Oleh
Kelompok 5
Mukti Aji Guno (1613021
Mulia Arifianti (1613021
Tri Firma Yustianingsih (1613021
Indira Putri Gumilang (1613021031)
Elsi Bella Pratiwi (1613021049)
Segala puji bagi Allah Swt atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah dan Filsafat
Matematika.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan
dari banyak pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan agar penulisan makalah bisa menjadi lebih
baik lagi dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah ini menjadi
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang..................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan Penulisan
II. PEMBAHASAN
2.2 Godel
III. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
manusia secara kritis, dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak di
tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu,
memberikan argumentasi, dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari
manusia.
matematika?
yang lebih besar pada masa sekarang ini, dan kemajuan-kemajuan dalam logika
terdapat dua aliran pikiran dalam filsafat matematikai kontemporer (dan, sampai pada
taraf tertentu, dalam metafisika dan epistemologinya). Salah satu kelompok meyakini
harfiah, “pada nilai permukaan'. Aliran pikiran yang kedua adalah kebalikan dari
yang pertama tersebut. Para penganutnya bersikap skeptik terhadap matematika, jika
pernyataan “nol adalah suatu bilangan asli” merupakan sebuah aksioma aritmetika,
dan pernyataan “untuk setiap bilangan asli n, terdapat bilangan m > n sedemikian
Di dalam peristilahan yang kita gunakan, penganut-penganut aliran yang pertama ini
epistemologis serius yang harus diatasi oleh kelompok ini. Misalnya, bagaimana
apakah yang dapat kita miliki bahwa pemyataan-pemyataan kita tentang objek-objek
Kita segara meninjau beberapa orang realis ontologis. Tokoh-tokoh yang dibahas di
sini adalah juga realis dalam nilai kebenaran. meyakini bahwa sebagian besar
pernyataan matematis adalah benar atau salah secara obektif, tidak terikat pada para
memaksudkan apa yang mereka katakana, dan bahwa apa yang dikatakan oleh para
matematikawan, sebagian besarnya adalah benar. Beberapa realis ontologis yang telah
disebutkan pada bagian-bagian sebelumnya antara lain Plato, Gottlob Frege, dan neo-
Kurt Go ̈del adalah salah seorang logikawan yang paling berpengaruh dalam sejarah.
mempublikasikan sedikit artikel dalam bidang filsafat. Go ̈ del 1944 dibuka dengan
sebuah kutipan tentang pandangan awal Bertrand Russell bahwa logika “berkenaan
dengan dunia real senyata ‘zoologi’, meski dengan sifat-sifat yang lebih abstrak dan
umum" (Russell l9l9: 169). Dengan memperhatikan logisisme Russell, tampak bahwa
baginya, matematika adalah juga terkait dengan sifat-sifat umum dari 'dunia nyata'.
pernyataan matematis adalah benar atau salah. secara objektif. Namun demikian, pada
logis'. Go ̈ del berpendapat bahwa anti-realisme ontologis semacam itu tidak dapat
dipertahankan.
Banyak sekali filsafat matematika Russell berfokus pada prinsip ‘lingkaran setan’,
yang dirangkumkan Go ̈ del sebagai “tidak satu pun totalitas dapat memuat anggota-
anggota yang dapat didefinisikan hanya sehubungan dengan totalitas itu, atau
(1) Tidak satu pun totalitas dapat memuat anggota-anggota yang dapat
totalitas itu.
(3) Tidak satu pun totalitas dapat memuat anggota-anggota yang mensyaratkan
totalitas itu.
Prinsip (2) dan prinsip (3) tersebut masuk akal, meski tentu saja tergantung pada apa
arti dari 'melibatkan' dan 'mensyaratkan'. Prinsip ini menyisihkan apa yang disebut
kepada praktik. Go ̈ del memandang hanya bentuk (1) dari prinsip lingkaran setan
definisi yang merujuk kepada kumpulan yang memuat entitas yang sedang
klasik tidak memenuhi bentuk pertama dari prinsip lingkaran setan, karena aksioma-
dalam formalisme ini hanya dengan merujuk ke semua bilangan real” (Go ̈ del I944:
455). Dengan demikian, bentuk pertama darii prinsip lingkaran setan tidak sejalan
dengan matematika klasik. Go ̈ del mengatakan bahwa dia “memandang ini sebagai
bukti bahwa [versi] prinsip lingkaran setan ini salah, bukan bahwa matematika
Russell dan praktik matematis. Dia memandang bahwa versi (1) dari prinsip
lingkaran setan berlaku jika dan hanya jika seseorang menganut sudut pandang
konstruktivis terhadap objek-objek dalam matematika (Go ̈ del 1944: 456). Seperti
yang kita ketahui, bagi seorang realis dalam ontologi, definisi bukanlah resep untuk
menciptakan objek, tetapi hanya suatu metode untuk mendeskripsika atau menunjuk
kepada entitas yang memang telaha ada. Dari perspektif ini, definisi-definisi
Go ̈ del juga memandang realisme yang dianutnya sesuai dengan versi (2) dan versi
(3) yang masuk akal dari prinsip lingkaran setan: “keadaan seperti itu tidak akan ...
mengkontradksi bentuk kedua dari prinsip lingkaran setan, karena seseorang tidak
totalitas ‘melibatkan’ totalitas ini, meski deskripsi itu sendiri memang melibatkan
totalitas ini; tidak pula keadaan seperti itu mengkontradiksi bentuk ketiga, jika
dapat-diketahui-an’.
Salah satu aspek utama dari filsafat Go ̈ del adalah suatu analogi antara objek-objek
matematis dan objek-objek fisik biasa. Dia menelusuri gagasan ini kepada Russell.
Disini Go ̈ del (1944: 449), membuat isyarat yang paling menarik –dan paling
Tidaklah sepenuhnya jelas apa yang dimaksudkan Go ̈ del dengan istilah intuisi
matematis atau dengan analogi antara matematika dan fisika. Terdapat perbedaan
persamaan dan pertidaksamaan dasar, memiliki suatu jenis "evidensi tak terbantahkan
yang mungkin paling cocok dibandingkan dengan persepsi inderawi” (hlm. 449). Ini
yang kita pandang bersifat mewajibka sehingga kita coba jelaskan dengan teori
Pada karya tulis dia yang selanjutnya, Go ̈ del mendukung filsuf yang memandang
eksistensi objek-objek matematis tidak terikat pada kontruksi-kontruksi kita dan pada
kita memiliki intuisi atas objek-objek itu secara individual ..." (Go ̈ del l964: 474).
Jadi barangkali Go ̈ del memang meyakini bahwa kita memiliki sejenis pemahaman
sebaiknya jangan dulu memahami semua itu secara terlalu harfiah di sini.
‘intuitif’ kita tentang objek-objek fisik. Sebuah gedung yang dilihat dari dekat
tampak jauh lebih besar daripada gedung yang sama saat dilihat dari jauh. Jelaslah,
kita meyakini bahwa persepsi inderawi yang besar dan persepsi inderawi yang kecil
tersebut keduanya merupakan persepsi-persepsi atas gedung yang sama. Lebih lanjut,
optik didunia fisik dan antinom-antinom seperti Paradoks Russell dalam realrn
Penggunaan istilah “intuisi” oleh Go ̈del secara eksplisit merujuk kepada pandangan
Kant. Gagasan pokok dari suatu objek fisik tidak terkandung pada persepsi-persepsi
itu sendiri, tetapi diberikan oleh pikiran. Kita telah membahas ilsafat matematika dari
Browser. Namun demikian. Go ̈ del meninggalkan Kant dan para intuisionis dengan
realisme ontologis yang dianutnya. Dia mengatakan bahwa, bagi Kant intuisi bersifat
berkenaan dengan bentuk-bentuk pokok dari persepsi. Bagi Kant, dan bagi para
intuisionis penganut Kant, matematika bersifat ‘tergantung pada pikiran’. Di sisi lain,
Go ̈ del memandang bahwa matematika pokok ‘yang diketahui’ mungkin
penginderaan, kehadiran matematika pokok tertentu yang telah diketahui itu mungkin
ditimbulkan oleh sejenis hubungan lainnya antara diri kita sendiri dan realitas. Jadi,
Perbedaan antara Go ̈ del dan para penganut pandangan Kant berpengaruh kepada
atau, sekurang-kurangnya dapat selengkapnya diketahui dalam intuisi” (Go ̈del 1964:
474). Bagi seseorang penganut Kant, tidak terdapat yang lain-lainnya bagi objek-
objek matematis selain dari yang diketahui dalam intuisi. Di sisi lain Go ̈ del
memandang bahwa meski intuisi merepresentasika suatu hubungan antara kita dan
demikian pula dunia fisik. Inilah maksud dari tidak terikat pada pikiran (mind-
independent).
Pada artikel sebelumnya. Go ̈ del mengungkapkan kekaguman atas teori tanpa kelas
dari Russell sebagai ”salah satu dan sedikit contoh, yang disajikan secara terperinci,
dilakukan untuk menyangkal pandangan bahwa objek-objek fisik adanya tidak terikat
pada pikiran, dan untuk mengkonstruksi objek-objek seperti itu dari data inderawi.
Pada umumnya disepakati bahwa seluruh upaya semacam itu telah gagal. Go ̈ del
ciri dan sebagainya) juga gagal: “kelas-kelas dan konsep-konsep yang dikemukakan
(via teori tanpa-kelas] tidak memiliki semua silat yang disyaratkan untuk
untuk pandangan bahwa logika dan matematika (seperti halnya fisika) dibangun pada
aksioma-aksioma dengan muatan yang real, dan muatan ini tidak dapat dihilangkan
Go ̈ del lebih lanjut mengambil analogi antara matematika dan fisika. Kita
mempelajari tentang objek-objek fisik via aktivitas ilmiah sains yang sangat teoretik.
Meski teori-teori dalam sains harus terkait dengan observasi. namun teori-teori ini
'melampaui' observasi. Kita tidak melihat atom dan elektron, tetapi atom dan elektron
membantu kita memahami objek-objek yang kita tidak lihat. Berdasarkan analogi,
matematis yang kuat. Selain itu, “telah terbukti bahwa solusi masalah-masalah
aritmetik”. (Go ̈del I944: 449). Go ̈del di sini menunjuk kepada fakta bahwa beberapa
dalam teori-teori yang lebih kaya seperti analisis real dan teori himpunan. Mengapa
kita bukan realis, pada tingkatan tertentu, tentang bilangan-bilangan bulat dan tentang
himpunan-himpunan?
Focus utama dari tulisan Go ̈del pada tahun 1964 adalah ‘hipotesis kontinuum’, suatu
Georg Cantor menunjukkan bahwa tidak terdapat korespondensi satu satu antara
yang ukurannya di antara ukuran himpunan bilangan asli dan ukuran himpunan
bilangan real? Dengan kata-kata lain, apakah terdapat suatu himpunan infinit S dari
antara S dan bilangan-bilangan asli dan tidak terdapat korespondensi satu-satu antara
ukuran himpunan bilangan real (dan, dengan demikian, tidak terdapat himpunan-
with choice (ZFC). Go ̈del (I938) menunjukkan bahwa jika ZFC konsisten, maka ZFC
plus CH adalah juga konsisten. Dengan kata-kata lain, kita tidak mungkin
meruntuhkan hipotesis kontinuum dalam ZFC (kecuali ZFC tidak konsisten). Pada
tulisannya tahun 1964, Go ̈ del mengajukan konjektur bahwa tidaklah mungkin pula
membuktikan CH dalam ZFC. Konjektur ini dikukuhkan oleh Paul Cohen (1963,
meski Go ̈ del tidak mengetahui hasil ini saat dia menulis tahun l964). Dengan
CH. Seorang deduktivis, misalnya, mengklaim bahwa jika Ф adalah suatu pernyataan
dalam bahasa ZFC, maka ‘Ф benar’ dapat ditafsirkan ‘Ф dapat dideduksi dari
bahwa CH tidak benar atau tidak salah. Serupa demikian, Hilbert memandang semua
Karena CH tidak dapat dibuktikan maupun diruntuhkan dalam ZFC, ia tidak memiliki
bahwa istilah-istilah primitif dari teori himpunan memiliki makna yang tertentu, dan
oleh karena itu “konsep konsep dan teorema-teorema yang terkait teori himpunan
Cantor mestilah benar atau salah" (Go ̈del I964: 476). Jadi, bagi Go ̈del, independensi
olehnya. Begitu juga untuk teori himpunan: “tampaknya mungkin bahwa untuk
aksioma-aksioma baru yang didasarkan pada gagasan yang sejauh ini tidak diketahui.
Barangkali juga kesukaran-kesukaran yang tampaknya tidak dapat diatasi yang telah
fakta bahwa aksioma-aksioma yang diperlukan untuk itu belum ditemukan." (Godai
I944: 449).
“mengungkap konsep himpunan”. Seperti kita lihat, dia meyakini bahwa aksioma-
aksioma dasar teori himpunan memiliki kemestian intrinsik, dan aksioma-aksioma itu
“memaksakan diri kepada kita sebagai benar.” Suatu hal yang baik, tentu saja, bila
aksioma-aksioma baru menikmati kemestian intrinsik seperti itu, tetapi Go ̈ del
meyakini bahwa matematika dapat berjalan tanpa kemestian intrinsik. Kembali, dia
Suatu keputusan yang mungkin tentang kebenaran [dari suatu aksioma baru
yang diajukan] adalah mungkin . . . dalam satu cara lainnya, yaitu, secara
bantuan aksioma baru itu-jauh lebih sederhana dan lebih mudah untuk
yang, tanpa mempersoalkan apakah mereka bersifat mesti secara intrinsik atau
artian yang sama seperti sebarang teori fisika yang telah mapan. (Go ̈del 1964:
477).
Ini merupakan gema yang menarik dari Program Hilbert, yang juga membicarakan
kebenaran objektif.
berkenaan dengan suatu realm ideal objek-objek yang adanya tidak terikat pada kita.
Dunia matematis bersifat kekal dan abadi. Jadi, realisme Go ̈ del mendukung
pandangan yang telah bertahan lama bahwa kebenaran matematis bersifat mesti, dan
objek-objek fisik biasa. Bagaimana dengan pengetahuan matematis? Jika kita taat
aksioma yang memiliki, seperti Go ̈ del katakan, kemestian intrinsik, maka kiranya
pengetahuan matematis bersifat apriori, atau tidak terikat pada pengalaman (asalkan
Kant dalam pikiran Go ̈ del, maka masuk akal dianggapkan bahwa dia memandang
umum bahwa pengetahuan matematis adalah, atau seharusnya, bersifat pasti? Seperti
bersifat falibel. Jadi, matematika tidak pasti secara absolut. Kepastian absolut ini
mungkin [ada]”. Pada tulisannya yang lebih dahulu, Go ̈ del mengakui bahwa
seandainya suatu metodologi seperti ini lazim, maka “matematika mungkin
kehilangan cukup banyak ‘kepastian mutlak'-nya. tetapi ini telah jauh berlangsung
bahwa suatu aksioma matematis yang baru akan diterima berdasarkan kesuburannya
spekulatif saja dalam keadaan sains dan matematika saat ini. Kita masih jauh dari
matematis baru yang diajukan dan prinsip-prinsip dalam fisika. Namun demikian,
akan kehilangan status apriori-nya. Pada situasi tersebut, kita akan menggunakan
W.V.O. Quine, salah seorang filsuf kontemporer yang paling berpengaruh (sekurang-
kurangnya di sisi Amerika dari Samudera Atlantik), adalah penerus empirisisme teguh
dari John Stuart Mill. Ingat kembali bahwa tema utama dari empirisisme yaitu bahwa
inderawi. Seperti kita lihat, filsafat matematika dari Mill tergoyahkan karena
hasiljumlah aritmetik yang kecil. Sebagian alasan dari kegagalan Mill adalah
individual. Seperti kita menjadi yakin bahwa semua burung gagak berwarna hitam
dengan mengamati banyak burung gagak, kita menjadi yakin bahwa 2 + 3 = 5 dengan
Salah satu sifat lain yang terkait dalam filsafat Quine adalah naturalisme teguh, yang
“ditinggalkannya tujuan filsafat pertama" dan “pengakuan bahwa di dalam sains itu
sendiri realitas hendaknya diidentifikasi dan dideskripsikan” (Quine l98l: 72). Filsafat
tidak berdiri mendahului sains, tidak pula berperan untuk menjustifikasi pernyataan-
pernyataan dalam sains. Epistemologi harus berpadu dengan sains alam, terutama
sebagai pertimbangan yang berlaku" dan “warisan teori dunia itu utamanya adalah
teori dalam sains, produk mutakhir dari upaya ilmiah sains.” Bersama Mill, Quine
Tulisan awal Quine sebagian besar merupakan reaksi terhadap satu aliran empirisisme
lain, yaitu positivisme logis dari gurunya, Rudolf Carnap, dan tokoh-tokoh lain dalam
Lingkaran Vienna. Seperti telah kita ketahui, Camap tidak meyakini bahwa
Pada artikel yang penting bagi filsafatnya, Two Dogma of Empiricism (l95l), Quine
membangun latar bagi empirisisme teguhnya. Dia menyerang 'dogma' bahwa terdapat
didasarkan pada makna-makna yang tidak terikat pada fakta, dan kebenaran-
kebenaran sintetik, yang didasarkan pada fakta (Quine l95l: 20). Quine tentu tidak
mengingkari pepatah lama bahwa nilai kebenaran dari setiap kalimat yang tak-
bagaimana adanya dunia Tesis yang diajukan Quine yaitu bahwa faktor-faktor bahasa
dan faktor-faktor dunia saling terjalin, dan tidak terdapat keterpisahan tajam antara
semua itu. Jadi, tidaklah bermakna bila dikatakan bahwa suatu kalimat tertentu benar
berdasarkan bahasa semata. Bagi Quine, satu “dogma” lain yang ditolaknya adalah
Gagasan di balik ‘dogma’ ini yaitu bahwa masing-masing pernyataan yang bemakna
Sebagai pengganti untuk dua ‘dogma’ itu, Quine mengajukan metafora bahwa sistem
simpul-simpul lain dalam jaring tersebut. Beberapa hubungan tersebut bersifat logis,
dalam artian bahwa menerima beberapa keyakinan mensyaratkan penerimaan atas
menimpa jaring hanya pada batas-batas luar, melalui iritasi-iritasi pada ujung-ujung
Bagi Quine, “sains adalah suatu alat untuk memprediksi pengalaman yang akan
datang berdasarkan pengalaman yang telah lalu” (Quine I95 I: 56). Pada akhirnya,
satu-satunya evidensi yang relevan dengan suatu teori adalah pengalaman inderawi.
yang tegas, seorang ilmuwan sains memiliki banyak pilihan atas yang manakah dari
teknis untuk pandangan Quine adalah holisme. Ini adalah penolakan terhadap
Para kritik terhadap pandangan Quine menyebutkan bahwa beberapa kalimat ternyata
Perhatikan, dilema ini mensyaratkan bahwa jika suatu kalimat tidak benar
berdasarkan makna, maka ia tidak dapat dikukuhkan oleh pengalaman inderawi. Pada
sebarang kasus, barangkali boleh dianggapkan bahwa Quine dapat mengakui bahwa
Bagaimanapun, bahasa adalah bagian dari dunia alamiah, dan seseorang mungkin
pandangan Quine, yaitu bahwa analitisitas tidak dapat memainkan peran sentral
seperti yang dianggapkan oleh para positivis logis. Dengan demikian, gagasannya
adalah bzhwa tidak terdapat kebutuhan filosofis yang real untuk mengedepankan
Kembali ke topik utama kita, apakah matematika itu? Jelaslah, pandangan Quine
terpengaruh logisisme seperti yang dituturkan oleh Carnap. Tanpa realm khusus untuk
Quinc, via jaring keyakinan, memberikan kerangka yang diperlukan untuk menyerang
sesungguhnya, atau paling pokok, dari teori ilmiah sains adalah fisika. Kita menerima
fisika sebagai benar karena kedudukan utamanya dalam jaring keyakinan. Tanpanya,
sebanyak yang dapat kita capai sekarang. Matematika berperan sentral dalam sains-
sains yang serius tanpa melibatkan matematika. Jadi, bagi Quine, matematika itu
matematika sebagai benar dengan alasan yang sama seperti dia menerima fisika
sebagai benar. Matematika terletak jauh dari “batas luar' jaring keyakinan, di mana
memainkan peran esensial dalam jaring keyakinan. Fisika, kimia, dan bersama itu,
objek biasa dengan alasan serupa-karena kedudukan mereka dalam jaring keyakinan.
Mitologi Yunani tidak sedemikian tertanamkan, dan dengan demikian kita tidak
meyakininya.
Apa pun manfaat dari program filosofis umumnya, Quine benar bahwa sukarlah kita
menarik batas yang tajam dan prinsipil di antara matematika dan cabang-cabang sains
yang lebih teoretis, khususnya fisika (tidak temasuk batas-batas jurusan dan faktor-
kontinuum dengan sains eksperimental pada salah satu ujung, sains yang lebih
teoretis dan matematika terapan ke arah tengah, dan matematika murni pada satu
ujung yang lainnya. Disiplin-disiplin ilmu yang berbeda secara alamiah berpadu.
Seorang penganut holisme tidak memiliki pilihan lain kecuali menerima sebagian
besar sains sebagai benar, atau mendekati benar. Oleh karena itu, dia harus pula
Ini mendukung suatu realisme dalam nilai kebenaran. Kita mencapai realisme dalam
ada. Selain itu, dalam pandangan ini tampak bahwa eksitensi objek-objek tidak terikat
pada matematikawan.
Salah satu artikulasi paling jelas dari argumen yang melandasi perspektif Quine
tentang matematika dapat ditemukan dalam Philosophy of Logic dari Hilary Puhun
(1971: ch. 5). Pandangan bahwa tidak terdapat objek-objek abstrak. misalnya
bilangan dan himpunan, saat ini disebut nominalisme. Bagi seorang nominalis, segala
sesuatu yang ada itu bersifat kongkret, atau fisik. Definisikan suatu bahasa
nominalistik sebagai bahasa yang tidak merujuk ke, dan tidak memiliki kuantor-
kuantor yang mencakup pada, objek-objek abstrak. Bagi Putnam, persoalan realisme
Putnam memandang bahwa bahasa nominalistik tidak dapat melakukannya, dan ini
menyiratkan bahwa mereka tidak menganut nominalisme (tetapi, pada suatu waktu,
pengahran Quine terhadap objek-objek abstrak tidak tegas; lihat Goodman dan Quine
1947).
Putnam memandang bahwa fisika klasik dan modern penuh dengan besaran-besaran
yang diukur dengan biiangan-bilangan real: volume, gaya, massa, jarak, suhu,
tekanan udara, percepatan, dan sebagainya. Selain itu, relasi-relasi antara besaran-
'melakukan' sains tanpa menggunakan bilangan-bilangan real, dan oleh karena itu
Putnam ini menyatakan hanya terdapat satu pengertian 'eksistensi'. Objek-objek fisik
pengertian yang sama. Pada semua kasus, kriterianya adalah penggunaan objek-objek
memberikan apa pun layaknya penjelasan terperinci tentang peran matematika dalam
sains-sains alam. Pandangan Quine-Putnarn tidak memecahkan masalah-masalah
filosofis mana pun tentang aplikabilitas matematika. Lebih tepatya, Quina dan
para nominalis untuk menunjukkan bahwa matematika sama sekali dapat diabaikan.
pengetahuan matematis itu bersifat apriori. Sekali lagi, sebagai seorang empirisis
yang teguh, Quine menolak inti gagasan pengetahuan apriori. Semua pengetahuan-
sumber-sumber lain bagi pengetahuan. Selain itu, Quinc meyakini bahwa tidak ada
kebenaran yang bersifat mesti, atau pasti secara mutlak dalam artian tidak dapat
diperbaiki atau tidak dapat direvisi berdasarkan pengalaman yang akan datang.
Tidaklah cukup kita meninggalkan hal-hal begitu saja dengan penolakan besar-
yaitu menjelaskan mengapa matematika dianggapkan, pada masa lalu dan saat ini,
sebagai bersifat mesti, pasti, dan diketahui apriori. Apakah yang telah menyesatkan
para leluhur kita dan terus menyesatkan banyak sekali dari kita saat ini? Bagi Quine,
matematika tertanamkan secara dalam pada jaring keyakinan, seperti halnya bagian-
bagian yang lebih teoretis dari sains-sains alam. Ini secara sendirinya tidak
bersifat apriori. Tidak seorang pun cenderung untuk keliru menyimpulkan bahwa
fisika teoretis bersifat mesti dan diketahui apriori (kecuali rasionalisme tradisional).
Salah satu perbedaan antara matematika dan fisika teoretis adalah kita tidak dapat
sebaliknya. Kita tidak dapat memahami 7 + 5 sebagai selain 12. Tetapi, ini adalah
suatu sifat psikologis manusia, bukan pemahaman metafisik mendalam tentang sifat
berkesimpulan (secara keliru) bahwa kebenaran matematis bersifat mesti. Selain itu,
matematika meresap ke dalam jaring sains, dalam artian ia memainkan peran dalam
hampir setiap sela dan celah. Karena matematika juga sangat tersebar luas, maka ia
sangat tidak cenderung menjadi bidang yang direvisi oleh observasi-observasi yang
tegas. Saat kita memiliki data yang meruntuhkan suatu teori, maka seorang ilmuwan
sains akan memeriksa untuk memodifikasi bagian-bagian lebih terkait sains dalam
teori itu, dan bukan matematikanya. Alasan untuk hal tersebut bersifat pragmatis,
bukan metafisik. Modifikasi terhadap matematika akan menyebabkan terlalu banyak
kerusakan bagi bagian-bagian lain dari jaring, sehingga akanlah sukar mencapai
apriori dalam artian bahwa matematika “dipertahankan tetap” saat ilmuwan sains
memeriksa kesesuaian teori dengan observasi. inilah sedekat mungkin yang mereka
mampu ke arah pandangan tradisional bahwa matematika mesti dan diketahui apriori.
Para pengikut Quine menegaskan bahwa revisi-revisi pada matematika (dan logika)
Dari holisme dan empirisismenya, Quine menerima sebagai benar hanya bagian-
bagian dari matematika yang menemukan aplikasi dalam sains. Tegasnya, agar
seorang pengikut Quine menerima suatu cabang matematika, maka haruslah terdapat
koneksi, betapa pun jauh, antara pernyataan-pernyataan dari cabang itu dan
observasi-observasi inderawi. Jika tidak demikian, matematika itu bukan, atau tidak
seharusnya menjadi, bagian dari jaring keyakinan. Quine berkata bahwa dia dapat
memaksudkan bahwa suatu cabang matematika dapat diterima jika ia berperan dalam
sebagaimana yang dikehendaki untuk penggunaan dalam sains empirik bagi saya
adalah setara dengan yang lain-lainnya dalam sains. [Sebagian dari teori himpunan
tingkat lanjut adalah] pada pijakan yang sama sepanjang [ia] berkenaan dengan suatu
pembulatan untuk tujuan penyederhanaan, tetapi apa yang lebih jauh lagi setara
dengan sistem-sistem yang tidak diinterpretasikan” (Quine I984: 788). Untuk cabang-
cabang yang tidak diinterpretasikan, Quine mengambil posisi hipotetis, sangat mirip
suatu kriterion kebenaran matematis. Sebagian besar, mereka sama sekali tidak
berurusan dengan aplikasi-aplikasi dalam kerja sehari-hari mereka, dan mereka tidak
(1990) bagi realisme ontologis dan nilai kebenaran yang mensintesis aspek-aspek dari
Seperti Quine (dan Mill), Maddy adalah seorang naturalis. Dia mengargumentasikan
bahwa realisme ontologis tentang suatu type entitas terjustifikasi jika eksistensi
objektif dari entitas-entitasnya merupakan bagian dari penjelasan terbaik kita tentang
matematika bersifat esensial bagi sains modern, dan sains modern ini adalah “teori
terbaik“ yang kita miliki, maka kita memiiiki alasan yang bagus untuk meyakini
pilihan dalam perkara ini. Namun demikian, Maddy memandang sebagai suatu
matematika, bukan hanya bagian-bagian yang terbukti berguna bagi para ilmuwan
teoretis dari jaring keyakinan adalah apa pun kecuali apa yang serta-merta dapat jelas,
dan oleh karena itu tidaklah tepat matematika dimasukkan ke dalam bagian-bagian
tingkat yang bawah, kita memiliki “intuisi”, yang mendukung prinsip-prinsip dasar
dari teori-teori matematis yang pokok. Dengan mengikuti pandangan Gode, aksioma-
aksioma dari berbagai cabang matematika memaksakan diri kepada kita sebagai
benar. Pada tingkat yang atas, matematika dijustifikasi ‘secara ekstrinsik’, melalui
aplikasi-aplikasinya pada matematika di tingkat yang bawah dan pada sains alam.
Tiap tingkatan dari epistemologi Maddy tersebut mendukung satu tingkat yang lain,
Seperti kita ketahui, pengertian Go ̈ del tentang intuisi matematis sering kali dikritik-
sebagai organisme fisik yang menghuni semesta fisik, dapat memiliki pengetahuan
intuitif dari realm objek-objek abstrak yang lembam secara kausal? Bagaimanakah
pikiran manusia, seperti dijelaskan oleh psikologi empirik, dapat mengetahui sesuatu
Ingat bahwa, bagi Go ̈ del, intuisi matematis beranalogi dengan persepsi inderawi.
Maddy mengajukan suatu koneksi yang lebih erat antara matematika dan persepsi
inderawi (Maddy I990: cb. 2, lihat juga 1980). Bagi Maddy, objek-objek matematis
yang hendaknya dijustifikasi adalah himpunan-himpunan, dan oleh karena itu dia
membawa beberapa objek matematis ke dalam dunia fisik, sedemikian hingga masuk
sepenuhnya abstrak, terdiri atas himpunan kosong, powerset dari himpunan kosong,
himpunan mumi’ seperti itu, tidak pula bahwa kita memiliki intuisi-intuisi langsung
cukup kuat di mana setiap sesuatunya adalah suatu objek fisik atau suatu himpunan
kalimat-kalimat independen, dan perkara yang terkait erat tentang apa yang
Maddy untuk melakukan studi ekstensif tentang metodologi matematis dan peran
Mathematics (1997) (Lihat juga Maddy I995, I996). Fokus pada naturalisme
mengemukakan bahwa sifat apriori dan matematika adalah lemah. Barangkali, Maddy
III.1Kesimpulan
Secara umum, terdapat dua aliran pikiran dalam filsafat matematikai
kontemporer (dan, sampai pada taraf tertentu, dalam metafisika dan
epistemologinya). Salah satu kelompok meyakini pernyataan-pernyataan dalam
matematika seharusnya dipahami kurang lebih secara harfiah, “pada nilai
permukaan'. Aliran pikiran yang kedua adalah kebalikan dari yang pertama
tersebut.
Sifat-sifat pandangan realisme dalam ontologi kontemporer
1. Sifat-sifat pandangan realisme dalam ontologi kontemporer antara lain:
2. Para realis ontologis memahami pernyataan-pernyataan matematis dengan
pemaknaan harfiah langsung;
3. Hanya terdapat satu jenis 'eksistensi', yang aplikabel pada matematika maupun
pada wacana biasa;
4. Kebanyakan realis ontologis meyakini bahwa eksistensi bilangan-bilangan,
himpunan-himpunan, dan sebagainya, tidak terikat pada pikiran, bahasa, dan
konvensi-konvensi dari matematikawan.
Sifat-sifat intuisi matematis menurut Godel antara lain:
1. intuisi-intuisi (matematis) adalah keyakinan-keyakinan yang telah berurat-
berakar tentang objek-objek matematis.
2. Keyakinan-keyakinan intuitif dapat bersifat menyesatkan dan perlu
diperbaiki oleh teori.
3. Intuisi-intuisi matematis adalah semacam kilasan-kilasan ke dalam suatu
pengetahuan apriori.
2. Naturalisme (dari Mili), bahwa fílsafat tidak berdiri mendahului sains,