Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN

MASALAH PADA MATERI LAYANG-LAYANG BERDASARKAN TEORI VAN


HIELE PADA SISWA KELAS VIII SMP

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Penulisan Skripsi

Oleh:

Alika Damayanti

NIM. 1930206105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2022
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hak dan kewajiban yang harus di dapat oleh setiap
orang, karena pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia mengembangkan
potensi yang ada di dalam dirinya sehingga ia mampu menghadapi segala perubahan
yang mungkin akan terjadi di kehidupannya, serta menjadi kebiasaan sekelompok orang
yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui pengajaran, penelitian
dan pelatihan. (Soyomukti, 2011) mengatakan pendidikan adalah suatu proses untuk
memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan untuk memberdayakan diri.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah mengimplementasikan kurikulum
2013 yang saat ini tengah dilaksanakan di sekolah-sekolah.
Kurikulum 2013 menjadikan lahirnya generasi penerus bangsa yang produktif,
kreatif, inovatif, dan berkarakter. Dengan kreativitas, anak-anak bangsa mampu
berinovasi secara produktif untuk menjawab tantangan masa depan yang semakin rumit
dan kompleks (Mulyasa, 2015). Kurikulum sebagai jembatan untuk menuju pada setiap
tingkatan pendidikan diuraikan atas beberapa mata pelajaran bagi sekolah. Satu di antara
mata pelajaran yang ada di dalam silabus pendidikan di semua tingkatan adalah
matematika. Bidang studi matematika merupakan salah satu komponen pendidikan dasar
dalam bidang-bidang pengajaran. Matematika saat ini sangat diperlukan untuk proses
perhitungan dan proses berpikir yang sangat dibutuhkan orang dalam menyelesaikan
berbagai masalah (Susanto, 2013).
Menurut (Roehati, 2012) bahwa matematika merupakan satu ilmu yang selalu
berkembang, baik dari sisi materi maupun manfaatnya bagi masyarakat. Matematika
sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Salah satunya dengan matematika kita bisa
menghitung presentase keuntungan dan kerugian dalam kegiatan perdagangan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016
menyebutkan bahwa kompetensi yang akan dicapai dalam mempelajari matematika
adalah menunjukkan sikap tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah dan
mampu memberikan estimasi penyelesaianm masalah. Sehingga dalam mempelajari
matematika, kemampuan pemecahan masalah matematika penting untuk dimiliki siswa.
Pemecahan masalah matematika adalah suatu usaha siswa dalam menyelesaikan masalah
khusus pada matematika yang menekankan penggunaan metode, prosedur, dan strategi
yang dapat dibuktikan secara sistematis (Rahmatiya & Miatun, 2020). Pada
kenyataannya kemampuan pemecahan masalah pada siswa masih kurang, sesuai dengan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yustianingsih, dkk (2017) menyatakan bahwa
kemampuan pemecahan masalah pada siswa dalam memahami masalah yang berbentuk
kontekstual masih kurang. Menurut Listanti & Mampouw (2020) menyimpulkan
kemampuan pemecahan masalah pada siswa perlu ditekankan pada pembelajaran
matematika supaya siswa mampu mengembangkan ide-idenya dalam membentuk
kemampuan baru dan mengembangkan keterampilan matematiknya. Pemberian suatu
masalah pada seseorang akan mengakibatkan seseorang tersebut menggunakan
pengetahuan dasarnya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Didukung dengan
pernyataan Kurniawan & Setiawan (2019), bahwa kemampuan seseorang dalam
menyelesaikan masalah matematika dengan adanya pengetahuan dasar yang dimiliki
untuk melakukan proses pemecahan masalah yang sifatnya kompleks ataupun rumit
sehingga dapat meningkatkan kemampuan intelektualnya. Salah satu kegiatan pemecahan
masalah matematika yaitu menyelesaikan soal geometri. Soal geometri yang sering kita
jumpai adalah soal geometri yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam
menyelesaikan soal geometri tak hanya sekedar mendapatkan hasil jawabannya, tetapi
memerlukan langkah-langkah dan pemahaman baik dalam soal yang diajukan maupun
gambar geometri itu sendiri.
Geometri adalah salah satu cabang matematika yang diajarkan pada semua
jenjang pendidikan, salah satunya pada jenjang SMP. Geometri dibagi menjadi beberapa
bagian, salah satunya geometri datar. Salah satu sub materi pada pembelajaran geometri
pada jenjang SMP adalah bangun datar. Bangun datar adalah sebuah bangun dua dimensi
yang hanya mempunyai panjang dan lebar dan dibatasi oleh garis lurus atau lengkung
(Wahyudi & Anugraheni, 2017:66). Materi bangun datar merupakan salah satu materi
yang dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa.
Pada penelitian ini menggunakan sub materi bangun datar layang-layang. Pada materi
geometri terutama sub materi layang-layang ini pada dasarnya memiliki peluang besar
untuk menyelesaikan masalah geometri. Hal ini dikarenakan kebanyakan siswa masih
kesulitan untuk menggunakan rumus dan konsep dalam memecahkan masalah geometri
(Sholihah & Afriansyah, 2017). Sehingga kemampuan pemecahan masalah pada
geometri sangatlah penting.
Melalui uraian diatas, untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah pada
materi geomtri bangun datar layang-layang, peneliti melakukan analisis menggunakan
Teori Van Hiele. Van Hiele merupakan seorang guru matematika dari Belanda pada
tahun 1954, ia menuliskan disertasi mengenai pengajaran geometri dengan hasil
penyimpulan bahwa terdapat lima tahap dalam pemahaman geometri (Sholihah &
Afriansyah, 2017). Menurut Pierre Van Hiele dan Dina Van Hiele-Geldof (De Walle,
2017: 151-154) seseorang dalam belajar geometri akan melakukan lima tahapan dalam
ide-idenya, yaitu (1) tahap 0 Pengenalan (Visualisasi), pada tahap ini siswa mengenal dan
menamakan bentuk berdasakan penampilan; (2) tahap 1 Analisis, pada tahap ini siswa
mampu mengelompokkan bentuk-bentuk berdasarkan sifat/ciri-cirinya; (3) tahap 2
Deduktif Informal, pada tahap ini siswa mampu melakukan observasi dan mampu
berpikir secara deduktif mengenai bentuk dan sifat; (4) tahap 3 Deduksi, pada tahap ini
siswa berpikir secara abstrak mengenai sifat geometri dan membuat kesimpulan secara
deduktif; (5) tahap 4 Ketetapan (Rigor), pada tahap ini siswa bernalar secara formal.
Setiap tahapan Van Hiele memiliki karakteristik berbeda-beda, dari bebarapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa perbedaan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa akan
menghasilkan proses pemecahan masalah yang berbeda, seperti penelitian yang dilakukan
oleh (Ayu Andira, 2021) meneliti tentang “Analisis Kemampuan Siswa Dalam
Memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Tingkat Berpikir Van Hiele Pada Siswa
Kelas VIII SMPS Terpadu Syekh Muhammad Ja’far”. (I Putu Nadiat Mika, I Nyoman
Murdiana, & Sukayasa, 2016) meneliti tentang “Penerapan Model Pembelajaran Van
Hiele Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Keliling Dan Luas Daerah
Layang-layang di kelas VII SMP Negeri 12 Palu”. (Arfiah, Siti, 2018) meneliti tentang
“Analisis Kemampuan Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Materi Segitiga Dan
Segiempat Berdasarkan Tingkat Geometri Van Hiele”.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk lebih jelas tingkat
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah pada materi layang-layang berdasarkan
teori Van Hiele dengan melaksanakan penelitian yang berjudul “Analisis Tingkat
Kemampuan Berpikir Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Pada Materi Layang-
Layang Berdasarkan Teori Van Hiele Pada Siswa Kelas VIII SMP”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana
cara menganalisis tingkat kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah pada
materi layang-layang berdasarkan teori van hiele pada siswa kelas VIII SMP”?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah pada
materi layang-layang berdasarkan teori van hiele.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Bagi Guru
Sebagai bahan masukan bagi guru bidang matematika dalam upaya perbaikan
kualitas pembelajaran matematika dan mendorong guru untuk lebih menekankan
kepada peserta didik untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam
menyelesaikan masalah pada materi layang-layang berdasarkan teori van hiele.
2. Manfaat Bagi Peserta Didik
Peserta didik dapat memahami konsep pembelajaran matematika dengan begitu
akan lebih mudah dalam memahami dan menyelesaikan masalah matematika.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kemampuan berpikir pada
peserta didik sehingga mampu memberikan pembelajaran yang berkualitas. Selain itu
sebagai pengalaman menulis karya ilmiah dan melaksanakan penelitian dalam
pendidikan matematika sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
peneliti.
E. Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini diperlukan bagi peneliti agar dapat menjaga focus dalam proses
penelitian, yaitu:
1. Pembahasan pada penelitian ini hanya terbatas pada materi bangun datar layang-
layang kelas VIII SMP.
2. Penelitian ini hanya sebatas “Bagaimana cara menganalisis tingkat kemampuan
berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah pada materi layang-layang berdasarkan
teori van hiele pada siswa kelas VIII SMP”.
F. Tinjauan Pustaka
1. Analisis
Menurut Komaruddin (2001:53) “Analisis adalah kegiatan berpikir untuk
menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-
tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam
keseluruhan terpadu”, sedangkan Harahap (2004:189) memecahkan bahwa “Analisis
adalah memecahkan atau menggabungkan sesuatu unit menjadi berbagai unit
terkecil”. Jadi dapat dikatakan bahwa analisis adalah penguraian dan penelaahan
bagian suatu unit beserta hubungannya untuk memecahkan unit tersebut menjadi unit
terkecil dan memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
2. Kemampuan Berpikir
Menurut Musa (2016) berpikir adalah aktivitas mental yang dilakukan seseorang,
dimana seseorang memiliki kemampuan untuk menghubungkan sesuatu dengan
sesuatu yang lainnya untuk memecahkan / menyelesaikan suatu permasalahan.
Sedangkan Surya brata dalam Farida dkk (2018) mengatakan proses atau jalan
berpikir itu ada tiga langkah, yaitu: pembentukan pengertian, penbentukan pendapat,
dan penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan.
Menurut psikologi Gestalf dalam Nasution (2013:107) bahwa berpikir merupakan
merupakan keaktifan psikis yang abstrak yang prosesnya tidak dapat kita amati
dengan alat indera kita. Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa aktifitas
berpikir seseorang tidak dapat di amati oleh indera kita, seperti halnya sesorang yang
sedang diam belum tentu ia sedang berpikirkarena dalam aktivitas berpikirnya tidak
bisa diamati. Pendapat yang senada diutarakan oleh Purwanto (2002:43) yang
menyebutkan berpikir adalah suatu keaktifan manusia yang mengakibatkan penemuan
yang terarah kepada suatu tujuan. Menurut pendapat diatas buah dari berpikir adalah
mendapatkan suatu ide atau penemuan yang dapat digunakan tujuan tertentu.
3. Materi Layang-layang
1) Pengertian Layang-layang
Layang-layang adalah suatu bentuk datar (bentuk dua dimensi) yang memiliki
dua pasang sisi yang sama panjang dan bersudut satu sama lain. Layang-layang
juga disebut sebagai turunan segiempat dengan dua sisi membentuk sudut yang
sama dan sudut yang saling berhadapan juga sama.
Bangun layang-layang adalah bangun datar dua dimensi, yang memiliki dua
pasang sisi sama panjang namun tidak sejajar, serta saling membentuk sudut yang
berbeda. Perhatikan layang-layang ABCD di atas, ada dua sisi yang sama panjang
yaitu AB=AD dan BC=CD. Serta dua diagonal yang berpotongan yaitu AC dan
BD.

D B
O

2) Sifat-sifat Bangun Datar Layang-layang


Bangun datar layang-layang memiliki sifat yang bisa membedakannya dengan
berbagai bangun datar lainnya. Sifat tersebut berdasarkan gambar diatas adalah
sebagai berikut:
 Memiliki dua padang sisi sama panjang dan tidak sejajar
 Memiliki dua sudut sama besar. Seperti sudut ABC = sudut ADC
 Memiliki dua diagonal saling tegak lurus. Diagonal AC tegak lurus dengan
diagonal BD
 Memiliki satu sumbu simetris, garis yang berhimpitan dengan garis AC.
3) Rumus Bangun Ruang Layang-layang
 Rumus Luas Layang-layang
Untuk menghitung luas dari sebuah layang-layang, maka kita akan
1
mengalikan 2 diagonal pada layang-layang, dan kemudian dikali .
2
Rumusnya sebagai berikut:
1
L= x diagonal pertama x diagonal kedua
2
1
L= x d1 x d2
2
Keterangan:
L = Luas bangun layang-layang
d1 dan d2 = diagonal – diagonal bangun layang-layang
 Rumus Keliling Layang-layang
Untuk menghitung keliling layang-layang, maka kita akan menjumlahkan
setiap sisinya. Sehingga rumusnya akan berbentuk:
K = (a + a) + (b + b)
K = 2a +2b
K = 2 (a + b)
Keterangan:
K = Keliling bangun layang-layang
a dan b = sisi-sisi bangun layang-layang
4. Teori Van Hiele
Van hiele merupakan guru matematika dari Belanda pada tahun 1954, ia
melakukan disertasi mengenai pengajaran geometri dengan hasil penyimpulan bahwa
terdapat lima tahap didalam pemahaman geometri (Sholihah & Afriansyah, 2017).
Van hiele (2008) berpendapat bahwa, “dalam mempelajari geometri para siswa
mengalami perkembangan kemampuan berpikir melalui tahap-tahap tertentu”.
Tahapan berpikir atau tingkat kognitif yang dilalui siswa dalam pembelajaran
geometri, menurut van hiele yaitu:
a) Tahap 0 (Pengenalan), tahap ini dikenal dengan tahap dasar (Orton, 1992:72 dan
Anne, 1999). Pada tahap ini siswa mengenal bentuk-bentuk geometri hanya
sekedar karakteristik visul dan penampakannya. Siswa secara eksplisit tidak
berfokus pada sifat-sifat obyek yang diamati, tetapi memandang obyek sebagai
keseluruhan. Pada tahap ini siswa tidak dapat memahami dan menentukan sifat
geometrid an karakteristik bangun yang ditunjukkan.
b) Tahap 1 (Analisis), tahap ini disebut juga dengan tahap deskriptif (Olive 1991:91;
Clements & Battista, 2001). Pada tahap ini sudah tampak adanya anlisis terhadap
konsep dan unsur-unsurnya. Siswa dapat menentukan unsur-unsur pada bangun
ruang geometri dengan melakukan pengamatan, eksperimen, menggambar dan
membuat model.
c) Tahap 2 (Pengurutan), tahap ini dikenal dengan tahap abstrak/relasional
(Clements & Battista, 1992:427). Pada tahap ini, siswa sudah dapat melihat
hubungan unsur-unsur pada suatu bangun geometri dan sifat-sifat dari berbagai
bangun dengan menggunakan deduksi informal, dan dapat mengklasifikasi
bangun-bangun secara hirarki. Meskipun demikian, siswa belum mengerti bahwa
deduksi logis adalah metode untuk membangun geometri.
d) Tahap 3 (Deduksi), pada tahap ini peserta didik sudah memahami peranan-
peranan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan teorema-teorema dalam
geometri. Pada tingkat ini siswa sudah mulai mampu menyusun bukti-bukti secara
formal. Peserta didik juga sudah dapat memahami deduksi, yaitu mengambil
kesimpulan secara deduktif, pengambilan deduktif ini adalah pengambilan
keputusan dari hal-hal yang bersifat khusus.
e) Tahap 4 (Rigor / Keakrutan), pada tahap ini dari perkembangan kognitif anak
dalam memahami geometri adalah tahap keakrutan. Muser dan Burger (1994)
menyebutkan dengan tahap aksiomatik. Pada tahap ini peserta didik bernalar
secara formal dalam sistem matematika dan dapat menganalisis konsekuensi dari
manipulasi aksioma dan definisi. Saling berkaitan antara bentuk yang tidak
didefinisikan, aksioma, definisi, teorema dan pembuktian formal dapat dipahami.
G. Metodologi Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 4 Air Sugihan. Yang beralamat di
jalur 23 blok c Air Sugihan Ogan Komering Ilir.
2. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif yang
cenderung menekankan pengamatan menggunakan analisis dalam mengungkap suatu
kejadian, fenomena kehidupan individu (Rusandi, 2021).
Adapun jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberikan penjelasan secara rinci
terhadap suatu permasalahan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan
kemampuan procedural yang dimiliki oleh siswa yang ditinjau dari kemampuan
tinggi, sedang dan rendah.
3. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini melibatkan guru ahli matematika dan siswa SMP
Negeri 4 Air Sugihan. Dimana sampel yang akan diambil yaitu siswa kelas VIII.
4. Instrument Penelitian
Arti dari Intrument Penelitian adalah sebagai alat-alat yang akan digunakan untuk
mengumpulkan data, instrument penelitian ini dapat berupa kuesioner, formulir
observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
Pada penelitian ini instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri
dari instrumen utama yang merupakan peneliti itu sendiri dan instrument pendukung
yakni berupa soal tes dan pedoman wawancara kelas kepada siswa yang menjadi
subjek penelitian dan guru dikelas.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data memerlukan langkah yang strategis dan juga sistematis
untuk mendapatkan data yang valid dan juga sesuai dengan kenyataannya. Teknik
atau metode pengumpulan data ini biasanya digunakan untuk peneliti demi
mengumpulkan data yang merujuk pada satu kata abstrak yang diwujudkan dalam
benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya. Misalnya melalui angket,
wawancara, pengamatan, uji atau tes, dokumentasi dan lain sebagainya.
6. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini meliputi:
1. Pengumpulan data, data dikumpulkan untuk selanjutnya diambil bagian-bagian
yang saling relevan dengan gagasan yang sedang dibahas.
2. Reduksi data, merupakan analisis yang berfungsi menajamkan, mengelompokkan,
mengarahkan, serta mengorganisasikan data sehingga diperoleh kesimpulan akhir
dari data yang telah diperoleh.
3. Penarikan kesimpulan, teknik ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah.
H. Teknik Analisis Data
Analisis pada hakikatnya adalah pemberitahuan peneliti kepada pembaca tentang
apa saja yang hendak dilakukan terhadap data yang sedang dan telah dikumpulkan,
sebagai cara nantinya bisa memudahkan peneliti dalam memberikan penjelasan dan
interpretasi dari merespon atau menarik kesimpulan. Teknik analisis data yang dilakukan
melalui tiga tahapan, yaitu:
1. Mereduksi data (Data Reduction)
Pada dasarnya data yang diperoleh dilapangkan dengan berbagai teknik dan sumber
data merupakan data mentah dan belum memberikan makna apa-apa seputar
informasi yang diperlukan peneliti.
2. Penyajian data (Data Display)
Serta data direduksi, maka langkah-langkah selanjutnya adalah menyejikan data
dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian-
uraian singkat, hubungan antar kategori, flowcart dan sejenisnya (Sugiyono,
2011:249)
3. Kesimpulan atau Verifikasi (Conclusion Drawing)
Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan, penarikan kesimpulan ini
merupakan pemberian makna terhadap data yang telah direduksi dan dipaparkan
sesuai dengan informasi yang diperlukan. Untuk mendapatkan kesimpulan yang
akurat maka dilakukan pengujian atau verifikasi. Memverifikasi suatu kesimpulan
merupakan kegiatan menguji kebenaran, kecocokan tafsir yang muncul dari paparan
data yang ditampilkan.
I. Keabsahan Data
Dalam menentukan uji keabsahan data, peneliti menggunakan:
1. Triangulasi
Diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu. Triangulasi sumber dilakukan denga cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Diskusi dengan teman sejawat
Teknik ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang
diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Pemeriksaan sejawat
berarti pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan-rekan sebaya
yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa yang diteliti.
3. Meningkatkan ketekunan
Melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Melalui cara
tersebut, maka kepastian serta dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti
dan sistematis.
J. DAFTAR PUSTAKA
Sonny Yakti Duma, Karni patandianan (2019). Analisis Kemampuan Berpikir Siswa
Kelas VIII A SMP Negeri 4 Rantetayo Berdasarkan Teori Van Hiele. Jurnal
KIP Vol VIII No 1. Maret 2019 – Juni.
Dhela Wahyu Ristanty, Fika Widya Pratama (2022). Analisis Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Pada Materi Segiempat Berdasarkan Teori Van Hiele.
Jurnal Cendekia: Jurnal Matematika, Volume 06, No. 02, Juli 2022, hal 1648-
1658.
Elsi Handayani (2022). Kemampuan Literasi Matematika Siswa Melalui Model Belajar
Numerasi Terintegrasi Nilai Islam Di Kelas V SD.

Anda mungkin juga menyukai