Anda di halaman 1dari 10

A.

Prosedur Pengembangan Instrumen Penilaian (Soal)

Prosedur pengembangan instrumen penilaian pada proses dan akhir suatu kompetensi dasar
yang baik meliputi beberapa tahap, yaitu: (1) analisis KI dan KD, (2) perumusan indikator, (3)
penulisan instrumen/soal.

1. Analisis KI dan KD

Analisis mengandung pengertian bahwa orang yang melakukannya sedang menyelidiki atau
mempelajari keadaan yang sebenarnya suatu objek, atau menguraikan suatu pokok atas
berbagai bagiannya dan menelaah bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk
memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia,1995).

KI dan KD adalah sumber petunjuk bagi guru tentang batas minimum bahan ajar, pengetahuan
dan keterampilan, serta nilai dan sikap yang harus dapat dikuasai siswa melalui proses belajar
mengajar yang diselenggarakan menurut jenjang kelas dan lamanya pendidikan suatu
sekolah.Maksud analisis KI dan KD ini adalah agar guru memiliki wawasan yang tepat dan
pemahaman yang benar tentang bahan ajar, pengetahuan dan keterampilan, serta nilai sikap
yang harus tumbuh dan dikuasai siswa dalam masa pendidikan mereka. Sementara itu, kegiatan
analisis KI dan KD ini merupakan proses guru memahami dengan benar dan mendapat wawasan
yang tepat tentang kerangka dasar kurikulum yang menjadi acuan utama mengelola KBM.
Kegunaan analisis ini juga membantu guru dalam merencanakan dan melaksanakan serta
menindak lanjuti kegiatan belajar mengajar yang dikelola guru.

Terkait pengembangan instrumen penilaian pada proses dan akhir suatu kompetensi dasar
kegiatan analisis yang dapat dilakukan guru adalah menelaah secara mendalam tentang pesan-
pesan kurikulum yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus
esensial dalam kompetensi dengan cara menjabarkan kompetensi inti, kompetensi dasar dan
indikator pencapaian kompetensi dalam rangka mencari esensi dari tiap kompetensi dasar.
Hasil yang diperoleh dari analisis KI dan KD ini adalah peta kompetensi,yaitu peta perilaku-
perilaku yang dikehendaki terjadi pada siswa pada saat atau setelah proses pembelajaran
berlangsung. Digambarkan dalam bentuk diagram langkah analisis KI dan KD yang
menghasilkan sejumlah Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK), dan tujuan sebagai berikut.
KI KD 1.1, … Terintegrasi pada Tujuan 3.1.1 dan 4.1.1…
KI 1 …
KD 2.1, … Terintegrasi pada Tujuan 3.1.1 dan 4.1.1…
Muatan KI 2
Pelajaran-1 KD 3.1, … IPK 3.1.1, Tujuan 3.1.1 , …
KI 3

KI 4 KD 4.1, … IPK 4.1.1, Tujuan 4.1.1 …

KI KD 1.1, … Terintegrasi pada Tujuan 3.1.1 dan 4.1.1…
Muatan KI 1 …
KD 2.1, … Terintegrasi pada Tujuan 3.1.1 dan 4.1.1…
Pelajaran-2 KI 2
KD 3.1, … IPK 3.1.1, Tujuan 3.1.1 …
KI 3

KI 4 KD 4.1, … IPK 4.1.1, Tujuan 4.1.1 …

Muatan KI KD 1.1, … Terintegrasi pada Tujuan 3.1.1 dan 4.1.1…
Pelajaran-dst KI 1

KD 2.1, … Terintegrasi pada Tujuan 3.1.1 dan 4.1.1…
KI 2

KI 3 KD 3.1, … IPK 3.1.1, Tujuan 3.1.1 …



KI 4 IPK 4.1.1, Tujuan 4.1.1 …
KD 4.1, …

2. Pengembangan Indikator dalam Penulisan Instrumen Penilaian

Perlu diingat kembali pengertian indikator, yaitu merupakan penanda pencapaian kompetensi
dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta
didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah. Indikator digunakan sebagai dasar untuk
menyusun alat penilaian.

a. Menentukan atau merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK).

Penentuan IPK dilakukan setelah analisis KI dan KD. Penentuan IPK ini sangatlah penting dan
guru benar-benar harus menguasai urutan atau hierarki konsep dan/atau tingkat kesulitan
materi.

Hal yang sebaiknya perlu diketahui guru dalam menentukan IPK, adalah sebagai berikut.

1) Dasar pengembangan IPK, yaitu: (1) sesuai dengan karakteristik siswa, muatan pelajaran,
satuan pendidikan, potensi daerah, dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang
terukur dan/atau dapat diobservasi, (2) sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
2) Perlu diingat tentang pengertian IPK, yaitu: (1) perilaku yang dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi
acuan penilaian muatan pelajaran, (2) dirumuskan dengan kata kerja operasional yang
dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Dalammerumuskan indikatorperlu diperhatikan adalah sebagai berikut.

1) Setiap KD dikembangkan menjadi beberapa indikator. Menurut Safari (Wardhani, 2012: 5-


9), ada 3 kelompok IPK, yaitu:

a) Indikator kunci adalah yang memenuhi syarat UKRK, yaitu: (1) urgensi, dimaknai
bahwa secara teoritis indikator itu harus dikuasai siswa, (2) kontinuitas, dimaknai
bahwa indikator ini merupakan indikator lanjutan yang merupakan pedalaman dari
satu atau lebih indikator yang sudah pernah dipelajari pada KD sebelumnya atau KD itu
sendiri, (3) relevansi, dimaknai bahwa indikator itu diperlukan untuk
mempelajari/memahami pelajaran lain, (4) keterpakaian, dimaknai bahwa indikator
ini memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.

Rumusan indikator kunci harus ada pada tiap KD, apapun keadaan karakteristik siswa,
muatan pelajaran, satuan pendidikan, dan potensi daerah.Indikator kunci ini harus
diujikan, dengan maksud untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa terhadap
KD.Pengujian indikator ini melalui ulangan harian/ulangan tengah semester/akhir
semester.

b) Indikator pendukung merupakan indikator yang mendukung indikator kunci. Indikator


pendukung mencerminkan kemampuan jembatan yang diperlukan dalam rangka
menguasaikemampuan yang dirumuskan oleh indikator kunci. Indikator pendukung
boleh dinamai indikator jembatan.

Kemampuan prasyarat untuk indikator kunci yang dirumuskan pada indikator


pendukung/jembatan adalah kemampuan berkait dengan KD bersangkutan yang
sedang dipelajari, bukan berkait dengan kemampuan pada KD-KD sebelumnya.Bila
kemampuan prasyarat untuk Indikator kunci berkait dengan kemampuan pada KD-KD
sebelumnya yang telah dipelajari, maka penguasaannya dideteksi (bukan diuji) dalam
apersepsi pada kegiatan pendahuluan pembelajaran.Kemampuan prasyarat untuk
indikator kunci yang dirumuskan pada indikator pendukung/jembatan dibahas pada
kegiatan inti pembelajaran, tepatnya sebelum siswa belajar dengan tolok ukur
indikator kunci.

Indikator pendukung atau jembatan ini diperlukan bila pada umumnya siswa diprediksi
‘lemah’ dalam kemampuan prasyarat berkait dengan kemampuan pada indikator
kunci, sedangkan apabila pada umumnya siswa diprediksi cepat menguasai
kemampuan yang dirumuskan oleh indikator kunci, maka tidak diperlukan indikator
pendukung /jembatan.

Indikator pendukung/jembatan sebaiknya diuji sendiri, bila tak terwakili dalam


pengujian indikator kunci.Karena menjadi modal atau prasyarat untuk menguasai
kemampuan pada indikator kunci, maka sebaiknya pengujian indikator
pendukung/jembatan dilakukan sebelum siswa belajar kemampuan yang berkait
dengan indikator kunci.

c) Indikatorkompleks merupakan indikator yang memiliki tingkat kesulitan dan


kerumitan yang tinggi. Dalam pelaksanaannya menuntut: (1) kreativitas yang tinggi, (2)
waktu yang cukup lama karena perlu pengulangan, (3) penalaran dan kecermatan
siswa yang tinggi, (4) sarana dan prasarana sesuai tuntutan kompetensi yang harus
dicapai. Indikator kompleks mencerminkan tuntutan kemampuan tambahan atau
kemampuan yang sifatnya pengayaan dari target kemampuan minimal pada KD-nya.
Indikator kompleks boleh juga dinamai indikator pengayaan. Indikator kompleks
merupakan indikator yang memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi dan
diperlukan bila siswa menguasai kemampuan yang dirumuskan pada indikator kunci
dengan cepat dan mudah.

Indikator kompleks ini diujikan apabila diterapkan ke semua siswa yaitu melalui
ulangan harian.Bila kemudian siswa dapat mencapainya berarti dapat dikatakan bahwa
tingkat kemampuan siswa sudah di atas target minimal.Indikator kompleks ini tidak
diujikan apabila tidak diterapkan untuk semua siswa, sedangkan penilaian cukup
dengan tugas-tugas untuk mencermati seberapa jauh siswa yang mempelajarinya telah
menguasai kemampuan terkait indikator kompleks/pengayaan.

2) Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan/atau diobservasi

Untuk membuat atau menulis indikator tentunya tidak terlepas dari taksonomi Bloom.
Menurut Bloom, tujuan pendidikan dalam garis besarnya terbagi menjadi tiga ranah atau
kawasan (domain), yaitu pertama domain kognitif, kedua ranah afektif, dan ketiga ranah
psikomotor. Indikator yang masuk ranah kognitif untuk taksonomi Bloom versi baru tediri
atas (dari level 1 sampai 6): (1) remembering (mengingat), (2) understanding (memahami),
(3) applying (menerapkan), (4) analyzing (menganalisis, mengurai), (5) evaluating (menilai),
dan (6) creating (mencipta).

Untuk mudahnya level 1 remembering (mengingat) apabila indikator kompetensinya


dibuatkan instrumen penilaiannya yang berupa soal, maka biasanya soal yang dibuat
tersebut masuk dalam katagori soal mudah, dan level 2 understanding (memahami)
soalnya masuk dalam katagori soal sedang, sedangkan level 3 applying (menerapkan)
soalnya masuk dalam kategori soal sulit. Namun demikian, secara teoretik akademik tidak
sesederhana itu.Soal mudah, sedang, ataupun sulit ditentukan lewat telaah instrumen
secara kualitatif/teoretis, ujicoba dan analisis hasil ujicoba tes. Berikut contoh kata kerja
operasional yang dapat dipakai untuk ranah kognitif level mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengurai, menilai, dan mencipta seperti ditunjukkan dalam
tabel 1, sedangkan untuk ranah afektif dan psikomotor disajikan dalam tabel 2.

Untuk membantu dalam mengembangkan indikator, guru dapat menggunakan kata kerja
operasional seperti yang tertera pada tabel 1. Pada kegiatan pembuatan indikator, KD-KD
telah tersedia di Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, selanjutnya diberikan kebebasan
pada guru menurunkan KD kedalam indikator kompetensi sesuai apa yang akan diukur.
Indikator kompetensi ini sebagai dasar untuk membuat indikator-indikator soal atau
indikator penilaian dan dilanjutkan dengan pembuatan atau penyusunan soal.

3) Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah atau setara dengan kata kerja dalam KD

Kata kerja dalam indikator lebih rendah dari kata kerja dalam KD, apabila dari KD tersebut
dapat diturunkan sejumlah atau banyak indikator. Sementara itu, kata kerja dalam
indikator setara dengan kata kerja dalam KD terjadi apabila kata kerja dalam KD tersebut
tidak memungkinkan diturunkan menjadi kata kerja yang lain atau kata kerja dalam KD
merupakan satu-satunya kata yang memungkinkan.

4) Contoh langkah perumusan indikator

Sebagai contoh langkah perumusan indikator muatan pelajaran matematika di kelas IV,
KD3.5 Menentukan kelipatan persekutuan dua buah bilangan dan menentukan kelipatan
persekutuan terkecil (KPK), adalah sebagai berikut.

a) Menentukan kelipatan persekutuan dua buah bilangan


b) Menentukan KPK dua buah bilangan
c) Menyebutkan faktor prima suatu bilangan
d) Menentukan faktorisasi prima suatu bilangan
e) Menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dari dua bilangan 3 atau 4 angka
f) dan lain-lain.

Tentunya dalam penulisan indikator, hanya ada satu indikator kompetensi yang diukur.Dari
indikator-indikator tersebut, mana yang dikatakan indikator jembatan, kunci, dan
tambahan?Perhatikan indikator di atas, menentukan KPK (item b) diperoleh dengan
menggunakan kelipatan persekutuan. Indikator pada item a dan b ini disebut sebagai indicator
kunci. Sementara itu, menentukan KPK pada item e menggunakan faktor prima, sedangkan
faktor prima dan faktorisasi prima belum diajarkan. Untuk itu, faktor prima dan faktorisasi
prima perlu diajarkan terlebih dahulu dan dijadikan sebagai indikator jembatan (indikator c
dan d), sedangkan indikator e bisa disebut sebagai indikator kunci yang sekaligus sebagai
indikator kompleks. Guru dapat mengelompokkan indikator-indikator tersebut berdasarkan
tingkatan kata kerjanya dan karakteristik atau kompetensi yang dimiliki siswanya. Disamping
itu, indikator yang dirumuskan dengan kata kerja operasional tersebut juga dapat menunjukkan
apakah indikator tersebut dapat diamati dan diukur.
Tabel 1: Contoh Kata Kerja Operasional Taksonomi Bloom untuk Ranah Kognitif

Ranah Kognitif
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5 Level 6
Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Menilai Mencipta
(Remember) (Understand) (Apply) (Analyze) (Evaluate) (Create)
Memasangkan Melakukan inferensi Melaksanakan Melatih Memadukan
Membaca Melaporkan Melakukan Memadukan Membangun
Memberi indeks Membandingkan Melatih Memaksimalkan Membuktikan Membatas
Memberi kode Membedakan Membiasakan Membagankan Memilih Membentuk
Memberi label Memberi contoh Memodifikasi Membeda-bedakan Memisahkan Membuat
Membilang Membeberkan Mempersoalkan Membuat struktur Memonitor Membuat rancangan
Memilih Memperkirakan Memproses Memecahkan Memperjelas Memfasilitasi
Mempelajari Memperluas Mencegah Memerintah Mempertahankan Memperjelas
Menamai Mempertahankan Menentukan Memfokuskan Mempresiksi Memproduksi
Menandai Memprediksi Menerapkan Memilih Memproyeksikan Memunculkan
Mencatat Menafsirkan Mengadaptasi Menata Memutuskan Menampilkan
Mendaftar Menampilkan Mengaitkan Mencerahkan Memvalidasi Menanggulangi
Menelusuri Menceritakan Mengemukakan Mendeteksi Menafsirkan Menciptakan
Mengenali Mencontohkan Menggali Mendiagnosis Mendukung Mendikte
Menggambar Mendiskusikan Menggambarkan Mendiagramkan Mengarahkan Menemukan
Menghafal Menerangkan Menggunakan Menegaskan Mengecek Mengabstraksi
Mengidentifikasi Mengabstraksikan Menghitung Menelaah Mengetes Menganimasi
Mengulang Mengartikan Mengimplementasikan Menetapkan Mengkoordinasikan Mengarang
Mengutip Mengasosiasikan Mengkalkulasi sifat/ciri Mengkritik Mengatur
Meninjau Mengekstrapilasi Mengklasifikasi Mengaitkan Mengkritisi Menggabungkan
Meniru Mengelompokkan Mengkonsepkan Menganalisis Menguji Menggeneralisasi
Mentabulasi Mengemukakan Mengoperasikan Mengatribusikan Mengukur Menghasilkan karya
Menulis Menggali Mengurutkan Mengaudit Menilai Menghubungkan
Menunjukkan Menggeneralisasikan Mengurutkan Mengedit Menimbang Mengingatkan
Menyadari Menggolong-golongkan Mensimulasikan Mengkorelasikan Menugaskan Mengkategorikan
Menyatakan Menghitung Mentabulasi Mengorganisasikan Merinci Mengkode
Menyebutkan Mengilustrasikan Menugaskan Menguji Membenarkan Mengkombinasikan
Mereproduksi Menginterpolasi Menyelidiki Menguraikan Menyalahkan Mengkreasikan
Menempatkan Menginterpretasikan Menyesuaikan Menjelajah Mengoreksi
Mengkategorikan Menyusun Menominasikan Mengumpulkan
Ranah Kognitif
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5 Level 6
Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Menilai Mencipta
(Remember) (Understand) (Apply) (Analyze) (Evaluate) (Create)
Mengklasifikasi Meramalkan Mentransfer Mengusulkan
Mengkontraskan Menjalankan Menyeleksi hipotesis
Mengubah Mempraktekkan Merasionalkan Menyiapkan
Menguraikan Memilih Merinci Menyusun
Menjabarkan Memulai Merancang
Menjalin Menyelesaikan Merekonstruksi
Menjelaskan Merencanakan
Menterjemahkan Mereparasi
Mentranslasi Merumuskan
Menunjukkan Memperbaharui
Menyimpulkan Menyempurnakan
Merangkum Memperkuat
Meringkas Memperindah
Mengidentifikasi Mengubah

Tabel 2: Contoh Kata Kerja Operasional Taksonomi Bloom untuk Ranah Afektif dan Ranah Psikomotor

Ranah Afektif Ranah Psikomotor


Mengorga- Karakterisasi
Menerima Merespon Menghargai Meniru Manipulasi Presisi Artikulasi Naturali-sasi
nisasikan Menurut Nilai
A1 A2 A3 A4 A5 P1 P2 P3 P4 P5
Mengikuti Mengompromi- Mengasumsikan Mengubah Membiasakan Menyalin Kembali Menunjukkan Membangun Mendesain
Menganut kan Meyakini Menata Mengubah perilaku Mengikuti membuat Melengkapi Mengatasi Menentukan
Mematuhi Menyenangi Meyakinkan Mengklasifi- Berakhlak mulia Mereplikasi Membangun Menunjukkan Mengga- Mengelola
Meminati Menyambut Memperjelas kasikan Mempengaruhi Mengulangi Melakukan, Menyempur- bungkan
Mendukung Memprakarsai Mengombi- Mengkualifikasi Mematuhi Melaksanakan nakan Koordinat,
Menyetujui Mengimani nasikan Melayani Menerapkan Mengkalibrasi Mengin-
Menampilkan Menekankan Memperta- Membuktikan Mengenda- tegrasikan
Melaporkan Menyumbang hankan Memecahkan likan Beradap-tasi
Memilih Membangun Mengem-
Mengatakan Membentuk bangkan
Memilah pendapat Merumus-
Menolak Memadukan kan,
Mengelola Memodifi-
Menegosiasi kasi
Merembuk Master

3. Penulisan Instrumen Penilaian/Soal:

Mengingat bahwa: (a) indikator (pencapaian kompetensi) merupakan jabaran dari kompetensi dasar yang dirumuskan lebih
operasional, dan (b) penguasaan tiap siswa pada tiap kompetensi dasar harus dinilai, maka indikator (pencapaian kompetensi) dapat
dijadikanacuan/panduan dalam membuat indikator penulisan instrumen untuk menilai penguasaan kompetensi siswa.

Kriteria indikator penulisan instrumen penilain yang baik:

a. Memuat ciri-ciri dari kompetensi dasar yang hendak diukur


b. Memuat satu (untuk instrumen bentuk obyektif) atau lebih dari satu (instrumen bentuk uraian) kata kerja operasional yang
dapat diukur.
c. Dapat dibuatkan instrumennya

4. Hubungan Kompetensi Dasar (KD) , Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK), dan Indikator Penulisan Soal (IPS)
KD IPK IPS Instrumen

Anda mungkin juga menyukai