen, terdiri
dari 5 orang siswa
2) Guru menyampaikan

materi

menggunakan

media

pembelajaran Microsoft Office PowerPoint


3) Guru mempersiapkan LKS
4) Guru mempersiapkan kisi-kisi kuis 1 beserta kunci
jawabannya sebagai evaluasi siklus I
5) Guru mempersiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa
dan lembar observasi guru
6) Guru memberikan pengarahan dan penjelasan kepada
seluruh siswa
b. Tindakan
Pertemuan I (terdiri 2 jam pelajaran)
Materi tentang persilangan monohibrid dan dihibrid dengan
langkah-langkah adalah sebagai berikut:
Bagian I (1 jam pelajaran pertama)
1) Pendahuluan
Pada pendahuluan meliputi kegitan doa bersama, mengecek
kehadiran, bertanya kabar kepada peserta didik, kegiatan
apresiasi, dan motivasi
2) Kegiatan inti meliputi:
a. Pengembangan pertama, dibahas tentang persilangan
antara dua individu dengan satu sifat beda
b. Penerapan pertama, masing-masing siswa mengerjakan
lembar kerja siswa dan berdiskusi menurut kelompok
yang sudah dibentuk, selanjutnya wakil salah satu
kelompok

mengerjakan

(mepresentasikan)

sedang

kelomok lain menanggapinya.


Bagian 2 (1 jam pelajaran kedua)
c. Pengembangan kedua, pada pengembangan kedua ini
dibahas tentang persilangan antara dua individu dengan
dua sifat beda
d. Penerapan kedua, masing-masing siswa mengerjakan
lembar kerja siswa dan berdiskusi menurut kelompok

28

yang sudah dibentuk, selanjutnya wakil salah satu


kelompok

mengerjakan

(mepresentasikan)

kelompok lain menanggapinya.


e. Penutup, siswa diarahkan membuat

sedang

rangkuman,

menyimpulkan hasil diskusi pada seluruh kegiatan inti,


refleksi, diberi pekerjaan rumah, dan ditutup dengan doa.
Selanjutnya pada pertemuan II diadakan ulangan akhir
siklus I
c. Observasi
Pada tahap demi tahap dilakukan observasi terhadap siswa pada
proses pembelajaran,

sedangkan keaktifan

guru sebagai

fasilitator diamati oleh observer 1 dan observer 2, yakni guru


team teaching mata pelajaran IPA di SMP Negeri 1
Kabandungan
d. Refleksi
1) Menganalisis hasil pengamata umtuk membuat simpulan
sementara terhadap pelaksanaan pembelajaran
2) Mendiskusikan hasil analisis refleksi untuk tindakan
perbaikan pada pelaksanaan kegiatan penelitian dalam siklus
berikutnya
Refleksi dilakukan untuk mencatat semua pertemuan baik
kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada siklus I,
selanjutnya untuk mengadakan perbaikan pada siklus II
Siklus II
Karena dari siklus I belum menampakan adanya hasil yang
maksimal walapun sudah terlihat peningkatan pemahaman dan hasil
belajar, maka perlu dilakukan siklus II dengan langkah-langkah
adalah sebagai berikut.
a. Perencanaan
1) Guru membuat slide pada PowerPoint dan menyusun
rencana pembelajaran dengan materi pokok herditas mendel.
Indikator pembelajarannya menentukan gamet dari genotipe
parental 1 monohibrid, menentukan hasil persilangan
pertama monohibrid, menentukan gamet dari genotipe
29

parental 2 monohibrid, menentukan hasil persilangan kedua


monohibrid, menentukan rasio hasil persilangan monohibrid,
menentukan gamet dari genotipe parental 1 dihibrid,
menentukan hasil persilangan pertama dihibrid, menentukan
gamet dari genotipe parental 2 dihibrid, menentukan hasil
persilangan

kedua

dihibrid,

menentukan

rasio

hasil

persilangan dihibrid, menentukan rumus untuk memprediksi


mengenai keturunan, mengkaitkan pokok bahasan hereditas
dalam kehidupan sehari-hari
2) Guru membentuk kelompok belajar secara heterogen,
masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa.
3) Guru menyampaikan materi menggunakan
pembelajaran Microsoft Office PowerPoint
4) Guru mempersiapkan LKS
5) Guru mempersiapkan kisi-kisi kuis II

media

beserta kunci

jawabannya sebagai evaluasi siklus II


6) Guru mempersiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa
dan lembar observasi guru
7) Guru memberikan pengarahan dan penjelasan kepada
seluruh siswa
b. Pelaksanaan
Pada suklus II dibahas materi hereditas, siswa mengerjakan
lembar kerja secara berkelompok sebagaimana pada siklus I
wakil dari kelompok lain menanggapinya.
c. Observasi
1) Melihat kembali hasil observasi pada siklus I
2) Observasi dilakasanakan dengan secermat-cermatnya
dengan mendata kembali hasli observasi seperti yang
dilakukan pada siklus I
d. Refleksi
Pada siklus II digunakan untuk melihat apakah hipotesis
tindakan tercapai atau tidak. Pada akhir siklus II ini,
menggunakan Multimedia Presentasi diharapkan hasil belajar
siswa meningkat dalam pengajaran IPA Biologi pokok bahasan
Hereditas Mendel siswa kelas IX SMP Negeri 1 Kabandungan.
E. Data dan Cara Pengambilannya
30

1.

Sumber data penelitian


Sumber data penelitian didapat dari siswa yang memiliki tingkat

keberagaman kemampuan yaitu IX C SMP Negeri 1 Kabandungan tahun


ajaran 2011/2012. Data yang diambil ada 2 macam yaitu data utama meliputi:
aktivitas dan hasil belajar siswa, data pendukung meliputi: data kinerja guru
dalam KBM, dan tanggapan siswa terhadap PBM yang dilaksanakan.
2. Jenis Data
Jenis data yang diperoleh adalah data kuntitatif yang terdiri atas:
Aktivitas siswa
Hasil belajar siswa
Kinerja guru berdasarkan RPP
3. Cara Pengambilan Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini masing-masing diambil
dengan cara sebagai berikut.
a. Data awal hasil belajar siswa acuan penelitian diperoleh dari hasil
ulangan harian siswa sebelum pelaksanaan penelitian berupa soal
multiple choice (lampiran)
b. Data akhir hasil belajar siswa diperoleh dari hasil postest sebanyak
2 (dua) kali setelah pelaksanaan penelitian berupa soal multiple
choice (lampiran)
c. Data tentang aktivitas siswa diambil dengan menggunakan lembar
Descriptive Graphic Rating Scale (format lampiran)
d. Data tentang kinerja guru diambil dengan member check list pada
lembar observasi kinerja guru yang formatnya dapat dilihat pada
4.

lampiran.
Metode Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan deskriptif

presentase. Temuan yang berupa angka-angka dianalisis dan diberi makna


berdasarkan catatan lapangan sehingga dapat digunakan untuk merumuskan
simpulan.
1. Pengolahan data pre-test (ulangan harian) dilakukan dengan dianalisis
secara deskriptif yaitu dengan cara menghitung jumlah, menghitung
rata-rata, menghitung nilai presentase, dan membuat grafik.
Lembar penilaian pre-test (ulangan harian) dapat ditunjukan melalui
table di bawah ini:
Tabel 2. Lembar Analisis Jawaban pre-test

31

Skor IPA

1-10
11-20
21-30
31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
91-100
Tingkat ketuntasan secara klasikal dihitung dengan teknik analisis
presentase.
Ketuntasan

Frekuensi

Jumlah siswa bernilai > 65 X 100%


Jumlah total siswa
Untuk mengukur nilai rata-rata kelas digunakan rumus sebagai
berikut:
Rata-rata kelas = Jumlah nilai seluruh siswa
Jumlah total siswa

2. Data tentang aktivitas siswa diolah dengan memberikan skor pada tiap
item performance dan kemudian skor tersebut diubah dalam bentuk
nilai dengan menggunakan skala 11.
Tabel 3. Skala 11 (Acuan Penentuan Nilai Aktivitas Siswa)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Tingkat
Penguasaan
95%-100%
85%-94%
75%-84%
65%-74%
55%-64%
45%-54%
35%-44%
25%-34%
15%-24%
5%-14%
0%-4%

Batas Atas

Batas Bawah

Nilai

100% x SMI
94% x SMI
84% x SMI
74% x SMI
64% x SMI
54% x SMI
44% x SMI
34% x SMI
24% x SMI
14% x SMI
4% x SMI

95% x SMI
85% x SMI
75% x SMI
65% x SMI
55% x SMI
45% x SMI
35% x SMI
25% x SMI
15% x SMI
5% x SMI
0% x SMI

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

3. Pengolahan data pos-test juga dilakukan dengan dianalisis secara


deskriptif seperti pada pre-test yaitu dengancara menghitung jumlah,

32

menghitung rata-rata, menghitung nilai presentase, dan membuat


grafik.
Lembar penilaian pos-test (ulangan harian) dapat ditunjukan melalui
table di bawah ini:
Tabel 4. Lembar Analisis Jawaban
Skor IPA

Frekuensi

31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
91-100

Tingkat ketuntasan secara klasikal dihitung dengan teknik

analisis presentase.
Ketuntasan
= Jumlah siswa bernilai > 65 X 100%
Jumlah total siswa
Untuk mengukur nilai rata-rata kelas digunakan rumus sebagai
berikut:
Rata-rata kelas = Jumlah nilai seluruh siswa
Jumlah total siswa
4. Pengolahan data kinerja guru dilakukan dengan pemberian skor pada
tiap item perpormance yang kemudian skor tersebut diubah dalam
bentuk nilai dengan menggunakan skala 5. Sebelum menentukan nilai
hasil konversi, dilakukan penetuan skor maksimal ideal (SMI) pada
setiap pertemuan
Tabel 5. Skala 5 (Acuan Penentuan Kriteria Kinerja Guru)
No
1
2
3
4
5

Tingkat
Penguasaan
85%-100%
70%-84%
60%-69%
50%-59%
< 50%

Batas
Atas
100% x SMI
84% x SMI
69% x SMI
59% x SMI
50% x SMI

Batas
Bawah
85% x SMI
70% x SMI
60% x SMI
50% x SMI
<50% x SMI

Nilai
A
B
C
D
E

Kriteria
kinerja Guru
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang

F. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian ini ditentukan oleh:

33

1. Penilaian dengan tes (belajar tuntas)


Nilai yang dihasilkan sudah mencapai lebih dari rata-rata 6,5 (enam
koma lima). Dengan presentase 85% siswa memperoleh nilai hasil
belajar > 65
2. Penilaian non tes
Aktivitas dalam pembelajaran apabila melakukan aktivitas mencapai
minimal kategori 7

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 01 Februari 2012. Materi yang dibahas
adalah menentukan gamet dari genotipe parental 1 monohibrid, menentukan hasil
persilangan pertama monohibrid, menentukan gamet dari genotipe parental 2
monohibrid, menentukan hasil persilangan kedua monohibrid, menentukan rasio
hasil persilangan monohibrid, menentukan gamet dari genotipe parental 1
dihibrid, menentukan hasil persilangan pertama dihibrid. Sedangkan siklus II
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 16 Februari 2012 dengan materi yang sama
dengan siklus I. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media
presentasi , diperoleh berbagai macam data antara lain data hasil belajar siswa,

34

data tentang aktivitas siswa, dan data hasil observasi kinerja guru, serta data
pendukung lainnya.
1. Siklus I
Pada siklus I guru menyajikan materi pokok hereditas. Mengulas kembali
materi-materi yang perlu lebih ditekankan

berdasarkan nilai KKM yang

kurang dari nilai ulangan prasiklus dengan menggunakan bantuan media


pembelajaran berupa microsoft office powerpoint

yang ditunjang dengan

prasarana komputer, projector, dan sound. Adapun hasil pengamatan


pelaksanaan penelitian siklus I adalah:
a. Hasil belajar siklus I
Tes pada siklus I diberi soal 10 butir soal. Hasil dari tes siklus I ini
digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan penelitian siklus I
untuk indikator hasil belajar. Berikut data perbandingan hasil belajar:

Tabel 6. Perolehan Nilai Tes Sebelum dan Sesudah Perbaikan


Nilai Ulangan Harian
No
Nilai
N
1
35-40
7
2
45-50
4
3
55-60
24
4
65-70
6
5
75-80
1
Jumlah Siswa
42
Rata-rata skor
55,6

Nilai Pos Test 1 (siklus I)


No
Nilai
N
1
45-50
0
2
55-60
7
3
65-70
14
4
75-80
14
5
85-90
7
Jumlah Siswa
42
Rata-rata skor
73,2

Tabel 7. Perbandingan nilai prasiklus dan siklus I


Siklus
Pra Siklus
Siklus I

KKM
65
65

Terendah
35
60

Tertinggi
75
90

Katerangan:
1. KKM = Kriteria Ketuntasan Minimal
2. Tabel data nilai siklus I lihat pada lampiran

35

Rata-rata
55,6
73,2

Berikut Diagram Batang Hasi Belajar Siswa KD 2.3 pada Siklus I


Gambar 8. Diagram Hasil Belajar Siswa (Siklus I)

Selanjutnya ketuntasan belajar siswa pada Siklus I terlihat seperti


pada Diagram Pie di bawah ini.

Gambar 9. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa (Siklus I)

36

Berdasarkan diagram di atas, dapat disimpulkan:


Secara individu:
- Banyaknya siswa ada 42 siswa
- Siswa tuntas belajar ada 35 siswa
- Persentase siswa yang telah tuntas = 35:42 x 100% = 83%
- Persentase siswa yang telah tuntas = 7:42 x 100% = 17%
Secara klasikal
- Siswa belum tuntas belajar karena menurut standar ketuntasan
belajar secara klasikal harus mencapai 85%, sedangkan pencapaian
hasil belajar setelah siklus 1 baru mencapai 83%, sehingga untuk
mencapai ketuntasan klasikal masih kurang 2%
- Rata-rata skor sebelum perbaikan 55,6 sedangkan rata-rata skor
setelah perbaikan = 73,2 sehingga diperoleh gain skor (perolehan
b.

nilai) rata-rata = 17,6


Data Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran
Data aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui nilai keaktivan

siswa selama pembelajaran. Berdasarkan hasil anailsis data aktivitas


siswa diperoleh hasil pencapaian nilai keaktivan siswa seperti disajikan
pada table 8.
Tabel 8. Jumlah siswa berdasarkan nilai keaktifan yang diperoleh dari
kelas yang diteliti
No
1
2
3
4
5

Nilai keaktivan*)
(konversi skala 11)
10
9
8
7
<7

Jumlah Siswa (%)


- (0)
2 (4,76)
34 (80,95)
6 (14,29)
- (0)

Katerangan: * selanjutnya disebut sebagai nilai aktivitas siswa


Berdasarkan table 8 tersebut, dapat diketahui bahwa nilai aktivitas
siswa hasil konversi pada skala 11 minimal mencapai minimal angka 7.
Hal ini menunjukan bahwa indikator tentang aktivitas siswa tercapai
yaitu minimal aktivitas siswa mencapai ketegori angka 7.
c. Data Hasil Observasi Kinerja Guru
Data mengenai observasi kinerja guru dalam penelitian ini meliputi
segala kegiatan guru selama proses pembelajaran yang dikaitkan dengan
37

rencana pembelajaran menggunakan medi TIK yang telah disusun. Hasil


observasi kinerja guru dapat dilihat pada table 9.
Tabel 9. Hasil penilaian kinerja guru pada siklus 1
No
1

Kelas
IX C

Jumlah Skor
47

Nilai
B

Kriteria
Baik

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai kinerja guru


mencapai minimal huruf B dengan criteria baik. Nilai dan kinerja guru
ditentukan berdasarkan hasil konversi pada skala 5 (Ridlo, 2003) dengan
rincian sebagai berikut.
< 49%
: Tidak Baik
50% - 59%
: Kurang Baik
60% - 69%
: Cukup Baik
70% - 84%
: Baik
85% - 100%
: Sangat Baik

B. Pembahasan
Berdasarkan grafik analisis hasil pretest, diketahui bahwa kelas yang
dijadikan subyek penelitian memiliki tingkat kecerdasan yang hampir merata.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa bahasan sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa
Berdasarkan tabel data hasil belajar siswa, diketahui bahwa jumlah siswa
tidak tuntas adalah 7 siswa. Alasan tidak tuntasnya siswa tersebut pada
umunya yaitu oleh nilai posttest. Walaupun perhitungan nilai hasil belajar
tidak hanya ditentukan oleh nilai posttest seperti yang diungkapkan Catharina
(2005) bahwa hasil belajar merupakan penelitian perilaku yang diperoleh
siswa setelah mengalami aktivitas belajar, namun niali posttest memiliki
kontribusi paling tinggi jika dibandingkan dengan aktivitas dan rata-rata
penugasan.
Ketidaktuntasan siswa mempengaruhi ketuntasan klasikal yaitu 83%
dengan rata-rata 73,00. Berdasarkan ketuntasan klasikal diketahui bahwa
38

keberhasilan dalam penelitian ini belum tercapai karena masih dibawah batas
minimal ketuntasan yaitu 85% memperoleh nilai hasil belajar > 65, namun
terjadi peningkatan persentase ketuntasan dari tes sebelumnya sebesar 66%
dan peningkatan rata-rata skor sebesar 17,4 dan dapat disimpulkan bahwa
penerapan Multimedia Presentasi mampu meningkatkan pemahaman siswa
yang berimbas pada peningkatan hasil belajar siswa.
2.

Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil analisis data tentang aktivitas siswa, diketahui bahwa

nilai aktivitas siswa mencapai kategori minimal angka7. Berdasarkan


perolehan tersebut, diketahui bahawa secara keseluruhan siswa telah aktif,
dibuktikan dengan tidak adanya siswa memperoleh nilai <7. Pencapaian nilai
aktivitas siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya ketertarikan
siswa terhadap proses pembelajaran. Dari hasil pencapaian skor tersebut
diperoleh gambaran: siswa responsive terhadap penjelasan guru, aktif dalam
diskusi

kelompok,

lancar

dalam

mengemukakan

pendapat,

mampu

mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari, efisien dalam pemanfaatan


waktu, dan logis dalam membangun ide serta akurat dalam menarik
kesimpulan. Hali ini menunjukan bahwa pembelajaran yang telah dilakukan
mampu mengaktifkan siswa dan memotivasi siswa, sesuai dengan yang
diungkapkan Sukartiwi (2008:69) bahwa beberapa keuntungan yang dapat
diraih pada pembelajaran menggunakan media yaitu: meningkatkan motivasi
belajar siswa, mencegah kebosanan siswa dalam mengikuti suatu proses
belajar mengajar, menjadikan proses belajar mengajar berjalan lebih
sistematis.
3.

Kinerja Guru
Ketercapaian kinerja guru dalam penelitian ini jika guru melaksanakan

pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang


telah disusun, dan mencapai minimal huruf B dengan criteria baik.
Berdasarkan hasil analisis kinerja guru pada penelitian siklus I memperoleh
nilai B dengan criteria baik dan skor mencapai 47. Berdasarkan tabel 7, dapat
diperoleh gambaran bahwa secara umum kinerja guru dalam pembelajaran
39

dengan penerapan media presentasi pada siklus I sudah baik walaupun masih
belum maksimal, dan sebagai bahan perbaikan pada penelitian siklus II.
C. Refleksi
Setelah seluruh proses pembelajaran pada siklus I selesai dilaksanakan,
melihat hasil pengamatan untuk menentukan tingkat keberhasilan penelitian
dengan menggunakan parameter indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, dan
untuk menentukan kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada siklus I, apabila
ada salah satu atau lebih indikator keberhasilan yang tidak tercapai. Selanjutnya
hasil temuan dimanfaatkan untuk menentukan perlu atau tidaknya penelitian
dilanjutkan ke siklus II. Adapun refleksi yang dapat diperoleh pada siklus I adalah
sebagai berikut.

Perbaikan pembelajaran sudah tercapai karena diperoleh gain skor rata-rata


17,4 dari sebelum perbaikan pembelajaran dan sesudah perbaikan

pembelajaran
Namun, belum diperoleh ketuntasan pembelajaran, karena ada 7 siswa yang

belum tuntas secara individual, yaitu 17%


Diperkirakan ketidak tuntasan lebih banyak ditentukan dari faktor kinerja
guru. Hal tersebut dapat terlihat dari perolehan skor yang hanya mencapai
angka 47 atau kategori baik. Faktor lain adalah karena masih ada siswa yang
belum terbiasa dengan Multimedia Presentasi, beberapa siswa terlihat lebih

tertarik terhadap medianya ketimbang materi yang disampaikan.


Untuk pembelajaran berikutnya, pelaksanaan pembelajaran akan diperbaiki
dan penyamapian tujuan pembelajaran kepada siswa akan lebih diperjelas.

Siklus II
A. Hasil Penelitian
Pada siklus II dipertemuan pertama guru menyajikan materi pokok yang sama
dengan yang sebelumnya. Mengulas kembali materi-materi yang perlu lebih
ditekankan

berdasarkan nilai KKM yang kurang dari nilai siklus I dengan

menggunakan bantuan media pembelajaran berupa microsoft office powerpoint


yang dimodifikasi menggunakan sound dan ditambahkan game sederhana.
Adapun hasil pengamatan pelaksanaan penelitian siklus I adalah:
a. Hasil belajar siklus II

40

Tes pada siklus II yang dilaksanakan pada pertemuan II, diberi soal 10 butir
soal. Hasil dari tes siklus I digunakan untuk menetukan tingkat keberhasilan
penelitian siklus II pada indikator hasil belajar, aktivitas siswa, dan kinerja guru.
Berikut data perbandingan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II:

Tabel 10. Perolehan Nilai Tes Sebelum dan Sesudah Perbaikan siklus II
Nilai Pos Test 1 (siklus 1)
No
Nilai
N
1
45-50
0
2
55-60
7
3
65-70
14
4
75-80
14
5
85-90
7
Jumlah Siswa
42
Rata-rata skor
73,2

Nilai Pos Test 2 (siklus 2)


No
Nilai
N
1
55-60
0
2
65-70
4
3
75-80
16
4
85-90
18
5
95-100
4
Jumlah Siswa
42
Rata-rata skor
83,1

Tabel 11. Perbandingan nilai siklus I dan siklus II


Siklus
Pra Siklus
Siklus I

KKM
65
65

Terendah
60
70

Tertinggi
90
100

Katerangan:
1. KKM = Kriteria Ketuntasan Minimal
2. Tabel data nilai siklus I lihat pada lampiran

41

Rata-rata
73,0
83,1

Berikut diagram batang hasi belajar siswa KD 2.3 pada Siklus II

Gambar 10. Diagram Hasil Belajar Siswa (Siklus II)


Selanjutnya ketuntasan belajar siswa pada Siklus II terlihat seperti pada Diagram
Pie di bawah ini.

Gambar 11. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa (Siklus II)


Berdasarkan diagram di atas, dapat disimpulkan:
Secara individu:

42

- Banyaknya siswa ada 42 siswa


- Siswa tuntas belajar ada 42 siswa
- Persentase siswa yang telah tuntas = 42:42 x 100% = 100%
- Persentase siswa yang telah tuntas = 0:42 x 100% = 0%
Secara klasikal
- Siswa sudah tuntas belajar karena mencapai standar ketuntasan belajar
secara klasikal yaitu 85%.
- Rata-rata skor sebelum perbaikan 73,2 sedangkan rata-rata skor setelah
perbaikan = 83,1 sehingga diperoleh gain skor (perolehan nilai) rata-rata =

b.

9,9
Data Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Siklus II
Data aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui nilai keaktivan siswa

selama pembelajaran. Berdasarkan hasil anailsis data aktivitas siswa diperoleh


hasil pencapaian nilai keaktivan siswa seperti disajikan pada table 9.
Tabel 12. Jumlah siswa berdasarkan nilai keaktifan yang diperoleh dari kelas yang
diteliti

No
1
2
3
4
5

Jumlah

Nilai keaktivan*)
(konversi skala 11)
10
9
8
7
<7

Siswa (%)
6 (14,28)
19 (45,24)
17 (40,48)
- (0)
- (0)

Katerangan: * selanjutnya disebut sebagai nilai aktivitas siswa


Berdasarkan table12 tersebut, dapat diketahui bahwa nilai aktivitas siswa
hasil konversi pada skala 11 minimal mencapai angka 8. Hal ini menunjukan
bahwa indikator tentang aktivitas siswa tercapai yaitu minimal aktivitas siswa
mencapai ketegori angka 7.
c. Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II
Data mengenai observasi kinerja guru dalam penelitian ini meliputi segala
kegiatan guru selama proses pembelajaran yang dikaitkan dengan rencana
pembelajaran menggunakan medi TIK yang telah disusun. Hasil observasi kinerja
guru dapat dilihat pada table 10.

43

Tabel 13. Hasil penilaian kinerja guru pada siklus II


No
1

Kelas
IX D

Jumlah Skor
52

Nilai
A

Kriteria
Sangat Baik

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai kinerja guru mencapai


minimal huruf A dengan sangat baik. Nilai dan kinerja guru ditentukan
berdasarkan hasil konversi pada skala 5 (Ridlo, 2003) dengan rincian sebagai
berikut.
< 49%
: Tidak Baik
50% - 59%
: Kurang Baik
60% - 69%
: Cukup Baik
70% - 84%
: Baik
85% - 100%
: Sangat Baik
B. Pembahasan
Berdasarkan grafik analisis hasil posttest, diketahui bahwa kelas yang
dijadikan subyek penelitian memiliki tingkat kecerdasa yang hampir merata
seperti pada penelitian siklusI. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa
bahasan sebagai berikut:
1.

Hasil belajar siswa


Berdasarkan tabel data hasil belajar siswa, diketahui bahwa jumlah siswa

tidak tuntas adalah 0 siswa. Hal tersebut membuktikan efektivitas


pengguanaan media pada proses pembelajaran, seperti yang diungkapakan
oleh Gagne (1985) bahwa untuk

mengatasi kemungkinan hambatan-

hambatan yang terjadi selama proses penafsiran dan agar pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif, maka sedapat mungkin dalam penyampaian pesan
(isi/materi ajar) dibantu dengan menggunakan media pembelajaran.
Diharapkan dengan pemanfaatan sumber belajar berupa media pembelajaran,
proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung lebih efektif
(Gagne, 1985) dan efisien.
Ketidak tuntasan siswa mempengaruhi ketuntasan klasikal yaitu 100%
dengan rata-rata 83,1. Berdasarkan ketuntasan klasikal diketahui bahwa
keberhasilan dalam penelitian ini telah tercapai karena telah melebihi batas
minimal ketuntasan yaitu 85% memperoleh nilai hasil belajar > 65, selain itu
44

terjadi peningkatan persentase ketuntasan dari tes sebelumnya sebesar 17%


dan peningkatan rata-rata skor sebesar 9,9 sehingga dapat disimpulkan bahwa
penerapan media presentasi sangat efektiv untuk meningkatkan pemahaman
siswa dan peningkatan hasil belajar siswa.
2.

Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil analisis data tentang aktivitas siswa, diketahui bahwa

nilai aktivitas siswa mencapai kategori minimal angka 8. Berdasarkan


perolehan tersebut, diketahui bahawa secara keseluruhan siswa telah aktif,
dibuktikan dengan tidak adanya siswa memperoleh nilai <7. Pencapaian nilai
aktivitas siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya ketertarikan
siswa terhadap proses pembelajaran. Dari hasil pencapaian skor tersebut
diperoleh gambaran: siswa responsive terhadap penjelasan guru, aktif dalam
diskusi

kelompok,

lancar

dalam

mengemukakan

pendapat,

mampu

mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari, efisien dalam pemanfaatan


waktu, dan logis dalam membangun ide serta akurat dalam menarik
kesimpulan. Hali ini menunjukan bahwa pembelajaran yang telah dilakukan
mampu mengaktifkan siswa dan memotivasi siswa, sesuai dengan yang
diungkapkan Sukartiwi (2008:69) bahwa beberapa keuntungan yang dapat
diraih pada pembelajaran menggunakan media yaitu: meningkatkan motivasi
belajar siswa, mencegah kebosanan siswa dalam mengikuti suatu proses
belajar mengajar, menjadikan proses belajar mengajar berjalan lebih
sistematis.
3.

Kinerja Guru
Ketercapaian kinerja guru dalam penelitian ini jika guru melaksanakan

pembelajaran berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang


telah disusun, dan mencapai minimal huruf B dengan kriteri baik.
Berdasarkan hasil analisis kinerja guru pada penelitian siklus II diperoleh
nilai A dengan criteria sangat baik dan skor mencapai 52. Berdasarkan tabel
7, dapat diperoleh gambaran bahwa secara umum kinerja guru dalam
pembelajaran dengan penerapan media presentasi pada siklus II sudah sangat
baik. Artinya guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai rencana

45

pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Namun alangkah lebih baiknya


jika guru selalu berusaha memaksimalkan kinerjanya, Karena guru
merupakan kunci keberhasilan pembelajaran yang mampu mengelola
komponen-komponen

pembelajaran

yang

lain,

sehingga

dapat

memaksimalkan kualitas PBM.


C. Refleksi
Setelah seluruh proses pembelajaran pada siklus II selesai dilaksanakan,
melihat hasil pengamatan untuk menentukan tingkat keberhasilan penelitian
dengan menggunakan parameter indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, dan
untuk menentukan kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada siklus II,
apabila ada salah satu atau lebih indikator keberhasilan yang tidak tercapai.
Selanjutnya hasil temuan dimanfaatkan untuk menentukan perlu atau
tidaknya penelitian dilanjutkan ke siklus III. Adapun refleksi yang dapat diperoleh
pada siklus II adalah sebagai berikut.
Perbaikan pembelajaran sudah tercapai karena diperoleh gain skor rata-rata
9,9 dari sebelum perbaikan pembelajaran dan sesudah perbaikan
pembelajaran
Sudah diperoleh

ketuntasan

pembelajaran,

karena

seluruh

siswa

dinyatakan tuntas secara individual, yaitu 100%


Ada peningkatan kinerja guru, namun masih terdapat kekurangan yang
tidak disadari dan akan dijadikan perbaikan pada proses pembelajaran
berikutnya.

46

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil data dan pembahasan, disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan Multimedia Presentasi pada pembelajaran pokok bahasan
konsep Hereditas Mendel dapat meningkatkan aktivitas siswa dengan
mencapai nilai minimal kategori 8
2. Hasil belajar siswa kelas IX SMP Negeri 1 Kabandungan pada
pembelajaran pokok bahasan Pewarisan Sifat dengan menggunakan
media presentasi meningkat dengan ketuntasan belajar mencapai
100%.
B. Saran
Pembelajaran

dengan

menggunakan

Multimedia

Presentasi

pada

pelaksanaannya tidak lepas dari peran guru sebagai fasilitator sehingga


ketertarikan guru dan siswa dalam menggunakannya harus didukung dengan
kemampuan guru dalam mempersiapkan, memodifikasi, mendesain, serta
mengoperasikan media tersebut sehingga siswa mendapatkan hasil belajar
yang maksimal. Terlepas dari itu, disarankan kepada guru mata pelajaran
supaya mencoba banyak pilihan strategi mengajar diantaranya dengan
menggunakan media presentasi. Bertambahnya aktivitas penelitian pada
pembelajaran dengan menggunakan media presentasi, diharapkan dapat
memepertegas hasil penelitian ini.

47

Anda mungkin juga menyukai