Anda di halaman 1dari 28

Profil Berpikir Kreatif Siswa Dalam Memecahkan

Masalah Matematika Berdasarkan Tahapan Wallas

OLEH

ROSANTI FIRMANIA MAHAKBAS

13118019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KUPANG

2022
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................. ii

DAFTAR ISI .......................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................... 1

a. Latar Belakang ..................................................... 1

b. Rumusan Masalah ................................................ 4

c. Tujuan Penelitian ................................................. 5

d. Manfaat Penelitian ............................................... 5

e. Batasan Istilah ...................................................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................... 6

a. Profil Berpikir Kreatif ......................................... 6

b. Pemecahan Masalah Matematika ....................... 8

c. Tahapan Wallas .................................................... 11

BAB III. METODE PENELITIAN ...................................... 16

a. Jenis Penelitian ..................................................... 16

b. Lokasi dan Subjek Penelitian ............................. 16

c. Prosedur Penelitian ............................................. 16

d. Instrumen Penelitian ........................................... 17

e. Teknik Pengumpulan Data ................................. 17

f. Teknik Analisis Data ........................................... 20

g. Triangulasi ........................................................... 21
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat seiring kemajuan zaman,

menuntut kita untuk lebih maju dalam berbagai bidang. Pendidikan menjadi hal utama

dalam meningkatkan sumber daya manusia. Pendidikan ditempuh mulai dari jenjang

Sekolah Dasar sampai jenjang Perguruan Tinggi dengan berbagai mata pelajaran. Salah

satu mata pelajaran yang penting adalah Matematika.

Matematika merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mendasari

perkembangan IPTEK serta sistem informasi dan komunikasi, sehingga matematika

dipandang sebagai suatu ilmu yang terstruktur dan terpadu. Matematika memegang

peranan penting dalam membentuk dan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.

Matematika juga merupakan salah satu bahasa yang dapat digunakan dalam

berkomunikasi, meliputi komunikasi antar siswa dan komunikasi antar guru dengan siswa.

Sering dijumpai dalam pembelajaran matematika di sekolah, siswa menyelesaikan

soal-soal matematika dengan menghafal rumus-rumus yang diberikan oleh guru. Hal ini

menghambat tumbuhnya nalar dan kreativitas dalam diri siswa. Agar siswa tidak hanya

menghafal, peningkatan kemampuan berpikir siswa adalah solusi yang mampu mengatasi

permasalahan diatas.

Kreativitas merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang sampai

saat ini masih kurang mendapatkan perhatian dalam pembelajaran matematika. Guru

tidak menggali kreativitas siswa dalam memecahkan masalah dikarenakan permasalahan

yang diberikan hanya memiliki satu cara penyelesaian dan guru tidak terbiasa mengjarkan

permasalahan matematika yang memiliki cara penyelesaian lebih dari satu. Hal ini
mengakibatkan siswa sulit untuk memecahkan masalah matematika yang menuntut

kreativitas.

Kreativitas dalam matematika lebih menekankan pada proses yaitu proses berpikir

kreatif. Siswono dan Rosyidi (2005) menyebut kreativitas sebagai produk dari berpikir

kreatif. Oleh karena itu, kreativitas matematika sering disebut dengan istilah berpikir

kreatif matematis. Menurut Mahmudi (2010) istilah kreativitas matematika atau berpikir

kreatif matematis dipandang memiliki pengertian yang sama sehingga dapat digunakan

secara bergantian.

Berpikir kreatif merupakan suatu tuntutan untuk bisa menciptakan suatu ide atau

alternatif solusi sebagai upaya dalam menyelesaiakan masalah. Berpikir kreatif

matematika dapat dikatakan sebagai upaya siswa untuk bisa menemukan solusi melalui

alternatif ide atau gagasan dalam penyelesaian atau pemecahan masalah yang terkait

dengan matematika, tentunya pemecahan masalah ini dapat dikaitkan dengan soal yang

diberikan sebagai salah satu tolok ukur untuk mengukur hasil belajar siswa.

Kemampuan berpikir kreatif siswa dapat dinilai dengan beberapa kriteria. Adapun

kriteria tersebut adalah kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Kefasihan mengacu pada

kemampuan siswa dalam menghasilkan jawaban beragam dan benar dari masalah yang

diberikan. Fleksibilitas mengacu pada kemampuan siswa dalam mengajukan beragam

cara untuk menyelesaikan masalah. Kebaruan mengacu pada kemampuan siswa dalam

menjawab masalah dengan jawaban berbeda-beda dan bernilai benar atau satu jawaban

yang tidak biasa dilakukan siswa pada tingkat perkembangan mereka.

Proses berpikir kreatif merupakan suatu proses yang mengkombinasikan berpikir

logis dan berpikir divergen. Berpikir divergen digunakan untuk mencari ide-ide untuk

menyelesaikan masalah sedangkan berpikir logis digunakan untuk memverifikasi ide-ide

tersebut menjadi sebuah penyelesaian yang kreatif (Siswono, Rosyidi, dan Haris, 2005).
Proses berpikir kreatif yang dikembangkan Wallas (1926) merupakan salah satu teori

yang paling umum dipakai untuk mengetahui proses berpikir kreatif yang meliputi empat

tahap yaitu Tahap Persiapan, Tahap Inkubasi, Tahap Iluminasi, dan Tahap Verifikasi. (1)

Tahap Persiapan, siswa mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan cara

mengumpulkan data yang relevan dari pengalaman sebelumnya maupun pengetahuan

yang baru, serta bertanya kepada orang lain untuk menyelesaikannya. (2) Tahap Inkubasi,

siswa seakan-akan melepaskan diri secara sementara dari masalah tersebut. Tahap ini

penting sebagai awal proses timbulnya inspirasi yang merupakan titik mula dari suatu

penemuan atau kreasi baru. (3) Tahap Iluminasi, yaitu tahap dimana timbulnya inspirasi,

dan ide-ide yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi dan gagasan baru (4)

Tahap Verifikasi, yaitu tahap dimana seseorang menguji dan memeriksa pemecahan

masalah tersebut terhadap realitias.

Hasil penelitian yang dilakukan Agus, Ikhsan & Saminan (2017) pada proses berpikir

kreatif siswa dalam memecahkan masalah matematika berdasarkan tahapan Wallas

menyatakan bahwa proses berpikir kreatif siswa kategori tinggi yaitu siswa memahami

permasalahan dan informasi yang diberikan dengan menuliskan apa yang diketahui

maupun yang ditanyakan (persiapan), siswa tidak membutuhkan waktu yang lama untuk

memikirkan solusi dari permasalahan yang dihadapi dengan mengingat soal yang sudah

diajarkan (inkubasi), siswa mendapatkan ide untuk memecahkan masalah (Iluminasi), dan

siswa menguji ide dan memeriksa kembali pemecahan masalah sebelum mengambil

kesimpulan yang tepat (verifikasi). Proses berpikir kreatif siswa kategori sedang yaitu

siswa mencoba untuk memahami permasalahan akan tetapi kurang memahami informasi

atau petunjuk yang diberikan (persiapan), siswa diam megingat kembali rumus yang

digunakan untuk memecahkan masalah (Inkubasi), siswa menghasilkan ide berdasarkan

pemahamannya terhadap soal untuk memecahkan masalah (Iluminasi), dan siswa menguji
ide yang dihasilkan dan tidak memeriksa kembali proses pemecahan masalah (verifikasi).

Proses berpikir kreatif siswa kategori rendah yaitu siswa tidak memahami permasalahan

dan informasi yang diberikan (persiapan), siswa membutuhkan waktu yang lama untuk

memikirkan solusi dari permasalahan (Inkubasi), siswa gagal dalam menemukan ide

untuk memecahkan permasalahan (Iluminasi), dan siswa menguji ide yang dihasilkan dan

tidak memeriksa kembali jawaban yang telah diujikan (verifikasi).

Informasi terhadap proses berpikir kreatif menurut Siswono (2005) akan memberikan

gambaran tingkat berpikir kreatif siswa yang berguna bagi perancangan langkah-langkah

pembelajaran untuk mendorong dan meningkatkan kreativitas siswa. Dalam dunia

pendidikan, salah satu mata pelajaran yang penting untuk dipelajari oleh siswa adalah

matematika. Pada pembelajaran matematika, pemecahan masalah merupakan aktivitas

yang penting.

Pemecahan masalah matematika merupakan proses yang dilakukan oleh siswa untuk

menyelesaikan masalah yang diberikan dengan menggunakan pengetahuan dan

pemahaman yang dimilikinya. Pemecahan masalah berarti proses mencari solusi yang

tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Aktivitas pembelajaran bukan hanya fokus

pada upaya mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, akan tetapi bagaimana

pengetahuan itu didapatkan untuk menghadapi situasi dalam memecahkan berbagai

permasalahan terkhusus yang ada kaitannya dengan mata pelajaran matematika.

Berdasarkan latar belakang, peneliti mengambil judul “Profil Berpikir Kreatif Siswa

Dalam Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Tahapan Wallas”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah yang

diangkat oleh peneliti adalah : Bagaimana Profil Berpikir Kreatif Siswa Dalam

Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Tahapan Wallas?


C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui Profil Berpikir Kreatif Siswa Dalam

Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Tahapan Wallas.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi Peneliti, untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengatasi

masalah yang ada di dunia pendidikan secara nyata serta bekal untuk dimasa

mendatang.

2. Bagi Guru, dapat mengetahui profil berpikir kreatif siswa dalam memecahkan

masalah matematika berdasarkan Tahapan Wallas.

3. Bagi Siswa, dapat membantu siswa untuk mengetahui dan mengembangkan

kemampuan berpikir kreatif yang dimilikinya.

E. Batasan Istilah

1. Profil Berpikir Kreatif adalah pandangan seseorang secara umum mengenai

aktivitas mental manusia dalam memecahkan masalah matematika dengan

kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban atau menemukan satu

jawaban yang sama tapi dengan banyak cara yang berbeda.

2. Pemecahan Masalah merupakan proses yang dilakukan oleh siswa untuk

menyelesaikan masalah yang diberikan dengan menggunkan pengetahuan dan

pemahaman yang dimilikinya.

3. Tahapan Wallas merupakan teori proses berpikir kreatif yang meliputi tahap 1)

persiapan, 2) inkubasi, 3) iluminasi, dan 4) verifikasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil Berpikir Kreatif

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “profil” memiliki arti yaitu pandangan

dari samping, lukisan, sketsa, biografi, penampang, grafik atau ikhtisar yang memberikan

fakta tentang hal-hal khusus. Susiani (2009;41) mengatakan bahwa profil merupakan

grafik, diagram, atau tulisan yang menjelaskan suatu keadaan yang mengacu pada data

seseorang atau sesuatu.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa profil adalah pandangan

seseorang secara umum yang dijelaskan dalam bentuk grafik, diagram, atau tulisan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “pikir” adalah akal budi, ingatan

angan-angan. Berpikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan

memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan. Berpikir adalah aktivitas

mental untuk menemukan pengertian, mensintesis, menarik kesimpulan rasional apa yang

diperbuat atau diyakini. Berpikir menurut Solo (2008;402) terdiri dari tiga ide dasar,

yaitu:

1. Berpikir adalah aktivitas kognitif yang terjadi didalam mental atau pikiran

seseorang, tidak tampak, tetapi dapat disimpulkan berdasarkan perilaku yang

tampak.

2. Berpikir adalah suatu proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan

didalam sistem kognitif.

3. Aktivitas berpikir diarahkan untuk menghasilkan pemecahan masalah.

Proses berpikir menurut Harsanto (2007;88) merupakan proses mental atas informasi
yang dirasakan, diterima, dan disimpan. Dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah

aktivitas mental seseorang dalam melakukan, memecahkan, dan memutuskan persoalan

yang dihadapi.

Kreatif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996;530) dapat diartikan memiliki

daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan. Menurut Fadillah dan Khorida

(2012;194) kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau

hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Munandar (1999;48) menyatakan bahwa

berpikir kreatif adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap

suatu masalah, dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keberagaman

jawaban berdasarkan data atau informasi yang tersedia.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah

aktivitas mental seseorang dalam memecahkan masalah matematika dengan kemampuan

menemukan banyak kemungkinan jawaban. Sedangkan profil berpikir kreatif adalah

pandangan seseorang secara umum mengenai aktivitas mental manusia dalam

memecahkan masalah matematika dengan kemampuan menemukan banyak

kemungkinan jawaban atau menemukan satu jawaban yang sama tetapi dengan banyak

cara yang berbeda.

Kemampuan berpikir kreatif siswa dapat dinilai dengan beberapa kriteria. Adapun

kriteria tersebut adalah kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Kefasihan mengacu pada

kemampuan siswa dalam menghasilkan jawaban beragam dan benar dari masalah yang

diberikan. Fleksibilitas mengacu pada kemampuan siswa dalam mengajukan beragam

cara untuk menyelesaikan masalah. Kebaruan mengacu pada kemampuan siswa dalam

menjawab masalah dengan jawaban berbeda-beda dan bernilai benar atau satu jawaban

yang tidak biasa dilakukan siswa pada tingkat perkembangan mereka.


Silver (1997;76) menjelaskan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pemecahan

masalah pada tabel berikut.

Tabel 1 : Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah

Kemampuan Berpikir Kreatif Pemecahan Masalah

Kefasihan Siswa menyelesaikan masalah dengan

bermacam-macam solusi dan jawaban.

Fleksibilitas Siswa menyelesaikan masalah dengan lebih

dari satu cara.

Kebaruan Siswa memeriksa jawaban dengan berbagai

metode penyelesaian dan kemudian membuat

metode yang baru yang berbeda.

Berpikir kreatif dalam penelitian adalah kemampuan siswa dalam menghasilkan

banyak kemungkinan jawaban dan cara dalam memecahkan masalah.

Kemampuan berpikir kreatif harus memenuhi semua indikator yang diberikan.

Kemampuan berpikir kreatif dianggap memenuhi jika semua indikator dipenuhi. Jika

salah satu indikator tidak dipenuhi, maka kemampuan berpikir kreatif tersebut juga tidak

dipenuhi.

B. Pemecahan Masalah Matematika

Matematika adalah ilmu yang mendasari ilmu lainnya. Ciri utama matematika adalah

penalaran dedukatif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh

sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau

pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.

Dalam pembelajaran matematikan sering kita jumpai masalah-masalah matematika

yang memerlukan penyelesaian atau pemecahan. Masalah matematika adalah suatu


pernyataan ataupun soal yang berkaitan dengan matematika yang perlu untuk

diselesaikan.

Menurut Soejono (1988;218) suatu masalah matematika dapat dilukiskan sebagai

“Tantangan” apabila dalam proses pemecahannya memerlukan suatu kreativitas,

pengertian, dan imajinasi. Oleh karena itu, masalah matematika yang dilukiskan sebagai

tantangan juga memerlukan pemecahan.

Menurut Hudoyo (1997;191) jenis-jenis masalah matematika adalah sebagai berikut :

1. Masalah transisi, merupakan masalah kehidupan sehari-hari yang untuk

menyelesaikannya perlu translasi dari bentuk verbal kebentuk matematika.

2. Masalah aplikasi, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan

masalah dengan menggunakan berbagai macam-macam keterampilan dan

prosedur matematika.

3. Masalah proses, biasanya untuk menyusun langkah-langkah merusmuskan pola

dan strategi khusus dalam menyelesaikan masalah. Masalah seperti ini dapat

melatih keterampilan siswa dalam menyelesaikan masalah sehingga menjadi

terbiasa menggunakan strategi tertentu.

4. Masalah teka-teki, seringkali digunakan untuk rekreasi dan kesenangan sebagai

alat yang bermanfaat untuk tujuan afektif dalam pembelajaran matematika.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, masalah matematika adalah suatu situasi yang

dihadapi oleh seseorang atau kelompok yang dianggap sebagai tantangan sehingga perlu

untuk dipecahkan atau diselasaikan khususnya dalam mata pelajaran matematika.

Menurut Solso (2008;434) pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah

langsung untuk menemukan suatu solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah yang

spesifik. Suardi (2015) menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah suatu proses

mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya


berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang

tepat dan cermat. Berdasarkan beberapa pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa

pemecahan masalah adalah proses pemikiran seseorang dalam menemukan solusi dari

suatu masalah.

Charles dan O’Daffer (1997) menyatakan tujuan diajarkannya pemecahan masalah

dalam belajar matematika adalah untuk:

1. Mengembangkan keterampilan berpikir siswa.

2. Mengembangkan kemampuan menyeleksi dan menggunakan strategi-strategi

penyelesaian masalah.

3. Mengembangkan sikap dan keyakinan dalam menyelesaikan masalah.

4. Mengembangkan kemampuan siswa menggunakan pengetahuan yang saling

berhubungan.

5. Mengembangkan kemampuan siswa untuk memonitor dan mengevaluasi

pemikirannya sendiri dan hasil pekerjaannya selama menyelesaikan masalah.

6. Mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dalam suasana

pembelajaran yang bersifat kooperatif.

7. Mengembangkan kemampuan siswa dalam menemukan jawaban yang benar pada

masalah-masalah yang bervariasi.

Berdasarkan pendapat diatas, proses pemecahan masalah bertujuan untuk memberi

kesempatam kepada siswa menggunakan pengetahuan mereka, mencoba ide-ide baru,

dan memikirkan berbagai macam kemungkinan jawaban. Dengan kata lain, proses

pemecahan masalah sangat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif. Banyak ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pentingnya pemecahan

masalah diberikan kepada siswa salah satunya adalah Sanjaya (2007) yang menyatakan
pemecahan masalah sangat penting diberikan kepada siswa dengan alasan sebagai

berikut:

1. Kemampuan siswa akan semakin tertangtang serta memberikan kepuasan untuk

menemukan pengetahuan baru.

2. Aktivitas belajar siswa akan semakin meningkat.

3. Siswa akan terbantu dalam mentransfer pengetahuannya untuk memahami

masalah dikehidupan nyata.

4. Kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan kreatif akan semakin berkembang

serta dapat mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan

pengetahuan baru.

5. Kesempatan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki dalam dunia

nyata akan semakin besar.

6. Minat siswa untuk secara terus-menerus belajar akan semakin berkembang

sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir .

Berdasarkan pernyataan diatas, kemampuan pemecahan masalah sangat penting

diberikan kepada siswa khususnya siswa yang masih kurang dalam kemampuan berpikir

kritis dan berpikir kreatif. Dengan kemampuan pemecahan masalah, siswa diharapkan

dapat menyelesaikan masalah matematika tidak berpatok pada rumus saja melainkan

dapat mengembangkan ide-ide kreatif dalam memecahkan masalah.

C. Tahapan Wallas

Siswono (2005) mengungkapkan bahwa proses berpikir kreatif merupakan suatu

proses yang mengkombinasi berpikir logis dan berpikir divergen. Berpikir divergen

digunakan untuk mencari ide-ide dalam menyelesaikan masalah sedangkan berpikir logis

digunakan untuk memverifikasi ide-ide tersebut menjadi sebuah penyelesaian yang

kreatif. Proses berpikir kreatif yang dikembangkan Wallas (1926) merupakan salah satu
teori yang paling umum dipakai untuk mengetahui proses berpikir kreatif yang meliputi

empat tahap yaitu:

1) Tahap Persiapan

Siswa mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan cara

mengumpulkan data yang relevan dari pengalaman sebelumnya maupun

pengetahuan yang baru, serta bertanya kepada orang lain untuk menyelesaikannya.

2) Tahap Inkubasi

Siswa seakan-akan melepaskan diri secara sementara dari masalah tersebut. Tahap

ini penting sebagai awal proses timbulnya inspirasi yang merupakan titik mula

dari suatu penemuan atau kreasi baru.

3) Tahap Iluminasi

Tahap dimana timbulnya inspirasi dan ide-ide yang mengawali dan mengikuti

munculnya inspirasi dan gagasan baru.

4) Tahap Verifikasi

Tahap dimana seseorang menguji dan memeriksa pemecahan masalah tersebut

terhadap realitas.

Indikator berpikir kreatif siswa berdasarkan Tahapan Wallas dalam penelitian adalah

seperti pada Tabel 2 berikut. (Nofiela Nunning, 2017)

Tabel 2: Indikator Berpikir Kreatif Tahapan Wallas

Proses Berpikir Kreatif Tingkah Laku Yang Ditunjukkan

Tahapan Wallas

Tahap Persiapan Siswa mengumpulkan informasi/data untuk

memecahkan masalah.
Tahap Inkubasi Siswa melakukan aktivitas merenung untuk memikirkan

pemecahan masalah yang dituangkan dalam bentuk

coretan kertas.

Tahap Iluminasi Siswa mampu menemukan lebih dari satu ide atau

alternatif jawaban untuk memecahkan permasalahan.

Tahap Verifikasi Siswa memeriksa kembali jawaban yang telah dituliskan

untuk menyakinkan bahwa jawaban tersebut sudah

benar

Dalam tahapan berpikir kreatif model Wallas seseorang dikatakan berpikir kreatif

apabila memenuhi empat tahapan yaitu tahap persiapan, tahap inkubasi, tahap iluminasi, dan

tahap verifikasi. Semakin tinggi kemampuan berpikir kreatif siswa maka semakin kreatif

jawaban yang diberikan oleh siswa.

Keterkaitan antara kemampuan berpikir kreatif dengan Tahapan Wallas disajikan

dalam Tabel 3 berikut ini. (Nofiela Nunning, 2017)

Tabel 3: Keterkaitan Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Dengan Tahapan Wallas

Tahapan Wallas Kriteria Berpikir Kreatif Indikator Berpikir Kreatif

Berdasarkan Tahapan Wallas

1. Tahap Kefasihan Siswa dapat memahami permasalahan

Persiapan dengan menuliskan apa yang diketahui

pada soal.

Fleksibilitas Siswa dapat memahami permasalahan

dengan menuliskan apa yang ditanya

pada soal.
Kebaruan Siswa menggunakan alternatif

bahasanya sendiri dalam menjelaskan

permasalahan yang diberikan.

2. Tahap Kefasihan Siswa melalui proses merenung atau

Inkubasi diam sejenak ketika memikirkan ide

untuk menyelesaikan permasalahan.

Fleksibilitas Siswa memikirkan satu ide atau lebih

yang dituangkan dalam bentuk coretan

rumus.

Kebaruan Siswa memikirkan satu cara unik yang

dituangkan dalam bentuk coretan.

3. Tahap Kefasihan Siswa menuliskan satu ide dalam

Iluminasi memecahkan permasalahan dengan

lancar dan benar serta menuliskan

langkah-langkah penyelesaian.

Fleksibilitas Siswa menuliskankan lebih dari satu

ide dalam menyelesaikan

permasalahan dengan benar.

Kebaruan Siswa mampu menunjukkan

pemahaman yang lebih dengan

menyampaikan ide penyelesaian yang

unik (berbeda dari teman yang lain)

dengan benar.
4. Tahap Kefasihan Siswa memeriksa kembali jawaban

Verifikasi yang mempunyai bermacam-macam

solusi dengan lancar

Fleksibilitas Siswa memeriksa kembali jawaban

yang mempunyai satu solusi dengan

lancar

Kebaruan Siswa memeriksa kembali jawaban

yang mempunyai satu solusi yang unik

dengan lancar

Berdasarkan tabel keterkaitan diatas, peneliti akan megetahui proses berpikir kreatif

siswa melalui indikator berpikir kreatif yang didasarkan dengan Tahapan Wallas.

Misalkan pada tahap persiapan, ketika siswa mencetuskan banyak ide penyelesaian

dalam mengerjakan permasalahan dapat diukur kefasihannya, fleksibilitas, dan

kebaruannya. Begitupun pada tahap inkubasi, tahap iluminasi dan tahap verifikasi. Jadi

setiap tahapan, kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dapat diukur

kefasihannya, fleksibilitasnya dan kebaruannya.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini

berupaya untuk mendeskripsikan atau menjelaskan variabel yang akan diteliti yaitu

berpikir kreatif siswa. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Penelitian

kualitatif bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai suatu hal menurut pandangan

manusia yang diteliti. Pendeskripsian yang dimaksud dalam penelitian adalah profil

berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah matematika berdasarkan Tahapan

Wallas.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA N 5 Kupang, dan subjek penelitian ini

adalah siswa kelas X yang terdiri dari 2 orang siswa. Kedua subjek ini memiliki

kemampuan matematika yang tinggi dan memiliki kemampuan yang sama. Subjek diambil

berdasarkan hasil informasi dari guru dan memiliki kemampuan matematika yang tinggi.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 3

tahapan antara lain: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

1) Tahap persiapan

Tahap persiapan dilakukan oleh peneliti yaitu: a) penyusunan proposal penelitian,

b) pengurusan surat izin penelitian, c) meminta persetujuan dari pihak sekolah

untuk dapat melakukan penelitian, d) melakukan observasi di kelas X, e)

menyusun instrumen penelitian yang divalidasi oleh dosem pembimbing, f)

seminar proposal penelitian, g) merevisi proposal dan instrumen penelitian, h)

memvalidasi proposal dan instrumen penelitian.


2) Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan yang dilakukan oleh peneliti yaitu menentukan subjek

penelitian dengan mengambil 2 orang siswa yang memiliki kemampuan

matematika yang tinggi dan memiliki kemampuan yang sama berdasarkan hasil

observasi dan informasi dari guru dan melakukan wawancara.

3) Tahap Akhir

Tahap akhir yang dilakukan peneliti yaitu: mengolah data hasil penelitian

kemudian melakukan penyusunan laporan penelitian yang berisikan hasil dan

pembahasan penelitian serta kesimpulan dan saran.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan ada dua yaitu: instrumen utama dengan kata lain

peneliti sendiri, instrumen pendukung pedoman wawancara dengan penjelasan sebagai

berikut:

1) Peneliti sendiri, peneliti sangat berperan penting sebagai perencana, pengumpul,

analisator, penafsir dan akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Oleh karena itu,

peneliti menentukan keberhasilan penelitian.

2) Pedoman wawancara, dijadikan sebagai alat untuk memandu saat melakukan

wawancara pada ke 2 subjek tersebut, yang berisi garis besar pertanyaan-

pertanyaan yang mengacu pada tahap pemecahan soal berpikir kreatif.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berkembang sesuai keadaan yang dihadapi

selama wawancara berlangsung. Hal ini bertujuan untuk menggali informasi lebih

mendalam dari subjek penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menjadi salah satu langkah yang harus dilakukan untuk

mendapatkan suatu informasi. Pengumpulan data dilakukan dengan kondisi yang natural,
sumber data dilakukan secara primer yaitu informasi didapatkan secara langsung dari

subjek. Teknik ini lebih sering didapatkan pada saat observasi dan wawancara. Adapun

teknik yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

1) Observasi

Peneliti melakukan observasi berupa pengamatan secara langsung pada subjek

maupun yang bersangkutan yang terlibat dalam penelitian sebagai pelengkap

untuk menghasilkan analisa yang lebih akurat

2) Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui cara berpikir kreatif siswa dalam

memecahkan masalah matematika berdasarkan Tahapan Wallas.

Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi lebih

mengenai kemampuan koneksi dan pemecahan masalah matematika siswa.

1. Permasalahan

Bagaimana Profil Berpikir Kreatif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika

Berdasarkan Tahapan Wallas pada siswa kelas X SMA N 5 Kupang?

2. Tujuan Wawancara

Menyusuri secara mendalam bagaimana kemampuan dari subjek penelitian pada

setiap indikator dalam proses berpikir kreatif dan pemecahan masalah.

3. Metode Wawancara

Wawancara tidak terstruktur

4. Langkah-langkah pelaksanaan wawancara

a. Peneliti berkenalan dengan subjek penelitiaan, kemudian menentukan waktu

yang telah disepakati bersama untuk mengadakan wawancara pada setiap

subjek yang ditetapkan.


b. Menyiapkan pokok-pokok masalah (daftar pertanyaan) yang akan diajukan

kepada informan atau subjek penelitian sebagai tahap lanjutan untuk

memperoleh informasi secara mendalam mengenai kemampuan koneksi dan

pemecahan masalah matematika siswa.

c. Menulis hasil wawancara atau merekam hasil wawancara.

d. Mengidentifikasi tindak lanjut dari hasil wawancara yang telah diperoleh.

Adapun butir-butir pertanyaan wawancara yang akan diajukan dibuat berdasarkan

informasi-informasi yang dibutuhkan dan disesuaikan dengan indikator-indikator

berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematika siswa yang diteliti.

1. Tahap Persiapan

a. Apa yang kamu lakukan setalah membaca soal?

b. Apakah yang diketahui pada permasalahan tersebut?

c. Apakah yang ditanyakan pada permasalahan tersebut?

2. Tahap Inkubasi

a. Setelah mengerti maksud permasalahan, apakah yang kamu lakukan?

b. Apakah kamu sudah pernah mengetahui permasalahan seperti ini

sebelumya?

c. Ketika mencari atau memikirkan cara penyelesaiannya, apakah yang kamu

lakukan?

d. Apakah kamu mendapatkan ide untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut?

e. Kapan kamu mendapatkan ide tersebut? Ketika membaca permasalahan

atau saat yang lain?

3. Tahap Iluminasi
a. Setelah membaca permasalahan atau mencari cara penyelesaian, apakah

kamu langsung mendapatkan ide untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut?

b. Berapa ide yang kamu dapatkan untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut?

c. Ide apakah yang kamu dapatkan?

d. Bagaimana langkah-langkah dalam menyelesaikan permasalah tersebut?

e. Apakah kamu yakin jawabanmu benar?

4. Tahap Verifikasi

a. Setelah kamu selesai mengerjakan soal, apakah kamu sudah memeriksa

jawabanmu kembali?

b. Bagaimana cara kamu memeriksa jawabanmu?

c. Apakah hasil pemeriksaanmu tersebut menunjukkan bahwa jawabanmu

benar?

d. Apakah kamu dapat menyelesaikan semua permasalahan tersebut?

e. Apakah ada hambatan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut?

3) Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumentasi yang dimaksud peneliti berupa data hasil pekerjaan siswa.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah cara yang digunakan untuk mengolah data penelitian. Tujuan

adanya analisis data adalah untuk memperoleh informasi yang lebih jelas dan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif.


Analisis data kualitatif dilakukan berdasarkan fakta atau informasi yang dijumpai di

lapangan. Analisis data dalam penelitian ini meliputi:

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu data yang didapatkan dari hasil penelitian dilapangan dengan

jumlahnya yang begitu banyak, berdasarkan hal tersebut perlu adanya perincian

dengan teliti. Mereduksi data artinya membuat suatu rangkuman pada hal yang

pokok saja dan tidak megambil data yang tidak penting. Data yang diambil dari

hasil reduksi data akan memberikan keterangan yang jelas, sehingga peneliti

mudah untuk melakukan langkah berikutnya. Dalam proses berpikir sangat

dibutuhkan kecerdasan yang luas serta wawasan yang tinggi harus dilakukan

secara mendalam. Dalam tahap ini peneliti memiliki yang namanya panduan

dengan tujuan yang akan dicapai.

2. Penyajian data

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga

memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara membandingkan hasil pekerjaan

siswa dengan hasil wawancara pada masing-masing sumber data. Sehingga dapat

ditarik kesimpulan bagaimana profil berpikir kreatif siswa dalam memecahkan

masalah matematika berdasarkan Tahapan Wallas.

G. Triangulasi

Triangulasi adalah suatu teknik yang bertujuan untuk menjaga keobjektifan dan

keabsahan data dengan cara membandingkan informasi data yang diperoleh dari beberapa

sumber sehingga data yang diperoleh merupakan data yang absah. Triangulasi diartikan
sebagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Nantinya akan

ditambah dengan data hasil observasi sebagai pelengkap agar analisa lebih akurat. Teknik

triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi metode yaitu dilakukan

dengan cara mengecek data dengan sumber yang sama dengan teknik yang berbeda,

dengan membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara. Sumber yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA N 5 Kupang.


DAFTAR PUSTAKA

Fadillah, M., DAN Khorida L.M. 2012.


Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Yogyakarta: AR-RUZZ. Media.

Harsanto, Ratno. 2007.


Pengelolaan Kelas Yang Dinamis. Yogyakarta: Kanisius.

Mahmudi, A. 2010.
Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Makalah Konferensi Nasional
Matematika XV UNIMA.

Munandar, S.C. Utami. 2009.


Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Siswono, Tatag Y.E. 2008.


Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajaran dan Pemecahan Masalah
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya:
Soal Kemampuan Berpikir Kreatif

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas :X

Petunjuk Pengerjaan Soal


a. Berdoalah sebelum mengerjakan soal
b. Bacalah soal dengan seksama
c. Jawablah soal dengan langkah-langkah yang jelas
d. Periksa kembali jawaban sebelum dikumpulkan

1. Pabrik pada bulan pertama memproduksi 120 pasang sepatu, setiap bulannya hasil
produksi mengalami pertambahan 30 pasang sepatu. Jumlah pasang sepatu di
produksi pabrik pada tahun pertama adalah...
Penyelesaian :
Dik : a = 120
b = 30
n = 12
Dit : S12 = ...?
Jawab :
Cara I :
n
Sn = (2a + (n-1) b)
2

12
S12 = (2(120) + (12-1) 30)
2

= 6 (240+ 330)
= 6 (570)
= 3.420

Cara II :

Un = a + (n-1) b

= 120 + (12-1) 30

= 120 + 11 × 30

= 120 + 330

= 450
n
Sn = (a + Un)
2

12
= (120 + 450)
2

= 6 × 570

= 3.420

Anda mungkin juga menyukai