Anda di halaman 1dari 18

PEMECAHAN MASALAH

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah TeoriBelajar dan KemampuanMatematika

DISUSUN OLEH:
Nurhanisah Aini 1906030003
Windy estika 1906030005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AL-WASHLIYAH
MEDAN
2022

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
segenap kekuatan dan kesanggupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

i
Dalam tugas ini, penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak
KhaoirulMatondang, M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah teoribelajar dan
kemampuan Matematika yang telah memperkenankan kami menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.
Tak ada karya manusia yang benar-benar sempurna, demikian pula dengan tugas ini.
Saran dan kritik yang membangun begitu kami harapkan untuk menjadikan tugas ini tidak
hanya sekedar ide yang berujung pada sebuah gagasan tertulis, namun menjadi sebuah
kreativitas dan ungkapan nyata yang bermanfaat.

Medan ,12 juni 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR-----------------------------------------------------------------------------------1

DAFTAR ISI----------------------------------------------------------------------------------------------2

BAB I.------------------------------------------------------------------------------------------------------3

PENDAHULUAN----------------------------------------------------------------------------------------3

A. Latar Belakang------------------------------------------------------------------------------------3

B. Rumusan Masalah--------------------------------------------------------------------------------4

C. Tujuan Masalah-----------------------------------------------------------------------------------5

BAB II.-----------------------------------------------------------------------------------------------------6

PEMBAHASAN------------------------------------------------------------------------------------------6

PEMECAHAN MASALAH----------------------------------------------------------------------------6

A. Definisi Masalah Matematis--------------------------------------------------------------------6

B. Hakikat Pemecahan Masalah--------------------------------------------------------------------7

C. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Matematika----------------------------------------9

D. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah-------------------------------------------------10

E. Mengukur Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis----------------------------------11

F. Kemampuan Awal Matematika---------------------------------------------------------------12

G. Pemahaman Konsep----------------------------------------------------------------------------12

H. Pengembangan Instrumen Pemahaman Konsep--------------------------------------------15

BAB III.---------------------------------------------------------------------------------------------------17

PENUTUP------------------------------------------------------------------------------------------------17

A. Kesimpulan--------------------------------------------------------------------------------------17

DAFTAR PUSTAKA-----------------------------------------------------------------------------------18

ii
BAB I.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah suatu keterampilan pada diri


peserta didik agar mampu menggunakan kegiatan matematik untuk memecahkan masalah
dalam matematika, masalah dalam ilmu lain dan masalah dalam kehidupan sehari-hari
(Soedjadi, 1994:36). Kemampuan pemecahan masalah amatlah penting dalam matematika,
bukan saja bagi mereka yang di kemudian hari akan mendalami atau mempelajari
matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang studi lain
dan dalam kehidupan sehari-hari (Russefffendi, 2006: 341).
Salah satu tujuan mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah agar peserta
didik memiliki kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang
diperoleh. Dilihat dari tujuan tersebut pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum
matematika yang cukup penting dalam proses pembelajaran matematika.
Matematika adalah pelajaran yang penting, karena matematika berkaitan erat dengan
kehidupan manusia. Niss (Hadi, 2005: 3) menyatakan salah satu alasan utama diberikannya
matematika kepada siswa-siswa di sekolah adalah untuk memberikan kepada individu
pengetahuan yang dapat membantu mereka mengatasi berbagai hal dalam kehidupan, seperti
pendidikan atau pekerjaan, kehidupan pribadi, kehidupan sosial dan kehidupan sebagai warga
negara. Namun, pentingnya pendidikan matematika tidak sejalan dengan kualitas pendidikan
terjadi di sekolah. Marpaung (2004) menyatakan kualitas pendidikan matematika Indonesia
dalam skala nasional masih kurang memuaskan. Hal ini terlihat pada rendahnya kualitas
kemampuan matematis siswa yang tercermin dari hasil survey Internasional The Trend
Internasional Mathematics and ScienceStudy (TIMSS) dan Programme for International
Student Assesment (PISA) pada tahun 2011, Indonesia hanya menduduki urutan ke-38 dengan
skor 386 dari 42 negara (Driana, 2012). Mencermati hasil tersebut, sudah sepatutnya para
pendidik memiliki kemampuan untuk memilih metode yang tepat dalam pembelajaran
matematika, sehingga siswa dapat berperan lebih aktif selama proses pembelajaran serta
dapat memahami konsep yang sedang dipelajari.
Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental. Dengan
memahami konsep siswa dapat mencapai pengetahuan prosedural matematis. Menurut
Purwanto (1994: 44), pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa
mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Kemampuan
memahami konsep juga dapat diartikan sebagai kemampuan menangkap pengertian-
pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan dalam bentuk lain
yang dapat dipahami, mampu memberikan interpretasi, dan mampu mengklasifikasikannya.
Memahami konsep matematika menjadi syarat untuk dapat menguasai matematika.
Pada setiap pembelajaran, selalu diawali dengan pengenalan konsep agar siswa memiliki
bekal dasar yang baik untuk mencapai kemampuan dasar yang lain seperti penalaran,
komunikasi, koneksi, dan pemecahan masalah. Jika pemahaman konsepnya baik, siswa tidak
sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang dipelajari, tetapi mampu
mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti. Siswa juga dapat
memberikan interpretasi data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan
struktur kognitif yang dimilikinya.
Dewasa ini banyak persoalan yang dihadapi oleh guru matematika maupun oleh siswa
dalam proses pembelajaran matematika. Masalah yang dimaksud antara lain siswa tidak
memahami konsep matematika karena materi pelajaran yang dirasakan siswa terlalu abstrak
dan kurang menarik. Hal ini sangat wajar terjadi karena metode penyampaian materi hanya
terpusat pada guru sementara siswa cenderung pasif, di sisi lain siswa juga tidak diberi
kesempatan berkreasi untuk menemukan sendiri kemampuan pemahaman konsep
matematisnya. Siswa menjadi takut untuk mengemukakan idenya dan merasa enggan untuk
mengajukan pertanyaan, meskipun guru sering meminta siswa untuk bertanya jika ada hal-hal
yang belum jelas atau kurang dimengerti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah yang diangkat pada makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dari masalah matematis?
2. Apa yang dimaksud dari pemecahan masalah?
3. Apa saja langkah-langkah pemecahan masalah itu?
4. Bagaimana mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis?
5. Apa yang dimaksud pemahaman konsep?
6. Apa saja indikator pemahaman konsep?
7. Bagaimana pengembangan instrumen pemahaman konsep?

C. Tujuan Masalah

Tujuan yang akan dicapai dari penyusunan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah dalam matematika.


2. Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja dalam pemecahan masalah.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengukur pemecahan masalah matematis
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pemahaman konsep.
5. Untuk mengetahui indikator dari pemahaman konsep.
6. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan instrumen pemahaman konsep
itu.
BAB II.
PEMBAHASAN
PEMECAHAN MASALAH

A. Definisi Masalah Matematis

Dalam belajar matematika pada dasarnya seseorang tidak terlepas dari masalah karena
berhasil atau tidaknya seseorang dalam matematika ditandai adanya kemampuan dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Bell (1978: 157) menyatakan bahwa pertanyaan
merupakan masalah bagi seseorang bila ia menyadari keberadaaan situasi itu, mengakui
bahwa situasi itu memerlukan tindakan dan tidak dengan segera dapat menemukan
pemecahan atau penyelesaian situasi tersebut. Menurut Dindyal (2005: 70), suatu situasi
disebut masalah jika terdapat beberapa kendala pada kemampuan pemecah masalah. Adanya
kendala tersebut menyebabkan seorang pemecah masalah tidak dapat mememecahkan suatu
masalah secara langsung.
Russeffendi (2006:326) mengemukakan bahwa sesuatu persoalan merupakan masalah
bagi seseorang, pertama bila persoalan itu tidak dikenalnya atau dengan kata lain orang
tersebut belum memiliki prosedur atau algoritma tertentu untuk menyelesaikannya. Kedua,
siswa harus mampu menyelesaikannya, baik kesiapan mental maupun kesiapan pengetahuan
untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut. Ketiga, sesuatu itu merupakan pemecahan
masalah baginya, bila ia ada niat menyelesaikannya. Seringkali dalam menghadapi masalah,
siswa tidak dapat dengan segera memperoleh pemecahannya. Tugas guru adalah membantu
siswa untuk memahami makna kata-kata atau istilah dalam masalah tersebut, memotivasi
mereka untuk senantiasa berusaha menyelesaikannya dan menggunakan pengalaman yang
ada dalam memecahkan masalah, sehingga siswa tidak mudah putus asa ketika menghadapi
suatu masalah.
Krulik dan Rudnik (dalam Dindyal, 2005: 70) menggambarkan suatu masalah sebagai
suatu situasi yang memerlukan pemecahan dan seseorang tidak memiliki alat atau alur yang
nyata untuk memperoleh pemecahan. Sejalan dengan pendapat tersebut Hudojo (1988: 172)
menyatakan bahwa di dalam matematika suatu soal atau pertanyaan akan merupakan masalah
apabila tidak terdapat aturan atau hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk
menemukan jawaban tersebut.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu pertanyaan
merupakan suatu masalah bagi siswa jika ia tidak dapat dengan segera menjawab pertanyaan
tersebut atau dengan kata lain siswa tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan
menggunakan prosedur rutin yang telah diketahuinya.
Sebuah pertanyaan dapat merupakan masalah bagi seseorang akan tetapi belum tentu
menjadi masalah untuk orang lain, demikian pula sebuah pertanyaan tidak selamanya menjadi
masalah bagi seseorang, artinya sebuah pertanyaan mungkin saja menjadi masalah pada
waktu tertentu, tetapi bukan masalah pada waktu yang lain. Ini menunjukkan bahwa masalah
bersifat subyektif bergantung pada waktu dan kemampuan seseorang. Sebagai contoh seorang
siswa SMP menemukan kesulitan saat ia disuruh menghitung tinggi sebuah segitiga, jika
diketahui panjang alas dan sudut alasnya. Namun setelah ia mempelajari perbandingan fungsi
trigonometri, ia dapat secara langsung menghitungnya sehingga pertanyaan tersebut bukan
lagi menjadi masalah baginya.

B. Hakikat Pemecahan Masalah

Menurut Roebyanto, dkk (2017: 2) bahwa sesuatu dianggap masalah jika hal tersebut
memiliki tantangan dan tidak mampu diselesaikan secara terstruktur dan benar oleh
seseorang.
Masalah matematika dapat dibedakan berdasarkan (1) tujuan dari masalah dan (2)
banyaknya jawaban. Berdasarkan tujuannya, masalah dibagi atas dua yaitu masalah
menemukan (problem to find), dan masalah membuktikan (problem to prove) (Polya, 1981).
Masalah menemukan bertujuan untuk menemukan (menghasilkan, membentuk,
mengidentifikasi, atau mendapatkan) suatu objek tertentu yang merupakan bagian yang tidak
diketahui dari masalah. Sedangkan masalah membuktikan bertujuan untuk menunjukkan
bahwa suatu pernyataan tersebut benar atau salah tetapi tidak keduanya. Berdasarkan
banyaknya jawaban, masalah dibagi atas dua yaitu masalah tertutup (close problem) dan
masalah berakhir terbuka (open-ended problem) (Bush & Greer, 1999). Masalah tertutup
hanya mempunyai satu jawaban, sedangkan masalah terbuka mempunyai jawaban lebih dari
satu.
Dalam proses pembelajaran matematika terdapat proses pemecahan masalah yang
sangat penting dan tak terpisahkan. Dalam kehidupan sehari-hari juga, kemampuan
pemecahan masalah amat dibutuhkan, karena di setiap profesi juga dibutuhkan keterampilan
pemecahan masalah.
Terdapat beberapa pakar yang mengemukakan dengan cara berbeda istilah dari
pemecahan masalah tetapi terkandung makna yang sama. Larson dalam Agustan (2017:53)
menjadikan pemecahan masalah (problem solving) sebagai keterampilan kecerdasan paling
utama pada jenjang keterampilan kecerdasan.
Polya dalam Roebyanto dan Sri Harmini (2017: 14) mendefinisikan pemecahan
masalah untuk mencapai suatu tujuan yang tidak segera dapat dicapai dengan usaha mencari
jalan keluar dari suatu kesulitan.
Menurut Mairing (2017: 35) pemecahan masalah mengarahkan pikiran pada masalah
guna memperoleh jawaban. Pemecahan masalah dapat dipandang sebagai suatu proses
berpikir. Sebagai itu dalam pemecahan masalah lebih memperhatikan proses peserta didik
dalam memperoleh jawaban, ketimbang dengan jawabannya.
Ruseffendi (1991b) mengemukakan bahwa suatu soal merupakan soal pemecahan
masalah bagi seseorang bila ia memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk
menyelesaikannya, tetapi pada saat ia memperoleh soal itu ia belum tahu cara
menyelesaikannya. Dalam kesempatan lain, Ruseffendi (1991a) juga mengemukakan bahwa
suatu persoalan itu merupakan masalah bagi seseorang jika: pertama, persoalan itu tidak
dikenalnya. Kedua, siswa harus mampu menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnya maupun
pengetahuan siapnya; terlepas daripada apakah akhirnya ia sampai atau tidak kepada
jawabannya. Ketiga, sesuatu itu merupakan pemecahan masalah baginya, bila ia ada niat
untuk menyelesaikannya.
Lebih spesifik, Sumarmo (1994) mengartikan pemecahan masalah sebagai kegiatan
menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika
dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan atau
menguji konjektur. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan Sumarmo tersebut, dalam
pemecahan masalah matematika tampak adanya kegiatan pengembangan daya matematika
(mathematical power) terhadap mahasiswa.
Pemecahan masalah merupakan salah satu tipe keterampilan intelektual yang menurut
Gagné, dkk (1992) lebih tinggi derajatnya dan lebih kompleks dari tipe keterampilan
intelektual lainnya. Gagné, dkk (1992) berpendapat bahwa dalam menyelesaikan pemecahan
masalah diperlukan aturan kompleks atau aturan tingkat tinggi dan aturan tingkat tinggi dapat
dicapai setelah menguasai aturan dan konsep terdefinisi. Demikian pula aturan dan konsep
terdefinisi dapat dikuasai jika ditunjang oleh pemahaman konsep konkrit. Setelah itu untuk
memahami konsep konkrit diperlukan keterampilan dalam memperbedakan.
Menurut penjelasan di atas tentang pemecahan masalah matematis, maka pada
penelitian ini pemecahan masalah matematik ialah cara yang dipakai untuk memahami,
meyusun dan melaksanakan penyelesaian masalah pada model yang ditentukan. Pemecahan
masalah juga dapat dikembangkan oleh peserta didik dengan bantuan dari tenaga pengajar
atau dengan memberi latihan soal-soal guna melatih peserta didik dalam memecahkan
masalah. Hal yang penting untuk dimiliki oleh peserta didik yaitu cara pemecahan masalah,
karena dalam memecahkan masalah juga ada pada kehidupan sehari-hari dan bisa digunakan
untuk waktu mendatang.
Mengacu pada pendapat-pendapat di atas, pemecahan masalah dapat dilihat dari
berbagai pengertian. Upaya mencari jalan keluar yang dilakukan dalam mencapai tujuan
pemecahan masalah. Juga memerlukan kesiapan, kreativitas, pengetahuan dan kemampuan
serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu pemecahan masalah
merupakan persoalan-persoalan yang belum dikenal; serta mengandung pengertian sebagai 
proses  berpikir  tinggi dan  penting  dalam pembelajaran matematika.
Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh
mahasiswa. Bahkan tercermin dalam konsep kurikulum berbasis kompetensi.  Tuntutan  akan 
kemampuan  pemecahan masalah  dipertegas  secara eksplisit dalam kurikulum tersebut
yaitu, sebagai  kompetensi dasar yang harus dikembangkan  dan diintegrasikan pada sejumlah
materi yang sesuai.
Pentingnya kemampuan penyelesaian masalah oleh mahasiswa dalam matematika
ditegaskan juga oleh Branca (1980) berikut ini.
1. Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum   pengajaran
matematika.
2. Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan
proses inti dan utama dalam kurikulum matematika .
3. Penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar
matematika.
Pandangan bahwa kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum
pengajaran matematika, mengandung pengertian bahwa matematika dapat membantu dalam
memecahkan persoalan baik dalam pelajaran lain maupun dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karenanya, kemampuan pemecahan masalah ini menjadi tujuan umum pembelajaran
matematika.
Walaupun kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan yang tidak mudah
dicapai, akan tetapi oleh karena kepentingan dan kegunaannya maka kemampuan pemecahan
masalah ini hendaknya diajarkan kepada mahasiswa pada semua tingkatan. Berkaitan dengan
hal ini, Ruseffendi (1991b) mengemukakan beberapa alasan soal-soal tipe pemecahan
masalah diberikan kepada mahasiswa adalah sebagai berikut:
1. dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi, menumbuhkan sifat
kreatif;
2. di samping memiliki pengetahuan dan keterampilan (berhitung dan lain-lain),
disyaratkan adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat
pernyataan yang benar;
3. dapat menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, dan beraneka ragam, serta
dapat menambah pengetahuan baru;
4. dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya;
5. mengajak peserta didik memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu
membuat analisis dan sintesis, dan dituntut untuk membuat evaluasi terhadap
hasil pemecahannya;
6. merupakan kegiatan yang penting  bagi peserta didik yang melibatkan bukan
saja satu bidang studi tetapi mungkin bidang atau pelajaran lain.

C. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Matematika


Berikut langkah-langkah pemecahan masalah matematis menurut Polya dalam
Roebyanto, dkk (2017: 38).
1. Memahami Masalah
Tahap pertama dalam memahami masalah adalah peserta didik harus
mengetahui dengan tepat apa yang menjadi permasalahan sehingga dapat
menentukan hal yang diketahui dan ditanyakan oleh suatu permasalahan, serta
dapat mengetahui tujuan dalam memecahkan soal.
2. Menyusun Rencana

Pada tahap menyusun rencana peserta didik diharapkan menggunakan


strategi dalam penyusunan rencana yang menghubungkan unsur apa saja
yang diketahui dan ditanyakan sehingga dapat merumuskan ke dalam
model matematika.
3. Melaksanakan Rencana
Peserta didik dalam melaksanakan rencana harus memutuskan rencana
yang tepat untuk memecahkan masalah, kemudian peserta didik
mendapatkan solusi setelah melakukan proses pengerjaannya. Tahapan ini
terlaksana apabila sudah benar pada tahap kedua.
4. Mengevaluasi Rencana
Tahap akhir ialah mengevaluasi atau peserta didik memeriksa kembali
hasil pekerjaannya dan memperhatikan apakah pertanyaan sesusai dengan
jawaban yang telah dikerjakan.

D. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah

Peserta didik dalam melakukan pemecahan masalah akan memperoleh


pengetahuan dan keterampilan memecahkan masalah. Dari hal tersebut, maka
dibutuhkan indikator-indikator pemecahan masalah sebagai referensi untuk menilai
kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah. Berikut indikator- indikator
yang digunakan untuk memecahkan masalah.

1. Memahami Masalah

2. Menyusun Rencana

3. Melaksanakan Rencana

4. Mengevaluasi Kembali

Berikut indikator yang dipakai dalam pemecahan masalah yang disajikan pada Tabel2.1
sesuai dengan langkah-langkah Polya.
Langka Pemecahan Masalah Indikator tahapan pemecahan masalah
h

1 Memahami masalah Memberika perhatian pada informasi yang


relevan dengan mengabaikan informasi yang
tidak relevan.
Menentukan bagaimana merepresentasikan
masalah.

2 Menyusun rencana Peserta didik mampu menemukan hal lain


penyelesaian seperti rumus/persamaan yang tidak
diketahui dari soal. Peserta didik mampu
menyusun rencana prosedur dalam
menyelesaikan soal.

Selesaikan masalah menggunakan rencana


3 Melaksanakan rencana
yang telah dibuat.
Periksa setiap baris penyelesaian
sebelum menulis baris selanjutnya
Jika rencana yang dilaksanakan belum
berhasil setelah menulis beberapa baris, buat
rencana lainnya dan laksanakan
Peserta didik mampu memeriksa
4 Mengevaluasi kembali
jawabannya kembali yang sudah
dikerjakan sesuai langkah atau cara yang
tepat. Peserta didik yakin bahwa jawaban
yang ia peroleh sudah benar.
Sumber: Mairing (2018)

Berikut indikator menurut Polya yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Secara khusus tahapan yang diterapkan oleh Polya dipakai dalam pemecahan
masalah matematis.
2. Di setiap tahap Polya tegas menandakan perbedaan aktifitas baik fisik maupun
mental, seperti “apa yang dipikirkan dan dilakukan peserta didik saat memahami
masalah mampu dibandingkan ketika menyusun perencanaan.
3. Tahapan lain yang dijelaskan sedikit berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh
Polya.

E. Soal Cerita dalam Pembelajaran Matematika

Rahardjo, dkk (2011) menyatakan bahwa soal cerita matematika merupakan


persoalan-persoalan yang terkait dengan permasalahan-permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari yang dapat dicari penyelesaiannya dengan menggunakan
kalimat matematika. Kalimat matematika yang dimaksud dalam pernyataan tersebut
adalah kalimat matematika yang memuat bilangan, operasi hitung, dan relasi.
Jonassen (2004:8) berpendapat bahwa soal cerita matematika adalah persoalan yang
berkaitan dengan bilangan yang harus dipecahkan menurut prosedur operasional.
Hal senada juga diungkapkan Haji (Mahmudah, 2015:167) bahwa soal cerita
matematika adalah soal berbentuk uraian bukan soal hitungan biasa yang digunakan
untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah sehari-
hari. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa soal cerita
matematika adalah persoalan-persoalan yang terkait dengan permasalahan-
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang penyelesaiannya harus
menggunakan kalimat dan prosedur matematika. Bertolak dari pengertian soal
cerita yang sudah dipaparkan sebelumnya mengandung arti soal cerita pada
pembelajaran matematika memiliki tujuan, yaitu mengenalkan manfaat matematika
dalam kehidupan sehari-hari kepada peserta didik. Peserta didik yang mempelajari
soal cerita, kemampuannya terlatih dalam menyelesaikan persoalan atau
permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat
menimbulkan kesadaran peserta didik mengenai pentingnya belajar matematika.
Dengan kata lain, dalam pembelajaran peserta didik diharapkan tidak sekadar
belajar sesusai prosedur namun yang terpenting ialah mempelajari konsep. Jadi
berdasarkan uraian diatas dapat ditarik bahwa soal cerita dalam pembelajaran
matematika tidak hanya memberi kesadaran terhadap peserta didik mengenai
petingnya belajar matematik namun mampu melatih kemampuan peserta didik
untuk mempraktikkan pengetahuan yang dimiliki secara logis dan benar dalam
kehidupan sehari-hari.
Berikut contoh soal cerita dalam kehidupan sehari-hari yang tahapan
penyelesaiannya sesuai dengan langkah-langkah Polya.

“Arqam diberi tugas oleh pak Marno untuk meletakkan buku di rak perpustakaan. Di rak
pertama ia harus meletakkan 6 buah buku, di rak kedua 11 buah buku, di rak
ketiga 16 buah buku, di rak keempat 21 buah buku. Jika banyaknya rak di
perpustakaan adalah 10, tentukan banyaknya buku yang harus disusun Arqam di
rak terakhir!”

Jawaban :

Dik : rak I (a) = 6, rak II = 11, rak III = 16, rak IV = 21, dan selisih buku di
setiap rak (b)=5
Dit : Banyaknya buku pada rak terakhir (U10)….?
Penyeleseaian :
Menggunakan rumus mencari sukuk ke-n barisan bilangan
un =a+(n−1) b
Subtitusi data-data kedalam rumus
u10=6 + ( 10−1 ) 5
u10=6 + ( 9 ) 5
u10=6 +45
u10=51
Jadi, banyaknya buku di rak terakhir u10 adalah 51 buah buku.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

pemecahan masalah matematis, maka pada penelitian ini pemecahan masalah


matematik ialah cara yang dipakai untuk memahami, meyusun dan melaksanakan
penyelesaian masalah pada model yang ditentukan. Pemecahan masalah juga dapat
dikembangkan oleh peserta didik dengan bantuan dari tenaga pengajar atau dengan memberi
latihan soal-soal guna melatih peserta didik dalam memecahkan masalah. Hal yang penting
untuk dimiliki oleh peserta didik yaitu cara pemecahan masalah, karena dalam memecahkan
masalah juga ada pada kehidupan sehari-hari dan bisa digunakan untuk waktu mendatang.
Kemampuan pemecahan masalah diperlukan untuk melatih siswa agar terbiasa
menghadapi berbagai permasalahan dalam kehidupannya yang semakin kompleks, bukan
hanya pada masalah matematika itu sendiri tetapi juga masalah-masalah dalam bidang studi
lain dan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan seseorang untuk
memecahkan masalah perlu terus dilatih sehingga seseorang itu mampu menyelesaikan
berbagai permasalahan yang dihadapinya.
indikator- indikator yang digunakan untuk memecahkan masalah.

1. Memahami Masalah

2. Menyusun Rencana

3. Melaksanakan Rencana

4. Mengevaluasi Kembali
DAFTAR PUSTAKA

Branca, N.A. 1980. Problem Solving as A Goal, Proccess and Basic Skill. Dalam Krulik &
RE. Reys (ed). Problem Solving in School Mathematic. Virginia: NCTM Inc.
Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Fauzan, Ahmad. 2011. Modul 1 Evaluasi Pembelajaran Matematika: Pemecahan Masalah
Matematika. Evaluasimatematika.net: UNP.
Gagne, R.M. 1992. The Condition of Learning and Theory of Instruction. New York:
Rinehart and Winston.
Isrok’atun. 2006. Pembelajaran Matematika dengan Strategi Kooperatif Tipe STAD Siswa
SMP Negeri di Bandung melalui Pendekatan Pengajuan Masalah. Bandung: Tesis
SPs UPI. Tidak diterbitkan.
NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standars for School Mathematics. Reston, VA:
NCTM.
Polya, G. 1985. How to Solve it: A New Aspect of Mathematic Method(2 nd ed. ). Princenton,
New Jersey: Princenton University Press.
Rothstein & Pamela. 1990. Educational Psychology. New York: Mc. Graw Hill Inc.
Ruseffendi, ET. 1991a. Pengantar Matematika Modern dan Masa Kini untuk Guru dan
PGSD D2 Seri Kedua. Bandung: Tarsito.
Ruseffendi, ET. 1991b. Pengantar Matematika Modern dan Masa Kini untuk Guru dan
PGSD D2 Seri Kelima. Bandung: Tarsito.
Soleh, Muhammad. 1998. Pokok-Pokok Pengajaran Matematika di Sekolah. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Depdikbud.
Sujono (1988). Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Proyek
Pengembangan LPTK, Depdikbud
Sumarmo, U, Dedy, E dan Rahmat (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk
MeningkatkanPemecahan Masalah Matematika pada Guru dan Siswa SMA.
Laporan Hasil Penelitian FPMIPA IKIP Bandung

Anda mungkin juga menyukai