Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik

potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat

berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.

Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan organis, harmonis,

dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Dalam masyarakat Indonesia dewasa ini

muncul banyak kritik baik dari praktisi pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan

mengenai pendidikan nasional yang tidak mempunyai arah yang jelas. Ketiadaan arah yang jelas

dalam pendidikan nasional menyebabkan hilangnya peran vital didalam pendidikan nasional

yang menggerakkan sistem pendidikan untuk mewujudkan cita-cita bersama Indonesia Raya 1.

Upaya tersebut hampir mencakup semua komponen pendidikan seperti perbaharuan kurikulum,

proses belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, pengadaan buku pelajaran dan usaha-usaha

lainnya yang berkenaan dengan mutu pendidikan.

Ajaran agama islam sendiri sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu menuntut

ilmu. Bahkan islam mewajibkan kepada setiap orang yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan,

pasti dibaliknya terkandung hikmah atau sesuatu yang penting bagi manusia demikian juga

halnya dengan perintah untuk menuntut ilmu 2. Dengan demikian, ilmu yang wajib dituntut

adalah ilmu yang bermanfaat bukan hanya di dunia saja tapi juga di akhirat seperti ilmu syar’i.

Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan dalam QS. Al-Mujadilah/ 58:11 yang berbunyi:

1
1
A. R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta: PT rineka Cipta, 2006), hal.
14
2
Baharuddin dan Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: PT Ar-Ruzz, 2007), h.32.
Artinya:“Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu lakukan”.

Ayat di atas menerangkan bahwa manusia yang berilmu akan mendapatkan kedudukan

yang lebih tinggi, manusia yang berilmu dapat mewujudkan kemajuan bangsa. Begitu penting

pendidikan sehingga harus dijadikan prioritas utama dalam pembangunan bangsa, dan itu berarti

diperlukan mutu pendidikan yang baik sehingga tercipta proses pendidikan yang cerdas, damai,

terbuka, demokratik, dan kompetitif.

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan yang memegang

peranan penting dalam perkembangan sains dan teknologi3. Dengan belajar matematika peserta

didik dapat berlatih menggunakan pikirannya secara logis, analitis, sitematis, kritis dan kreatif

serta memiliki kemampuan bekerjasama dalam menghadapi berbagai masalah serta mampu

memanfaatkan informasi yang diterimanya4.

Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada salah satu konsep yang tidak sesuai dengan

pengertian ilmiah yang diterima pakar dibidang itu. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep

awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar diantara konsep-konsep, gagasan intuitif atau

pandangan naif. Menurut Brow miskonsepsi sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan

pengertian ilmiah yang sekarang diterima. Sedangkan Fowler memandang miskonsepsi sebagai

pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-

3
Tamra C. Mendelson, “The (mis)concept of species Recognition”, Trends in Ecology and Evolution, No. 8
(2012), h.424.
4
Effandi Zakaria, dkk., Trend Pengajaran dan Pembelajaran Matematika (Cet.I; Kuala Lumpur: Prin-AD
SDN. BHD, 2007), h. 1.
contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yag berbeda, dan hubungan hierarkis konsep-

konsep yang tidak benar5.

Dari beberapa definisi di atas, miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu interpretasi akan

suatu konsep tertentu yang tidak akurat atau tidak sejalan dengan pengertian yang diterima

secara umum. Miskonsepsi dapat terjadi ketika siswa sedang berusaha membentuk pengetahuan

dengan cara menerjemahkan pengalaman baru dalam bentuk konsepsi awal. Pembentukan

konsepsi awal ini dapat dimulai ketika siswa mendapatkan pengalaman pembelajaran di sekolah

maupun di lingkungannya sendiri6. Apabila miskonsepsi tidak segera diatasi maka akan

terintegrasi (menyatu) dalam struktur kognitif (yang berhubungan dengan) siswa. Hal tersebut

sangat berbahaya karena dapat membuat siswa memodifikasi bahkan menolak konsep-konsep

yang sebenarnya. Adanya miskonsepsi akan menghambat siswa dalam penguasaan suatu konsep

yang kemudian hal inilah yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa. Siswa merupakan

tunas harapan masa depan bangsa, kualitas siswa mencerminkan bangsa di masa depan. Dengan

demikian permasalahan miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa adalah masalah serius untuk

segera ditangani, mengingat dampak buruk yang ditimbulkan oleh adanya miskonsepsi.

Penanganan miskonsepsi tidak dapat dilakukan secara efektif sebelum miskonsepsi

tersebut diketahui secara jelas terlebih dahulu. Adanya miskonsepsi dapat diketahui melalui tes

diagnosis dengan menggunakan instrumen atau alat ukur yang mampu mengidentifikasi

miskonsepsi.

5
Sarlina,” Miskonsepsi Siswa Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Pada Pokok Bahasan Persamaan
Kuadrat Siswa Kelas X5 SMA Negeri 11 Makassar”, Jurnal matematika dan pembelajaran. Vol 3 (3), hal 1-9
(2015)
6
Nur Sarifah Alawiyah,Ngadimin & Abdul Hamid,”Identifikasi Miskonsepsi Siswa Dengan Menggunakan
Metode Indeks Respon Kepastian (IRK) pada materi Inpuls dan momentum linear di SMA Negeri 2 Banda Aceh”,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika. Vol. 2 No.2 April 2017.
Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi

pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang

dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti,

memberikan interprestai data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur

yang dimilikinya7. Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan

sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah

konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah

dimengerti, memberikan interprestai data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai

dengan struktur yang dimilikinya 8. Memahami konsep merupakan hal penting agar siswa mampu

menerapkan konsep dalam berbagai masalah pada pembelajaran.

Alat peraga mempunyai peran yang sangat penting khususnya materi pecahan pada mata

pelajaran matematika. Pembelajaran jika menggunakan alat peraga yang tepat akan memberikan

hasil yang optimal pada pemahaman siswa. Oleh karena itu, penulis memberikan alternatif solusi

untuk meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan, yaitu dengan memanfaatkan alat peraga

“Bunga” yang sesuai dengan materi yang disampaikan sehingga dapat membantu pemahaman

siswa dalam menangkap materi yang disampaikan di kelas, membuat siswa lebih tertarik dan

mengajak siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Dari masalah di atas, perlu adanya upaya untuk mengatasi miskonsepsi serta pemahaman

belajar matematika siswa. Salah satunya melalui problem based learning.

Problem based learning adalah pembelajaran yang sangat erat kaitannya dengan

pemecahan masalah. Esensi problem based learning adalah menyuguhkan berbagai situasi yang

autentik dan bermakna bagi siswa sehingga dapat menjadi sarana bagi penyelidikan siswa. dalam

7
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada, 2009), h.64.
8
Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi SMP,(Jakarta:
Depdiknas), h.2
pembelajaran melalui problem based learning, siswa diberi tanggung jawab dalam membentuk

dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka. Dengan demikian, siswa dapat

mengembangkan pemahaman dalam kegiatan belajarnya. Problem based learning menjadi salah

satu metode pembelajaran yang sangat erat kaitannya dengan pemecahan masalah. Untuk

memahami materi, siswa diajak menyelesaikan suatu masalah. Siswa belajar untuk menganalisis

apa yang diketahui, menentukan masalah, menentukan cara penyelesaian, dan mencari

penyelesaian sesuai dengan rencana. manfaat problem based learning diantaranya adalah dapat

meningkatkan pemahaman dalam belajar, keterampilan sosial, dan kemampuan pemecahan

masalah siswa. permasalahan dalam pembelajaran melalui problem based learning adalah

permasalahan yang ada di dunia nyata.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 11 Mei di sekolah MI Al-

Hidayah Liang, dalam proses pembelajaran ketika siswa diberikan soal-soal selalu saja ditemui

siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal pecahan penjumlah dan

pengurangan di bawah ini:

Gambar 1.1. Kesalahan miskonsepsi siswa

Dari contoh kasus tersebut pada gambar di atas, siswa ditugaskan untuk mengerjakan 2

soal yang diberikan berkaitan dengan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan,

dari hasil kerja siswa ditemukan bahwa siswa dapat menjawab soal tersebut sesuai dengan
pemahaman siswa, namun berdasarkan konsep pecahan hasil yang dikerjakan siswa mengalami

kesalahan. Dari hasil observasi tersebut ditemukan bahwa siswa terindikasi miskonsepsi dalam

menyelesaikan soal pecahan penjumlahan dan pengurangan. Hal ini dikarenakan kurangnya

pemahaman konsep pecahan siswa yang diajarkan oleh guru bidang studi matematika. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji masalah tersebut dengan memberi judul: “Mengatasi

Miskonsepsi Pemahaman Siswa MI Al-Hidayah Liang Pada Materi Pecahan Melalui

Problem Based Learning (PBL) Dengan Alat Peraga Bunga”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang diteliti adalah apakah

Problem Based Learning (PBL) dengan alat peraga bunga dapat mengatasi miskonsepsi

pemahaman siswa MI Al-Hidayah Liang pada materi pecahan?

C. Tujuan Penilitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penilitian ini

adalah untuk mengetahui apakah Problem Based Learning (PBL) dengan alat peraga bunga

dapat mengatasi miskonsepsi pemahaman siswa MI Al-Hidayah Liang pada materi pecahan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat:

1. Bagi siswa, yakni membantu siswa kelas MI Al-Hidayah Liang dalam menyelesaikan

masalah miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran

matematika materi pecahan.

2. Bagi guru, yakni dengan adanya alat peraga maka akan mempermudah guru dalam

menyampaikan materi dan menjadikan guru lebih inovatif dalam pembelajaran di MI Al-

Hidayah Liang.
3. Bagi sekolah MI Al-Hidayah Liang, yakni memberikan sumbangan yang positif terhadap

kemajuan sekolah, yang terlihat dari peningkatan kemampuan profesional guru dan

perbaikan proses dalam hasil belajar siswa.

E. Definisi Operasional

1. Miskonsepsi

Miskonsepsi adalah kesalahan konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah.

Miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu interpertasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan

yang tidak dapat diterima atau gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah. Miskonsepsi

pemahaman adalah kesalahan memahami konseb, penggunaan konseb yang salah, kekacauan

konseb-konseb yang berbeda, dan hubungan konseb yang tidak benar

2. Pecahan

Pecahan adalah materi yang menjelaskan terkait dengan bilangan rasional yang dapat

ditulis dalam bentuk dimana a dan b merupakan bilangan bulat, b tidak sama dengan nol, dan

bilangan a bukan kelipatan bilangan b.

3. Problem based learning (PBL)

Problem based learning pada penelitian ini adalah modul bagaimana untuk melihat letak

penyelesaian masalah dengan menyuguhkan kembali berbagai situasi yang autentik dan

bermakna bagi siswa sehingga dapat menjadi sarana bagi penyelidikan siswa.

4. Alat peraga bunga

Alat peraga adalah model bunga yang dibuat sendiri oleh peneliti dan disesuaikan dengan

materi pecahan yang dapat membantu pemahaman siswa dalam memahami, tertarik dan

mengajak siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.


BAB I
PENDAHULUAN

F. Latar Belakang

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik

potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat

berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal.

Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan organis, harmonis,

dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Dalam masyarakat Indonesia dewasa ini

muncul banyak kritik baik dari praktisi pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan

mengenai pendidikan nasional yang tidak mempunyai arah yang jelas. Ketiadaan arah yang jelas

dalam pendidikan nasional menyebabkan hilangnya peran vital didalam pendidikan nasional

yang menggerakkan sistem pendidikan untuk mewujudkan cita-cita bersama Indonesia Raya 9.

Upaya tersebut hampir mencakup semua komponen pendidikan seperti perbaharuan kurikulum,

proses belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, pengadaan buku pelajaran dan usaha-usaha

lainnya yang berkenaan dengan mutu pendidikan.

Ajaran agama islam sendiri sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu menuntut

ilmu. Bahkan islam mewajibkan kepada setiap orang yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan,

pasti dibaliknya terkandung hikmah atau sesuatu yang penting bagi manusia demikian juga

halnya dengan perintah untuk menuntut ilmu 10. Dengan demikian, ilmu yang wajib dituntut

adalah ilmu yang bermanfaat bukan hanya di dunia saja tapi juga di akhirat seperti ilmu syar’i.

Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan dalam QS. Al-Mujadilah/ 58:11 yang berbunyi:

1
9
A. R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta: PT rineka Cipta, 2006), hal.
14
10
Baharuddin dan Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: PT Ar-Ruzz, 2007), h.32.
Artinya:“Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu lakukan”.

Ayat di atas menerangkan bahwa manusia yang berilmu akan mendapatkan kedudukan

yang lebih tinggi, manusia yang berilmu dapat mewujudkan kemajuan bangsa. Begitu penting

pendidikan sehingga harus dijadikan prioritas utama dalam pembangunan bangsa, dan itu berarti

diperlukan mutu pendidikan yang baik sehingga tercipta proses pendidikan yang cerdas, damai,

terbuka, demokratik, dan kompetitif.

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan yang memegang

peranan penting dalam perkembangan sains dan teknologi11. Dengan belajar matematika peserta

didik dapat berlatih menggunakan pikirannya secara logis, analitis, sitematis, kritis dan kreatif

serta memiliki kemampuan bekerjasama dalam menghadapi berbagai masalah serta mampu

memanfaatkan informasi yang diterimanya12.

Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada salah satu konsep yang tidak sesuai dengan

pengertian ilmiah yang diterima pakar dibidang itu. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep

awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar diantara konsep-konsep, gagasan intuitif atau

pandangan naif. Menurut Brow miskonsepsi sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan

pengertian ilmiah yang sekarang diterima. Sedangkan Fowler memandang miskonsepsi sebagai

pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-

11
Tamra C. Mendelson, “The (mis)concept of species Recognition”, Trends in Ecology and Evolution, No.
8 (2012), h.424.
12
Effandi Zakaria, dkk., Trend Pengajaran dan Pembelajaran Matematika (Cet.I; Kuala Lumpur: Prin-AD
SDN. BHD, 2007), h. 1.
contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yag berbeda, dan hubungan hierarkis konsep-

konsep yang tidak benar13.

Dari beberapa definisi di atas, miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu interpretasi akan

suatu konsep tertentu yang tidak akurat atau tidak sejalan dengan pengertian yang diterima

secara umum. Miskonsepsi dapat terjadi ketika siswa sedang berusaha membentuk pengetahuan

dengan cara menerjemahkan pengalaman baru dalam bentuk konsepsi awal. Pembentukan

konsepsi awal ini dapat dimulai ketika siswa mendapatkan pengalaman pembelajaran di sekolah

maupun di lingkungannya sendiri14. Apabila miskonsepsi tidak segera diatasi maka akan

terintegrasi (menyatu) dalam struktur kognitif (yang berhubungan dengan) siswa. Hal tersebut

sangat berbahaya karena dapat membuat siswa memodifikasi bahkan menolak konsep-konsep

yang sebenarnya. Adanya miskonsepsi akan menghambat siswa dalam penguasaan suatu konsep

yang kemudian hal inilah yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa. Siswa merupakan

tunas harapan masa depan bangsa, kualitas siswa mencerminkan bangsa di masa depan. Dengan

demikian permasalahan miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa adalah masalah serius untuk

segera ditangani, mengingat dampak buruk yang ditimbulkan oleh adanya miskonsepsi.

Penanganan miskonsepsi tidak dapat dilakukan secara efektif sebelum miskonsepsi

tersebut diketahui secara jelas terlebih dahulu. Adanya miskonsepsi dapat diketahui melalui tes

diagnosis dengan menggunakan instrumen atau alat ukur yang mampu mengidentifikasi

miskonsepsi.

13
Sarlina,” Miskonsepsi Siswa Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Pada Pokok Bahasan Persamaan
Kuadrat Siswa Kelas X5 SMA Negeri 11 Makassar”, Jurnal matematika dan pembelajaran. Vol 3 (3), hal 1-9
(2015)
14
Nur Sarifah Alawiyah,Ngadimin & Abdul Hamid,”Identifikasi Miskonsepsi Siswa Dengan Menggunakan
Metode Indeks Respon Kepastian (IRK) pada materi Inpuls dan momentum linear di SMA Negeri 2 Banda Aceh”,
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika. Vol. 2 No.2 April 2017.
Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi

pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang

dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti,

memberikan interprestai data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai dengan struktur

yang dimilikinya15. Pemahaman konsep adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan

sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah

konsep yang dipelajari, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah

dimengerti, memberikan interprestai data dan mampu mengaplikasikan konsep yang sesuai

dengan struktur yang dimilikinya 16. Memahami konsep merupakan hal penting agar siswa

mampu menerapkan konsep dalam berbagai masalah pada pembelajaran.

Alat peraga mempunyai peran yang sangat penting khususnya materi pecahan pada mata

pelajaran matematika. Pembelajaran jika menggunakan alat peraga yang tepat akan memberikan

hasil yang optimal pada pemahaman siswa. Oleh karena itu, penulis memberikan alternatif solusi

untuk meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan, yaitu dengan memanfaatkan alat peraga

“Bunga” yang sesuai dengan materi yang disampaikan sehingga dapat membantu pemahaman

siswa dalam menangkap materi yang disampaikan di kelas, membuat siswa lebih tertarik dan

mengajak siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Dari masalah di atas, perlu adanya upaya untuk mengatasi miskonsepsi serta pemahaman

belajar matematika siswa. Salah satunya melalui problem based learning.

Problem based learning adalah pembelajaran yang sangat erat kaitannya dengan

pemecahan masalah. Esensi problem based learning adalah menyuguhkan berbagai situasi yang

autentik dan bermakna bagi siswa sehingga dapat menjadi sarana bagi penyelidikan siswa. dalam

15
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada, 2009), h.64.
16
Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi
SMP,(Jakarta: Depdiknas), h.2
pembelajaran melalui problem based learning, siswa diberi tanggung jawab dalam membentuk

dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka. Dengan demikian, siswa dapat

mengembangkan pemahaman dalam kegiatan belajarnya. Problem based learning menjadi salah

satu metode pembelajaran yang sangat erat kaitannya dengan pemecahan masalah. Untuk

memahami materi, siswa diajak menyelesaikan suatu masalah. Siswa belajar untuk menganalisis

apa yang diketahui, menentukan masalah, menentukan cara penyelesaian, dan mencari

penyelesaian sesuai dengan rencana. manfaat problem based learning diantaranya adalah dapat

meningkatkan pemahaman dalam belajar, keterampilan sosial, dan kemampuan pemecahan

masalah siswa. permasalahan dalam pembelajaran melalui problem based learning adalah

permasalahan yang ada di dunia nyata.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 11 Mei di sekolah MI Al-

Hidayah Liang, dalam proses pembelajaran ketika siswa diberikan soal-soal selalu saja ditemui

siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal pecahan penjumlah dan

pengurangan di bawah ini:

Gambar 1.1. Kesalahan miskonsepsi siswa

Dari contoh kasus tersebut pada gambar di atas, siswa ditugaskan untuk mengerjakan 2

soal yang diberikan berkaitan dengan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan,

dari hasil kerja siswa ditemukan bahwa siswa dapat menjawab soal tersebut sesuai dengan
pemahaman siswa, namun berdasarkan konsep pecahan hasil yang dikerjakan siswa mengalami

kesalahan. Dari hasil observasi tersebut ditemukan bahwa siswa terindikasi miskonsepsi dalam

menyelesaikan soal pecahan penjumlahan dan pengurangan. Hal ini dikarenakan kurangnya

pemahaman konsep pecahan siswa yang diajarkan oleh guru bidang studi matematika. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji masalah tersebut dengan memberi judul: “Mengatasi

Miskonsepsi Pemahaman Siswa MI Al-Hidayah Liang Pada Materi Pecahan Melalui

Problem Based Learning (PBL) Dengan Alat Peraga Bunga”.

G. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang diteliti adalah apakah

Problem Based Learning (PBL) dengan alat peraga bunga dapat mengatasi miskonsepsi

pemahaman siswa MI Al-Hidayah Liang pada materi pecahan?

H. Tujuan Penilitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penilitian ini

adalah untuk mengetahui apakah Problem Based Learning (PBL) dengan alat peraga bunga

dapat mengatasi miskonsepsi pemahaman siswa MI Al-Hidayah Liang pada materi pecahan.

I. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat:

4. Bagi siswa, yakni membantu siswa kelas MI Al-Hidayah Liang dalam menyelesaikan

masalah miskonsepsi dan meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran

matematika materi pecahan.

5. Bagi guru, yakni dengan adanya alat peraga maka akan mempermudah guru dalam

menyampaikan materi dan menjadikan guru lebih inovatif dalam pembelajaran di MI Al-

Hidayah Liang.
6. Bagi sekolah MI Al-Hidayah Liang, yakni memberikan sumbangan yang positif terhadap

kemajuan sekolah, yang terlihat dari peningkatan kemampuan profesional guru dan

perbaikan proses dalam hasil belajar siswa.

J. Definisi Operasional

5. Miskonsepsi

Miskonsepsi adalah kesalahan konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah.

Miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu interpertasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan

yang tidak dapat diterima atau gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah. Miskonsepsi

pemahaman adalah kesalahan memahami konseb, penggunaan konseb yang salah, kekacauan

konseb-konseb yang berbeda, dan hubungan konseb yang tidak benar

6. Pecahan

Pecahan adalah materi yang menjelaskan terkait dengan bilangan rasional yang dapat

ditulis dalam bentuk dimana a dan b merupakan bilangan bulat, b tidak sama dengan nol, dan

bilangan a bukan kelipatan bilangan b.

7. Problem based learning (PBL)

Problem based learning pada penelitian ini adalah modul bagaimana untuk melihat letak

penyelesaian masalah dengan menyuguhkan kembali berbagai situasi yang autentik dan

bermakna bagi siswa sehingga dapat menjadi sarana bagi penyelidikan siswa.

8. Alat peraga bunga

Alat peraga adalah model bunga yang dibuat sendiri oleh peneliti dan disesuaikan dengan

materi pecahan yang dapat membantu pemahaman siswa dalam memahami, tertarik dan

mengajak siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai