dan
Dibuat oleh:
Program Pascasarjana
2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan
Creative Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika” tepat pada waktunya untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Matematika dan Pengembangannya.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu saya menerima dengan terbuka kritik dan saran
demi kesempurnaan makalah kami.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk yang membacanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................................... 1
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 6
3.2 Implementasi Pendekatan Creative Problem Solving dalam Pembelajaran ........................... 6
4. 2 Saran .............................................................................................................................. 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah
melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya
pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang terpenting yang
menentukan bagaimana pembelajaran di kelas akan berlangsung agar tercapainya tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
Berbagai pendekatan dan metode dipelajari oleh guru untuk menyesuaikan dengan
materi yang diajarkan dan karakteristik siswanya. Tantangan yang kini dihadapi oleh guru
tidak main-main karena siswa yang kini dihadapinya pun berbeda generasi dengan
sebelumnya. Teknologi yang berkembang pesat mendorong terjadinya itu semua, sehingga
ilmu pengetahuan pun ikut berkembang lebih maju. Ini merupakan suatu tantangan
tersendiri bagi guru untuk terus mampu berinovasi di abad ke-21 demi tetap berada di garis
terdepan untuk mencerdaskan anak-anak bangsa yang kritis, kreatif dan inovatif.
Kehidupan di abad ke-21 menuntut guru untuk membentuk peserta didik yang
berkarakter dan memiliki berbagai keterampilan. Sehingga ketika peserta didik terjun di
dunia kerja, mereka akan sanggup bersaing dengan individu-individu lain yang memiliki
karakteristik tersendiri. Keterampilan-keterampilan penting (Zubaidah, 2016) tersebut
diantaranya learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together.
Empat prinsip tersebut tidak serta-merta menempel langsung pada diri peserta didik tetapi
harus diasah jika sudah ada dan harus dimunculkan jika belum ada. Kegiatan pembelajaran
di sekolah memegang peranan penting untuk melatih terbentuknya prinsip-prinsip itu
dengan mengaplikasikan keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, metakognitif,
komunikasi, kolaborasi, inovasi dan kreasi dan berbagai keterampilan-keterampilan lain.
Muniri (dalam Abidin Zainal 2015:17) secara deskriptif mengatakan bahwa salah satu
tujuan pembelajaran matematika adalah untuk membantu peserta didik dalam penyelesaian
masalah, baik masalah-masalah yang berkenaan dengan pemahaman konsep matematika
itu sendiri maupun aplikasinya. Hal tersebut sejalan dengan keterampilan abad ke-21 dan
1
pemikiran menurut NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) (dalam
Sulistyowati, 2014) bahwa kemampuan penyelesaian masalah masuk ke dalam lima
kemampuan penting yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika.
2
BAB II
KAJIAN TEORITIS
3
sekedar wacana saja, karena pada faktanya peserta didik yang menjadi subjek dalam
kegiatan pembelajaran harus dicetak untuk siap menyongsong abad ke-21 di mana pada
akhirnya mereka akan bergelut pada tempat kerja yang tak terbatas karena pesatnya
teknologi informasi dan komunikasi. Menurut Scott (Zubaidah, 2016) Pekerjaan di abad 21
bersifat lebih internasional, multikultural dan saling berhubungan. Pada abad terakhir ini
telah terjadi pergeseran yang signifikan dari layanan manufaktur kepada layanan yang
menekankan pada informasi dan pengetahuan. Matematika yang mendapat julukan “the
Queen of Science” memiliki peranan dalam tercetaknya generasi yang sesuai dengan
pendidikan karakter abad ke-21.
Delors Report (Zubaidah, 2016) memaparkan empat pilar pendidikan yang harus
dipegang teguh oleh guru dalam menghadapi era global di abad ke-21 ini yaitu :
1. Learning to Know
yaitu belajar mengetahui merupakan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam
dan memanfaatkan materi pengetahuan. Penguasaan materi merupakan salah satu
hal penting bagi siswa di abad ke-21. Siswa harus ditekankan untuk mau menjadi
pembelajar sepanjang hayat karena ilmu-ilmu yang ada tak terbatas jumlahnya. Hal
tersebut mengisyaratkan agar siswa tidak cepat merasa puas atas kemampuan
mengetahui yang telah dimilikinya sehingga mereka mau untuk belajar
berkesinambungan. Siswa harus siap akan tantangan ke depan yang
mengedepankan memiliki banyak pengetahuan yang luas.
2. Learning to Do
Prinsip ini diterapkan agar individu mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi
dalam masyarakat yang berkembang sangat cepat, maka individu perlu belajar
berkarya. Teori dan pengetahuan yang didapatkan dari learning to know perlu
dilatih dengan praktek nyata sehingga kita memiliki keterampilan yang berharga.
Keterampilan-keterampilan yang ada seperti keterampilan berpikir kritis,
keterampilan komunikasi, keterampilan memecahkan masalah, dan keterampilan
kolaborasi. Keseimbangan antara kemampuan pengetahuan dan keterampilan dapat
membentuk individu yang berkarakter. Contohnya keterampilan komunikasi dan
kolaborasi yang baik disertai dengan keterampilan menggunakan teknologi dan
sosial media akan memungkinkan terjadinya kolaborasi dengan kelompok-
kelompok internasional. Kreativitas dan inovasi Pencapaian kesuksesan profesional
dan personal, memerlukan keterampilan berinovasi dan semangat berkreasi.
4
3. Learning to Be
Keterampilan akademik dan kognitif memang keterampilan yang penting bagi
seorang siswa, namun bukan merupakan satu-satunya keterampilan yang
diperlukan siswa untuk menjadi sukses. Siswa yang memiliki kompetensi kognitif
yang fundamental merupakan pribadi yang berkualitas dan beridentitas. Siswa
seperti ini mampu menanggapi kegagalan serta konflik dan krisis, serta siap
menghadapi dan mengatasi masalah sulit di abad ke-21. Secara khusus, generasi
muda harus mampu bekerja dan belajar bersama dengan beragam kelompok dalam
berbagai jenis pekerjaan dan lingkungan sosial, dan mampu beradaptasi dengan
perubahan zaman.
4. Learning to Live Together
Ada berbagai bukti yang menunjukkan bahwa siswa yang bekerja secara kooperatif
dapat mencapai level kemampuan yang lebih tinggi jika ditinjau dari hasil
pemikiran dan kemampuan untuk menyimpan informasi dalam jangka waktu yang
panjang dari pada siswa yang bekerja secara individu. Belajar bersama akan
memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi, senantiasa
memantau strategi dan pencapaian belajar mereka dan menjadi pemikir kritis.
Menghargai keanekaragaman Pada abad ke-21, siswa harus turut berperan dalam
kegiatan pendidikan. Peran aktif siswa membantu mereka mengembangkan
kompetensi dalam kehidupan dan bekerja bersama dalam masyarakat yang
memiliki keanekaragaman budaya dan organisasi.
5
BAB III
PEMBAHASAN
6
tahap ini disusun sebanyak mungkin pertanyaan kreatif yang berhubungan dengan masalah
yang sedang dihadapi sehingga siswa benar-benar bisa memahami masalah. Setelah siswa
sudah memahami masalah dengan baik, siswa akan merencanakan penyelesaian masalah
dengan baik pula. Perencanaan yang baik dan tepat inilah yang mempermudah tahap
perhitungan. Melalui serangkaian kegiatan tersebut, kemampuan pemecahan masalah
siswa meningkat.
Mengingat banyaknya materi matematika yang diajarkan pada tingkat menengah, serta
beragamnya cara dalam menyelesaikan masalah matematika, menurut (Sulistyowati, 2014)
ada beberapa kelemahan yang ditemukan dalam pendekatan CPS seperti; tidak semua
pokok bahasan dapat diaplikasikan secara mudah menggunakan CPS, apalagi untuk materi
yang abstrak maupun materi yang memerlukan bantuan alat peraga serta media
pembelajaran; waktu yang digunakan untuk pembelajaran CPS lumayan cukup lama
sehingga dalam satu kali pertemuan tidak dapat mencapai kompetensi yang diharapkan;
keterampilan kreativitas siswa yang berbeda-beda terkadang membuat siswa mengalami
kebingungan dalam menentukan jawaban yang tepat.
Menurut Shoimin (dalam Sari & Noer, 2017:250) kelebihan dan kekurangan Creative
Problem Solving (CPS) (Shoimin, 2014: 57)
Kelebihannya sebagai berikut :
a) Melatih siswa untuk mendisain suatu penemuan.
b) Berfikair dan bertindak kreatif.
c) Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
d) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
e) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
Kekurangan sebagai berikut :
a) Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode pembelajaran ini.
Misal keterbatasan alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan
mangamati serta menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
b) Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode
pembelajaran yang lain.
7
3.2 Langkah-Langkah Pendekatan Creative Problem Solving
Jackson, Oliver, Shaw, & Wisdom (dalam Sari & Noer, 2017 :246) menyatakan bahwa
ada 4 tahapan dalam pendekatan CPS yaitu: (1) question formulation (memformulasikan
pertanyaan), dimana akan dikemukan berbagai pertanyaan yang mengerucut pada
pertanyaan “bagaimana kita dapat menyelesaikan masalah?”; (2) Idea generation
(mengembangkan ide), yang meliputi dua hal yaitu analogi dan teknik mengembangkan
ide-ide yang diolah berdasarkan pertanyaan awal, kemudian ide-ide tersebut disusun
menjadi urutan prioritas untuk menyelesaikan suatu masalah; (3) Evaluation and action
planning (rencana aksi dan evaluasinya); dan (4) Action Planing (melaksanakan aksi).
Sedangkan Giangreco, Cloninger, Dennis, & Edelman (Sari & Noer, 2017) menyatakan
tahapan model CPS meliputi:
8
5) Solution-Finding (menemukan solusi)
Di tahap ini pemecah masalah akan mempertimbangkan berbagai kriteria dan
dipilih untuk mengevaluasi kelebihan dari ide-ide yang dikemukakan. Pemecah
masalah menggunakan kriteria untuk membantu dalam memilih solusi terbaik.
6) Acceptance-Finding (menemukan penerimaan)
Pemecah masalah memperbaiki solusi supaya lebih mudah diterapkan. Tujuannya
adalah untuk mengubah ide menjadi tindakan melalui pengembangan dan
pelaksanaan rencana aksi. Selanjutnya hasil pengembangan dan pelaksanaan
rencana aksi tersebut dibuatlah sebuah kesimpulan.
9
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Dari berbagai literatur yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
creative problem solving merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada
kreativitas sebagai kemampuan dasar siswa dalam memecahkan masalah dari suatu
permasalahan yang diberikan. Melalui pendekatan ini siswa dapat mengasah kemampuan
berpikir kritis dan kreatif matematisnya. Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa sehingga siswa dituntut aktif dan guru hanya bertugas sebagai
pendamping saat kelas berlangsung. Pendekatan ini sejalan dengan pendidikan karakter abad
ke-21 karena saat ini pendidikan ditujukan untuk mencetak individu-individu yang mampu
berdaya saing di lapangan kerja dengan memiliki bekal kemampuan-kemampuan keterampilan
seperti inovatif dan kreatif, yang mana keterampilan tersebut dapat dihasilkan dari
pembelajaran matematika.
4. 2 Saran
Sebagai pendidik profesional, seorang guru dituntut untuk menguasai sejumlah
kompetensi. Kompetensi dimaksud adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya. Salah satu tugasnya yaitu mampu mendesain kelas sehingga tujuan
pembelajaran yang diinginkan dicapai. Menerapkan berbagai model dan pendekatan dalam
pembelajaran tentu saja bukan hal yang mudah bagi guru, mengingat ada banyak faktor-faktor
yang menghambat terlaksananya pembelajaran dengan baik. Tetapi dengan semangat
mencerdaskan anak bangsa, berinovasi dalam menerapkan pendekatan dan model-model
pembelajaran di dalam kelas itu bagus adanya. Semoga dengan dibuatnya makalah ini, dapat
dijadikan alternatif dalam rangka meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa dan baiknya guru dapat mengembangkan model pembelajaran lainnya dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
10
DAFTAR PUSTAKA
Eftafiyana, S., Nurjanah, S. A., Armania, M., Sugandi, A. I., & Fitriani, N. (2018). Hubungan Antara
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Motivasi Belajar Siswa Smp Yang Menggunakan
Pendekatan Creative Problem Solving. Teorema, 2(2), 85. https://doi.org/10.25157/.v2i2.1070
Puspitasari, N. W. (2018). Penerapan Pendekatan Creative Problem Solving ( CPS ) pada Konsep
“GAYA” Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan, 19(1), 53–67.
Sari, A. D., & Noer, S. H. (2017). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dengan Model Creative
Problem Solving (Cps) Dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding, 245–252.
Zubaidah, S. (2016). Keterampilan Abad Ke-21 : Keterampilan yang Diajarkan Melalui Pembelajaran.
Seminar Nasional Pendidikan, 21(2), 1–17.
11
12
DAFTAR PUSTAKA
13