PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat
berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.
dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Dalam masyarakat Indonesia dewasa ini
muncul banyak kritik baik dari praktisi pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan
mengenai pendidikan nasional yang tidak mempunyai arah yang jelas. Ketiadaan arah yang jelas
dalam pendidikan nasional menyebabkan hilangnya peran vital didalam pendidikan nasional
yang menggerakkan sistem pendidikan untuk mewujudkan cita-cita bersama Indonesia Raya 1.
Upaya tersebut hampir mencakup semua komponen pendidikan seperti perbaharuan kurikulum,
proses belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, pengadaan buku pelajaran dan usaha-usaha
Ajaran agama islam sendiri sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu menuntut
ilmu. Bahkan islam mewajibkan kepada setiap orang yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan,
pasti dibaliknya terkandung hikmah atau sesuatu yang penting bagi manusia demikian juga
halnya dengan perintah untuk menuntut ilmu 2. Dengan demikian, ilmu yang wajib dituntut
adalah ilmu yang bermanfaat bukan hanya di dunia saja tapi juga di akhirat seperti ilmu syar’i.
Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan dalam QS. Al-Mujadilah/ 58:11 yang berbunyi:
1
1
A. R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta: PT rineka Cipta, 2006), hal.
14
2
Baharuddin dan Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: PT Ar-Ruzz, 2007), h.32.
Artinya:“Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu lakukan”.
Ayat di atas menerangkan bahwa manusia yang berilmu akan mendapatkan kedudukan
yang lebih tinggi, manusia yang berilmu dapat mewujudkan kemajuan bangsa. Begitu penting
pendidikan sehingga harus dijadikan prioritas utama dalam pembangunan bangsa, dan itu berarti
diperlukan mutu pendidikan yang baik sehingga tercipta proses pendidikan yang cerdas, damai,
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan yang memegang
peranan penting dalam perkembangan sains dan teknologi3. Dengan belajar matematika peserta
didik dapat berlatih menggunakan pikirannya secara logis, analitis, sitematis, kritis dan kreatif
serta memiliki kemampuan bekerjasama dalam menghadapi berbagai masalah serta mampu
Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada salah satu konsep yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah yang diterima pakar dibidang itu. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep
awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar diantara konsep-konsep, gagasan intuitif atau
pandangan naif. Menurut Brow miskonsepsi sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah yang sekarang diterima. Sedangkan Fowler memandang miskonsepsi sebagai
pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-
3
Tamra C. Mendelson, “The (mis)concept of species Recognition”, Trends in Ecology and Evolution, No. 8
(2012), h.424.
4
Effandi Zakaria, dkk., Trend Pengajaran dan Pembelajaran Matematika (Cet.I; Kuala Lumpur: Prin-AD
SDN. BHD, 2007), h. 1.
contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yag berbeda, dan hubungan hierarkis konsep-
Dari beberapa definisi di atas, miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu interpretasi akan
suatu konsep tertentu yang tidak akurat atau tidak sejalan dengan pengertian yang diterima
secara umum. Miskonsepsi dapat terjadi ketika siswa sedang berusaha membentuk pengetahuan
dengan cara menerjemahkan pengalaman baru dalam bentuk konsepsi awal. Pembentukan
konsepsi awal ini dapat dimulai ketika siswa mendapatkan pengalaman pembelajaran di sekolah
maupun di lingkungannya sendiri6. Apabila miskonsepsi tidak segera diatasi maka akan
terintegrasi (menyatu) dalam struktur kognitif (yang berhubungan dengan) siswa. Hal tersebut
sangat berbahaya karena dapat membuat siswa memodifikasi bahkan menolak konsep-konsep
yang sebenarnya. Adanya miskonsepsi akan menghambat siswa dalam penguasaan suatu konsep
yang kemudian hal inilah yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa. Siswa merupakan
tunas harapan masa depan bangsa, kualitas siswa mencerminkan bangsa di masa depan. Dengan
demikian permasalahan miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa adalah masalah serius untuk
segera ditangani, mengingat dampak buruk yang ditimbulkan oleh adanya miskonsepsi.
tersebut diketahui secara jelas terlebih dahulu. Adanya miskonsepsi dapat diketahui melalui tes
diagnosis dengan menggunakan instrumen atau alat ukur yang mampu mengidentifikasi
miskonsepsi.
5
Sarlina,” Miskonsepsi Siswa Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Pada Pokok Bahasan Persamaan
Kuadrat Siswa Kelas X5 SMA Negeri 11 Makassar”, Jurnal matematika dan pembelajaran. Vol 3 (3), hal 1-9
(2015)
6
Nur Sarifah Alawiyah,Ngadimin & Abdul Hamid,”Identifikasi Miskonsepsi Siswa Dengan Menggunakan
Metode Indeks Respon Kepastian (IRK) pada materi Inpuls dan momentum linear di SMA Negeri 2 Banda Aceh”,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika. Vol. 2 No.2 April 2017.
Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi
pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang
dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti,
memberikan interprestai data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur
yang dimilikinya7. Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan
sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah
konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah
dimengerti, memberikan interprestai data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai
dengan struktur yang dimilikinya 8. Memahami konsep merupakan hal penting agar siswa mampu
Alat peraga mempunyai peran yang sangat penting khususnya materi pecahan pada mata
pelajaran matematika. Pembelajaran jika menggunakan alat peraga yang tepat akan memberikan
hasil yang optimal pada pemahaman siswa. Oleh karena itu, penulis memberikan alternatif solusi
untuk meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan, yaitu dengan memanfaatkan alat peraga
“Bunga” yang sesuai dengan materi yang disampaikan sehingga dapat membantu pemahaman
siswa dalam menangkap materi yang disampaikan di kelas, membuat siswa lebih tertarik dan
Dari masalah di atas, perlu adanya upaya untuk mengatasi miskonsepsi serta pemahaman
Problem based learning adalah pembelajaran yang sangat erat kaitannya dengan
pemecahan masalah. Esensi problem based learning adalah menyuguhkan berbagai situasi yang
autentik dan bermakna bagi siswa sehingga dapat menjadi sarana bagi penyelidikan siswa. dalam
7
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada, 2009), h.64.
8
Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi SMP,(Jakarta:
Depdiknas), h.2
pembelajaran melalui problem based learning, siswa diberi tanggung jawab dalam membentuk
dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka. Dengan demikian, siswa dapat
mengembangkan pemahaman dalam kegiatan belajarnya. Problem based learning menjadi salah
satu metode pembelajaran yang sangat erat kaitannya dengan pemecahan masalah. Untuk
memahami materi, siswa diajak menyelesaikan suatu masalah. Siswa belajar untuk menganalisis
apa yang diketahui, menentukan masalah, menentukan cara penyelesaian, dan mencari
penyelesaian sesuai dengan rencana. manfaat problem based learning diantaranya adalah dapat
masalah siswa. permasalahan dalam pembelajaran melalui problem based learning adalah
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 11 Mei di sekolah MI Al-
Hidayah Liang, dalam proses pembelajaran ketika siswa diberikan soal-soal selalu saja ditemui
siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal pecahan penjumlah dan
Dari contoh kasus tersebut pada gambar di atas, siswa ditugaskan untuk mengerjakan 2
soal yang diberikan berkaitan dengan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan,
dari hasil kerja siswa ditemukan bahwa siswa dapat menjawab soal tersebut sesuai dengan
pemahaman siswa, namun berdasarkan konsep pecahan hasil yang dikerjakan siswa mengalami
kesalahan. Dari hasil observasi tersebut ditemukan bahwa siswa terindikasi miskonsepsi dalam
menyelesaikan soal pecahan penjumlahan dan pengurangan. Hal ini dikarenakan kurangnya
pemahaman konsep pecahan siswa yang diajarkan oleh guru bidang studi matematika. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji masalah tersebut dengan memberi judul: “Mengatasi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang diteliti adalah apakah
Problem Based Learning (PBL) dengan alat peraga bunga dapat mengatasi miskonsepsi
C. Tujuan Penilitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penilitian ini
adalah untuk mengetahui apakah Problem Based Learning (PBL) dengan alat peraga bunga
dapat mengatasi miskonsepsi pemahaman siswa MI Al-Hidayah Liang pada materi pecahan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, yakni membantu siswa kelas MI Al-Hidayah Liang dalam menyelesaikan
2. Bagi guru, yakni dengan adanya alat peraga maka akan mempermudah guru dalam
menyampaikan materi dan menjadikan guru lebih inovatif dalam pembelajaran di MI Al-
Hidayah Liang.
3. Bagi sekolah MI Al-Hidayah Liang, yakni memberikan sumbangan yang positif terhadap
kemajuan sekolah, yang terlihat dari peningkatan kemampuan profesional guru dan
E. Definisi Operasional
1. Miskonsepsi
Miskonsepsi adalah kesalahan konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah.
Miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu interpertasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan
yang tidak dapat diterima atau gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah. Miskonsepsi
pemahaman adalah kesalahan memahami konseb, penggunaan konseb yang salah, kekacauan
2. Pecahan
Pecahan adalah materi yang menjelaskan terkait dengan bilangan rasional yang dapat
ditulis dalam bentuk dimana a dan b merupakan bilangan bulat, b tidak sama dengan nol, dan
Problem based learning pada penelitian ini adalah modul bagaimana untuk melihat letak
penyelesaian masalah dengan menyuguhkan kembali berbagai situasi yang autentik dan
bermakna bagi siswa sehingga dapat menjadi sarana bagi penyelidikan siswa.
Alat peraga adalah model bunga yang dibuat sendiri oleh peneliti dan disesuaikan dengan
materi pecahan yang dapat membantu pemahaman siswa dalam memahami, tertarik dan
F. Latar Belakang
potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat
berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.
dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Dalam masyarakat Indonesia dewasa ini
muncul banyak kritik baik dari praktisi pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan
mengenai pendidikan nasional yang tidak mempunyai arah yang jelas. Ketiadaan arah yang jelas
dalam pendidikan nasional menyebabkan hilangnya peran vital didalam pendidikan nasional
yang menggerakkan sistem pendidikan untuk mewujudkan cita-cita bersama Indonesia Raya 9.
Upaya tersebut hampir mencakup semua komponen pendidikan seperti perbaharuan kurikulum,
proses belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, pengadaan buku pelajaran dan usaha-usaha
Ajaran agama islam sendiri sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu menuntut
ilmu. Bahkan islam mewajibkan kepada setiap orang yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan,
pasti dibaliknya terkandung hikmah atau sesuatu yang penting bagi manusia demikian juga
halnya dengan perintah untuk menuntut ilmu 10. Dengan demikian, ilmu yang wajib dituntut
adalah ilmu yang bermanfaat bukan hanya di dunia saja tapi juga di akhirat seperti ilmu syar’i.
Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan dalam QS. Al-Mujadilah/ 58:11 yang berbunyi:
1
9
A. R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta: PT rineka Cipta, 2006), hal.
14
10
Baharuddin dan Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: PT Ar-Ruzz, 2007), h.32.
Artinya:“Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu lakukan”.
Ayat di atas menerangkan bahwa manusia yang berilmu akan mendapatkan kedudukan
yang lebih tinggi, manusia yang berilmu dapat mewujudkan kemajuan bangsa. Begitu penting
pendidikan sehingga harus dijadikan prioritas utama dalam pembangunan bangsa, dan itu berarti
diperlukan mutu pendidikan yang baik sehingga tercipta proses pendidikan yang cerdas, damai,
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan yang memegang
peranan penting dalam perkembangan sains dan teknologi11. Dengan belajar matematika peserta
didik dapat berlatih menggunakan pikirannya secara logis, analitis, sitematis, kritis dan kreatif
serta memiliki kemampuan bekerjasama dalam menghadapi berbagai masalah serta mampu
Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada salah satu konsep yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah yang diterima pakar dibidang itu. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep
awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar diantara konsep-konsep, gagasan intuitif atau
pandangan naif. Menurut Brow miskonsepsi sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah yang sekarang diterima. Sedangkan Fowler memandang miskonsepsi sebagai
pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-
11
Tamra C. Mendelson, “The (mis)concept of species Recognition”, Trends in Ecology and Evolution, No.
8 (2012), h.424.
12
Effandi Zakaria, dkk., Trend Pengajaran dan Pembelajaran Matematika (Cet.I; Kuala Lumpur: Prin-AD
SDN. BHD, 2007), h. 1.
contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yag berbeda, dan hubungan hierarkis konsep-
Dari beberapa definisi di atas, miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu interpretasi akan
suatu konsep tertentu yang tidak akurat atau tidak sejalan dengan pengertian yang diterima
secara umum. Miskonsepsi dapat terjadi ketika siswa sedang berusaha membentuk pengetahuan
dengan cara menerjemahkan pengalaman baru dalam bentuk konsepsi awal. Pembentukan
konsepsi awal ini dapat dimulai ketika siswa mendapatkan pengalaman pembelajaran di sekolah
maupun di lingkungannya sendiri14. Apabila miskonsepsi tidak segera diatasi maka akan
terintegrasi (menyatu) dalam struktur kognitif (yang berhubungan dengan) siswa. Hal tersebut
sangat berbahaya karena dapat membuat siswa memodifikasi bahkan menolak konsep-konsep
yang sebenarnya. Adanya miskonsepsi akan menghambat siswa dalam penguasaan suatu konsep
yang kemudian hal inilah yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa. Siswa merupakan
tunas harapan masa depan bangsa, kualitas siswa mencerminkan bangsa di masa depan. Dengan
demikian permasalahan miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa adalah masalah serius untuk
segera ditangani, mengingat dampak buruk yang ditimbulkan oleh adanya miskonsepsi.
tersebut diketahui secara jelas terlebih dahulu. Adanya miskonsepsi dapat diketahui melalui tes
diagnosis dengan menggunakan instrumen atau alat ukur yang mampu mengidentifikasi
miskonsepsi.
13
Sarlina,” Miskonsepsi Siswa Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Pada Pokok Bahasan Persamaan
Kuadrat Siswa Kelas X5 SMA Negeri 11 Makassar”, Jurnal matematika dan pembelajaran. Vol 3 (3), hal 1-9
(2015)
14
Nur Sarifah Alawiyah,Ngadimin & Abdul Hamid,”Identifikasi Miskonsepsi Siswa Dengan Menggunakan
Metode Indeks Respon Kepastian (IRK) pada materi Inpuls dan momentum linear di SMA Negeri 2 Banda Aceh”,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika. Vol. 2 No.2 April 2017.
Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi
pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang
dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti,
memberikan interprestai data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur
yang dimilikinya15. Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan
sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah
konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah
dimengerti, memberikan interprestai data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai
dengan struktur yang dimilikinya 16. Memahami konsep merupakan hal penting agar siswa
Alat peraga mempunyai peran yang sangat penting khususnya materi pecahan pada mata
pelajaran matematika. Pembelajaran jika menggunakan alat peraga yang tepat akan memberikan
hasil yang optimal pada pemahaman siswa. Oleh karena itu, penulis memberikan alternatif solusi
untuk meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan, yaitu dengan memanfaatkan alat peraga
“Bunga” yang sesuai dengan materi yang disampaikan sehingga dapat membantu pemahaman
siswa dalam menangkap materi yang disampaikan di kelas, membuat siswa lebih tertarik dan
Dari masalah di atas, perlu adanya upaya untuk mengatasi miskonsepsi serta pemahaman
Problem based learning adalah pembelajaran yang sangat erat kaitannya dengan
pemecahan masalah. Esensi problem based learning adalah menyuguhkan berbagai situasi yang
autentik dan bermakna bagi siswa sehingga dapat menjadi sarana bagi penyelidikan siswa. dalam
15
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada, 2009), h.64.
16
Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi
SMP,(Jakarta: Depdiknas), h.2
pembelajaran melalui problem based learning, siswa diberi tanggung jawab dalam membentuk
dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka. Dengan demikian, siswa dapat
mengembangkan pemahaman dalam kegiatan belajarnya. Problem based learning menjadi salah
satu metode pembelajaran yang sangat erat kaitannya dengan pemecahan masalah. Untuk
memahami materi, siswa diajak menyelesaikan suatu masalah. Siswa belajar untuk menganalisis
apa yang diketahui, menentukan masalah, menentukan cara penyelesaian, dan mencari
penyelesaian sesuai dengan rencana. manfaat problem based learning diantaranya adalah dapat
masalah siswa. permasalahan dalam pembelajaran melalui problem based learning adalah
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 11 Mei di sekolah MI Al-
Hidayah Liang, dalam proses pembelajaran ketika siswa diberikan soal-soal selalu saja ditemui
siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal pecahan penjumlah dan
Dari contoh kasus tersebut pada gambar di atas, siswa ditugaskan untuk mengerjakan 2
soal yang diberikan berkaitan dengan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan,
dari hasil kerja siswa ditemukan bahwa siswa dapat menjawab soal tersebut sesuai dengan
pemahaman siswa, namun berdasarkan konsep pecahan hasil yang dikerjakan siswa mengalami
kesalahan. Dari hasil observasi tersebut ditemukan bahwa siswa terindikasi miskonsepsi dalam
menyelesaikan soal pecahan penjumlahan dan pengurangan. Hal ini dikarenakan kurangnya
pemahaman konsep pecahan siswa yang diajarkan oleh guru bidang studi matematika. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji masalah tersebut dengan memberi judul: “Mengatasi
G. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang diteliti adalah apakah
Problem Based Learning (PBL) dengan alat peraga bunga dapat mengatasi miskonsepsi
H. Tujuan Penilitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penilitian ini
adalah untuk mengetahui apakah Problem Based Learning (PBL) dengan alat peraga bunga
dapat mengatasi miskonsepsi pemahaman siswa MI Al-Hidayah Liang pada materi pecahan.
I. Manfaat Penelitian
4. Bagi siswa, yakni membantu siswa kelas MI Al-Hidayah Liang dalam menyelesaikan
5. Bagi guru, yakni dengan adanya alat peraga maka akan mempermudah guru dalam
menyampaikan materi dan menjadikan guru lebih inovatif dalam pembelajaran di MI Al-
Hidayah Liang.
6. Bagi sekolah MI Al-Hidayah Liang, yakni memberikan sumbangan yang positif terhadap
kemajuan sekolah, yang terlihat dari peningkatan kemampuan profesional guru dan
J. Definisi Operasional
5. Miskonsepsi
Miskonsepsi adalah kesalahan konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah.
Miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu interpertasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan
yang tidak dapat diterima atau gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah. Miskonsepsi
pemahaman adalah kesalahan memahami konseb, penggunaan konseb yang salah, kekacauan
6. Pecahan
Pecahan adalah materi yang menjelaskan terkait dengan bilangan rasional yang dapat
ditulis dalam bentuk dimana a dan b merupakan bilangan bulat, b tidak sama dengan nol, dan
Problem based learning pada penelitian ini adalah modul bagaimana untuk melihat letak
penyelesaian masalah dengan menyuguhkan kembali berbagai situasi yang autentik dan
bermakna bagi siswa sehingga dapat menjadi sarana bagi penyelidikan siswa.
Alat peraga adalah model bunga yang dibuat sendiri oleh peneliti dan disesuaikan dengan
materi pecahan yang dapat membantu pemahaman siswa dalam memahami, tertarik dan