Anda di halaman 1dari 38

0

PROFIL PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DITINJAU DARI

SELF EFICECCY PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS X1

SMK MUHAMMADIAH KOTA PALU

BAITS MAJID

PROPOSAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2024

0
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan bagi kemajuan suatu bangsa. Di Indonesia,

sistem pendidikan nasional menjadi acuan dalam mengarahkan pendidikan untuk

mencapai tujuan sebagaimana yang termuat dalam Pembukaan Undang-undang

Dasar 1945, “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara

Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia ....” Sementara itu, menurut Bab

II Pasal 3 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, tujuannya untuk berkembangnya

potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan Bab VI

Pasal 13 Undang-undang nomor 20 tahun 2003, jalur pendidikan nasional terdiri

atas pendidikan formal, nonformal, dan informal. Jalur pendidikan formal terdiri

atas tiga jenjang, yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan

tinggi. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD/sederajat) dan sekolah

menengah pertama (SMP/sederajat), serta pendidikan menengah yang berbentuk

sekolah menengah

1
2

atas (SMA/sederajat). Struktur kurikulum di Indonesia menempatkan mata

pelajaran matematika sebagai mata pelajaran wajib di setiap jenjang pendidikan

dasar dan menengah sebagaimana diatur dalam Permendikbud nomor 67 Tahun

2013 tentang struktur kurikulum SDMI, Permendikbud nomor 68 tahun 2013

tentang struktur kurikulum SMP-MTs, serta Permendikbud nomor 69 tahun 2013

tentang struktur kurikulum SMA-MA. Dengan demikian, pembelajaran

matematika diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dan potensi siswa

menjadi pribadi yang berkarakter sesuai dengan fungsi pendidikan nasional.

Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus diperoleh manusia

sepanjang hayat. Kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan melalui

pendidikan, sehingga manusia dituntut untuk terus mempelajari, memahami, dan

menguasai berbagai macam disiplin ilmu. Satu diantara cara dalam

mengembangkan potensi siswa adalah melalui pembelajaran matematika.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

modern dan membantu mengembangkan kemampuan atau daya berpikir manusia.

Menurut Suyitno (Suyitno, 2016) mathematics is a queen of scienses atau

matematika adalah ratu dari ilmu pengetahuan karena topik matematika dapat

dikembangkan tanpa campur tangan ilmu lain dan mathematics is a servant of

sciences yang berarti matematika adalah pelayan pengetahuan, karena matematika

dibutuhkan oleh semua ilmu pengetahuan.

Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan,

yaitu: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keter-kaitan antar konsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
3

tepat, dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,

melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,

atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah

yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengomuni-

kasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah (Depdiknas, 2006). Satu diantara hal penting yang harus

dimiliki siswa dalam pendidikan matematika adalah kemampuan penyelesaian

masalah.

Pemecahan masalah merupakan ketarampilan intelektual yang derajatnya

lebih tinggi dan lebih kompleks dari keterampilan intelektual lainnya (Gagne,

Briggs, & Wager, 1992). Sumarmo (Hulukarti, 2014:18) menyatakan bahwa

pemecahan masalah merupakan kegiatan menyelesaikan soal cerita,

menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam

kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan atau

menguji konjektur. Pemecahan masalah merupakan proses berpikir untuk

menemukan solusi (Arofah & Noordyana, 2021). Pemecahan masalah merupakan

sebuah proses yang memerlukan pemikiran fleksibel dan dinamis (Nur & Palobo,

2018; Nugraha & Basuki, 2021). Di Indonesia, telah tercantum dalam

Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang standar isi pendidikan dasar dan
4

menengah yang menyatakan bahwa pada pembelajaran matematika siswa

diharapkan mampu menunjukkan sikap logis, kritis, analitis, cermat dan teliti,

bertanggung jawab, responsive dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan

masalah (Wardani, 2012; Kemendikbud, 2016; Iswara & Sundayana, 2021).

Sesuai dengan penjelasan tersebut siswa diharapkan tidak mudah menyerah dalam

memecahkan suatu masalah matematika. Dengan kata lain selain pemecahan

masalah keyakinan pada diri siswa menjadi fokus atau tujuan dalam pembelajaran

matematika (Afriansyah, dkk., 2020).

Satu diantara materi matematika yang membutuhkan berbagai metode

penyelesaian sehingga memerlukan kemampuan pemecahan masalah dalam

penyelesaiaannya yaitu Materi barisan dan deretterkhusus sub bab nilai fungsi dan

bentuk fungsi. Nilai fungsi dan bentuk fungsi merupakan materi matematika wajib

yang dipelajari di kelas XI tingkat SMK. Namun kenyataannya di sekolah-sekolah

masih ditemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah

nilai fungsi dan bentuk fungsi yang diberikan.

Berdasarkan hasil dialog dengan seorang guru mata pelajaran matematika

kelas XI SMK 1 MUHAMMADIAH Palu pada tanggal 12 november 2023,

informasi yang diperoleh bahwa beberapa siswa tidak mampu dalam memecahkan

masalah matematika pada Materi barisan dan deret.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah

matematika adalah Self efficacy. Beberapa pakar mendefinisikan istilah Self

Efficacy agak beragam, namun memiliki kesamaan ciri utama yaitu pandangan

seseorang terhadap kemampuan dirinya (Hendriana & Dkk, 2017). Bandura


5

(1998), mengemukakan bahwa self efficacy memiliki pengertian penilaian

seseorang tentang kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu

atau mencapai tujuan tertentu. Menurut Schwarzer (1992), self efficacy adalah

penilaian seseorang terhadap kemampuannya dalam mengorganisir, mengontrol,

dan melaksanakan serangkaian tingkah laku untuk mencapai suatu hasil yang

diinginkan. Sawtelle (2012) mendefenisikan self efficacy sebagai kepercayaan diri

akan kemampuan sendiri dalam melakukan peran atau tugas tertentu. Jatisunda

(2017) mengemukakan bahwa proses pembelajaran di sekolah akan berhasil jika

ditunjang oleh aspek psikologis yang berhubungan dengan attitude siswa dalam

pembelajaran yaitu Self efficacy.

Disisi lain, pemecahan masalah matematika dapat diselesaikan dengan

kemampuan afektif yaitu self efficacy (Indahsari et al., 2019). Berdasarkan uraian

di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “Profil

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau Dari Self Eficeccy Pada Materi

barisan dan deretDi Kelas X1 Smk Muhammadiah Kota Palu”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah Bagaimana profil Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa

Ditinjau Dari Self Eficeccy Pada Materi barisan dan deretDi Kelas X1 Smk

Muhammadiah Kota Palu?

1.3 Tujuan Penelitian


6

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai

melalui penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan profil pemecahan masalah

matematika siswa ditinjau dari self eficeccy pada Materi barisan dan deretdi kelas

XI smk muhammadiah kota palu.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Manfaat bagi peneliti

Sebagai pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti serta dapat dijadikan

sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang

profil pemecahan masalah matematika siswa ditinjau dari self eficeccy pada

Materi barisan dan deretdi kelas XI.

2. Manfaat bagi siswa

siswa dapat mengetahui seberapa besar kemampuan pemecahan masalah

dan juga kepercayaan diri mereka, sehingga siswa dapat melakukan pembelajaran

dengan semangat dan yakin pada kemampuan diri sendiri.

3. Manfaat bagi guru

Sebagai informasi mengenai profil pemecahan masalah matematika siswa

ditinjau dari Self efficacy pada materi relasi dan fungsi, sehingga guru dapat

menggunakan cara-cara yang tepat agar setiap siswa dapat mengikuti pelajaran

dengan baik dan bisa menyukai pembelajaran matematika.

1.5 Batasan Istilah


7

Pada penelitian ini terdapat beberapa istilah. Agar tidak terjadinya

kesalahan dalam penafsiran istilah-istilah yang digunakan, maka diberikan batasan

istilah sebagai berikut:

1. Profil

Profil adalah gambaran atau pandangan yang diungkapkan baik dengan

gambar, sketsa grafik, atau dalam bentuk deskripsi berupa kata-kata atau tulisan

yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus.

2. Masalah

Masalah merupakan pertanyaan yang menantang untuk dijawab dan

direspon tetapi tidak dapat diselesaikan dengan prosedur rutin.

3. Pemecahan masalah

Pemecahan masalah adalah suatu proses untuk mengatasi kesulitan-

kesulitan dari soal atau pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk

diselesaikan, namun tidak dapat langsung diperoleh penyelesaiannya dengan

prosedur rutin.

4. Self efficeccy

Self efficeccy adalah kepercayaan diri, usaha mereka untuk maju,

kegigihan dan ketekunan siswa dalam memecahkan masalah yang spesifik

5. Barisan dan Deret

Barisam dan deret adalah materi matematika kelas XI SMK yang sangat

penting peranannya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta dalam kehidupan

sehari-hari. Pemahaman yang baik mengenai materi ini juga akan membantu
8

siswa secara cepat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Materi

barisan dan deret yang digunakan dalam penelitian ini adalah barisan dan deret

geometrid an barisan dan deret aritmatika


1 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR

2.1 Kajian Teori

2.1.1. Pengertian Profil

Beberapa pendapat dari para ahli tentang profil diantaranya, menurut

Victoria Neufeld profil merupakan grafik, diagram atau tulisan yang menjelaskan

suatu keadaan yang mengacu pada data seseorang atau sesuatu (Faida, 2020).

Hasan Alwi mengemukakan bahwa profil adalah pandangan mengenai seseorang,

profil adalah pandangan atau gambaran yang mewakili sesuatu. Dapat dikatakan

juga bahwa profil tentang sesuatu hal yang merupakan identitas atau ciri dari hal

tersebut (Kristanto, 2019). Berdasarkan definisi tersebut, maka pengertian profil

dalam penelitian ini adalah gambaran atau pandangan yang diungkapkan baik

dengan gambar, sketsa grafik, atau dalam bentuk deskripsi berupa kata-kata atau

tulisan yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus.

2.1.2. Masalah

Masalah menurut sebagian ahli matematika merupakan pertanyaan yang

harus dijawab dan direspon, namun demikian, tidak semua pertanyaan secara

otomatis akan langsung menjadi masalah (Zulfah, 2017). Masalah adalah suatu

soal atau pertanyaan yang menantang untuk diselesaikan tetapi tidak dapat

diselesaikan dengan prosedur rutin yang sudah diketahui siswa dan melibatkan ide

ide matematika untuk menyelesaikannya (Hidayat dan Sadewa, 2020). Dari uraian

di atas dapat disimpulkan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang menantang

untuk dijawab dan direspon tetapi tidak dapat diselesaikan dengan prosedur rutin.

8
9

2.1.3. Pemecahan masalah

Pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk mengatasi kesulitan-

kesulitan yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Sumartini,

2016). Lebih spesifik Sumarmo (1994) mengartikan pemecahan masalah sebagai

kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin,

mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan

membuktikan atau menciptakan atau menguji konjektur (Lestari, 2015). Dari

beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat ditarik kesimpulan bahwa

Pemecahan masalah adalah suatu proses untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dari

soal atau pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk diselesaikan, namun tidak

dapat langsung diperoleh penyelesaiannya dengan prosedur rutin.

Ketika seseorang menghadapi suatu masalah maka ia akan mencari cara

untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah tersebut. Kemampuan untuk

meyelesaikan atau memecahkan suatu masalah sangat penting untuk diketahui

oleh siswa, karena dalam proses belajar ada masalah yang harus dipecahkan.

Polya (1975) menyatakan ada empat langkah dalam pemecahan masalah

matematika yaitu :

1. Understanding the problem (Memahami masalah)

2. Devising a plan (Perencanaan penyelesaian)

3. Carrying out the plan (Melaksanakan rencana penyelesaian)

4. Looking Back (Memeriksa kembali).

Selain langkah pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Polya, terdapat

juga langkah pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Krulik dan Rudnick
10

(Sudibyo, Budiyono dan Sujadi, 2014) lagkah-langkah pemecahan tersebut antara

lain:

1. Read and think (membaca dan memikirkan)

2. Explore and plan (mengeksplorasi dan merencanakan)

3. Select a strategy (memilih suatu strategi)

4. Find and answer (jawaban)

5. Reflect and extend (meninjau kembali dan mediskusikan)

Sedangkan langkah pemecahan masalah menurut Dewey (Rianto, Yusmin dan

Nursangaji, 2017) terbagi atas lima langkah, yaitu:

1. Recognition (pengenalan)

2. Definition (pendefenisian)

3. Formulation (perumusan)

4. Test (mencoba)

5. Evaluation (evaluasi)

Perbandingan langkah-langkah pemecahan masalah dari ketiga pendapat di

atas dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Perbandingan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah

Polya Krulik & Rudnick Dewey


1. Understanding 1. Read and think 1. Recognition
the problem (membaca dan (pengenalan)
(Memahami memikirkan) 2. Definition
masalah) (pendefenisia)
11

2. Explore and plan


(mengeksplorasi dan
2. Devising a plan, merencanaka) 3. Formulation
(Perencanaan 3. Select a strategy (Perumusan)
penyelesaian) (memilih suatu
strategi)

3. Carrying out the


plan 4. Find and answer
(Melaksanakan (Jawaban) 4. Test (Mencoba)
rencana
penyelesaian)

4. Looking Back 5. Reflect and extend


(meninjau kembali 5. Evaluation
(Memeriksa
dan mediskusika) (Evaluasi)
kembali)

Berdasarkan Tabel 2.1 dapat dilihat langkah-langkah pemecahan masalah

yang dikemukakan Polya, Krulik & Rudnick dan John Dewey yang memiliki

beberapa kesamaan makna. Beberapa langkah yang sama dari ketiga pendapat

mengenai pemecahan masalah tersebut adalah: langkah 1 pada pemecahan

masalah Polya memiliki makna yang sama dengan langkah 1 pemecahan masalah

Krulik & Rudnick serta memiliki makna yang sama dengan langkah 1 dan 2 dari

pemecahan masalah yang dikemukakan oleh John Dewey. Langkah 2 pemecahan

masalah Polya memiliki makna yang sama dengan langkah 2 & 3 dari pemecahan

masalah Krulik & Rudnick serta memiliki makna yang sama dengan langkah 3

dari pemecahan masalah John Dewey. Langkah 3 pemecahan masalah Polya

memiliki makna yang sama dengan langkah 4 dari pemecahan masalah Krulik &

Rudnick serta memiliki makna yang sama dengan langkah 4 dari pemecahan

masalah John Dewey. Sedangkan langkah 4 pemecahan masalah Polya memiliki

makna yang sama dengan langkah 5 dari pemecahan masalah Krulik & Rudnick
12

serta memiliki makna yang sama dengan langkah 5 pemecahan masalah John

Dewey.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah

pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Polya sangat mudah dimengerti dan

sangat sederhana serta kegiatan yang dilakukan setiap langkah jelas dan secara

eksplisit mencakup semua langkah pemecahan masalah dari pendapat ahli lain.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini langkah-langkah pemecahan masalah yang

akan digunakan adalah langkah-langah pemecahan masalah yang dikemukakan

oleh Polya.

Indikator pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Polya (Karina dkk.,

2019) dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Indikator Pemecahan Masalah

Pemecahan
Langkah Poin-poin Indikator
Masalah
I Memahami 1. Cara peserta didik 1. Peserta didik
masalah dalam menerima dapat menentukan
informasi yang ada syarat cukup (hal-
pada soal (baik secara hal yang perlu
fisik, maupun yag diketahui) dan
terjadi dalam proses syarat perlu (hal-
berpikirnya). hal yang
2. Cara peserta didik ditanyakan).
dalam memilah 2. Peserta didik
informasi penting dan dapat
tidak penting. menceritakan
3. Cara peserta didik kembali masalah
dalam mengetahui (soal) dengan
kaitan antar informasi bahsanya sendiri.
yang ada.
4. Cara peserta didi dalam
menemukan informasi
terpenting yang akan
menjadi kunci dalam
menyelesaikan
13

masalah.
5. Cara peserta didik
dalam menyimpan
informasi penting yang
telah didapatkan
6. Cara peserta didik
dalam menceritakan
kembali informasi yang
telah didapatkan
Membuat 1. Cara peserta didik 1. Rencana
rencana dalam merencanakan pemecahan
pemecahan pemecahan masalah. masalah peserta
masalah 2. Cara peserta didik didik dapat
dalam menganalisis digunakan sebagai
kecukupan data untuk pedoman dalam
II
menyelesaikan soal. menyelesaikan
3. Cara peserta didik masalah
dalam memeriksa
apakah semua
informasi penting telah
digunakan
Melaksana 1. Cara peserta didik 1. Peserta didik
kan dalam membuat meggunakan
rencana langkah-langkah langkah-langkah
pemecahan penyelesaian secara secara benar.
masalah benar. 2. Peserta didik
2. Cara peserta didik terampil dalam
dalam memeriksa algoritma dan
III setiap langkah ketepatan
penyelesaian. mejawab soal.
3. Cara peserta didik
dalam memeriksa
apakah setiap data
sudah digunakan, dan
apakah setiap masalah
sudah terjawab.
IV Memeriksa 1. Cara pesera didik untuk 1. Peserta didik
kembali menggali kembali melakukan
jawaban informasi penting, agar pemeriksaan hasil
dapat digunakan untk jawaban soal
merencanakan terhadap soal.
penyelesaian secara
berbeda.
2. Cara peserta didik
dalam menggunakan
informasi untuk
14

mengerjakan kembali
soal dengan cara yang
berbeda

2.1.4. Self efficacy

a. Pengertian self efficacy

Faktor lain yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam menerima

pelajaran adalah keyakinan diri (self efficacy). Self efficacy dapat diartikan

sebagai suatu sikap menilai atau mempertimbangkan kemampuan diri sendiri

dalam menyelesaikan tugas yang spesifik. Bandura dalam Amir dan Risnawati

mendefinisikan self efficacy sebagai penilaian seseorang terhadap kemampuannya

untuk megorganisasikan dan melaksanakan sejumlah tingkah laku yang sesuai

dengan unjuk kerja (performance) yang dirancangnya. Keputusan seseorang untuk

melakukan suatu aktivitas dan menentukan suatu pilihan ditentukan oleh

pertimbangan dari personal efficacynya.

Canfields dan Watkins dalam Hendriana, Rohaeti dan Sumarmo

mengemukakan bahwa kesuksesan individu antara lain dapat ditentukan oleh

pandangan dirinya terhadap kemampuannya. Pandangan tersebut berulang,

berkelanjutan, sulit diubah dan membudaya pada diri individu. Satu jenis

pandangan terhadap kemampuan dirinya yang dapat mempengaruhi kesuksesan

individu adalah kemampuan diri (self efficacy). Istilah self efficacy melukiskan

perilaku yang disertai dengan kedisiplinan dan upaya melakukan tindakan yang

lebih bijak dan cerdas. Berdasarkan apa yang dipaparkan oleh beberapa pendapat

tersebut, dapat disimpulkan bahwa self efficacy adalah pandangan atau penilaian

seseorang terhadap kemampuan dirinya dalam mengatur dan melaksanakan


15

tindakan yang diperlukan dalam menghadapi situasi yang terjadi untuk mencapai

hasil yang ditetapkan.

b. Komponen Self Efficacy

Komponen-komponen dari self efficacy menurut Bandura yang dikutip

oleh Shofiah dan Raudatussalamah dalam jurnalnya yaitu:

1) Efikasi ekspektasi, adalah keyakinan diri sendiri bahwa ia akan berhasil

melakukan tindakan.

2) Ekspektasi hasil, adalah perkiraan diri bahwa tingkah laku yang dilakukan

diri itu akan mencapai hasil tertentu.

c. Indikator self efficacy

Berikut ini merupakan indikator self efficacy menurut Bandura yang

dirinci dari ketiga dimensi kemampuan diri, antara lain:

1. Dimensi magnitude, yaitu bagaimana siswa dapat mengatasi kesulitan

belajarnya yang meliputi: a) Berpandangan optimis dalam mengerjakan

pelajaran dan tugas; b) Seberapa besar minat terhadap pelajaran dan tugas; c)

Mengembangkan kemampuan dan prestasi; d) Melihat tugas yang sulit

sebagai suatu tantangan; e) Belajar sesuai dengan jadwal yang diatur; f)

Bertindak selektif dalam mencapai tujuannya.

2. Dimensi strength, yaitu seberapa tinggi keyakinan siswa dalam mengatasi

kesulitan belajarnya, yang meliputi: a) Usaha yang dilakukan dapat

meningkatkan prestasi dengan baik; b) komitmen dalam menyelesaikan

tugastugas yang diberikan; c) Percaya dan mengetahui keunggulan yang

dimiliki; d) Kegigihan dalam menyelesaikan tugas; e) Memiliki tujuan yang


16

positif dalam melakukan berbagai hal; f) Memiliki motivasi yang baik

terhadap dirinya sendiri untuk pengembangan dirinya.

3. Dimensi generality, yaitu menunjukkan apakah keyakinan kemampuan diri

akan berlangsung dalam dominan tertentu atau berlaku dalam berbagai

macam aktivitas dan situasi meliputi: a) Menyikapi situasi yang berbeda

dengan baik dan berpikir positif; b) Menjadikan pengalaman yang lampau

sebagai jalan mencapai kesuksesan; c) suka mencari situasi baru; d) Dapat

mengatasi segala situasi dengan efektif; dan e) Mencoba tantangan baru.

Selain indikator tersebut, terdapat indikator lain yang disusun berdasarkan

definisi self efficacy sebagai pandangan individu terhadap kemampuan dirinya

dalam bidang akademik tertentu yang menempatkan posisi dirinya dalam

mengatasi situasi dan menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Indikator-

indikatornya meliputi:

1) Mampu mengatasi masalah yang dihadapi.

2) Yakin akan keberhasilan dirinya.

3) Berani menghadapi tantangan.

4) Berani mengambil resiko atas keputusan yang diambilnya.

5) Menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya.

6) Mampu berinteraksi dengan orang lain.

7) Tangguh atau tidak mudah menyerah.

Selain indikator-indikator diatas, terdapat indikator lain yang

dipaparkan oleh Lestari dan Yudhanegara dalam bukunya yaitu:

1) Keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri


17

2) Keyakinan terhadap kemampuan menyesuaikan dan menghadapi

tugas-tugas yang sulit.

3) Keyakinan terhadap kemampuan dalam menghadapi tantangan.

4) Keyakinan terhadap kemampuan menyelesaikan tugas yang spesifik.

5) Keyakinan terhadap kemampuan menyelesaikan tugas yang berbeda.

Berdasarkan uraian di atas, indikator self efficacy yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah indikator yang disusun berdasarkan

definisi self efficacy. Pemilihan indikator ini dikarenakan indikatornya

lebih mudah dipahami sehingga memudahkan peneliti dalam membuat

pernyataan-pernyataan pada angket.

d. Faktor Yang Mempengaruhi Self Efficacy

Menurut Bandura yang dikutip oleh Shofiah dan Raudatussalamah

mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi self-efficacy yaitu:

1) Pengalaman Keberhasilan (mastery experiences), Keberhasilan yang sering

didapatkan akan meningkatkan efikasi diri yang dimiliki seseorang,

sedangkan kegagalan akan menurunkan efikasi dirinya. Apabila keberhasilan

yang didapat seseorang lebih banyak karena faktor-faktor di luar dirinya,

biasanya tidak akan membawa pengaruh terhadap peningkatan efikasi diri.

Akan tetapi, jika keberhasilan tersebut didapatkan dengan melalui hambatan

yang besar dan merupakan hasil perjuangannya sendiri, maka hal itu akan

membawa pengaruh pada peningkatan efikasi diri nya.

2) Pengalaman Orang Lain (vicarious experiences), Pengalaman keberhasilan

orang lain yang memiliki kemiripan dengan individu dalam mengerjakan


18

suatu tugas biasanya akan meningkatkan efikasi diri seseorang dalam

mengerjakan tugas yang sama. Efikasi diri tersebut didapat melalui social

models yang biasanya terjadi pada diri seseorang yang kurang pengetahuan

tentang kemampuan dirinya sehingga mendorong seseorang untuk melakukan

modeling. Namun, efikasi diri yang didapat tidak akan terlalu berpengaruh

bila model yang diamati tidak memiliki kemiripan atau berbeda dengan

model.

3) Persuasi Sosial (Social Persuation), Informasi tentang kemampuan yang

disampaikan secara verbal oleh seseorang yang berpengaruh biasanya

digunakan untuk meyakinkan seseorang bahwa ia cukup mampu melakukan

suatu tugas. 4) Keadaan fisiologis dan emosional (physiological and

emotional states), Kecemasan dan stres yang terjadi dalam diri seseorang

ketika melakukan tugas sering diartikan sebagai suatu kegagalan. Pada

umumnya seseorang cenderung akan mengharapkan keberhasilan dalam

kondisi yang tidak diwarnai oleh ketegangan dan tidak merasakan adanya

keluhan atau gangguan somatik lainnya. Efikasi diri biasanya ditandai oleh

rendahnya tingkat stres dan kecemasan, sebaliknya efikasi diri yang rendah

ditandai oleh tingkat stres dan kecemasan yang tinggi pula.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi self efficacy diantaranya pengalaman keberhasilan

(mastery experience), pengalaman orang lain (vicarious experience),

persuasi sosial (sosial persuation) dan keadaan fisiologis dan emosional

(physiological and emotional states).


19

2.1.5. Materi barisan dan deret

Dalam proses pembelajaran barisan dan deret, berbagai konsep dan

aturan matematika terkait barisan dan deret akan ditemukan melalui

pemecahan masalah, melihat pola susunan bilangan, menemukan berbagai

strategi sebagai alternatif pemecahan masalah.

Konsep barisan dan deret bilangan sangat penting peranannya

dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta dalam kehidupan sehari-hari.

Pemahaman yang baik mengenai materi ini juga akan membantu siswa

secara cepat dalam memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Materi

barisan dan deret mengajak siswa untuk memahami barisan dan deret

bilangan serta penggunaanya dalam pemecahan masalah dengan cara

menentukan pola barisan bilangan sederhana, menentukan suku ke-n

barisan aritmetika dan barisan geometri, menentukan jumlah n suku

pertama deret aritmetika dan deret geometri, serta memecahkan masalah

yang berkaitan dengan barisan dan deret.

Untuk memahami mengenai materi ini, perlu diketahui terlebih

dahulu pengertian barisan dan deret, barisan adalah bilangan yang

diurutkan dengan aturan tertentu. Bilangan-bilangan dalam barisan

tersebut disebut dengan suku. Jika aturan suatu barisan telah diketahui,

maka suku berikutnya pun dapat ditentukan. Deret adalah jumlah dari suku

suku pada barisan.

a. Barisan dan deret aritmetika


20

Barisan aritmetika adalah barisan yang mempunyai selisih dua suku yang

berurutan (beda) yang sama antar sukunya,

Beda dinotasikan “b” memenuhi pola berikut.

b=u1−u 2=u3−u2 =u4 −u3=…=un−u n−1

n: bilangan asli sebagai nomor suku, un adalah suku ke-n

Berdasarkan definisi di atas diperoleh bentuk umum barisan aritmetika sebagai

berikut u1 ,u 2 , u3 , u4 , … , un .

Setiap dua suku yang berurutan pada barisan aritmetika memiliki beda yang sama,

maka diperoleh

u1=a

u2=u 1+1. b

u3=u 2+ b=u 1+2. b

u 4 ,=u3 +b=u1 +3. b

un . =u1 +(n−1)b

Jika u1 ,u 2 , u3 , u4 , … , un . merupakan suku-suku barisan aritmetika. Rumus suku ke-

n dari barisan tersebut dinyatakan sebagai berikut

un . =a+(n−1)b

a = u aadalah suku pertama barisan aritmetika

b adalah beda barisan aritmetika

Contoh: 2, 6, 10, 14, … adalah barisan aritmetika diamana setiap suku

mempunyai selisah antar suku atau beda yang sama yaitu 4.


21

Deret aritmetika adalah penjumlahan suku-suku dari suatu barisan

aritmetika. Penjumlahan dari suku-suku petama sampai suku ke-n barisan

aritmetika dapat dihitung

sn=u1+ u2 ,+u 3+ …+u( n−1)+ un .

sn=a+ ( a+ b ) + ( a+ 2 b ) +…+ ( a+ ( n – 1 ) b ) .. … ..(1)

Persamaan (1) diubah menjadi

sn= ( a+ ( n – 1 ) b ) +…+ ( a+2 b ) + ( a+ b ) +a .. … ..(2)

Dengan menjumlahkan persamaan (1) dan (2), diperoleh:

2 s n= 2a + (n-1) b+2a + (n–1)b + 2a + (n–1)b +…+ 2a + (n – 1)b

2 s n = n (2a + (n – 1)b)

1
sn= n(2 a+(n−1)b)
2

sn=u1+ u2+ u3+ …+u( n−1) +un . merupakan jumlah suku pertama sampai suku ke-n

n n
barisan aritmetika, sn= ( 2 a+ ( n−1 ) b )= (u1 +un )
2 2

b. Barisan dan deret geometri

Barisan geometri adalah barisan yang nilai pembanding (rasio) antara dua

suku yang berurutan selalu tetap. Rasio, dinotasikan r merupakan nilai

u2 u3 u 4 un
perbandingan dua suku berurutan.:r = = = =…=
u1 u2 u3 u n−1

Jika u1 ,u 2 , u3 , … , un merupakan susunan suku-suku barisan geometri, dengan

u1 ,=a dan r adalah rasio, maka suku ke-n dinyatakan un =ar n−1, n adalah

bilangan asli.
22

Contoh: 2, 4, 8, 16, 32, … adalah barisan geometri dimana antar suku mempunyai

perbandingan yang sama yaitu 2.

Deret geometri, Analog dengan konsep deret aritmetika, deret geometri

juga penjumlahan bilangan-bilangan berurutan yang memiliki pola geometri.

Deret geometri adalah penjumlahan suku-suku dari suatu barisan

geometri. Bentuk umum: sn=u1+ u2+ u3+ …+un . atau sn=a+ar + ar 2 +…+ ar n−1

dengan u1=a dan r adalah rasio. Contoh: 2+4+8+16+32+…+n, adalah deret

geometri

Jika suatu deret geometri suku pertama adalah u1 = a, dan rasio = r, maka

jumlah deret ke-n adalah


n
a (1−r )
i. sn= , untuk r < 1
1−r
n
a (r −1)
ii. sn= , untuk r > 1
r −1

iii. sn=na ,untuk r=1

2.2 Penelitian yang relafan


Beberapa penelitian yang relafan dengan penelitian ini yaitu

pertama penelitian yang dilakukan oleh Widodo, K. DKK (2018) tentang

Profil Pemecahan Masalah Kreatif Siswa MA Ditinjau dari Tingkat Math

Self-Efficacy. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Profil Pemecahan

Masalah Kreatif Siswa dengan Math Self-Efficacy Tinggi Pada tahapan

membangun kesempatan, siswa dengan MSE tinggi membuat

pernyataanpernyataan yang membantu menyelesaikan masalah dan disertai

alasan yang diperoleh dari informasi pada masalah. Selanjutnya siswa


23

menyadari bahwa pernyataan yang telah dibuat berguna untuk

memecahkan masalah, sedangkan Profil Pemecahan Masalah Kreatif

Siswa dengan Math Self-Efficacy Rendah Pada tahapan membangun

kesempatan, siswa dengan MSE rendah membuat pernyataan-pernyataan

yang membantu memecahkan masalah disertai dengan alasannya, akan

tetapi tidak menyadari kegunaan pernyataan yang telah dibuat dalam

memecahkan masalah.

Selanjutnya yang relafan dengan penelitian ini yaitu penelitian

yang dilakukan oleh Kamilina, Ilma. dan Amin, S. (2019), tentang profil

pemecahan masalah matematika siswa ditinjau dari tingkat self efficacy.

Hasil penelitiannya menunjukkan Saat memecahkan masalah, siswa ber-

self efficacy tinggi memulai dengan menjelaskan permasalahan yang ada

menggunakan bahasanya sendiri, sehingga dapat menyebutkan informasi

yang terdapat pada permasalahan yaitu apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan pada lembar jawaban. Saat menyusun rencana penyelesaian

masalah, siswa ber-self efficacy tinggi sudah cukup baik dalam

menentukan strategi apa saja yang akan dilakukan dalam memecahkan

masalah, meskipun ada sedikit informasi yang kurang lengkap, sedangkan

Saat memecahkan masalah, siswa ber-self efficacy rendah memulai

dengan menjelaskan permasalahan yang ada menggunakan bahasanya

sendiri sama seperti siswa ber-self efficacy tinggi. Kemudian siswa ber-

self efficacy rendah menyebutkan informasi apa saja yang diketahui pada

permasalahan yang diberikan. Namun tidak menyebutkan apa yang


24

ditanyakan pada lembar jawaban. Saat menyusun rencana penyelesaian

masalah, siswa berself efficacy rendah kurang baik dalam menentukan apa

yang akan dilakukan.

Penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Pirmanto, dkk. (2020) tentang analisis

kesulitan siswa sma dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah pada

materi barisan dan deret dengan langkah langkah menurut Polya. Hasil

analisis dalam penelitiannya menunjukkan bahwa : (1) kemampuan siswa

dalam memahami masalah tergolong rendah yaitu sekitar 28%, (2)

kemampuan merencanakan penyelesaian rendah sekitar 32%, (3)

kemampuan menyelesaikan masalah sanagat rendah sekitar 16%, (4)

kemampuan memeriksa kembali sangat rendah yaitu sekitar 8%

Relevansi penelitian yang dilakukan Pirmanto, dkk. (2020) dengan

penelitian ini yaitu terdapat pada Langkah-langkah pemecahan masalah

yaitu menggunakan langkah langkah penyelesaian masalah yang

dikemukakan oleh Polya, dan relevansi selanjutnya yaitu pada materi

Barisan dan deret.

2.3 Kerangka Pemikiran

Pemecahan masalah sangat penting dan mendasar dalam pembelajaran

matematika. Hal ini didukung oleh Bell (1978) hasil-hasil penelitian menunjukkan

bahwa strategi strategi pemecahan masalah yang umumnya dipelajari dalam

pelajaran matematika, dalam hal-hal tertentu, dapat ditransfer dan diaplikasikan


25

dalam situasi pemecahan masalah yang lain. Penyelesaian masalah secara

matematis dapat membantu para siswa meningkatkan daya analitis mereka dan

dapat menolong mereka dalam menerapkan daya tersebut pada bermacam-macam

situasi (Ariandi, 2016).

Pemecahan masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu

proses untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dari soal atau pertanyaan yang

diberikan kepada siswa untuk diselesaikan, namun tidak dapat langsung diperoleh

penyelesaiannya. Sehingga dalam pemecahan masalah tersebut diperlukan

strategi, langkah-langkah ataupun prosedur penyelesian yang lebih kompleks.

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Strategi yang dikemukaan oleh

Polya.

Berdasarkan hasil dialog dengan seorang guru mata pelajaran matematika

kelas XI SMK MUHAMMADIAH 1 Palu pada tanggal 12 november 2023,

informasi yang diperoleh bahwa beberapa siswa tidak mampu dalam memecahkan

masalah matematika pada Materi barisan dan deret, siswa tidak mampu

memahami masalah serta memecahkan masalah yang diberikan.

Salah satu faktor penting yang memengaruhi keberhasilan pemecahan

masalah matematika adalah aspek dalam diri siswa. Walle (dalam Danoebroto,

2011) mengatakan bahwa aspek dalam diri siswa yang menunjang kemampuan

pemecahan masalah matematika antara lain: (1) proses metakognisi, (2) strategi

pemecahan masalah, (3) keyakinan dan perilaku siswa terhadap matematika. Dari

ketiga aspek tersebut, keyakinan diri atau self efficacy menjadi aspek penting

dalam memecahkan masalah, karena self efficacy adalah sikap mental yang
26

dimiliki siswa terhadap manfaat matematika bagi dirinya dan keyakinan akan

kemampuan dirinya dalam memecahkan masalah matematika. Tanpa keyakinan

akan kemampuan yang dimilikinya, siswa tidak dapat memilih strategi yang tepat

dalam memecahkan masalah matematika. Hal ini sesuai pendapat Bandura (1993)

bahwa self efficacy mempengaruhi kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah matematika. Maka dari itu subjek dalam penelitian ini yaitu 1 siswa yang

memiliki gaya belajar visual, 1 siswa yang memiliki gaya belajar auditorial, dan

satu siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik yang pemilihannya dilakukan

berdasarkan hasil angket gaya belajar yang dikembangkan oleh Yaumi.

Ketiga subjek diberikan tugas tertulis berupa soal pemecahan masalah

matematika materi barisan dan deret berdasarkan indikator pemecahan masalah

menurut polya untuk memperoleh data tentang kemampuan pemecahan masalah

siswa. Kemampuan pemecahan masalah siswa ditinjau dari gaya belajarnya perlu

di profilkan agar guru dapat menggunakan cara-cara yang tepat dalam proses

pembalajaran sehingga setiap siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan

akan mudah memahami apa yang mereka pelajari. Adapun alur kerangka

pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1

Siswa kelas XI

Angket self efficacy

Siswa yang Siswa yang


memiliki self memiliki self
efficacy tinggi efficacy rendah

Tugas tertulis pemecahan


masalah matematika pada
27

Gambar 2.1. Alur Kerangka Pemikiran


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Adapun

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Pendekatan deskriptif-kualitatif adalah pendekatan dalam

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari objek yang diamati. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh

profil pemecahan masalah matematika siswa ditinjau dari self efficacy.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK MUHAMMADIAH 1 Palu,

Provinsi Sulawesi Tengah. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena

berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru

disekolah itu, bahwa masih banyak terjadi kesalahan dalam menyelesaikan

soal-soal matematika, termasuk soal-soal Materi barisan dan deret.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2023/2024.

3.3. Subjek Penelitian

Sesuai dengan pendapat (Rahmati, 2015), Self efficacy

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu self efficacy tinggi dan self efficacy

rendah, maka subjek penelitian ini adalah 2 siswa dari kelas XI SMK

MUHAMMADIAH 1 Palu semester genap tahun ajaran 2023/2024, yaitu

27
1 siswa yang memiliki self efficacy rendah, dan 1 siswa yang memiliki

self efficacy tinggi. Pemilihan subjek dilakukan

28
28

berdasarkan hasil angket self efficacy siswa paling banyak memilih sangat setuju

dan setuju memili self efficacy tinggi, sedangkan siswa yang lebih banyak

memilih tidan setuju dan sangat tidak setuju memiliki self efficacy rendah.

Pemilihan subjek dilakukan berdasarkan hasil angket self efficacy siswa. Adapun

angket self efficacy yang akan digunakan peneliti adalah angket self efficacy yang

dikembangkan oleh Melawati (2020).

Setelah mengetahui self efficacy masing-masing siswa, siswa

dikelompokkan ke dalam self efficacymasing-masing yaitu kelompok self efficacy

rendah, dan tinggi. Pemilihan subjek penelitian dilihat dari siswa yang

memperoleh skor terbanyak berdasarkan jawaban dari angket self efficacy yang

diberikan peneliti, namun apabila siswa yang telah dikelompokkan tersebut

memiliki skor yang sama banyaknya maka peneliti akan memilih siswa

berdasarkan pertimbangan guru yaitu dengan memilih siswa yang mempunyai

komunikasi yang baik.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang berupa

deskripsi tentang pemecahan masalah matematika siswa yang memiliki

self efficacy rendah, sedang, dan tinggi dalam menyelesaikan soal Materi

barisan dan deret berdasarkan indikator pemecahan masalah. Sumber data

pada penelitian ini adalah sumber data primer yang didapatkan oleh

peneliti dari angket self efficacy, tugas tertulis , wawancara dan observasi.
29

3.5. Teknik dan Alat Perolehan Data

Penelitian ini akan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data.

Beberapa teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut.

1) Angket Self efficacy

Angket self efficacyyang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

self efficacyyang dikembangkan oleh Melawati (2020). Angket self efficacy

terdiri dari 28 pertanyaan yang masing-masing pertanyaan diberi skor 1 sampai 4,

dimana setiap pertanyaan itu mempunyai 4 pilihan yaitu sangat setuju, setuju,

tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Jika seorang siswa paling banyak memilih

sangat setuju dan setuju, maka self efficacy yang ia miliki adalah tinggi. Jika

seorang siswa paling banyak memilih setuju dan tidak setuju maka self

efficacynya sedang, dan jika siswa paling banyak memilih tidak setuju dan sangat

tidak setuju maka self efficacynya rendah.

2) Tugas tertulis

Bentuk tugas tertulis dalam penelitian ini yaitu tugas uraian berupa soal

Materi barisan dan deret. Penyusunan soal disusun berdasarkan indikator

pemecahan masalah. Hasil tugas tertulis ini dimaksudkan untuk mendapatkan data

mengenai kemampuan siswa dalam melakukan pemecahan masalah matematika

pada nilai fungsi dan bentuk fungsi.

3) Wawancara

Wawancara bertujuan untuk mengetahui secara mendalam sekaligus

mengumpulkan data siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Jenis

wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara semi


30

terstruktur. Instrument wawancara dalam penelitian ini yaitu pedoman wawancara

berupa pertanyaan-pertanyaan yang disusun untuk melakukan tanya jawab

terhadap pemecahan masalah matematika siswa. Prosedur wawancara ini

dilakukan kepada 3 siswa yang menjadi subjek penelitian .

4) Observasi

Observasi (pengamatan) yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan

melihat aktifitas tingkah laku subjek saat diberikan tugas tertulis dan wawancara

3.6. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua,

yaitu instrumen utama dan instrumen pendukung.

1) Instrumen Utama

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.

Dalam hal ini peneliti berperan langsung sebagai pengumpul data selama

proses penelitian, hal ini sesuai dengan pendapat (Sugiyono, 2013) yang

menyebutkan bahwa penelitian kualitatif sebagai human instrument,

berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber

data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,

menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Peneliti

sebagai instrument dalam hal ini artinya peneliti bertindak sebagai

pengamat, pewawancara, pengumpul data, sekaligus pembuat laporan

sehingga kehadiran peneliti mutlak diperlukan

2) Instrumen Pendukung
31

Selain memusatkan manusia sebagai instrument yang paling berpengaruh

dalam proses pengumpulan data, penelitian juga membutuhkan instrument

pendukung yang dapat membantu kinerja peneliti dalam proses penelitiannya.

Instrument pendukung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Angket gaya belajar, angket ini digunakan untuk mengetahui self efficacy

yang dimiliki oleh siswa. Angket self efficacy yang digunakan dalam

penelitian ini adalah angket self efficacy yang dikembangkan oleh Melawati

(2020).

b. Tugas tertulis dalam penelitian ini adalah tugas yang berisi soal materi barisan

dan deret berbenuk uraian, tugas ini digunakan untuk mengetahui pemecahan

masalah matematika siswa dalam meyelesaikan soal barisan dan deret. soal

uraian barisan dan deret ini selanjutnya akan di validasi oleh validator.

c. Pedoman Wawancara, Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah wawancara semi terstruktur

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini mengacu pada analisis data kualitatif

menurut Miles dkk, (2014) yaitu data condesation, data display, dan conclusion

drawing/verifications.

1) Data Condesation (Kondensasi data).

Kondensasi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam,

memilah, memfokuskan, membuang, dan mengatur data sedemikian rupa

sehingga kesimpulan “final” dapat diambil dan diverifikasi. Kondensasi data

mengacu pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstrak, dan/atau


32

mengubah data yang memiliki makna jika dikaitkan dengan masalah penelitian.

Dengan kondensasi, data yang diperoleh akan lebih kuat. Kondensasi data dalam

penelitian ini memfokuskan pada data Profil pemecahan masalah

matematika siswa kelas XI SMK MUHAMMADIAH 1 Palu pada Materi barisan

dan deret ditinjau dari self efficacy.

2) Data Display (Penyajian data).

Penyajian data dalam kualitatif harus lebih sistematis, kuat, dan

mendorong sikap yang lebih inventif, sadar diri, dan berulang terhadap generasi

dan penggunaannya. Dalam penelitian kualitatif penyajian data yang dilakukan

yaitu dengan menyajikan data dalam bentuk grafik atau bagan. Adapun data yang

disajikan dalam penelitian ini dalam bentuk narasi, yaitu data pemecahan masalah

matematika siswa kelas XI SMK MUHAMMADIAH 1 Palu pada Materi barisan

dan deret ditinjau dari self efficacy.

3) Conclusions Drawing (Penarikan kesimpulan).

Setelah kegiatan analisis data yang berlangsung secara terus menerus

selesai dikerjakan, baik yang berlangsung dilapangan maupun setelah selesai

dilapangan, Langkah selanjutnya adalah melakukan penarikan kesimpulan. Untuk

mengarah pada hasil kesimpulan ini tentunya berdasarkan dari data-data yang

dikumpulkan berupa hasil angket gaya belajar, hasil tugas tertulis pemecahan

masalah matematika subjek penelitian berdasarkan indikator pemecahan masalah,

dan hasil transkip wawancara antara peneliti dan subjek penelitian. Data yang

dikumpulkan dibandingkan untuk mendapat data yang valid, sehingga diperoleh

kesimpulannya.
33

3.8. Kredibilitas Data

Kredibilitas data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keabsahan

data. Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini akan dilakukan uji keabsahan

data agar data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat

dipertanggungjawabkan. Menurut Sugiyono (2013) Triangulasi dalam pengujian

kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagi sumber dengan

berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan dernikian terdapat triangulasi sumber,

triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Pada penelitian ini peneliti

menggunakan triangulasi waktu. Triangulasi waktu adalah teknik pengujian

kredibilitas data dengan cara memperoleh data dari sumber yang sama dalam

waktu yang berbeda. Apabila terdapat perbedaan informasi atau jawaban yang

diberikan oleh subjek maka akan diberikan tugas kembali. Jika jawaban dari

subjek telah konsisten, maka data kredibel dan proses pengumpulan data selesai,

jika jawaban tidak konsisten maka subjek akan di ganti. Pada penelitian ini

triangulasi waktu akan dilakukan dengan diberikan tugas I kepada siswa,

kemudian dibandingkan dengan tugas II yang diberikan dalam waktu yang

berbeda, selanjutnya, membandingkan data data I dan data III untuk mengetahui

apakah data konvergen ke makna yang sama. Jika hasil triangulasi telah kredibel,

maka data tugas tertulis dan wawancara ditetapkan sebagai data yang kredibel.

Namun sebaliknya, jika hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka

dilakukan secara berulang-ulang sampai ditemukan data yang kredibel


34

Anda mungkin juga menyukai