Anda di halaman 1dari 18

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MEDIA

AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA


KELAS III SD NEGERI 1 PLOSOHARJO KECAMATAN PACE
KABUPATEN NGANJUK
TAHUN PELAJARAN 2022/2023

LAPORAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL (PKP) PDGK4501

Oleh :
AGUNG DWI PRASETYO
858832305

PROGRAM STUDI S1-PGSD


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UPBJJ UNIVERSITAS TERBUKA MALANG
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan, akan dibahas mengenai (a) latar belakang, (b) rumusan masalah,
(c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian yang akan diuraikan sebagai berikut.

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting karena pendidikan
mempunyai peran untuk menyiapkan sumber daya manusia bagi bangsa dan negara.
Pendidikan merupkan pilar utama dalam pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan
kebiasaan kelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pelatihan, pengajaran atau penelitian. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara. Jalur pendidikan terbagi menjadi tiga yakni pendidikan formal, pendidikan
nonformal dan pendidikan informal.
Tujuan pendidikan nasional dan pendidikan di sekolah dasar yaitu, untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat, dalam berbangsa dan bernegara. Sedangkan Menurut Kamus Bahasa Indonesia,
Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, dari
devinisi tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa pendidikan mempunyai arti sebuah cara
mendidik siswa atau memotivasi siswa untuk berperilaku baik dan membanggakan. bila
dijelaskan secara spesifik, maka devinisi pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap
dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran atau pembelajaran. atau dapat disimpulkan usaha sadar untuk menyiapkan
siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa
yang akan datang.
Hal tersebut dapat terwujud salah satunya apabila siswa menguasai materi yang
disampaikan oleh pendidik. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu kerja sama dari seluruh
komponen pendidikan, salah satunya keefektifan pembelajaran di sekolah dasar. Ada
beberapa komponen pembelajaran salah satunya adalah guru. Dalam hal ini guru harus
mampu menjadikan apa yang diajarkan sebagai sesuatu yang konkret sehingga mudah
dipahami oleh siswa. Untuk kekonkretan dalam pembelajaran di sekolah dasar dibutuhkan
adanya media pembelajaran yang tepat
Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu jenjang pendidikan di jalur formal yang
dilaksanakan secara terstruktur dan sistematis. Sekolah dasar merupakan pendidikan dasar
yang selanjutnya menjadi acuan untuk melangkah ke jenjang pendidikan
berikutnya.berdasarkan hal tersebut terdapat dua fungsi utama pendidikan dasar yaitu: (1)
membekali kemampuan dasar terkait kemampuan berpikir kritis, membaca, menulis,
berhitung, kemampuan penguasaan dasar untuk mempelajari pengetahuan, dan
berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat. (2) memberikan dasar untuk mengikuti
pendidikan pada jenjang berikutnya. (Ali, 2009: 33)
Pengertian pendidikan di sekolah dasar mempunyai makna yang sama dengan
devinisi yang terurai di atas, namun saja letak audience atau siswanya saja yang
membedakannya. Artinya, bahwa pendidikan di sekolah dasar titik tekannya terpusat pada
siswa kelas dasar antara kelas 1 sampai dengan kelas 6 yang ketentuan materi dan pokok
bahasannya diatur tersendiri dalam GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran). Sehingga
pendidikan di sekolah dasar dengan ruang lingkupnya mencakup materi ke SD-an yang
diselenggarakan sepanjang hayat sebagai pendidikan lanjutan dengan tujuan yang sama
seperti uraian pada Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan.

Pentingnya pembelajaran IPA di SD perlu dipahami para siswa maupun orang tua.
Ada banyak manfaat mempelajari IPA sejak dini. Selain agar lebih memahami tentang diri
sendiri, disiplin ilmu ini juga dapat memberikan pedoman bagi anak dalam menyikapi
fenomena kehidupan dan alam sekitar secara bijak dan ilmiah.
Materi mata pelajaran IPA untuk sekolah dasar masih bersifat tahap pengenalan yang
bersifat sederhana. Dengan memahami lingkungan alam sekitar dan dirinya sendiri maka
siswa SD diharapkan dapat berlaku bijak dalam menghadapi fenomena alam atau apa saja
yang ada di sekitarnya.

Media pembelajaran merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran.


Pemilihan jenis media pembelajaran yang sesuai akan menambah minat belajar siswa
terhadap materi yang diajarkan. Media pembelajaran pada hakikatnya merupakan saluran atau
jembatan dari pesan-pesan pembelajaran (message) yang disampaikan oleh sumber pesan
(guru) kepada penerima pesan (siswa) dengan maksud agar pesan-pesan tersebut dapat
diserap dengan cepat dan tepat sesuai dengan tujuannya.
Media pembelajaran diperlukan oleh guru dan siswa untuk membuat pembelajaran lebih
efektif dan menyenangkan. Pemilihan media pembelajaran yang tepat akan membantu guru
dalam penyampaian materi sekaligus membuat siswa tertarik dengan materi yang dibahas
sehingga akan membuat mereka mudah mengerti.

Berdasarkan latar belakang di atas, dengan mempertimbangkan solusi, peneliti


menganggap bahwa penyampaian materi melalui audio visual ke dalam pembelajaran sangat
penting, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Menggunakan Media Audio Visual dalam Pembelajaran IPA pada Siswa Kelas III SD
Negeri 1 Plosoharjo Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran 2022/2023“.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Media Audio
Visual dalam Pembelajaran IPA pada Siswa Kelas III SD Negeri 1 Plosoharjo
Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk Tahun Pelajaran 2022/2023 ?
2. Apakah pembelajaran melalui media audio visual dapat meningkatkan hasil
belajar IPA kelas III di SD Negeri 1 Plosoharjo tahun pelajaran 2022/2023
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
Menjelaskan peningkatkan hasil belajar siswa melalui media audio visual dalam
pembelajaran IPA pada siswa kelas III SD Negeri 1 Plosoharjo Kecamatan Pace Kabupaten
Nganjuk Tahun Pelajaran 2022/2023.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
Pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis sebagai berikut.
a. Bagi siswa
Dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik secara pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
b. Bagi guru
1) Menjadi masukan untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelola oleh guru.
2) Dengan adanya perbaikan pembelajaran dapat meningkatkan kompetensi guru secara
profesional.
c. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan positif terhadap kemajuan sekolah yang tercermin dari
peningkatan kualitas guru, efektivitas pembelajaran dan peningkatan hasil belajar siswa.
d. Bagi pengembangan pembelajaran
Memperbaiki praktik pembelajaran dengan sasaran akhir peningkatan hasil belajar
Siswa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab kajian pustaka, akan dibahas mengenai (a) media pembelajaran, (b)
pembelajaran terpadu, (c) pembelajaran daring, (d) hasil belajar yang akan diuraikan sebagai
berikut.

A. MEDIA PEMBELAJARAN
Pada sub bab ini dibahas tentang (1) pengertian media pembelajaran, (2) media
pembelajaran, (3) jenis-jenis media pembelajaran, (4) pemilihan media pembelajaran, (5)
pengertian media pembelajaran audio visual, (6) karakteristik media audio visual, (7)
kelebihan dan kelemahan media audio visual, (8) langkah-langkah pembelajaran
menggunakan media audio visual yang diuraikan sebagai berikut.
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan perantara untuk menyampaikan pesan atau
informasi yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran agar memudahkan guru
dalam penyampaian materi pembelajaran dan memudahkan siswa untuk menerima
materi pembelajaran.
Sementara itu Gerlach dan Ely dalam Arsyad (2011: 3) mengatakan bahwa
media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat Siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan
sekolah merupakan media. Sedangkan Musfiqon (2012: 28) mengungkapkan bahwa
secara lebih utuh media pembelajaran dapat digunakan sebagai perantara antara guru
dan siswa dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan efisien.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
adalah segala bentuk saluran sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan. Media pembelajaran dapat merangsang minat siswa untuk belajar
serta membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
2. Fungsi Media Pembelajaran
Media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu
digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar
jumlahnya, yaitu (a) memotivasi minat atau tindakan, (b) menyajikan informasi, dan
(c) memberi instruksi Kemp dan Dayton dalam Arsyad (2011: 19).
Fungsi dari media pembelajaran juga diungkapkan oleh Asyhar (2011: 29-35)
bahwa media pembelajaran memiliki beberapa fungsi yang dijelaskan sebagai berikut.
a. Media sebagai sumber belajar, media pembelajaran berperan sebagai salah satu
sumber belajar bagi siswa.
b. Fungsi semantik, melalui media dapat menambah perbendaharaan kata atau
istilah.
c. Fungsi manipulatif, adalah kemampuan suatu benda dalam menampilkan kembali
suatu benda atau peristiwa dengan berbagai cara, sesuai kondisi, situasi, tujuan
dan sasarannya.
d. Fungsi fiksatif, adalah kemampuan media untuk menangkap, menyimpan dan
menampilkan kembali suatu objek atau kejadian yang sudah lampau.
e. Fungsi distributive, bahwa dalam sekali penggunaan suatu materi, objek atau
kejadian dapat diikuti siswa dalam jumlah besar dan dalam jangkauan yang sangat
luas.
f. Fungsi psikologis, media pembelajaran memiliki beberapa fungsi seperti atensi,
afektif, kognitif, imajinatif, dan fungsi motivasi.
g. Fungsi sosio kultural, penggunaan media dapat mengatasi hambatan sosial
kultural antar siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
memiliki fungsi di antaranya (a) memotivasi minat atau tindakan, (b) menyajikan
informasi, dan (c) memberi instruksi. Fungsi dari media pembelajaran dapat
mendukung pelaksanaan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Pengelompokan jenis-jenis media pembelajaran banyak disampaikan oleh para
ahli media pembelajaran, di antaranya Asra (2007: 5.8-5.9) mengelompokkan media
pembelajaran menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat, seperti foto, gambar dan
poster.
b. Media audio yaitu media yang hanya dapat didengar saja seperti kaset audio,
MP3, dan radio.
c. Media audio visual yaitu media yang dapat dilihat sekaligus didengar seperti film
suara, video, televisi dan sound slide.
d. Multimedia adalah media yang dapat menyajikan unsur media secara lengkap
seperti suara, animasi, video, grafis dan film.
e. Media realia yaitu semua media nyata yang ada di lingkungan alam, seperti
tumbuhan, batuan, air, sawah dan sebagainya.
Pengelompokan jenis-jenis media pembelajaran juga diungkapkan oleh
Asyhar (2011: 44-45) yaitu:
a. Media visual yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indra
penglihatan misalnya media cetak seperti buku, jurnal, peta, gambar, dan lain
sebagainya.
b. Media audio adalah jenis media yang digunakan hanya mengandalkan
pendengaran saja, contohnya tape recorder, dan radio.
c. Media audio visual adalah film, video, program TV, dan lain sebagainya.
d. Multimedia yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan
secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
memiliki beberapa jenis, yaitu (a) media visual, (b) media audio, (c) media audio
visual, (d) multimedia, dan (e) media realia. Setiap jenis media pembelajaran
memiliki bentuk dan cara penyajian yang berbeda-beda dalam pembelajaran.
4. Pemilihan Media Pembelajaran
Penggunaan media pembelajaran oleh guru dalam proses pembelajaran harus
sesuai dengan kebutuhan belajar siswa sehingga dapat digunakan secara tepat untuk
mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Hernawan (2007: 39) mengungkapkan
terdapat tiga hal utama yang perlu dijadikan pertimbangan dalam pemilihan media
pembelajaran, yaitu (a) tujuan pemilihan media, (b) karakteristik media, dan (c)
alternatif media pembelajaran yang dapat dipilih.
Sementara itu Arsyad (2011: 75-76) mengungkapkan ada beberapa kriteria
yang perlu diperhatikan dalam memilih media, yaitu (a) sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai, (b) tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,
prinsip atau generalisasi, (c) praktis, luwes, dan bertahan lama, (d) guru terampil
menggunakannya, (e) pengelompokan sasaran, dan (f) mutu teknis.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum menggunakan
media dalam proses pembelajaran harus memperhatikan beberapa hal di antaranya,
yaitu (a) tujuan pemilihan media, (b) karakteristik media, (c) kepraktisan, keluwesan
dan ketahanan media, (d) keterampilan guru dalam menggunakan media, (e)
pengelompokan sasaran, dan (f) mutu teknis. Proses penggunaan media pembelajaran
akan lebih efisien apabila guru memperhatikan terlebih dahulu media pembelajaran
yang akan digunakan sebelum menggunakan dalam proses pembelajaran.
5. Pengertian Media Pembelajaran Audio Visual
Media audio visual merupakan salah satu jenis media pembelajaran yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran.
Asyhar (2011: 45) mendefinisikan bahwa media audio visual adalah jenis
media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran
dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang
dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang
mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran. Beberapa contoh media audio
visual adalah film, video, program TV dan lain-lain.
Sementara itu Asra (2007: 5−9) mengungkapkan bahwa media audio visual
yaitu media yang dapat dilihat sekaligus dapat didengar, seperti film bersuara, video,
televisi, dan sound slide. Sedangkan Rusman (2012: 63) menjelaskan bahwa media
audio visual yaitu media yang merupakan kombinasi audio dan visual atau bisa
disebut media pandang-dengar. Contoh dari media audio-visual adalah program video
atau televisi pendidikan, video atau televisi instruksional, dan program slide suara
(sound slide).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media audio visual
merupakan media yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan
melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan.
Contoh media audio visual adalah film, video, program TV, slide suara (sound slide)
dan lain-lain.

6. Karakteristik Media Audio Visual


Pembelajaran menggunakan teknologi audio visual adalah satu cara
menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronis
untuk menyajikan pesan-pesan audio visual. Arsyad (2011: 31) mengemukakan
bahwa media audio visual memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Mereka biasanya bersifat linear.
b. Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis.
c. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang
atau pembuatnya.
d. Mereka merupakan gambaran fisik dari gagasan real atau abstrak.
e. Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif.
f. Umumnya mereka berorientasi pada guru dengan tingkat pelibatan interaktif
murid yang rendah.
7. Kelebihan dan Kelemahan Media Audio Visual
Setiap jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran memiliki
kelebihan dan kelemahan begitu pula dengan media audio visual. Arsyad (2011:
49−50) mengungkapkan beberapa kelebihan dan kelemahan media audio visual dalam
pembelajaran sebagai berikut.
a. Kelebihan media audio visual:
1) Film dan video dapat melengkapi pengalaman dasar siswa.
2) Film dan video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat
disaksikan secara berulang-ulang jika perlu.
3) Di samping mendorong dan meningkatkan motivasi film dan video
menanamkan sikap-sikap dan segi afektif lainnya.
4) Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang
pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa.
5) Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya jika dilihat secara
langsung.
6) Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok
kecil, kelompok yang heterogen maupun homogen maupun perorangan.
7) Film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat
ditampilkan dalam satu atau dua menit.
b. Kelemahan media audio visual:
1) Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang
banyak.
2) Tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan
melalui film tersebut.
3) Film dan video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
belajar yang diinginkan, kecuali dirancang dan diproduksi khusus untuk
kebutuhan sendiri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dan kelemahan media
audio visual yang berupa film dan video bukan merupakan suatu kendala dalam
proses pembelajaran.
8. Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Media Audio Visual
Kegiatan pembelajaran apa pun tentunya memiliki langkah-langkah agar
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Menurut Wati (2016:55-56)
langkah-langkah dalam penggunaan media audio visual yaitu:
a) Persiapan materi
Dalam hal ini, seorang guru harus menyiapkan unit pelajaran terlebih dahulu,
setelah itu baru menetapkan media audio visual yang tepat untuk mencapai tujuan
pengajaran yang diharapkan.
b) Durasi media
Seorang guru harus menyesuaikan durasi media dengan jam pelajaran.
c) Persiapan kelas
Persiapan ini meliputi persiapan siswa dan persiapan alat.
d) Tanya jawab
Setelah penggunaan media audio visual guru melakukan refleksi dan tanya
jawab dengan siswa, tujuannya untuk mengetahui sejauh mana pemahaman Siswa
terhadap materi yang disampaikan.
Selanjutnya Arsyad (2013:143-144) mengemukakan bahwa langkah-langkah
pembelajaran dengan media audio visual adalah sebagai berikut:

1) Mempersiapkan diri
Pada tahap ini guru mempersiapkan diri dengan cara memeriksa dan
menentukan apa yang akan digunakan untuk membangkitkan minat perhatian dan
memotivasi siswa sehingga dapat membantu siswa untuk memahami materi yang
akan disampaikan.
2) Membangkitkan kesiapan siswa
Siswa dituntun untuk memiliki kesiapan untuk mendengar dan memperhatikan
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
3) Mendengarkan dan melihat materi
Guru menuntun siswa untuk menjalani pengalaman mendengar dan melihat
dalam waktu yang tepat sehingga materi dapat diserap.
4) Diskusi
Guru bersama siswa mendiskusikan materi yang telah ditayangkan
5) Menindak lanjuti program

Berdasarkan kedua langkah-langkah tersebut di atas, langkah-langkah


pembelajaran menggunakan media audio visual menurut Wati dianggap lebih baik
untuk diterapkan disekolah. Hal ini karena langkah-langkah pembelajaran tersebut
meskipun ketiganya sama-sama memiliki langkah persiapan dan tindak lanjut, namun
Wati juga menambahkan perhitungan waktu. Adanya perhitungan durasi maka
pembelajaran akan lebih efisien dalam penggunaan waktu. Selain itu, apabila
pembelajaran direncanakan dengan waktu yang tepat, maka tingkat keberhasilan dari
pembelajaran tersebut juga akan lebih besar.

B. . Hakikat Pembelajaran IPA di SD


IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait
antara cara yang satu dengan cara yang lain (Abdullah, 1998: 18). IPA berhubungan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39).

Menurut Iskandar IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang


terjadi alam (Iskandar, 2001: 2). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di
SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang
terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian
proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada
prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau
melakukan dan membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam
(Depdiknas dalam Suyitno, 2002: 7).

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran IPA adalah
ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan
observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang
diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,
penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan

C. Pengertian KKM
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) merupakan kriteria paling rendah untuk
menyatakan bahwa peserta didik telah mencapai ketuntasan belajar. Penetapan KKM
dilakukan pada awal tahun pembelajaran berdasarkan hasil musyawarah guru mata
pelajaran pada satuan pendidikannya atau beberapa satuan oendidikan yang memiliki
karakteristik hampir sama. Pertimbangan guru atau forum MGMP secara akademis
menjadi pertimbangan utama dalam penetapan KKM. Kriteria ketuntasan belajar setiap
indikator yang ditetapkan dalam sebuah kompetensi dinyatakan dengan angka dari
rentang 0-100. Dengan demikian, nilai KKM dinyatakan dengan angka 0-100. Angka
maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target ketuntasan belajar secara
nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari
kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional, kemudian ditingkatkan secara
bertahap. Kriteria Ketuntasan Minimal menjadi acuan bersama antara guru, peserta
didik, dan orang tua/wali, sehingga nilai KKM harus dicantumkan dalam Laporan Hasil
Belajar Peserta Didik.

D. Fungsi KKM
Berikut ini adalah beberapa fungsi dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

1. Acuan guru dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai KD mata


pelajaran yang diikuti

Setiap Kompetensi Dasar (KD) dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan


KKM yang ditetapkan. Guru harus memberikan respon yang tepat terhadap
pencapaian kompetensi dasar tersebut, apakah memberikan layanan remidial atau
layanan pengayaan
.
2. Acuan peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata
pelajaran

Setiap Kompetensi Dasar dan Indikator yang ditetapkan dalam KKM harus
dicapai dan dikuasai peserta didik. Dengan demikian, peserta didik dapat
mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian, agar mencapai nilai KKM. Jika tidak
tercapai, maka peserta didik harus mengetahui Kompetensi Dasar yang belum tuntas
dan memerlukan perbaikan.

2. Bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran


sekolah

Evaluasi keterlaksanaan program pembelajaran sekolah dan juga hasil


program kurikulum dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM. Hasil
pencapaian Kompetensi Dasar berdasarkan KKM yang telah ditetapkan perlu
dianalisis untuk selanjutnya dipetakan kompetensi yang mudah atau sulit. Selain itu,
hasil pencapaian KKM juga digunakan untuk menentukan cara perbaikan proses
pembelajaran dan pemenuhan sarana prasarana belajar di sekolah.

1. Kontrak pedagogik antara guru dengan peserta didik dan antara satuan
pendidikan dengan masyarakat
Keberhasilan pencapaian KKM adalah upaya yang harus dilakukan bersama
antara guru, peserta didik, kepala sekolah, dan orangtua. Guru melakukan upaya
pencapaian KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan juga
penilaian. Peserta didik mengupayakan pencapaian KKM dengan cara proaktif
mengikuti kegiatan pembelajaran dan mengerjakan seluruh tugas yang didesain
guru. Orangtua dapat membantu memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
mengikuti pembelajaran. Kepala sekolah berupaya memaksimalkan pemenuhan
sarana belajar di sekolah.

2. Target satuan pendidikan dalam mencapai kompetensi tiap mata pelajaran

Satuan pendidikan harus berupaya maksimal untuk dapat melampaui


KKM yang telah ditetapkan. Keberhasilan pencapaian KKM menjadi tolok ukur
kinerja satuan pendidikan dalam menyelenggarakan program pendidikan.
Satuan pendidikan dengan KKM yang tinggi dan mampu melaksanakannya
dengan penuh tanggung jawab dapat menjadi indikator kualitas mutu pendidikan
bagi masyarakat.
Prinsip Penetapan KKM
Berikut ini beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menetapkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).

1. Penetapan KKM adalah kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan secara
kualitatif (kemampuan akademis peserta didik) dan kuantitatif (kesepakatan rentang angka).
2. KKM setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rerata dari indikator pada KD
tersebut.
3. KKM mata pelajaran merupakan rerata semua KKM KD dalam satu semester dan
dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar peserta didik.
4. Indikator adalah acuan pembuatan instrumen penilaian, sehingga setiap indikator
memerlukan perbedaan nilai KKM

5. Hasil Belajar
Pada sub bab ini dibahas tentang pengertian hasil belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yang diuraikan sebagai berikut.
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar yaitu yang menjadi tolak ukur dari pembelajaran yang telah dilakukan.
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Rusman ( 2015:67) Hasil
belajar “adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajar, dapat diartikan juga hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh
siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor”. Sedangkan menurut
Suprijono Agus (2012:5) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah pola-pola
perubahan, nilai- nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”.
Lebih lanjut menurut Susanto (2014:1) hasil belajar adalah “perubahan perilaku yang
berupa pengetahuan atau pemahaman, keterampilan dan sikap yang diperoleh siswa
selama berlangsungnya proses belajar mengajar atau yang lazim disebut dengan
pembelajaran”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada setiap individu yang mencakup tiga
ranah atau aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tiga ranah tersebut yaitu
ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan dari belum tahu menjadi
tahu, dai belum bisa menjadi bisa, dari belum paham menjadi paham. Ranah afektif
berkaitan dengan sikap seseorang, minat dan nilai, sedangkan nilai psikomotorik
berkaitan dengan kemampuan fisik seperti kemampuan motorik dan syaraf.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Rusman (2015:67) meliputi
faktor internal dan eksternal yaitu:
a) Faktor internal
1) Faktor fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak
dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan
sebagainya. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi
pelajaran.
2) Faktor Psikologis
Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi
psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil
belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi inteligensi (IQ), perhatian,
minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar siswa.
b) Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini
meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
2) Faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-
faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-
tujuan belajar yang yang telah direncanakan. Faktor-faktor ini berupa
kurikulum, sarana dan guru.
Berdasarkan kutipan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa yang menjadi faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari faktor internal berupa fisiologis,
psikologis dan faktor eksternal berupa lingkungan dan instrumental.

Anda mungkin juga menyukai