DISUSUN OLEH:
Nurhanisah Aini 1906030003
Windy estika 1906030005
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
segenap kekuatan dan kesanggupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.
i
Dalam tugas ini, penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak
KhaoirulMatondang, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah teoribelajar dan
kemampuan Matematika yang telah memperkenankan kami menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.
Tak ada karya manusia yang benar-benar sempurna, demikian pula dengan tugas ini.
Saran dan kritik yang membangun begitu kami harapkan untuk menjadikan tugas ini tidak
hanya sekedar ide yang berujung pada sebuah gagasan tertulis, namun menjadi sebuah
kreativitas dan ungkapan nyata yang bermanfaat.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR-----------------------------------------------------------------------------------1
DAFTAR ISI----------------------------------------------------------------------------------------------2
BAB I.------------------------------------------------------------------------------------------------------3
PENDAHULUAN----------------------------------------------------------------------------------------3
A. Latar Belakang------------------------------------------------------------------------------------3
B. Rumusan Masalah--------------------------------------------------------------------------------4
C. Tujuan Masalah-----------------------------------------------------------------------------------5
BAB II.-----------------------------------------------------------------------------------------------------6
PEMBAHASAN------------------------------------------------------------------------------------------6
PEMECAHAN MASALAH----------------------------------------------------------------------------6
G. Pemahaman Konsep----------------------------------------------------------------------------12
BAB III.---------------------------------------------------------------------------------------------------17
PENUTUP------------------------------------------------------------------------------------------------17
A. Kesimpulan--------------------------------------------------------------------------------------17
DAFTAR PUSTAKA-----------------------------------------------------------------------------------18
ii
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah yang diangkat pada makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dari masalah matematis?
2. Apa yang dimaksud dari pemecahan masalah?
3. Apa saja langkah-langkah pemecahan masalah itu?
4. Bagaimana mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis?
5. Apa yang dimaksud pemahaman konsep?
6. Apa saja indikator pemahaman konsep?
7. Bagaimana pengembangan instrumen pemahaman konsep?
C. Tujuan Masalah
Dalam belajar matematika pada dasarnya seseorang tidak terlepas dari masalah karena
berhasil atau tidaknya seseorang dalam matematika ditandai adanya kemampuan dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Bell (1978: 157) menyatakan bahwa pertanyaan
merupakan masalah bagi seseorang bila ia menyadari keberadaaan situasi itu, mengakui
bahwa situasi itu memerlukan tindakan dan tidak dengan segera dapat menemukan
pemecahan atau penyelesaian situasi tersebut. Menurut Dindyal (2005: 70), suatu situasi
disebut masalah jika terdapat beberapa kendala pada kemampuan pemecah masalah. Adanya
kendala tersebut menyebabkan seorang pemecah masalah tidak dapat mememecahkan suatu
masalah secara langsung.
Russeffendi (2006:326) mengemukakan bahwa sesuatu persoalan merupakan masalah
bagi seseorang, pertama bila persoalan itu tidak dikenalnya atau dengan kata lain orang
tersebut belum memiliki prosedur atau algoritma tertentu untuk menyelesaikannya. Kedua,
siswa harus mampu menyelesaikannya, baik kesiapan mental maupun kesiapan pengetahuan
untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut. Ketiga, sesuatu itu merupakan pemecahan
masalah baginya, bila ia ada niat menyelesaikannya. Seringkali dalam menghadapi masalah,
siswa tidak dapat dengan segera memperoleh pemecahannya. Tugas guru adalah membantu
siswa untuk memahami makna kata-kata atau istilah dalam masalah tersebut, memotivasi
mereka untuk senantiasa berusaha menyelesaikannya dan menggunakan pengalaman yang
ada dalam memecahkan masalah, sehingga siswa tidak mudah putus asa ketika menghadapi
suatu masalah.
Krulik dan Rudnik (dalam Dindyal, 2005: 70) menggambarkan suatu masalah sebagai
suatu situasi yang memerlukan pemecahan dan seseorang tidak memiliki alat atau alur yang
nyata untuk memperoleh pemecahan. Sejalan dengan pendapat tersebut Hudojo (1988: 172)
menyatakan bahwa di dalam matematika suatu soal atau pertanyaan akan merupakan masalah
apabila tidak terdapat aturan atau hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk
menemukan jawaban tersebut.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu pertanyaan
merupakan suatu masalah bagi siswa jika ia tidak dapat dengan segera menjawab pertanyaan
tersebut atau dengan kata lain siswa tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan
menggunakan prosedur rutin yang telah diketahuinya.
Sebuah pertanyaan dapat merupakan masalah bagi seseorang akan tetapi belum tentu
menjadi masalah untuk orang lain, demikian pula sebuah pertanyaan tidak selamanya menjadi
masalah bagi seseorang, artinya sebuah pertanyaan mungkin saja menjadi masalah pada
waktu tertentu, tetapi bukan masalah pada waktu yang lain. Ini menunjukkan bahwa masalah
bersifat subyektif bergantung pada waktu dan kemampuan seseorang. Sebagai contoh seorang
siswa SMP menemukan kesulitan saat ia disuruh menghitung tinggi sebuah segitiga, jika
diketahui panjang alas dan sudut alasnya. Namun setelah ia mempelajari perbandingan fungsi
trigonometri, ia dapat secara langsung menghitungnya sehingga pertanyaan tersebut bukan
lagi menjadi masalah baginya.
Menurut Roebyanto, dkk (2017: 2) bahwa sesuatu dianggap masalah jika hal tersebut
memiliki tantangan dan tidak mampu diselesaikan secara terstruktur dan benar oleh
seseorang.
Masalah matematika dapat dibedakan berdasarkan (1) tujuan dari masalah dan (2)
banyaknya jawaban. Berdasarkan tujuannya, masalah dibagi atas dua yaitu masalah
menemukan (problem to find), dan masalah membuktikan (problem to prove) (Polya, 1981).
Masalah menemukan bertujuan untuk menemukan (menghasilkan, membentuk,
mengidentifikasi, atau mendapatkan) suatu objek tertentu yang merupakan bagian yang tidak
diketahui dari masalah. Sedangkan masalah membuktikan bertujuan untuk menunjukkan
bahwa suatu pernyataan tersebut benar atau salah tetapi tidak keduanya. Berdasarkan
banyaknya jawaban, masalah dibagi atas dua yaitu masalah tertutup (close problem) dan
masalah berakhir terbuka (open-ended problem) (Bush & Greer, 1999). Masalah tertutup
hanya mempunyai satu jawaban, sedangkan masalah terbuka mempunyai jawaban lebih dari
satu.
Dalam proses pembelajaran matematika terdapat proses pemecahan masalah yang
sangat penting dan tak terpisahkan. Dalam kehidupan sehari-hari juga, kemampuan
pemecahan masalah amat dibutuhkan, karena di setiap profesi juga dibutuhkan keterampilan
pemecahan masalah.
Terdapat beberapa pakar yang mengemukakan dengan cara berbeda istilah dari
pemecahan masalah tetapi terkandung makna yang sama. Larson dalam Agustan (2017:53)
menjadikan pemecahan masalah (problem solving) sebagai keterampilan kecerdasan paling
utama pada jenjang keterampilan kecerdasan.
Polya dalam Roebyanto dan Sri Harmini (2017: 14) mendefinisikan pemecahan
masalah untuk mencapai suatu tujuan yang tidak segera dapat dicapai dengan usaha mencari
jalan keluar dari suatu kesulitan.
Menurut Mairing (2017: 35) pemecahan masalah mengarahkan pikiran pada masalah
guna memperoleh jawaban. Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai suatu proses
berpikir. Sebagai itu dalam pemecahan masalah lebih memperhatikan proses peserta didik
dalam memperoleh jawaban, ketimbang dengan jawabannya.
Ruseffendi (1991b) mengemukakan bahwa suatu soal merupakan soal pemecahan
masalah bagi seseorang bila ia memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk
menyelesaikannya, tetapi pada saat ia memperoleh soal itu ia belum tahu cara
menyelesaikannya. Dalam kesempatan lain, Ruseffendi (1991a) juga mengemukakan bahwa
suatu persoalan itu merupakan masalah bagi seseorang jika: pertama, persoalan itu tidak
dikenalnya. Kedua, siswa harus mampu menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnya maupun
pengetahuan siapnya; terlepas daripada apakah akhirnya ia sampai atau tidak kepada
jawabannya. Ketiga, sesuatu itu merupakan pemecahan masalah baginya, bila ia ada niat
untuk menyelesaikannya.
Lebih spesifik, Sumarmo (1994) mengartikan pemecahan masalah sebagai kegiatan
menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika
dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan atau
menguji konjektur. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan Sumarmo tersebut, dalam
pemecahan masalah matematika tampak adanya kegiatan pengembangan daya matematika
(mathematical power) terhadap mahasiswa.
Pemecahan masalah merupakan salah satu tipe keterampilan intelektual yang menurut
Gagné, dkk (1992) lebih tinggi derajatnya dan lebih kompleks dari tipe keterampilan
intelektual lainnya. Gagné, dkk (1992) berpendapat bahwa dalam menyelesaikan pemecahan
masalah diperlukan aturan kompleks atau aturan tingkat tinggi dan aturan tingkat tinggi dapat
dicapai setelah menguasai aturan dan konsep terdefinisi. Demikian pula aturan dan konsep
terdefinisi dapat dikuasai jika ditunjang oleh pemahaman konsep konkrit. Setelah itu untuk
memahami konsep konkrit diperlukan keterampilan dalam memperbedakan.
Menurut penjelasan di atas tentang pemecahan masalah matematis, maka pada
penelitian ini pemecahan masalah matematik ialah cara yang dipakai untuk memahami,
meyusun dan melaksanakan penyelesaian masalah pada model yang ditentukan. Pemecahan
masalah juga dapat dikembangkan oleh peserta didik dengan bantuan dari tenaga pengajar
atau dengan memberi latihan soal-soal guna melatih peserta didik dalam memecahkan
masalah. Hal yang penting untuk dimiliki oleh peserta didik yaitu cara pemecahan masalah,
karena dalam memecahkan masalah juga ada pada kehidupan sehari-hari dan bisa digunakan
untuk waktu mendatang.
Mengacu pada pendapat-pendapat di atas, pemecahan masalah dapat dilihat dari
berbagai pengertian. Upaya mencari jalan keluar yang dilakukan dalam mencapai tujuan
pemecahan masalah. Juga memerlukan kesiapan, kreativitas, pengetahuan dan kemampuan
serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu pemecahan masalah
merupakan persoalan-persoalan yang belum dikenal; serta mengandung pengertian sebagai
proses berpikir tinggi dan penting dalam pembelajaran matematika.
Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh
mahasiswa. Bahkan tercermin dalam konsep kurikulum berbasis kompetensi. Tuntutan akan
kemampuan pemecahan masalah dipertegas secara eksplisit dalam kurikulum tersebut
yaitu, sebagai kompetensi dasar yang harus dikembangkan dan diintegrasikan pada sejumlah
materi yang sesuai.
Pentingnya kemampuan penyelesaian masalah oleh mahasiswa dalam matematika
ditegaskan juga oleh Branca (1980) berikut ini.
1. Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran
matematika.
2. Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan
proses inti dan utama dalam kurikulum matematika .
3. Penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar
matematika.
Pandangan bahwa kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum
pengajaran matematika, mengandung pengertian bahwa matematika dapat membantu dalam
memecahkan persoalan baik dalam pelajaran lain maupun dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karenanya, kemampuan pemecahan masalah ini menjadi tujuan umum pembelajaran
matematika.
Walaupun kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang tidak mudah
dicapai, akan tetapi oleh karena kepentingan dan kegunaannya maka kemampuan pemecahan
masalah ini hendaknya diajarkan kepada mahasiswa pada semua tingkatan. Berkaitan dengan
hal ini, Ruseffendi (1991b) mengemukakan beberapa alasan soal-soal tipe pemecahan
masalah diberikan kepada mahasiswa adalah sebagai berikut:
1. dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi, menumbuhkan sifat
kreatif;
2. di samping memiliki pengetahuan dan keterampilan (berhitung dan lain-lain),
disyaratkan adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat
pernyataan yang benar;
3. dapat menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, dan beraneka ragam, serta
dapat menambah pengetahuan baru;
4. dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya;
5. mengajak peserta didik memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu
membuat analisis dan sintesis, dan dituntut untuk membuat evaluasi terhadap
hasil pemecahannya;
6. merupakan kegiatan yang penting bagi peserta didik yang melibatkan bukan
saja satu bidang studi tetapi mungkin bidang atau pelajaran lain.
1. Memahami Masalah
2. Menyusun Rencana
3. Melaksanakan Rencana
4. Mengevaluasi Kembali
Berikut indikator yang dipakai dalam pemecahan masalah yang disajikan pada Tabel2.1
sesuai dengan langkah-langkah Polya.
Langka Pemecahan Masalah Indikator tahapan pemecahan masalah
h
1. Secara khusus tahapan yang diterapkan oleh Polya dipakai dalam pemecahan
masalah matematis.
2. Di setiap tahap Polya tegas menandakan perbedaan aktifitas baik fisik maupun
mental, seperti “apa yang dipikirkan dan dilakukan peserta didik saat memahami
masalah mampu dibandingkan ketika menyusun perencanaan.
3. Tahapan lain yang dijelaskan sedikit berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh
Polya.
“Arqam diberi tugas oleh pak Marno untuk meletakkan buku di rak perpustakaan. Di rak
pertama ia harus meletakkan 6 buah buku, di rak kedua 11 buah buku, di rak
ketiga 16 buah buku, di rak keempat 21 buah buku. Jika banyaknya rak di
perpustakaan adalah 10, tentukan banyaknya buku yang harus disusun Arqam di
rak terakhir!”
Jawaban :
Dik : rak I (a) = 6, rak II = 11, rak III = 16, rak IV = 21, dan selisih buku di
setiap rak (b)=5
Dit : Banyaknya buku pada rak terakhir (U10)….?
Penyeleseaian :
Menggunakan rumus mencari sukuk ke-n barisan bilangan
un =a+(n−1) b
Subtitusi data-data kedalam rumus
u10=6 + ( 10−1 ) 5
u10=6 + ( 9 ) 5
u10=6 +45
u10=51
Jadi, banyaknya buku di rak terakhir u10 adalah 51 buah buku.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Memahami Masalah
2. Menyusun Rencana
3. Melaksanakan Rencana
4. Mengevaluasi Kembali
DAFTAR PUSTAKA
Branca, N.A. 1980. Problem Solving as A Goal, Proccess and Basic Skill. Dalam Krulik &
RE. Reys (ed). Problem Solving in School Mathematic. Virginia: NCTM Inc.
Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Fauzan, Ahmad. 2011. Modul 1 Evaluasi Pembelajaran Matematika: Pemecahan Masalah
Matematika. Evaluasimatematika.net: UNP.
Gagne, R.M. 1992. The Condition of Learning and Theory of Instruction. New York:
Rinehart and Winston.
Isrok’atun. 2006. Pembelajaran Matematika dengan Strategi Kooperatif Tipe STAD Siswa
SMP Negeri di Bandung melalui Pendekatan Pengajuan Masalah. Bandung: Tesis
SPs UPI. Tidak diterbitkan.
NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standars for School Mathematics. Reston, VA:
NCTM.
Polya, G. 1985. How to Solve it: A New Aspect of Mathematic Method(2 nd ed. ). Princenton,
New Jersey: Princenton University Press.
Rothstein & Pamela. 1990. Educational Psychology. New York: Mc. Graw Hill Inc.
Ruseffendi, ET. 1991a. Pengantar Matematika Modern dan Masa Kini untuk Guru dan
PGSD D2 Seri Kedua. Bandung: Tarsito.
Ruseffendi, ET. 1991b. Pengantar Matematika Modern dan Masa Kini untuk Guru dan
PGSD D2 Seri Kelima. Bandung: Tarsito.
Soleh, Muhammad. 1998. Pokok-Pokok Pengajaran Matematika di Sekolah. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Depdikbud.
Sujono (1988). Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek
Pengembangan LPTK, Depdikbud
Sumarmo, U, Dedy, E dan Rahmat (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk
MeningkatkanPemecahan Masalah Matematika pada Guru dan Siswa SMA.
Laporan Hasil Penelitian FPMIPA IKIP Bandung