Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LAPS-HEURISTIK (LOGAN


AVENUE PROBLEM SOLVING) TERHADAP KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA POKOK BAHASAN
PERBANDINGAN DI SMP NEGERI 1 BINAMU

SITTI NUR AISYAH ARMAN

200101501003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Batasan Masalah ..................................................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 6
E. Manfaat Penellitian ................................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 7
A. Kajian Pustaka ........................................................................................................ 7
1. Model Pembelajaran LAPS-Heuristik ................................................................ 7
3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ................................................... 12
4. Hubungan Antara Model Pembelajaran LAPS-Heuristik dengan Kemampuan
Pemecahan Matematis............................................................................................... 16
5. Materi Perbandingan ......................................................................................... 17
B. Penelitian Yang Relevan ....................................................................................... 20
C. Kerangka pikir ...................................................................................................... 22
D. Hipotesis Penelitian .............................................................................................. 23
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................... 23
A. Jenis Penelitian...................................................................................................... 23
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................ 23
C. Populasi dan Sampel ............................................................................................. 23
D. Desain Penelitian .................................................................................................. 24
E. Definisi Variabel Penelitian .................................................................................. 24
F. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 25
G. Teknik pengumpulan data ................................................................................. 27
H. Prosedur penelitian............................................................................................ 28
I. Teknik Analisis Data ............................................................................................. 29
J. Indikator Pengaruh pembelajaran ......................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... ii

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diperhatikan negara. Suatu

negara dikatakan baik apabila aspek pendidikannya berkembang dan

berkualitas (Iriana, 2018). Seperti yang diungkapkan dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI,2007) pendidikan diartikan sebagai proses

pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam

hal ini, komponen yang melekat pada pendidikan diantaranya adalah kurikulum,

pendidik, dan peserta didik. Pendidik memiliki peranan penting dalam

pendidikan peserta didiknya agar tercapai tujuan pendidikan.

Sebagai dasar pengetahuan dari beberapa cabang ilmu pengetahuan,

menjadikan matematika sebagai studi yang wajib untuk dikaji (Hardiana 2018).

Bahan kajian matematika meliputi berhitung, ilmu ukur dan aljabar

dimaksudkan untuk mengembangkan logika dan kemampuan berpikir siswa

(UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas).

Pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari

sekolah dasar hingga jenjang perguruan tinggi untuk membekali mereka dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta

kemampuan bekerjasama. Ini berarti matematika memegang peranan yang

sangat penting dalam berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam

1
2

kehidupan sehari-hari, dalam perkembangan IPTEK, maupun dalam rangka

pembentukan sikap positif siswa (Yunarni, 2018). Abdurrahman dalam

(Dwidarti, dkk, 2019) mengemukakan bahwa 5 alasan perlunya belajar

matematika yaitu berpikir yang logis, untuk memecahkan masalah

kehidupan sehari-hari, mengenal pola hubungan dan generalisasi

pengalaman, untuk mengembangkan kreativitas, dan untuk meningkatkan

kesadaran terhadap perkembangan budaya. Sementara menurut (Bowen, 2016)

tujuan mempelajari matematika adalah agar siswa mampu dalam komunikasi

matematis, menguasai konten matematika, pemecahan masalah/penalaran,

koneksi, dan belajar mandiri dan kolaboratif. Berdasarkan tujuan pembelajaran

matematika tersebut, kemampuan pemecahan masalah matematis perlu

diperhatikan. Hal ini dikarenakan melalui pemecahan masalah siswa dapat

menggunakan pengetahuan matematika yang telah dimiliki untuk

menyelesaikan masalah matematis dalam rangka mengembangkan kemampuan

pemecahan masalah matematis.

Pemecahan masalah adalah suatu cara atau strategi untuk mewujudkan

harapan sesuai dengan prosedur yang baik dan benar, mampu mengatasi soal-

soal yang sulit dengan cara mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki

sehingga menuntut siswa untuk dapat berpikir kreatif dan efisien. (Azwardi &

Sugiarni, 2019). Pendekatan mengajar pemecahan masalah menekankan tiga

hal, yaitu meningkatkan sikap positif siswa terhadap matematika, mendorong

siswa untuk berpartisipasi aktif, dan menghadapkan siswa pada keterampilan


3

yang menantang agar siswa berlatih melakukan pemecahan masalah dan

berpikir analitik (Eviliyanida, 2010).

Berdasarkan wawancara guru di SMP Negeri 1 Binamu mengatakan bahwa

beberapa peserta didik menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit.

Selain itu, kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di SMP Negeri 1

Binamu masih sangat rendah. Hal ini sejalan dengan data (Kemendikbud,2021)

yaitu rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa tercermin dari rata-rata

nilai AKM siswa terutama pada jenjang SMP. Menurut informasi yang

didapatkan dari guru, salah satu penyebab rendahnya kemampuan siswa dalam

pemecahan masalah ialah kebingungan untuk memulai mengambil langkah

pemecahan masalah terutama saat dihadapkan pada soal cerita.

Oleh sebab itu, yang perlu diperhatikan adalah keterlaksanaan proses

pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Berdasarkan hasil observasi

didapatkan bahwa proses pembelajaran yang berlangsung di SMP Negeri 1

Binamu masih tergolong menggunakan model konvensional atau dengan kata

lain guru yang masih mendominasi proses pembelajaran yang menyebabkan

siswa kurang termotivasi untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Sehingga diperlukan model pembelajaran yang dapat membuat siswa

mengembangkan kreativitas dalam berpikir adalah pembelajaran yang bersifat

tuntunan dalam solusi masalah. Salah satu model pembelajaran yang dianggap

dapat melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

adalah model pembelajaran LAPS-Heuristik (Logan Avenue Problem Solving).


4

Penemuan Murni Meier. 1995 dalam (Hardiana, 2018) disebutnya sebagai

"heuristik", diartikan sebagai tujuan yang hendak ditemukan, jalan atau proses

semata-mata ditentukan oleh peserta didik itu sendiri. Peserta didik dituntun

untuk menyelesaikan permasalahan dengan diberi pertanyaan pancingan yang

mengarah kepada apa yang akan dicari. Pembelajaran model LAPS-Heuristik

dapat menimbulkan rasa ingin tahu dan motivasi yang membuat peserta didik

menjadi lebih kreatif yang terdiri dari tahapan memahami masalah,

merencanakan solusi, memecahkan masalah, dan meninjau kembali solusi

(Husna, 2018). LAPS-Heuristik memungkinkan peserta didik untuk

menganalisis suatu masalah secara runtut dan cepat maka kemampuan berpikir

peserta didik dapat dilatih dan ditingkatkan (Anggrianto, 2016).

Model pembelajaran LAPS-Heuristik merupakan salah satu model

pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas dan kecepatan berpikir

siswa (Pratiwi, 2019). Model pembelajaran LAPS-Heuristik cenderung

berpusat pada siswa (student centered), dimana siswa diberikan kesempatan

untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri (Adiarta, 2014). Oleh karena itu,

model LAPS-Heuristik akan membuat siswa lebih aktif untuk mencari solusi

dalam permasalahan matematika.

Pada model pembelajaran LAPS-Heuristik guru menuntun siswa dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mencari alternatif penyelesaian soal

yang paling efektif dan efisien. Terdapat empat langkah dalam model

pembelajaran LAPS-Heuristik yaitu memahami masalah, merencanakan

pemecahan, menyelesaikan masalah dan memeriksa kembali hasil yang


5

diperoleh. Yang mana langkah-langkah dari model pembelajaran LAPS-

Heuristik ini memang sangat erat hubungannya dengan langkah-langkah

pemecahan masalah. Dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

LAPS-Heuristik, diharapkan siswa dapat menyelesaikan masalah dengan cara

yang sistematis sehingga kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika

berkurang khususnya pada pokok bahasan perbandingan.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti terdorong untuk melakukan

penelitian berjudul " Pengaruh Model Pembelajaran LAPS-Heuristik (Logan

Avenue Problem Solving) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

Pada Pokok Bahasan Perbandingan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

“Apakah model pembelajaran LAPS-Heuristik berpengaruh terhadap

kemampuan pemecahan masalah dalam pokok bahasan perbandingan pada

siswa kelas VII SMP Negeri 1 binamu”

C. Batasan Masalah

Mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, dan tidak

memungkinkan setiap masalah yang ada untuk diteliti, maka penelitian

membatasi permasalahan pengaruh model pembelajaran LAPS-Heuristik

terhadap pemecahan masalah siswa pada pokok bahasan perbandingan.


6

Sedangkan siswa yang diteliti adalah siswa kelas VII semester genap SMP

Negeri 1 Binamu tahun ajaran 2023/2024

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh model pembelajaran LAPS-Heuristik terhadap

kemampuan pemecahan masalah dalam pokok bahasan perbandingan pada

siswa kelas VII SMP Negeri 1 binamu.

E. Manfaat Penellitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian sebagi berikut:

1. Bagi Siswa

a. Dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah dan memberikan pemahaman yang kuat khususnya pada materi

perbandingan

b. Membantu siswa agar lebih kreatif dalam keiatan pembelajaran

2. Bagi Guru

a. Dapat memberikan gambaran terhadap hasil belajar siswa pada materi

perbandingan menggunakan model pembelajaran LAPS-Heuristik

b. Sebagai bahan pertimbangan guru dalam memilih model yang tepat

digunakan dalam pembelajaran

3. Bagi Sekolah

a. Diharapkan dapat bermanfaat dalam peningkatan mutu dan efektifitas

pembelajaran disekolah.
7

b. Sebagai informasi untuk memotivasi tenaga kependidikan agar

menerapkan model kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran

4. Bagi peneliti

Sebagai bahan literatur dan pertimbangan bagi peneliti lain yang ingin

mengkaji serta mengembangkan masalah yang serumpun dengan tulisan ini

secara lebih luas.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka

1. Model Pembelajaran LAPS-Heuristik

a. Pengertian Model Pembelajaran LAPS-Heuristik

Model pembelajaran LAPS-Heuristik merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang berlandaskan paradigma konstruktivistik

(Farikha, 2019). Menurut (Adiarta, 2014), kegiatan pembelajaran pada model

pembelajaran LAPS-Heuristik cenderung berpusat pada siswa (student

centered), dimana siswa diberikan kesempatan untuk mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri, yaitu bermula dari mengetahui tentang apa

masalahnya, adakah alternatifnya, apakah bermanfaat, apakah solusinya dan

bagaimana sebaiknya mengerjakannya.

Menurut Gunawan dalam (Farikha, 2019) Laps-Heuristik adalah model

pembelajaran matematika yang menekankan pada pencarian alternatif yang

berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan

masalah yang sedang dihadapi, kemudian menentukan alternatif yang akan

diambil sebagai solusi, dan menarik kesimpulan dari masalah tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulakn bahwa model pembelajaran LAPS-

Heuristik merupakan model pembelajaran yang menuntun siswa dalam

pemecahan masalah sehingga siswa dapat mengkontruksi pengetahuan yang

dimilikinya. Tuntutan tersebut juga berupa kata tanya apa masalahnya, adakah

7
8

alternatifnya, apakah bermanfaat, apakah solusinya bagaimana sebaiknya

mengerjakannya, dan bagaimana kesimpulannya, sehinga siswa dapat

menyelesaikan masalah dengan tepat dan sistematis.

b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran LAPS-Heuristik

Menurut Shoimin (2014) dalam model pembelajaran LAPS-Heuristik

terdapat empat langkah yang harus dilakukan, yaitu: (1) Memahami masalah; (2)

Merencanakan pemecahannya; (3) Menyelesaikan masalah sesuai rencana

langkah kedua; (4) Memeriksa Kembali hasil yang diperoleh (looking back).

Menurut (Farikha, 2019) fase-fase tersebut dijabarkan pada Tabel sebagai

berikut

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model pembelajaran LAPS-Heuristik

Fase Kegiatan Guru


Memahami masalah 1. Guru menyajikan suatu
permasalahan kepada siswa
2. Guru membimbing siswa
dalam memperoleh informasi
yang diketahui dan
ditanyakan, dengan cara
memberi beberapa pertanyaan
yang mengarahkan pada
penggalian informasi
Merencanakan pemecahan masalah 1. Guru membimbing siswa
dalam menyusun rencana
penyelesaikan masalah
2. Guru memotivasi siswa untuk
mencari solusi dari
9

permasalahan yang disajikan


dengan memberi pertanyaan
untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
Melaksanakan rencana 1. Guru membimbing dengan
penyelesaian masalah memberi pertanyaan-
pertanyaan yang mengarahkan
siswa untuk melaksanakan
penyelesaian masalah dengan
menjalankan langkah-langkah
penyelesaian masalah yang
telah disusun.
Pengecekan ulang hasil yang 1. Guru membimbing siswa
diperoleh untuk melakukan pengecekan
ulang hasil yang telah
diperoleh
2. Guru memberi pertanyaan-
pertanyaan yang bertujuan
memberikan penguatan
terhadap jawaban siswa

c. Sistem Sosial Model Pembelajaran LAPS-Heuristik

Sistem sosial menjelaskan peran dan hubungan antara siswa dan guru. Model

pembelajaran LAPS-Heuristik cenderung berpusat pada siswa (student

centered), dimana siswa iberikan kesempatan untuk mengkontruksi

pengetahuannya sendiri (Adiarta.2014). Guru sebagai fasilitator dan

membimbung siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut (Sari,2016)

Sistem sosial model LAPS-Heuristik dijelaskan pada Tabel berikut ini.


10

Tabel 2.2 Sistem Sosial Model LASP-Heuristik


Fase Perilaku Guru Perilaku Siswa
Memahami Guru memberikan Siswa memahmi masalah
masalah masalah yang harus yang diberikan guru dan
diselesaikan oleh siswa menanyakan apabila ada hal-
dan membimbing siswa hal yang belum dipahami
untuk memahami Siswa menuliskan apa yang
masalah yang diberikan diketahui dan apa yang
ditanyakan.
Merencanakan Guru membimbing siswa Siswa melakukan diskusi
penyelesaian dalam melaksanakan kelompok untuk Menyusun
masalah rencana penyelesaian rencana penyelesaian
masalah masalah.
Melaksanakan Guru membimbing siswa Siswa melakukan diskusi
rencana dalam melaksanakan kelompok untuk
penyelesaian rencana penyelesaian melaksanakan rencana
masalah masalah penyelesaian masalah
Pengecekan Guru membimbing siswa Siswa memeriksa Kembali
ulang hasil yang untuk melakukan hasil yang telah diperoleh dan
telah diperoleh pengecekan ulang hasil menyimpulkan hasil
yang telah diperoleh penyelesaian.

d. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran LAPS-Heuristik

Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam model pembelajaran

LAPS-Heuristik menurut (Shoimin,2014):

1) Kelebihan Model Pembelajaran LAPS-Heuristik


11

a) Dapat menimbulkan keingintahuan dan motivasi untuk bersikap

kreatif

b) Disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan, disyaratkan

adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat

pertanyaan yang benar.

c) Menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas,dan beraneka ragam

serta dapat menambah pengetahuan baru.

d) Dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah

diperolehnya.

e) Mengajak siswa memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu

membuat analisis dan sintesis, dan dituntut untuk membuat

evaluasi terhadap hasil pemecahannya.

f) Merupakan kegiatan yang penting bagi siswa yang melibatkan

dirinya, bukan hanya satu bidang studi tapi (bila diperlukan)

banyak bidang studi

2) Kekurangan Model Pembelajaran LAPS-Heuristik

a) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai

kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk

dipecahkan, mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

b) Keberhasilan strategi pembelajaran membutuhkan cukup waktu

untuk persiapan
12

c) Tanpa pemahaman mengapa berusa untuk memecahkan masalah

yang sedang dipelajari, mereka tidak akan belajar apa yang

mereka ingin pelajari.

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

a. Pengertian Masalah

Masalah ialah sesuatu yang harus di selesaikan atau di pecahkan. Menurut

(Laia, 2018) “masalah merupakan entitas yang sering dijadikan sebagai titik

tolak dari seluruh kegiatan keilmuan yang akan dilakukan oleh seorang

akademisi”. Menurut Bell dalam (Armiati, 2020) memberikan definisi “masalah

sebagai situasi yang dapat digolongkan sebagai masalah bagi seseorang adalah

bahwa keadaan ini didasari ada kemauan dan merasa perlu melakukan tindakan

untuk mengatasinya dan melakukannya, serta tidak segera dapat ditemukan cara

mengatasi situasi tersebut.

Posamantier dan Stepelman dalam (Annas, 2022) percaya bahwa problem

atau masalah adalah pernyataan yang menimbulkan tantangan dan

membutuhkan kreativitas, pengalaman, pemikiran orisinal atau imajinasi dalam

menentukan solusi. Menurut (Umar,2016) masalah dikatakan sebagai masalah

jika seseorang tidak memiliki aturan-aturan tertentu yang dapat segera

digunakan untuk menentukan pemecahan masalah.

b. Pengertian Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah adalah suatu poses mental dan intelektual dalam

menemukan suatu permasalahan memecahkannya berdasarkan data dan


13

informasi yang akurat, sehingga diambil kesimpulan yang tepat dan cermat

(Hamalik,2013). Sementara menurut (Azwardi & Sugiarni, 2019) pemecahan

masalah adalah suatu cara atau strategi untuk mewujudkan harapan sesuai

dengan prosedur yang baik dan benar, mampu mengatasi soal-soal yang sulit

dengan cara mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki sehingga menuntut

siswa untuk dapat berpikir kreatif dan efisien. Pemecahan masalah pada

dasarnya adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan

masalah yang dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah

baginya (Hujodo, 2008)

Pemecahan masalah merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran

matematika. Pemecahan masalah, dapat membangun sebuah percaya diri

peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematis. Selain itu, peserta didik

yang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis, mampu

meningkatkan pengambilan keputusan-keputusan dalam kehidupan sehari-hari.

Sejalan dengan pendapat Cooney dalam (H. Laia, 2019) bahwa “pemilikan

kemampuan pemecahan masalah membantu siswa berpikir analitik dalam

mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari dan membantu

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi situasi baru”.

c. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan suatu hal yang

sangat penting dalam matematika karena dari proses penyelesaian masalah

siswa mendapat pengalaman menggunakan pengetahuan dan juga keterampilan


14

yang telah dimiliki sebelumnya. Menurut (Sari,2016) Pnyelesaian masalah

dalam matematika meliputi: Penyelesaian soal cerita, menyelesaikan masalah

yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari

atau keadaan lain, membuktikan dan menciptakan.

Dengan mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika yang

dimiliki siswa, guru dapat mengetahui kekurangan dan kelemahan-kelemahan

yang didmiliki siswa serta dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadapa

metode atau strategi yang sudah diaplikasikan oleh gutu dan dapat menjadi

Langkah awal untuk guru atau peneliti lain dalam menentukan tindakan yang

tepat terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa (Kintoko dan Herdianus,

2021)

d. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Indikator pemecahan masalah menurut badan Standar Nasional Pendidikan

(BNSP), yaitu: (1) Menunjukkan pemahaman masalah; (2) Mengorganisasi data

dan menulis informasi yang relevan dalam pemecahan masalah: (3) menyajikan

masalah secara matematika dalam berbagai bentuk: (4) memilih pendekatan dan

metode pemecahan masalah secara tepat: (5) mengembangkan strategi

pemecahan masalah: (6) membuat dan menafsirkan model matematika dari

suatu masalah: (7) menyelesaikan masalah matematika yang tidak rutin.

Peserta didik yang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis,

dapat menyelesaikan masalah dengan lndikator-Indikator dan ketentuan


15

matematika yang benar. Adapun Indikator-Indikator pemecahan masalah

menurut Polya (1985) antara lain:

1) Memahami masalah

Dalam memahami masalah terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

a) identifikasi apa yang diketahui dari masalah tersebut, b)

identifikasi apa yang akan dicari, c) mengabaikan hal-hal yang tidak

relevan dengan permasalahan.

2) Merencanakan pemecahan masalah

Kemampuan ini sangat tergantung pada pemahaman siswa pada

masalah yang akan diselesaikan. Pada umumnya, semakin siswa

memahami permasalahan yang diberikan, ada kecenderungan siswa

semakin kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian masalah.

Dalam merencanakan penyelesaian masalah terdapat beberapa hal

yang dapat dilakukan siswa, diantaranya: a) Membuat Tabel, grafik

atau diagram, b) Membuat model matematika dari suatu soal yang

disajikan, c) Menggunakan rumus, d) Menyederhanakan

permasalahan dengan membagi menjadi bagian-bagian

a) Melaksanakan rencana pemecahan masalah

Jika rencana penyelesaian masalah telah dibuat, baik secara tertulis

maupun tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah dengan

sistematis sesuai rencana yang dianggap paling tepat.

b) Melihat kembali hasil pemecahan masalah.


16

Pengecekan kembali terhadap semua langkah-langkah dari fase

pertama sampai dase penyelesaian ketiga. Dalam pengecekan

kembali hasil yang diperoleh terdapat beberapa hal yang dapat

dilakukan siswa, diantaranya: a) menuliskan hasil akhir dengan

tepat; b) menuliskan kesimpulan dengan menuliskan kembali apa

yang di tanya pada soal

Sehingga pada akhirnya dengan kemampuan pemecahan masalah

matematis yang dimiliki peserta didik, teknik dalam penyelesaian masalahnya

lebih terstruktur dan logis secara matematis.

4. Hubungan Antara Model Pembelajaran LAPS-Heuristik dengan

Kemampuan Pemecahan Matematis

Model pembelajaran LAPS-Heuristik memiliki peran penting terhadap

kemampuan pemecahan masalah siswa karena model pembelajaran LAPS-

Heuristik merupakan model yang menekankan pada pemecahan masalah

matematika dan pencarian solusi yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang

dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dalam model

pembelajaran LAPS-Heuristik, siswa tidak hanya diminta untuk menyelesaikan

tugas atau memperoleh jawaban tetapi lebih penting, mereka diajak untuk

memecahkan masalah sesuai dengan Langkah-langkah yang telah disusun.

Sintaks dari model LAPS-Heuristik dan Indikator pemecahan masalah

yang dikemukakan polya juga sangat berkaitan erat, dimana terdapat empat

langkah dalam menuntun siswa memecahkan masalah, yakni: 1) Memahami


17

masalah, 2) Merencanakan penyelesaian masalah, 3) Melaksanakan rencana

penyelesaian masalah, 4) pengecekan ulang hasil yang diperoleh. Fase-fase

pada model pembelajaran LAPS-Heuristik juga didesain khusus untuk melatih

dan menuntun siswa dalam memecahkan masalah secara sistematis.

Berikut dapat dilihat dari Tabel kaitan erat antara fase-fase model

pembelajaran LAPS-Heuristik dengan indikator kemampuan pemecahan

masalah:

Tabel 2.3 Sintaks Model Pembelajaran LAPS-Heuristik dan Indikator


Kemampuan Pemecahan Masalah
Sintaks Model Pembealajaran LAPS- Indikator
Heuristik. Indikator Kemampuan Kemampuan
Pemecahan Masalah Pemecahan Masalah
Fase 1 Memahami masalah Memahami masalah
(apa masalah dari
soal)
Fase 2 Merencanakan Merencanakan
pemecahan masalah pemecahan masalah
(bagaiamana
cara/model yang tepat
untuk
menyelesaikannya)
Fase 3 Melaksanakan Melaksanakan rencana
rencana penyelesaian pemecahan masalah
masalah
Fase 4 Memeriksa kembali Memeriksa kembali
hasil yang diperoleh hasil pemecahan
(memberikan masalah
pertanyaan untuk
menguatkan jawaban
yang telah ia peroleh)

5. Materi Perbandingan

a. Perbandingan
18

Menurut (Ponidi & Nugroho Masayuki,2020) Perbandingan (rasio)

merupakan salah satu teknik atau cara dalam membandingkan dua besaran.

Ada tiga acara berbeda dalam menyatakan suatu perbaningan, yaitu:

𝑎 1
(1) Pecahan 𝑏, misalnya 4,

(2) Dua bilangan yang dipisahkan oleh titik dua (:), misalnya 1 : 4,

(3) Dua bilangan yang dipisahkan oleh kata dari, misalnya 1 dari 4.

Tabel 2.3 Bentuk Perbandingan


Nilai Awal Nilai Akhir
A C
B D

b. Perbandingan Senilai

1) Pengertian perbandingan Senilai

Perbandingan senilai dapat disebut juga dengan perbandingan

seharga. Perbandingan senilai atau seharga adaah perbandingan antara

dua besaran yang apabila salah satu besaran memiliki nilai semakin

besar, maka nilai besaran yang lain akan semakin besar dan juga

sebaliknya. Perbandingan senilai disebut juga dengan proporsi. Berikut

rumus senilai:

𝑎 𝑐
= 𝑑 ; dimana 𝑏, 𝑑 ≠ 0
𝑏

Nilai tersebut sama dengan 𝑎 × 𝑑 = 𝑏 × 𝑐

2) Contoh soal perbandingan senilai

Harga 3 buah nanas Rp. 20.000. berapakah harga 8 nanas?

Penyelesaian:
19

Misalkan harga 8 nanas = x, maka persamaannya adalah sebagai

berikut:

Banyak buah nanas Harga nanas


3 20.000
12 X
Sehingga:

3 20.000
=
12 𝑥

⇔ 3 × 𝑥 = 12 × 20.000

⇔ 3𝑥 = 240.000

240.000
⇔𝑥=
3

⇔ 𝑥 = 80.000

Jadi harga 12 nanas adalah Rp. 80.000

c. Perbandingan berbalik nilai

1) Pengertian perbandingan berbalik nilai

Perbandingan berbalik nilai adalah suatu perbandingan yang apabila

salah satu besaran yang dibandingkan nilainya bertambah, maka besaran

lainnya memiliki nilai yang semakin kecil. Berbeda dengan

perbandingan senilai, nilai suatu barang akan bertambah/berkurang

sejalan dengan nilai barang yang dibandingkan. Berikut rumus

perbandingan berbalik nilai:

𝑎 𝑑
= 𝑐 , dimana 𝑏, 𝑑 ≠ 0
𝑏

Nilai tersebut sama dengan 𝑎 × 𝑐 = 𝑏 × 𝑑

2) Contoh perbandingan berbalik nilai


20

Pada suatu hari seorang peternak memiliki 30 ekor domba dan

mempunyai persediaan makanan selama 15 hari. Jika peternak itu

menjual 5 ekor domba, maka berapa hari persediaan makanan habis?

Penyelesaian:

Misalkan x adalah banyak hari hingga persediaan makanan habis

untuk 25 ekor domba

Banyak Domba Banyak Hari


30 15
25 X
Sehingga:

30 𝑥
=
25 15

⇔ 30 × 15 = 𝑥 × 25

⇔ 450 = 25𝑥

450
⇔𝑥=
25

⇔ 𝑥 = 18

Jadi waktu yang diperlukan waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan pekerjaan yang dikerjakan oleh 12 orang adalah 12

jam.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian relevan yang menjadi referensi dalam penelitian ini adalah

penelitian dari Andi Sri Hardiana (2018) dengan judul “Efektivitas Penerapan

Model Pembelajaran Logan Avenue Problem Solving (Laps)-Heuristik


21

Terhadap Kemampuan Prosedural Siswa SMP Negeri 1 Tanasitolo” dengan

hasil penelitian bahwa Model pembelajaran (Laps)-Heuristik efektif terhadap

kemampuan prosedural siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tanasitolo pada

pembelajaran Garis Singgung Lingkaran.

Penelitian lain yang relevan yaitu penelitian dari Ananti Pratiwi (2019)

dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran LAPS-HEURISTIC Terhadap

Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kreativitas Siswa SMP

Muhammadiyah 02 MEDAN T.P 2019/2020” dengan hasil penelitian bahwa

Model pembelajaran Laps-Heuristic berpengaruh terhadap hasil belajar

matematika siswa yang ditinjau dari segi kreativitasnya.

Penelitian lain yang relevan yaitu penelitian dari Ratna Kartika Sari (2016)

dengan judul “ Keefektifan Model LAPS-Heuristik Terhadap kemampuanı

Pemecahan Masalah Matematis dan Tanggung Jawab Siswa Kelas VII Pada

Pembelajaran Geometri” dengan hasil penelitian bahwa Model pembelajaran

Laps-Heuristik efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis

dan tanggung jawab siswa pada pembelajaran Geometri.

Penelitian-penelitian yang telah disebutkan diatas mempunyai persamaan

dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Persamaan

terletak pada hal melihat pengaruh model pemebelajaran LAPS-Heuristik

dengan menggunakan metode kuantitatif. Perbedaannya terletak pada hal yang

ditinjau, tempat penelitian, dan materi untuk bahan penelitian.


22

C. Kerangka pikir

Proses belajar mengajar dikatakan berkualitas apabila berpengaruh

langsung terhadap siswa. Jika siswa menunjukkan penguasaan pada materi serta

tujuan pembelajaran maka proses pembelajaran tersebut dapat dikatakan

berhasil. Kendala yang sering ditemukan dalam pembelajaran matematika

adalah rendahnya kemampuan pemecahan masalah. Hal ini dapat dilihat dari

kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal matematika sehingga dapat dijadikan

indikasi bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih tergolong rendah.

Pemecahan masalah matematika merupakan proses untuk menemukan

solusi atau jawaban dari suatu permasalahan matematika. Dalam penelitian ini,

Apabila seseorang mampu menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan

langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya yaitu: 1) Memahami

masalah, 2) Membuat rancangan masalah. 3) Melaksanakan rancangan

pemecahan masalah, 4) Memeriksa kembali hasilnya, maka dapat dikatakan

sebagai pemecah masalah yang baik.

Model pembelajaran yang mendukung hal tersebut ialah model

pembelajaran LAPS-Heuristik, dimana ini merupakan suatu model

pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada model pembelajaran ini,

pengetahuan dibangun dari pengetahuan siswa itu sendiri dan guru bertugas

memberi pertanyaan-pertanyaan yang akan mengarahkan siswa pada konsep

materi yang akan dipelajari. Model pembelajaran LAPS-Heuristik ini juga

merupakan model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk memahami dan

membuat rancangan sendiri dalam menyelesaikan permasalahan.


23

Dari penggunaan model pembelajaran LAPS-Heuristik ini diharapkan siswa

lebih aktif pada saat proses pembelajaran agar dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa melalui materi Perbandingan.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian ini

adalah model pembelajaran LAPS-Heuristik berpengaruh terhadap kemampuan

pemecahan masalah dalam pokok bahasan perbandingan pada siswa kelas VII

SMP Negeri 1 Binamu.

Hipotesis yang diuji dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik sebagai

berikut:

1. Rata rata hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran LAPS-

Heuristik minimal memenuhi KKM≥ 75.

𝐻0 : 𝜇 ≤ 75 Vs 𝐻1 : 𝜇 > 75

Keterangan:

𝜇 = Parameter skor rata rata hasil pemecahan masalah siswa yang

diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran LAPS-Heuristik

2. Terjadinya peningkatan hasil kemampuan pemecahan matematika siswa

yaitu skor rata rata posttest lebih tinggi dari pada skor rata rata pretest

dengan menggunakan Model LAPS-Heuristik.

𝐻0 : 𝜇𝑔 ≤ 0,3 Vs 𝐻1 : 𝜇𝑔 > 0,3


24

Keterangan:

𝜇𝑔 = Parameter skor rata rata gain ternormalisasi

Dengan kriteria uji 𝐻0 ,diterima jika nilai signifikan 𝑃𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 ≥ 0,05

sebaliknya jika nilai signifikan 𝑃𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 < 0,05 maka Ho ditolak.

3. Hipotesis yang diajukan untuk pemecahan masalah siswa dirumuskan

dalam bentuk hipotesis statistik sebagai berikut:

𝐻0 : 𝜇𝑘𝑘 ≤ 75% Vs 𝐻1 : 𝜇𝑘𝑘 > 75%

Keterangan:

𝜇𝑘𝑘 = ketuntasan klasikal pemecahan masalah setelah pengajaran

menggunakan model pembelajaran LAPS-Heuristik

Dengan kriteria uji 𝐻0 ,diterima jika nilai signifikan 𝑍ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤

𝑍𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , sebaliknya jika nilai 𝑍ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑍𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka Ho ditolak.


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimen. Penelitian ini

menggunakan satu kelas sebagai kelas eksperimental dan perlakuan dengan

tujuan mengetahui pengaruh model pembelajaran Laps-Heuristik terhadap

kemampuan pemecahan masalah siswa pada pokok bahasan perbandingan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi yang akan menjadi tempat penelitian adalah SMP Negeri 1 Binamu

dan waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2023/2024.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1

Binamu pada tahun ajaran 2023/2024.

2. Sampel

Pada penelitian ini pengambilan sampel yang dilakukan yakni

menggunakan Teknik Cluster Random Sampling. Berikut Langkah-langkah

dalam pengambilan sampel:

a. Tentukan populasi cluster yang akan diteliti, dalam hal ini populasinya

yaitu seluruh kelas VII di SMP Negeri 1 Binamu

23
24

b. Tentukan berapa cluster atau kelompok yang akan diambil sebagai

sampel, dalam hal ini ada 3 cluster yaitu VII.1, VII.2, dan VII.3.

c. Pilih cluster sampel secara acak, disini peneliti menggunakan Teknik lot

dalam pengambilan sampelnya.

d. Cluster yang terpilih akan menjadi sampel penelitian.

D. Desain Penelitian

One Group Pretest-Posttest Desaign merupakan desain yang akan

digunakan dalam penelitian ini. Pada desain ini, sebelum melakukan perlakuan

terlebuh dahulu akan dilakukan tes awal (Pretest), setelah itu diberikan

perlakuan (treatment) lalu akan diberikan tes akhir (Posttest). Desain ini

digunakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu mengetahui

pengaruh model pembelajaran Laps-Heuristik.

Berikut merupakan Tabel desain penelitian One Group Pretest-Posttest

Desaign:

Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttes


𝑂1 𝑋 𝑂2
Keterangan:

𝑂1 = Pretest yang diberikan sebelum perlakuan

𝑂2 = Posttest yang diberikan setelah perlakuan

𝑋 = treatment, penerapan model pembelajaran Laps-Heuritik

E. Definisi Variabel Penelitian

1. Variabel penelitian
25

Variable merupakan konsep yang memiliki variasi nilai. Dalam penelitian

ini variabelnya adalah kemampuan pemecahan masalah siswa setelah

menerapkan model pembelajaran Laps-Heuristik

2. Definisi oprasional variabel

Variabel yang diselidiki akan dijelaskan secara operasional sebagai berikut:

Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan menyelesaikan

masalah dengan menggunakan strategi yang tepat. Indikator-indikator

pemecahan masalah matematis yaitu: memahami masalah, merencanakan

penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah sesuai rencana, melakukan

pengecekan kembali. Kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah skor yang diperoleh siswa setelah melalui pembelajaran

matematika dengan menggunakan model pembelajaran LAPS-Heuristik. Data

kemampuan pemecahan masalah diambil dari hasil pretest dan posttest siswa.

F. Instrumen Penelitian

1. Tes Pemecahan Masalah (pretest dan posttest)

Tes kemampuan pemecahan masalah merupakan kumpulan masalah-

masalah yang disusun dari materi perbandingan. Materi disajikan dalam bentuk

soal cerita kontekstual. Tes kemampuan pemecahan masalah dibuat langsung

oleh peneliti.

Tes kemampuan pemecahan masalah merupakan tes untuk mengukur

kemampuan awal (pretest) dan kemampuan akhir (Posttest). Tes ini


26

dimaksudkan untuk mengukur penguasaan materi siswa sebelum dan setelah

perlakuan dalam jangka waktu tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti mengangkat materi perbandingan sehingga

diperoleh indikator yang diambil dari kompetensi dasar yang selanjutnya

dijadikan kisi-kisi instrument tes yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes


KD Aspek yang Indikator No
diamati Item
Soal
Menyelesaikan Memahami masalah Menuliskan informasi 1,2,3
masalah yang yang tertera dari soal
berkaitan Merencanakan Memodelkan masalah 1,2,3
dengan pemecahan maslah dari soal cerita
perbandingan kontekstual kebentuk
kalimat matematika
Menyelesaikan Meyelesaikan 1,2,3
masalah sesuai persamaan dan
perencanaan melakukan
perhitungan dengan
benar
Melakukan Menuliskan Kembali 1,2,3
pengecekan kembali jawaban yang
diperoleh
Sebelum tes digunakan, terlebih dahulu akan divalidasi oleh validator baru

selanjutnya perangkat akan diuji cobakan kepada siswa yang mepelajari

perbandingan.

2. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

model LAPS-Heuristik adalah salah satu faktor pendukung untuk mengetahui

seberapa baik model pembelajaran ini terlaksana pada proses pembelajaran

dalam kelas. Butir-butir instrument ini mengacu pada Langkah-langkah model


27

pembelajaran yang disesuaikan dengan modul ajar. Skor keterlaksanaan

pembelajaran dikatekorikan menjadi 4 yakni: (1) terlaksana kurang baik, (2)

terlaksana cukup baik, (3) terlaksana baik, (4) terlaksana sangat baik. Berikut

kisi-kisi observasi keterlaksanaan pembelajaran disajikan dalam bentuk

Tabel 3.5 Kisi-kisi Observasi Pelaksanaan Model Pembelajaran LAPS-


Heuristik
Indikator keterlaksanaan Banyak aspek yang diamati
pembelajaran dengan model
LAPS-heuristik
Fase 1: Memahami masalah 1
Fase 2: Menyusun rencana 1
penmecahan masalah
Fase 3: Melaksanakan rencana 1
penyelesaian masalah
Fase 4: Memeriksa kembali hasil 1
yang diperoleh
Jumlah 4

G. Teknik pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

1. Data kemampuan pemecahan masalah siswa dilakukan preteset dan posttest

dengan bentuk uraian berupa tes hasil belajar. Untuk kemampuan

pemecahan masalah siswa diperoleh dari hasil belajar setelah mempelajari

materi perbandingan.

2. Data keterlaksanaan pembelajaran dikumpulkan dengan menggunakan

lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Observasi dilakukan selama

pembelajaran dengan model LAPS-Heuristik berlangsung


28

H. Prosedur penelitian

Tahap ini merupakan tahap persiapan sebelum melakukan penelitian, yang

meliputi observasi ke sekolah, penyusunan proposal, menyiapkan materi serta

penentuan sampel dari populasi yang akan dijadikan kelas ekperimen.

1. Persiapan penelitian

Tahap persiapan ini meliputi observasi kesekolah, penyusunan proposal,

penyusunan instrument penelitian, penentuan sampel dari populasi yang akan

dijadikan kelas eksperimen serta melengkapi surat-surat izin penelitian.

2. Pelaksanaan penelitian

Tahap pelaksanaan penelitian ini berupa pemebrian pretest, treatment, dan

posttest.

a. Pemberian pretest atau tes awal sebelum perlakuan kepada kelas

eksperimen. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal

siswa

b. Pemberian treatment atau perlakuan, yakni melakukan pembelajaran

dengan mnggunakan model pembrlajaran LAPS-Heuristik pada kelas

ekperimen. Selain itu, setiap pertemuan dilakukan pengisian lembar

observasi untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran dan keaktifan

siswa selama proses pembelajaran

c. Pemberian posttest atau tes akhir untuk mengetahui perbedaan hasil

belajar siswa setelah diberikan treatment atau perlakuan. Selain itu, pada
29

akhir pembelajaran siswa diminta mengisi angket untuk mengetahui

respon siswa setelah diberikan treatment atau perlakuan.

3. Pasca penelitian

Pada tahap ini, data dari hasil pretest dan posttest dianalisis menggunakan

statistika. Hasil perhitungan tersebut bertujuan untuk menjawab hipotesis apa

yang diterima atau ditolak. Selain itu, hasil pengisisan angket lembar observasi

juga dianalisis untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dikelas. Lalu

peneliti menyusun laporan hasil penelitian.

I. Teknik Analisis Data

1. Analisis deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untu

Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain penyajian data melalui Tabel,

grafik, mean, median, modus, standar deviasi, dan perhitungan persentase.

Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis keterlaksanaan model

pembelajaran, pemecahan masalah, aktivitas siswa dalam pembelajaran

a. Kemampuan pemecahan masalah

Data ini dari hasil pretest dan posttest yang dianalisis untuk mengetahui

peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa. Besarnya peningkatan

sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung menggunakan rumus gain

ternomalisasi (Hake dalam Nurlaelah,2014)


30

𝑆𝑝𝑜𝑠 − 𝑆𝑝𝑟𝑒
𝑔=
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑆𝑝𝑟𝑒

Keterangan:

𝑔 = gain ternomalisasi

𝑆𝑝𝑟𝑒 = Skor Pretest

𝑆𝑝𝑜𝑠 = Skor Posttest

𝑆𝑚𝑎𝑘 = Skor Maksimum Ideal

Menurut Hake (Nurlaela,2014) untuk klarifikasi gain ternomalisasi

terlihat pada table berikut:

Tabel 3.6 Klarifikasi Gain Ternomalisasi


Koefisien Normalisasi Gain Kualifikasi
𝑔 ≤ 0,3 Rendah
0,3 < 𝑔 < 0,7 Sedang
𝑔 ≥ 0,7 Tinggi

Adapun kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang digunakan untuk

mata pelajaran matematika SMP Negeri 1 Binamu tahun ajaran

2023/2024 sebgai berikut:

Tabel 3.8 Kriteria Ketuntasan Minimal


Nilai Kriteria
< 75 Tidak tuntas
≥ 75 Tuntas

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus dipenuhi oleh

siswa adalah 75. Jika seorang siswa memperoleh N≥75 maka siswa yang
31

bersangkutan mencapai ketuntasan individu Jika minimal 75% siswa

mencapai skor minimal 75 maka ketuntasan klasikal telah tercapai

b. Keterlaksanaan pembelajaran

Data berupa skor yang diperoleh dari lembar observasi keterlaksanaan

pembelajaran tiap pertemuan yang diisi oleh observer, lalu dirata- ratakan

dari ketiga aspek kegiatan yaitu pendahuluan, inti dan penutup. Skor

tersebut dikategorikan berdasarkan kategori rata-rata penilaian observasi.

Kategori tersebut disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 3.9 Rata-rata Penilaian Kategori Keterlaksanaan Pembelajaran


No Rata-rata Skor Kualifikasi
1 3,6 − 4,0 Terlaksana sangat baik
2 2,6 − 3,5 Terlaksana baik
3 1,6 − 2,5 Terlaksana cukup baik
4 1,0 − 1,5 Terlaksana kurang baik

2. Analisis statistik Inferensial

Analisis statistika inferensial digunakan untuk menguji hipotesis (1) rata-

rata hasil kemampuan pemecahan masalah siswa melebihi KKM (2) ada

peningkatan nilai (gain) rata-rata hasil pemecahan masalah siswa. Sebelum

dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat atau uji

asumsi yang meliputi uji normalitas

a. Uji Normalitas
32

Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara

spesifik Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dara berdistribusi

normal atau tidak. Untuk uji normalitas ini digunakan uji Kolmogorov-smirnov.

𝐻0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

𝐻1 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

Kriteria pengujian apabila nilai probabilitas lebih besar dari taraf nyata 0.05

maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak.

b. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan sistem SPSS. Uji ini dilakukan sebagai

prasyarat dalam analisis 𝑡 − 𝑇𝑒𝑠𝑡. Kriteria pengujian yang digunakan adalah

nilai 𝑝 > 𝛼 dengan taraf signifikansi 𝛼 = 0.05. Untuk menguji hipotesis

penelitian yang dirumuskan dan hipotesis kerja statistik digunakan 𝑡 − 𝑇𝑒𝑠𝑡

yaitu One-Sample Test

1) Uji Rata-Rata

a) Menentukan hipotesis

Hipotesis yang diuji dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik

sebagai berikut:

• Rata rata hasil kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran

LAPS-Heuristik minimal memenuhi KKM≥ 75.

𝐻0 : 𝜇 ≤ 75 Vs 𝐻1 : 𝜇 > 75
33

Keterangan:

𝜇 = Parameter skor rata rata hasil pemecahan masalah siswa

yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran

LAPS-Heuristik

• Terjadinya peningkatan hasil kemampuan pemecahan

matematika siswa yaitu skor rata rata posttest lebih tinggi dari

pada skor rata rata pretest dengan menggunakan Model LAPS-

Heuristik.

𝐻0 : 𝜇𝑔 ≤ 0,3 Vs 𝐻1 : 𝜇𝑔 > 0,3

Keterangan:

𝜇𝑔 = Parameter skor rata rata gain ternormalisasi

Dengan kriteria uji 𝐻0 ,diterima jika nilai signifikan 𝑃𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 ≥

0,05 sebaliknya jika nilai signifikan 𝑃𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 < 0,05 maka Ho

ditolak.

2) Uji Proporsi

Untuk menguji ketuntasan klasikal pemecahan masalah siswa dilakukan

uji-z melalui rumus uji proporsi:

𝑝−𝜋
𝑍=
√𝜋(1 − 𝜋)
𝑛

Adapun Hipotesis yang diajukan untuk pemecahan masalah siswa

dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik sebagai berikut:

𝐻0 : 𝜇𝑘𝑘 ≤ 75% Vs 𝐻1 : 𝜇𝑘𝑘 > 75%


34

Keterangan:

𝜇𝑘𝑘 = ketuntasan klasikal pemecahan masalah setelah pengajaran

menggunakan model pembelajaran LAPS-Heuristik

𝑍 = Nilai statistik uji-z yang mengikuti sebaran normal

𝑝 = Nilai proporsi hitung dari sampel

𝜋 = Nilai proporsi populasi

𝑛 = ukuran sampel

Dengan kriteria uji 𝐻0 ,diterima jika nilai signifikan 𝑍ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑍𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ,

sebaliknya jika nilai 𝑍ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑍𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka Ho ditolak dengan 𝛼 = 0,05

J. Indikator Pengaruh pembelajaran

Terdapat indikator yang penting sehingga penelitian ini dapat dikatakan

berpengaruh, yaitu:

1. Pemecahan masalah dikatakan berpengaruh jika memenuhi kriteria sebagai

berikut

a. Skor rata-rata hasil kemampuan pemecahan masalah siswa untuk Posttest

mencapai ≥ 75

b. Rata-rata gain ternormalisasi minimal berada pada kategori sedang

c. Ketentuan klasikal tercapai, yakni minimal 75% siswa mencapai atau

melewati skor KKM.


DAFTAR PUSTAKA
Adiarta, I. G. M. Dkk. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Laps-Heuristik
terhadap Hasil Belajar TIK Ditinjau dari Kreativitas Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 1 Payangan. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (online),
Vol 4.
Anggrianto, D., Churiyah, M., & Arief, M. (2016). Improving Critical Thinking
Skills Using Learning Model Logan Avenue Problem Solving (LAPS)-
Heuristic. Journal of Education and Practice, 7(9), 128–136.
Annas, Aulia. (2022). Analisis kemampuan penalaran siswa dalam memecahkan
masalah persamaan kuadrat pada siswa kelas IX UPTD SMPN 22 Barru.
S1 Skripsi. Universitas Negeri Makassar.
Armiati, H. T. La’ia (2020). Dampak Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis
Kompetensi Profesi Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi. JURNAL EKSAKTA
PENDIDIKAN (JEP), 4(1), 57–65.
Azwardi, Gilang, & Sugiarni, Rani. 2019. Peningkatan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Melalui Model Pembelajaran LAPS-Heuristik.
Mathematics Education Journal, 2(2), 62-68.
Bowen, dkk. 2016. The Mathematics Major’s Handbook. Wooster: The College Of
Wooster.
Dwidarti, Ufi., Mampouw, Helti Lygia., & Setyadi, Danang. (2019). Analisis
Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Himpunan.
Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2), 315–322.
Eviliyanida. 2010. Pemecahan Masalah Matematika. Visipena, 1(2):15. Tersedia di
http://visipena.stkipgetsempena.ac.id [diakses 12-01-2016].
Farikha, Umu. (2019). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
Model-LAPS-Heuristik Untuk Melatih Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa. S1 Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya.
Hardiana, Andi Sri. 2018. Efektivitas penerapan model pembelajaran Logan
Avenue Problem Solving (LAPS)-Heuristik terhadap pengetahuan
prosedural siswa SMP Negeri 1 Tanasitolo. S1 Skripsi. Universitas Negeri
Makassar.
Hamalik, Oemar. (2013). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hujodo. (2008). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan Dirjendikti.
Husna, U., Zubainur, C. M., & Ansari, B. I. (2018). Students’ creative thinking
ability in learning mathematics through learning model of Logan Avenue

ii
Problem Solving (LAPS) - Heuristic. Journal of Physics: Conference
Series, 1088, 0–6.
Iriana, Andi Irda. 2018. Deskripsi kemampuan pemecahan masalah matematika
berdasarkan Langkah polya ditinjau dari gaya berpikir siswa pada kelas
VII SMP Negeri 24 Makassar. S1 Skripsi. Universitas Negeri Makassar.
Kintoko, & Hendrianus. (2021). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Kelas VII A pada Materi Perbandingan di SMP BOPKRI
5 Yogyakarta. Jurnal Didactical Mathematics, 3(2), 92-99.
La’ia, H. T. (2018). The Developed Mathematics Learning Tools Which Based on
Professional Competency In The Phase of One to One Evaluation For
Trigonometry Topic In The Major of Information and Communication
Engineering of SMK. Atlantis Press.
Laia, H.T (2019). Hubungan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar
Matematika Pada Materi Pokok Operasi Hitung Bentuk Aljabar Terhadap
Siswakelas VII SMP Negeri 1 Telukdalam Tahun Pembelajaran 2018/2019.
Jurnal Education and Development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan,
7(4).
Mulyono, A. M. 2001. Aktivitas Belajar. Bandung: Yrama
Nurlaela, R. N. 2014. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-
Share Dengan Metode Bamboo Dancing dalam Pembelajaran Matematika
pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bajeng. S1 Skirpsi, Universitas Negeri
Makassar.
Ponidi, & Nugroho Masayuki. (2020). Modul Pembelajaran SMP Terbuka
Matematika. Direktorat Sekolah Menengah Pertama. Direktorat Jendral
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidkan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Kementrian Pendidikan dan kebuayaan.
Polya, G. 1985. How to Solve it 2nd. New Jersey: Princeton University Press
Pratiwi, Ananti. 2019. Pengaruh model pembelajaran LAPS-Heuristic terhadap
hasil belajar matematika ditinjau dari kreativitas siswa SMP
Muhammadiyah 02 medan T.P 2019/2020. S1 Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
Purwanto, M. N. 2002. Psikologi Pendidikan Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Purwanto, M. N. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Sari, R. K. 2016. Keefektifan Model LAPS-Heuristik Terhadap kemampuanı
Pemecahan Masalah Matematis dan Tanggung Jawab Siswa Kelas VII
Pada Pembelajaran Geometri . S1 Skripsi, Universitas Negeri Semarang.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

iii
Umar, Wahid (2016). Strategi Pemecahan Masalah Matematis Versi George Polya
dan Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Kalamatika,
Vol. 1,No. 1.
Yusri, Andi Yunarni. (2018). Pengaruh model pembelajaran problem based learning
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII di
SMP Negeri Pangkajene. Jurnal mosharafa 7(1)

iv
vi

Anda mungkin juga menyukai