Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL

PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR


SISWA PADA MATERI SISTEM EKSKRESI
KELAS XI SMA NEGERI 6 TAKALAR

Oleh:

NAM : SYAHRUL
NIM : 105441108716

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peran belajar dalam kehidupan manusia sangatlah penting, sebab
manusia terlahir sebagai makhluk lemah yang tidak tahu dan tidak mampu
berbuat apa-apa. Namun melalui proses belajar pada setiap fase
perkembangannya, manusia mampu mengusai berbagai skill
(kemahiran/keterampilan) dan pengetahuan. Pada saat belajar inilah manusia
mengalami proses pendidikan baik dari orang tua, guru maupun lingkungan
sekitarnya. Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dengan kata
lain, pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan, sebab
melalui proses pendidikan inilah dapat tercipta sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas. Oleh karena itu, manusia dan pendidikan tidaklah dapat
dipisahkan, sebab pendidikan dipandang sebagai proses belajar yang ditujukan
untuk membangun manusia dengan pengetahuan dan keterampilan.
Untuk meningkatkan kualitas hidup, pendidikan sains penting untuk
dipelajari. Pendidikan sains khususnya IPA- Biologi mempelajari fenomena
alam dan berbagai permasalahan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Namun pendidikan di Indonesia dipercaya belum mampu membawa
masyarakat untuk bisa cerdas dan meningkatkan kualitas hidup SDM yang
ada, sebab proses pembelajaran yang dialami peserta didik tidak lebih dari
sekedar mendengar, mencatat, mengingat dan kurang mampu meningkatkan
intelektual peserta didiknya. Metode ceramah dalam pembelajaran Biologi
dianggap kurang efektif karena dalam pembelajaran Biologi tidak hanya
menekankan pada produk tapi juga pada aspek proses.
Hasil penelitian dilakukan oleh American for the Advcancement of
Science [AAAS]. ,menyatakan bahwa “Research has shown that many
students lack the necessary knowledge and skill in science and technology to
function in modern world”, yaitu banyak sekali siswa yang tidak mengetahui
pengetahuan dan keterampilan sains dan teknologi dalam peranannya di dunia
modern, bahkan menurut Markow & Lonning, situasi yang terjadi di sekolah
ialah “Hasil dan ketertarikan terhadap pelajaran sains terus menurun.”
Padahal, pelajaran biologi, adalah salah satu dari pelajaran sains yang
dipelajari di sekolah, sekaligus pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari,
karena biologi tidak terlepas dari kehidupan di sekeliling kita, contohnya
mulai dari bioteknologi konvensional seperti pembuatan tape dan tempe,
sampai bioteknologi modern seperti kultur jaringan, kloning, dan lain
sebagainya. serta masih banyak lagi cabang-cabang biologi yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar biologi yang rendah, yang sebelumnya telah disinggung
dalam hasil wawancara di atas merupakan produk dari situasi pendidikan yang
berjalan kurang optimal. Tidak menampik bahwa banyak sekali faktor yang
dapat mengakibatkan rendahnya hasil belajar biologi siswa di sekolah.
Misalnya, seperti kurikulum yang terlalu berat, strategi dan metode
pembelajaran yang tidak tepat, sarana belajar yang tidak mendukung, atau
lingkungan sekolah yang tidak memungkinkan proses pembelajaran berjalan
normal. Selain faktor tersebut, faktor murid dan guru merupakan faktor yang
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Sehingga,
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan adalah tanggung jawab
seorang guru. Dalam konteks inilah, peran media pembelajaran sangat
penting. Seorang guru harus mengetahui danmengerti mengenai media
pembelajaran, serta kreatif dalam memilih dan menggunakannya. Menurut
Kemp dan Dayton kontribusi media pembelajaran adalah Penyampaian pesan
pembelajaran dapat lebih berstandar, pembelajaran dapat lebih menarik,
pembelajaran dapat lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar, waktu
pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek, kualitas pembelajaran dapat di
tingkatkan, proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun
diperlukan, sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses
pembelajaran dapat ditingkatkan, peran guru mengalami perubahan ke arah
yang positif.
Pendidikan tidak terlepas dari kegiatan yang disebut proses
pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, dimana
proses tersebut meliputi tiga komponen pokok, yaitu guru, siswa, dan materi
pelajaran. Guru sebagai komponen pengirim pesan, siswa sebagai komponen
penerima pesan, dan komponen pesan berupa materi pelajaran. Kadang-
kadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi, dimana
materi pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh
siswa dengan optimal dalam artian tidak seluruh materi pelajaran dapat
dipahami dengan baik oleh siswa, lebih parah lagi siswa sebagai penerima
pesan salah menangkap isi pesan yang disampaikan. Untuk menghindari
semua itu, maka guru dapat menyusun strategi pembelajaran dengan
memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.
Belajar tidak selamanya bersentuhan dengan yang konkrit, bahkan
realitasnya sering bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks dan
maya sehingga ketidakjelasan tersebut dapat dibantu dengan menghadirkan
media sebagai perantara. Karena media dapat mewakili apa yang kurang
mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Tidak cukup
hanya pembelajaran dengan metode ceramah yang tetap diperlukan dalam
metode pembelajaran apapun, akan tetapi sangat diperlukan penggunaan
media belajar yang sangat membantu kelancaran proses belajar mengajar,
membuat proses belajar menjadi menarik sehingga membuat siswa berperan
aktif dan juga dapat meningkatkan hasil belajar yang baik. Namun pemilihan
media juga harus sesuai dengan tujuan pengajaran, karena jika tidak sesuai
dengan tujuan pengajarannya maka peran media sebagai alat bantu pun tidak
akan terlihat.
Pada pembelajaran sains terutama biologi, media sangatlah penting
untuk dapat menyampaikan konsep belajar baik yang bersifat abstrak maupun
konkret. Konsep belajar yang bersifat konkret misalnya Animalia, untuk
mengetahui bagaimana bentuk dan struktur tubuhnya dapat dihadirkan
objeknya langsung atau menggunakan media realita ke dalam kelas sebagai
penunjang proses belajarmengajar tersebut. Sedangkan untuk konsep seperti
sistem organisasi kehidupan dan lainnya yang tidak mungkin dapat kita amati
secara langsung juga tidak dapat dihadirkan di dalam kelas dalam bentuk
konkret maupun menggunakan media realia, maka untuk menunjang konsep
yang abstrak inilah sangat dibutuhkan penggunaan sebuah media lain seperti
media audio-visual.
Media audio-visual terbukti lebih baik dalam menunjang proses
pembelajaran dibandingkan dengan cara konvensional.15 Pada umumnya
konsep keragaman pada organisasi kehidupan diajarkan hanya menggunakan
metode ceramah dan media berupa gambaran sel (visual saja). Sehingga
terjadi kejenuhan belajar dan juga salah persepsi tentang konsep ini yang
akhirnya berpengaruh pada hasil belajar siswa yang rendah.
Media pembelajaran terdiri dari media audio, media visual (diam/gerak),
dan media audiovisual (suara, diam/gerak). Pada penelitian ini, peneliti
memilih untuk menggunakan media audio-visual berupa video. Media
audiovisual dipilih karena tidak hanya dapat menampilkan gambar saja tetapi
gambar yang disertai suara, sehingga dapat mencakup tipe siswa yang
dominan auditori maupun tipe siswa yang dominan visual. Penggunaan media
audiovisual ini dianggap mampu menarik perhatian dan memotivasi belajar
para siswa yang akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Keberhasilan
pembelajaran ditandai dengan perolehan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
positif pada diri individu, sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Sapto Haryoko mengatakan, “Audio-visual pembelajaran berbasis
teknologi dapat digunakan sebagai sarana alternatif dalam mengoptimalkan
proses pembelajaran, dikarenakan beberapa aspek antara lain: mudah dikemas
dalam proses pembelajaran, lebih menarik untuk pembelajaran, dapat di edit
(diperbaiki) setiap waktu”. Selain itu juga, media audio-visual memberikan
motivasi serta membangkitkan keinginan untuk mengetahui dan menyelidiki
yang akhirnya menjurus kepada pengertian yang lebih baik18. Jadi, diharapkan
penggunaan media pembelajaran audio-visual berupa video ini dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, penulis mengambil judul,
“Pengaruh Penggunaan Media Audio-Visual Terhadap Hasil Belajar
Biologi Siswa pada Materi Sistem Ekskresi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan yaitu, “Apakah penggunaan media audio-visual berpengaruh
terhadap hasil belajar biologi siswa pada materi Sistem Ekeskresi?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh penggunaan dari
media audio-visual terhadap hasil belajar biologi siswa pada materi Sistem
Ekskresi.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini ialah:
1. Sebagai informasi kepada khalayak umum akan pemanfaatan media
audiovisual dalam dunia pendidikan.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh media audio-visual terhadap
hasil belajar biologi siswa pada materi sistem ekskresi.
3. Bagi guru, dapat dijadikan media pembelajaran alternatif dalam proses
pembelajaran di kelas.
4. Bagi peneliti, dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk penelitian-
penelitian selanjutnya pada konsep yang berbeda.
5. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah yang diteliti.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Hakekat Belajar
a. Pengertian Belajar
Pengertian belajar dapat di temui diberbagai buku pendidikan
dan psikologi, banyak pendapat mengenai definisi atau pengertian
belajar yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya ialah :
Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and
Memory mengatakan, “Learningis a change in Organism due to
experience with can affect the organism’s behavior”, yang artinya
belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
organisme tersebut. Sedangkan menurut Spears, pengalaman belajar
dapat diperoleh dengan menggunakan panca indra. “Belajar adalah
mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mengikuti
pengarahan2. Menurut Vernon A. Magnesen, “Kita belajar berdasarkan
10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari
apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita dengar dan lihat, 70% dari
apa yang kita katakana, dan 90% dari apa yang kita katakan dan
lakukan.”
Menurut Winkel belajar adalah aktivitas mental/psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan sikap-sikap. Adapun menurut Thursan Hakim,
kegiatan belajar merupakan. Proses perubahan dalam diri manusia baik
berupa peningkatan kualitas maupun kuantitas tingkah laku.
Paradigma behavioristic memandang proses belajar sebagai
berikut, “belajar merupakan transmisi pengetahuan dari expert ke
noice”. Berdasarkan konsep ini, peran guru adalah menyediakan dan
menuangkan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Berbeda
lagi menurut paradigma konstruktivisme, “Belajar merupakan hasil
konstruksi sendiri (pelajar) sebagai hasil interaksinya terhadap
lingkungan belajar. Sedangkan tinjauan filosofis, psikologi kognitif,
psikologi sosial, dan teori sains sepakat menyatakan bahwa belajar
merupakan proses perubahan. Siswa sendiri yang melakukan
perubahan tentang pengetahuannya. Peran guru dalam pembelajaran
adalah sebagai fasilisator, mediator, dan pembimbing.5 Sedangkan dari
perspektif agama Islam, setiap muslim wajib belajar agar memperoleh
ilmu pengetahuan sehingga dapat meningkatkan derajat kehidupannya.
Pernyataan ini sejalan dengan QS. Mujadalah (58): 11 yang artinya:
…niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-
orang beriman dan berilmu.
Definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses pengalaman interaksi yang terjadi dalam diri
individu dengan lingkungannya menuju ke arah yang lebih baik, baik
dari segi ilmu pengetahuan serta tingkah laku. Dengan demikian,
proses belajar sebaiknya melibatkan siswa secara aktif, guna
mendapatkan pengalaman yang lebih konkret untuk membangun
pengetahuannya sendiri menyatukan prakonsep yang telah ada
sebelumnya pada diri individu dan menyatukannya dengan
pengalaman baru tersebut. Sehingga hasil belajar akan lebih melekat
yang ditunjukan dengan terjadinya perubahan peningkatan
pengetahuan, kreativitas, dan juga tingkah laku.
Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar yaitu:
1) Perubahan terjadi secara sadar, ini berarti seseorang menyadari
perubahan yang terjadi dalam dirinya sendiri. Misal, menyadari
bahwa pengetahuannya bertambah.
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional, sebagai
hasil belajar perubahan terjadi secara berkesinambungan. Satu
perubahan akan menyebabkan perubahan-perubahan lainnya yang
berguna bagi kehidupan belajar berikutnnya.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, dari hasil belajar
perubahan-perubahan semakin bertambah dan tertuju untuk
mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Perubahan dikatakan aktif
karena merupakan usaha dari individu tersebut sendiri.
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, ini berarti
perubahan dari hasil belajar itu bersifat menetap.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, ini terjadi karena
ada tujuan dalam proses belajar.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku,sebagai hasil dari
belajar ia akan menglami perubahan tingkah laku keseluruhan
dalam sikap, keterampilan,pengetrahuan dan sebagainya.
b. Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip-prinsip pembelajaran merupakan hal yang penting
untuk diperhatikan dalam melakukan proses belajar-mengajar. Adapun
prinsipprinsip tersebut ialah:
1) Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas, dengan
menetapkan tujuan yang jelas, para pendidik dapat mengetahui
sejauh mana keberhasilan dari proses belajar yang diperoleh oleh
peserta didik.
2) Situasi yang problematis. Suatu masalah yang problematis dapat
merangsang seseorang untuk berfikir dalam memecahkannya.
Sehingga para siswa akan semakin aktif dan memposisikan dirinya
sebagai pelaku aktif dalam proses belajar-mengajar.
3) Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna daripada dengan
hafalan.
4) Belajar merupakan proses yang kontinu.
5) Belajar memerlukan kemauan yang kuat.
6) Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor
tersebut dibagi menjadi 2 faktor, yaitu faktor internal (biologis,
kesehatan fisik, psikologis) dan faktor eksternal (lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat).
7) Belajar secara keseluruhan akan lebih berhasil daripada belajar
secara terbagi-bagi.
8) Proses belajar memerlukan metode yang tepat.
9) Belajar memerlukan adanya kesesuaian atara guru dan murid.
10) Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari.
c. Jenis-jenis Belajar
Pada dunia pendidikan dikenal beragam jenis belajar.
Keanekaragaman ini muncul sejalan dengan kebutuhan manusia yang
juga bermacam-macam. Jenis-jenis belajar meliputi :
1) Belajar abstrak, belajar dengan menggunakan cara berpikir abstrak
guna dapat memecahkan masalah yang tidak nyata.
2) Belajar keterampilan, belajar dengan gerakan-gerakan motorik
yang berhubungan dengan otot berguna untuk menguasai
keterampilan jasmaniah tertentu.
3) Belajar sosial, belajar memahami berbagai masalah serta teknik
pemecahannya bertujuan untuk dapat menguasai pemahaman dan
kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah keluarga.
4) Belajar pemecahan masalah, belajar berpikir sistematik, logis,
teratur dan teliti dengan tujuan memperoleh kemampuan kognitif
untuk dapat menyelesaikan masalah secara rasional, lugas dan
tuntas.
5) Belajar rasional, belajar menggunakan kemampuan berpikir logis
dan rasional guna memperoleh beragam kecakapan dalam
menggunakan prinsip dan konsep.
6) Belajar kebiasaan, belajar merupakan proses pembentukan
kebiasaankebiasaan baru dengan tujuan siswa memperoleh
kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih positif.
7) Belajar apresiasi, belajar mempertimbangkan arti penting suatu
objek agar siswa dapat mengembangkan kecakapan ranah rasa
yaitu mampu menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu.
8) Belajar pengetahuan, belajar dengan melakukan penyelidikan
mendalam terhadap objek tertentu agar siswa dapat memperoleh
informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang
rumit.
d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Secara global ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi
belajar siswa, yang dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian utama
yaitu :
1) Faktor Internal (dari dalam diri siswa), meliputi aspek fisiologis
(misal keadaan mata dan telinga) dan aspek psikologis
(inteligensi).
2) Faktor eksternal (dari luar diri siswa), lingkungan sosial dan
lingkungan non sosial (rumah, gedung sekolah, dsb.).
3) Faktor pendekatan belajar, semakin mendalam cara belajar siswa
maka semakin baik hasilnya.
2. Hakikat Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk
jamak dari ‘medium’, yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. National Education Association (NEA) mengartikan media
adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual,
termasuk teknologi dan perangkat kerasnya. Sedangkan media
pendidikan adalah alat bantu yang digunakan dalam bidang
pendidikan, yakni perantara dalam menyampaikan materi kepada siswa
agar lebih mudah dipahami oleh siswa. Sementara definisi media
pengajaran adalah sarana meningkatkan pengajaran dan pembelajaran
di sekolah. Gagne’ dan Briggs secara implisit mengatakan bahwa,
“Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri antara lain buku,
tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar
bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer”. Jadi, dapat kita
tarik kesimpulan bahwa media adalah alat bantu atau perantara untuk
menyampaikan pesan kepada orang lain. Sedangkan media pendidikan
adalah alat bantu atau perantara untuk menyampaikan pesan berupa isi
materi pengajaran kepada peserta didik.
Pada awal sejarah, media hanya merupakan alat bantu yang
dipergunakan guru untuk menerangkan pelajaran. Alat bantu yang
pertama kali digunakan adalah alat bantu visual guna memberikan
pengalaman visual pada siswa, memotivasi belajar dan mempermudah
konsep yang abstrak. Kemudian seiring dengan perkembangan
teknologi pada pertengahan abad 20 yaitu teknologi audio sehingga
lahirlah media audio visual. Dalam rangka memanfaatkan media
sebagai alat bantu, Edgar Dale mengklasifikasikan dari tingkat yang
paling konkret ke yang paling abstrak.
Ada beberapa jenis komunikasi saat proses pembelajaran
berlangsung antara guru dan siswa, yaitu:
1) Komunikasi satu arah, terjadi jika siswa hanya mendengarkan
(pasif).
2) Komunikasi dua arah, terjadi jika siswa bersifat responsif,
mengajukan pertanyaan baik diminta ataupun tidak diminta.
3) Komunikasi multi arah, terjadi jika siswa tidak hanya merespon
guru saja tetapi juga merespon siswa lain yang telah lebih dulu
memberikan stimulus.
Gerlach dan Eli mengemukakan tiga ciri media yang
merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang
dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu
melakukannya, yaitu :
1) Ciri fiksatif. Ciri ini menggambarkan kemampuan media, merekam
menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau
objek.
2) Ciri manipulatif. Manipulasi kejadian atau objek dengan jalan
mengedit hasil rekaman dapat menghemat waktu.
3) Ciri distributif. Ciri yang memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransportasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian
tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus
pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian tersebut.
Romiszowski telah mengelompokkan peran media menjadi
dua, yaitu : media sebagai alat bantu pembelajaran dan media sebagai
sistem pembelajaran. Anthony Bates menyarankan bahwa video
memainkan peran penting dalam mengembangkan keterampilan
dengan urutan yang lebih tinggi yang ditekankan dalam pemandangan
saat belajar mengajar.
Pada dunia pendidikan, media pembelajaran sangatlah penting
demi perkembangan pendidikan di era globalisasi saat ini mengingat
bahwa hakikat dari proses pembelajaran adalah sebuah interaksi dari
proses komunikasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran media
dalam dunia pendidikan adalah perantara untuk terjadinya proses
pembelajaran itu sendiri.
Adapun manfaat media pembelajaran bagi proses pembelajaran
ialah memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indera, menimbulkan
gairah belajar, interaksi lebih berlangsung antara murid dengan sumber
belajar, memungkinkan anak-anak belajar mandiri sesuai dengan bakat
dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya, memberi
rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan
menimbulkan persepsi yang sama.
Selain itu, media menurut Kemp dan Dayton kontribusi dari
media pembelajaran adalah Penyampaian pesan pembelajaran dapat
lebih berstandar, pembelajaran dapat lebih menarik, pembelajaran
dapat lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar, waktu
pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek, kualitas pembelajaran
dapat di tingkatkan, proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun
dan dimanapun diperlukan, sikap positif siswa terhadap materi
pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan, peran guru
mengalami perubahan ke arah yang positif.
Selain manfaat, media memiliki fungsi, fungsi utama media
pendidikan adalah sebagai alat bantu mengajar. Hamalik
mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses
belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Adapun fungsi media pembelajaran, yaitu membangkitkan
motivasi belajar dan ketertarikan siswa, mencegah kebosanan siswa
dalam prosses belajar-mengajar, mengefektifkan proses belajar-
mengajar, menyediakan stimulus belajar, mengaktifkan respon siswa,
merangsang siswa untuk berpikir konkrit, memberikan balikan dengan
segera atau cepat, mengadakan latihan yang serasi dan memperkuat
pemahaman siswa. Kemp dan kawankawan menjabarkan kontribusi
media dalam kegiatan pembelajaran yaitu:
1) Menyajian materi ajar menjadi lebih mendasar.
2) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
3) Kegiatan belajar dapat menjadi interaktif.
4) Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi.
5) Kualitas belajar dapat ditingkatkan.
6) Pembelajaran dapat disajikan dimana dan kapan sajasesuai yang
diinginkan.
7) Meningkatkan sifat positif peserta didik dan proses belajar menjadi
lebih baik.
8) Memberikan nilai positif bagi pengajar.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi media pembelajaran di fokuskan pada dua hal yaitu :
1) Analisis fungsi di dasarkan pada medianya terbagi menjadi 3 yaitu:
a) Media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Sumber
belajar merupakan komponen system instruksional meliputi
pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan dimana hal itu
mempengaruhi hasil belajar siswa.
b) Fungsi semantik fungsi semantik ialah kemampuan media
dalam menambah perbendaharaan kata (symbol verbal) yang
makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak
verbalistik). Misalnya menyampaikan kata Candi Borobudur,
atau Big Beng di London dengan menggunakan foto / gambar.
c) Fungsi manipulatif, fungsi ini memiliki dua kemampuan yakni
mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi
keterbatasan indrawi. Seperti proses yang menyita waktu
panjang yakni metamorfosis dan menghadirkan objek atau
peristiwa yang sulit di hadrikan dalam bentuk aslinya, misalnya
bencana alam, ikan paus melahirkan anak, dan lain-lain.
2) Analisis fungsi di dasarkan pada penggunanya (anak didik) terbagi
menjadi 2 yaitu:
a) Fungsi psikologis
Dalam kaitannya dengan peserta didik fungsi psikologis
dapat berperan menjadi beberapa fungsi yakni sebagai fungsi
atensi yaitu untuk dapat meningkatkan perhatian siswa
terhadap materi ajar, sebagai fungsi afektif yakni menggugah
perasaan, emosi dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa
terhadap sesuatu, sebagai fungsi kognitif yaitu meliputi
persepsi, mengingat dan berpikir, sebagai fungsi imajinatif
yakni merangsang siswa untuk mengembangkan imajinasi
mereka, dan fungsi motivasi yakni mendorong siswa untuk
melakukan kegiatan belajar-mengajar agar tujuan pembelajaran
tercapai.
b) Fungsi Sosio-Kultural
Fungsi ini dapat mengatasi hambatan sosio-kultural
antarpeserta komunikasi pembelajaran. Dimana media dapat
memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan
pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama kendati
guru dan anak didik memiliki adat, budaya, ras dan lingkungan
yang berbeda.
c. Klasifikasi Media Pembelajaran
Macam-macam media dilihat dari jenisnya terdiri dari :
1) Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan
suara saja.
2) Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera
penglihatan.
3) Media audio-visual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan
unsur gambar. Media audio-visual ini dibagi lagi menjadi:
a) Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan
gambar diam misalnya film bingkai suara.
b) Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur
suara dan gambar yang bergerak misalnya film suara dan video
cassette.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Ada beberapa hasil penelitian yang relevan dengan judul yang penulis
ambil yaitu jurnal yang berjudul Efektifitas pemanfaatan media audio-visual
sebagai alternatif optimalisasi model pembelajaran yang dilakukan oleh Sapto
Haryoko. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa hasil belajar
mahasiswa teknik jaringan komputer yang diajar dengan menggunakan media
audio-visual memiliki skor yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
mahasiswa teknik jaringan komputer yang diajar dengan cara konvensional.
Penelitian lain berjudul Pengaruh penggunaan media audiovisual
terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok listrik dinamis, yang dilakukan
oleh Sehat Simatupang menyatakan bahwa ada pengaruh yang lebih baik
antara hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan media audio-
visual sebagai media pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran fisika
secara konvensional.
Penelitian lain berjudul Learning from video : Computer technology,
Science Education, and Students with Learning Disabilities yang dilakukan
oleh David Kumar and Cynthia teknologi menyatakan bahwa teknologi
computer dapat digunakan untuk memfasilitasi pengajaran sains dan memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam meningkatkan aspek kognitif dan afektif
dari pembelajaran sains.
Sebuah penelitian lain, dengan judul Teacher Perseption of The Role
of Media In Classroom Teaching In Secondary School, yang dilakukan oleh
Sunday Taiwo menyatakan bahwa Penggunaan media sebagai sistem
pembelajaran menekankan inovasi dan perubahan dalam metode atas
penggunaan media sebagai alat bantu instruksional.
C. Kerangka Pikir
Belajar mengajar dua kata yang saling berkaitan dan tidak terpisahkan.
Belajar merupakan suatu proses pencarian atau menuntut ilmu, belajar lebih
menekankan kepada proses peserta didik yang sedang mencari tahu diberitahu
akan sesuatu hal yang belum diaketahui sehingga menjadi tahu dengan hasil
belajar berupa adanya perubahan sikap pada diri peserta didik. Sedangkan
mengajar merupakan proses penyaluran ilmu dari guru kepada peserta didik.
Namun, untuk mendapatkan hasil belajar yang baik maka sistem pendidikan,
sarana dan prasarana haruslah memadai. Mulai dari pendidik, kurikulum, serta
alat-alat atau sarana dan prasarana yang mendukung berlangsungnya proses
pembelajaran. Salah satunya adalah media pembelajaran.
Media pembelajaran dianggap penting karena pemilihan media
pembelajaran yang tepat akan mampu memotivasi peserta didik untuk terus
belajar serta dapat mengurangi kejenuhan peserta didik. Begitu juga
sebaliknya, kesalahan dalam memilih media pembelajaran akan membuat
peserta didik merasa jenuh dan bosan saat proses pembelajaran sedang
berlangsung, hal ini akan berdampak kepada penurunan hasil belajar dari
peserta didik. Salah satu jenis media pembelajaran adalah video pembelajaran.
Video pembelajaran dianggap mampu untuk menarik perhatian peserta didik
karena tampilan visualnya yang dapat bergerak dan disertai suara, sehingga
peserta didik merasa tertarik dan tidak merasa jenuh atau bosan saat
pembelajaran berlangsung.
Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh dari proses belajar, yaitu
dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang buruk menjadi baik, dan lain-lain
yang intinya terjadi perubahan pengetahuan maupun sikap pada diri individu.
Keberhasilan proses pembelajaran juga dapat ditentukan dengan mengetahui
sejauh mana siswa dapat mencerna dan mengaplikasikan materi yang telah
diajarkan, untuk mengetahui sejauh mana siswa paham akan materi yang
diajarkan dapat dilakukan melalui evaluasi pembelajaran dan pengukuran
melalui aspek kognitif.
Materi yang diteliti dalam penelitian ini adalah Sistem Ekskresi.
Materi ini bersifat abstrak sehingga diperlukan media dalam penyampaian
konsep ini. Media audio visual berupa Video merupakan salah satu media
yang tepat yang dapat menarik perhatian dan memotivasi peserta didik
sehingga peserta didik dapat menguasai materi Sistem Ekskresi dan
memperoleh hasil belajar yang baik pula. Oleh karena itulah, peneliti ingin
membuktikan mengenai adanya pengaruh penggunaan media audio visual
terhadap hasil belajar siswa.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan
maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa, “Media audio-visual berpengaruh
terhadap hasil belajar biologi siswa pada materi sistem ekskresi”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian


1. Jenis Penelitian
Metode penelitian ini termasuk kedalam kelompok rancangan
eksperimen semu (Quasi Experiment Design), yaitu metode penelitian
yang dapat memberikan kemungkinan sebanyak-banyaknya bagi peneliti
untuk mengendalikan variabel dalam situasi yang ada. Kelompok uji coba
(eksperimen) dan kelompok pembanding (kontrol) tidak dipilih secara
acak.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 6 Takalar, di kelas XI
dimana sekolah ini berlokasi di Jln. Hj. Manila Dg. Pati, Kelurahan
Malewang Kecamatan POLUT Kabupaten Takalar.
B. Variabel dan Desain Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah penggunaan
media audiovisual, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar peserta
didik yang dipengaruhi oleh penggunaan media audiovisual. Adapun desain
penelitian menggunakan Nonequivalent Control Group Design yaitu desain
eksperimen dengan melihat perbedaan pretest maupun posttest antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, adapun bagannya seperti tabel di
bawah ini:
Kelompok Pre-test Treatment Post-test
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 - O4
Keterangan:
O1 = Pretest hasil belajar siswa pada kelas eksperimen
O2 = Posttest hasil belajar siswa pada kelas eksperimen
O3 = Pretest hasil belajar siswa pada kelas kontrol
O4 = Posttest hasil belajar siswa pada kelas kontrol
X = Pelaksanaan penggunaan media audiovisual
Pada penelitian ini, digunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol, kemudian kedua kelompok ini diberikan tes awal (pretest)
dengan soal yang sama untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian
dilakukan pelaksanaan penggunaan media audio-visual untuk kelas
eksperimen dan media power point untuk kelas kontrol dan terakhir siswa
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan tes akhir (posttest) dengan
menggunakan instrumen tes yang sama seperti pada tes awal (pretest). Adapun
langkah-langkah pengambilan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
:
Populasi

Sampel

Pre-Test

Pembagian Kelompok

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Media Audio Visual Tanpa Media

Post-test

Analisis dan Pengolahan

Kesimpulan
C. Populasi dan Sampel
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 6
Takalar. Sedangkan untuk populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas XI
SMA Negeri 6 Takalar. Sampel diambil dari populasi terjangkau yaitu kelas
XI. Adapun teknik sampling adalah sampling purposive, yaitu teknik sampel
yang didasarkan pada tujuan tertentu dimana peneliti hanya mengambil dua
kelas sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen.
D. Definisi Operasional Variabel
Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai lebih dari satu
nilai, keadaan, kategori, dan kondisi. Dalam penelitian ini, peneliti
memusatkan perhatiannya untuk menjelaskan hubungan-hubungan yang ada
antar variabel. Variabel penelitian yang dimaksudkan dalam penelitian ini
terdiri atas :
1. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab berubahnya variabel dependen. Adapun yang menjadi
variabel bebas pada penelitian ini adalah Media Pembelajaran Audio
Visual.
2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independen. Adapun yang menjadi variabel terikat pada penelitian
ini adalah hasil belajar.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes objektif (pretest dan postest) dalam bentuk tes pilihan berganda
(multiple choice) berjumlah 30 soal tervalidasi dengan 5 pilihan ganda a, b, c,
d dan e dengan skor masing-masing soal bernilai 0 untuk jawaban salah dan 1
untuk jawaban benar. Tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar
siswa pada materi keragaman pada organisasi kehidupan dengan
menggunakan media video audiovisual.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Obervasi
Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka pengumpulan
data dalam suatu penelitian. Merupakan hasil perbuatan peserta didik
secara aktif dan perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan
tertentu yang diinginkan atau suatu studi yang disengaja dan sistematis
tentang keadaan atau fenomena sosial dan gejala-gejala psikis. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini berupa lembar observasi yang
digunakan adalah lembar observasi yang digunakan dalam mengamati
pada saat proses pembelajaran.
2. Tes
Tes adalah sejumlah pertanyaan yang harus diberi tanggapan, atau
sejumlah pernyataan yang harus diberi tanggapan. Tes juga merupakan
suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan
kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan,
pernyataan, atau serangkain tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh
peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Dengan tujuan
mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu
dari orang yang dikenai tes. Tes juga dapat diartikan sebagai salah satu
cara untuk menaksir besarnya tingkat kemampuan manusia secara tidak
langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap sejumlah stimulus atau
pertanyaan. Oleh karena itu agar diperoleh informasi yang akurat
dibutuhkan tes yang handal.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara memperoleh suatu data dengan
melakukan atau melihat kembali sumber tertulis yang lalu, baik berupa
angka atau keterangan seperti buku-buku, majalah, atau catatan harian,
transkip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan
sebagainya. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
mengumpulkan dan memperoleh data dari Mts Negeri Barru yang akan
digunakan sebagai dasar untuk mengadakan penelitian berupa jumlah
kelas, jumlah siswa, dan nama siswa.
G. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini dilakukan uji statistik yaitu Uji Normalitas dan Uji
Homogenitas. Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan Uji Chi
Kuadrat sedangkan Uji Homogenitas dilakukan dengan menggunakan Uji F.
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Pengujian Normalitas yang
digunakan adalah Uji Lilifors, dengan cara sebagai berikut:
a. Disusun sebaran data yang akan diuji dengan terlebih dahulu diurutkan
dari yang terkecil sampai dengan yang paling besar.
b. Menghitung nilai normal standar setiap data (datum) dengan rumus
(Xi − X)
𝑍=
S
Keterangan:
Z= Nilai normal standar
Xi=Datum
X = Rerata variable
S= Simpangan baku (standar deviasi) Menentukan hipotesis penelitian
c. Digunakan tabel Z untuk menghitung luas di bawah kurva normal
baku.
d. Dihitung besar peluang dengan cara menghitung luas masing-
masing nilai Z.
e. Dihitung S(z) yakni frekuensi kumulatif relatif dari masing-masing
nilai Z.
f. Menentukan nilai liliefors hitung Lh dengan rumus Lh = |F(z)-S(z)|
g. Menentukan nilai liliefors tabel dengan rumus Lt pada tingkat
kepercayaan 95% adalah:
0,8 ∶ 86
𝐿𝑡 =
√n
Dibandingkan nilai Liliefors hitung terbesar (Lh) dengan nilai
liliefors tabel (Lt) jikan nilai Lh<Lt maka dapat disimpulkan data
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui sama tidaknya
variansivariansi dua buah distribusi atau lebih. Pengujian Homogenitas
yang digunakan adalah Uji F. Tabel distribusi F selanjutnya disebut
tabel F digunakan dengan cara membandingkannya nilai Fhitung dengan
nilai Ftabel yang didapat dari tabel F. F tabel dicari dengan cara sebagai
berikut:
a. Menentukan nilai α apakah 0,01 atau 0,05; 2.
b. Menghitung df atau dk dengan rumus F = , sehingga didapat
pembilang dan penyebut.
c. Dalam tabel F terdapat dk untuk pembilang dan dk untuk penyebut
sehingga ditulis F(dk pembilang,dk penyebut).
d. Mencari nilai tersebut didalam tabel F, dengan kriteria : Fhitung ≤
F tabel, maka datahomogen dan jika Fhitung ≥ F tabel, maka data
tidak homogen.
3. N-gain
Hasil penelitian yang diperoleh diuji dengan menggunakan
nilai gain yang ternormalisasi, yaitu perbandingan antara rata-rata
pertumbuhan nyata dengan pertumbuhan rata-rata maksimum yang
mungkin. Yaitu dengan rumus :
% 𝑆𝑓−%𝑆𝑖
N-gain =
100−%𝑆𝑖

Dimana:
Sf = nilai final / posttest
Si = nilai initial / pretest
Dengan :
No. N-gain Kemajuan
1. ≥0,7 Tinggi
2. 0,7 >N-gain >0,3 Sedang
3. ≤0,3 Rendah

Anda mungkin juga menyukai