USULAN PROPOSAL
TIM PENGUSUL
Fitra Agung Fadillah 4183311058
Zihan Anju Sonia Purba 4183311022
Muhammad Farhan 4193311036
iii
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................................. 7
1.5 luaran penelitian ................................................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN TEORITIS .............................................................................................. 9
2.1 Bahan Ajar ......................................................................................................................... 9
2.2 Microlearning ..................................................................................................................... 9
2.3 Flipbook ........................................................................................................................... 10
2.4 Kemampuan Pemecahan Masalah ................................................................................... 11
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................................ 14
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................................... 14
3.2 Jenis Penelitian................................................................................................................. 14
3.3 Prosedur Penelitian .......................................................................................................... 15
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................................... 16
3.5 Teknik Analisis Data........................................................................................................ 18
BAB IV BIAYA DAN JADWAL ......................................................................................... 24
4.1 Anggaran biaya ................................................................................................................ 24
4.2 Jadwal penelitian .............................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 26
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian ......................................................................... 29
Lampiran 2 susunan organisasi tim penelitian dan pembagian tugas .................................... 30
Lampiran 3 Biodata Ketua dan Anggaran Tim Pengusul ...................................................... 31
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari kehidupan manusia, oleh sebab
itu matematika dipelajari di setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai
sekolah tinggi. Matemaika merupakan pelajaran yang sangat erat dengan pemecahan masalah
dalam kehidupan sehari hari, namun dalam praktiknya pembelajaran matematika kerap
dianggap sulit dan kurang menarik oleh sebagian besar siswa ( Kudsiyah, dkk, 2017 : 111) .
Dalam proses pembelajaran matematika, peserta didik diharapkan dapat memecahkan suatu
masalah dengan pengetahuan yang siswa peroleh didalam proses pembelajaran, sehingga
ketika siswa dihadapkan dengan sebuah masalah siswa mampu menyelesaikan dengan baik.
Ada lima kompetensi dalam proses pembelajaran matematika yaitu koneksi matematis,
penalaran, komunikasi, representasi, dan pemecahan masalah ( NCTM )
Dari kelima kemampuan tersebut,salah satu kemampuan yang wajib dimiliki oleh siswa
di era saat ini adalah kemampuan masalah. Kompetensi ini adalah salah satu aspek yang
sangat penting unntuk dimiliki oleh siswa di era saat ini, hal tersebut karena dengan
kemampuan pemecahan maslaah siswa akan diarahkan untuk lebih mampu dalam berpikir
kritis terhadap persoalan yang dihadapinya. Aspek pemecahan masalah berdasarkan kelima
kemampuan tersebut tidak hanya menuntut siswa untuk mampu menyelesaikan maslaah
dengan kritis, tepat dan benar mengguanakan rumus yang ada, namun juga menekankan
siswa untut dapat menemukan konsep melalui sebuah metode, melakukan proses
penyederhanaan serta menerapkan atau menggunakan konsep tersebut untuk dapat
menyelesaikan masalah yang ada. Dalam proses pemecahan masalah ada empat Langkah
yang harus dilakukan, empat Langkah tersebut dapat dituliskan antara lain : 1. Memahami
masalah yang ada, 2. Merencanakan pemecahan terhadap masalah, 3. Melakukan
perhitungan, 4. Meriksa Kembali hasil pemecahan masalah ( Polya,1973 ).
Pentingnya kemampuan pemecahan masalah ini merupakan alasan seseorang belajar
memecahkan masalah ialah adanya sebuah kenyataan bahwa orang yang mampu dalam
memecahkan masalah akan mampu hidup dengan produktif pada abad 21 ini, akan mampu
dalam berpacu terhadap kebutuhan hidupnya sendiri serta mampu memahami setiap masalah
yang berkaitan dengan masyarakat global ( Holmes dalam angreiny, 2015:3). Pentingnya
kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan hal yang bersifat esensial dalam
4
proses pembelajaran matematika yang ada disekolah, hal itu disebabkan sebagai berikut: 1.
Siswa menjadi sosok yang terampil dalam menyeleksi sebuah berita yang bersifat relevan,
lalu menganalisisnya serta melakukan penelitian terhadap hasilnya, 2. Kepuasan intelektual
akan muncul dari dalam diri siswa, 3. Potensi intelektual siswa akan semakin tinggi, 4.
Peserta didik belajar bagaimana melakukan penemuan melalui proses melakukan penemuan (
Hudojo,1988)
Berdasarkan pendapat- pendapat diatas sudah selayaknya kemampuan pemecahan
masalah diperhatikan, melihat bahwa peranan kemampuan ini sangat strategis dalam proses
mengembangkan potensi intelektual dari siswa itu sendiri, khususnya pada proses
pembelajaran matematika.
Tetapi pada kenyataannya di lapangan memperhatikan bahwa, siswa sebelum mampu
dalam menyelesaikan suatu masalah dengan baik sehingga hal tersebut membuat hasil
pembelajaran matematika tidak maksimal dan tidak belum memenuhi harapan. Hal ini terlihat
berdasarkan penelitian trends internasional mathematics and science study ( TIMSS ) pada
tahun 2015 memposisikan siswa Indonesia pada peringkat 44 dari 49 negara yang ikut
berpartisipasi. Prestasi yang diperoleh oleh Indonesia juga semakin buruk pada programme
for international student assessment ( PISA) pada tahun 2018. Indonesia pada tahun 2018
berada di peringkat 73 dari 79 negara yang ikut berpartisipasi dalam programme for
international student assessment (PISA) dalam kategori kemampuan matematika. Pada tahun
2003-2015 dengan kategori kemampuan matematika Indonesia masih selalu berada
diperingkat 10 besar terbawah dari jumlah negara yang ikut berpartisipasi dalam PISA (
Hewi,2020:35).
Selain berdasarkan penelitian internasional pada uraian diatas, penelitian sebelumnya
mengenai tingkat rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa menjelaskan bahwa
kemampuan siswa dikelas model pembelajaran berbasis masalah dari 66 siswa, hanya 60
siswa yang mendapat nilai yang dikategorikan sangat kurang atau 90,90% dan hanya ada 6
orang atas sebesar 9,09% yang memiliki nilai yang termasuk dalam kategori cukup. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kemampuan pemecahan masalah pada siswa masih benar-benar
rendah ( Angreiny,2015:4).
Hal tersebut sejalan terhadap hasil observasi awal dan wawanca terhadap guru
matematika di SMA Negeri 14 Medan bahwa kurangnya kemampuan peserta didik pada
pemecahan masalah matematika yang diberikan guru. Rata rata kemampuan siswa dalam
5
memecahkan masalah matematika kurang dari 80%, hanya beberapa peserta didik yang
mempunyai tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika yang relatif baik. Belum
lagi dengan kondisi pandemik sebelumnya yang membuat kondisi proses pembelajaran tidak
efektif, sehingga menjadi nilai tambah pada masalah yang terjadi pada siswa, khususnya pada
kemampuan pemecahan matematis siswa.
Kendala selanjutnya yang ditemui dari hasil observasi peneliti di SMA Negeri 14
Medan terkait proses pembelajaran yang masih menggunakan buku paket sebagai satu-
satunya sumber pembelajaran dikelas. Sebab buku paket atau buku konvensional memiliki
beberapa kekurangan dalam pembelajaran terutama pada matematika. Dikarenakan buku
konvensional hanya menyajikan tulisan dan gambar saja. Sementara matematika merupakan
ilmu abstrak yang tidak dapat dipresentasikan hanya dengan tulisan ataupun gambar saja
perlu dibantu dengan penyajian video-video didalamnya agar membuat siswa lebih mudah
memahami materi.
Bahan ajar yang digunakan oleh pendidik dapat untuk mempermudah dalam
menyampaikan materi pembelajaran bagi peserta didik serta peserta didik lebih mudah untuk
menerima materi yang diberikan dengan bantuan bahan ajar ( Sari & Yustiana,2021:176).
Sementara itu Kelana & Pratama ( 2019:4) menyatakan bahwa bahan ajar merupakan
seperangkat bahan atau alat pembelajaran yang digunakan guru dan tersusun secara sistematis
dalam kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar mempunyai peranan penting baik untuk guru
maupun siswa. Namun faktanya bahan ajar yang diberikan ke siswa masih menggunakan
materi pembelajaran yang terlalu luas ( Aisyah et al, 2020:62). Oleh karena itu, inovasi bahan
ajar untuk pembelajaran siswa menjadi prioritas utama.
Salah satu upaya yang dapat dugunakan untuk mengembangkan bahan ajar yaitu
dengan berbasis microlearning. Microlearning merupajan sebuah metode pembelajaran
dengan skala kecil dimana konten ( object learning ) dirancang menjadi segmen-segmen kecil
melalui ragam format medi, sehingga informasi yang tersedia menjadi “ short content” yang
memungkinkan seseorang secara cepat memahami konten dan memungkinkan untuk belajar
di mana dan kapan saja melalui perangkat teknologi,informasi, dan komunikasi ( Nugraha et
al, 2021:228). Microlearning dapat membantu peserta didik untuk mempelajari suatu materi
dengan durasi yang singkat dan terfokus, sehingga jumlah informasi yang diperlukan tepat
untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran ( Noriska et al., 2021:101).
Dengan demikian, bahan ajar berbasis microlearning masih perlu dikemas dengan suatu
6
inovasi yang memungkinkan bahan ajar bersifat fleksibel. Oleh karena itu, bahan ajar
berbasis microlearning perlu terintegrasi melalui flipbook.
Flipbook adalah aplikasi yang didesain dari file berupa word menjadi pdf untuk
dijadikan buku digital dengan tampilan seperti buku yang bergerak, bisa dibawa kemana dan
dapat dengan mudah diakses melalui komputer, laptop, tablet dan android (Busthomy &
Syafi’i, 2021:45). Nuraeni (2021: 69) menerangkan bahwa penggunaan flipbook menjadikan
peserta didik menjadi lebih interaktif selama proses pembelajaran berlangsung serta lebih
menarik dan menyenangkan karena disajikan ke dalam format elektronik yang didalamnya
mampu menampilkan simulasi-simulasi yang interaktif.
Perkembangan teknologi menginovasi konsep Flipbook ini secara digital dapat
memvisualisasikan buku menjadi e-book tiga dimensi, dengan tampilan halaman dapat
dibuka seperti membaca buku di layar monitor (Lamaday, 2020). Nakajima, (2019)
menjelaskan bahwa Flipbook memiliki karakteristik hypermedia dengan fitur animasi, musik
dan video sehingga lebih menarik daripada buku cetak. Flipbook digital turut mengatasi
tantangan pembelajaran jarak jauh sehingga dapat diakses kapan dan dimana saja
(Roemintoyo, 2021). Sebagaimana diungkapkan (Komalasari & Rahmat, 2019) Flipbook
digital memberikan peluang besar bagi pembelajaran sains dan jarak jauh (Sari & Atmojo,
2021 : 6081).
Berberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan ajar yang dikemas dalam
bentuk Flipbook berdampak positif terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil belajar
peserta didik ( Isnaeni & Agustina,2018). Penggunaan bahan ajar berbasis Flipbook dapat
meningkatkan kemampuan berfikir logis peserta didik dalam pembelajaran ( Prasetyo &
Hariyono,2020). Pengembangan bahan ajar yang inovatif juga akan membantu peserta didik
untuk mempersiapkan keterampilan baru yang relevan di abad 21 ( Asrizal et al.,2018).
Namun faktanya dilapangan belum tersedia bahan ajar berbasis microlearning berbantu
flipbook di kelas X IPA SMA Negeri 14 Medan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi perlunya pengembangan bahan ajar berbasis microlearning berbantu
flipbook untuk membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan matematis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kriteria bahan ajar yang dikembangkan berbasis microlearning untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan matematika siswa dilihat dari validitas,
kepraktisan dan keefektifan ?
7
d. Bagi peneliti
Menambah keterampilan dalam mengembangkan bahan ajar dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi untuk meningkatkan keaktifan siswa
dalam pembelajaran matematika.
Produk yang dihasilkan dalam program penelitian student grant ini merupakan bentuk
kontribusi mahasiswa unimed kepada masyarakat sekaligus mampu meningkatkan kepedulian
mahasiswa terhadap pengembangan pembelajaran abad 21 dengan mengintegrasikan
teknologi pada era revolusi industri 4.0. Adapun luaran yang diharapkan dari program ini
sebagai berikut.
(1) laporan kemajuan;
(4) produk berupa bahan ajar berbasis microlearning untuk meningkatkan pemecahan
masalah matematika pada kelas x sma.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan sekumpulan materi ajar yang disusun secara matematis yang
merepresentasikan konsep yang mengarahkan siswa untuk mencapai suatu kompetensi.
Ketika bahan ajar tidak digunakan dalam pembelajaran dikelas maka bahan ajar tidak
digunakan dalam pembelajaran dikelas maka bahan ajar tersebut hanya menjadi sumber
belajar ( Magdalena et al 2020: 314). Menurut National Center for Competency Based
Training menyatakan bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran dikelas. Bahan
yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tak tertulis. Bahan didalamnya dapat
berupa materi tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai peserta didik
terkait kompetensi dasar tertentu ( Prastowo,2018:51).
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala
bahan yang di susun secara sistematis dan digunakan untuk memudahkan pendidik dan
peserta didik dalam proses pembelajaran. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi maka guru dalam memberikan materi pelajaran harus mengikuti kemajuan
tersebut. Guru harus dapat menggunakan bahan ajar yang menarik, menyenangkan dan
sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Menurut Daryanto dan Dwicahyono (2014) tujuan
bahan ajar adalah sebagai berikut ini.
1. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yaitu bahan ajar yang sesuai dengan
karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.
2. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar disamping buku-buku
teks yang terkadang sulit diperoleh.
3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran (Nurmalina, 2020:17)
2.2 Microlearning
Microlearning adalah pendekatan menyeluruh untuk pembelajaran dan pendidikan
berbasis keterampilan yang berfokus pada unit pembelajaran kecil( sobandi dkk,2021).
Menurut rafli dan adri ( 2022) microlearning merupakan pembelajaran yang dilakukan oleh
para pengajar dengan cara yang singkat. Atau secara sederhana , microlearning merupakan
metode pembelajaran untuk jangka pendek.
9
10
Dony Sugianto dkk, 2013: 102) yang menyatakan bahwa penggunaan media flipbook maker
nantinya mampu menaikkan pemahaman dan menaikkan pencapaian hasil belajar siswa.
2.4 Kemampuan Pemecahan Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari, masalah selalu hadir dalam setiap langkah kehidupan.
Masalah adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Setiap
manusia akan selalu berhadapan dengan masalah. Yang menjadi perbedaan adalah bagaimana
manusia itu menyikapi masalah tersebut. Masalah diartikan sebagai suatu kesenjangan antara
kondisi yang diharapkan terhadap kenyataan. Masalah biasanya mendorong seseorang untuk
menyelesaikannya, tetapi tidak mengerti dalam menyelesaikan masalah.
Masalah adalah suatu kondisi yang sudah disadari penuh seseorang dan menjadi
tantangan ( challenge) yang bisa dipecahkan secara langsung melalui prosedur rutin tertentu.
Masalah juga dapat dikatakan suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan yang terjadi
antara harapan dan kenyataan. Situasi yang menjadi masalah terhadap seseorang belum tentu
akan menjadi masalah bagi orang lain (Wahyudi, 2017: 2). Lebih lanjut masalah merupakan
suatu persoalan yang apabila kita menemukannya dan belum mampu dalam
menyelesaikannya, tetapi memiliki keinginan dalam menyelesaikannya dimana
penyelesaiannya membutuhkan prosedur dan tahapan tertentu (Novitasari, 2019: 15).
Masalah terdiri atas dua, yaitu masalah mencari (problem to find) dan masalah
membuktikan (problem to prove). Masalah mencari (problem to find) merupakan masalah
yang memiliki tujuan untuk mencari, menentukan serta mendapatkan nilai dari suatu objek
tertentu yang belum diketahui dalam soal serta memberikan kondisi yang sesuai. Sedangkan
masalah membuktikan (problem to prove) didefinikan sebagai masalah dimana untuk
menentukan suatu pernyataan benar atau tidaknya menggunakan suatu prosedur (Polya, 1973:
154-155).
Problem solving should be the vital recognition of the arithmetic curriculum. As such, it
is a primary goal of all from mathematics instruction and an integral part of all
mathematical activity.problem solving iss not a distinct topic, but a process that should
permeate theentire program and provide the context in which concepts and skill can be
learned.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwasannya pemecahan suatu masalah harus mampu
menjadi tujuan utama pada kukikulum matematika. Dengan begitu, pemecahan masalah
merupakan fokus utama dalam semua pembelajaran matematika dan tidak dapat dipisahkan
dari seluruh aktivitas matematika. Pemecahan masalah bukanlah suatu topik yang memiliki
perbedaan, tetapi suatu proses yang digunakan dalam membereskan ke dalam seluruh
program serta menyediakan konteks di mana konsep, prinsip serta keterampilan dipelajari.
Hal ini menjadikan pemecahan masalah adalah hal yang sangat penting dalam proses
pembelajaran matematika.
Pemecahan masalah merupakan proses yang kognitif dalam membuka peluang untuk
memecahkan masalah yang bergerak dari suatu keadaan yang belum diketahui bagaimana
cara pemecahannya ke dalam suatu keadaan namun tidak diketahui bagaimana cara
menyelesaikan masalah tersebut. Diketahui bahwa proses memecahkan masalah adalah
bagian yang penting dalam matematika serta dalam proses mengembangkan kemampuan
berpikir matematika dari siswa. Saat siswa diperhadapkan pada suatu masalah, maka siswa
tersebut akan berusaha dalam menemukan solusi, mencari hubungan, menganalisis pola
masalah, menemukan metode yang sesuai serta tidak sesuai , menguji hasil serta menilai hasil
penyelesaian dari temannya (Gunawa dan Putra, 2019 : 364)
Kemampan pemecahan masalah matemaris merupakan kemampuan melakukan sebuah
Tindakan untuk menyelesaikan suatu masalah yang sitematis, yang menuntut untuk
diselesaikan namun belum diketahui dengan segera bagaimana prosedur ataupun cara
penyelesaiannya (Suprapto, 2015: 156). Lebih lanjut pemecahan masalah matematika adalah
proses dalam memperoleh penemuan yang dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan
tugas-tugas matematika yang diberikan kepadanya (Novitasari, 2019: 15). Pemecahan
masalah adalah usaha yang dilakukan dalam menemukan jalan keluar dari suatu tujuan yang
tidak mudah segera dapat dicapai (Polya dalam Hendriana, dkk, 2018: 44).
Berdasarkan uraian yang sudah dikemukakan diatas maka dapat dibuat sebuah
keimpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan yang dimiliki oleh
13
peserta didik dalam menemukan sebuah solusi atau jalan keluar, mencari hubungan,
menganalisis pola masalah, menemukan metode yang sesuai serta tidak sesuai , menguji hasil
serta menilai hasil penyelesaian dari temannya dari suatu permasalahan matematika yang
proses penyelesaiannya tidak begitu mudah untuk dilakukan.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
masalah siswa kelas X SMA melalui pembelajaran berbasis microlearning yang nantinya
akan dikembangkan. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
pengembangan perangkan ADDIE dari Dick and Carry (1996). Adapun model pengembangan
ADDIE terdiri atas 5 tahapan utama yakni : Analysis (Analisis), Design (Perancangan),
Development (Pengembangan), Implementation (Implementasi) dan Evaluation (Perbaikan).
Metode dan model ADDIE merupakan saran yang dipilih karena bertujuan untuk
menghasilkan produk berupa bahan ajar berbasis microlearning yang nantinya produk ini
akan diuji kelayakan validitas produk. (Endang Mulyatiningsih, 2012) menyatakan model
pengembangan ADDIE Sebagai berikut.
microlearning sesuai dengan desain atau rancangan yang sudah dibuat sebelumnya. Materi
yang ditampilkan merupakan ringkasan materi mengenai topik yang dipilih, sehingga lebih
mudah dipahami pengguna. Materi juga dilengkapi dengan latihan yang sesuai dengan
indikator pembelajaran.
Setelah selesai dikembangkan, selanjutnya media diuji kevalidannya melalui instrument
penilaian oleh ahli materi dan ahli media. Uji validasi materi dilakukan oleh ahli materi yang
bertujuan untuk mendapatkan penilaian dari ahli materi terkait materi yang disajikan.
Sedangkan uji validasi media dilakukan oleh ahli media yang bertujuan untuk mendapatkan
penilaian dari ahli media terkait bahan ajar yang dikembangkan.
Tahap Implementation (Penerapan)
. Tahap ini dilakukan secara terbatas pada sekolah yang telah ditunjuk sebagai tempat
penelitian. Peneliti melakukan pembelajaran dengan bantuan bahan pembelajaran yang telah
dikembangkan dan juga observasi yang dapat digunakan sebagai bahan perbaikan bahan
pembelajaran. Setelah proses pembelajaran selesai, siswa harus mengikuti tes kemampuan
pemecahan masalah matematika yang disediakan. Soal tersebut telah disusun berdasarkan
indicator kemampuan pemecahan masalah matematika melihat tingkat keefektifan
penggunaan bahan ajar yang dikembangkan.
Tahap Evaluation (Evaluasi)
Evaluasi merupakan tahap terakhir dalam model pengembangan ADDIE. Pada tahapan
ini dilakukan analisis kualitas bahan ajar yang ditinjau dari kesesuaian bahan ajar yang
menggunakan microlearning pada kemampuan pemecahan masalah matematika, kualitas isi
materi, keseuaian dengan manfaat dan tujuan bahan ajar. Selain itu dilakukan juga analisis
nilai kepraktisan bahan ajar berdasarkan respon dari guru dan siswa terhadap penggunaan
bahan ajar. Sementara analisis keefektifan bahan ajar dilakukan berdasarkan hasil tes
kemampuan pemecahan masalah matematika terhadap bahan ajar.
Wawancara
Wawancara adalah Teknik pengumpulan data yang digunakan apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus di teliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal- hal dari responden yang lebih mendalam
17
(Sugiono,2015 :137). Beranjak dari pernyataan diatas, peneliti telah melakukan studi
pendahuluan melalui wawancara untuk mendapatkan permasalahan yang perlu diteliti dan
mengetahui data awal dalam penelitian agar memperoleh informasi sehingga menjadi
masukan pada pengembangan bahan ajar berbasis microlearning.
Validasi
Validasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan
media pembelajaran (bahan ajar digital) dan lembar validasi kepada validator untuk dinilai
kelayakannya. Informasi yang diperoleh akan digunakan sebagai masukan dalam merevisi
bahan ajar digital yang telah dikembangkan hingga menghasilkan produk akhir yang valid
(Perkasa & Irwansyah, 2021: 50).
Angket (Kuesioner)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan – pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiyono, 2015: 142). Teknik angket ini digunakan untuk memberikan penilaian
kepraktisan bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan penilaian siswa dan guru (Kharisma
& Asman, 2018: 40).
Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen – dokumen , baik dokumen tertulis, gambar ataupun elektronik
(Khatimah & Wibawa, 2017 : 81). Dokumentasi dalam penelitian berupa dokumen penting
yang ada kaitannya terhadap masalah yang akan diteliti, sumber belajar, daftar nama siswa,
profil sekolah dan dokumentasi yang dilakukan saat penelitian sedang berlangsung berupa
foto.
Tes
Tes sebagai instrument pengumpulan data merupakan rangkaian soal atau Latihan yang
digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, kecerdasan, bakat bakat yang dimiliki
individu kelompok (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini tes juga digunakan sebelum dan
sesudah bahan ajar digital dikembangkan. Sebelum bahan ajar digital digunakan siswa
diberikan tes sebagai alat membuktikan bahwa nilai komunikasi matematis dari subjek
peneliti tergolong rendah. Selanjutnya, instrument tes juga akan digunakan pada saat
implementasi produk.
18
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data
lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan
variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
menyajikan data dari tiap veriabel, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah
Data yang diperoleh dari validator dianalisis untuk mengetahui apakah bahan ajar yang
dikembangkan memenuhi kriteria. Sedangkan data yang diperoleh dari uji coba lapangan
digunakan untuk mengetahui apakah bahan ajar yang dikembangkan telah memenuhi kriteria
kepraktisan dan keefektifan.
Data yang diperoleh dalam tahap validasi diklarifikasi menjadi dua yaitu data kualitatif
dan data kuantitatif. Data kualitatif berisikan masukan dan saran yang dikemukakan oleh ahli
materi, ahli media, guru matematika SMA, dan respon siswa untuk memperbaiki produk
bahan ajar berbasis microlearning ini. Sedangkan data kuantitatif yaitu berupa penilaian
angket dari ahli media, ahli materi, guru matematika SMA, dan respon siswa terhadap
pengembangan produk yang telah dibuat.
validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan sesuatu instrumen, sebuah instrumen dikatakn valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Uji validitas pada tahap ini adalah validitas teoritik yaitu validasi yang dilakukan oleh para
ahli dibidangnya (Lestari et al., 2019: 398).
Karakteristik yang akan divalidasi yaitu: bahasa, materi, dan media, validator tersebut
menganalisis bahan ajar yang dirancang dan memberikan saran serta masukan pada
rancangan bahan ajar. Lembar penilaian akan menghasilkan data yang akan digunakan untuk
menentukan kevalidan produk berupa bahan ajar berbasis microlearning. Data penilaian
kevalidan bahan ajar diperoleh dari dosen ahli materi dan ahli media, data lembar penilaian
kevalidan bahan ajar diidentifikasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memberikan skor untuk setiap item dengan jawaban sangat baik (4), baik (3), tidak baik
(2), dan sangat tidak baik (1).
No Interval Kriteria
1 81%-100% Sangat layak
2 61%-80% Layak
3 41%-60% Kurang layak
4 21%-40% Tidak layak
5 0%-20% Sangat tidak layak
( purnawanti dkk,2016:16)
Data diperoleh dari angket respon guru dan siswa yang akan dihitung rata- rata
kemudian dikonversikan sesuai kriteria praktis. Analisis kepraktisan produk dalam kuisioner
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝑇𝑆𝐸𝑝
𝑉𝑝 = 𝑥 100%
𝑆𝑚𝑎𝑥
Vp = validasi kepraktisan
Hasl tes yang diperoleh kemudian dianalisis oleh peneliti untuk melihat keberhasilan
siswa dalam belajar, kesulitan apa yang dialami siswa dalam menyelesakan soal – soal.
𝑇
KB = 𝑇 x 100%
𝑡
Keterangan :
KB = Ketuntasan belajar
𝑇 = Jumlah perolehan skor
𝑇𝑖 = Skor total
21
Keterangan:
Menurut Depdiknas, suatu kelas dikatakan tuntas belajar klasikal jika dalam kelas
terdapat 85% yang telah mencapai ketuntasan belajar ≥ 75 % .
𝑆𝑖
𝑇= 𝑋 100%
𝑆𝑚𝑎𝑥
Keterangan
Analisis efektivitas pada data dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut : 1.
Membat skors setiap butir pernyataan, 2. Menghitung skor total semua butir pernyataan, 3.
Memberikan nilai efektivitas menggunakan rumus berikut:
𝑇
𝐸= 𝑋 100%
𝑇𝑡
Hasil yang sudah didapat dari pengujian uji efektivitas kemudian akan interpretasikan
sesuai dengan kategori pada Tabel 3.11 berikut
b. Berdasarkan hasil pretest dan posttest akan dilihat apakah terjadi peningkatan pada
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa atau tidak. Untuk melihat peningkatan
tersebut maka digunakan rumus N-Gain. Rumus N-Gain sebagai berikut :
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 −𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
N – Gain =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Hasil yang sudah didapat dari pretest dan posttest yang sudah dihitung dengan rumus
N-Gain kemudian akan diklasifikasi sesuai dengan kategori pada Tabel 3.13 berikut :
BAB IV
5 Penyusunan laporan
6 Analisis data
7 Seminar hasil
penelitian
8 Monev penelitian
dan kelayakan
lanjutan
9 Publikasi ilmiah
26
DAFTAR PUSTAKA
.
Aisyah,S., Novianti, E., & Triyanto. (2020). Bahan Ajar Sebagai Bagian Dalam Kajian
Problematika Pembelajaran Indonesia. Jurnal Salaka. 2(1),pp.62-65.
Asrizal, Amran, A., Ananda, A., & Festiyed, F. (2018). The Development Of Integrated
Science Instructional Materials To Improve Students’ Digital Literacy In
Scientific Approach. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. 7(4),pp. 442–450.
Cole, M., John-Steiner, V., Scribner, S., & Souberman, E. (Eds.). (1979). Mind in Society:
The Development of Higher Psychological Processes. Harvard University Press.
Elbadiansyah & Masyni. (2021). Belajar & Pembelajaran :Konsep, Teori dan Praktik.
Samarinda :Sebatik.
Hewi, L dan Shaleh, M. (2020). Refleksi Hasil PISA (The Programme For International
Student Assesment): Upaya Perbaikan Bertumpu Pada Pendidikan Anak Usia
Dini). Jurnal Golden Age,Universitas Hamzanwadi, 4(1): 30-41.
27
Isnaeni, I., & Agustina, Y. (2018). An Increase In Learning Outcome Students Is Through
The Development Of Archive E-Module Based On The Flipbook With
Discovery Learning Model. Jurnal Pendidikan Bisnis Dan Manajemen. 4(3),pp.
114–118.
Kudsiyah, Siti Mila, Eka Novarina, and Hamidah Suryani Lukman. "Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas X Di Sma
Negeri 2 Kota Sukabumi." (2017): 110-117.
Magdalena,I., Dkk. (2020). Analisis Bahan Ajar Nusantara. Jurnal Pendidikan dan Ilmu
Sosial. 2 (2), pp. 311-326.
Noriska,N. J., Widyaningrum, R., & Nursetyo, K.I. (2021). Pengembangan Microlearning
pada Mata Kuliah Difusi Inovasi Pendidikan di Prodi Teknologi Pendidikan.
Jurnal Pembelajaran Inovatif. 4(1), pp. 100 – 107.
Nugraha,H. Dkk. (2021). Microlearning Sebagai Upaya Dalam Menghadapi Dampak
Pandemi Pada Proses Pembelajaran. Jurnal Inovasi Teknologi Pembelajaran)
Kajian dan Riset Dalam Teknologi Pembelajaran. 8 (1) (2021), pp.225-236.
Nurmalina. (2020). Literasi Media Dalam Bahasa dan Sastra. Yogyakarta : Bintang Pustaka
Madani.
Orton, A. (2006). Learning Mathematics: Issues, theory and classroom practice (Third).
Continuum.
28
Prastowo,A. (2018). Sumber Belajar & Pusat Sumber Belajar: Teori dan Aplikasinya di
Sekolah/Madrasah. Yogyakarta : Prenamedia Group.
Pulukadang, W.T (2021). Buku Ajar Pembelajaran Terpadu. Gorontalo : Ideas Publshing.
Sari, Y & Yustiana, S. (2021). Efektivitas bahan ajar cerita bergambar bemuatan religius
terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 sekolah dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan
Dasar. 8(2),pp.175-185.
Wahyudi, & indri, A.(2017). Strategi Pemecahan Masalah Matematika. Salatiga: Satya
Wacana University Press.
Zevenbergen, R., Dole, S., & Wright, R. J. (2004). Teaching Mathematics in Primary
Schools. Allen & Unwin.
29
4 Pelaksanan Penelitian
Snack Pelaksanaan Penelitian 3 Org ( X5) 15 13.000 195.000
Kali
Jumlah Rp.3.000.000,-
Menyelesaikan Kegiatan
Penelitian Secara
Keseluruhan,
Mengesahkan Kegiatan,
Menyiapkan Dan
Mengupload Dokumen
Laporan
2 Zihan Anju Sonia MIPA Pendidikan 4 Membantu Menyusun
Purba / Matematika Jam/Minggu Kerangka Ide,
4183311022 Melakukan Telaah
Pustaka, Survey &
Wawancara,
Melaksanakan Kegiatan,
Dan Membantu
Menyusun Laporan.
Biodata Ketua
A. Identitas diri
No Nama lengkap Fitra agung fadillah
1 Jenis kelamin Laki laki
2 Program studi Pendidikan matematika
3 NIM 4183311058
32
C, Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir ( dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnnya)
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan penelitian Student Grant.
Biodata Anggota 1
A. Identitas diri
No Nama lengkap Zihan anju Sonia Purba
1 Jenis kelamin Perempuan
2 Program studi Pendidikan matematika
3 NIM 4183311022
4 Tempat dan Tanggal Lahir Medan, 31 Juli 1999
5 Email Zihan.sonia@gmail.com
6 Nomor Telepon 0821 6683 3566
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan penelitian Student Grant.
Biodata Anggota 2
A. Identitas diri
No Nama lengkap Muhammad Farhan
1 Jenis kelamin Laki – laki
2 Program studi Pendidikan matematika
3 NIM 4193311036
4 Tempat dan Tanggal Lahir Koto Baru, 21 Agustus 2001
5 Email Muhammadfrhan21@gmail.com
6 Nomor Telepon 0895 6120 3830
C. Penghargaan Dalam 10 Tahun Terakhir ( dari pemerintah, asosiasi atau institusi lainnya
No Jenis Penghargaan Institusi Pemberian Penghargaan Tahun
1 - - -
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan penelitian Student Grant.
Muhammad Farhan
36
37