Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN

diajukan untuk memenuhi tugas martikulasi

Dosen Pengampu : Dr. Hepsi Nindiasari, M.Pd

dan

Dr. Syamsuri, M.Si

Dibuat oleh:

Avianti Pemata Yuniar

Jurusan Pendidikan Matematika

Program Pascasarjana

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan
Creative Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika” tepat pada waktunya untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Matematika dan Pengembangannya.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu saya menerima dengan terbuka kritik dan saran
demi kesempurnaan makalah kami.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk yang membacanya.

Serang, Juli 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii

PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................................... 1

1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 2

KAJIAN TEORITIS ............................................................................................................................. 3


2.1 Pendekatan Creative Problem Solving .................................................................................... 3

2.2 Pendidikan Karakter Abad Ke-21 ........................................................................................... 3

PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 6
3.2 Implementasi Pendekatan Creative Problem Solving dalam Pembelajaran ........................... 6

3.2 Langkah-Langkah Pendekatan Creative Problem Solving .......................................................... 8

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................................... 10


4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 10

4. 2 Saran .............................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah
melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya
pendidikan, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang terpenting yang
menentukan bagaimana pembelajaran di kelas akan berlangsung agar tercapainya tujuan
pembelajaran yang diinginkan.
Berbagai pendekatan dan metode dipelajari oleh guru untuk menyesuaikan dengan
materi yang diajarkan dan karakteristik siswanya. Tantangan yang kini dihadapi oleh guru
tidak main-main karena siswa yang kini dihadapinya pun berbeda generasi dengan
sebelumnya. Teknologi yang berkembang pesat mendorong terjadinya itu semua, sehingga
ilmu pengetahuan pun ikut berkembang lebih maju. Ini merupakan suatu tantangan
tersendiri bagi guru untuk terus mampu berinovasi di abad ke-21 demi tetap berada di garis
terdepan untuk mencerdaskan anak-anak bangsa yang kritis, kreatif dan inovatif.
Kehidupan di abad ke-21 menuntut guru untuk membentuk peserta didik yang
berkarakter dan memiliki berbagai keterampilan. Sehingga ketika peserta didik terjun di
dunia kerja, mereka akan sanggup bersaing dengan individu-individu lain yang memiliki
karakteristik tersendiri. Keterampilan-keterampilan penting (Zubaidah, 2016) tersebut
diantaranya learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together.
Empat prinsip tersebut tidak serta-merta menempel langsung pada diri peserta didik tetapi
harus diasah jika sudah ada dan harus dimunculkan jika belum ada. Kegiatan pembelajaran
di sekolah memegang peranan penting untuk melatih terbentuknya prinsip-prinsip itu
dengan mengaplikasikan keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, metakognitif,
komunikasi, kolaborasi, inovasi dan kreasi dan berbagai keterampilan-keterampilan lain.
Muniri (dalam Abidin Zainal 2015:17) secara deskriptif mengatakan bahwa salah satu
tujuan pembelajaran matematika adalah untuk membantu peserta didik dalam penyelesaian
masalah, baik masalah-masalah yang berkenaan dengan pemahaman konsep matematika
itu sendiri maupun aplikasinya. Hal tersebut sejalan dengan keterampilan abad ke-21 dan

1
pemikiran menurut NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) (dalam
Sulistyowati, 2014) bahwa kemampuan penyelesaian masalah masuk ke dalam lima
kemampuan penting yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka rumusan
masalah dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Apa itu Pendekatan Creative Problem Solving (CPS) ?
2. Bagaimana implementasi pendekatan creative problem solving pada pembelajaran
matematika ?

2
BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Pendekatan Creative Problem Solving


Pepkin (Puspitasari, 2018) menjelaskan bahwa pendekatan Creative Problem Solving
(CPS) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada keterampilan
pemecahan masalah. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan
keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya.
Ketika dihadapkan pada suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan
memecahkan masalah dengan memilih dan mengembangkan ide serta gagasannya. Tidak
hanya dengan menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas
proses berpikir. Dilihat dari penjelasan Pepkin mengenai pendekatan creative problem
solving dapat kita simpulkan bahwa pendekatan ini termasuk pada pendekatan yang
berpusat pada siswa (student centered) karena dalam pelaksanaannya, siswa dituntut aktif
untuk dapat memilih dan mengembangkan ide dalam memecahkan suatu masalah yang
dihadapi.
Lebih lanjut, Karen (dalam Eftafiyana, Nurjanah, Armania, Sugandi, & Fitriani, 2018)
mendeskripsikan pendekatan Creative Problem Solving (CPS) sebagai suatu pendekatan
yang pembelajarannya berpusat pada keterampilan pemecahan masalah yang diikuti
dengan penguatan kreativitas. Siswa dituntut untuk dapat terampil menentukan jawaban
manakah yang cocok untuk memecahkan masalah dengan mengembangkan dan
mengemukakan tanggapannya.
Tujuan dari Pendekatan Creative Problem Solving (CPS) adalah agar siswa lebih
terlatih untuk bertindak atas pemikiran secara kreatif. Pada pendekatan pembelajaran ini
siswa diminta untuk berpikir secara kreatif untuk menemukan solusi dan cara penyelesaian
terhadap masalah yang diajukan, selain itu diharapkan siswa bisa lebih termotivasi untuk
belajar matematika (Eftafiyana et al., 2018)

2.2 Pendidikan Karakter Abad Ke-21


Berkembangnya teknologi dengan pesat tentu saja berpengaruh banyak terhadap
pendidikan, tidak hanya strategi pembelajaran yang berkembang tetapi juga tujuan dan
tuntunan pendidikan berkembang. Pendidikan karakter yang digaung-gaungkan tidak

3
sekedar wacana saja, karena pada faktanya peserta didik yang menjadi subjek dalam
kegiatan pembelajaran harus dicetak untuk siap menyongsong abad ke-21 di mana pada
akhirnya mereka akan bergelut pada tempat kerja yang tak terbatas karena pesatnya
teknologi informasi dan komunikasi. Menurut Scott (Zubaidah, 2016) Pekerjaan di abad 21
bersifat lebih internasional, multikultural dan saling berhubungan. Pada abad terakhir ini
telah terjadi pergeseran yang signifikan dari layanan manufaktur kepada layanan yang
menekankan pada informasi dan pengetahuan. Matematika yang mendapat julukan “the
Queen of Science” memiliki peranan dalam tercetaknya generasi yang sesuai dengan
pendidikan karakter abad ke-21.
Delors Report (Zubaidah, 2016) memaparkan empat pilar pendidikan yang harus
dipegang teguh oleh guru dalam menghadapi era global di abad ke-21 ini yaitu :
1. Learning to Know
yaitu belajar mengetahui merupakan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam
dan memanfaatkan materi pengetahuan. Penguasaan materi merupakan salah satu
hal penting bagi siswa di abad ke-21. Siswa harus ditekankan untuk mau menjadi
pembelajar sepanjang hayat karena ilmu-ilmu yang ada tak terbatas jumlahnya. Hal
tersebut mengisyaratkan agar siswa tidak cepat merasa puas atas kemampuan
mengetahui yang telah dimilikinya sehingga mereka mau untuk belajar
berkesinambungan. Siswa harus siap akan tantangan ke depan yang
mengedepankan memiliki banyak pengetahuan yang luas.
2. Learning to Do
Prinsip ini diterapkan agar individu mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi
dalam masyarakat yang berkembang sangat cepat, maka individu perlu belajar
berkarya. Teori dan pengetahuan yang didapatkan dari learning to know perlu
dilatih dengan praktek nyata sehingga kita memiliki keterampilan yang berharga.
Keterampilan-keterampilan yang ada seperti keterampilan berpikir kritis,
keterampilan komunikasi, keterampilan memecahkan masalah, dan keterampilan
kolaborasi. Keseimbangan antara kemampuan pengetahuan dan keterampilan dapat
membentuk individu yang berkarakter. Contohnya keterampilan komunikasi dan
kolaborasi yang baik disertai dengan keterampilan menggunakan teknologi dan
sosial media akan memungkinkan terjadinya kolaborasi dengan kelompok-
kelompok internasional. Kreativitas dan inovasi Pencapaian kesuksesan profesional
dan personal, memerlukan keterampilan berinovasi dan semangat berkreasi.

4
3. Learning to Be
Keterampilan akademik dan kognitif memang keterampilan yang penting bagi
seorang siswa, namun bukan merupakan satu-satunya keterampilan yang
diperlukan siswa untuk menjadi sukses. Siswa yang memiliki kompetensi kognitif
yang fundamental merupakan pribadi yang berkualitas dan beridentitas. Siswa
seperti ini mampu menanggapi kegagalan serta konflik dan krisis, serta siap
menghadapi dan mengatasi masalah sulit di abad ke-21. Secara khusus, generasi
muda harus mampu bekerja dan belajar bersama dengan beragam kelompok dalam
berbagai jenis pekerjaan dan lingkungan sosial, dan mampu beradaptasi dengan
perubahan zaman.
4. Learning to Live Together
Ada berbagai bukti yang menunjukkan bahwa siswa yang bekerja secara kooperatif
dapat mencapai level kemampuan yang lebih tinggi jika ditinjau dari hasil
pemikiran dan kemampuan untuk menyimpan informasi dalam jangka waktu yang
panjang dari pada siswa yang bekerja secara individu. Belajar bersama akan
memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi, senantiasa
memantau strategi dan pencapaian belajar mereka dan menjadi pemikir kritis.
Menghargai keanekaragaman Pada abad ke-21, siswa harus turut berperan dalam
kegiatan pendidikan. Peran aktif siswa membantu mereka mengembangkan
kompetensi dalam kehidupan dan bekerja bersama dalam masyarakat yang
memiliki keanekaragaman budaya dan organisasi.

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Implementasi Pendekatan Creative Problem Solving dalam Pembelajaran


Matematika
Sesuai dengan tujuan Pendekatan Creative Problem Solving dalam pembelajaran yang
mengarahkan siswa untuk dapat memecahkan suatu masalah dengan kreatif maka guru
sebagai fasilitator pembelajaran di kelas diharapkan juga lebih kreatif untuk
menyukseskan terjadinya proses belajar peserta didik. Masalah yang disajikan pada
pembelajaran matematika pada umumnya merupakan masalah yang bisa ditemui dalam
keseharian.
Saavedra dan Opfer (dalam Zubaidah, 2016: 9-10) menyarankan sembilan prinsip
untuk mengajarkan keterampilan abad ke-21: (1) membuat pembelajaran relevan
dengan 'big picture'; (2) mengajar 10 dengan disiplin; (3) mengembangkan kemampuan
berpikir yang lebih rendah dan lebih tinggi untuk mendorong pemahaman dalam konteks
yang berbeda; (4) mendorong transfer pembelajaran; (5) membelajarkan bagaimana
'belajar untuk belajar' atau metakognisi; (6) memperbaiki kesalahpahaman secara langsung;
(7) menggalakkan kerja sama tim;(8) memanfaatkan teknologi untuk mendukung
pembelajaran; dan (9) meningkatkan kreativitas siswa. Dari kesembilan prinsip yang telah
disebutkan terlihat bahwa di abad ke-21 ini pendidikan dititikberatkan pada siswa (student-
centered), hal itu sejalan dengan pola pendekatan Creative Problem Solving yang
menggunakan pendekatan konstruktivistik dalam penerapannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zubaidah (2016) dalam pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran CPS, kreativitas dan kemandirian berpikir
siswa menjadi terasah. Nopitasari (dalam Sulistyowati, 2014) berpendapat CPS efektif
digunakan untuk pembelajaran matematika dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional. Dalam pembelajaran CPS, siswa akan menemukan ide-ide melalui proses
berpikir untuk menemukan ide yang sangat membantu untuk menemukan solusi dan
memperoleh dukungan atas jawaban yang tepat.
Kegiatan pembelajaran dengan CPS ini diawali dengan menemukan fakta. Pada tahap
awal ini siswa dengan bimbingan dari guru menuliskan semua pertanyaan faktual yang
timbul dalam pikiran siswa, kemudian memilih pertanyaan-pertanyaan faktual yang
dianggap relevan dan penting. Tahap selanjutnya yaitu tahap menemukan masalah. Pada

6
tahap ini disusun sebanyak mungkin pertanyaan kreatif yang berhubungan dengan masalah
yang sedang dihadapi sehingga siswa benar-benar bisa memahami masalah. Setelah siswa
sudah memahami masalah dengan baik, siswa akan merencanakan penyelesaian masalah
dengan baik pula. Perencanaan yang baik dan tepat inilah yang mempermudah tahap
perhitungan. Melalui serangkaian kegiatan tersebut, kemampuan pemecahan masalah
siswa meningkat.
Mengingat banyaknya materi matematika yang diajarkan pada tingkat menengah, serta
beragamnya cara dalam menyelesaikan masalah matematika, menurut (Sulistyowati, 2014)
ada beberapa kelemahan yang ditemukan dalam pendekatan CPS seperti; tidak semua
pokok bahasan dapat diaplikasikan secara mudah menggunakan CPS, apalagi untuk materi
yang abstrak maupun materi yang memerlukan bantuan alat peraga serta media
pembelajaran; waktu yang digunakan untuk pembelajaran CPS lumayan cukup lama
sehingga dalam satu kali pertemuan tidak dapat mencapai kompetensi yang diharapkan;
keterampilan kreativitas siswa yang berbeda-beda terkadang membuat siswa mengalami
kebingungan dalam menentukan jawaban yang tepat.
Menurut Shoimin (dalam Sari & Noer, 2017:250) kelebihan dan kekurangan Creative
Problem Solving (CPS) (Shoimin, 2014: 57)
Kelebihannya sebagai berikut :
a) Melatih siswa untuk mendisain suatu penemuan.
b) Berfikair dan bertindak kreatif.
c) Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
d) Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
e) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
Kekurangan sebagai berikut :
a) Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode pembelajaran ini.
Misal keterbatasan alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan
mangamati serta menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
b) Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode
pembelajaran yang lain.

7
3.2 Langkah-Langkah Pendekatan Creative Problem Solving
Jackson, Oliver, Shaw, & Wisdom (dalam Sari & Noer, 2017 :246) menyatakan bahwa
ada 4 tahapan dalam pendekatan CPS yaitu: (1) question formulation (memformulasikan
pertanyaan), dimana akan dikemukan berbagai pertanyaan yang mengerucut pada
pertanyaan “bagaimana kita dapat menyelesaikan masalah?”; (2) Idea generation
(mengembangkan ide), yang meliputi dua hal yaitu analogi dan teknik mengembangkan
ide-ide yang diolah berdasarkan pertanyaan awal, kemudian ide-ide tersebut disusun
menjadi urutan prioritas untuk menyelesaikan suatu masalah; (3) Evaluation and action
planning (rencana aksi dan evaluasinya); dan (4) Action Planing (melaksanakan aksi).

Sedangkan Giangreco, Cloninger, Dennis, & Edelman (Sari & Noer, 2017) menyatakan
tahapan model CPS meliputi:

1) Visionizing or Objective-Finding (menemukan visi atau tujuan)


Pada tahap awal ini, si pemecah masalah (problem solver) meningkatkan kesadaran
mereka melalui pengimajinasian (membayangkan) tantangan-tantangan potensial
yang diberikan sebelum memutuskan menggunakan strategi apa dalam
memecahkan masalah yang diberikan.
2) Fact-Finding (menemukan fakta)
pemecah masalah mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang tantangan
yang dipilih dengan menggunakan semua persepsi dan indra mereka. Pemecah
masalah menyelesaikan tahapan ini dengan mengidentifikasi fakta-fakta yang ada
dalam masalah dan mereka yakini paling relevan dengan tantangan.
3) Problem-Finding (menemukan masalah)
Tahapan ini bertujuan untuk memperjelas tantangan atau masalah dengan
mendefinisikan kembali dengan cara yang baru dan berbeda. Dengan mengulang
tantangan sebagai pertanyaan, si pemecah masalah akan memikirkan cara yang
mana yang akan diambilnya. Proses ini diulang sampai pemecah masalah
menyajikan kembali masalah dengan cara yang paling masuk akal dan paling
menarik bagi mereka.
4) Idea-Finding (menemukan ide)
Tahap ini tujuannya adalah untuk menghasilkan ide sebanyak mungkin yang
berpotensi digunakan untuk memecahkan tantangan. Pada tahap ini pemecah
masalah mencoba untuk membuat koneksi baru antara ide-ide melalui analogi,
manipulasi ide, ataupun membuat asosiasi baru dari ide orang.

8
5) Solution-Finding (menemukan solusi)
Di tahap ini pemecah masalah akan mempertimbangkan berbagai kriteria dan
dipilih untuk mengevaluasi kelebihan dari ide-ide yang dikemukakan. Pemecah
masalah menggunakan kriteria untuk membantu dalam memilih solusi terbaik.
6) Acceptance-Finding (menemukan penerimaan)
Pemecah masalah memperbaiki solusi supaya lebih mudah diterapkan. Tujuannya
adalah untuk mengubah ide menjadi tindakan melalui pengembangan dan
pelaksanaan rencana aksi. Selanjutnya hasil pengembangan dan pelaksanaan
rencana aksi tersebut dibuatlah sebuah kesimpulan.

9
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari berbagai literatur yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
creative problem solving merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada
kreativitas sebagai kemampuan dasar siswa dalam memecahkan masalah dari suatu
permasalahan yang diberikan. Melalui pendekatan ini siswa dapat mengasah kemampuan
berpikir kritis dan kreatif matematisnya. Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa sehingga siswa dituntut aktif dan guru hanya bertugas sebagai
pendamping saat kelas berlangsung. Pendekatan ini sejalan dengan pendidikan karakter abad
ke-21 karena saat ini pendidikan ditujukan untuk mencetak individu-individu yang mampu
berdaya saing di lapangan kerja dengan memiliki bekal kemampuan-kemampuan keterampilan
seperti inovatif dan kreatif, yang mana keterampilan tersebut dapat dihasilkan dari
pembelajaran matematika.

4. 2 Saran
Sebagai pendidik profesional, seorang guru dituntut untuk menguasai sejumlah
kompetensi. Kompetensi dimaksud adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya. Salah satu tugasnya yaitu mampu mendesain kelas sehingga tujuan
pembelajaran yang diinginkan dicapai. Menerapkan berbagai model dan pendekatan dalam
pembelajaran tentu saja bukan hal yang mudah bagi guru, mengingat ada banyak faktor-faktor
yang menghambat terlaksananya pembelajaran dengan baik. Tetapi dengan semangat
mencerdaskan anak bangsa, berinovasi dalam menerapkan pendekatan dan model-model
pembelajaran di dalam kelas itu bagus adanya. Semoga dengan dibuatnya makalah ini, dapat
dijadikan alternatif dalam rangka meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa dan baiknya guru dapat mengembangkan model pembelajaran lainnya dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

10
DAFTAR PUSTAKA

Eftafiyana, S., Nurjanah, S. A., Armania, M., Sugandi, A. I., & Fitriani, N. (2018). Hubungan Antara
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dan Motivasi Belajar Siswa Smp Yang Menggunakan
Pendekatan Creative Problem Solving. Teorema, 2(2), 85. https://doi.org/10.25157/.v2i2.1070

Puspitasari, N. W. (2018). Penerapan Pendekatan Creative Problem Solving ( CPS ) pada Konsep
“GAYA” Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan, 19(1), 53–67.

Sari, A. D., & Noer, S. H. (2017). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dengan Model Creative
Problem Solving (Cps) Dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding, 245–252.

Sulistyowati, Y. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bangun Ruang di SMP dengan


Pendekatan Creative Problem Solving Developing of Solid Instructional Package with Creative
Problem Solving. PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika, 9, 219–232.

Zubaidah, S. (2016). Keterampilan Abad Ke-21 : Keterampilan yang Diajarkan Melalui Pembelajaran.
Seminar Nasional Pendidikan, 21(2), 1–17.

11
12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai