PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
Skripsi oleh:
Nama : Daffa Ivan Aritama
NIM : D04218002
Judul : Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Creative
Problem Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa Ditinjau Dari Adversity Quotient (AQ)
Ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan
Pembimbing 1 Pembimbing 2
A. Latar Belakang
dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, agar dapat tumbuh
berpikir kreatif bisa diartikan sebagai kombinasi berpikir logis dan berpikir
secara divergen, yang didasarkan pada intuisi namun masih dalam kesadaran. 2
adalah kemampuan untuk melihat atau memikirkan beberapa hal yang luar
1
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
2
Tatag Yuli Eko Siswono, “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan
Masalah dan Pemecahan Masalah Matematika”, diakses dari paper07_kreatifpsolving_posing-with-
cover-page-v2.pdf (d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net), diakses pada 18 Agustus 2022.
berhubungan dan mencetuskan solusi atau beberapa gagasan yang
(originality), dan elaboration”.3 Pada tahun 2015 The Global Creativity Index
(GCI) melakukan penelitian pada aspek teknologi, bakat, dan daya tahan,
Indonesia berada di peringkat 115 dari 139 negara yang menjadi sampel
penelitian. 4
(PISA) di tahun 2015. Dari hasil tersebut, negara Indonesia berada di peringkat
kerja, perkembangan ilmu dan teknologi. Dalam konteks dunia kerja pada saat
ini, berpikir kreatif merupakan masalah yang sangat utama. Lulusan sekolah
3
U Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2012), 31.
4
Dataoks, “Di Tingkat Global, Kreativitas Indonesia Termasuk Paling Rendah”, diakses dari
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/17/di-tingkat-global-kreativitas-indonesia-
termasuk-paling-rendah, diakses pada 18 Agustus 2022.
5
Programme for International Student Assessment (PISA). 2016. PISA 2015 Result in Focus.
Tersedia di https://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa2015results-overview.pdf.
Setiap siswa pastinya memiliki tingkat kreativitas atau kemampuan
dalam berpikir kreatif matematis yang berbeda antara satu dengan lainnya. Hal
ini selaras dengan pendapat Solso dalam Siswono yang menjelaskan bahwa
Prianggono menyatakan bahwa untuk saat ini secara umum siswa berada pada
dikatakan belum optimal. 7 Di sini para siswa selalu merasa puas dengan apa
yang dimiliki dan selalu meniru pekerjaan guru tanpa adanya kreativitas dalam
tepat.
dan mencari satu jawaban yang benar terhadap persoalan yang diberikan.
Menurut Hidayat saat ini siswa hanya mencontoh dan mencatat bagaimana cara
menyelesaikan soal yang telah dikerjakan oleh gurunya. Jika pada saat ulangan
siswa diberikan soal yang berbeda dengan soal latihan, maka siswa akan
merasa kesulitan karena tidak tahu harus mulai dari mana langkah dalam
6
Tatag Yuli Eko Siswono, Loc. Cit.
7
Agus Prianggono, Thesis Magister, “Analisis Proses Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Menengah
Kejuruan (Smk) Dalam Pemecahan Dan Pengajuan Masalah Matematika Pada Materi Persamaan
Kuadrat” (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2013).
terhadap kesulitan yang dihadapi. Dalam proses berpikir tentu saja siswa harus
ada.8
Bukan suatu usaha yang dipaksakan dan juga merupakan pendekatan yang
secara internal yang telah disusun dari awal. Dengan CPS, para siswa dapat
pembelajaran CPS ini siswa akan dituntut untuk lebih kreatif mengingat CPS
8
Wahyu Hidayat, “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswwa
SMA Melalui Pembelajaran Kooperatif Think-Talk-Write (TTW), Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan dan Penerapan MIPA, (2012).
9
K.L. Pepkin, “Creative Problem Solving in Math”, dalam Diakses di http://www.ah.edu /hti/cu/
2008/v02/04.htm, h.1, diakses pada 19 Agustus 2022.
dihadapi dengan baik ialah adversity, sedangkan hasil pengukuran kemampuan
kemampuan dari diri anak dalam mengatasi kesulitan tersebut. AQ juga dapat
meramalkan siapa yang mampu mengatasi kesulitan dan siapa yang tidak dapat
tinggi (Climbers).
berpikir kreatif matematis dari siswa masih belum optimal. Siswa kurang
menggunakan cara atau beberapa langkah yang telah diajarkan oleh guru.
Siswa lebih suka bertanya dengan teman kelasnya ketimbang bertanya dengan
guru. Selain itu juga, siswa juga memilih menyerah ketimbang bertahan ketika
dalam berpikir dan memiliki kelemahan dalam menghadapi kesulitan. Hal ini
yang baik agar dapat mengatasi hal tersebut. Model pembelajaran tersebut ialah
uraikan di paragraf enam dan tujuh. Model pembelajaran CPS ini diharapkan
dapat melatih siswa dalam berpikir dan bertindak kreatif, dan juga dapat
B. Rumusan Masalah
Kota Surabaya?
Dari rumusan masalah yang telah dirumuskan penulis, maka tujuan dari
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
mengembangkan pembelajaran.
2. Bagi siswa
mengemukakan pendapat.
3. Bagi pendidik
4. Bagi sekolah
positif untuk sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas siswa dan guru
di dunia pendidikan.
E. Batasan Penelitian
pembahasan. Hal ini akan berdampak pada tujuan penelitian yang dapat
tercapai dengan baik dan maksimal. Batasan masalah yang penulis ambil
Quotient (AQ).
F. Definisi Operasional
terhadap beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian, maka ada beberapa
matematis yang dapat ditandai ketika seseorang memiliki gagasan atau ide
sedang mengalami kesulitan, dalam hal ini tidak mudah menyerah dalam
A. Landasan Teori
a. Pengertian
pertemuan pada pertengahan tahun 1950 masehi. 10 Pada saat itu para
b. Karakteristik
10
Isok’atun dan Amelia Rosmala, Model-Model Pembelajaran Matematika (Bandung: PT. Bumi
Aksara, 2018), 147-148.
11
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran (Malang: Pustaka Pelajar, 2013),
298.
12
Isok’atun dan Amelia Rosmala, Op. Cit., hal. 176-183.
Karakteristik yang dimiliki creative problem-solving yang
berikut:
dampaknya;
13
Creative Education Foundation, Creative Problem Solving Resource Guide (Massachusetts:
Creative Education Foundation, 2014), 8.
4) Praktis digunakan dalam menyelesaikan masalah sehari-hari
kompleks. 14
c. Langkah-langkah
14
Scott G. Issaken, “On the Conceptual Foundation of Creative Problem Solving: A Response to
Magyari-Beck”, Journal Oxford of Creativity and Innovation Management, Vol4, No. 1, (1995),
52-53.
15
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: Rinneka Cipta, 2004),
126.
16
Victor Valqui Vidal Rene, Creative and Participative Problem Soling – The Art and The
Science (Albertslund: Albertslund Technical University of Denmark, 2006), 17.
1) Klarifikasi masalah, adalah pemberian penjelasan tentang masalah
motivator belajar bagi peserta didiknya. Hal ini sesuai dengan model
sebagai berikut:17
adalah:19
17
Isrok’atun Dan Amelia Rosmala, Op. Cit., hal. 151-152
18
Aris Shoimin, Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media), 57-58.
19
Isok’atun dan Amelia Rosmala, Op. Cit., hal. 152-153.
2) Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan model
a. Pengertian
yang kreatif.
b. Ciri-ciri
berikut:
c. Tingkatan
Tingkatan Indikator
Sangat kreatif Siswa mampu menunjukkan
kefasihan, fleksibilitas, dan
kebaruan, dan fleksibilitas dalam
pemecahan masalah
Kreatif Siswa mampu menunjukkan
kefasihan dan kebaruan atau
kefasihan dan fleksibilitas dalam
memecahkan masalah
Cukup kreatif Siswa mampu menunjukkan
kebaruan atau fleksibilitas
memecahkan masalah
21
Siswono, “Level of Student’s Creative Thinking in Classroom Mathematics”, Journal
Educational Research and Review, Vol. 6, No. 7, (2011), 548-553.
Kurang kreatif Siswa mampu menunjukkan
kefasihan dalam memecahkan
masalah
Tidak kreatif Siswa tidak mampu
menunjukkan kefasihan,
fleksibilitas, dan kebaruan.
a. Pengertian
hidup, dalam hal ini tidak mudah menyerah dalam menghadapi setiap
berikut.22
tersebut
bertahan
b. Bentuk-bentuk
suatu gabungan yang praktis dan baru, yang merumuskan kembali apa
pola bawah sadar ini sebetulnya sudah dimiliki. Saat ini untuk pertama
22
P. G. Stoltz, Adversity Quotient Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Translated by
Hermaya, T (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007).
serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki
kesuksesan.
c. Tingkatan
antara lain:
23
J. M. Cando et. Al., “The Relationship Between Adversity Quotient (AQ) and Emotional
Quotient (EQ) and Teaching Performance of College PE Faculty Members of CIT University”,
International Journal of Science: Basic and Applied Research, 18, (2014), 354-357.
Motivasi mereka sangat sedikit, sehingga mereka mudah
Jika sudah parah, quitters akan sering sinis, murung dan mati
dan sebagainya.
2) AQ sedang (Campers)
penting naik kelas, tidak perlu nilai yang tinggi yang penting
dengan apa yang sudah ada sekarang dan mengabaikan apa yang
sepenuhnya.
3) AQ tinggi (Climbers)
baik dan tepat waktu. Jika mereka menemukan masalah yang sulit
sebagainya.
25
Ibid.
“masalahnya bukan andaikan, melainkan bagaimana”, “hanya
d. Faktor pembentuk AQ
AQ seseorang, diantaranya: 26
1) Faktor internal
a) Genetika
b) Keyakinan
26
P. G. Stoltz, Op. Cit., 78-80
Keyakinan sangat mempengaruhi seseorang dalam
c) Bakat
e) Karakter
f) Kinerja
h) Kesehatan
2) Faktor eksternal
a) Pendidikan
b) Lingkungan
1. Penelitian oleh Dzul Aqilah Utomo dari UIN Sumatra Utara pada tahun
Istiqomah Desa Sampali Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang”.
Perbedaan dari penelitian ini dan penelitian terdahulu yakni terletak pada
penelitian terdahulu penerapan CPS hanya pada hasil belajar siswa, namun
penelitian ini pada keterampilan berpikir kritis matematis dan juga ditinjau
Solving.
2. Penelitian oleh Refika Nurul Afifa dari UIN Syarif Hidayatullah pada
dan hasil belajar sedangkan penelitian ini pada keterampilan berpikir kritis
C. Hipotesis
berbasis program SPSS 16.00 for windows. Kriteria pengambilan keputusan uji
27
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2008), 119.
1. Jika nilai sig. < α (0,05), maka Ho ditolak. Jadi terdapat pengaruh yang
terikat.
2. Jika nilai sig. ≥ α (0,05) maka Ho diterima maka tidak terdapat pengaruh
variabel terikat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
yang bertujuan untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara
dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau
Dalam penelitian ini diambil 2 kelas sebagai sampel yang terdiri 1 kelas
belajar matematika siswa pada siswa yang diberi perlakuan dengan siswa yang
Jl. Medokan Asri, Rungkut Asri, Kota Surabaya, Jawa Timur. Peneliti
melakukan penelitian sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh peneliti.
dari penelitian ini adalah peserta didik MTsN 3 Kota Surabaya. Teknik
Sehingga dalam penelitian ini peneliti langsung menentukan dua sampel yang
dinilai memiliki karakteristik dan kemampuan yang hampir sama. Kelas yang
dijadikan sampel penelitian adalah Kelas VII A dan VII D. Karena penelitian
Kelas pertama, Kelas VII A menjadi kelompok eksperimen dan kelas yang
D. Variabel Penelitian
E. Instumen Penelitian
mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik lagi
sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalam instrumen tes (tes kemampuan berpikir kreatif ). Instrumen yang
baik harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan reliabel.
F. Prosedur Penelitian
Agar penelitian ini dapat terstruktur dengan jelas dan rapi, peneliti
1. Tahap persiapan
untuk melakukan tes awal subjek penelitian, yakni peserta didik pada
2. Tahap pelaksanaan
subjek penelitian
teori.28
dilakukan untuk mendapatkan jawaban atas masalah penelitian ini antara lain
28
Asep Saepul Hamdani, “Pengembangan Karakteristik Respon Mahasiswa Pada perjenjangan
Taksonomi SOLO Terhadap MAsalah MAtematika yang Disusun Berdasarkan Taksonomi Bloom
(Surabaya: UNESA, 2012).
sebagai statistik deskriptif. Teknik analisis ini digunakan untuk
dari adversity quotient peserta didik kelas VII di MTsN 3 Kota Surabaya.
2. Uji validitas
keabsahan suatu instrumen. Instrumen yang valid atau sah memiliki nilai
cara yang dapat digunakan untuk menentukan valid atau tidaknya sebuah
instrumen yaitu:
a. Jika rhitung > rtabel dengan taraf signifikansi 0,05, maka instrumen
29
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar (Surakarta: Pustaka Belajar, 2009), 70.
b. Jika rhitung < rtabel dengan taraf signifikansi 0,05, maka instrumen
3. Uji reliabilitas
itu sudah baik. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur
gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten,
sebagai berikut.
a. Jika nilai reliabilitas suatu instrument > 0,6 atau 60%, maka
b. Jika nilai reliabilitas suatu instrument < 0,6 atau 60%, maka
a. Uji normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data
didapatkan.
normal.
b. Uji linearitas
rata yang diperoleh dari kelompok data sampel terletak dalam garis-
Fhitung < Ftabel, atau angka signifikansi yang lebih besar dari 0,05
c. Uji multikolineritas
empiris;
d. Uji homogenitas
diambil. Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri dari data
kuantitatif yang diperoleh dari hasil pre test dan post test yang
berbeda. Data yang diuji dalam penelitian ini adalah gain score yang
merupakan selisih antara nilai pre test dan post test. Gain score
multikolinearitas dan uji homogenitas serta uji hpotesis yaitu uji two
way Anova.
Nilai yang diperoleh dapat dihitung dengan menggunakan
rumus
Keterangan:
bersangkutan
Nilai Kategori
75-84 Baik
56-74 Cukup
40-55 Kurang
Cando, J. M. et. Al. “The Relationship Between Adversity Quotient (AQ) and
Emotional Quotient (EQ) and Teaching Performance of College PE Faculty
Members of CIT University”. International Journal of Science: Basic and
Applied Research, 18, (2014).
Creative Education Foundation. Creative Problem Solving Resource Guide.
Massachusetts: Creative Education Foundation, 2014.
Dataoks. “Di Tingkat Global, Kreativitas Indonesia Termasuk Paling Rendah”.
diakses dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/17/di-
tingkat-global-kreativitas-indonesia-termasuk-paling-rendah. diakses pada
18 Agustus 2022.
Hamdani, Asep Saepul. “Pengembangan Karakteristik Respon Mahasiswa Pada
perjenjangan Taksonomi SOLO Terhadap MAsalah MAtematika yang
Disusun Berdasarkan Taksonomi Bloom. Surabaya: UNESA, 2012.
Hidayat, Wahyu. “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif
Matematik Siswwa SMA Melalui Pembelajaran Kooperatif Think-Talk-
Write (TTW). Seminar Nasional Penelitian. Pendidikan dan Penerapan
MIPA, (2012).
Huda, Miftahul. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Malang: Pustaka
Pelajar, 2013.
Isok’atun dan Amelia Rosmala. Model-Model Pembelajaran Matematika.
Bandung: PT. Bumi Aksara, 2018.
Issaken, Scott G. “On the Conceptual Foundation of Creative Problem Solving: A
Response to Magyari-Beck”. Journal Oxford of Creativity and Innovation
Management, Vol4, No. 1, (1995).
Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rinneka
Cipta, 2004.
Noer. “Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Pembelajaran Matematika
Berbasis Masalah Open-Ended”. Jurnal Pendidikan Matematika, 5, (2011).
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Pepkin, K.L. “Creative Problem Solving in Math”. dalam Diakses di
http://www.ah.edu /hti/cu/ 2008/v02/04.htm. diakses pada 19 Agustus 2022.
Prianggono, Agus. Thesis Magister. “Analisis Proses Berpikir Kreatif Siswa
Sekolah Menengah Kejuruan (Smk) Dalam Pemecahan Dan Pengajuan
Masalah Matematika Pada Materi Persamaan Kuadrat”. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret, 2013.
Programme for International Student Assessment (PISA). 2016. PISA 2015 Result
in Focus. Tersedia di
https://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa2015results-overview.pdf.
Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta: Pustaka Belajar, 2009.
Rene, Victor Valqui Vidal. Creative and Participative Problem Soling – The Art
and The Science. Albertslund: Albertslund Technical University of
Denmark, 2006.
Shoimin, Aris. Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Siswono, Tatag Yuli Eko. “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Melalui Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah Matematika”. diakses
dari paper07_kreatifpsolving_posing-with-cover-page-v2.pdf
(d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net). diakses pada 18 Agustus 2022.
Siswono. “Level of Student’s Creative Thinking in Classroom Mathematics”.
Journal Educational Research and Review, Vol. 6, No. 7, (2011).
Stoltz, P. G. Adversity Quotient Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Translated
by Hermaya. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2007.
Sudarman. “Adversity Quotient: Kajian Kemungkinan Pengintegrasiannya dalam
Pembelajaran Matematika”. Aksioma, 1, (2012).
Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2008.